PROSES SERTIFIKASI BENIH

3
PROSES SERTIFIKASI BENIH Proses sertifikasi benih dilakukan sebelum benih tersebut dapat dipasarkan sebagai benih unggul bersertifikat. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh produsen benih untuk mendapatkan sertifikat benih adalah pengajuan sertifikasi. Pengajuan sertifikasi benih dapat dilakukan oleh produsen benih minimal 10 hari sebelum kegiatan produksi benih dimulai. Sebelumnya, produsen harus memiliki surat keterangan sebagai produsen benih yang dikeluarkan oleh bupati/wali kota atau dinas pertanian. Setelah memiliki surat keterangan produsen benih, produsen dapat datang ke UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih dan mendaftarkan diri untuk permohonan pengujian/sertifikasi benih. Surat permohonan beserta berkas-berkas lain seperti label sumber benih dan peta lokasi diperiksa oleh petugas sertifikasi. Setelah selesai dan memenuhi persyaratan, berkas tersebut diberi nomor induk pengujian. Selanjutnya kegiatan pengujian dimulai berdasarkan jadwal yang dibuat oleh pemohon (produsen benih) dan pihak penguji dari UPTPSBTPH. Serangkaian kegiatan pengujian tersebut meliputi: 1) Uji Lapang Pendahuluan Pemeriksaan dilakukan terhadap kondisi tempat benih akan diproduksi. Pemeriksaan tersebut meliputi alamat lengkap areal pertanaman, sejarah lapang areal pertanaman, luasan areal, serta rencana benih yang akan ditangkarkan dan sumber benihnya. 2) Pemeriksaan Lapangan Fase Vegetatif Pemeriksaan dilakukan terhadap jenis tanaman yang ditanam, realisasi luas tanam dan tanggal tanam, kualitas benih yang akan dihasilkan, adanya campuran varietas lain/tipe simpang dan kondisi rerumputan, serta serangan hama dan penyakit pada tanaman. Apabila produsen tidak lulus dalam pemeriksaan ini maka produsen diperkenankan untuk memperbaiki kondisi lahan dan tanamannya. Misalkan ditemukan banyak tipe simpang dan rerumputan maka dapat dilakukan penyiangan, demikian untuk masalah-masalah lainnya. 3) Pemeriksaan Lapangan Fase Berbunga

description

benih

Transcript of PROSES SERTIFIKASI BENIH

Page 1: PROSES SERTIFIKASI BENIH

PROSES SERTIFIKASI BENIH

Proses sertifikasi benih dilakukan sebelum benih tersebut dapat dipasarkan sebagai

benih unggul bersertifikat. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh produsen benih untuk

mendapatkan sertifikat benih adalah pengajuan sertifikasi. Pengajuan sertifikasi benih dapat

dilakukan oleh produsen benih minimal 10 hari sebelum kegiatan produksi benih dimulai.

Sebelumnya, produsen harus memiliki surat keterangan sebagai produsen benih yang

dikeluarkan oleh bupati/wali kota atau dinas pertanian.

Setelah memiliki surat keterangan produsen benih, produsen dapat datang ke UPT

Pengawasan dan Sertifikasi Benih dan mendaftarkan diri untuk permohonan

pengujian/sertifikasi benih. Surat permohonan beserta berkas-berkas lain seperti label sumber

benih dan peta lokasi diperiksa oleh petugas sertifikasi. Setelah selesai dan memenuhi

persyaratan, berkas tersebut diberi nomor induk pengujian. Selanjutnya kegiatan pengujian

dimulai berdasarkan jadwal yang dibuat oleh pemohon (produsen benih) dan pihak penguji

dari UPTPSBTPH. Serangkaian kegiatan pengujian tersebut meliputi:

1) Uji Lapang Pendahuluan

Pemeriksaan dilakukan terhadap kondisi tempat benih akan diproduksi.

Pemeriksaan tersebut meliputi alamat lengkap areal pertanaman, sejarah lapang areal

pertanaman, luasan areal, serta rencana benih yang akan ditangkarkan dan sumber

benihnya.

2) Pemeriksaan Lapangan Fase Vegetatif

Pemeriksaan dilakukan terhadap jenis tanaman yang ditanam, realisasi luas

tanam dan tanggal tanam, kualitas benih yang akan dihasilkan, adanya campuran

varietas lain/tipe simpang dan kondisi rerumputan, serta serangan hama dan penyakit

pada tanaman. Apabila produsen tidak lulus dalam pemeriksaan ini maka produsen

diperkenankan untuk memperbaiki kondisi lahan dan tanamannya. Misalkan

ditemukan banyak tipe simpang dan rerumputan maka dapat dilakukan penyiangan,

demikian untuk masalah-masalah lainnya.

3) Pemeriksaan Lapangan Fase Berbunga

Pemeriksaan dilakukan ketika tanaman telah memasuki fase berbunga. Hampir

sama dengan pemeriksaan lapangan fase vegetatif. Pemeriksaan dilakukan terhadap

jenis tanaman, realisasi luas tanam dan tanggal tanam, kelas benih yang akan

dihasilkan, adanya serangan hama dan penyakit, dan rencana tanggal panen. Setelah

pengamatan fase ini dapat dinyatakan persentase luasan areal pertanaman yang lulus.

Pada luasan areal pertanaman yang tidak lulus, biji yang dihasilkan tidak dapat

disebut sebagai benih.

4) Pemeriksaan Lapangan Fase Masak

Pemeriksaan fase masak dilakukan ketika biji tanaman tersebut telah mencapai

fase masak dan siap untuk dipanen. Parameter pengamatan yang dilakukan sama

dengan fase vegetatif dan fase berbunga.

Page 2: PROSES SERTIFIKASI BENIH

5) Pemeriksaan Peralatan dan Pengawasan Panen

Pengawasan ketika panen dilakukan untuk menjaga kemurnian benih dan

mencegah adanya kontaminasi dari benih-benih lain. Pengawasan dilakukan pada

kelayakan alat panen misalnya sabit, alat perontok, karung goni, dan timbangan.

Selain itu, pencatatan mengenai identitas calon benih juga dilakukan. Identitas calon

benih tersebut meliputi jenis tanaman, varietas, kelas benih, nomor blok, tanggal

panen, umur panen, lama panen, kondisi iklim saat panen, dan jumlah calon benih

kering panen yang dihasilkan.

6) Pemeriksaan Peralatan dan Pengawasan Pengolahan Benih

Pengawasan dilakukan pada alat-alat pengolahan benih seperti lantai jemur,

mesin pengering, gudang simpan, alat pemisah benih, alat seed treatment, penopang

benih, alat pengemas benih, mesin jahit benih, alat segel benih, dan kantong kemasan

benih. Selain itu juga dilakukan pencatatan mengenai identitas benih dan

penyimpanan di tempat yang sesuai dan terkontrol.

7) Uji Laboratorium

Setelah uji lapangan selesai dilakukan, diperlukan pula uji laboratorium

terhadap benih-benih yang dihasilkan. Pengujian benih laboratoris dibedakan

menjadi dua, yaitu pengujian standar dan pengujian khusus. Pengujian standar

meliputi kadar air benih, kemurnian benih, jumlah benih varietas lain, keseragaman

benih, dan daya tumbuh benih. Pengujian khusus meliputi berat 1000 butir benih,

heterogenitas, uji cepat viabilitas benih, dan kesehatan benih.

Uji kadar air benih dilakukan secara langsung dengan metode oven suhu tinggi

dan suhu rendah, serta secara tidak langsung dengan alat DOLE 400 dan KETT. Uji

daya kecambah benih dilakukan pada media kertas CD ataupun pasir. Kertas CD

digunakan karena mudah didapat dan hasilnya hampir sama dengan kertas filter.

Setelah semua proses produksi benih dan pengujian benih selesai, pihak penguji

benih akan memberikan laporan lengkap mengenai hasil pengujian benih untuk sertifikasi

benih. Apabila benih dinyatakan memenuhi standar sertifikasi maka label benih akan

diberikan kepada produsen benih setelah proses administrasi selesai. Contoh label benih

yang dikeluarkan oleh UPTPSBTPH adalah sebagai berikut:No.

Label Benih Keterangan

1Label berwarna putih untuk benih

dasar

Page 3: PROSES SERTIFIKASI BENIH

2Label berwarna ungu untuk benih

pokok

3Label berwarna biru untuk benih

sebar