PROTAP PERISTI 2008 (4).doc

144
PREMATURITAS MURNI No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/3 Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur Utama, Dr. Agung P. Sutiyoso NIP. 140 094 917 Pengertian Bayi prematur murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan masa kehamilannya. GAMBARAN KLINIS a. Berat badan < 2500 gram b. Panjang badan < 45 cm c. Lingkar kepala < 33 cm d. Tampak luar sangat tergantung pada maturitas dan lamanya masa gestasi. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang. Descensus testikulorum biasanya belum sempurna, labiaminora menonjol, jaringan mamma belum sempurna. Tulang rawan dan telinga belum cukup. Otot-otot hipotonik. Tangis lemah, pernafasan belum teratur, sering terdapat periodik apnea. Refleks menghisap dan menelan belum sempurna.

Transcript of PROTAP PERISTI 2008 (4).doc

PREMATURITAS MURNI

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/3

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Bayi prematur murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari37 minggu dan berat badan sesuai dengan masa kehamilannya.

GAMBARAN KLINISa.Berat badan < 2500 gramb. Panjang badan < 45 cmc.Lingkar kepala < 33 cmd. Tampak luar sangat tergantung pada maturitas dan

lamanya masa gestasi. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit

tipis transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang. Descensus testikulorum biasanya belum

sempurna, labiaminora menonjol, jaringan mamma belum sempurna.

Tulang rawan dan telinga belum cukup. Otot-otot hipotonik. Tangis lemah, pernafasan belum teratur, sering

terdapat periodik apnea. Refleks menghisap dan menelan belum

sempurna. Kulit mengkilat licin dan terdapat pitting

edema. Jika pernafasan > 60 x /menit, waspada pada

penyakit membran hialin.

PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Bila terdapat tanda-tanda distress pernafasan :

Analisis gas darah dan darah rutin. Rontgen foto thorax

b. Bila terdapat gejala sepsis :Darah tepi lengkap, CRP, IT rasio, kultur darah.

c. Bila terdapat tanda-tanda perdarahan :Periksa faktor-faktor pembekuan PT, PTT, trombosit.

d. Bila terdapat ikterus.Periksa bilirubin total, direk, indirek.

e. Bila anak belum stabil kalau perlu periksa :Hematokrit, kalium dan natrium darah, kalsium, dekstrostik, albumin sesuai indikasi.

f. Bila dicurigai perdarahan intra / periventrikuler :USG kepala.

Tujuan Menangani neonatus dengan kelahiran premature murni

Kebijakan Neonatus dengan kelahiran prematur murni ditangani dengan cara ilmu kedokteran yang berbasis bukti

Prosedur a. Beri vitamin K1 injeksi 1 mg IM b. Bayi dimasukkan ke dalam inkubator & suhu inkubator disesuaikan

dengan berat bayi.c. “ MINIMAL HANDLING” tulis dan tempel di inkubator. d. Asepsis, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.e. Monitor tanda-tanda vital, pernafasan, suhu, BB, denyut jantung

bila keadaan bayi dan aktif, bayi dapat segera diberi minum ASI/PASI.

f. Bila terdapat tanda-tanda distress pernafasan, tanda-tanda sepsis, bayi lemah, maka dilakukan prosedur penanganan :

Beri IVFD dextrosa 10% + kalsium glukonas 0,4 – 4 mmol/kgBB/hari (Ca Glukonas 10% 4cc dalam 100cc infus) (hari I), Dextrosa 10% + NaCl 0,9% (4:1) + kalsium glukonas 0,4 – 4 mmol/kgBB/hari (Ca Glukonas 10% 4cc dalam 100cc infus)setelah hari kedua.Kalium diberikan pada hari ke 3. 1-2meq/kgBB/hari (KCl 7,4% 2cc dalam 100cc infus), kalsium glukonas 0,4 – 4 mmol/kgBB/hari (Ca Glukonas 10% 4cc dalam 100cc infus).Asam amino diberikan 0,5 –3,5gr /kgBB/hari mulai dengan dosis rendah dinaikkan jika 0,5 gram/hari tergantung dari ureum, kreatinin.

Monitor balans cairan termasuk diuresis. Antibiotika : Ampicilin 100mg / kgBB dibagi 2

dosis / amoxylin. Garamicin, hari 1-7 dengan BB ≥ 1,2 kg: 5mg/ kgBB setiap 36 jam,; BB < 1,2 kg 5 mg/kgBB tiap 48 jam, dan dilanjutkan BB ≥ 1,2 kg: 5mg/ kgBB setiap 24 jam,; BB < 1,2 kg 5 mg/kgBB tiap 36 jam (hr 8-30) dan tiap 24 jam setelah usia 30 hr .

O2 sesuai indikasi. Bila terjadi apnu, berikan aminopilin loading

Prosedur

dose 6 mg/kgBB diberikan pelan-pelan untuk rumatan BB > 1kg setelah 12 jam kemudian dan BB ≤ 1 kg 24 jam kemudian, usia ≤ 7 hari diberikan 2,5mg/kgBB setiap 12 jam, 8-14 hr 3mg/kgBB, ≥ 14 hr 4 mg/kgBB .

Analisis gas darah dan darah tepi. Terapi lain sesuai indikasi dan pemeriksaan

laboratorium.g. Bila refleks hisap lemah tanpa tanda-tanda distress pernafasan bayi

bisa diberi minum personde (volume sesuai tabel pemberian minum dibawah).

Pedoman penambahan pemberian minum pada bayi yang relatif stabil.

Berat (gr) Minum Awal (ml)

Interval (jam)

Penambahan Volume (ml)

Saat menambah (jam)

<750750-10001000-15001500-20002000-2500

>2500

0,5-11

1-22-34-510

1-222

2-33

3-4

0,5-11-21-22-43-57-10

>/ sama dengan 2412-24

>/sama dengan 24>12>8>6

PROGNOSISTergantung maturitas dan usia kehamilan serta keadaan bayi waktu lahir.a. Tanpa distress pernafasan, pada umumnya prognosis baik.b. Dengan distress pernafasan, dapat menimbulkan komplikasi

sepsis/meningitis sehingga menyebabkan kematian. Bayi yang lama mendapat O2 100% dapat menderita Retro Lental Fibroplasia. Bayi yang sembuh dari distress pernafasan ini dapat baik dengan atau tanpa gejala sisa.

Unit terkait Neonatal ICU (NICU) : jika terjadi distress pernafasan.Saraf anak : bila terdapat perdarahan intra/periventrikuler.

DISMATURITAS

(INTRA UTERINE GROWTH RETARDATION)

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Dismaturitas adalah bayi baru lahir yang berat lahirnya kurang, dibandingkan dengan berat seharusnya untuk gestasi bayi itu.

GAMBARAN KLINIKDismaturitas dapat terjadi Pre-Term dan Post-Terma. Pada Pre-Term : Gejala bayi prematur murni ditambah gejala akibat dismaturitas (Growth Retardation Wasting) yaitu bayi kelihatan kurus, kulitnya

longgar, kulit kering seperti perkamen. Pewarnaan mekonium pada umbilikus, kuku dan plasenta.

b. Pada Term dan Post-Term. Gejala yang menonjol adalah akibat dari dismaturitasnya.

c. Pada A dan B dapat terjadi komplikasi dismaturitasnya yaitu : Aspirasi mekoniumHipoglikemia SymptomatikAsfiksiaPenyakit membran hialinHiperbilirubinemia

PEMERIKSAAN PENUNJANGSama dengan bayi prematur.

Kebijakan Neonatus dengan kelahiran dismatur ditangani dengan cara ilmu kedokteran yang berbasis bukti

Prosedur Sama dengan bayi prematur murni, harus hati-hati akan timbulnya komplikasi sepsis, aspirasi mekonium, hipoglikemia dan hiper bilirubinemia.Bayi dismatur biasanya kelihatan haus, harus diberi “early feeding”.Frekwensi pernafasan 24 jam pertama harus diawasi.

PROGNOSISPada bayi dismatur lebih sering ditemui kelainan kongenital daripada bayi biasa.

FOLLOW UP

Unit terkait Neonatal ICU (NICU) Saraf anak

ASFIKSIA NEONATORUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/3

Prosedur Tetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan, teratur dan adekuat. Penyebabnya adalah gangguan pertukaran gas dan transfer O2 dari ibu ke janin, gangguan ini dapat terjadi selama kehamilan atau saat persalinan.

GAMBARAN KLINIKPada saat bayi lahir kondisi dari bayi dinilai :

a. Usaha bernafas : bayi sukar bernafas atau apnu.b. Frekwensi denyut jantung : Frekwensi denyut jantung

>100x/menit atau <100x/menit.c. Warna kulit sianosis sentral

Tujuan Menangani asfiksia neonatorum Mencegah terjadinya kerusakan otak yang menetapMelakukan resusitasi

Kebijakan Diterapkan pada semua neonatus dengan asfiksia neonatorium

Prosedur Letakkan bayi dibawah alat pemancar panas. Apabila terdapat mekonium bersihkan trakea dengan penghisap

lendir. (memakai laringoskop ) apabila diperlukan/bayi asfiksia. Keringkan seluruh tubuh bayi, ganti linen yang basah dengan

yang kering Atur posisi bayi dengan sedikit ekstensi sehingga saluran nafas

terbuka. Bersihkan mulut kemudian hidung dengan alat penghisap. Lakukan rangsangan taktil (bila perlu)

Prosedur Evaluasi pernafasan, apabila :a. Bernafas spontan, evaluasi frekwensi jantung :

1. Apabila frekwensi > 100 x / menit anak berwarna biru beri oksigenApabila frekwensi > 100 x / menit pucat kemerahan atau sianosis perifer bayi dipantau.

2. Apabila frekwensi jantung < 100 x / menit lakukan Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dengan balon resusitasi selanjutnya resusitasi dilanjutkan seperti b.

b. Apabila bayi tidak bernafas (gasping) atau denyut jantung < 100 lakukan VTP 15-30 detik, lalu nilai frekwensi denyut jantung, apabila : 1. denyut jantung < 60 x / menit, ventilasi diteruskan sambil

dilakukan penekanan dada.2. Denyut jantung tetap 60-100 x / menit, ventilasi

diteruskan sambil dilakukan penekanan dada apabila denyut jantung < 80 x /menit

3. Denyut jantung 60-100 x/menit tetapi frekwensi cenderung bertambah, ventilasi diteruskan.

c. Mulai pemberian obat apabila denyut jantung < 80 x/menit setelah 30 detik dilakukan VTP dengan oksigen 100% dan penekanan dada.1. Apabila denyut jantung 0 atau denyut jantung < 80

x/menit setelah VTP dan penekanan dada selama 30 detik, beri epinefrin1:10.000 sebanyak 0,1-0,3 mg /kgBB IV (bila perlu bisa diulang setiap 3-5 menit).

2. Apabila denyut jantung >100x /menit disertai apnu lama yang tidak berrespon terhadap terapi lain beri Natrium Bikarbonat 2 meq/kgBB (berikan pelan-pelan dalam sedikitnya 2 menit, ventilasi bayi harus efektif).

3. Apabila denyut jantung >100 x /menit dan diduga terdapat kehilangan darah dengan tanda-tanda hipovolemia beri volume expander darah lengkap, albumin, NaCl fisiologis atau RL 10 ml/kgBB IV (berikan selama 5-10 menit).

4. Apabila depresi pernafasan dan riwayat pemakaian narkotik pada ibu 4 jam sebelumnya, beri Naloxon Hidroklorid 0,1 mg/kgBB.

5. Apabila depresi berlanjut pertimbangkan penyebab lain misal : pneumotorax, hernia diafragmatika, hipertensi pulmonal persisten.

Pertimbangkan pemberian Dopamin, kalau perlu konsultasi.

Prosedur Tindakan diruang perawatan : Bayi ditempatkan dalam inkubator beri O2 bila ada gangguan

pernafasan. Bila keadaan tidak memungkinkan untuk diberi IVFD glukosa

10% + Na Cl fisiologis Perbandingan 4:1. Beri Vitamin K1 1 mg i.m. dua hari berturut-turut. Antibiotika bila diperlukan.

KOMPLIKASIGangguan neurologi dikemudian hari (kejang, cerebral palsy dll)

IkterusInfeksiPneumotorax

FOLLOW UPPenilaian pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Unit terkait Neonatal ICU (NICU)

APNEA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/3

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Apnea adalah henti napas selama 20 detik atau lebih, atau sebagai satu episode singkat dengan disertai bradikardia (denyut jantung < 80 kali/menit), sianosis sentral atau pucat.

Tujuan 1. Memberikan bantuan napas dan rangsang taktil setiap neonatus yang mengalami apnea

2. Memberikan pengobatan untuk merangsang pusat napasKebijakan Setiap kasus apnea pada neonatus ditangani oleh petugas yang terampil

berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti.Prosedur Penanganan umum :

1. Bayi dirangsang dengan meraba/mengelus dada atau punggung bayi

2. Bila bayi tidak mulai bernapas atau mengalami sianosis sentral, megap-megap, atau denyut jantung menetap kurang dari 100 kali per menit, lakukan resusitasi dengan memakai balon dan sungkup.

3. Evaluasi ulang temuan dari anamnesis/riwayat umum dan pemeriksaan fisik.

4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan identifikasi penyebab : darah rutin, CRP, kultur, kalsium, glukosa, analisis gas darah.

5. Bila kadar glukosa kurang dari 45 mg/dl (2,6 mmol/l) terapi untuk hipoglikemia.

6. Lakukan foto rontgen dada untuk kemungkinan sindrom distres respirasi, pneumonia, dll.

7. Lakukan USG kepala untuk kemungkinan terjadi pendarahan intra kranial, dilatasi ventrikel.

8. Observasi bayi secara ketat terhadap serangan periodik apnea berikutnya dan rangsang pernapasan bayi bila perlu dengan meraba/menepuk dada atau punggung. Bila gagal, lakukan resusitasi dengan memakai balon dan sungkup.

9. Bila bayi mendapat serangan episode apnea lebih sekali, lakukan resusitasi tiap jam :

Prosedur Jangan diberikan minum. Pasang infus i.v dan berikan cairan infus rumatan setiap hari sesuai usia post natal.Bila bayi tidak ada serangan episode apnea resusitasi diperlukan untuk 6 jam. Bayi diperbolehkan menyusu, bila tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan memakai cara minum alternatif.Bila serangan episode apnea tetap berlangsung setelah resusitasi, berikan oksigenasi menggunakan tekanan positif kontinyu (CPAP) sesuai prosedur yang ada; ambil sampel darah arteri/perifer untuk pemeriksaan analisis gas darah.

10. Lakukan perawatan lekat atau kontak kulit bayi-ibu; dengan cara ini serangan apnea bayi berkurang dan ibu mampu melakukan amati secara ketat.

11. Berikan antibiotik (ampicillin dan gentamicin) untuk sepsis.12. Untuk bayi kecil (Berat lahir L < 1500 gram atau kehamilan < 32

minggu) serangan apnea menetap biarpun dengan cara-cara tersebut diatas dan infeksi berat telah teratasi berikan :

1.2.1 Teofilin dosis awal 5 mg/kg BB per oral/IV, diteruskan 2 mg/kg BB tiap 12 jam selama 7 hari; jika teofilin tak tersedia berikan

1.2.2 Aminofilin dosis awal 6 mg/kg BB IV, diteruskan 2,5 mg/kg BB tiap 12 jam selama 7 hari selanjutnya dosis disesuaikan dengan usia dan berat badan bayi atau dapat dinaikkan bl apnea berulang.

??????

Unit terkait Neonatal ICU (NICU)

TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Transient tachypnea of the new born (TTN) adalah suatu gangguan respirasi ringan pada neonatus lahir aterm, atau prematur dengan berat lahir besar yang terjadi segera setelah lahir dan membaik dalam 3 hari.

Diagnosis :1. Gejala klinis: takipnea, grunting, napas cuping hidung,

retraksi dada, dan sianosis.2. Rontgen thorax didapatkan hiperekspansi paru, perihiler

streaking yang prominen, pembesaran jantung ringan sampai sedang, diafragma yang datar, dan cairan di fisura minor.

3. Diagnosis TTN merupakan diagnosis terakhir setelah kemungkinan gangguan respirasi lain disingkirkan.

Tujuan Menangani transient tachypnea of the new born (TTN).

Kebijakan TTN ditangani dengan ilmu kedokteran yang berbasis bukti.

Prosedur Penanganan :1. Oksigenasi :

Berikan oksigenasi seusai kondisi bayi (lihat Protap Terapi Oksigen)

Amati respirasi bayi tiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk tangani

sebagai gangguan napas sedang atau berat.Hentikan pemberian oksigen secara bertahap bila ada perbaikan

gangguan napas. Hentikan pemberian oksigen jika frekuensi napas antara 30 – 60 kali / menit.

Prosedur 2. Pemberian makanan :Diterapkan pada semua keadaan perdarahan intrakranial. Jangan

berikan apapun melalui mulut, jika respirasi > 60 kali/menit, pasang pipa lambung

Pasang jalur intravena dan berikan cairan dosis rumatan jika bayi tidak dapat minum lewat enternal.

Jaga bayi agar tetap hangat.

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-PerinatalInstalasi Radiologi

IKTERUS NEONATORUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/6

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Ikterus neonatorum adalah diskolorisasi pada kulit atau organ lain akibat penumpukkan bilirubin. Keadaan ini disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebih, ekskresi berkurang atau campuran antara keduanya.

Tujuan Mengatasi ikterus neonatorum pada neonatus menurut penyebabnya dengan segera

Kebijakan Menangani semua kasus ikterus pada neonatus menurut penyebabnya dan dilakukan berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti

Prosedur Manajemen awal1. Mulai dengan terapi sinar2. Ambil sampel darah bayi untuk pemeriksaan kadar bilirubin3. Bila ada riwayat ikterus hemolisis, atau inkompatibilitas faktor

Rh atau golongan darah ABO pada kelahiran sebelumnya :Ambil sampel darah bayi dan ibu dan periksa kadar hemoglobin,

golongan darah bayi dan tes CoombsBila faktor Rh & golongan darah ABO bukan merupakan

penyebab dari hemolisis, atau bila ada riwayat keluarga defisiensi G6PD, lakukan pemeriksaan G6PD

4. Bila hasil pemeriksaan kadar bilirubin dan tes lain telah diperoleh, tentukan diagnosis yang memungkinkan (tabel diagnosis banding)

Manajemen Ikterus hemolitik1. Bila kadar bilirubin serum masuk indikasi dilakukan fototerapi,

lakukan fototerapi (lihat Protap Fototerapi).2. Bila kadar bilirubin serum masuk indikasi dilakukan transfusi

tukar, lakukan transfusi tukar (lihat Protap Transfusi Tukar)3. Nasehati ibu :

Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas faktor Rh, yakinkan

Prosedur

ibu sudah mendapatkan konseling tentang kehamilan berikutnya

Bila bayi dengan definisi G6PD, beri nasehat pada ibu tentang hal-hal yang harus dihindari untuk mencegah krisis hemolisis pada bayi (contoh : anti malaria, obat golongan Sulfa, aspirin, dan lain-lain)

4. Bila Hb < 12 g/dl (Ht < 36%), beri transfusi darah5. Setelah terapi sinar dihentikan :

Pantau bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan kadar bilirubin, bila memungkinkan, atau perkirakan ikterus dengan menggunakan perkiraan klinik

Bila ikterus telah sampai pada kadar untuk dilakukan terapi sinar, ulangi kembali terapi sinar dalam waktu yang sama seperti sebelumnya Ulangi langkah ini setiap kali terapi sinar dihentikan sampai dapat dipastikan atau diperkirakan kadar bilirubin berada dibawah kadar untuk dibutuhkan terapi sinar

6. Bila ikterus berlangsung dalam 2 minggu atau lebih dan air seni bayi berwarna gelap atau feses berwarna terang/pucat, lakukan terapi untuk Prolonged Jaundice.

7. Tindak lanjuti setelah bayi dipulangkan dari rumah sakit dengan mngukur Hb setiap minggu selama 4 minggu. Bila Hb < 10g dl (Ht<30%) beri transfusi darah (lihat Protap Transfusi Darah)

Manajemen Ikterus pada prematuritas1. Bila kadar bilirubin serum berada dalam kadar untuk dilakukan

terapi sinar, lanjutkan terapi sinar2. Begitu terapi sinar dihentikan bila bayi berusia kurang dari 3 hari,

pantau terus untuk 24 jam berikutnya3. Bila ikterus berlangsung dalam 2 minggu atau lebih dan kencing

bayi berwarna gelap atau feses berwarna terang pucat, lakukan terapi untuk Prolonged Jaundice

Manajemen Ikterus Berkepanjangan (Prologned Jaundice)1. Bila ikterus yang terlihat menetap setelah 2 minggu pada bayi

cukup bulan atau 3 minggu pada bayi prematur Hentikan terapi sinarBila feses bayi berwarna pucat atau kencing berwarna kuning

gelap, lakukan penanganan untuk kasus Kholestasis:2. Bila ibu dengan tes Sifilis (+), berikan terapi pada bayi untuk

Sifilis KongenitalManajemen Kern-ikterus (Ensefalopati bilirubin)1. Bila kapan saja terjadi kejang, kelola kejang 2. Lanjutkan terapi sinar sampai kadar bilirubin serum dibawah kadar

untuk dilakukan terapi sinar (lihat tabel)3. Diskusikan dengan keluarga tentang kondisi :

Terangkan mengenai kemungkinan dilakukan transfusi tukar dan prognosis bayi

Prosedur

Ijinkan keluarga untuk memutuskan bayi dilakukan transfusi tukar bila diperlukan

Berikan konseling kepada keluarga tentang gambaran kemungkinan terjadi kecacatan menetap dan berikan dukungan emosionalRencanakan tindak lanjut untuk jangka panjang karena resiko masalah perkembangan bayi

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Material Perinatal

TABEL Terapi Ikterus berdasarkan kadar bilirubin serum

UsiaTerapi sinar Transfusi tukara

Bayi Sehat Faktor Risiko Bayi Sehat Faktor Risikomg/dl µmol/l mg/dl µmol/l mg/dl µmol/l mg/dl µmol/l

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220Hari 2 15 260 13 220 19 330 15 260Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340Hari 4

dst20 340 17 290 30 510 20 340

a Lihat Prosedur Transfusi Tukarb Ikterus yang terlihat pada tubuh pada hari 1 kehidupan perlu diterapi dengan terapi sinar sesegera mungkin. Jangan menunda terapi sinar sampai diperoleh hasil pemeriksaan kadar bilirubin.

TABEL Diagnosis banding ikterus

Temuan

Riwayat PemeriksaanPenyelidikan atau

Diagnosis lain yang diketahui

Diagnosis yang mungkin

Ikterus tidak timbul saat lahir tapi timbul < 24 jam

Pucat saat lahir

Faktor Rh atau inkompatibilitas golongan darah ABO pada kelahiran sebelumnya

Ikterus berat

Pucat Edema

menyeluruh Bayi laki-

laki (penemuan pendukung hanya untuk defisiensi G6PD)

Hb < 13 g/dl (Ht < 40 %)

Tes Coombs (+)

Inkompatibilitas Golongan Darah ABO atau faktor Rhesus antara ibu dan bayi

Pemeriksaan G6PD (+)

Ikterus hemolitik

lanjutan TABEL Diagnosis banding ikterus

Riwayat PemeriksaanPenyelidikan atau

Diagnosis lain yang diketahui

Diagnosis yang mungkin

Riwayat defisiensi G6PD, Ikterus, anemia, pembesaran hati dan limpa

Waktu timbul 2-5 hari

Ikterus berat

Bayi kecil (kurang dari 2500 gram saat kelahiran, atau lahir sebelum 37 minggu kehamilan)

Ikterus paca prematuritas

Waktu timbul 2-7 hari

Serious Jaundice

Sepsis Ikterus yang berkaitan dengan sepsis

Waktu timbul ikterus hari ke2 atau lebih cepat

Waktu timbul ensefalopati

hari 3-7 Diagnosis

akhir dan terapi serious jaundice

Serious Jaundice

Kejang Opistotonus

Tes Coombs (+) Eilirubin ensefalopati (kernikterus)

a Diagnosis pada layar sebelah kanan tidak dapat dilakukan bila daftar temuan yang dicetak tebal tidak ada. Temuan yang ada tidak menjamin diagnosis. Diagnosis dapat ditegakkan bila ditemukan daftar temuan yang digaris bawah. Temuan yang lain hanya merupakan pendukung untuk menegakkan diagnosis, tapi bila tidak ditemukan belum tentu menyingkirkan diagnosis ini.

PEDOMAN PENGELOLAAN IKTERUS MENURUT WAKTU TIMBULNYA

DAN KADAR BILIRUBIN

Bayi cukup bulan (Non-Patologis)

(Satuan mmol/1 dikonversi menjadi g/dl-faktor konversi : 17,1)

Umur(jam)Pertimbangkan

FototerapiFototerapi

Tranfusi Tukar

Jika Fototerapi

Intensif Gagal

Tranfusi Tukar

dan Fototerapi

intensif

< 24 jam

25-48 jam >11.5 >15.2 >20 >30

49-72 jam >15.2 >18 >25 >30

>72 jam >17 >20 >25 >30

Bayi Prematur

Fototerapi

Umur(jam)Berat <1500 g

KadarBilirubun (mg/dl)

Berat 1500-2000 g

KadarBilirubun (mg/dl)

Berat >2000 g

KadarBilirubun

(mg/dl)

< 24 jam Risiko tinggi lainnya :>4

Risiko : > 4Lainnya : > 4

> 5

25-48 jam >5 >7 >8

49-72 jam >7 >9 >11.5

>72 jam >8 >10 >14

Transfusi tukar :

mur(jam)Berat <1500 g

KadarBilirubun (mg/dl)

Berat 1500-2000 g

KadarBilirubun (mg/dl)

Berat >2000 g

KadarBilirubun

(mg/dl)

< 24 jam >10-15 >15 >15-1825-48 jam >10-15 >15 >15-18

49-72 jam >10-15 >15.5 >17-18.5

>72 jam >15 >17 >18-20

FOTOTERAPI (TERAP SINAR)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Fototerapi (terapi sinar) adalah terapi menggunakan sinar Ultraviolet dengan panjang gelombang tertentu dan waktu tertentu yang dimaksud untuk menurunkan kadar Bilirubin.

Tujuan Menurunkan kadar bilirubin indirek sampai pada kadar yang tidak memerlukan fototerapi lagi

Kebijakan Melakukan fototerapi pada semua bayi dengan ikterus neonatorum dan kadar bilirubin indirek lebih tinggi dari batas tertentu.

Prosedur Persiapan alat fototerapi :1. Pastikan penutup atau pelindung pada posisi yang tepat hal ini

untuk mencegah agar bayi tidak terluka bila tiba-tiba lampu pecah, serta melindungi dari bahaya sinar ultraviolet.

2. Hangatkan ruangan dimana unit itu berada sehingga suhu dibawah lampu 28oC – 30oC

3. Nyalakan tombol unit dan periksa apakah seluruh lampu fluoresens menyala dengan baik.

4. Ganti lampu fluoresens bila terbakar atau mulai berkedip-kedip5. Catat tanggal kapan lampu mulai dipasang dan pastikan durasi

total penggunaan lampu.6. Ganti lampu setiap 2000 jam atau setelah penggunaan 3 bulan,

walaupun lampu masih menyala.7. Gunakan kain pada boks bayi, atau inkubator dan letakkan tirai

putih mengelilingi area sekeliling unit tersebut berada untuk memantulkan kembali sinar sebanyak mungkin ke arah bayi.

Cara melakukan fototerapi1. Letakkan bayi dibawah lampu terapi sinar

2. Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai dengan petunjuk atau manual dari pabrik pembuat unit.

3. Diusahakan permukaan tubuh seluas-luasnya terpapar sinar.4. Ubah posisi bayi tiap 3 jam.5. Pastikan bayi diberi minum :

Prosedur Anjurkan ibu untuk memberi minum setiap diperlukan, paling tidak setiap 3 jam.

Pindahkan bayi dari unit fototerapi selama diberi minum dan lepaskan penutup mata.

Tidak diperlukan untuk menambah atau mengganti ASI dengan air, dekstrosa adatu PASI.

Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternatip pemberian minum. Naikkan volume pemberian ASI peras dalam sehari (10-15% dari kebutuhan rumatan sehari, mungkin sampai 25%) atau dengan menambah 25 ml/kg susu selama bayi dibawah lampu terapi sinar. Jika masukan cairan tidak mencukupi, diberikan cairan per infus.

6. Bila bayi menerima cairan IV, naikkan jumlah volume cairan 10%. Selama bayi dibawah lampu terapi sinar.

7. Bila bayi menerima cairan IV atau diberi minum melalui pipa lambung, tidak perlu dipindahkan dari lampu terapi sinar.

8. Timbang bayi setiap hari dan awasi penurunan BB akibat kehilangan air secara evaporasi atau diare, terutama pada bayi prematur.

9. Feses bayi mungkin akan keluar dan berwarna kuning saat bayi menerima terapi sinar. Kondisi ini tidak memerlukan terapi khusus.

10. Hentikan fototerapi saat orang tua mengunjungi bayinya dan membuka pelindung mata untuk memudahkan interaksi alami antara orang tua dan bayi.

11. Lanjutkan pengobatan dan pemeriksaan lain :Bayi dipindahkan dari unit terapi sinar hanya untuk prosedur yang tidak dapat dilakukan selama dibawah lampu terapi sinar.Bila bayi menerima oksigen, matikan lampu saat memeriksa bayi untuk mengetahui sianosis sentral..

12. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu udara sekitar bayi setiap 3 jam. Untuk bayi dalam inkubator, thermistor probe harus dilindungi dari sinar.

13. Periksa kadar bilirubin serum tiap 12 jam :Hentikan fototerapi ketika kadar bilirubin turun dibawah kadar indikasi dilakukan fototerapi atau 15 mg/dl.

14. Bila kadar bilirubin serum mendekati nilai untuk dilakukan transfusi tukar, lakukan transfusi tukar (lihat protap Transfusi Tukar).

15. Bila kadar bilirubin tidak dapat diperiksa :16. Bila bayi kecil (berat lahi < 2500 gram dan umur kehamilan < 37

minggu) atau sepsis, hentikan fototerapi setelah 3 hari.17. Bila ada Kecurigaan Ikterus Hemolitik atau ikterus ditemukan pada

hari pertama, hentikan fototerapi setelah 4 hari.Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak

Instalasi Maternal-Perinatal

POTENSIAL TERINFEKSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

2.1.2 Bila hasil kultur negative, dan bayi tidak menunjukkan tanda-tanda sepsis hentikan antibiotika.

2.1.3 Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda sepsis, obati saja kemungkinan besar sepsis.

2.1.4 Bila kultur tidak dapat dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan tanda sepsis hentikan antibiotika setelah 5 hari.

2.1.5 Amati bayi selama 24 jam setelah antibiotika dihentikan.2.1.5.1 Bila bayi dalam keadaan baik, dan tidak ada

tanda yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.

2.1.5.2 Beritahu ibu tentang tanda-tanda sepsis dan nasehati ibu untuk membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul.

2.2 KPD tanpa infeksi intrauterin atau demam yang dicurigai infeksi2.2.1 Tidak perlu antibiotik2.2.2 Amati tanda sepsis setiap 4 jam selama 48 jam

2.2.2.1 Bila hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tanda-tanda sepsis setelah 48 jam, dan tidak ada gejala yang memerlukan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.

2.2.2.2 Beritahu ibu tentang tanda-tanda sepsis dan nasehati ibu untuk membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul.

2.2.3 Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda sepsis, obati sebagai kemungkinan besar sepsis

2.2.4 Bila kultur darah tidak diperiksa, amati bayi selama 3 hari lagi. Bila bayi dalam keadaan baik bayi dapat

dipulangkan.

POTENSIAL TERINFEKSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

3. Bayi dengan umur kehamilan kurang dari 35 minggu, atau berat lahir kurang dari 2000 gram

KPD, infeksi intrauterin, atau demam curiga infeksiAmbil sampel darah, beri antibiotika seperti pemberian untuk kemungkinan besar sepsisBila kultur darah negatif dan bayi tidak ada tanda-tanda sepsisBila ada KPD tanpa infeksi intrauterin atau demam,

hentikan antibiotika setelah 3 hari.Bila ibu menderita infeksi intrauterin atau demam,

hentikan antibiotika setelah 5 hari.Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda sepsis, obati sebagai kemungkinan besar sepsisBila kultur tidak dapat dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan tanda sepsis hentikan antibiotika setelah 5 hari

Unit terkait

HALAMAN 1 BELUM ADA………………….CEK ASLINYA!!!!!!

POTENSIAL TERINFEKSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman3/3

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

3. Bayi dengan umur kehamilan kurang dari 35 minggu, atau berat lahir kurang dari 2000 gram

KPD, infeksi intrauterin, atau demam curiga infeksiAmbil sampel darah, beri antibiotika seperti pemberian untuk kemungkinan besar sepsisBila kultur darah negatif dan bayi tidak ada tanda-tanda sepsisBila ada KPD tanpa infeksi intrauterin atau demam,

hentikan antibiotika setelah 3 hari.Bila ibu menderita infeksi intrauterin atau demam,

hentikan antibiotika setelah 5 hari.Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda sepsis, obati sebagai kemungkinan besar sepsisBila kultur tidak dapat dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan tanda sepsis hentikan antibiotika setelah 5 hari

Unit terkait

RESUSITASI PADA ASFIKSIA NEONATORUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Resusitasi adalah urutan-urutan tindakan yang dilakukan pada bayi baru

lahir yang mengalami asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum adalah

kegagalan bernafas secara spontan pada bayi baru lahir

Tujuan Menangani asfiksia neonatorum

Kebijakan Diterapkan pada semua bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum

Prosedur Bagian terlampir hal. 2 ( LIAT…….DISESUAIKAN!!!)

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-Perinatal

RETINOPATHY OF PREMATURITY (ROP)

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Kelainan pertumbuhan pembuluh darah retina karena terputusnya pembentukan jaringan pembuluh darah yang baru.

Tujuan Mendeteksi faktor resiko, melakukan tindakan pencegahan dan melakukan diagnosis sedini mungkin

Kebijakan Bayi dengan umur kehamilan < 28 minggu atau berat badan < 1500 gr atau bayi dengan berat badan > 1500 gr dengan perjalanan klinis dan tak stabil harus di follow-up untuk pemeriksaan retinopathy of prematurity (ROP)

Prosedur 1. Bayi dengan umur kehamilan < 28 minggu atau berat badan < 1500 gr atau bayi dengan berat badan > 1500 gr dengan perjalanan klinis tak stabil diperiksa untuk ROP pada umur 4 – 6 minggu atau umur 32 – 34 minggu postconceptional.

2. Apabila tidak ada tanda-tanda ROP pemeriksaan dilakukan setiap 2 – 4 minggu sampai maturasi retina cukup.

3. Apabila terdapat tanda-tanda ROP pemeriksaan dilakukan setiap 1 – 2 minggu sampai maturasi retina cukup atau sampai batas perjalanan penyakit terlampaui.

4. Pemeriksaan ROP oleh dokter dari SMF Mata.5. Pengelolaan bayi dengan ROP sesuai Protap dari SMF Mata.

Unit Terkait SMF MataSMF Ilmu Penyakit Mata

TRUSH DI MULUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Trush di mulut adalah lapisan pada mulut dan / atau lidah yang

disebabkan oleh infeksi jamur.

Tujuan Mengatasi trush di mulut pada neonatus

Kebijakan Trush di mulut pada neonatus ditangani dengan ilmu kedokteran yang

berbasis bukti

Prosedur 1. Lakukan pemeriksaan untuk membedakan trush dari bercak susu

dengan mengorek lidah dengan lembut untuk melihat apakah

bercak putih mudah di lepas : trush sukar dilepas.

2. Olesi bercak trush dalam mulut bayi dengan larutan gentian

violet 0,5% 4 kali sehari, lanjutkan sampai dua hari setelah lesi

menghilang.

3. Anjurkan ibu untuk mengoles payudaranya dengan krim nistatin

atau larutan gentian violet 0,5% setiap kali selesai menyusui

selama bayi diobati.

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak

Instalasi Maternal-Perinatal

PENANGANAN HIPERGLIKEMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Hiperglikemia adalah kadar glukosa darah > 125 mg/dl

Tujuan Menurunkan kadar glukosa darah sampai 80-120 mg/dl

Kebijakan Menangani khusus hiperglikemia pada neonatus secara holistik dan berdasarkan ilmu kedokteran berbasis bukti

Prosedur Persiapan alat/obat :1. kapas, alkohol, set infus, infusion pum2. cairan salin normal dan glukosa < 4,7% + elektrolit

Cara :1. Sterilkan kulit diatas vena yang akan diinjeksi2. Tusukkan jarum set infus sampai masuk vena; kontrol; darah

keluar dari vena masuk ke pangkal jarum3. Pasang set infus dengan cairan salin normal dan masukkan

sebanyak 2 cm4. Berikan cairan glukosa < 4,7% + elektrolit dengan dosis sesuai

kebutuhan cairan rumatan per hari.

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-Perinatal

HIPERKALSEMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Hiperkalsemia adalah kadar kalsium total dalam serum > 11,0 mg/dl atau kadar ion kalsium serum > 5,0 mg/dl pada bayi yang disertai gejala hipotoni, ensefalopati, hipertensi, distres pernapasan, nafsu makan menurun atau muntah.

Tujuan Menurunkan kadar kalsium sampai kadar normal

Kebijakan Menangani kasus hiperkalsemia pada neonatus secara holistik dan dikerjakan oleh petugas yang terlatih berdasarkan ilmu kedokteran berbasis bukti

Prosedur Persiapan alat/obat :1. Kapas, alkohol 70%2. Syring 20 cc/set infus3. Salin normal

Pelaksanaan :1. Siapkan set infus diisi dengan larutan salin normal2. Sterilkan kulit diatas vena yang akan diinjeksi3. Tusukkan jarum set infus sampai masuk vena; kontrol darah

keluar dari vena masuk ke pangkal jarum4. Dosis normal salin I.V 10-20 cc/kg BB dalam 15-30 menit5. Glukokortikoid 1m/i.v/oral (cek aslinya……!!!)6. Tutup bekas tusukan jarum dengan kapas, diplester

Unit terkait SMF AnakInstalasi Maternal-Perinatal

KEJANG PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman¼

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Kejang pada neonatus adalah setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir, berlangsung berulang-ulang dan periodik. Manifestasi kejang pada bayi lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang, tiba-tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai/tidak dengan hilangnya kesadaran, pergerakan yang tidak terkendali (involuntary movements), nistagmus atau mata mengedip-ngedip paroksismal, gerakan seperti mengunyah dan menelan (fenomena oral dan bukal), bahkan apnea.

Tujuan Mengatasi kasus kejang pada neonatus dengan segera

Kebijakan Kejang pada neonatus merupakan kasus darurat yang harus ditangani segera oleh petugas yang terlatih berdasarkan ilmu kedokteran berbasis bukti.

Prosedur 1. Pasang jalur infus IV beri cairan IV dengan dosis rumat2. Bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl, tangani untuk

hipoglikemia sebelum melanjutkan manajemen kejang seperti dibawah ini, untuk menyingkirkan kemungkinan hipoglikemia sebagai penyebab kejang

3. Bila bayi dalam keadaan kejang atau bayi kejang dalam beberapa jam terakhir, beri fenobarbital dengan dosis 20 mg/kg berat badan IV pelan-pelan dalam waktu 5 menit

Bila jalur IV belum terpasang, beri fenobarbital 20 mg/kg sebagai dosis tunggal dengan injeksi IM;

KEJANG PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman2/4

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Bila kejang tidak berhenti dalam waktu 30 menit, beri dosis ulangan fenobarbital 10 mg/kg berat badan IV atau IM. Dapat diulangi sekali lagi 30 menit kemudian bila perlu.

Bila kejang masih berlanjut atau berulang, beri Fenitoin IV 20 mg/kg BB, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Beri fenitoin hanya IVCampur jumlah dosis total didalam 15 ml garam fisiologis

dengan kecepatan infus 0,5 ml/menit selama 30 menit. Hanya gunakan larutan garam fisiologis untuk mencampur fenitoin, sebab jenis cairan lain akan mengakibatkan kristalisasi fenitoin

Monitor denyut jantung selama pemberian fenitoin IV4. Lanjutkan pemberian oksigen bila bayi mengalami gangguan napas

(misalnya : sianosis sentral, napas kurang dari 30 kali per menit). Kurangi oksigen secara bertahap sampai batas terrendah yang tidak menyebabkan sianosis sentral

5. Mencari etiologi kejang : periksa elektrolit Ca, Na, Mg; tanda-tanda meningitis, bl perlu lakukan USG kepala.

6. Amati bayi untuk melihat kemungkinan kejang berulang, khususnya cari kejang subtle.

7. Bila kejang berulang dalam waktu 2 hari, beri fenobarbital 5 mg/kg BB / hari per oral, sampai bebas kejang selama 7 hari. Bila kejang berulang setelah 2 hari bebas kejang, ulangi pengobatan dengan fenobarbital dari awal.

8. Lanjutkan pemberian cairan IV :Batasi volume cairan sampai dengan 60 ml/kg BB/hari untuk hari pertama.

KEJANG PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman¾

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Monitor diuresis :Bila bayi kencing kurang dari 6 kali/hari, atau tidak ada sama sekali produksi urin, jangan ditambah jumlah volume cairan pada hari berikutnyaBila jumlah urin mulai meningkat, naikkan volume cairan IV

8. Berikan perawatan umum untuk bayi :8.1 Hindarkan stimulasi suara dan memegang bayi secara

berlebihan8.2 Pegang dan gerakkan bayi dengan pelan untuk menghindari

trauma karena tonus ototnya masih lemah8.3 Jelaskan pada ibu bahwa fenobarbital dapat menyebabkan

bayi mengantuk untuk beberapa hari.9. Bila bayi sudah tiga jam tidak kejang, anjurkan bayi untuk

menyusu ASI. Bila bayi tidak mau menyusu ASI, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

10. Bila bayi sedang mendapat fenobarbital setiap hari :10.1 Lanjutkan fenobarbital sampai dengan tujuh hari setelah

kejang yang terakhir10.2 Bila fenobarbital sudah dihentikan, lanjutkan amati sampai

tiga hari berikutnya11. Jelaskan kepada ibu bahwa bila bayi kejang sudah berhenti dan

bayi dapat minum sampai dengan umur 7 hari kemungkinan bayi akan sembuh sempurna

KEJANG PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman4/4

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

12. Anjurkan ibu untuk memegang dan mengelus-elus bayinya untuk membantu mengurangi iritabilitas

13. Bila sudah tidak terjadi kejang minimal 3 hari dan ibu dapat menyusui dengan ASI dan tidak dijumpai masalah yang memerlukan perawatan di rumah sakit, maka bayi dapat dipulangkan. Sebelum dipulangkan dilakukan pemeriksaan EEG dan bl perlu dikonsul ke bag neurology.

14. Rencanakan kunjungan tindak lanjut, dimulai setiap minggu :14.1 Nilai minumnya, bantu ibu untuk menemukan cara yang

paling baik untuk memberi minum, bila bayi tidak dapat menyusu ASI. Bila bayi minum pelan sekali, anjurkan ibu untuk minum lebih sering

14.2 Bila kondisi bayi tidak membaik setelah 1 minggu; (bayi berlanjut menjadi letargik, tidak menyusu ASI atau malas minum, atau masih kejang), kemungkinan bayi menderita kerusakan otak yang berat dan akan merupakan masalah jangka panjang.

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal Perinatal

MENINGITIS PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Meningitis adalah infeksi selaput otak yang ditandai dengan adanya kejang, ubun-ubun menonjol dan opistotonus atau bila jumlah lekosit dalam cairan serebrospinal sesuai dengan kriteria (20 lekosit/ml pada bayi umur <7 hari; 10 lekosit/ml pada bayi umur > 7 hari)

Tujuan Mengatasi infeksi intrakranial dengan antibiotika yang sesuai dan dosis yang tepat

Kebijakan Menangani kasus meningitis pada neonatus secara holistik berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine)

Prosedur 1. Pasang jalur IV dan berikan cairan IV dengan dosis rumatan2. Jangan memberi minum bayi selama 12 jam pertama3. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk

pemeriksaan darah rutin (termasuk rasio batang segemen), gula darah, elektrolit serta kultur dan sensitivitas

4. Bila terdapat gejala meningitis (kejang, opistotonus, atau ubun-ubun besar membonjol) :

Lakukang fungsi lumbal segera sesudah pengambilan darahKirimkan sampel cairan serebrospinal ke laboratorium untuk menghitung

jumlah sel, pengecatan Gram, kultur dan sensitivitasMulai manajemen untuk menengitis

5. Bila kadar hemoglobin kurang 12 g/dl (hematokrit kurang dari 36 %, beri transfusi darah)

MENINGITIS PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

6. Beri ampisilin dan gentamisin. Perhatikan dosis ampisilin dua kali lipat dari dosis yang diberikan untuk sepsis.

7. Pantau dengan ketat asupan dan pengeluaran cairan.8. Bila kejang, tangani kejang (lihat Protap kejang).9. Anjurkan bayi menyusu ASI setelah pengobatan selama 12 jam

dengan antibiotika, atau bila bayi mulai menunjukkan perbaikan. Bila bayi tidak dapat menyusu ASI, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum.

10. Periksa kadar hemoglobin setiap tiga hari sesudah mulai pengobatan antibiotika. Bila kapan saja dijumpai kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl (hematokrit kurang dari 30%), berikan transfusi darah.

11. Bila keadaan bayi membaik setelah 48 jam, lanjutkan pengobatan antibiotika.

12. Bila keadaan bayi tidak membaik setelah 24 jam, ulangi fungsi lumbal :

Bila ditemukan organisme didalam cairan serebrospinal pada pengecatan Gram, ganti antibiotika sesuai dengan organisme yang ditentukan;

Bila organisme tidak dapat ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, hentikan pemberian ampisilin dan beri sefotaksim disamping tetap beri gentamisin.

13. Tidak tergantung antibiotika yang diberikan, lanjutkan pengobatan antibiotika sampai 14 hari dari pertama kali dijumpai perbaikan.

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal Perinatal

PEMASANGAN CPAP PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/3

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) adalah alat yang digunakan untuk memberikan terapi oksigen dengan tekanan tertentu secara kontinyu pada pasien yang masih bisa bernafas spontan.

Tujuan Pemberian oksigen yang telah disesuaikan suhu dan kelembabannya dilakukan secara kontinyu dengan tekanan 3-8 cmH2O, pada waktu bayi bisa bernafas spontan. Konsentrasi oksigen yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan. CPAP dapat diberikan dengan cara nasal, pipa nasofaringeal dan pipa endotrakeal.

Kebijakan Memberikan bantuan oksigen pada neonatus dengan indikasi sebagai berikutIndikasi Umum :

1. Apnea ringan berulang dengan atau tanpa RDS2. PaO2 < 60 mmHg (8kPa) pada FiO2 60%3. Sesudah ekstubasi4. Weaning pada bayi yang tergantung ventilator

CPAP pada bayi kurang bulan dengan sindrom distres respirasi :1. Terapi awal RDS2. FiO2 > 40 – 50% dengan headbox dengan tanda distres

pernapasan3. FiO2 > 60% dengan head box4. Klinis adanya retraksi sesudah pencabutan pipa ET5. Apnea berulang dengan bukti adanya hipoksemia

PEMASANGAN CPAP PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Prosedur Persiapan alat1. pipa ET atau pipa lambung Fr 8 / Fr 5 atau nasal prong2. sumber O2 sentral3. fasilitas analisis gas darah4. ventilator dengan fasilitas CPAP untuk neonatus5. plester6. monitor oksiraetri pulsus/SpO2

Prosedur pemasangan nasal CPAP1. Siapkan pipa endotrakheal/lambung sesuai ukuran yang

dibutuhkan2. Masukkan pipa tersebut ke lubang hidung sedalam 2-3 cm3. Fiksasi pipa menggunakan plester

Sambungkan piap dengan ventilator CPAP yang telah diatur flow meter, konsentrasi oksigen dan PEEP.

Pengaturan awal :Flow 5 liter/menitKonsentrasi oksigen (FiO2) 40%PEEP 4-5

(Bisa diatur sesuai kondisi pasien)Pasang lambung melalui mulut untuk mengeluarkan udara yang tertelan

karena dapat mendesak diafragma ke atasAwasi letak dan aliran pipa setiap saat karena sumbatan lendir atau terlepas

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-Perinatal

PEMASANGAN CPAP PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman3/3

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

PEEP

Awal :- nasal CPAP ………………………………………………. 5 cmH2O- endotrakeal (ET) CPAP ………………………………….. 4 cmH2O- tidak membaik dalam 10 menit 2 cmH2O/setiap kali

Maksimum :- nasal CPAP ………………………………………………. 10-12 cmH2O- ET CPAP …………………………………………............ 8-10 cmH2O

PENANGANAN HIPERTERMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/4

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Hipertermia adalah suhu tubuh lebih dari 37,5 oC

Tujuan Mencegah dan mengatasi hipertermia pada neonatus

Kebijakan Hipertermia pada neonatus ditangani dengan cara ilmu kedokteran mutakhir berbasis bukti

Prosedur Bila suhu diduga kerna paparan panas yang berlebihan :1. Bila bayi tidak pernah diletakkan di dalam alat penghangat :

Letakkan bayi didalam suhu lingkungan yang normal (25-28oC)Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perluPeriksa suhu aksiler setiap jam sampai dicapai suhu dalam batas normalBila suhu sangat tinggi (>39oC), bayi dikompres atau dimandikan selama 10

sampai 15 menit dalam air yang suhunya 4oC lebih rendah dari suhu tubuh bayi

2. Bila bayi pernah diletakkan dibawah pemancar panas atau inkubator :

Kurangi pengatur suhu alat penghangat. Bila bayi didalam inkubator, buka inkubator sampai suhu dalam batas normal.

3. Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan

PENANGANAN HIPERTERMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman2/4

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai suhu dalam batas normal5. Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan

sesuaikan pengatur suhuBila bukan karena paparan panas yang berlebihan :

1. Terapi untuk kemungkinan besar Sepsis2. Letakkan bayi di lingkungan suhu normal (25-28oC)3. Lepas pakaian bayi sebagian atau seluruhnya bila perlu4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai dicapai suhu tubuh dalam

batas normal5. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 30oC), bayi dikompres atau

dimandikan selama 10-15 menit dalam air yang suhunya lebih rendah dari 4oC dibawah suhu bayi

Manajemen lanjutan suhu lebih dari 37.5oC1. Yakinkan bayi mendapat cukup cairan atau minuman :

Anjur ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak dapat disusui, beri ASI peras dan gunakan cara alternatip pemberian minumBila terdapat tanda dehidrasi (mata atau ubun-ubun besar cekung, elastisitas kulit berkurang, lidah dan membrana mukosa kering), tangani untuk dehidrasi

2. Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dl (2,6 mmol/l), tangani untuk hipoglikemia

3. Cari tanda sepsis sekarang dan ulangi lagi bila suhu telah mencapai batas normal.

4. Setelah suhu bayi normal :Lakukan perawatan lanjutan untuk bayiPantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam

PENANGANAN HIPERTERMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman3/4

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

5. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit, bayi dapat dipulangkan. Nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah dan melindungi dari pemanasan yang berlebihan

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal Perinatal

PENANGANAN HIPERTERMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman4/4

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

TABEL Klasifikasi Suhu tubuh abnormal

TemuanRiwayat Pemeriksaan Klasifikasi Bayi terpapar dengan suhu lingkungan

yang rendah Waktu timbulnya kurang dari 2 hari

Suhu tubuh 32oC-36.4 oC Gangguan napas Denyut jantung kurang dari

100 kali per menit Malas minum Letargi

Hipotermia sedang

Bayi terpapar dengan suhu lingkungan yang rendah

Waktu timbulnya kurang dari 2 hari

Suhu tubuh kurang dari 32

oC Tanda lain Hipotermia

sedang Kulit teraba keras Napas pelan dan dalam

Tidak terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan

Suhu tubuh berfluktuasi antara 36 oC-39 oC

Sedang berada di suhu lingkungan yang stabil

Fluktuasi terjadi sesudah periode suhu stabil

Bayi berada di lingkungan yang sangat panas, terpapar dengan matahari, berada di dalam inkubator, atau pemancar panas

Suhu tubuh lebih dari 37.5

oC Tanda dehidrasi (elastisitas

kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, lidah dan membrana mukosa kering)

Malas minum Frekuensi nampas lebih dari

60 kali per menit Denyut jantung lebih dari

160 kali per menit Letargi Iritabel

PENANGANAN HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/3

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah < 45 g/dl pada bayi kurang bulan / cukup bulan disertai gejala apnea, hipotonia, kejang, asfiksia, refleks isap turun, letargis, hipotermia, syok, ibu DM

Tujuan Meningkatkan kadar glukosa sampai kadar yang tidak membahayakan bayi baru lahir / neonatus

Kebijakan Semua kasus hipoglikemia merupakan kasus darurat dan harus ditangani segera secara holistik oleh petugas yang terlatih dan berdasarkan ilmu kedokteran berbasis bukti.

Prosedur Manajemen glukosa darah < 25 mg/dl atau terdapat tanda hipoglikemi1. Pasang jalur IV jika belum terpasang2. Berikan glukosa 10% 2 ml/kg BB secara IV bolus pelan dalam

lima menit. Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan dengan dosis yang sama larutan glukosa melalui pipa lambung

3. Infus glukosa 10% sesuai kebutuhan rumatan menurut umur dan berat badan (GIR 6-8 mg/kg/menit)

4. Periksa kadar glukosa darah satu jam setelah bolus glukosa dan kemudian tiap tiga jam :Jika kadar glukosa darah masih tetap 25 mg/dl (1,1 mmol/l) ulangi

pemberian bolus glukosa seperti tersebut diatas dan lanjutkan pemberian infus.(volume cairan dinaikkan atau GIR dinaikkan sampai 10 mg/kg/menit)

PENANGANAN HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman2/3

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Jika kadar glukosa darah 25-45 mg/dl (1,1 – 2,6 mmol/l), teruskan infus dan ulangi pemeriksaan kadar glukosa setiap tiga jam sampai kadar glukosa 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih.

Bila kadar glukosa darah 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih dalam dua kali pemeriksaan berturut-turut, ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar glukosa darah setelah kadar glukosa darah kembali normal

5. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

6. Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap hari secara bertahap. Jangan menghentikan infus glukodsa dengan tiba-tiba

Manajemen glukosa darah antara 25 Mg/dL – 45 mg/dL tanpa tanda Hipoglikemia

1. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum

2. Pantau tanda hipoglikemia, bila dijumpai tanda tersebut, tangani seperti tersebut diatas

3. Periksa kadar glukosa darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum berikutny :

Jika kadar glukosa darah kurang 25 mg/dl, atau terdapat tanda hipoglikemia, tangani seperti tersebut diatas

Jika kadar glukosa darah masih antara 25-45 mg/dl, naikkan frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum

PENANGANAN HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman3/3

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Jika kadar glukosa darah 45 mg/dl atau lebih, lihat tentang frekuensi pemeriksaan kadar glukosa darah di bawah ini.Frekuensi pemeriksaan glukosa darah setelah glukosa darah kembali normal

1. Jika bayi mendapatkan cairan IV, dengan alasan apapun, lanjutkan pemeriksaan kadar glukosa darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus. Jika kapan saja kadar glukosa darah turun, tangani seperti tersebut diatas.

2. Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV, periksa kadar glukosa darah setiap 12 jam selama dua kali pemeriksaan

3. Jika kapan saja kadar glukosa darah turun, tangani seperti tersebut diatas

4. Jika kadar glukosa darah tetap normal selama waktu tersebut, maka pengukuran dihentikan

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-Perinatal

PENANGANAN HIPOKALSEMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Hipokalsemia adalah kadar kalsium darah < 8 mg/dl pada bayi cukup bulan dan < 7 mg/dl (1,75 mmol/L) pada bayi kurang bulan, yang dibagi menjadi :

1. Akit; disertai gejala apnea, iritabel, spasmus karpopedal, tonus meningkat, klonus, hiperrefleksi, terbukti tetani atau kejang

2. Kronis; dapat terjadi riketsia, yang ditandai adanya apnea, demineralisasi tulang, kadar alkali fosfat meningkat, fraktur tulang rusuk dan tulang panjang

Tujuan Menangani hipokalsemia pada bayi baru lahir / neonatus

Kebijakan Semua kasus hipokalsemia yang bergejala (simtomatis) harus ditangani secara holistik oleh petugas yang terlatih dan berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti.

Prosedur Persiapan alat/obat :1. Kapas, alkohol 70%2. Siring 10 cc (1 buah)3. Plester4. Kalsium glukonat 10%

Cara :1. Sterilkan kulit diatas vena yang akan diinjeksi2. Kontrol syring -> tak ada udara3. Tusukkan jarum sampai masuk vena -> kalau pengisap ditarik

keluar darah masuk ke syring

PENANGANAN HIPOKALSEMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman2/2

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

4. Masukkan obat perlahan-lahan dosis 1-2 ml/kg BB kalsium glukonas 10% dalam waktu lebih dari 20-60 menit

5. Perhatikan respons penderita selama penyuntikan6. Tutup bekas tusukan jarum dengan kapas, diplester

Cara penanganan hipokalsemia onset akut :1. Bila bayi kurang bulan tanpa gejala hipokalsemia dan penyakit

lain, tidak memerlukan penanganan khusus. Hipokalsemia membaik secara spontan selama 3 hari

2. Bila kadar kalsium turun < 6,5 mg/dl (terutama pada BBLSR) berikaninfus kalsium secara kontinyu dimulai dengan dosis kalsium glukonat 45 mg/kg/hari atau 15 ml/kg/hari. Pertahankan kadar kalsium serum sekitar 7 mg/dl.

3. Bila bayi mengalami gangguan kardiovaskular, asfiksia saat lahir, distres pada masa perinatal, syok septik, lebih dianjurkan pemberian kalsium melalui vena sentral. Pertahankan kadar kalsium serum sekitar 7 mg/dl.

Cara penanganan krisis hipokalsemia dengan kejang, apnea dan tetani, biasanya dengan kadar kalsium < 5 mg/dl

1. Berikan kalsium glukonat 10% dosis 1-2 ml/kg melalui infus selama 5 menit

2. Monitor denyut jantung dan lokasi infus3. Ulangi dosis dalam 10 menit bila tidak ada respons klinik4. Lanjutkan dosis inisial; berikan dosis rumatan secara parenteral

atau oral dengan dosis 200-800 mg/kg/hari dosis terbagi

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-Perinatal

PENANGANAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/5

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Hipotermia pada bayi lahir adalah penurunan suhu tubuh sampai di bawah 36,5oC (normal 36,5-37,5 oC)

Tujuan Mencegah dan mengatasi hipotermia pada bayi baru lahir / neonatus dengan faktor resiko BBLR, prematur, asfiksia atau kondisi lain

Kebijakan Hipotermi pada neonatus ditangani dengan cara ilmu kedokteran yang berbasis bukti

Prosedur 1. Tindakan PencegahanSiapkan ruang yang cukup hangatBayi dengan asfiksia, distres respirasi atau sepsis membutuhkan

suhu ruang lebih tinggi dibanding bayi dengan berat yang sama tanpa masalah

Gunakan pemancar panas hanya selama resusitasiBayi segera dikeringkan setelah lahir dengan handuk bersih dan

lembutJangan memandikan bayi segera setelah lahir, lebih baik mandi

ditundaJangan hilangkan verniksTutuplah kepala dengan handuk bersih dan keringBerikan bayi ke dada ibunya, dan selimuti keduanya

PENANGANAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman2/5

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Khusus bayi kecil (BBLR) lakukan perawatan bayi lekat (PBL) dengan metoda Kanggura (lihat cara PBL) bila kondisi sudah stabil.

Susukan bayi dalam 30 menit setelah lahir.2. Penanganan hipotermia berat (suhu tubuh <32oC)

Segera hangatkan bayi dengan menggunakan pemancar panas yang sebelumnya telah dihangatkan (bila mungkina). Gunakan inkubator atau ruangan hangat bila perlu.

Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat

Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah

Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi nafas > 60 atau < 30 kali/menit, retraksi dada, merintih)Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis

rumatan, dan pipa infus tetap terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan

Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah < 45 mg/dl, tangani untuk hipoglikemia

Nilai bayi untuk tanda kegawatan (misalnya gangguan nafas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kesiapan untuk minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali ke batas normal

Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai standar pelayanan untuk penanganan Sepsis

Anjurkan menyusu segera setelah bayi siap

PENANGANAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman3/5

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum

Bila refleks menelan bayi tidak baik, pasang pipa lambung dan beri ASI peras begitu suhu bayi mencapai 35oC

Periksa suhu bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5 oC/jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam

Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam

Setelah suhu tubuh bayi normal:Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila

suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara menjaga bayi agar tetap hangat selama di rumah.

3. Penanganan hipotermia sedang (suhu tubuh 32-35 oC)Ganti pakaian yang dingin dan basah, dengan pakaian yang hangat, memakai

topi dan selimuti dengan selimut hangatBila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan

kontak kulita dengan kulit (perawatan bayi lekat)

PENANGANAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman4/5

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Bila tidak ada :Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas. Gunakan inkubator dan ruangan hangat bila perluPeriksa suhu alat penghangat dan ruangan hangat, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhuHindari paparan panas yang berlebihan dan lebih sering mengubah posisi bayiAnjurkan Ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat disusui, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara memberikan minum.

Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan nafas, kejang dan tidak sadar) dan segera mencari pertolongan, bila terjadi hal tersebut periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dl, tangani untuk hipoglikemia

Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 05oC, berarti usaha mengangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam

Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang dari 0,5oC/jam, cari tanda sepsis

Setelah suhu normal :Lakukan perawatan lanjutan untuk bayiPantau bayi selama waktu 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam

PENANGANAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman5/5

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit, bayi dapat dipulangkan. Nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal Perinatal

PENANGANAN POLISITEMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Polisitemia adalah peningkatan hematokrit > 65% (pada bayi baru lahir > 68 %) yang disebabkan oleh transfusi palsenta (terlambat mengikat tali pusat, transfusi kembar), hipoksia intrauterin (insufisiensi plasenta pada bayi post matur, bayi KMK, ibu preeklamsia/eklamsi, ibu dengan penyakit jantung berat, ibu mendapat propanolol dan ibu dengan diabetes melitus).Polisitemia padaneonatus ditandai dengan gejala gangguan napas, takhipnea, hipoglikemia, letargis, iritabel, apnea, kejang, reflek isap turun, nafsu makan turun dan sianosis.

Tujuan 1. Menurunkan kadar hematokrit sampai kadar batas normal menurut prosedur yang ada

2. Menangani kasus polisitemia secara terpadu

Kebijakan Mengatasi dan menangani polisitemia pada neonatus secara terpadu dan dilakukan oleh petugas yang telah dilatih

Prosedur 1. Bila kadar hematokrit > 65% dan terdapat gejala gangguan akibat polisitemia, lakukan transfusi tukar parsial dengan rumus (asumsi volume darah = 80 cc/kg BB) = volume tukar (ml) = (Berat badan (kg) x volume darah) x (Hct pasien – Hct yang diinginkan), prosedur transfusi tukar dibahas di bab tertentu)

PENANGANAN POLISITEMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman2/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

2. Kadar hematokrit yang diinginkan berkisar antara 50-553. Cairan yang dapat digunakan adalah = plasmanate, albimin 5%,

NaCl atau plasma beku segar.4. Periksa kadar hematokrit selama prosedur transfusi tukar dan

setelah itu serial hematokrit dilakukan setiap 6 jam

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-Perinatal

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/7

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Tindakan resusitasi adalah tindakan bantuan napas pada bayi baru lahir menggunakan prinsip dasar resusitasi ABCDMemastikan saluran napas terbuka

1. Meletakkan bayi dalam posisi yang benar2. Mengisap mulut, kemudian hidung, kalau perlu trakea3. Bila perlu, masukkan pipa endotrakeal (ET) untuk memastikan

pernapasan terbukaMemulai pernapasan

1. Lakukan rangsangan taktil untuk memulai pernapasan2. Bila perlu memakai ventilasi tekanan positif (VTP)

menggunakan sungkup dan balon atau pipa ET dan balon.Mempertahankan sirkulasi darah

1. Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada

Memberikan obat-obatan sesuai indikasi1. Bila perlu menggunakan obat-obatan untuk mempertahankan

sirkulasi darah

Tujuan 1. Memberikan rangsangan dan bantuan napas dan bantuan napas pada bayi baru lahir dengan asfiksia

2. Mempertahankan kelangsungan pemberian oksigen dan sirkulasi darah

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman2/7

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Kebijakan 1. Tindakan resusitasi merupakan tindakan life saving pada bayi baru lahir dengan asfiksia

2. Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir harus dilakukan oleh tim yang terkoordinasi dan yang telah ditunjuk

3. Penanggung jawab resusitasi neonatus dari masing-masing tim harus diketahui

4. Perlu pelatihan secara periodik terhadap anggota tim sehingga tercapai perawatan bayi yang efektif dan terkoordinasi

Prosedur Persiapan alat1. Periksa kelengkapan alat2. Lakukan pemasangan alat sesuai dengan fungsinya3. Lakukan pengujian peralatan yang ada, untuk menjaga

keselamatan bayi

Penilaian awal setiap bayi baru lahir1. Apakah air ketuban tanpa mekonium?2. Apakah bayi bernafas atau menangis ?3. Apakah tinus otot baik?4. Apakah kulit bayi berwarna merah muda?5. Apakah umur kehamilan cukup bulan?

Bila semua pertanyaan jawabnya “Ya”, bayi memerlukan perawatan rutin untuk bayi baru lahir (lihat Protap Perawatan Bayi Baru Lahir)Bila salah satu jawabnya “Tidak”, bayi memerlukan beberapa langkah awal resusitasi

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman3/7

ProsedurTetap

Tanggal Terbit

Langkah awal resusitasi (dilakukan dengan cepat dan diselesaikan dalam waktu 30)

1. Jaga lingkungan yang hangat dan kering2. Letakkan pada posisi yang benar dan bersihkan jalan napas,

terutama bila ada mekonium3. Bayi dikeringkan dan dilakukan stimulasi napas sambil

dilakukan reposisi kepala untuk membuka jalan napas4. Berikan oksigen, bila perlu, untuk mengurangi sianosis

Evaluasi langkah awal1. Bila bayi bernapas dan denyut jantung > 100 kali/menit, kulit

berwarna merah muda, selanjutnya bayi memerlukan perawatan suportif

2. Bila bayi tidak bernafas (apnea) atau denyut jantung < 100 kali/menit, bayi memerlukan tindakan selanjutnya (tahap B – memulai pernapasan)

Ventilasi tekanan positif / VTP (dilakukan selama 30 detik)1. Pilih ukuran sedemikian sehingga menutup mulut, hidung dan

ujung dagu, tapi tidak menutup mata.2. Pastikan jalan napas bersih, lakukan isapan mulut dan hidung

sekali lagi untuk meyakinkan tidak ada sumbatan pada waktu melakukan bantuan napas

3. Letakkan kepala bayi pada posisi sedikit ekstensi untuk membuka jalan napas

4. Letakkan sungkup ke muka bayi dan rapatkan bantalan sungkup agar tercapai tekanan positif yang diperlukan untuk mengembangkan paru

5. Pompa balon resusitasi dengan tekanan pertama > 30 mm H2O dengan frekuensi 40-60 kali/menit

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman3/7

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Evaluasi VTP1. Sementara denyut jantung meningkat ke arah normal, tetap

lanjutkan ventilasi dengan kecepatan 40-60 kali/menit2. Bila denyut jantung stabil diatas 100 kali/menit, kecepatan dan

tekanan ventilasi diturunkan secara bertahap sambil dilakukan rangsangan agar bayi bernafas

3. Bila bayi sudah bernafas spontan dan denyut jantung telah mencapai normal, bantuan ventilasi dapat dihentikan setelah denyut jantung dan nafas spontan adekuat

4. Lajnutkan pemberian oksigen arus bebas seperlunya agar bayi tetap berwarna merah muda

5. Bila denyut jantung tidak meningkat dan < 60 x/m, lakukan tahap resusitasi C dengan melakukan kompresi dada

Kompresi Dada (dilakukan selama 30 detik)1. Kompresi dada harus dilakukan bersama VTP, dan harus

dilaksanakan terkoordinir dengan melakukan ventilasi setelah kompresi ke-3 (1:3), sehingga didapatkan frekuensi ventilasi 30 x dan kompresi 90 x/m

Evaluasi Kompresi Dada Bila denyut jantung > 60x/m, kompresi dada dapat

dihentikan tetapi VTP tetap dilanjutkan Bila denyut jantung meningkat > 100x/m dan bayi mulai

bernafas spontan, VTP diturunkan secara perlahan-lahan Bila denyut jantung tetap < 60x/m, lanjutkan ke tahap

resusitasi D dengan memberikan pengobatan (epinefrin)Intubasi EndotrakealTujuan :

1. Bila diperlukan menghisap mekoneum langsung dari trakea pada bayi lahir dengan air ketuban bercampur mekoneum disertai distress nafas

2. Memperbaiki ventilasi bayi dan memfasilitasi koordinasi ventilasi dan kompresi dada

3. Jalan untuk memberikan epinefrinCara :

1. Letakkan bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi 2. Stabilkan kepala bayi dengan tangan kanan. Oksigen aliran

bebas harus diberikan selama prosedur3. Masukkan daun laringoskop di atas sebelah kanan lidah, tekan

lidah ke sisi kiri mulut, terus masukkan lagi daun laringoskop sampai ujungnya di valekula, tepat di bawah lidah

4. Angkat daun sedikit, mengangkat lidah sehingga tidak menghalangi pandangan untuk memvisualisasikan daerah faring. Pada waktu mengangkat daun, naikkan seluruh daun dengan menekan ke atas searah dengan pegangan laringoskop

5. Visualisasikan glotis dengan memberikan tekanan ke bawah pada krikoid

6. Masukkan pipa endotrakeal dengan ukuran yang sesuai menggunakan tangan kanan lewat sisi kanan mulut

7. Fiksasi pipa ET dengan tangan kanan dan keluarkan laringoskop dengan tangan kiri

8. Lakukan perasat tersebut dalam 20 detik saja, bila dalam 20 detik pipa ET belum berhasil dimasukkan, lakukan ventilasi dengan balon dan sungkup sampai keadaan bayi stabil dan lanjutkan memasang pipa ET kembali

Pemberian EpinefrinIndikasi :

1. Denyut jantung tetap < 60 x/m setelah dilakukan VTP selama 30 detik dilanjutkan kompresi dada bersama selama VTP selama 30 detik

Cara pemberian :2. Dapat diberikan melalui pipa Et dan vena umbilikalis3. Melalui pipa ET : suntikkan epinefrin langsung melalui pipa

ET, kemudian didorong ke paru-parudengan melakukan VTP4. Melalui vena umbilikalis :

3.1. Pasang tali umbilikal secara longgar di sekitar dasar tali pusat

3.2. Isi kateter 3,5F/5F dengan saline normal3.3. Potong tali pusat secara steril dengan skapel di bawah

klem 1-2 cm di atas garis kulit3.4. Masukkan kateter ke vena umbilikalis dengan arah ke atas

menuju ke jantung, sedalam 2-4 cm sampai darah mengalir

3.5. Suntikkan epinefrin sesuai dosis (0,1-0,3 ml/kgBB) larutkan 1:10.000, kemudian diikuti injeksi saline normal

0,5-1 ml3.6. Bila dalam 30 detik denyut jantung tidak meningkat > 60

x/m, ulangi pemberian setiap 3-5 menit3.7. Bila bayi tampak lemah dan ada bukti perdarahan,

pikirkan kemungkinan hipovolemia dan asidosis metabolik

Penanganan hipovolemia akut 1. Pemberian cairan yang direkomendasikan adalah cairan

kristaloid isotonik (saline normal, ringer laktat, darah golongan O) dan pemberian paling mudah melalui vena umbilikus (boleh diberikan secara intraosseus)

2. Berikan dosis awal 10 ml/kgBB, bila belum ada perbaikan ulangi pemberian 10 ml/kgBB

Penanganan asidosis metabolik 1. Pemberian natrium bikarbonat terlalu awal berbahaya. Jangan

memberikan natrium bikarbonat sebelum dilakukan ventilasi yang adekuat pada paru-paru

2. Setelah semua langkah resusitasi dilakukan dan belum ada perbaikan, berikan natrium bikarbonat dengan dosis 2 mEq/kgBB (4 ml/kgBB larutan 4,2 %)

3. Cara pemberian : melalui vena umbilikus yang aliran darahnya baik, diberikan secara lambat (maksimal 1 mEq/kgBB/m)

Unit terkait 1. SMF Anak

2. SMF Kebidanan dan Kandungan3. Instalasi Maternal dan Perinatal4. Instalasi Rawat Darurat

MAMAJEMEN CAIRAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman3/7

ProsedurTetap

Tanggal TerbitDitetapkan

Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Pemberian cairan secara intravena pada bayi dalam keadaan

tertentu supaya bayi menerima cairan, kalori dan elektrolit yang dibutuhkan

Tujuan Memberikan cairan intravena pada bayi , agar kebutuhan cairan, kalori dan elektrolitnya terpenuhi

Kebijakan Bayi yang memerlukan cairan intravena adalah:1. Sakit berat2. Kecil3. Dehidrasi4. Pemberian minum secara oral kurang diterima(hanya 2/3

atau kurang dari yang dibutuhkan)

Prosedur PILIHAN CAIRAN IV1. Berikan Glukose 10% dan kalsium glukonas dalam 2 hari

pertama2. Pada hari ketiga berikan NaCl, KCL, kalsium glukonas

dalam glukose 10%3. Lebih baik gunakan cairan 5:1 (Glukose 10% dengan NaCl

0,9% 5:1) bila tersedia, untuk mengurangi resiko infeksi dan salah mencampur cairan

4. Bila cairan tersebut tidak tersedia, tambahkan 5 ml/kgBB NaCl 0,9% ke dalam glukose yang diperlukan pada hari itu

CARA PEMBERIAN CAIRAN IV1. Gunakan set infus dengan tetesan mikro (1ml=60 tetes).

Ini dapat memberikan cairan dengan jumlah yang kecil. Menggunakan set infus biasa (1ml=20 tetes) dapat menyebabkan kelebihan cairan

2. Sebelum memberikan cairan IV periksa :2.1.Tanggal kadalawarsa cairan2.2.Apakah segel/penutup botol masih utuh

2.3.Apakah cairan masih jernih3. Masukkan cairan yang dibutuhkan sehari ke dalam

mikrobiuret4. Hitung jumlah tetes yang akan diberikan5. Atur pengatur tetes agar bayi mendapat cairan yang

dibutuhkan JUMLAH CAIRAN DAN MINUMAN SELAMA HARI PERTAMA

1. Tentukan jumlah cairan yang diperlukan setiap hari dari tabel III.1. yang mengkombinasikan jumlah cairan IV dan peroral (Ingat bahwa hari pertama adalah hari kelahiran bayi)

2. Kurangi jumlah cairan yang diperoleh bayi melalui oral dari jumlah total cairan yang diperlukan

3. Sesuaikan jumlah cairan apabila bayi mempunyai

masalah (misal bayi diletakkan di bawah alat pemancar panas atau mendapat terapi sinar, tambahkan jumlah yang dibutuhkan bayi sebanyak 10% karena bayikehilangan panas lebih banyak)

4. Rubahlah jumlah cairan yang dibutuhkan kedalam ml/jam atau tetes/ menit.

Tabel III.1 Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi sejak lahirUsia 1 2 3 4 5+≥ 1500 g 60 80 100 120 150< 1500 80 100 120 140 150

PEMANTAUAN BAYI YANG MENDAPAT CAIRAN IV

1. Periksa dan sesuaikan kecepatan dan jumlah cairan setiap 4 jam2. Periksa tempat pemasangan jalur IV setiap jam, bila ada

pembengkakan atau kemerahan berarti cairan keluar ke jaringan subkutan

3. Ganti set infus setiap 72 jam walaupun masih terisi cairan (dapat menjadi sumber infeksi)

4. Periksa kadar glukose setiap 6 jam:4.1.Apabila kadar glukose darah < 45 mg/dl (2,6 mmol/L) tangani sebagai hipoglikemia4.2.Apabila kadar glukose >103 mg/dl (6 mmol/L) 4.2.0.1.Ganti cairan ke glukose 5 % 4.2.0.2.Ukur kadar glukose darah setelah 3 jam

5. Nilai hidrasi setiap hari :5.1.Apabila ada tanda dehidrasi (lidah dan selaput lendir kering, turgor kurang, mata dan ubun-ubun cekung). Tambahkan jumlah cairan sebanyak 10% pada saat dehidrasi ditemukan.5.2.Apabila ada tanda kelebihan cairan (peningkatan berat yang berlebihan, edema pada mata), kurangi jumlah cairan sebanyak 30% selama 24 jam)

6. Catat jumlah urine bayi setiap kali kencing.Apabila jumlah urine dalam 24 jam menurun atau tidak ada, hitung kenaikan berat badan dan berikan cairan sebanyak yang diberikan hari sebelumnya

Timbang bayi setiaphari, apabila terjadi penurunan berat badan >5%, tingkatkan jumlah cairan 10 ml/kg.

Unit Terkait SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal Perinatal Instalasi Gizi

ANEMIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Prosedur tetap

Anemia adalah kadar hemoglobin atau hematokrit dibawah normal.

1. Mencegah terjadinya anemia2. Menangani anemia

Anemia merupakan kasus yang harus segera ditangani.

Anemia karena perdarahan yang sedang berlangsung atau riwayat perdarahan.1. Hentikan perdarahan2. Berikan cairan infus dengan 20 ml/kg selama satu jam pertama3. Berikan K1 1 mg IM sekali, pada saat masuk tanpa memandang

apakah bayi telah diberi Vitamin K1 pada saat lahir atau tidak.4. Bila ada tanda syok ( pucat, akral teraba dingin, denyut jantung

lebih dari 180 x/menit, kesadaran menurun ) berikan infus NaCL 0,9 % dan ringer laktat dengan dosis 10 ml/kgbb diberikan selama 10 menit dan dapat diulang sekali lagi sesudah 20 menit tanda syok masih berlanjut, berikan transfusi darah segera menggunakan golongan darah O rhesus negatif.

5. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit serta golongan darah dan reaksi silang bila belum dikerjakan . Bila hemoglobin kurang dari 12 g/dl ( hematokrit kurang dari 36 % ) berikan transfusi darah.

6. Periksa tanda vital , bila bayi sudah stabil , selanjutnya berikan cairan sesuai kebutuhan harian.

Pucat dengan riwayat perdarahan atau tanpa perdarahan .1. Bila ada pucat disertai gejala syok ( pucat, akral teraba dingin,

denyut jantung lebih dari 180x/menit , kesadaran menurun )naikkan tetesan infus menjadi 20 ml/kg dalam 1 jam.

2. Apabila belum terpasang infus, segera lakukan infus dengan dosis 20 ml/kg dalam 1 jam.

Unit terkait

3. Bila hemoglobin kurang dari 12 g/dl atau hematokrit kurang dari 36 % beri transfusi darah.

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal – PerinatalUnit transfusi darah Palang Merah Indonesia

BAYI IBU DIABETES MELITUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Prosedur tetap

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita Diabetes Melitus ( DM )

Mengelola bayi yang dilahirkan dari ibu penderita DM

Dilakukan pada semua bayi baru lahir yang ibu menderita DM

1. Pada bayi berumur kurang 3 hari , amati tanda – tanda hipoglikemia sampai umur 3 hari.

2. Periksa kadar glukose darah pada umur 3 jam untuk bayi lahir dalam.

3. Periksa kadar glukose darah pada saat masuk kamar bayi untuk bayi lahir luar.

4. Periksa kadar glukose darah lagi tiga jam setelah pemeriksaan pertama.

5. Pemeriksaan kadar glukose darah selanjutnya setiap 6 jam selama 24 jam atau sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut – turut.

6. Bila kadar glukose ≤ 45 mg/dl atau bayi menunjukkan kadar hipoglikemia ( tremor atau letargi ) tangani untuk hipoglikemia ( lihat hipoglikemia )

7. Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemia atau masalah lain , bayi dapat minum dengan baik , pulangkan bayi pada hari ke 3

8. Bila bayi berumur 3 hari atau lebih tidak menunjukkan tanda – tanda penyakit, bayi tidak perlu pengamatan.

9. Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan dirumah sakit , bayi dapat dipulangkan.

10. Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering, paling tidak 8 kali sehari, siang dan malam.

Unit terkait

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal – PerinatalInstalasi Patologi Klinik

BAYI IBU HBsAG

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Unit terkait

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan darahnya HbsAg positif

Mengelola bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan darahnya HbsAg Positif

Dilakukan pada semua bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan darahnya HbsAg Positif.

1. Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B ( VHB ) 0,5 ml IM segera setelah lahir ( sebaiknya dalam 12 sesudah lahir ) dilanjutkan dosis ke-2 atau ke -3 sesuai dengan jadwal imunisasi hepatitis.

2. Apabila orang tua bersedia membeli imunoglobulin Hepatitis B , berikan immunoglobulin hepatitis B 200 IU ( 0,5 ml ) IM disuntikkan pada paha sisi yang lainnya , dalam waktu 24 jam setelah lahir atau paling lambat 48 jam setelah lahir.

3. Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal – Perinatal

CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE ( CPAP )

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Unit terkait

Pemberian Oksigen dengan tekanan positif secara kontinyu.

Memperbaiki Distres Respirasi

Dilakukan pada semua bayi yang terindikasi memerlukan bantuan nafas dengan CPAP

1. Pada permulaan digunakan CPAP nasal 6 cm H2O atau CPAP endotrakeal 4 cm H2O.

2. Pasien dengan bantuan nafas Intermitten Mandatory Ventilation (IMV) dengan setting FiO2 50 % pada paCO2 8,5 pH 7,2 bila masih bernapasan spontan dapat dicoba CPAP nasal 4-10 cm H2O

3. Bila tidak ada perbaikan dalam 10 menit , dapat dinaikkan 2 cm H2O (setiap kali) sampai mencapai maksimum 10-12 cm H2O (nasal) atau 8-10 cm H2O ( endotrakeal )

4. Bila paCO2 naik dan paO2 tekanan CPAP diturunkan5. Bila paO2 tetap 50 mmHg ( dengan tekanan 10-12 cmH2O ) fiO2

dinaikkan 5-10%.6. Periksa AGD arteri dalam 20 menit setelah terpasang dan setiap

kali melakukan perubahan setting.

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal – Perinatal

DIARE

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Prosedur tetap

Berak lebih sering dari pada biasanya

1. Mencegah jangan sampai terjadi dehidrasi2. Mengatasi kasus diare

Dilakukan pada semua neonatus yang menderita diare

1. Berikan dukungan pada ibu untuk menyusui.2. Jika bayi tidak dapat menyusu , berika ASI peras dengan disendoki.3. Jika ibu memberikan makanan atau minuman lain selain ASI ,

minuman /makanan tersebut harus dihentikan.4. Berikan larutan rehidrasi oral , setiap kali diare.5. Jika bayi dapat menyusu , anjurkan ibu untuk memberi ASI sesering

mungkin atau diberikan larutan rehidrasi oral sebanyak 20 ml diantara pemberian ASI dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

6. Jika bayi tidak dapat menyusu dengan baik, pasang pipa lambung dan berikan cairan oralit 20 ml melalui pipa.

7. Bila tidak cukup, berika ASI peras 20 ml dan kemudian berikan ASI dan oralit secara simultan.

8. Jika tidak ada ASI , berikan larutan rehidrasi oral 20 ml yang sudah diencerkan dengan perbandingan 1 : 3

9. Jika bayi tidak dehidrasi,ASI diberikan lebih sering dan lebih lama.

10. Jika bayi menunjukkan tanda dehidrasi atau sepsis : Pasang jalur IV , sementara bayi masih menyusu jika

memungkinkan. Jika bayi menunjukkan tanda –tanda dehidrasi ,berikan

larutan Ringer Laktat/NaCL 0,9 % 30 ml/kg berat badan dalam 1 jam, kemudian dilanjutkan dengan 70 ml/kg berat badan diberikan dalam 5 jam.

11. Lakukan pengamatan dan penilaian dalam 18 jam berikutnya : Jika bayi telah terehidrasi dan tidak diare lagi , berikan cairan dengan dosis rumatan sesuai umur. Jika bayi telah terehidrasi tapi masih diare , tambahkan cairan rumatan dengan 10 ml tiap kali diare dan sesuaikan volume cairan yang diberikan.

12. Lakukan kaji ulang setelah 12 jam

Unit terkait

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal – Perinatal

ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS (EKN)

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Prosedur tetap

Unit terkait

Enterokolitis nekrotikans (EKN) adalah suatu penyakit yang berat pada saluran cerna , umumnya menyerang bayi premature, penyebabnya belum jelas.

1. Mencegah terjadinya EKN.2. Mengatasi kasus EKN.

Diterapkan pada semua bayi premature dan bayi yang menderita EKN

Pencegahan1. Hindari pemberian makanan padat sebelum empat bulan2. Prioritaskan pemberian air susu ibu ( ASI )3. Pemberian minum bayi premature sesuai protap pemberian

minumPengelolaan bayi dengan EKN

1. Harus dirawat inap dan dipantau secara intensif2. Dipuasakan3. Makanan diberikan secara parenteral sampai ada perbaikan

( lebih kurang setelah lima hari pencernaannya berfungsi )4. Cairan dan elektrolit dimonitor5. Berika oksigen untuk mencegah iskemia usus6. Periksa biakan darah dan tinja7. Berikan antibiotik lini pertama ditambah metronidazole apabila

belum pernah mendapat antibiotik sebelumnya8. Apabila hasil biakan darah atau tinja sudah ada , sesuaikan

dengan sensitifitas kuman9. Lama pemberian antibiotik seperti pada sepsis neonatorium

10. Evaluasi dengan ketat tanda – tanda perforasi.11. Bila ditemukan tanda perforasi harus dilakukan operasi.

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal – Perinatal

IBU DENGAN TUBERKULOSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Unit terkait

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita tuberculosis ( TBC )

Mencegah terjadinya penularan TBC dari ibu ke bayinya.

Dilakukan pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita TBC.

1. Bila ibu menderita TBC paru aktif dan mendapat pengobatan kurang dari 1 bulan sebelum melahirkan atau didiagnosis TBC setelah melahirkan :

Bayi tidak diberi vaksin BCG Bayi diberi profilaksis Isoniazid 5 mg/kg sekali sehari secara oral. Pada umur 8 minggu dilakukan pemeriksaan tes mantoux dan radiologi bila memungkinkan2. Apabila tes mantoux positif dan /atau gambaran radiologi

menunjukkan TB maka berikan terapi sesuai protap TB pada anak.

3. Apabila tes mantoux dan radiologi negatif , tunda pemberian vaksin BCG sampai 2 minggu setelah pemberian profilaksis Isoniazid selesai

4. Bila vaksin BCG sudah terlanjur diberikan , ulang pemberiannya 2 minggu setelah pengobatan selesai.

5. Yakinkan ibu ASI tetap diberikan6. Lakukan tindak lanjut terhadap bayinya tiap 2 minggu untuk

menilai kenaikan berat bayi.

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal – PerinatalInstalasi Radiologi

INFEKSI KULIT

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/3

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Infeksi kulit adalah infeksi pada kulit bayi yang meliputi pustule /lepuh baik dengan ataupun tanda sepsis neonatorum, ruam popok, dan thrush di mulutMenangani infeksi kulit pada bayi.

Diterapkan pada semua bayi yang mengalami infeksi kulit.

1. Tentukan pustula atau lepuh meliputi kurang atau lebih setengah bagian tubuh.

2. Bila dalam satu bangsal terdapat lebih dari satu bayi dengan infeksi kulit dalam waktu 2 hari , curiga infeksi nosokomial dan lakukan tindakan sesuai.

3. Bila jumlah pustula/lepuh < 10 atau meliputi kurang setengah bagian tubuh: Gunakan sarung tangan bersih dan cuci kulit yang terkena dengan larutan antiseptic dan bersihkan dengan kain kasa 4 kali sehari sampai pustula atau lepuh bersih. Minta ibu melakukan kapan saja bila memungkinkan.

4. Amati bayi selama lima hari 5. Cari tanda-tanda sepsis neonatorum . bila ada tangani sesuau

protap sepsis neonatorum6. Jika pustula atau lepuh menghilang dalam lima hari , tidak

diperlukan pengobatan lebih lanjut.7. Jika sebagian besar pustula /lepuh masih ada setelah lima hari

tapi bayi tetap tidak mempunyai tanda –tanda sepsis , beri kloksasilin atau linkomisin peroral selama lima hari.

8. Jumlah pustula/lepuh 10 atau lebih atau meliputi lebih setengah bagian tubuh: gunakan sarung tangan bersuh dan cuci kulit yang terkena dengan larutan antiseptik dan bersihkan dengan kain kasa 4 kali sehari sampai pustula /lepuh bersih . Minta ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan.

9. Buka bagian pusat dari pustula yang berwarna putih menggunakan lanset steril dan gunakan kapas steril untuk mengambil spesimen pus untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas.

10. Berikan klosaksasilin peroral selama lima hari11. Nilai keadaan bayi paling kurang sekali sehari untuk melihat

tanda –tanda perbaikan ( pustula/lepuh tidak menyebar dan mulai mengering dan menyembuh )

12. Jika pustula /lepuh mulai membaik pada hari ketiga pengobatan , lanjutkan kloksasilin sampai liam hari penuh

13. Jika pustula atau lepuh tidak membaik pada hari ketiga pengobatan, ganti antibiotik sesuai hasil kultur dan sensitivitas dan berikan selama lima hari tambahan.

14. Jika pustula /lepuh mulai membaik pada hari ketiga pengobatan ,

INFEKSI TALI PUSAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Unit terkait

Infeksi tali pusat adalah infeksi pada tali pusat atau jaringan kulit disekitar tali pusat.

Menangani bayi dengan infeksi tali pusat

Diterapkan pada semua bayi yang mengalami infeksi tali pusat

Infeksi Tali Pusat Lokal atau terbatas1. Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik ( iodium

povidon 2,5 % ) dengan kain kasa yang bersih2. Olesi tali pusat dan daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (

iodium povidon 2,5 % ) delapan kali sehari sampai tidak nanah lagi pada tali pusat

3. Anjurkan ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan

Infeksi Tali Pusat Berat atau meluas1. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk

pemeriksaan kultur dan sensitivitas2. Berikan kloksasilin peroral sesuai selama 5 hari3. Cari tanda-tanda sepsis , bila ada tangani pasien sesuai protap

sepsis neonatorum4. Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali

pusat lokal atau terbatas

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal – Perinatal

IRITASI LAMBUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Unit terkait

Iritasi lambung adalah kondisi yang terjadi pada lambung sehingga bayi tidak dapat minum atau mengalami regurgitasi

Mengelola bayi dengan iritasi lambung

Dilakukan pada semua bayi dengan iritasi lambung

1. Biarkan bayi menyusu . Jika bayi kesulitan menyusu karena sakit , lihat protap cara pemberian minum.

2. Jika bayi berhasil menyusu 2 kali atau minum dengan salah satu alternatif pemberian minum dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit , bayi dapat dipulangkan

3. Jika bayi mengalami regurgitasi selama 24 jam , kemungkinan penyebabnya adalah kelainan fisik pada gastrointestinal:

Pasang jalur intravena , berikan cairan dosis rumatan Pasien harus dirawat inap . selanjutnya lihat protap muntah atau distensi abdomen.

KELAINAN JANTUNG BAWAAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Unit terkait

Kelainan jantung bawaan adalah suatu kelainan pada jantung yang ada sejak lahir, dengan manifestasi sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen 100 % maupun tanpa sianosis. Bayi mungkin tidak mempunyai gangguan nafas selain nafas cepat, suara bising jantung dapat terdengar , tetapi diagnosis pasti adalah dengan ekokardiografi.

Menangani kelainan jantung bawaan seoptimal mungkin

Diterapkan pada semua bayi dengan kelainan jantung bawaan

1. Oksigenasi : Berikan oksigenasi pada kecepatan aliran maksimal ( lihat bab terapi oksigen ) Amati respirasi bayi tiap 2 jam selama 6 jam berikutnya Monitor saturasi oksigen dengan menggunakan pulse Oxymetri2. Pemberian makanan: Berikan ASI ekslusif jika memungkinkan , namun jika respirasi 60 kali/menit pasang pipa lambung Bila pemberian makanan lewat enteral tidak memungkinkan , pasang jalur intravena dan awasi dengan ketat untuk balance cairan.3. Lakukan konsultasi dengan Sub Bagian kardiologi Anak ( lihat

protap prosedur konsutasi )4. Jika akan dilakukan echocardiografi di poli jantung , perhatikan

persiapan transportasi ke tempat tersebut ( lihat protap transportasi ke tempat lain )

5. Jaga kehangatan bayi

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal – Perinatal

KERN IKTERUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Unit terkait

Kern ikterus adalah gangguan atau kerusakan otak akibat toksisitas bilirubin.

Mengatasi keadaan yang ditimbulkan oleh kadar bilirubin dalam darah yang tinggi.

Dilakukan pada semua bayi yang dicurigai menderita kern ikterus

1. Bila terjadi kejang , tangani kejang sesuai dengan prosedur penanganan kejang ( lihat protap kejang pada neonatus )

2. Periksa kadar bilirubin . bila kadarnya lebih dari normal lakukan foto terapi /transfusi tukar ( lihat protap hiperbilirubin )

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-Perinatal

MUNTAH DAN / ATAU DISTENSI ABDOMEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

Prosedur Tanggal Terbit Ditetapkan

Tetap Direktur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

1. Muntah adalah pengeluaran isi lambung yang bukan regurgitasi2. Distensi abdomen adalah bertambahnya lingkar perut sehingga

dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada1. Mengelola bayi dengan muntah2. Mengelola bayi dengan distensi abdomen

Dilakukan pada semua bayi dengan muntah dan /atau distensi abdomen

1. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan dan dapatkan informasi tambahan sebagai berikut untuk menentukan kemungkinan diagnosis.

2. Pada anamnesis tanyakan hal-hal berikut ini: Apakah muntah terjadi sejak pertama kali minum atau beberapa saat kemudian? Tenggang waktu antara pemberian minum dan muntah Macam muntahan ( berbuih, berwarna hijau atau bercampur darah ) Apakah mekonium sudah keluar? Apakah puting susu ibu lecet ? Riwayat persalinan,kelahiran, dan jumlah air ketuban Riwayat perdarahan antepartum Jika didapatkan darah dalam cairan lambung ,tanyakan apakah sudah mendapat vitamin K1 dan adakah perdarahan dibagian tubuh lainnya?3. Pada pemeriksaan fisik cari tanda-tanda berikut ini : Distensi abdomen dan nyeri tekan ( bayi menangis ketika abdomennya ditekan dengan lembut ) Anus Imperforata Hipersalivasi

4. Manajemen umum Pasang pipa lambung Jika pipa lambung tidak bisa masuk dan bayi tersedak dan muntah segera setelah menelan pipa bayi kemungkinan mengalami atresia esofagus atau fistula trakheo-esofageal yang membutuhkan tindakan bedah segera. Konsultasikan segera ke SMF Bedah. Jika pipa lambung bisa masuk , pastikan bahwa pipa tesebut

Unit terkait

berada didalam lambung dan isaplah cairan isi lambung , kemudian biarkan ujung pipa terbuka. Jika bayi tampak sakit berat ( misalnya layuh,letargi ) atau berat lahir < 2500 gram atau umur kehamilan < 37 minggu , pasang jalur intravena dan berikan cairan dosis rumatan.5. Penyebab muntah yang belum diketahui Pasang jalur intravena beri cairan dosis rumatan Jangan berikan apapun melalui mulut selama 12 jam Jika bayi tidak memiliki tanda lain kecuali muntah setelah periode 12 jam

Pasang pipa lambung dan beri ASI peras selama 24 jam Lakukan foto polos 3 posisi untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi sal cerna

NUTRISI PARENTERAL TOTAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan Prosedur

Unit terkait

Kelainan bawaan saluran cerna , Enterkolitis rekrotikans (EKN), Distres respirasi berat,digesti dan absorpsi makanan yang buruk , operasi major dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan penyulit.

Untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan pertumbuhan

Nutrisi Parenteral

1. Pasang jalur intravena2. Hitung kebutuhan cairan,kalori,protein, elektrolit yang

dibutuhkan setiap hari atau setiap ada perubahan3. Cairan nutrisi parenteral yang telah dibuat sesuai item-item

dibuat untuk 24 jam , dalam ruangan dan cara sesuai protap pembuatan cairan parenteral

4. Berikan dengan infus pump sedangkan lipid dalam syringe pump

5. Atur mesin infus/syringe pump sesuai dosis dan durasi yang telah dibuat

6. Awasi tiap 1-3 jam kondisi jalur intravena dan ketepatan dosis dan durasi sesuai item 5

7. Evaluasi tanda vital dan tanda klinik dan metabolisme lain setiap 3 jam

8. Monitor kadar gula darah dan penunjang lain sesuai protap yang ada

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-Perinatal

PERDARAHAN INTRAKRANIAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Unit terkait

Perdarahan intrakranial adalah perdarahan subarachnoid epidural,subdural,periventrikular atau intraventrikular

Mengatasi keadaan yang ditimbulkan oleh perdarahan intrakranial

Diterapkan pada semua keadaan perdarahan intrakranial

1. Persiapkan ventilator untuk mengatasi perburukan keadaan2. Lakukan pemeriksaan USG kepala dan /CT scan kepala 3. Perdarahan subarachnoid biasanya akan terjadi resolusi tanpa

terapi4. Pada perdarahan epidural konsulkan ke SMF Bedah Saraf5. Pada perdarahan subdural konsultasi ke SMF Bedah Saraf6. Beri vitamin K1 1mg secara intramuskular pada perdarahan

periventrikular dan intraventrikular

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-PerinatalSMF Bedah Saraf

PERDARAHAN PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Bayi dengan kondisi perdarahan atau dengan tanda pucat yang terjadi baik saat lahir atau sesudahnya dengan atau tanpa gejala perdarahan internal atau eksternalMengatasi keadaan yang ditimbulkan akibat perdarahan

Diterapkan pada semua kasus dengan perdarahan pada neonatus

Manajemen umumPerdarahan yang tampak atau riwayat perdarahan

1. Hentikan perdarahan2. berikan vitamin K1 1 mg IM sekali , tanpa memandang apakah

bayi telah di beri pada saat lahir3. Bila ada tanda syok beri infus NaCL 0,9 % dan ringer laktat

dengan dosis 10 ml/kgbb selama 10 menit dan dapat diulangi setelah 20 menit bila tanda syok masih berlanjut, beri tranfusi darah segera menggunakan darah golongan O rhesus negatif

4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit, trombosit, faal hemostasis (PT,aPTT) serta golongan darah dan reaksi silang bila belum dikerjakan. Bila hemoglobin kurang dari 12 g/dl beri transfusi darah

5. Bila syok belum teratasi beri oksigen dan infus ringer laktat atau NaCL 0,9 % dengan tetesan 10 ml/kg dalam 10 menit bila tidak ada perbaikan dapat diulangi sekali lagi

Pucat dengan riwayat perdarahan atau tanpa perdarahan1. Bila ada pucat disertai syok, naikkan tetesan infus menjadi 20

ml/kgbb dalam 1 jam2. Periksa tanda sepsis. Bila ada tanda sepsis berikan antibiotik

( lihat protap sepsis neonatorum ) 3. Periksa kadar glukose darah . bila kadar gula darah kurang 45

mg /dl tangani untuk hipoglikemia ( lihat protap hipoglikemia )

4. Ambil sampel darah dan periksa hemoglobin.bila hemoglobin < 12 g/dl beri transfusi darah.

Manajemen spesifikKondisi perdarahan pada bayi baru lahir

1. bila perdarahan tidak berhenti dalam 3 jam, tangani sebagai kasus sepsis neonatorum ( lihat protap sepsis neonatorum )

2. Ambil sampel darah dan periksa hemoglobin/hematokrit tiap hari

3. bila hemoglobin < 10 g/dl beri transfusi darahKoagulopati

1. tangani sebagai kasus sepsis2. bila hemoglobin < 10 g/dl beri transfusi darah

Kehilangan darah akibat masalah obstetrik1. ambil sampel darah setiap hari dan periksa kadar HB sekali

PNEUMOTHORAKS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Pneumotoraks adalah adanya udara antara ruang pleural parietal dan visceral

Menangani pasien dengan pneumothoraks

Diterapkan pada semua pasien yang mengalami pneumothoraks

1. Diagnosis pneumothoraks ditegakkan denga adanya gejala klinik dan pemeriksaan radiologi dada

2. gejala klinik yang dapat dijumpai adalah: bayi dengan pneumothoraks spontan:

* dapat asimptomatik atau bergejala ringan * Takipnea

* Distres respirasi ( retraksi, nafas cepat ,grunting ) bayi dengan ventilator

*gejala menjadi jelek secara cepat : sianosis, hipoksia,

Unit terkait

hiperkarbia,asidosis respiratiry3. Pada radiologi dada didapatkan tanda-tanda berikut

Adanya udara dalam cavum pleural Lobus ipsilateral kolaps Bergeser mediastinum kearah kontralateral Bergeser ke bawah diafragma

4. Setelah diagnosis pneumothoraks ditegakkan segera lakukan konsultasi ke SMF Bedah

5. Penanganan selanjutnaya sesuai protap pneumothoraks SMF Bedah

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-PerinatalSMF Bedah

PEMASANGAN CPAP PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/3

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Continuous Positive Airway Pressure ( CPAP ) adalah alat yang digunakan untuk memberikan terapi oksigen dengan tekanan tertentu secara kontinyu pada pasien yang masih bisa bernafas spontanPemberian oksigen yang telah disesuaikan suhu dan kelembabannya dilakukan secara kontinyu dengan tekanan 3-8 cmH2O , pada waktu bayi bisa bernafas spontan. Konsentrasi oksigen yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan. CPAP dapat diberikan dengan cara nasal , pipa nasofaringeal dan pipa endotrakeal

Memberikan bantuan oksigen pada neonatus dengan indikasi sebagai berikutIndikasi umum:

1. Apnea ringan berulang dengan atau tanpa RDS2. PaO2 < 60 mmHg ( 8kpa) pada FiO2 60%3. sesudah ekstubasi4. Weaning pada bayi yang tergantung ventilator

CPAP pada bayi kurang bulan dengan sindrom distres respirasi:1. Terapi awal RDS2. FiO2 > 40-50% dengan headbox dengan tanda distres pernafasan

Prosedur

Unit terkait

3. FiO2 > 60 % dengan headbox4. Klinis adanya retraksi sesudah pencabutan pipa ET5. Apneu berulang dengan bukti adanya hipoksemia

Persiapan alat1. Pipa ET atau pipa lambung Fr 8/Fr 5 atau nasal prong2. sumber O2 sentral3. fasilitas analisa gas darah4. ventilator dengan vasilitas CPAP untuk neonatus5. plester6. monitor oksimetri pulsus/SpO2

Prosedur pemasangan nasal CPAP1. Siapkan pipa endotrakheal/ lambung sesuai ukuran yang

dibutuhkan2. masukkan pipa tersebut ke lubang hidung sedalam 2-3 cm 3. Fiksasi pipa menggunakan plester

Sambungkan pipa dengan ventilator CPAP yang telah diatur flowmeter, konsentrasi oksigen dan PEEPPengaturan awal:* Flow : 5 liter/menit* konsentrasi oksigen ( FiO2 ) 40 %* PEEP 4-5 ( bisa diatur sesuai kondisi pasien )

Pasang lambung melalui mulut untuk mengeluarkan udara yang tertelan karena dapat mendesak diafragma ke atas

Awasi letak dan aliran pipa setiap saat karena sumbatan lendir atau terlepas

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-Perinatal

PEEP

Awal-nasal CPAP ........................................................................................ 5 cmH2O- endotrakheal...................................................................................... 4 cmH2O- tidak membaik dalam 10 menit 2 cmH2O/setiap kali

Maksimum:- nasal CPAP…………………………………………………………10-12 cmH2O- ET CPAP……………………………………………………………8-12 cmH2O

SEPSIS NEONATORUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian Sepsis neonatorum adalah infeksi sistemik ( masuknya kuman ke dalam tubuh disertai manifestasi klinis ) pada neonatus. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri gram (+) maupun (-) dan virusBerdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 ( dua ):

1. Onset dini : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehidupan ( rata-rata 48 jam ) biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu( infeksi transplasenta , dari cairan amnion yang terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir) kuman penyebab adalah streptokokus grup beta,H.influenza,S.Pneumoniae,E.coli,

Klebsiella spp, L.monocytogenes, mortalitas 30-100%2. Onset lambat : Gejala timbul 1 minggu setelah lahir pada bayi

tanpa kelainan perinatal , infeksi didapat dari lingkngan atau infeksi dari ruamh sakit ( nosokomial ). Sering terjadi komplikasi susunan saraf pusat. Kuman penyebab biasanya S. Aureus, S.epidermidis, Pseudomonas spp, dapat juga dari flora vagina seperti streptokokus grup beta, L.monocytogenes dan E.coli.

Infeksi ini mempunyai mortalitas tinggi,dapat terjadi secara hematogen

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

atau asenden dan sering terjadi pada:1. Persalinan atau kehamilan dengan potensial terinfeksi: ketuban

pecah dini, infeksi waktu hamil, amnionitis, prematuritas, pertolongan persalinan yang tidak steril

2. Sesudah lahir : Resusitasi bayi yang tidak steril, BBLR, ruang perawatan yang tidak memadai

3. Adanya infeksi fokal:Stomatitis, luka lecet,fustula,furunkel,dll

Diagnosis sepsis neonatorum didasarkan atas terdapatnya lebih dari satu gejala atau satu gejala/tanda pada paling tidak 4 kelompok gejala sebagai berikut:

1. Gejala umum:- bayi tampak sakit- bayi tidak mau minum- kenaikan atau penurunan suhu tubuh- sklerema/sklerederma

2. Gejala gastrointestinal: muntah,diare, hepatomegali dan perut kembung

3. Gejala saluran pernafasan: dispneu, takipneu, sianosis4. Gejala kardiovaskuler: takikardi,edema,dehidrasi5. Gejala sistem saraf pusat: letargi,iritabel,kejang6. Gejala hematologi: ikterus, splenomegali, petekie atau

perdarahan, leukopenia ( lekosit < 5000/mm3, rasio batang/tembereng 0,2)

Selain hal-hal diatas, pemeriksaan lain yang bisa membantu diagnosis sepsis neonatorum: KED meninggi, trombositopenia, granulasi toksik atau vakuolisasi pada PMN,CRP >2mg/dl, gambaran radiologik menunjukkan gambaran pneumoniaDiagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya mikroorganisme pada biakan fokus yang penting, misalnya: darah, cairan serebrospinal, urine, tinja, usapan faring, mata, seket dari umbilikus, telinga, hidung, luka, aspirasi cairan selulitis dan abses.

Untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas bayi-bayi dengan sepsis neonatorum

Menangani kasus sepsis neonatorum secara holistik berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti ( evidence based medicine )

1. Pasang jalur IV dan berikan IV dengan dosis rumatan2. jangan memberi minum bayi selama 12 jam pertama

3. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin ( termasuk rasio batang dan segmen ) gula darah, elektrolit serta kultur dan sensitivitas.

4. Bila bayi kejang opitotonus , atau ubun-ubun besar membonjol: Lakukan pungsi lumbal segera sesudah pengambilan

darah. Kirimkan sampel cairan serebrospinal ke laboratorium

untuk menghiting jumlah sel , pengecatan Gram , kultur dan sensitivitas.

Mulai manajemen untuk meningitis

5. Bila kadar hemoglobin kurang 12 g/dl ( hematokrit kurang dari 36 %) beri transfusi darah.

6. Bila bayi tidak menderita meningitis , beri ampisilin dan gentamisin ( atau amoksisilin dan amikasin?) sesuai dengan pedoman yang ada. Tunggu hasil kultur darah dan sensitivitas dan nilai kondisi bayi secara ketat tiap hari untuk menilai perkembangannya.

Bila keadaan bayi membaik sesudah pengobatan selama 3 hari , lanjutkan pengobatan sampai 5-7 hari.# Bila kultur darah negatif, hentikan pemberian ampisilin dan gentamisin.

Bila keadaan bayi tidak membaik setelah pengobatan selama 3-5 hari:# Bila kultur darah positif, ganti antibiotik sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas , diobati sampai dengan tujuh hari terhitung sejak pertama kali dijumpai perbaikan.# Bila kultur darah tidak dapat dilakukan atau bila organisme tidak dapat diidentifikasi , hentikan ampisilin dan berikan sefotaksim dan gentamisin sampai dengan tujuh hari terhitung sejak pertama kali dijumpai perbaikan.Bila memungkinkan ambil sampel darah untuk pemeriksaan kultur darah dan sensitivitas uang kedua.

Bila setelah pemberain antibiotik kedua selama 5-7 hari keadaan tetap tidak membaik# Bila kultur darah positif, ganti antibiotik sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas, diobati sampai tujuh hari terhitung sejak pertama kali dijumpai perbaikan.# Bila kultur darah tidak dapat dilakukan atau bila organisme tidak dapat diidentifikasi , hentikan sefotaksim dan gentamisin, ganti dengan sefalosporin generasi ketiga (?) sampai dengan tujuh hari terhitung

Unit terkait

sejak pertama kali dijumpai perbaikan. Anjurkan bayi untuk menyusu ASI setelah 12 jam

pengobatan dengan antibiotik atau bila bayi mulai menunjukkan perbaikan. Bila bayi tidak dapat menyusu ASI , beri ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum.

Setelah selesai pengobatan antibiotik , amati bayi selama

24 jam berikutnya:# Bila bayi tetap baik selama pengamatan 24 jam dan minum dengan baik serta tidak dijumpai masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, maka bayi dapat dipulangkan. Bila dijumpai lagi tanda infeksi , maka ulangi lagi manajemen infeksi /sepsis. Ambil sampel darah, dan periksa kadar hemoglobin

dua kali setiap minggu selama masa perawatan di rumah sakit dan sekali lagi sebelum pulang . bila kapan saja dijumpai kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl ( hematokrit kurang dari 30 %) beri transfusi darah.

SMF Ilmu Kesehatan AnakInstalasi Maternal-Perinatal

MANAJEMEN PEMBERIAN MINUM PADA BAYI KECIL

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Managemen pemberian minum pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.

Memberi minum pada bayi berat lahir rendah

Bayi dengan berat badan < 2500 gram harus mendapatkan minum untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan cara sesuai dengan kondisi dan kemampuannya.

PRINSIP UMUM1. Apabila bayi mendapat ASI , pastikan bayi menerima jumlah

yang cukup dengan cara apapun. Periksa apakah bayi puas setelah menyusu. Catat jumlah urine setiap bayi kencing untuk menilai

kecukupan minum (paling kurang 6 kali sehari). Timbang bayi setiap hari, hitung

penambahan/pengurangan berat, sesuaikan pemberian cairan dan susu (hal) dan catat.

Bayi dengan berat 1500-2500 gram tidak boleh kehilanagn berat lebih dari 10% dari berat lahirnya pada 4-5 hari pertama.

Bayi dengan berat kurang dari 1500 gram dapat kehilangan berat sampai 15% dari berat lahir selama 7-10 hari pertama.

2. Apabila kenaikan berat badan bayi tidak memadai, tangani sebagai Masalah kenaikan berat badan kurang.

3. Apabila bayi telah menyusu ibu perhatikan cara pemberian ASI dan kemampuan bayi mengisap paling kurang sehari sekali.

4. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik selama 3 hari berturut sebanyak 20 gram perhari, timbang bayi 2 kali seminggu.

BERAT LAHIR 1750-2500 GramBAYI SEHAT

1. Biarkan bayi menyusu ke ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, dianjurkan bayi menyusu lebih sering ( misal setiap 2 jam ) bila perlu.

2. Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektivitas menyusui . apabila bayi kurang dapat menisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

BAYI SAKIT1. Apabila bayi dapat minum peroral dan tidak memerlukan cairan

IV , berikan minum seperti pada bayi sehat.2. Apabila bayi memerlukan cairan IV:

Hanya berikan cairan IV selama 24 jam pertama. Mulai pemberian minum pada hari ke 2 atau segera setelah bayi stabil. Dianjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui ( misal: gangguan nafas, kejang) berikan ASI peras melalui pipa lambung.

Berikan cairan IV dan ASI sesuai dengan umur ( tabel 1 ) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam ( misal 3 jam

sekali ) apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kg perhari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum.

Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan

dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

TABEL 1 Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit dengan Berat 1750 -2500 gram

UMURPemberian 1 2 3 4 5 6 7

Kecepatan cairan IV 5 4 3 2 0 0 0( ml/jam atau tetes Mikro/menit )

Jumlah ASI setiap 0 6 14 22 30 35 383 jam ( ml/kali )

BERAT LAHIR 1500-1749 GramBAYI SEHAT

1. Berikan ASI peras melalui cangkir /sendok sesuai dengan tabel II

Apabila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan dengan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru ( terdapat batuk atau tersedak ) berikan minum dengan pipa lambung.

Lanjutkan dengan pemberian melalui cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak ( ini dapat berlangsung setelah sehari-dua hari namun adakala memakan waktu lebih dari seminggu)

2. Berikan minum 8 kali dalam 24 jam ( setiap 3 jam ) apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kg perhari tetapi masih kelihatan lapar boleh mendapat tambahan ASI setiap kali minum.3. Apabila bayi telah dapat minum baik dengan cangkir/sendok ,

coba untuk menyusu langsung.

TABEL II Jumlah ASI untuk bayi sehat dengan berat 1500-1749 kg

Pemberian Umur1 2 3 4 5 6 7

Jumlah minum setiap 3 (ml/kali)

12 18 22 26 30 33 35

BERAT LAHIR 1500-1749 GramBAYI SEHAT

1. Berikan ASI peras melalui cangkir/sendok sesuai dengan tabel III

Apabila jumlah yang dibituhkan tidak dapat diberikan dengan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru ( terdapat batuk atau tersedak ) berikan minum dengan pipa lambung.

Lanjutkan dengan pemberian melalui cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak ( ini dapat berlangsung setelah sehari – dua hari namun adakala memakan waktu lebih dari seminggu.

Apabila bayi telah dapat minum baik dengan cangkir/sendok , coba untuk menyusu langsung.

TABEL III Jumlah ASI untuk bayi sehat dengan berat 1250-1499 gram

Pemberian Umur/hari1 2 3 4 5 6 7

Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kali)

10 15 18 22 26 28 30

BAYI SAKIT1. Hanya beri cairan IV untuk 24 jam pertama2. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai pada hari kedua dan

kurangi jumlah cairan IV secara perlahansesuai tabel IV3. Berikan minum 8 kali dalam 24 jam ( setiap 3 jam ) apabila bayi

telah mendapat minum 160 ml/kg perhari tetapi masih kelihatan lapar boleh mendapat tambahan ASI setiap kali minum

4. Lanjutkan dengan pemberian melalui cangkir atau sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa

batuk atau tersedak ( ini dapat berlangsung setelah sehari-duahari namun adakala memakan waktu lebih dari seminggu.)

5. Apabila bayi telah dapat minum baik dengan cangkir/sendok , coba untuk menyusu langsung.

TABEL IV Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit dengan berat 1250 sampai 1490 gram.

Pemberian Umur/hari1 2 3 4 5 6 7

Kecepatan cairan IV (ml/jam atau tetes mikro/menit)

3 3 3 2 2 0 0

Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kali)

0 6 9 16 20 28 30

BERAT LAHIR KURANG DARI 1250 Gram (TIDAK TERGANTUNG KONDISI)

1. Hanya beri caiarn IV untuk 48 jam pertama.2. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai pada hari ketiga dan

kurangi jumlah caiarn IV secara perlahan sesuai dengan Tabel V3. Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam) apabila bayi

telah mendapat minum 160 ml/kg/hari tetapi masih kelihatan lapar boleh mendapat tambahan ASI setiap kali minum.

4. Lanjutkan dengan pemberian melalui cangkir/sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung lebih dari seminggu).

5. Apabila bayi telah dapat minum baik dengan cangkir/sendok coba untuk menyusu langsung.

TABEL V Jumlah cairan IV dan ASI untuk semua bayi dengan berat kurang dari 1,25 kg.

Pemberian Umur/hari1 2 3 4 5 6 7

Unit terkait

Kecepatan cairan IV (ml/jam atau tetes mikro/menit

4 4 3 3 2 2 0

Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kali)

0 0 3 5 8 11 15

SMF Ilmu Kesehatan Anak Instalasi Maternal Perinatal Instalasi Gizi

MEMERAS ASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2

ProsedurTetap

Tanggal Terbit DitetapkanDirektur Utama,

Dr. Agung P. SutiyosoNIP. 140 094 917

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Cara mengeluarkan ASI secara langsung tanpa dihisap oleh bayi.

Mengeluarkan atau memeras ASI

Ibu Bayi yang tidak mampu menyusu harus dilatih tata cara memeras ASI yang benar.

1. Cuci tangan sampai bersih.2. Perah sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitarnya.3. Duduk yang enak dan letakkan wadah yang steril yang bermulut

lebar di bawah payudara.4. Perah ASI5. Topang payudara dengan empat jari dan letakkan ibu jari di atas,

perah areola antara ibu jari dan jari lainnya sambil menekan kearah dada.

6. Tempat menampung ASI harus dari bahan gelas.7. Peras ASI dari satu payudara untuk paling kurang 4 menit.8. Kemudian pindah ke payudara lain dan peras selama 4 menit.9. Lanjutkan memeras bergantian selama paling kurang 20-40

menit.10. Apabila ASI tidak mengalir lancar :

Bantu ibu teknik memeras yang benar

Unit terkait

Berikan kompres hangat pada payudara Pijat punggung ibu agar relaks.

11. Apabila ASI peras tidak digunakan segera, setelah diberi label simpan ASI peras dilemari es dan gunakan dalam waktu 24 jam.

Apabila tidak mempunyai lemari es dapat disimpan pada suhu kamar sampai 6 jam.

Usahakan suhu ASI peras pada saat diminum bayi berada pada suhu kamar.

Hangatkan ASI peras dengan merendamnya dalam air hangat

Gunakan ASI peras segera bila bersisa tidak boleh disimpan ke dalam lemari es kembali.

Jangan merebus ASI peras 12. Anjurkan ibu untuk memeras paling kurang 8 kali dalam 24 jam

sebanyak yang dibutuhkan oleh bayi atau lebih.

Instalasi Maternal Perinatal.