PROSES SERTIFIKASI BENIH
-
Upload
kochie-q-dhel-vhie -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
description
Transcript of PROSES SERTIFIKASI BENIH
PROSES SERTIFIKASI BENIH
Proses sertifikasi benih dilakukan sebelum benih tersebut dapat dipasarkan sebagai
benih unggul bersertifikat. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh produsen benih untuk
mendapatkan sertifikat benih adalah pengajuan sertifikasi. Pengajuan sertifikasi benih dapat
dilakukan oleh produsen benih minimal 10 hari sebelum kegiatan produksi benih dimulai.
Sebelumnya, produsen harus memiliki surat keterangan sebagai produsen benih yang
dikeluarkan oleh bupati/wali kota atau dinas pertanian.
Setelah memiliki surat keterangan produsen benih, produsen dapat datang ke UPT
Pengawasan dan Sertifikasi Benih dan mendaftarkan diri untuk permohonan
pengujian/sertifikasi benih. Surat permohonan beserta berkas-berkas lain seperti label sumber
benih dan peta lokasi diperiksa oleh petugas sertifikasi. Setelah selesai dan memenuhi
persyaratan, berkas tersebut diberi nomor induk pengujian. Selanjutnya kegiatan pengujian
dimulai berdasarkan jadwal yang dibuat oleh pemohon (produsen benih) dan pihak penguji
dari UPTPSBTPH. Serangkaian kegiatan pengujian tersebut meliputi:
1) Uji Lapang Pendahuluan
Pemeriksaan dilakukan terhadap kondisi tempat benih akan diproduksi.
Pemeriksaan tersebut meliputi alamat lengkap areal pertanaman, sejarah lapang areal
pertanaman, luasan areal, serta rencana benih yang akan ditangkarkan dan sumber
benihnya.
2) Pemeriksaan Lapangan Fase Vegetatif
Pemeriksaan dilakukan terhadap jenis tanaman yang ditanam, realisasi luas
tanam dan tanggal tanam, kualitas benih yang akan dihasilkan, adanya campuran
varietas lain/tipe simpang dan kondisi rerumputan, serta serangan hama dan penyakit
pada tanaman. Apabila produsen tidak lulus dalam pemeriksaan ini maka produsen
diperkenankan untuk memperbaiki kondisi lahan dan tanamannya. Misalkan
ditemukan banyak tipe simpang dan rerumputan maka dapat dilakukan penyiangan,
demikian untuk masalah-masalah lainnya.
3) Pemeriksaan Lapangan Fase Berbunga
Pemeriksaan dilakukan ketika tanaman telah memasuki fase berbunga. Hampir
sama dengan pemeriksaan lapangan fase vegetatif. Pemeriksaan dilakukan terhadap
jenis tanaman, realisasi luas tanam dan tanggal tanam, kelas benih yang akan
dihasilkan, adanya serangan hama dan penyakit, dan rencana tanggal panen. Setelah
pengamatan fase ini dapat dinyatakan persentase luasan areal pertanaman yang lulus.
Pada luasan areal pertanaman yang tidak lulus, biji yang dihasilkan tidak dapat
disebut sebagai benih.
4) Pemeriksaan Lapangan Fase Masak
Pemeriksaan fase masak dilakukan ketika biji tanaman tersebut telah mencapai
fase masak dan siap untuk dipanen. Parameter pengamatan yang dilakukan sama
dengan fase vegetatif dan fase berbunga.
5) Pemeriksaan Peralatan dan Pengawasan Panen
Pengawasan ketika panen dilakukan untuk menjaga kemurnian benih dan
mencegah adanya kontaminasi dari benih-benih lain. Pengawasan dilakukan pada
kelayakan alat panen misalnya sabit, alat perontok, karung goni, dan timbangan.
Selain itu, pencatatan mengenai identitas calon benih juga dilakukan. Identitas calon
benih tersebut meliputi jenis tanaman, varietas, kelas benih, nomor blok, tanggal
panen, umur panen, lama panen, kondisi iklim saat panen, dan jumlah calon benih
kering panen yang dihasilkan.
6) Pemeriksaan Peralatan dan Pengawasan Pengolahan Benih
Pengawasan dilakukan pada alat-alat pengolahan benih seperti lantai jemur,
mesin pengering, gudang simpan, alat pemisah benih, alat seed treatment, penopang
benih, alat pengemas benih, mesin jahit benih, alat segel benih, dan kantong kemasan
benih. Selain itu juga dilakukan pencatatan mengenai identitas benih dan
penyimpanan di tempat yang sesuai dan terkontrol.
7) Uji Laboratorium
Setelah uji lapangan selesai dilakukan, diperlukan pula uji laboratorium
terhadap benih-benih yang dihasilkan. Pengujian benih laboratoris dibedakan
menjadi dua, yaitu pengujian standar dan pengujian khusus. Pengujian standar
meliputi kadar air benih, kemurnian benih, jumlah benih varietas lain, keseragaman
benih, dan daya tumbuh benih. Pengujian khusus meliputi berat 1000 butir benih,
heterogenitas, uji cepat viabilitas benih, dan kesehatan benih.
Uji kadar air benih dilakukan secara langsung dengan metode oven suhu tinggi
dan suhu rendah, serta secara tidak langsung dengan alat DOLE 400 dan KETT. Uji
daya kecambah benih dilakukan pada media kertas CD ataupun pasir. Kertas CD
digunakan karena mudah didapat dan hasilnya hampir sama dengan kertas filter.
Setelah semua proses produksi benih dan pengujian benih selesai, pihak penguji
benih akan memberikan laporan lengkap mengenai hasil pengujian benih untuk sertifikasi
benih. Apabila benih dinyatakan memenuhi standar sertifikasi maka label benih akan
diberikan kepada produsen benih setelah proses administrasi selesai. Contoh label benih
yang dikeluarkan oleh UPTPSBTPH adalah sebagai berikut:No.
Label Benih Keterangan
1Label berwarna putih untuk benih
dasar
2Label berwarna ungu untuk benih
pokok
3Label berwarna biru untuk benih
sebar