Prosto, BAB 2 Kasus 4

14
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kennedy kelas III Klasifikasi Kennedy kelas III adalah daerah tak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya dan bersifat unilateral. (Carr, 2005) Jika terdapat daerah tak bergigi lain dari pada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi, masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya. (Carr, 2005) Gambar 1: Kelas III Kennedy modifikasi 1 (Carr, 2005) Pada kasus kelas III klasifikasi Kennedy, secara klinis dijumpai beberapa keadaan seperti: (Gunadi dkk, 1991) 1. Daerah tidak bergigi cukup panjang 2. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai

Transcript of Prosto, BAB 2 Kasus 4

Page 1: Prosto, BAB 2 Kasus 4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Kennedy kelas III

Klasifikasi Kennedy kelas III adalah daerah tak bergigi terletak diantara gigi-

gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya dan bersifat unilateral.

(Carr, 2005)

Jika terdapat daerah tak bergigi lain dari pada yang sudah ditetapkan dalam

klasifikasi, masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau

ruangannya. (Carr, 2005)

Gambar 1: Kelas III Kennedy modifikasi 1 (Carr, 2005)

Pada kasus kelas III klasifikasi Kennedy, secara klinis dijumpai beberapa

keadaan seperti: (Gunadi dkk, 1991)

1. Daerah tidak bergigi cukup panjang

2. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai

3. Tulang pendukung mengalami resorpsi servikal dan atau disertai goyangnya gigi

secara berlebihan

4. Beban oklusal berlebih

Desain GTSL kelas III Kennedy hanya menggunakan support dari gigi (tooth

borne) penyangga sehingga biomekaniknya seperti pada gigi tiruan tetap (GTT) yang

bergantung pada kesehatan jaringan periodontal gigi penyangga. (Jones & Garcia,

2009).

Page 2: Prosto, BAB 2 Kasus 4

Menurut Davenporth et al (1988), desain dukungan gigi tiruan pada kasus

kelas III berupa tooth supported. Pada kasus all tooth supported atau bounded saddle,

pergeseran sadel ke arah mesial maupun distal dapat dicegah karena baik sebelah

mesial maupun sebelah distal tertahan oleh gigi penyangga dibandingkan dengan

pada kasus free end saddle. Permasalahan utama yang biasa terjadi adalah pada

GTSL tipe tooth borne sebagian besar tekanan akan diteruskan ke tulang alveolar

melalui fiber-fiber ligament periodontal. Pada GTSL yang mentransmisikan tekanan

ke gigi maka gigi akan bergerak. Pada design cingulum rest, transmisi tekanan ke

arah horizontal gigi. Pada pemberian tekanan horizontal dapat merusak jaringan

periodontal pada gigi yang mendapat beban. Pada design insisal rest, transmisi

tekanan akan lebih mengutungkan karena transmisi tekanan ke arah vertical.

2.2 Cengkeram

Cengkeram merupakan bagian GTSL yang terletak pada abutment yang

berfungsi sebagai retainer langsung dan menstabilkan dengan cara berkontak di

sekeliling atau mengelilingi sebagian gigi penyangganya. (Gunadi dkk, 1991)

Cengkeram berfungsi sebagai retensi (menahan protesa agar tidak terangkat

atau bergerak ke oklusal), stabilisasi (menahan protesa agar tidak bergerak oleh gaya

horizontal), dan meneruskan beban kunyah ke gigi penyangga (oklusal rest). (Gunadi

dkk, 1991)

Cengkeram harus didesain berdasarkan beberapa prinsip sebagai berikut:

(Gunadi dkk, 1991)

1. Encirclement: Suatu cengkeram harus dapat memeluk permukaan gigi >1800C

tetapi <3600C

2. Reciprocation: Kemampuan gigi tiruan mengimbangi atau melawan gaya yang

ditimbulkan bagian lainnya

3. Retensi: Kemampuan gigi tiruan melawan gaya pemindah yang memindahkan

protesa kearah oklusal

4. Stabilisasi: Gaya pada gigi tiruan untuk melawan pergeseran gigi tiruan dalam

arah horizontal

Page 3: Prosto, BAB 2 Kasus 4

5. Dukungan: Gaya pada gigi tiruan untuk melawan gaya oklusal atau vertikal yang

terjadi saat mastikasi

6. Pasifitas: Lengan cengkeram harus pasif sehingga tidak menekan gigi.

2.2.1 Cengkeram Tuang

Cengkeram tuang terdiri dari cengkeram tuang oklusal dan gingival.

Kelompok cengkeram tuang oklusal (sirkuferensial) paling sesuai untuk kasus gigi

tiruan tooth borne karena konstruksinya sederhana dan efektif. (Gunadi dkk, 1991)

Salah satu contoh cengkeram tuang adalah cengkeram Akers (Akers clasp). Bentuk

dasar dari jenis sirkumferensial yang terdiri dari lengan bukal, lingual, dan rest

oklusal. Cengkeram ini memiliki bentuk yang sederhana, efektif, dan cukup kuat serta

paling sering digunakan. Akers clasp ini juga dianggap memenuhi seluruh persyaratan

suatu cengkeram, yaitu: (Gunadi dkk, 1991)

a. Memiliki sandaran oklusal yang berfungsi mencegah pergerakan geligi tiruan

kearah gingival

b. Bagian pengimbang yang berfungsi menahan pergerakan horizontal

c. Lengan retentif yang berfungsi mencegah pergerakan vertikal kearah oklusal.

Gambar 4: Akers clasp (Carr, p.91, 2005)

2.2.2 Cengkeram Kawat

Cengkeram kawat terdiri dari cengkeram kawat paradental (tooth borne dan

gingival (mucosa borne). Cengkeram paradental merupakan klamer yang fungsinya

Page 4: Prosto, BAB 2 Kasus 4

selain sebagai retensi dan stabilisasi protesa, klamer ini juga sebagai alat untuk

meneruskan beban kunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi penyangganya. Klamer

paradental harus mempunyai bagian yang melalui bagian oklusal gigi penyangga atau

titik kontak antara gigi penyangga dengan gigi sebelahnya. Cengkeram gingival

hanya memliki fungsi retensi dan stabiliasi, sehingga tidak memiliki bagian pada

oklusal gigi penyangga. (Gunadi dkk, 1991)

1. Cengkeram 3 jari

Bentuknya seperti Akers clasp terdiri dari lengan bukal dan lingual, body, bahu,

rest oklusal. Cengkeram ini diindikasikan untuk gigi premolar dan molar. (Gunadi

dkk, 1991)

Gambar 5: Cengkeram 3 jari (Gunadi dkk, h.163, 1991)

2. Cengkeram half-Jackson

Disainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual

dan terus ke retensi akrilik. Indikasi: gigi molar dan premolar gigi terlalu

cembung sehingga cengkeram Jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang baik

di anatar 2 gigi (Phoenix, 2002).

Gambar 6: Cengkeram half-Jackson (Gunadi dkk, h.164, 1991)

3. Cengkeram 2 jari

Disainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya tidak mempunyai rest. Indikasi:

gigi molar dan premolar (Phoenix, 2002)

Page 5: Prosto, BAB 2 Kasus 4

Gambar 7: Klamer 2 jari (Gunadi dkk, h. 163, 1991)

2.3 Sandaran (Rest)

Sandaran (rest) merupakan bagian gigi tiruan yang bersandar pada permukaan

gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertikal pada

protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal gigi P dan M, atau pada

permukaan lingual gigi anterior. Sandaran pada gigi posterior berfungsi sebagai

berikut: (Carr, 2005)

a. Menyalurkan gaya atau tekanan oklusal dari gigi tiruan kepada gigi penyangga

b. Menahan lengan cengkeram tetap pada tempatnya

c. Mencegah lengan cengkeram menjadi mekar atau terbuka akibat tekanan oklusal

d. Membagi gaya oklusal menjadi dua atau lebih komponen, sehingga pembagian

gaya kunyah yang proporsional antara gigi dan lingir sisa

Beberapa jenis rest, yaitu:

1. Cingulum rest

Dari segi mekanik, cingulum rest pada gigi anterior lebih menguntungkan

daripada incisal rest karena letaknya lebih dekat dengan pusat rotasi gigi. Selain

itu, cingulum rest tidak terlihat dan tidak mengganggu lidah. Cingulum rest

biasanya digunakan pada ada kaninus atas yang inklinasinya sedikit ke labial dan

memiliki cingulum lebih menonjol. (Gunadi dkk, 1991)

2. Oclusal rest

Ukuran rest yang dianggap ideal untuk premolar adalah setengah jarak puncak

cusp lingual dan bukal. Untuk gigi molar, dimensinya dapat sedikit dikurangi dari

Page 6: Prosto, BAB 2 Kasus 4

ukuran rest premolar. Rest oklusal juga harus berbentuk sendok atau piring

(spoon and saucer shaped rest). (Gunadi dkk, 1991)

2.4 Konektor Mayor

Konektor mayor merupakan bagian GTSL yang menghubungkan bagian

protesa pada salah satu sisi rahang dengan sisi lainnya. (Carr, 2005)

1. U-shaped palatal bar

Konektor ini disebut juga horse-shoe connector. (Gunadi dkk, 1991) Indikasi

pemakaiannya adalah untuk kasus kehilangan 1 atau lebih gigi anterior atau

posterior atas (kelas III, kelas III modifikasi 1, kelas IV Kennedy), adanya torus

palatinus luas, serta dibutuhkan splin gigi anterior. (Jones & Garcia, 2009)

Penggunaan konektor tipe ini umumnya tidak diminati karena dianggap kurang

kuat seperti jenis konektor mayor lainnya. Agar kuat, konektor jenis ini harus

dibuat cukp tebal, tetapi mengurangi kebebasan gerak lidah. Sebaliknya, jika

kurang tebal maka akan menyebabkan plat menjadi fleksibel dan jika tidak ada

gigi pendukung posterior maka akan terjadi trauma pada lingir sisa. (Carr, 2005)

Keuntungan penggunaannya adalah lebih sedikit mukosa palatum yang ditutupi.

(Champbell, 1977)

Gambar 8: U-shaped palatal bar pada kasus

kelas III Kennedy modifikasi 1 (Champbell, 1977)

2. Lingual bar

Page 7: Prosto, BAB 2 Kasus 4

Lingual bar disebut juga alveolar bar. Konektor ini merupakan pilihan utama

karena bentuknya yang sederhana dan relatif kecil sehingga pasien lebih mudah

beradaptasi dan faktor estetiknya baik. Selain itu, potensi karies, mukositis dan

masalah periodontal akibat plak juga dapat diminimalisir karena hanya menutupi

sedikit gigi dan mukosa. Indikasi pemakaiannya adalah jika fungsi bracing dan

indirect retention diberikan oleh clasp dan indirect retainer, diastema atau

terbukanya embrasur servikal pada gigi anterior, dan gigi anterior overlap.

(Hansen, 1985) Batas superior lingual bar berada kurang lebih 4 mm di bawah

margin gingiva atau lebih jika memungkinkan. Batas inferior berada pada puncak

sulkus alveorlar lingual ketika lidah pasien terangkat. (Carr, 2005)

2.5 Basis

Basis gigi tiruan biasa disebut juga sebagai sadel, merupakan bagian yang

menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang. Pada gigi posterior yang akan

diganti, estetik biasanya hanya menjadi pertimbangan sekunder, sedangkan pada gigi

anterior yang akan diganti, estetik menjadi pertimbangan primer yang sangat penting.

Secara teori, basis GTSL dukungan gigi yang akan digunakan pada regio anterior

harus memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: (Carr, 2005)

1. Memberikan nilai estetik

2. Mendukung dan menahan elemen gigi tiruan saat mastikasi dan menyalurkan

tekanan oklusal secara langsung pada gigi abutment melalui rest

3. Mencegah pergerakan vertikal dan horizontal pada gigi yang masih ada

4. Mengeliminasi sisa makanan yang terjebak

5. Menstimulasi jaringan di bawahnya

Pada sayap labial harus disediakan ruang untuk kebebasan bergerak frenulum

labialis. Pembebasan ini tidak boleh terlalu banyak sehingga menyebabkan masuknya

udara, makanan, atau benda asing ke celah antara basis dan jaringan. Garis servikal

pada sayap labial hendaknya dibuat sealami mungkin, sehingga bentuk maupun

letaknya serasi dengan gigi tetangga. (Gunadi dkk, 1991) Fungsi sayap labial antara

Page 8: Prosto, BAB 2 Kasus 4

lain, meningkatkan bila estetik dengan menutupi celah diantara protesa dan gigi yang

masih ada. Sayap labial juga berfungsi sebagai guiding planes yang mencegah rotasi

gigi tiruan pada regio anterior dan memastikan kecekatan gigi tiruan. (Newton et al,

1989)

2.5.1 Basis menurut bahan

2.5.1.1 Basis metal

Indikasi penggunaan basis metal antara lain: penderita hipersensitif terhadap

resin, penderita dengan gaya kunyah abnormal, ruang intermaksilar kecil, kasus basis

dukungan gigi desain unilateral, pertimbangan khusus, seperti permintaan pasien,

pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi secara berlebih atau kasus dengan tulang

pendukung yang stabil. (Gunadi dkk, 1991) Keuntungan penggunaan basis metal

adalah merupakan penghantar termis yang baik, ketepatan dimensinya baik, kotoran

dan sisa-sisa makanan sulit melekat, serta memiliki kekuatan maksimal dengan

ketebalan yang minimal. (Carr, 2005)

2.5.1.2 Basis resin

Indikasi pemakaian basis resin adalah dapat digunakan untuk semua kasus

kehilangan gigi, dan paling sering digunakan sebagai basis protesa. Keuntungan basis

resin adalah warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, relatif lebih ringan,

relining dan rebasing lebih mudah, teknik pembuatan dan pemolesannya mudah, serta

harganya murah. (Carr, 2005)

Bila basis seluruhnya didukung oleh gigi penyangga, perluasan basis tidak

perlu dilakukan sampai sulkus alveolar seperti pada basis perluasan distal atau gigi

tiruan lengkap. (Gunadi dkk, 1991)

2.6 Indirect retainer

Indirect retainer harus diletakkan tegak lurus pada garis fulkrum. Pada kasus

kelas IV Kennedy, garis fulkrum ditentukan dengan menarik garis lurus antara

oklusal rest sekitar daerah edentulous pada GTSL (gambar 2.10). Sedangkan garis

Page 9: Prosto, BAB 2 Kasus 4

biru yang tegak lurus dengan garis fulkrum, pada area tersebut dapat di tempatkan

retensi indirest. Namun GTSL Kennedy Klas IV tidak membutuhkan retensi indirect

karena retensi pada direct pada daerah posterior dapat berfungsi sebagai retainer

indirect (Jones & Garcia, 2009).

Gambar 9: Tampak dari oklusal: garis hitam merupakan garis fulkrum, garis tegak lurus menunjukkan

posisi direct retensi (Jones & Garcia, 2009).

Page 10: Prosto, BAB 2 Kasus 4