prostodonsia

21
1. Anamnesis Anamnesis juga dikenal sebagai tahap pencarian riwayat penyakit. Biasanya hasil tanya jawab dicatat dalam suatu kartu yang disebut kartu status. Khususnya untuk pasien yang akan dibuatkan gigi tiruan penuh, agar dapat dikumpulkan keterangan sebanyak mungkin dari pasien, ada beberapa hal yang perlu diketahui karena sangat berpengaruh pada keberhasilan perawatan : a. kemampuan dokter gigi berkomunikasi dengan pasien b. pemilihan cara pendekatan yang tepat Untuk semua ini, hubungan dokter gigi dan pasien sangat penting. Berhasil atau tidaknya perawatan tidak hanya ditentukan oleh baik buruknya gigi tiruan yang dibuat, tetapi juga tergantung pada motivasi pasien terhadap gigi tiruan tersebut. Motivasi yang baik harus ditumbuhkan dan dibina sejak awal pasien berkeinginan mendapatkan gigi tiruan. Agar dapat berkomunikasi secara baik, drg harus menunjukkan sikap menghargai, menghormati, dan jujur kepada pasien tentang hal-hal yang berkaitan dengan perawatan dan tentang pembuatan dan pemakaian gigi tiruan. Janji-jani yang muluk seyogianya tidak diberikan bila tidak ingin merugi. Untuk dapat memilih cara pendektaan yang tepat, drg perlu memhami sikap mental pasien, khusunya sikapn ya terhadap perawatan prostodontik dan terhadap pemakaian gigi tiruan. Ini sangat penting bagi keberhasilan perawatan prostodontik. Sehubungan dengan ini, ada beberapacara untuk mengenai tipe pasien prostodontik dengan melihat sikap mentalnya. House (1937) mengelompokan pasien prostodontik berdasarkan pandangan terhapa perawatan dan terhadap gigi tiruan. House mengelompokan ke dalam 4 kelas sebagai berikut : 1

description

s

Transcript of prostodonsia

1. Anamnesis Anamnesis juga dikenal sebagai tahap pencarian riwayat penyakit. Biasanya hasil tanya jawab dicatat dalam suatu kartu yang disebut kartu status. Khususnya untuk pasien yang akan dibuatkan gigi tiruan penuh, agar dapat dikumpulkan keterangan sebanyak mungkin dari pasien, ada beberapa hal yang perlu diketahui karena sangat berpengaruh pada keberhasilan perawatan :a. kemampuan dokter gigi berkomunikasi dengan pasienb. pemilihan cara pendekatan yang tepat Untuk semua ini, hubungan dokter gigi dan pasien sangat penting. Berhasil atau tidaknya perawatan tidak hanya ditentukan oleh baik buruknya gigi tiruan yang dibuat, tetapi juga tergantung pada motivasi pasien terhadap gigi tiruan tersebut. Motivasi yang baik harus ditumbuhkan dan dibina sejak awal pasien berkeinginan mendapatkan gigi tiruan. Agar dapat berkomunikasi secara baik, drg harus menunjukkan sikap menghargai, menghormati, dan jujur kepada pasien tentang hal-hal yang berkaitan dengan perawatan dan tentang pembuatan dan pemakaian gigi tiruan. Janji-jani yang muluk seyogianya tidak diberikan bila tidak ingin merugi. Untuk dapat memilih cara pendektaan yang tepat, drg perlu memhami sikap mental pasien, khusunya sikapn ya terhadap perawatan prostodontik dan terhadap pemakaian gigi tiruan. Ini sangat penting bagi keberhasilan perawatan prostodontik. Sehubungan dengan ini, ada beberapacara untuk mengenai tipe pasien prostodontik dengan melihat sikap mentalnya. House (1937) mengelompokan pasien prostodontik berdasarkan pandangan terhapa perawatan dan terhadap gigi tiruan. House mengelompokan ke dalam 4 kelas sebagai berikut :Klasifikasi PasienKeterangan

1. Tipe Filosofikal

orang yang belum pernah memakai gigi tiruan, tetapi sadar akan keperluannya. Sikap mental seimbang. Orang ini amat percaya akan kemampuan dokter gigi dalam melakukan perawatannya. Sikap demikian hendaknya jangan disia-siakan, akrena akan sangat membantu dalam mencapai hasil yang baik. Hati-hati dalam menegakan diagnosis, bila perlu sebaiknya diikuti dengan penyuluhan agar motivasi yang baik tetap terbina kelompok orang yang pernah memakai gigi tiruan dengan memuaskan, dan memerlukan gigi tiruan baru karena satu dan lain hal. Ia telah memahami kesulitan dan keterbatasan gigi tiruan

2. Tipe banyak tuntutan (Exacting type) Orang yang sangat khawatir akan berubahnya penampilan bila harus memakai gigi tiruan, karena itu sangat berkeberatan bila dinyatakan bahwa giginya harus dicabut. Kalau akhirnya ia mau dirawat, akan mengharapkan agar gigi tiruannya persis sama dengan gigi aslinya, baik dalam penampilan maupun dalam berfungsi. Pemakai gigi tiruan yang tidak pernah merasa puas, baik dalam penampilannya maupun dalam pemakainannya. Orang demikian biasanya tidak mudah percaya akan kemampuan dokter gigi dalam memberikan perawatan prostodontik. Banyak di antaranya yang menginginkan jaminan tertulis dari dokter gigi, bahkan bila tidak terpenuhi keinginannya akan minta pergantian ongkos.

3. Tipe Histeris (selalu cemas) orang dengan kesehatan umum dan mulut yang buruk, yang takut terhadap perawatan kedokteran gigi, menolak pencabutan gigi, dan yakin bahwa pemasangan gigi tiruan akan berakhir dengan kegagalan orang telah mencoba memakai gigi tiruan tetapi selalu menuntut jaminan bahwa gigi tiruan yang akan dibuat untuknya akan memberikan hasil yang sama dengan gigi asli yang baik susunannya.

4. Tipe Acuh (indifferent type) orang yang tidak peduli akan penampilannya, dan tidak peduli akan makanannya. Karena itu mereka sesungguhnya tidak merasakan perlunya pemasangan gigi tiruan. Biasanya mereka datang atas dorongan orang lain, atau anggota keluarga, yang merasa perlu berdampingan dengannya. Dalam hal ini drg harus sangat berhati-hati mengambil langkah, akrena biasanya berakhir dengan kegagalan. Motivasi perlu sekali ditumbuhkan lebih dulu sebelum perawatan dimulai.

1) Penyakit yang pernah / sedang diderita, misalnya : Anemia, dengan gejala-gejala :- mukosa pucat- lidah berwarna merah- gusi kadang-kadang berdarah- Bila pakai gigi tiruan seiring merasa tidak enak/sakit, walaupun kedudukan gigi tiruan baikPasien perlu dikonsulkan ke dokter umum atau dokter spesialis penyakit dalam sebelum perawatan gigi tiruan dimulai Diabetes Mellitus, dengan gejala : mulut kering, sering haus lidah merah / nyeri bau nafas seperti bau keton gigi goyang / lepas luka sukar sembuh resorpsi cepat, gigi tiruan cepat longgar, harus sering kontrolkadang-kadang Pasien perlu dikonsulkan dahulu ke bagian ilmu penyakit dalamDalam perawatan : hindari trauma desain jangan dibuat paradental, tetapi gingival karena gigi gigi tidak kuat TBC : bahaya penularan, operator harus memakai masker dan sarung tangan, alat alat harus disterilkan, kalau mungkin dengan autoclave resorpsi cepa, gigi tiruan cepat longgar, sehingga harus sering kontrol JantungCepat lelah sehingga waktu perawatan jangan terlalu lama HipertensiHarus dikonsul dahulu, bila ada tindakan pencabutan / operasi seperti alveolektomi AlergiTerhadap resin akrilik diusahakan menimlakan pemakainan akrilik serta kontak dengan mukosa pendukung sebagian diganti dengan logam buatkan gigi tiruan logam2) Penyakit yang tidak diketahui oleh pasien / operator, misalnya:Jantung, saluran kemih, sauran pencernaan, aids, hepatitis B sering terlihar iritasi pada mukosa mulutnya, gigi tiruan tidak dapat dipakai dengan nyaman. Sebaiknya dikonsulkan ke dokter ahli.2. Pemeriksaan KlinisSetelah cukup informasi yang diperoleh dari anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan klinis guna menunjang hasil anamnesis. Bagi pasien yang memerlukan pembuatan gigi tiruan lengkap, pemeriksaan klinis meliputi :a. Pemeriksaan Ekstra OralYaitu pengamatan terhadap tanda-tanda di luar mulut. Hal-hal yang perlu diamati adalah :Pemeriksaan Ekstra OralKeterangan

1. Wajah

a. Struktur kulit wajah mencerminkan elastisitasnya menunjang prakiraan retensi gigi tiruanb. Warna kulit penting guna memilih warna gigic. Bentuk wajah menentukan bentuk gigi anteriorDikenal 4 bentuk dasar wajah, yaitu persegi, segitiga, dan lonjong. Sedankan utnuk bentuk gigi insisif pertama baisanya sesuai dengan bantuk wajah dilihat secara terbalikd. Tanda-tanda patologis, bila ada harus diamati dan dicari penyebabnyae. Asimetri bentuk wajah perlu diamati, apakah patologis, genetik, atau akibat penyimpangan fungsi rahang. Pada pembuatan gigi tiruan, hendaknya asimteri wajah ini disembunyikan dengan susunan gigi yang diberi sedikit variasi. Asimteri wajah dapat dilihat dari depan dengan membandingkan sisi kiri dan sisi kanan, atau dengan melihat kontir lengkung zigomatik dari atas kepala, sisi kiri dibandingkan dengan sisi kanan. f. Profil wajah dilihat dari samping menentukan bentuk permukaan labial gigi anterior. Dikenal 3 bentuk profil wajah, yaitu :- lurus biasanya permukaan labial gigi anterior agak datar, dan hubungan tahang normal- Cembung hubungan rahang protrusif, permukaan labial gigi anterior sebaiknya cembung- Cekung hubungan rahang biasanya progeni, dan pemrukaan labial gigi anterior datar

2. Mulut

Lebar celah mulut perlu diamati untuk mengantisipasi kesulitan dalam mencetak rahang Tanda-tanda patologis, bila ada sebaiknya disembuhkan dulu. Luka di sudut mulut dapat merupakan tadan kekurangan vitamin tertentu, atau gigitan (dimensi vertikal) yang terlalu rendah Bentuk garis celah mulut (pertemuan bibir atas dan bibir bawah) dapat merupakan pentunjuk temperamen individu. Bila garis ini lurus, menandakan bahwa orang biasa-biasa saja; garis yang melengkung ke bawah menandakan bahwa orangnya lebih banyak murung, dan pesimistik. Jika garisnya melengkung ke atas menunjukkan bahwa individu merupakan orang yang periang dan optimistik

3. Otot-otot wajah

Otot wajah yang terlalu kendor dapat menimbulkan masalah dalam penciptaan estetika yang optimal, terutama bila pasien termasuk kelompok tipe banyak tuntutan atau bawel. Keinginan utnuk menghilangkan kerut-kerut wajah dapat mengganggu retensi gigi tiruan lepas, khususnya Gigi tiruan lengkap, karena biasanya gigi gigi cenderung disusun si luar batas toleransi otot Sebaliknya, otot yang terlalu kaku juga menimbulkan masalah dalam pembentukan perluasan sayap gigi tiruan Otot-otot di sekitar celah mulut juga perlu diperhatikan. Bila terallu kaku, dapat menyulitkan dalam pencetakan dan pemasangan gigi tiruan atas.

4. Hubungan Antar Rahang

Hilangnya sejumplah gigi posterior akan menyebabkan tinggi gigit (DV) berkurang. Secara visual kadan-kadang perubahan ini dapat terlihat; mandibla seolah-olah lebih maju dengan puncak dagu lebih terdorong ke depan, lipatan bibir di sudut mulut tanpak lebih jelas

5. Sendi temporomandibular

Kelancaran gerakan sendi dapat diraba dengan ujung jari yang ditempatkan di muka telinga atau ujung jari diamsukan ke dalam lubang telinga dan sedikit ditekankan ke dinding anteriornya. Keletuk sendi dapat terdengar dari jarak tertentu atau teraba sebagai gerakan kondilus yang sedikit melompat. Ini merupakan gejala awal dari gangguan fungsi rahang, yang sebagian besar penyebabnya karena oklusi gigi yang tidak seimbang. Kontak oklusi yang tidak seimbang sebaiknya diperbaiki dulu dengan cara pengasahan selektif. Hal ini terutama penting bila gigi asli akan menajdi antagonis bagi gigi tiruan lengkap yang akan dibuat.

6. Kelenjar

Dengan jari tangan diraba kelenjar-kelanjar ludah dan kelenjar limfa di daerah leher dan kepala. Pembengkakan atau nyeri pada kelenjar limfa menunjukkan adanya penyakit infeksi di sekitar daerah tersebut

b. Pemeriksaan Intra OralPemeriksaan Intra OralKeterangan

1. Gigi geligi sisa

Adakalanya kita dihadapkan pada kasus yans masih mempunyai beberapa gigi sisa dengan kondisi yang meragukan, misalnya hanya satu atau dua gigi tersisa. Untuk ini perlu dipikirkan secara masak apakah gigi tersebut akan dibiarkan dan dijadikan pegangan bagi gigi tiruan sebagian cekat atau lepas, atau lebih baik dicabut semua dan dibuatkan gigi tiruan lengkap.Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan : Diperiksa seluruh permukaan gigi untuk mencari kemungkinan adanya karies atau resotrasi yang kurang baik. Bila ada, hendaknya diperbaiki dulu Posisi tiap gigi sisa harus dievaluasi utnuk memperkirakan perbaikian yang mungkin diperlukan. Bila terlalu miring, dan pasien akan dibuatkan gigi tiruan sebagaian lepas,perlu dipertimbangakn terhadap lintasan pemasangan gigi tiruan tersebut. Bila gigi tiuan cekat yang akan dibuat, dan gigi yang miring akan dijadikan pegangan, perlu dipertimbangkan posisi ini terhadap tekanan tekanan gigitan yang akan jhatuh pada gig tersebut. Bila sekiranya tekanan gigitan akan memperburuk posisi gigi tersebut, atau merugikan, restorasi yang akan dibuat perlu dipertimbangkan pencabutannya. Posisi gigi terhadap bidang oklusal perlu dievaluasi juga, gigi sudah memanjang (extrude) perlu dipikirkan kemungkinan perbaikiannya dengan pengasahan atau pembuatan resotrasi sebelum gigi tiruan yang diinginkan dimulai pembuatanya. Hubungan oklusi gigi atas dan gigi bawah perlu dievaluasi dengan hati-hati di dalam mulut. Setiap kontak yang mendorong menadibula untuk menyimpang dari pola gerakannya yang normal, sebaiknya dikoreksi lebih dulu agar diperoleh oklusi yang stabil. Keadaan jaringan penyangga gigi perlu dievaluasi guna memperkirakan kekuatan gigi tersebut, lebih-lebih bila gigi ini akan dijadikan pegangan bagi gigi tiruannya. Kegoyangan gigi dapat menandai adanya oklusi traumatik, tetapi bila kegoyangannya menyeluruh, perlu dicurigai adanya kelainan sistemik seperti diabetes melitus atau penyakit darah lain. Setiap kelainan jariangan periodontal perlu dirawat lebih dahulu sebelum perawatan prostodontik dimulai. Di samping itu, pasien perlu diberi tahu cara pemeliharaan kesehatan gigi yang baik agar gigi tiruan dapat bertahan lama.

2. Mukosa mulut

Kesehatan mukosa mulut harus diepriksa menyeluruuh, tiap tanda patologis harus diperhatikan dan dicari penyebabnya Warna kemerahan menandakan adanya peradangan oleh bakteri atau jamur. Bila pasien telah pernah memakai gigi tiruan lepas, radang ini dapat disebabkan oleh truma gigi tiruannya yang telah menjadi longgar. Radang akibar gigi tiruan yang longgar dana tau kotor juga dapat berbentuk tonjolan-tonjolan kecil yang tersebar atau bergerombol di daerah pendukung, dan berawarna kemerahan, disebut papilomatosis Trauma akibat gigi tiruan lama yang longgar juga dapat berbetuk jaringan kenyal (flabby) nyang menutupi puncak alveolar, atau lipatan jaringan di dasar vestibulum pada tepi gigi tiruan (denture fissuratum). Kedua bentuk kelainan ini dievaluasi denga cermat dengan memperhatikan kaitannya dengan retensi gigi tiruan yang akan dibuat. Bila diperkirakan akan mengganggu retensi, sebaiknya diambil secara bedah lebih dahulu. Kadang-kadang dengan melepas gigi tiruannyan selama beberapa hari denture fissuratum dapat mengecil atau hilang. Perlekatan otot pada tulang alveolar (frenulum) juga harus dieriksa posisinya terhadap puncak alveolar, karena menentukkan erluasan tepi basis gigi tiruan. Frenulum dikatakan tinggi bila letaknya dekat dengan puncak alveolar, dan rendah bila letaknya dekat ke dasar vestibulum. Selain tinggi rendahnya frenulum, besar kecionya juga perlu diperhatikan. Frenulum yang besar baisanya kuat, sehingga tidak boleh ditutup oleh tepi basis gigi tiruan. Frenulum yang perlu medapat perhatian adalah frenulum labialis, frenulum bukalis, baik di rahang atas maupun rahang bawah, dan frenulum lingualis rahang bawah. Perlekatan mukosa dasr mulut perlu diperhatikan. Bila letaknya tinggi, yaitu dekat dengan puncak alveolar, kita akan mendapat kesulitan dalam mencapai retensi optimal bagi gigi tiruan bawah.

3. Tulang alveolar

Bentuk alveolar diperiksa menyeluruh, dikenal 3 bentuk dasar, yaitu : persegi, ovoid, dan segitiga. Bentuk persegi sebenarnya sangat baik untuk menahan tekanan-tekanan horizontal, tetapi seringkali menyulitkan pemasangan gigi tiruan. Sering pula pada bentuk persegi ini ditambah kesulitannya oleh adanya ceruk (undercut) yang dibentuk oleh enonjolan alveolar setemapt. Bantuk segitiga, karena puncaknya yang meruncing, seringkali menimbulkan rasa sakit pada pemakaian gigi tiruan. Jadi, yang paling menguntungkan adaah bentuk ovoid. Ukuran alveolar juga sangat berpengaruh pada retensu dan kestabilan gigi tiruan. Ukuran ini dilihat dalam arah horizontal (tebal/ tipis), dan arah vertkal (tinggi/ rendah). Tinggi rendahnya alveolar biasanya diukur dengan menggunakan kaca mulut datar No.4 yang ditempelkan tegak ringan pada dasar mulut atau dasar vestibulum, sedang tebal tipisnya diukur berorientasi kepada leher gigi asli. Kepadatan tulang alveolar dievaluasi secara radiografis. Tulang yang kompak memberikan dukungan yang lebih baik daripada tulang yang kurang kompak, dan tulang yang kurang kompak lebih mudah mengalami resorpsi. Exotosis (penonjolan tulang) harus dievaluasi dengan cermat. Penonjolan yang besar dan tidak sakit, bila tidak menimbulkan rasa sakit pada penekanan, sebaiknya dibiarkan. Tetapi bila sakit bila ditekan atau meruncing / tajam, sebaiknya dikoreksi secara bedah sebelum gigi tiruan mulai dibuat. Torus, baik maxilaris ataupun mandibularis, perlu dievaluasi pula. Bila tidak mengganggu kestabilan gigi tiruan, tidak perlu dikoreksi, tetapi jika terlalu besar, perlu dikoreksi, sebelum perawatan prostodontik dimulai Khusus bagi rahang abwah, perluasan alveolar bagain distal, di daerah teromylohyoid, perlu mendapat perhatian khusus, terutama bila sisa alveolarnya telah rendah. Kedalaman daerah ini dapat diukur dengan kaca mulut datar no. 4 yang dimasukkan ke daerah tersebut tanpa ditekan, dan pasien diminta sedikit mengangkat lidahnya, bila kaca mulut ini terangkat dengan mudah, berarti daerah tersebut kurang dalam dan tidak dapat memberikan retensi yang efektif

4. Palatum

Bentuk palatum :Dengan memperhatikan : Penampang frontalnya, dikenal 3 bentuk, yaitu bentuk U, segitiga, dan persegi. Dilihat dari keperluan retensi dan kestabilan gigi tiruan, bentuk persgi, dan U lebih baik, karena lebih mampu bertahan terhadap tekanan fungsional. Bentuk segitiga, selain lerengnya yang curam memungkinkan gigi tiruan bergeser, puncaknya pun mudah menimbulkan rasa sakit pada pemakaian. Penampang sagitalnya , house membagi bentuk palatum dalam 3 kelas, yaitu :- kelas I di sebeah distal palatum durum terdapat palatum molle yang datar dengan mukosanya tidak banyak bergerak. Daerah ini memberikan keleluasaan dalam membuat post dam yang efektif- kelas II daerah mukosa yang tidak bergerak di sisni hanya selebar 1-2 mm, sehingga post dam kurang efektif- Kelas III tidak terdapat daerah seperti tersebut di atas; palatum durum langsung beralih ke dalam palatum molle dengan membentuk sudut atau lengkungan yang tajam. Dalam hal ini postdam dapat tidak dibuat seperti lazimnya, hanya berbentuk garis, yang seringkali kurang efektif

5. Lidah

Tanda-tanda patologis pada lidah, bila ada harus ditanggulangi sebelum gigi tiruan mulai dibuat Aktivitas lidah dievaluasi berdasarkan reaksinya ketika pasien diminta membuka mulut kecil. Wright mengklasifikasikan aktivitas lidah dalam 3 kelas (diamati saat buka mulut kecil)- kelas I lidah bersandar relaks di dasar mulut dan ujungnya bersandar pada permukaan lingual dari tulang alveolar / gigi anterior bawah- kelas II ujung lidah terangkat sedikit hingga sebagian dasr mulut tampak dari luar- kelas III seluruh lidah tertarik ke distal, sehingga seolah-olah menggulung di depan kerongkonganAktivitas lidah ini berpengaruh pada pengambilan cetakan, dan juga pada kestabilan gigi tiruan bawah. Lidah kelas III memberikan kesulitan paling besar.

6. Saliva

Kualitas saliva berpengaruh pada retensi gigi tiruan. Saliva yng kental (mucous) kurang baik, karena kurang mampu membasahi seluruh permukaan basis gigi tiruan/ Selain itu, saliva yang kental tidak dapat membentuk lapisan film yang tipis, sehingga kontak basis gigi tiruan dan mukosa pendukung tidak dapat rapat. Sebaliknya, saliva encer dapat membentuk film tipis hingga kontak basis dan mukosa lebih rapat. Daya pembasahannya pun lebih baik, karena lebih mudah menyebar ke seluruh permukaan basis gigi tiruan. Kuantitas saliva juga perlu bagi retensi gig tiruan. Saliva dalam jumlah tertentu banyak dapat mengganggu retensi karena memberikan kesan seolah-olah gigi tiruan teredam di dalamnya sepanjang hari, dan pasien senatiasi berkeinginan untuk melakukan gerakan menelan. Sebaliknya, saliva yang terlalu sedikit juga merugikan, karena tidak cukup untuk membasahi seluruh permukaan basis gigi tiruan. Jadi, yang paling baik ialah, saliva yang tidak terlalu kental, dan jumlahnya cukup

3. Pemeriksaan RadiografisDilakukan bila dirasa perlu dan meksudnya untuk membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada pembuatan gigi tiruan sebagian, dengan kehilangan giginya sedikit dan sisa gigi yang ada masih baik, pemeriksaan radiografis diperlukan untuk :a. Adanya keragu-raguan gigi yang karies pada approksimal atau servikal yang tidak diketahui perluasannya.b. Melihat keadaan jaringan periodonsium dari gigi penjangkaran, juga keadaan tulang alveolar di sekitarnya. Misalnya terdapat poket yang dalam, gigi yang goyang bisa dilakukan dengan rontgen foto.c. Terdapat gigi yang impaksi

Bila kehilangan giginya sudah banyak dan gigi sisa telah mengalami miring, migrasi dengan resesi perlu dibuatkan foto panoramik / dental untuk memperkirakan apakah gigi yang miring masih bisa diperbaiki atau tidak. Pada kasus sama sekali tak bergigi perlu dibuatkan foto panoramik bila ada hal-hal yang mencurigakan, atau untuk melihat :a. Apakah ada kista atau peradangan peradangan lain pada tulang rahangb. Apakah masih terdapat radiks dalam prosesus alveolarc. Apa benar eksositosis perlu dilihat secara radiografisd. Keadaan resorpsi prosesus alveolarise. Tebal mukosa di atas prosesus alveolaris

5. Rencana PerawatanRencana perawatan dibagi menjadi 2 tahap :a. Tahap sebelum pembuatan gigi tiruanPerawatan yang mungkin dilakukan sebelum pembuatan gigi tiruan dapat dari bidang :

13

Bedah mulut Konservasi gigi Peridonrologi Oral medicine Orthodonti Restorasi gigi Penyakit umum Pembersihan mulutb. c. Tahap pembuatan gigi tiruan Pembuatan sendok cetak perseorangan dari border molding Penentuan dimensi vertikal dan relasi sentrik Penyusunan gigi Mencoba gigi tiruan dalam mulut Pemasangan gigi tiruan Kontrol setelah pemasangan6. PrognosisSuatu ramalan yang dapat diperkirakan bagi keberhasilan protesa yang akan kita buatkan setelah mempertimbangkan semua data hasil pemeriksaan pasien.Contoh prognosa :Data pasienBaik Buruk

Tahanan jaringan rendah+

Frekuensi karies tinggi-

Usia muda+

Usia lanjut / tua-

Keadaan umum baik+

Ada penyakit sistemik-

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanKeadaan Umum Wanita, 65 tahunPenyakit sistemik Diabetes Mellitus terkontrol (kontrol 2 bulan sekali)

Keluhan UtamaSudah lama tidak bergigiIngin dibuatkan gigi tiruan yang fungsional dan estetis

Pemeriksaan ObjektifEkstraoralMuka tampak cekungWajah tampak keriputSudut mulut turunIntraoral

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 88 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 ekstrud

OH sedang, ada kalkulusTahanan jaringan rendahPalatum dalam, ruang retromilohioid dangkalRadiografDensitas tulang rahang rendah

Problem RecognitionAtrofi lemak subkutan dan bukal padsMuka cekungKehilangan gigi

Lapisan dermis menipisWajah keriputEnzim melarutkan kolagen, elastin

Tidak ada pendukung pada presymphesial pad Sudut mulut turunBibir atas turun

DiagnosisRahang atas: Kelas II KennedyRahang bawah: Kelas III Modifikasi 1 Kennedy

Rencana PerawatanPerawatan preprostetikPerbaikan OHDHEScaling, root planingPerbaikan oklusi gigi yang ekstrud occlusal adjustmentPerawatan prostetikRahang atas: Desain GTSL gingival kelas II GTSL gingival (tissue borne)Alasan:Gigi penjangkaran kurang kuat karena densitas tulang rahang rendahPasien memiliki penyakit diabetes mellitusSpan panjang dikhawatirkan gigi tidak kuat menahan beban kunyahEdentulous free-end unilateralRahang Bawah: Desain GTSL kombinasi kelas III modifikasi 1 kombinasi (tooth-tissue borne)Alasan:Span tidak terlalu panjang (hanya kehilangan dua gigi di tiap regio) diperkirakan gigi asli masih kuat menyangga GTSL (dengan dibantu jaringan lunak)Edentulous bonded bilateral

PrognosisData PasienBaikBuruk

Usia lanjut-

Pasien cukup kooperatif+

Tahanan jaringan rendah+

OH sedang+

Ada diabetes mellitus (terkontrol)-

dengan mempertimbangkan data-data di atas, prognosis untuk Ibu Novita: cukup baik.