Prosto, BAB 2 Kasus 4
-
Upload
hirumamori -
Category
Documents
-
view
273 -
download
9
Transcript of Prosto, BAB 2 Kasus 4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Kennedy kelas III
Klasifikasi Kennedy kelas III adalah daerah tak bergigi terletak diantara gigi-
gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya dan bersifat unilateral.
(Carr, 2005)
Jika terdapat daerah tak bergigi lain dari pada yang sudah ditetapkan dalam
klasifikasi, masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau
ruangannya. (Carr, 2005)
Gambar 1: Kelas III Kennedy modifikasi 1 (Carr, 2005)
Pada kasus kelas III klasifikasi Kennedy, secara klinis dijumpai beberapa
keadaan seperti: (Gunadi dkk, 1991)
1. Daerah tidak bergigi cukup panjang
2. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai
3. Tulang pendukung mengalami resorpsi servikal dan atau disertai goyangnya gigi
secara berlebihan
4. Beban oklusal berlebih
Desain GTSL kelas III Kennedy hanya menggunakan support dari gigi (tooth
borne) penyangga sehingga biomekaniknya seperti pada gigi tiruan tetap (GTT) yang
bergantung pada kesehatan jaringan periodontal gigi penyangga. (Jones & Garcia,
2009).
Menurut Davenporth et al (1988), desain dukungan gigi tiruan pada kasus
kelas III berupa tooth supported. Pada kasus all tooth supported atau bounded saddle,
pergeseran sadel ke arah mesial maupun distal dapat dicegah karena baik sebelah
mesial maupun sebelah distal tertahan oleh gigi penyangga dibandingkan dengan
pada kasus free end saddle. Permasalahan utama yang biasa terjadi adalah pada
GTSL tipe tooth borne sebagian besar tekanan akan diteruskan ke tulang alveolar
melalui fiber-fiber ligament periodontal. Pada GTSL yang mentransmisikan tekanan
ke gigi maka gigi akan bergerak. Pada design cingulum rest, transmisi tekanan ke
arah horizontal gigi. Pada pemberian tekanan horizontal dapat merusak jaringan
periodontal pada gigi yang mendapat beban. Pada design insisal rest, transmisi
tekanan akan lebih mengutungkan karena transmisi tekanan ke arah vertical.
2.2 Cengkeram
Cengkeram merupakan bagian GTSL yang terletak pada abutment yang
berfungsi sebagai retainer langsung dan menstabilkan dengan cara berkontak di
sekeliling atau mengelilingi sebagian gigi penyangganya. (Gunadi dkk, 1991)
Cengkeram berfungsi sebagai retensi (menahan protesa agar tidak terangkat
atau bergerak ke oklusal), stabilisasi (menahan protesa agar tidak bergerak oleh gaya
horizontal), dan meneruskan beban kunyah ke gigi penyangga (oklusal rest). (Gunadi
dkk, 1991)
Cengkeram harus didesain berdasarkan beberapa prinsip sebagai berikut:
(Gunadi dkk, 1991)
1. Encirclement: Suatu cengkeram harus dapat memeluk permukaan gigi >1800C
tetapi <3600C
2. Reciprocation: Kemampuan gigi tiruan mengimbangi atau melawan gaya yang
ditimbulkan bagian lainnya
3. Retensi: Kemampuan gigi tiruan melawan gaya pemindah yang memindahkan
protesa kearah oklusal
4. Stabilisasi: Gaya pada gigi tiruan untuk melawan pergeseran gigi tiruan dalam
arah horizontal
5. Dukungan: Gaya pada gigi tiruan untuk melawan gaya oklusal atau vertikal yang
terjadi saat mastikasi
6. Pasifitas: Lengan cengkeram harus pasif sehingga tidak menekan gigi.
2.2.1 Cengkeram Tuang
Cengkeram tuang terdiri dari cengkeram tuang oklusal dan gingival.
Kelompok cengkeram tuang oklusal (sirkuferensial) paling sesuai untuk kasus gigi
tiruan tooth borne karena konstruksinya sederhana dan efektif. (Gunadi dkk, 1991)
Salah satu contoh cengkeram tuang adalah cengkeram Akers (Akers clasp). Bentuk
dasar dari jenis sirkumferensial yang terdiri dari lengan bukal, lingual, dan rest
oklusal. Cengkeram ini memiliki bentuk yang sederhana, efektif, dan cukup kuat serta
paling sering digunakan. Akers clasp ini juga dianggap memenuhi seluruh persyaratan
suatu cengkeram, yaitu: (Gunadi dkk, 1991)
a. Memiliki sandaran oklusal yang berfungsi mencegah pergerakan geligi tiruan
kearah gingival
b. Bagian pengimbang yang berfungsi menahan pergerakan horizontal
c. Lengan retentif yang berfungsi mencegah pergerakan vertikal kearah oklusal.
Gambar 4: Akers clasp (Carr, p.91, 2005)
2.2.2 Cengkeram Kawat
Cengkeram kawat terdiri dari cengkeram kawat paradental (tooth borne dan
gingival (mucosa borne). Cengkeram paradental merupakan klamer yang fungsinya
selain sebagai retensi dan stabilisasi protesa, klamer ini juga sebagai alat untuk
meneruskan beban kunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi penyangganya. Klamer
paradental harus mempunyai bagian yang melalui bagian oklusal gigi penyangga atau
titik kontak antara gigi penyangga dengan gigi sebelahnya. Cengkeram gingival
hanya memliki fungsi retensi dan stabiliasi, sehingga tidak memiliki bagian pada
oklusal gigi penyangga. (Gunadi dkk, 1991)
1. Cengkeram 3 jari
Bentuknya seperti Akers clasp terdiri dari lengan bukal dan lingual, body, bahu,
rest oklusal. Cengkeram ini diindikasikan untuk gigi premolar dan molar. (Gunadi
dkk, 1991)
Gambar 5: Cengkeram 3 jari (Gunadi dkk, h.163, 1991)
2. Cengkeram half-Jackson
Disainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual
dan terus ke retensi akrilik. Indikasi: gigi molar dan premolar gigi terlalu
cembung sehingga cengkeram Jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang baik
di anatar 2 gigi (Phoenix, 2002).
Gambar 6: Cengkeram half-Jackson (Gunadi dkk, h.164, 1991)
3. Cengkeram 2 jari
Disainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya tidak mempunyai rest. Indikasi:
gigi molar dan premolar (Phoenix, 2002)
Gambar 7: Klamer 2 jari (Gunadi dkk, h. 163, 1991)
2.3 Sandaran (Rest)
Sandaran (rest) merupakan bagian gigi tiruan yang bersandar pada permukaan
gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertikal pada
protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal gigi P dan M, atau pada
permukaan lingual gigi anterior. Sandaran pada gigi posterior berfungsi sebagai
berikut: (Carr, 2005)
a. Menyalurkan gaya atau tekanan oklusal dari gigi tiruan kepada gigi penyangga
b. Menahan lengan cengkeram tetap pada tempatnya
c. Mencegah lengan cengkeram menjadi mekar atau terbuka akibat tekanan oklusal
d. Membagi gaya oklusal menjadi dua atau lebih komponen, sehingga pembagian
gaya kunyah yang proporsional antara gigi dan lingir sisa
Beberapa jenis rest, yaitu:
1. Cingulum rest
Dari segi mekanik, cingulum rest pada gigi anterior lebih menguntungkan
daripada incisal rest karena letaknya lebih dekat dengan pusat rotasi gigi. Selain
itu, cingulum rest tidak terlihat dan tidak mengganggu lidah. Cingulum rest
biasanya digunakan pada ada kaninus atas yang inklinasinya sedikit ke labial dan
memiliki cingulum lebih menonjol. (Gunadi dkk, 1991)
2. Oclusal rest
Ukuran rest yang dianggap ideal untuk premolar adalah setengah jarak puncak
cusp lingual dan bukal. Untuk gigi molar, dimensinya dapat sedikit dikurangi dari
ukuran rest premolar. Rest oklusal juga harus berbentuk sendok atau piring
(spoon and saucer shaped rest). (Gunadi dkk, 1991)
2.4 Konektor Mayor
Konektor mayor merupakan bagian GTSL yang menghubungkan bagian
protesa pada salah satu sisi rahang dengan sisi lainnya. (Carr, 2005)
1. U-shaped palatal bar
Konektor ini disebut juga horse-shoe connector. (Gunadi dkk, 1991) Indikasi
pemakaiannya adalah untuk kasus kehilangan 1 atau lebih gigi anterior atau
posterior atas (kelas III, kelas III modifikasi 1, kelas IV Kennedy), adanya torus
palatinus luas, serta dibutuhkan splin gigi anterior. (Jones & Garcia, 2009)
Penggunaan konektor tipe ini umumnya tidak diminati karena dianggap kurang
kuat seperti jenis konektor mayor lainnya. Agar kuat, konektor jenis ini harus
dibuat cukp tebal, tetapi mengurangi kebebasan gerak lidah. Sebaliknya, jika
kurang tebal maka akan menyebabkan plat menjadi fleksibel dan jika tidak ada
gigi pendukung posterior maka akan terjadi trauma pada lingir sisa. (Carr, 2005)
Keuntungan penggunaannya adalah lebih sedikit mukosa palatum yang ditutupi.
(Champbell, 1977)
Gambar 8: U-shaped palatal bar pada kasus
kelas III Kennedy modifikasi 1 (Champbell, 1977)
2. Lingual bar
Lingual bar disebut juga alveolar bar. Konektor ini merupakan pilihan utama
karena bentuknya yang sederhana dan relatif kecil sehingga pasien lebih mudah
beradaptasi dan faktor estetiknya baik. Selain itu, potensi karies, mukositis dan
masalah periodontal akibat plak juga dapat diminimalisir karena hanya menutupi
sedikit gigi dan mukosa. Indikasi pemakaiannya adalah jika fungsi bracing dan
indirect retention diberikan oleh clasp dan indirect retainer, diastema atau
terbukanya embrasur servikal pada gigi anterior, dan gigi anterior overlap.
(Hansen, 1985) Batas superior lingual bar berada kurang lebih 4 mm di bawah
margin gingiva atau lebih jika memungkinkan. Batas inferior berada pada puncak
sulkus alveorlar lingual ketika lidah pasien terangkat. (Carr, 2005)
2.5 Basis
Basis gigi tiruan biasa disebut juga sebagai sadel, merupakan bagian yang
menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang. Pada gigi posterior yang akan
diganti, estetik biasanya hanya menjadi pertimbangan sekunder, sedangkan pada gigi
anterior yang akan diganti, estetik menjadi pertimbangan primer yang sangat penting.
Secara teori, basis GTSL dukungan gigi yang akan digunakan pada regio anterior
harus memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: (Carr, 2005)
1. Memberikan nilai estetik
2. Mendukung dan menahan elemen gigi tiruan saat mastikasi dan menyalurkan
tekanan oklusal secara langsung pada gigi abutment melalui rest
3. Mencegah pergerakan vertikal dan horizontal pada gigi yang masih ada
4. Mengeliminasi sisa makanan yang terjebak
5. Menstimulasi jaringan di bawahnya
Pada sayap labial harus disediakan ruang untuk kebebasan bergerak frenulum
labialis. Pembebasan ini tidak boleh terlalu banyak sehingga menyebabkan masuknya
udara, makanan, atau benda asing ke celah antara basis dan jaringan. Garis servikal
pada sayap labial hendaknya dibuat sealami mungkin, sehingga bentuk maupun
letaknya serasi dengan gigi tetangga. (Gunadi dkk, 1991) Fungsi sayap labial antara
lain, meningkatkan bila estetik dengan menutupi celah diantara protesa dan gigi yang
masih ada. Sayap labial juga berfungsi sebagai guiding planes yang mencegah rotasi
gigi tiruan pada regio anterior dan memastikan kecekatan gigi tiruan. (Newton et al,
1989)
2.5.1 Basis menurut bahan
2.5.1.1 Basis metal
Indikasi penggunaan basis metal antara lain: penderita hipersensitif terhadap
resin, penderita dengan gaya kunyah abnormal, ruang intermaksilar kecil, kasus basis
dukungan gigi desain unilateral, pertimbangan khusus, seperti permintaan pasien,
pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi secara berlebih atau kasus dengan tulang
pendukung yang stabil. (Gunadi dkk, 1991) Keuntungan penggunaan basis metal
adalah merupakan penghantar termis yang baik, ketepatan dimensinya baik, kotoran
dan sisa-sisa makanan sulit melekat, serta memiliki kekuatan maksimal dengan
ketebalan yang minimal. (Carr, 2005)
2.5.1.2 Basis resin
Indikasi pemakaian basis resin adalah dapat digunakan untuk semua kasus
kehilangan gigi, dan paling sering digunakan sebagai basis protesa. Keuntungan basis
resin adalah warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, relatif lebih ringan,
relining dan rebasing lebih mudah, teknik pembuatan dan pemolesannya mudah, serta
harganya murah. (Carr, 2005)
Bila basis seluruhnya didukung oleh gigi penyangga, perluasan basis tidak
perlu dilakukan sampai sulkus alveolar seperti pada basis perluasan distal atau gigi
tiruan lengkap. (Gunadi dkk, 1991)
2.6 Indirect retainer
Indirect retainer harus diletakkan tegak lurus pada garis fulkrum. Pada kasus
kelas IV Kennedy, garis fulkrum ditentukan dengan menarik garis lurus antara
oklusal rest sekitar daerah edentulous pada GTSL (gambar 2.10). Sedangkan garis
biru yang tegak lurus dengan garis fulkrum, pada area tersebut dapat di tempatkan
retensi indirest. Namun GTSL Kennedy Klas IV tidak membutuhkan retensi indirect
karena retensi pada direct pada daerah posterior dapat berfungsi sebagai retainer
indirect (Jones & Garcia, 2009).
Gambar 9: Tampak dari oklusal: garis hitam merupakan garis fulkrum, garis tegak lurus menunjukkan
posisi direct retensi (Jones & Garcia, 2009).