Prosto

23
Gigi tiruan tanpa dukungan tulang alveolar Dalam menentukan suatu rencana perawatan, dokter gigi tidak hanya memperhatikan upaya mengtasi masalah yang ada denga segera, tetapi juga harus mempunyai jangkauan yang panjang dan berlanjut. Masalah yang dihadapi dalam upaya rehabilitasi fungsi gigi yang hilang adalah mencegah terjadinya proses resorbsi tulang alveolar yang berlanjut, yang pada dasarnya tidak dapat dihindari dengan hilangnya geligi ya g di dukung tulang tersebut.dengan terjadinya proses resorbsi secara fisiologis, upaya rehabilitasi untuk jangka panjang dapat dikatakan berhasil. Akan tetapi jika proses ini berjalan hebat(patologis), akan timbul masalah di kemudian hari, yaitu hilangnya atau berkurangnya retensi, tsabilisasi, serta dukungan geligi tiruan. Penderita akan mengalai kesulitan dalam menggunakan geligi tiruannya saat berfungsi untuk mengunyah, khususnya pada geligi rahang bawah. Resobsi tulang alveolar dapat disebabkan oleh factor usia, loal dan sistemik.(Rachmani R,2003) Retensi dan stabilitasi Hasil optimal suatu rerapi yang memerukan pembuatan geligi tiruan lengkap tergantung pada hubungan geligi tiruan lengkap dengan fungsi oral, serta penerimaan pasien akan gigi tiruan lengkap tersebut secara psikologis. Pasien tersebut merasa gigi tiruannya rretentif selama fungsi dan memberikan efek estetik serta psikodinamik yang diperlukan. .(Rachmani R,2003) Retensi suatu geligi tiruan merupakan suatu perlawana terhadap gaya yang mencoba melepaskan geligi tiruan tersebut terhadap

description

1

Transcript of Prosto

Page 1: Prosto

Gigi tiruan tanpa dukungan tulang alveolar

Dalam menentukan suatu rencana perawatan, dokter gigi tidak hanya memperhatikan

upaya mengtasi masalah yang ada denga segera, tetapi juga harus mempunyai jangkauan

yang panjang dan berlanjut. Masalah yang dihadapi dalam upaya rehabilitasi fungsi gigi yang

hilang adalah mencegah terjadinya proses resorbsi tulang alveolar yang berlanjut, yang pada

dasarnya tidak dapat dihindari dengan hilangnya geligi ya g di dukung tulang tersebut.dengan

terjadinya proses resorbsi secara fisiologis, upaya rehabilitasi untuk jangka panjang dapat

dikatakan berhasil. Akan tetapi jika proses ini berjalan hebat(patologis), akan timbul masalah

di kemudian hari, yaitu hilangnya atau berkurangnya retensi, tsabilisasi, serta dukungan geligi

tiruan. Penderita akan mengalai kesulitan dalam menggunakan geligi tiruannya saat berfungsi

untuk mengunyah, khususnya pada geligi rahang bawah.

Resobsi tulang alveolar dapat disebabkan oleh factor usia, loal dan sistemik.(Rachmani

R,2003)

Retensi dan stabilitasi

Hasil optimal suatu rerapi yang memerukan pembuatan geligi tiruan lengkap tergantung pada

hubungan geligi tiruan lengkap dengan fungsi oral, serta penerimaan pasien akan gigi tiruan

lengkap tersebut secara psikologis. Pasien tersebut merasa gigi tiruannya rretentif selama

fungsi dan memberikan efek estetik serta psikodinamik yang diperlukan. .(Rachmani R,2003)

Retensi suatu geligi tiruan merupakan suatu perlawana terhadap gaya yang mencoba

melepaskan geligi tiruan tersebut terhadap gaya yang mencoba melepaskan geligi tiruan

tersebut dari jaringan pendukungnya dan dipengaruhi oleh fungsi fisis, mekanis serta

fisiologis. Factor fisik meliputi, adhesi, kohesi, tegangan permukaan serta viskositas saliva.

Factor mekanis dapat berupa pemanfaatan daerah underkat, misalnya daerah inferior dari

retromolar pad atau underkat bagian anterior rahang atas.

Stabilitas yaitu kemampuan suatu geligintiruan untuk tetap diam (stabil) menhan gerakan

yang disebabkan oleh gaya fungsional. Baik yang horizontal maupun rotasi. Stabilisasi suatu

geligi tiruan dipengaruhi oleh oklusi dan fungsi otot yang tidak seimbang. Oklusi yang

seimbang antara gigi geligi atas dan bawah tidak akan menimbulkan gaya lateral yang dapat

menyebabkan geligi tiruan lepas. Gaya lateral akan timbul bila terdapat tonjolan gigi yang

letaknya tidak serasi pada posisi oklusi sentrik dan eksentrik, sehingga pada saat rahang

berartikulasi terjadi benturan yang dikenal sebagai cuspal interverences yang akan

menyebabkan geligi tiruan bergerak, bergetar atau terungkit saat diguanakan untuk

mengunyah.

Page 2: Prosto

Menurut Brill, retensi dan stabilitasi suatu geligi tiruan lengkap diperoleh dari permukaan

geligi tiruan yang menerima tekana kunyah, permuukaan pendukung sekunder serta

permukaan yang menyalurkan tekanan kunyah. Brill dkk menyarankan untuk menggunakan

gigi posterior dengan ukuran yang lebih kecil sesuai dengan kontur permukaan sekunder

geligi tiruan . sehingga tekana yang jatuh pada tulang alveolar selama mastikasi akan

berkurang. Sedangkan untuk menambah stabilitas disarankan untuk menggunakan gigi

dengan tonjolan yang tidak terlalu tinggi atau datar dari bahan porselen. Bahan ini dapat

menerima tekanan kunyah serta mempunyai tingkat keausan yang rendah, sehingga tidak

diperlukan lagi penyesuaian oklusi yang lebih ekstensif. .(Rachmani R,2003)

Pengaruh resorbsi tulang alveolar terhadap gigi tiruan

Menurut Jacobson dan krol gigi tiruan penuh dikatakan berhasil apabila memiliki retensi,

stabilisasi dan dukungan yang baik. Hal ini tergantung dari hubungan antara oermukaan

anatomis gigi tiruan dengan permukaan mukosa linggir alveolus jaringan pendukungnya.

Retensi dan stabilisasi gigi tiruan pada rahang bawah dipengaruhi oleh otot-otot sekitar gigi

tiruan yang berhubungan dengan permukaan yang berbeda tepi gigi tiruan. Resorbsi linggir

alveolus akan menyebabkan linggir alveolus menjadi datar Karen ikatan-ikatan otot berada

pada puncak linggir. Keadaan tersebut sangat berpengaruh terhadap gigi tiruan penuh

terutama dalam hal retensi dan stabilisasi.

Resorbsi linggir alveolus rahang bawah akan menyebabkan linggir menjadi datar dan

menyebabkan berkurangnya vestibulum bukal dan lingual sehingga kadang-kadang operator

sulit membedakan batas anatomis dan fungsional rongga mulut. Keadaan tersebut merupakan

pengruh utama terhadap gigi tiruan penuh terutama pada saat pemakaian. Pada rahang atas

resorbsi linggir alveolus yang parah dapat menyebabkan linggir alveolus rahang atas menjadi

lebih kecil dari linggir alveolus rahang bawah. (Nasution I.D.,2001)

Mengatasi masalah retensi dan stabilitasi

Seringkali geligi tiruan lengkp rahang bawah kehilangan retensi dan stabilitasi karena

berkurangnya luas jaringan pendukung geligi tiruan. Masalah ini diatasi dengan cara

memperluas dan membentuk sayap geligi tiruan rahang bawah begian lingual dan sublingual,

serta membentuk kontur permukaan bukal. Labial serta lingual seuai dengan pergerakan otot

sekitar mulut.

Pada keadaan tulang alveolar cukup dalam, lebar dan tinggi, origo otot wajah kurang

menimbulkan masalah pada perluasan batas geligi tiruan sehingga dapat memberikan retenai

Page 3: Prosto

dan stabilisasi yang baik pada basis gigi tiruan. Namun bila sisa tulang alveolar telah

mengalami resorbsi yang berlebihan maka origo otot wajah akan terletak lebih dekat dengan

puncak tulang alveolar sehingga retensi dan stabilisasi geligi tiruan terutama pada rahang

bawah sulit dicapai.

Menurut Jackson dan krol retensi akan memberikan kenyamanan psikologis bagi penderita.

Penderita akan merasa malu dan kurang nyaman apabila geligi tiruannya mudah terlepas.

Sedangkan geligi tiruan yang stabil akan member kenyamanan fisiologik, karena tidak mudah

bergerak selama digunakan. Oleh karena itu eretensi berhubungan erat dengan stabilitas.

Beberapa factor yang dapat menambah stabilitas suatu geligi tiruan yang tinggi dan bentuk

tulang alveolar. Hubungan tulang alveolar atas dan bawah, keseimbangan oklusal dan

adaptasi basis geligi tiruan serta control neuromuscular.(Rachmani R,2003)

Sumber :

Rachmani R. Desain Basis Geligi Tiruan Lengkap Rahang Bawah Pada Resorbsi Tulang

Alveolar Yang Berlebihan. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi. No. 51, Maret 2003:23-30

Nasution I.D. Penyusunan Anasir Gigi Tiruan Dalam Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Dengan

Linggir Alveolus yang Datar. Dentika Dental Journal. No. 1, 2001:242-247

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/dentistry-oral-medicine/2321757-gigi-

tiruan-tanpa-dukungan-tulang/#ixzz2N8gcE0S2

Page 4: Prosto

PERTEMUAN I

PENGERTIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Didalam bidang kedokteran gigi istilah gigi tiruan/ dental prothetis meliputi

• Gigi tiruan sebagian lepasan/partial denture

• Gigi tiruan cekat/Fixed denture

• Gigi tiruan lengkap/Full denture

Definisi gigi tiruan sebagian 

• Osborne (1925)

gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yg menggantikan sebagian dari pada gigi asli yang

hilang dan dapat dilepas sendiri oleh sang pasien dari mulutnya

• Applegate (1925)

gigi tiruan sebagian adlh suatu alat yg dapat dilepas menggantikan gigi asli yg hilang&

memperoleh dukungan utama dr jaringan sadel dng suatu dukungan tambahan dr gigi asli yg

masih tertinggal

• Mc.Cracken (1973)

suatu restorasi prostetic yn menggantikan gg asli yg hilang&bagian lain dr rahang yg tak

bergg sebagian,mendapat dukungaan terutama dr jaringan dibawahnya & sebagian dr gg asli

yg masih tertinggal dipakai sebagai gg pegangan /abutment

• Glossary of prosthodontics (1999)

GTS merupakan bag.prostodonsia yg menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dng

gigi tiruan&didukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi-mukosa yang dipasang&dilepas

oleh pasien

Akibat kehilangan gigi

• Migrasi dan rotasi

Hilangnya kesinambungan lengkung gg dpt menyebabkan pergeseran yaitu miring atau

berputarnya gg sehingga tdk kuat menahan beban misalnya beban pengunyahan,hal ini dpt

merusak srtuktur periodontal dan gigi mudah karises

• Erupsi berlebih

Pada gigi yg tertinggal akan mengalami erupsi berlebih kearah daerah gigi yg hilang 

• Penurunan energi kunyah

Terutama pada kehilangan gigi posterior

• Ganguan pada TMJ

Kehilangan gigi terutama pada posterior dpt menyebabkan berubahnya tomporo mandibul

joint

Page 5: Prosto

• Terganggunya kebersihan mulut

Pada kehilangan gigi terdapat celah antar gigi sehingga makanan dapat masuk,lama lama

menimbulkan plak dan akhirnya karises

• Beban berlebih pada jaringan pendukung

Kehilangan gigi,maka jumlah gigi akan berkurang dan menyebabkan berkurangnya daya

tahan terhadap tekanan dan oleh karena itu jaringan pendukung bebannya menjadi

bertambah,hal ini menyebabkan kerusakan membran priodontal yang pada akhirnya

menyebabkan gigi-gigi tarsebut menjadi goyah

• Kelainan berbicara

Labio dental adlh huruf yg diucapkan antara lidah dng gigi dpn atas.apabila kehilangan gigi

depan maka huruf F,V,PH tidak dapat terucap dng baik.demikian juga pd huruf linguo-dental

• Penampilan buruk

• Atrisi/gigi erosi

• Pd pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan dapat menimbulkan efek:

1.Peningkatan akumulasi plak

Kurangnya kebersihan pd pemakai GTSL maka plak mudah menempel dan dpt terjadi

inflamasi pada jaringan periodontal kemudian terbentuk poket juga resorbsi tulang alveolar

berlebihan

2.Trauma langsung

pada gigi yg digunakan sebagai gigi pendukung / abutment, pembuatan klamer yg terlalu

menekan gigi pendukung tersebut dapat merusak email

3.Distribusi gaya kunyah

Gaya fungsional disalurkan oleh GTS ke jaringan yg berkontak&berada dibawahnya.Pada

GTS hubungan gigi gaya ini diteruskan ke tulang alveolae melalui ligmen periodontal oleh

karna itu disterbusi dapat merata 

4.Permukaan okusal

• adanya kontak oklusi yg prematur mengakibatkan:

A.Difungsi otot kunyah&wajah,bila pasien berusaha menghindari kontak dng cara mengubah

pola gerak kunyahnya

B.Terjadinya peradangan mukosa&resorbsi tulang bawahnya

C.Kerusakan pada gigi atau jaringan periodontal

• Untuk menetralisir efek akibat pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan maka:

A.Dokter gigi,harus dapat mendesain gigi tiruan tersebut dengan benar dan tepat

Page 6: Prosto

B.Tehniker,harus bekerja sesuai intruksi dari perintah dokternya

C.Pasien,harus dapat menjaga pemeliharaan gigi tiruan dengan benar terutama kebersihan

PEMBAGIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

• Berdasarkan bahan yang dipakai untuk membuat

a.vulcanite denture -dibuat dari vulkanit

b.acrylic denture-dibuat dari akrilik

c.frame denture-dibuat dari logam 

• Dilepas/tidak dapat dilepas

a.removable partil denture= GTS Lepasan

b.fixed denture/bridge= GTC

• Saat pemasangan

a.convesional-dipasang setelah gigi hilang

b.immediete-dipasang segera setelah gigi hilang / dicabut

• Jaringan pendukung

a.tooth borne-didukung oleh gigi

b.mucosa / tissue borne-didukung mukosa

c.mucosa and tooth-didukung gigi&mukosa

• Letak daerah tak bergigi / sadel

a.anterior tooth suported case

b.all tooth suported case

c.free and supotred case

• Memakai wing bagian bukal/labial atau tidak

A.open face:GTS yg dibuat tanpa gusi tiruan labial, gigi tiruan tsb dibuat apabila

1.keadaan prosessus aleolaris masih baik

2.biasa pada gigi anterior

3.pasien mempunyai lebar mulut terlalu lebar

B.close face:GTS yg dibuat gusi tiruan bagian labial, gigi tiruan tsb dibuat apabila

1.prosessus alveolaris telah mengalami absorbsi

2.perbaikan profil

TUJUAN/FUNGSI PEMBUATAN GTS ADALAH:

A.Mengembalikan fungsi estetik

Estetik adlh cab.dari filosofi yg berhubungan dng keindahan dlm alam.dasar2dr estetik adlh

keindahan,keaslian,keharmonisan

Kosmetik adlh hny mementingkan keindahan sehingga kadang2berlebihan,tetapi kurang

Page 7: Prosto

memikirkan keaslian dan keharmonisannya

dalam prosthodonsi yg perlu diperhatikanadlh estetik membuat gigi tiruan secara

1.Hygiene

2.Harmonis dengan gigi asli

3.Tidak boleh kelihatan palsu

B.Mengembalikan fungsi pengunyahan

Secara teori,apabila gigi posterior hilang menyebabkan pengunyahan kurang baik sehingga

mengakibatkan pencernaan terganggu dan akhirnya timbul macam2 penyakit pencernaan

C.Mengembalikan fungsi bicara

Ada 2 golongan huruf yaitu:s

1.huruf hidup / vokal: A,I,U,E,O

2.huruf mati / kongsonan: B,C,D,F….dll

Alat bicara mempunyai 2 sifat:

1.sifat statis: gigi palatum

2. sifat dinamis: lidah,bibir,tali suara,mandibula

suara berawal dari laring-palatum-dan dibantu gigi gelligi shg terbentuk suara.Ruang

resonansi berada dalam rongga mulut dan sinus maksilaris.

D.

NB: seperti biasa yang di dalam kotak itu tambahan ya teman2….

PERTEMUAN II

DIAGNOSIS BIDANG PROSTODONSI

Diagnosis 

adalah proses yg dilakukan untuk mengenali / mengetahui terdapatnya keadaan yg tidak

wajar / alamiah dan meneliti adanya abnormalitas serta menetapkan penyebabnya

diterapkan untuk membuat rencana perawatan 

Tujuan diagnosis :Untuk mengetahui keadaan à 

1.Untuk dapat mempertahankan gigi-gigi yg ada

2.Memelihara jaringan pendukungnya

3.Menciptakan estetis yang harmonis dan memuaskan

Cara diagnosis : evakuasi thd penderita (diskusi) à anamnesis à data diagnostik

ANAMNESIS :

Yaitu riwayat yg lalu dari suatu penyakit atau kelainan berdasarkan ingatan penderita pd

waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medik/dental

Macam anamnesis :

Page 8: Prosto

1. Ditinjau dari cara penyampaian à ada 2 macam 

– Auto anamnesis : cerita mengenai keadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien

– Allo anamnesis : cerita yang tidak disampaikan sendiri oleh pasien yg bersangkutan

melainkan melalui bantuan orang lain ( pasien bisu, kesulitan bahasa,anak )

2. Ditinjau dari segi inisiatif penyampaian cerita :

– Anamnesis Pasif : pasien sendiri yang bercerita kepada si pemeriksa

– Anamnesis Aktif : pasien perlu dibantu pertanyaan dalam penyampaian ceritanya

HAL-HAL YG DITANYAKAN PADA PENDERITA :

1. Nama penderita ; perlu diketahui untuk : 

– membedakan seorang penderita dg yg lainnya

– mengetahui asal suku atau rasnya, karena ras 

berhubungan dg penyusunan gigi depan ( profil orang Eropa 

lurus, sedang pada Asia cembung )

2. Alamat, untuk :

– menghubungi pasien bila terjadi sesuatu

– mengetahui latar belakang lingkungan hidup seorang pasien shg

dapat pula diketahui status sosialnya

3. Pekerjaan, untuk :

– keadaan sosial ekonomi pasien ( biasanya lebih tinggi lebih besar tuntutannta )

– melakukan modifikasi jenis perawatan yg mungkin diperlukan sehubungan dg 

faktor jenis pekerjaan misal guru, artis 

4. Jenis kelamin :

wanita : – lebih cenderung memperhatikan estetis

– bentuk gigi relatif lebih banyak lengkungan / membulat

Pria : – lebih cenderung membutuhkan protesa yg lebih kuat, sebab pria membutuhkan

kekuatan mastikasi yg lebih besar

– bentuk gigi lebih besar menunujukan kejantanan

5. Usia , untuk menentukan bentuk, warna, ukuran gigi

usia muda : – lebih mudah dan cepat beradaptasi thd gigi tiruan

usia tua : – toleransi jaringan

– kesehatan mulut

– adaptasi lebih sulit

6. Waktu dan letak gigi yg terakhir dicabut/hilang à gts immediate

Page 9: Prosto

7. Pengalaman memakai gigi tiruan, adaptasi thd gigi tiruan baru:

a. Penderita yg pernah memakai gigi tiruan :

– adaptasi mudah

– sering membanding-bandingkan gts barunya dg yang pernah dipakai sebelumnya

b. Penderita yg belum pernah memakai gigi tiruan :

– belum mengetahui prosedur pembutan dan pemakaian gigi tiruan à perlu penjelasan

[ pencetakan, penentuan gigitan, awal pemakaian yang sering menimbulkan rasa sakit itulah

sebabnya penerangan yang diberikan menjadi penting sekali ]

8. Tujuan pembuatan gigi tiruan à lebih mementingkan pemenuhan faktor estetik atau

fungsional ?

9. Kebiasaan / bad habid : – bruksisma à dianjurkan memakai gigi tiruan dimalam hari

10. Pemeriksaan status umum : DM, alergi, depresi mental, penyakit pendarahan

11. Pemeriksaan status lokal :

Extra oral

– pembengkakan wajah

– Asimetri wajah

– jumlah gigi yg terlihat ketika pasien berbicara

– Besar kedua rahang sesuai / tidak ?

– Susunan gigi teratur / tidak ?

– bentuk muka

– profil

– mata

– hidung

– telinga

– bibir

Intra oral

– keadaan umum : 

1. OH [ plak, kalkulus, stain = baik, sedang, buruk]

2. Mukosa mulut

3. Frekwensi karies

4. Status gigi [ goyah, migrasi, malposisi]

5. Ro foto :

– Melihat/ memeriksa struktur tulang yg akan menjadi pendukung

– melihat bentuk , panjang, jumlah akar

Page 10: Prosto

– melihat kelainan bentuk pd residual ridge

– sisa akar

– keadaan vitalitas gigi

– keadaan kelainan periapikal

– berhubungan dg penentuan gigi pegangan

6. Oklusi

7. Artikulasi [ untuk mengetahua adanya hambatan oklusi]

8. Vestibulum

9. Frenulum

10. Kelainan gigi [ jumlah, warna, bentuk]

11.Macam gigi [ sulung, permanen]

12. Proc alveolaris 

13. Bentuk palatum [ huruf U = menguntungkan karena stabilitas ,,, huruf V]

14. Torus palatinus [ dibebaskan ]

15. Lidah

Pertemuan III

KLASIFIKASI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Endang Wahyuningtyas

1. KLASIFIKASI DAERAH YANG TIDAK BERGIGI :

Maksud utama pembuatan klasifikasi untuk rahang yang sebagian giginya sudah hilang

adalah: agar dokter gigi dapat berkomunikasi sejelas mungkin tentang keadaan rongga mulut

yang akan dibuatkan gigi tiruan

Dasar klasifikasi :

1.Berdasarkan sadel/daerah yang tidak bergigi, klasifikasi menurut:

a. Kennedy

b. Swenson

c. Austin Lidge

d. Applegate Kennedy

2.Berdasarkan Retainer, klasifikasi menurut: a. Miller

b. Cummer

• Sadel : 

Bagian dari prosessus alveolaris yang telah kehilangan gigi

• Tipe sadel :

1. Sadel ujung bebas/Free end Sadel

Page 11: Prosto

2. Sadel tertutup / Bounded sadel

Klasifikasi Kennedy

Syarat:

1. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan atau gigi

yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut

2. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk dalam klasifikasi.

3. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai pengganti, gigi ini dimasukkan

klasifikasi

4. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang.

5. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam klasifikasi.

6 Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi masuk dalam

modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya.

7. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak bergigi.

8. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.

Klasifikasi Kennedy ada 4 Klas : 

Kelas I

Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada

kedua sisi rahang / Bilateral Free End

Kelas II

Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg ada, pd 1 sisi rahang/unilateral

free end. 

Kelas III

Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada dibagian posterior.

Kelas IV

Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan melewati garis tengah

rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada modifikasi

KLASIFIKASI APPLEGATE – KENNEDY

Kelas I

a. Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy.

b. Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun

kehilangan gigi.

c. Secara klinis dijumpai:

1. Derajat resorbsi residual ridge bervariasi.

2. Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas gigi tiruan yang akan

Page 12: Prosto

dipasang.

3. Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah mengecil.

4. Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai posisi.

5. Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat

6. Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar 6 10 gigi.

7. Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.

Indikasi pelayanan prostodonsia: Gigi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan

perluasan basis distal

Kelas II

Daerah tidak bergigi sama dengan kelas II

Secara klinis dijumpai keadaan :

1.Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak

2.Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.

3.Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis.

4.Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka waktu tertntu

karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis.

5.Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi

temporomandibula. 

Indikasi pelayanan prostodonsia: Gigi tiruan sebagian lepasan disain bilateral perluasan basis

distal.

Kelas III

Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga, tidak lagi mampu memberi

dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.

Secara klinis dijumpai keadaan: 

1. Daerah tidak bergigi sudah panjang.

2. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai

3. Tulang pendukung mengalami resorbsi cervikal dan atau disertai goyangnya gigi secara

berlebihan.

4. Beban oklusal berlebihan

Indikasi pelayanan prostodonsi; Gigi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain

bilateral.

• Kelas IV

• Daerah tidak bergigi sama dengan klas IV Kennedy.

• Pada umumnya untuk klas ini dapat dibuat gigi tiruan sebagian lepasan bila:

Page 13: Prosto

1. Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat trauma

2. Gigi harus disusun dengan “overjet” besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi pendukung.

3. Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada pasien dengan daya

kunyah besar.

4.Diperlukan dukungan danretensi tambahan dari gigi penahan

5.Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor estetik

• Indikasi pelayanan Prosthodontic Klas IV :

a) Geligi tiruan cekat, bila gigi gigi tetangga masih kuat

b) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau jaringan

atau kombinasi.

c) Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat GTSL

• Kelas V

• Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi

penahan atau tak mampu menahan daya kunyah

• Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas karena gigi caninus yang dicabut karena

malposisi atau terjadinya kecelakaan

• Gigi bagian anterior kurang disukai sebagai gigi penahan, biasanya karena salah satu alasan

berikut ini :

1. daerah tak bergigi sangat panjang

2. daya kunyah pasien berlebihan

3 bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang memadai

4 tulang pendukung lemah

penguatan dengan splin tidak diharapkan, dan sekalipun dilakukan tetap tidak memberikan

dukungan yang memadai, tetapi tetap dirasakan perlunya mempertahankan geligi yang masih

tinggal ini

• Indikasi pelayanan Prosthodontik kelas V: 

Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan prinsip basis berujung bebas tetapi

di bagian anterior.

• Kelas VI

• Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai

gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang terjadi pertama

kalinya dalam mulut

• Biasanya dijumpai keadaan klinis : 

1. daerah tak bergigi yang pendek 

Page 14: Prosto

2. bentuk atau panjang akar gigitetangga memadai sebagai pendukung penuh 

3. sisa processus alveolaris memadai 

4. daya kunyah pasien tidak besar 

• Indikasi pelayanan prosthodontik kelas VI 

• a) geligi tiruan cekat 

• b) geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan desain unilateral (protesa sadel)

• Pemilihan geligi tiruan lepasan dalam hal ini didasarkan pada:

1. usia pasien masih muda

2. mencegah ekstrusi gigi antagonis

3. pulpa gigi masih lebar

4. kesehatan pasien tak memungkinkan dilakukannya preparasi segera

5. kendala waktu untuk pembuatan gigi tiruan cekat

6. pasien menolak pembuatan geligi tiruan cekat

7. keadaan sosial ekonomi pasien tak menunjang 

• Selain ke enam kelas tersebut di atas, klasifikasi Aplegate Kennedy mengenai juga

modifikasi untuk daerah tak bergigi tambahan.

• Bila tambahan ini terletak di anterior, maka disebut kelas…. modifikasi A

• Pada penambahan yang terletak di posterior, sebutan menjadi kelas … modifikasi P.

• Untuk penambahan ruangan yang lebih dari satu, dimuka huruf petunjuk modifikasi. Diberi

tambahan angka arab sesuai jumlahnya.

Contoh : Kelas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A dan 3P dan seterusnya).

KLASIFIKASI SWENSON

• Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy

Kelas I : Unilateral free end 

Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end

Kelas III : Bounded sadle

Kelas IV : Anterior tooth supported

KELAS I KELAS II KELAS III KELAS IV

KLASIFIKASI AUSTIN DAN LIDGE

Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan wilayah daerah gigi yang hilang.

a) Daerah gigi yang hilang anterior A

b) Daerah gigi yang hilang posterior: P

• Pada masing masing derah tersebut dibagi 2 lagi, dengan batas median line.

KLASIFIKASI BERDASARKAN LETAK KLAMER

Page 15: Prosto

• Klasifikasi ini didasarkan pada letak klamer.

Kelas I Miller :

Menggunakan 2 klamer, dengan letak klamer harus berhadapan dan tegak lurus dengan

median line

Kelas II Miller

• Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum melewati median line.

• Median line dengan lokasi fulkrum tegak 

lurus.

Kelas II Miller

• Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum melewati median line.

• Median line dengan lokasi fulkrum tegak 

lurus.

Kelas III Miller

• Menggunakan 3 klamer, letak klamer sedemikian rupa sehingga bila ditarik akan berbentuk

segitiga yang letaknya kira kira ditengah protesa.

Kelas IV Miller

Memakai 4 klamer, bila dihubungkan dengan garis membentuk segiempat dan terletak

ditengah tengah protesa.

Klasifikasi Cummer

1 Kelas I 

protesa dengan 2 retensi (klamer) direct, letaknya diagonal, berorientasi pada frame protesa

2 Kelas II

protesa dengan 2 retensi direct, letak berhadapan, bila dihubungkan membentuk garis tegak

lurus pada median line.

3 Kelas III

protesa dengan 2 atau lebih retensi direct, letak pada 1 sisi/bidang.

4 Kelas IV 

protesa dengan 3 4 klamer, bila dihubungkan dengan gads membentuk segi empat dan berada

di tengah protesa.