Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)
-
Upload
ghina-shadrina -
Category
Data & Analytics
-
view
1.306 -
download
11
description
Transcript of Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)
SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea)
DI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTH)
JAWA DAN MADURA
GHINA SHADRINA
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan karya ilmiah ini adalah karya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
laporan ini.
Bogor, Juni 2014
Ghina Shadrina
J3G111037
ABSTRAK
GHINA SHADRINA. Sertifikasi Benih Tanaman Gmelina (Gmelina arborea) di
Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura Tanjung Sari
Sumedang. M. RAHMAD SUHARTANTO
Gmelina memiliki banyak manfaat, serat kayunya lebih halus sehingga
mudah pengerjaannya sewaktu diolah menggunakan mesin atau sewaktu masuk
kemesin pengolahan. Kayu gmelina bermutu baik diperoleh dari benih yang juga
bermutu baik, benih bermutu saat ini masih sangat terbatas dari segi jenis maupun
jumlahnya. Benih bermutu baik diperoleh dari sumber benih dan ditangani dengan
prosedur yang benar. Sistem pengawasan atau pengendalian mutu juga diperlukan
sehingga benih-benih yang diedarkan mendapatkan jaminan mutu melalui sistem
sertifikasi benih. Tata cara sertifikasi benih Gmelina adalah pengajuan surat
permohonan, pembentukan tim, pengambilan contoh, pengujian mutu fisik dan
fisiologis, hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis, penerbitan sertifikat mutu
benih dan pemasangan label.
Kata kunci : Kayu, mutu, sertifikasi
ABSTRACT
GHINA SHADRINA. Gmelina seed quality certification at Balai
Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) of Java and Madura, Sumedang.
M.RAHMAD SUHARTANTO.
Gmelina has many benefits, fiber is softer so easier process when
processed using machine to machine processing or during entry, Gmelina wood of
good quality were also obtained from the seeds of good quality, seed quality is
still very limited in terms of type and number. Good quality seed obtained from
seed sources and handled with proper procedures. Supervision or quality control
system is also required so that the seeds that get circulated through the quality
assurance system of seed certification. The procedure of gmelina seed
certification are the submision of proposal letter, team establishing, sampling, the
physic and physiology quality testing , the results of physic and physiology
quality testing, the publishing of seed quality certificate and label installation.
Keyword: wood, quality, certification
ii
RINGKASAN
GHINA SHADRINA. Sertifikasi Benih Gmelina (Gmelina arborea) di Balai
Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura Tanjung Sari Sumedang.
M.RAHMAD SUHARTANTO
Hutan Indonesia merupakan hutan tropis terluas ketiga di dunia setelah
Brazil dan Rebuplik Kongo. Hutan memiliki manfaat secara langsung dan tidak
langsung. Manfaat hutan secara langsung salah satunya yaitu untuk memenuhi
kebutuhan manusia, sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung yaitu sebagai
penyerap CO2 dan penghasil O2. Tanaman kehutanan yang cukup banyak memiliki
manfaat yaitu tanaman gmelina
Gmelina arborea (family: Verbenaceae) adalah pohon penghasil kayu
yang berharga; jenis ini tersebar secara alami di Asia Tenggara. Kayunya
mempunyai prospek yang baik untuk bahan baku pulp, particle board, dan
lembaran vinir. Selain itu kayunya dapat dijadikan sebagai alat-alat rumah tangga,
kerangka pintu, cocok untuk furniture, digunakan untuk membuat tiruan anggota
badan manusia, instrument musik, jembatan, tangki air, perahu, kertas, dan
gagang korek api. Sehingga cukup potensial untuk dikembangkan sebagai
tanaman industri yang bersifat komersial (Herawan dan Ismail 2011). Benih yang
bermutu diperlukan untuk mendapatkan kayu gmelina yang berkualitas. Benih
yang bermutu harus melalui proses sertifikasi guna mengetahui dan menjamin
mutu benih gmelina.
Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Beberapa permasalahan yang
menyebabkan ketersediaan benih bermutu/berkualitas ini masih terbatas antara
lain: (i) sumber benih untuk sebagian besar tanaman kehutanan masih sangat
terbatas; (ii) kualitas sumber daya manusia dalam penanganan benih masih sangat
terbatas (iii) para stake holder dibidang perbenihan baik pengumpul maupun
pembeli/pengguna belum dapat menangani benih dan bibit dengan baik.
Sertifikasi benih bertujuan untuk mengetahui kualitas benih yang meliputi
mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Pemeriksaan mutu genetik dapat
dilakukan melalui pemeriksaan sumber benih. Pemeriksaan laboratorium atas
mutu fisik dan fisiologis dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan.
Tata cara sertifikasi benih adalah sebagai berikut: 1) Surat permohonan. 2)
Pembentukan tim. 3) Pengambilan contoh benih. 4) Penolakan pengambilan
contoh benih. 5) Pengujian mutu fisik dan fisiologis. 6) Hasil pengujian mutu fisik
dan fisiologis. 7) Penerbitan atau pengeluaran sertifikat mutu benih Surat
keterangan mutu benih. 8) Pemasangan label. 9) Balai atau lembaga sertifikasi
dapat membatalkan sertifikat mutu benih.
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih.Benih bermutu
tertinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor tidak rusak,
bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat
(untuk jenis-jenis yang perlu dirawat) dan secara keseluruhan berpenampilan baik
(Mugnisjah dan Setiawan, 2004). Mutu suatu calon benih akan diketahui setelah
dilakukan pengujian benih di laboratorium yang mempunyai peran sangat penting
dalam menyajikan data hasil pengujian yang tepat dan akurat.
Tugas akhir ini merupakan hasil pengamatan penulis selama praktik kerja
lapangan yaitu pada tanggal 10 Februari 2014 sampai dengan 12 April 2014 yang
dilakukan di BPTH Jawa dan Madura Jalan Raya Tanjungsari Km. 22
Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat. Praktik Kerja Lapang ini bertujuan untuk
mengetahui teknik sertifikasi mutu benih tanaman hutan khususnya benih gmelina
(Gmelina arborea) di BPTH Jawa dan Madura Tanjungsari Sumedang.
Kegiatan sertifikasi mutu benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa
Madura yaitu benih gmelina (Gmelina arborea) memiliki standar mutu layak
edar. Kemurniannya yaitu 99.9% dengan standar 98%-100% dan kadar air
benihnya yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan
standar ≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 gram dengan
standar rata-rata yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar
65%. Berdasarkan Dirjen RLPS No. P. 01/V-PTH/2007, dapat dikatakan bahwa
hasil pengujian benih gmelina memenuhi syarat layak edar dan akan
mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian karena sumber benihnya
tidak bersertifikat, apabila sumber benih telah disertifikasi, maka BPTH akan
mengeluarkan sertifikat benih.
iv
SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea)
DI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTH)
JAWA DAN MADURA
GHINA SHADRINA
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
pada Program Diploma Keahlian Teknologi Industri Benih
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Tugas Akhir : Sertifikasi Benih Gmelina (Gmelina arborea)
di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura
Nama : Ghina Shadrina
NIM : J3G111037
Disetujui oleh
Dr Ir M.R.Suhartanto, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Bagus. P. Purwanto, MAgr Dr Ir Abdul Qadir, MSi
Direktur Koordinator Program Keahlian
Tanggal Lulus:
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“Sertifikasi Benih Gmelina di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa
dan Madura”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. M. Rahmat Suhartanto
MSi, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, masukan, dan dukungan dalam penulisan Tugas Akhir,
Orang Tua dan Keluarga yang telah memberikan dukungan secara materil dan
do’a, Seluruh Tim Dosen Program Keahlian Teknologi Industri Benih, Bapak Iip
selaku pembimbing lapangan dan seluruh staff Balai Perbenihan Tanaman Hutan
(BPTH) Jawa dan Madura, yang telah mengizinkan untuk melakukan Praktik
Kerja Lapangan, dan teman-teman TIB yang telah membantu dan memberi
dukungan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat kedepannya .
Bogor, Juni 2014
Ghina Shadrina
viii
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
2 METODE PELAKSANAAN 3
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3
2.2 Prosedur Pelaksanaan 3
2.3 Data dan Sumber Data 4
3 KEADAAN UMUM BPTH JAWA DAN MADURA 4
3.1 Sejarah 4
3.2 Kedudukan BPTH Jawa dan Madura di Departemen Kehutanan 5
3.3 Tugas Pokok dan Fungsi 5
2.3.1 Tugas Pokok 5
2.3.2 Fungsi 5
3.4 Visi dan Misi 5
3.5 Susunan Organisasi 6
3.6 Wilayah Kerja BPTH Jawa dan Madura 7
3.7 Sarana dan Prasarana 7
3.8 Letak Geografis 7
3.9 Sejarah Terbentuknya Laboratorium Pengujian Benih 7
4 KEGIATAN SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea) 8
4.1 Sertifikasi Mutu Benih 8
4.2 Tata Cara Sertifikasi Benih 10
4.2.1 Pengajuan Surat Permohonan Sertifikasi 11
4.2.2 Pembentukan Tim Pengawas 11
4.2.3 Pengambilan Contoh Kirim 12
4.2.4 Pengujian Mutu Benih 12
4.2.6 Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis 19
4.2.7 Penerbitan Sertifikasi Mutu Benih 20
4.2.8 Pemasangan Label 20
4.2.9 Balai atau Lembaga Sertifikasi dapat membatalkan sertifikat benih 20
5 KESIMPULAN DAN SARAN 21
5.2 Kesimpulan 21
5.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 23
x
DAFTAR TABEL
1 Data hasil uji kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 14
2 Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 15
3 Data hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan
Madura 18
4 Jumlah benih segar tidak tumbuh dan benih mati pada pengujian daya
berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 18
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur Organisasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan 6
2 Lokasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura 7
3 Bentuk pohon, tandan bunga, bunga, buah, biji batu, dan penampang biji
gmelina 9
4 Bunga Gmelina arborea dan buah yang belum masak 9
5 Buah Gmelina arborea yang sudah masak 10
6 Alur sertifikasi benih tanaman hutan 11
7 Kegiatan pengambilan contoh benih gmelina 12
8 Alur pengujian mutu benih tanaman hutan 13
9 Kegiatan uji kemurnian gmelina 15
10 Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 17
11 Kegiatan penaburan gmelina dengan media pasir 19
12 Kecambah gmelina menggunakan media pasir pada hari ke 22 19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Surat permohonan sertifikasi mutu benih 24
2 Surat keterangan asal usul benih 25
3 Format keterangan contoh benih 26
4 Berita acara pengambilan contoh benih 27
5 Berat maksimum pengambilan contoh benih 28
6 Kartu Pengujian Benih 30
7 Perlakuan pendahuluan sebelum dilakukan pengujian kadar air 32
8 Daftar jenis perlakuan pendahuluan sebelum pengujian daya berkecambah 35
9 Standar benih layak edar 38
10 Sertifikat mutu benih tanaman hutan 41
11 Keterangan hasil pengujian mutu benih 43
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan Indonesia merupakan hutan tropis yang terluas ketiga di dunia
setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo. Indonesia memiliki luas 1 860
359.67 km2 daratan, 5.8 juta km
2 wilayah perairan dan 81 000 km garis pantai,
Indonesia ditempatkan pada urutan kedua setelah Brazil dalam hal tingkat
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi Indonesia
meliputi 10% spesies tanaman berbunga, 12% spesies mamalia, 16% spesies
reptil dan amfibi, 17% spesies burung, serta 25% spesies ikan yang terdapat di
dunia (Sumargo et al. 2011).
Meningkatnya laju kerusakan hutan dan luas lahan yang terdegradasi di
Indonesia sudah sangat menghawatirkan. Secara umum, dari 105 juta Ha luas
kawasan hutan di Indonesia, 57.7 juta Ha (55%) mengalami kerusakan.Tahun
1984, lahan terdegradasi mencapai 9.7 juta Ha, pada tahun 1994 meningkat
menjadi 23.2 juta Ha dimana 15.1 juta Ha di luar kawasan hutan dan 8.1 juta Ha
di dalam kawasan hutan (Syam 2007).
Hutan memiliki manfaat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat
hutan secara langsung yaitu memenuhi kebutuhan manusia seperti sumber bahan
makanan dan kayu tanaman hutan sebagai bahan baku untuk membuat alat rumah
tangga, sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung yaitu untuk penyerapan
air saat hujan sehingga dapat mencegah terjadinya bencana banjir. Djajapertjunda
dan Djamhuri (2013) mengatakan, manfaat hutan secara langsung dapat dinikmati
oleh manusia adalah hutan berupa kayu yang sudah digunakan sejak manusia
lahir. Hutan berperan sebagai salah satu sumber untuk mendapatkan bahan
makanan seperti buah-buahan, hewan hasil pemburuan, pakaian dari kulit kayu,
kayu sebagai bahan kayu perkakas, dan bahan pembuat kayu rumah. Manfaat
hutan secara tidak langsung sebagai penyangga kehidupan, diantaranya (i) gudang
keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia meliputi flora dan
fauna; (ii) Bank Lingkungan Regional dan Global yang tidak ternilai baik sebagai
pengatur iklim, penyerap CO2, serta penghasil oksigen; (iii) fungsi hidrologi yang
sangat penting artinya bagi kehidupan manusia di sekitar hutan dan plasma nutfah
yang dikandungnya; (iv) sumber bahan obat-obatan; (v) ekoturisme; dan (vi) Bank
Genetik yang hampir tidak terbatas.
Mengingat peran dan fungsi hutan sangat dibutuhkan, maka perlu
ditempuh upaya pengembalian fungsi hutan melalui pembangunan hutan tanaman
baru dan kegiatan rehabilitasi hutan serta lahan. Faktor yang menentukan
keberhasilan penanaman tersebut salah satunya adalah penyediaan benih dan bibit
yang cukup, baik dari segi jumlah, jenis, maupun mutunya. Sertifikasi sumber
benih, mutu benih, dan mutu bibit ini dilakukan oleh BPTH.
Berdasarkan SK. 20 /PTH-3/2012 tentang standar mutu fisik dan fisologis
benih tanaman hutan, peranan benih bermutu sangat penting dalam hubungannya
dengan keberhasilan pembangunan hutan dan rehabilitasi lahan. Sejalan dengan
era memanfaatkan flora dan fauna untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa
Indonesia, tetapi juga terus mendorong meningkatnya produksi hasil hutan
khususnya kayu agar dapat dimanfaatkan dalam skala industri, maka pengadaan
2
benih bermutu sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Tanaman hutan yang cukup banyak memiliki
banyak manfaat yaitu tanaman gmelina.
Gmelina merupakan tanaman eksotik, sebaran alaminya di Burma, India.
Hutan tanaman di Indonesia antara lain terdapat di Jawa, Kalimantan dan Nusa
Tenggara. Sumber benih terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan
Timur. Tumbuh secara alami pada ketinggian 0-800 m dpl dengan curah hujan
1200-3000 mm/tahun. Jenis ini tumbuh pada tanah berlapisan dalam, subur dan
berdrainase baik. Toleran terhadap tanah berlapisan dangkal, berpasir, tanah
padat, tanah asam asalkan tidak pada tanah berdrainase buruk. Bunga dan buah
tanaman gmelina terlihat sepanjang tahun, buah akan masak setelah 1.5 bulan
sejak bunga muncul.
Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Gmelina memiliki banyak
manfaat sebagai bahan bangunan ataupun perabotan rumah tangga, gmelina dapat
menjadi bahan pembuatan meubel furniture, bagian tengah plywood, batang korek
api, alas sepatu, papan, bubur kertas, papan partikel, bahan baku kayu lapis, papan
triplek, peti pembungkus, pulp, dan konstruksi darurat yang ringan, namun tidak
cocok untuk konstruksi yang bersifat permanen. Serat kayunya lebih halus
sehingga mudah pengerjaannya sewaktu diolah menggunakan mesin atau sewaktu
masuk kemesin pengolahan.
Kayu gmelina bermutu baik diperoleh dari benih yang juga bermutu baik,
benih bermutu saat ini masih sangat terbatas dari segi jenis maupun jumlahnya.
Benih bermutu baik diperoleh dari sumber benih dan ditangani dengan prosedur
yang benar. Sistem pengawasan atau pengendalian mutu juga diperlukan sehingga
benih-benih yang diedarkan mendapatkan jaminan mutu melalui sistem sertifikasi
benih. Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Beberapa permasalahan yang
menyebabkan ketersediaan benih bermutu/berkualitas ini masih terbatas antara
lain: (i) sumber benih untuk sebagian besar tanaman kehutanan masih sangat
terbatas; (ii) kualitas sumber daya manusia dalam penanganan benih masih sangat
terbatas (iii) para stake holder dibidang perbenihan baik pengumpul maupun
pembeli/pengguna belum dapat menangani benih dan bibit dengan baik.
Sertifikasi benih bertujuan untuk mengetahui kualitas benih yang meliputi
mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Pemeriksaan mutu genetik dapat
dilakukan melalui pemeriksaan sumber benih. Pemeriksaan laboratorium atas
mutu fisik dan fisiologis dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah:
1. Menambah wawasan dalam bidang sertifikasi benih tanaman hutan
khususnya benih gmelina.
2. Mempelajari langsung sertifikasi benih gmelina di BPTH Jawa dan
Madura.
3. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam sertifikasi benih gmelina di
BPTH Jawa dan Madura.
4. Memperoleh pengalaman di dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian
khususnya benih.
3
2 METODE PELAKSANAAN
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan pada tanggal 10
Februari 2014 sampai dengan 12 April 2014, Lokasi Praktik Kerja Lapangan
bertempat di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura.
2.2 Prosedur Pelaksanaan
Metode pelaksanaan PKL dilakukan sebagai berikut :
1. Kuliah dan Pengenalan Keadaan Umum BPTH Jawa Madura
Kegiatan pengenalan Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa
Madura secara umum, bertujuan untuk mengetahui secara jelas tentang
keadaan umum BPTH, mengetahui struktur organisasi, sejarah dan
perkembangan BPTH Jawa Madura, visi dan misi, serta sistem organisasi
BPTH.
2. Pengenalan Kondisi Lapang dan Laboratorium
Pengenalan kondisi lapangan dan Laboratorium dilaksanakan di Balai
Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa Madura. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengenali dan memahami keadaan lapangan dan Laboratorium BPTH
Jawa Madura.
3. Kegiatan Praktik Lapang dan Laboratorium Secara Umum
a. Pengujian Mutu Benih di Laboratorium
Kegiatan pengujian benih di laboratorium yang dilakukan antara lain
pengujian rutin seperti pengujian daya berkecambah, pengujian kadar air,
pengujian kemurnian benih dan penentuan bobot 1000 butir.
b. Sertifikasi Benih Tanaman Hutan
Pelaksanaan kegiatan sertifikasi benih dilakukan dengan mengambil
contoh benih di UD. Tanjung Harapan Tanjungsari Sumedang Jawa Barat,
serta kegiatan pengujian mutu benih yaitu dengan menguji mutu benih
tanaman kehutanan di laboratorium.
Kegiatan sertifikasi benih yang dilakukan meliputi:
a. Surat permohonan
b. Pembentukan Tim
c. Pengambilan Contoh
d. Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis, yang meliputi:
Analisa Kemurnian
Penentuan Bobot 1000 Butir
Pengujian Kadar Air
Uji Daya Berkecambah
e. Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis
f. Penerbitan Sertifikat Benih dan atau Surat Keterangan Hasil Pengujian Benih
g. Pemasangan Label
Selain pelaksanaan kegiatan praktik pengambilan contoh untuk sertifikasi
benih, kegiatan praktik pembibitan dilakukan di kebun persemaian permanen
4
Cimanggis sebagai pengenalan secara umum tentang produksi bibit tanaman
hutan dan praktik beberapa teknik perbanyakan tanaman hutan secara vegetatif.
c. Studi Pustaka
Kegiatan studi pustaka bertujuan untuk melengkapi data-data yang
dibutuhkan untuk penyusunan laporan akhir kegiatan PKL dan
membandingkan hasil kegiatan PKL dengan sumber atau referensi. Kegiatan
ini dilakukan di perpustakaan dan media internet.
d. Diskusi dan Wawancara.
Kegiatan diskusi dan wawancara dilakukan melalui wawancara terhadap
produsen benih dan pegawai BPTH Jawa Madura mengenai masalah-masalah
yang ditemukan pada saat melakukan praktik.
e. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan setiap hari pada akhir kegiatan.Selain itu
melakukan diskusi dan evaluasi pada saat presentasi laporan akhir PKL oleh
pihak BPTH Jawa Madura.
2.3 Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak BPTH Jawa dan Madura
seperti kepala Balai dan staf BPTH. Data diperoleh dari pengamatan langsung
penulis selama mengukuti kegiatan Prektek Kerja Lapangan (PKL). Data
sekunder diperoleh dari literatur pada BPTH, Balai Teknologi Perbenihan (BTP),
dan sumber data sekunder lainnya berupa skripsi, laporan praktik kerja lapangan,
jurnal, dan internet.
3 KEADAAN UMUM BPTH JAWA DAN MADURA
3.1 Sejarah
Tahun 1976 Dirjen Kehutanan melaksanakan proyek reboisasi dan
penghijauan, dengan luas areal 2 055 000 Ha dengan tanaman Pinus merkusii,
sebagai langkah penyelamatan hutan, tanah dan air. Pasal 33 ayat (3) Undang
Undang Dasar 1945, menyebutkan ”Bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat”. Pembentukan tiga unit pelaksanaan teknis produksi
benih bertujuan untuk menunjang penyediaan benih yang salah satunya
berkedudukan di Bandung, Jawa Barat.
Kegiatan penyediaan benih nasional tidak mungkin dalam bentuk proyek
terus-menerus, tetapi perlu dikembangkan dalam institusi kehutanan, maka
dibentuklah Balai Produksi dan Pengujian Benih Provinsi Jawa Barat melalui
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 102/Kpts-II/1984. Tahun 1998 BPPB
(Balai Produksi dan Pengujian Benih) diganti menjadi Balai Perbenihan Tanaman
Hutan Bandung, yang mulai difungsikan pada tanggal 11 Maret 1999 sejak
pelantikan Kepala Balai BPPB Bandung.
Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 202/Kpts-
II/1998 tanggal 27 Februari 1998 tentang organisasi dan tata kerja BPTH
5
Bandung untuk meningkatkan hasil kerja Balai Produksi dan Pengujian Benih
dipandang perlu untuk menyempurnakan SK. Menteri Kehutanan No. 102/Kpts
II/1984 maka dikeluarkan, selanjutnya BPTH Bandung berubah nama menjadi
BPTH Jawa dan Madura sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 663/Kpts-II/2002 tanggal 7 maret 2002 tentang organisasi dan tata kerja
Balai Perbenihan Tanaman Hutan.
3.2 Kedudukan BPTH Jawa dan Madura di Departemen Kehutanan
BPTH Jawa dan Madura adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal
Reboisasi Lahan dan Perhutanan Sosial dibidang perbenihan dan pembibitan
tanaman hutan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab secara langsung
kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS).
3.3 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Keputusan Menteri No. 663/Kpts II/2002 tentang Organisasi
dan Tata Kerja BPTH menjelaskan bahwa BPTH memiliki tugas pokok dan
fungsi sebagai berikut:
2.3.1 Tugas Pokok
BPTH mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi,
dan akreditasi perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih, pemantauan
peredaran dan distribusi benih dan bibit tanaman hutan, penyajian informasi
perbenihan dan pembibitan.
2.3.2 Fungsi
BPTH menyelenggarakan fungsi yaitu (a) Penyusunan rencana perbenihan
dan pembibitan, (b) pengelolaaan SB dan pengujian benih, (c) pengembangan
model perbenihan dan pembibitan, (d) pemantauan SB, peredaran, distribusi benih
dan bibit serta pelaksanaan karantina benih dan bibit, (e) pengelolaan sistim
informasi, (f) penyelenggaraan sistim informasi dan akreditasi terhadap lembaga
sertifikasi benih dan bibit.
3.4 Visi dan Misi
Visi dari BPTH Jawa dan Madura (BPTH) adalah Optimasi Fasilitasi
Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman dalam mendukung Pembangunan
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Misi yang dilakukan oleh BPTH yaitu (a) Memantapkan kebijakan bidang
perbenihan tanaman hutan, (b) memperkuat kapasitas kelembagaan bidang
perbenihan tanaman hutan, (c) mendorong pelaksanaan rehabilitasi hutan dan
lahan berbasis benih dan bibit berkualitas.
6
3.5 Susunan Organisasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 663/Kpts-II/2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja BPTH memiliki susunan organisasi yang terdiri dari:
1. Kepala Balai
Kepala balai bertugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi dan
akreditasi perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih,
pemantauan peredaran dan distribusi benih dan bibit tanaman
2. Sub Bagian Tata Usaha
Sub bagian tata usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, tata persuratan, perlengkapan, dan rumah tangga balai.
3. Seksi Sumber Benih
Seksi sumber benih mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana, pengelolaan sumber benih, dan pengembangan model
perbenihan dan pembibitan, serta penerapan teknologi tepat guna
pengembangan sumber benih.
4. Seksi Peredaran Benih
Seksi peredaran benih mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pemantauan peredaran benih dan distribusi benih dan bibit tanaman hutan,
karantina benih dan bibit tanaman hutan, pengembangan model kelembagaan
pebenihan dan pembibitan, sertifikasi dan akreditasi lembaga sertifikasi benih
dan bibit, dan pemantauan hama dan penyakit benih dan bibit tanaman hutan.
5. Seksi Informasi Benih
Seksi Informasi Benih bertugas melakukan penyiapan bahan pengelolaan
sistem informasi perbenihan dan pembibitan tanaman hutan.
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
fungsional sesuai dengan keahlian masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sumber : Dephut Dirjen RLPS, Kumpulan Peraturan Perundangan 2004
Gambar 1 Struktur Organisasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan
Kepala Balai
Seksi Sumber Benih Seksi Informasi Seksi Peredaran
Ka Sub Bag Tata Usaha
Kelompok Fungsional
Laboratorium Pengujian Benih
7
3.6 Wilayah Kerja BPTH Jawa dan Madura
BPTH berdasarkan surat keputusan menteri kehutanan nomor 663/Kpts-
II/2002 tanggal 7 maret 2002, berkedudukan di Bandung. Wilayah kerja BPTH
Jawa dan Madura mencangkup seluruh wilayah Pulau Jawa dan Madura.
3.7 Sarana dan Prasarana
BPTH Jawa dan Madura berlokasi di Jalan Raya Tanjungsari Km. 22
Sumedang Jawa Barat. BPTH Jawa dan Madura memiliki perangkat ruang kerja
berupa ruang kepala balai, ruang sub bagian tata usaha, ruang seksi sumber benih,
ruang seksi peredaran benih, ruang jabatan fungsional, ruang informasi, ruang
rapat, laboratorium, rumah kaca, ruang penyimpaan benih (DCS/Dry Cold
Storage), dapur, toilet, lapang parkir dan mushola.
3.8 Letak Geografis
BPTH Jawa dan Madura berlokasi di Jalan Raya Tanjungsari Km. 22 PO
BOX 19 Tanjungsari Sumedang Jawa Barat. BPTH Jawa Madura berada diantara
06°52’30’’ sampai dengan 06°56’00’’ LU dan 108°52’00’’ BT sampai dengan
108°55’00’’BT. BPTH Jawa dan Madura juga terletak pada ketinggian 968 mdpl
dengan luas 0.2 ha.
Gambar 2 Lokasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
3.9 Sejarah Terbentuknya Laboratorium Pengujian Benih
Sejalan dengan pembentukan wadah perbenihan tanaman hutan tahun
1976 berupa Unit Produksi Benih (UPB) yang berkedudukan di Bandung,
merupakan bagian dari proyek perbenihan yang dikelola oleh Direktorat Reboisasi
(Ditsi), maka institusi yang memproduksi benih Pinus merkusii ini, selain
dilengkapi dengan alat-alat produksi dan penyimpanan, juga dilengkapi dengan
laboratorium pengujian benih sehingga benih yang didistribusikan oleh UPB
hampir ke seluruh nusantara ini sudah dilengkapi dengan label mutu benih.
8
Tahun 1984 keluar SK Menteri Kehutanan mengenai pembentukan Balai
Produksi dan Pengujian Benih (BP2B) untuk tiap propinsi di Indonesia dan
terealisasihanya BP2B Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan
Sumatera Selatan. BP2B ini pada kenyataannya tidak memproduksi benih, tetapi
tetap melaksanakan pengujian benih dalam rangka pengawasan dan pengendalian
mutu benih yang beredar.
Tahun 1998 BP2B berganti nama menjadi Balai Perbenihan Tanaman
Hutan (BPTH) dengan wilayah kerja yang lebih luas, sebagai contoh BP2B Jawa
Barat menjadi BPTH Bandung dengan wilayah kerja meliputi pulau Jawa dan
Madura, dengan fasilitas pengujian yang lebih lengkap karena adanya bantuan
dari pemerintah Denmark melalui Indonesia Forest seed Project (IFSP).
Tahun 2002 BPTH Bandung berganti nama lagi disesuaikan dengan
wilayah kerjanya menjadi BPTH Jawa dan Madura. Kegiatan pengujian mutu
benih terus berjalan dari tahun ke tahun tidak terpengaruh oleh nama instansi yang
berubah-ubah dan sarana prasarana pengujian terus dilengkapi serta kemampuan
personil terus ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan baik di dalam maupun luar
negeri.
4 KEGIATAN SERTIFIKASI BENIH GMELINA
(Gmelina arborea)
4.1 Sertifikasi Mutu Benih
Gmelina arborea (family: Verbenaceae) adalah pohon penghasil kayu
yang berharga; jenis ini tersebar secara alami di Asia Tenggara. Kayunya
mempunyai prospek yang baik untuk bahan baku pulp, particle board, dan
lembaran vinir. Selain itu kayunya dapat dijadikan sebagai alat-alat rumah tangga,
kerangka pintu, cocok untuk furniture, digunakan untuk membuat tiruan anggota
badan manusia, instrument musik, jembatan, tangki air, perahu, kertas, dan
gagang korek api. Sehingga cukup potensial untuk dikembangkan sebagai
tanaman industri yang bersifat komersial (Herawan dan Ismail 2011). Benih yang
bermutu diperlukan untuk mendapatkan kayu gmelina yang berkualitas. Benih
yang bermutu harus melalui proses sertifikasi guna mengetahui dan menjamin
mutu benih gmelina.
Menurut Direktorat perbenihan tanaman hutan (2002), pohon gmelina
dapat mencapai 30-40 m, batang silindris, diameter rata-rata 50-140 cm. kulit
halus atau bersisik, warna coklat muda sampai abu-abu. Ranting halus licin atau
berbulu halus. Buah kuning terang, mengelompok dalam tandan besar (30-350
bunga per tandan). Daun bersilang, bergerigi atau bercuping, berbentuk jantung,
ukuran 10-25 cm x 5-18 cm. Bunga sempurna, panjang mencapai 25 mm,
berbentk tabung dengan 5 helai mahkota. Bunga mekar pada malam hari dan
penyerbukan dilakukan oleh lebah. Gambar 3.1 merupakan bentuk pohon
gmelina, Gambar 3.2 merupakan tandan bunga, Gambar 3.3 merupakan bunga
gmelina, Gambar 3.4 adalah buah gmelina, 3.5 adalah biji batu gmelina, dan
Gambar 3.6 merupakan penampang biji gmelina (a. benih, b. ruang kosong, c.
9
endocarp, d. celah biji). Bunga dan buah yang belum masak dapat dilihat pada
Gambar 4 dan buah gmelina yang sudah masak dapat dilihat pada Gambar 5.
Sumber: Direktorat perbenihan tanaman hutan, 2002
Gambar 3 Bentuk pohon, tandan bunga, bunga, buah, biji batu, dan penampang
biji gmelina
Sumber: Lithosolv, 2012
Gambar 4 Bunga Gmelina arborea dan buah yang belum masak
10
Buah gmelina memiliki struktur berdaging, panjangnya 25-35 mm, kulit
mengkilat, mesokarp lunak, dan agak manis. Biji gmelina memiliki kulit yang
keras seperti batu, panjangnya 16-25 mm, permukaan licin, satu ujung bulat,
ujung lainnya runcing. Terdiri dari 4 ruang, jarang dijumpai 5 ruang. Sedikitnya
satu ruang berisi benih, jarang dalam satu buah terdiri dari dua biji batu. Ukuran
benih meningkat menurut ukuran biji, yaitu panjang 6-9 mm.
Sumber: Restorasi Habitat Orang Utan Indonesia, 2013
Gambar 5 Buah Gmelina arborea yang sudah masak
Menurut Sudrajat dan Nurhasybi (2007), untuk menjamin mutu benih yang
diedarkan, sistem sertifikasi benih harus diterapkan. Standar pengujian mutu fisik
dan fisiologis sangat penting untuk ditetapkan dengan seksama karena beberapa
alasan pada sertifikasi benih tanaman hutan. Pertama, metode pengujian yang
baku diharapkan akan memastikan hasil yang seragam apabila pengujian suatu lot
benih akan dikerjakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kedua, keakuratan
data pengujian mutu benih diperlukan dalam perencanaan pembangunan hutan
tanaman, khususnya dalam pengadaan bahan tanaman untuk program penanaman,
pemuliaan pohon, dan konservasi sumberdaya genetik. Ketiga, sebagai acuan
dalam penerapan aspek legalitas perbenihan. Standar pengujian mutu benih ini
harus terus diperbaiki dan dilengkapi mengingat hasil-hasil penelitan
menggunakan kelompok benih yang berbeda. Selain itu, standar mutu benih yang
layak edar juga perlu ditetapkan yang sangat berguna untuk perencanaan
pengadaan bibit di persemaian dan perlindungan terhadap pengguna benih.
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Benih bermutu
tertinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor tidak rusak,
bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat
(untuk jenis-jenis yang perlu dirawat) dan secara keseluruhan berpenampilan baik
(Mugnisjah dan Setiawan 2004). Mutu suatu calon benih akan diketahui setelah
dilakukan pengujian benih di laboratorium yang mempunyai peran sangat penting
dalam menyajikan data hasil pengujian yang tepat dan akurat.
4.2 Tata Cara Sertifikasi Benih
Prosedur sertifikasi tanaman kehutanan tidak sama dengan sertifikasi
tanaman pangan dan hortikultura, apabila tanaman pangan dan hortikultura
dimulai dari permohonan sertifikasi dan diawali dengan pemeriksaan pedahuluan
yang dilakukan sebelum dilakukan pertanaman, lalu pemeriksaan lapang vegetatif,
11
kemudian pemeriksaan lapang generatif, pemeriksaan menjelang panen,
pemeriksaan alat pengolahan benih, dan pengawasan pemasangan label.
Sertifikasi tanaman kehutanan dibagi menjadi 3 bagian yaitu sertifikasi
sumber benih yang dilakukan dengan mengklasifikasi tegakan atau pohon induk
benih, lalu sertifikasi bibit dan sertifikasi benih, adapun Tata cara sertifikasi benih
berdasarkan SK Dirjen RLPS No. P. 04/V-PTH/2007 adalah sebagai berikut:
Gambar 6 Alur sertifikasi benih tanaman hutan
4.2.1 Pengajuan Surat Permohonan Sertifikasi
Surat permohonan sertifikasi benih dapat diajukan kepada BPTH oleh
perorangan, koperasi, BUMN, BUMD, BUMS, dinas/intansi pemerintah dan
lembaga perbenihan lainnya kepada BPTH atau lembaga sertifikasi. Pengajuan
surat permohonan dapat dilakukan satu minggu setelah kegiatan pengunduhan.
Surat permohonan sertifikasi benih dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2.2 Pembentukan Tim Pengawas
Setelah surat permohonan sertifikasi diterima, BPTH membentuk tim
sebanyak dua orang untuk melaksanakan pengambilan contoh benih dan
memeriksa keterangan asal usul benih. Surat keterangan asal-usul benih dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Sertifikat
mutu benih
Surat keterangan hasil
pengujian
Pemilik
benih
Permohonan
sertifikasi
BPTH/ lembaga
sertifikasi
Label benih 1. Keterangan asal-
usul benih
2. Keterangan
contoh benih
3. BA pengambilan
contoh benih
Pemeriksaan dokumen
dan pengambilan
contoh benih
1. Kemurnian
2. Bobot 1000 butir
3. Kadar air
4. Daya kecambah
Pengujian mutu
fisik-fisiologis
1
2
3
6
7
4
5a 5b
12
4.2.3 Pengambilan Contoh Kirim
Pengambilan contoh benih adalah mengambil benih dari beberapa bagian
dari suatu kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan
contoh dilakukan dengan mengambil benih dari berbagai sudut pada wadah
terpilih dalam jumlah yang sama dengan menggunakan tangan seperti pada
Gambar 7. Benih yang terambil dari setiap pengambilan contoh disebut contoh
primer sedangkan gabungan contoh-contoh primer disebut contoh komposit.
Contoh benih yang diambil secara acak dari contoh komposit ini dapat digunakan
sebagai contoh kirimanm dari contoh kiriman ini kemudian diambil contoh kerja
secara acak. Berat minimal contoh kirim untuk benih gmelina yaitu 3500 g dan
berat minimal contoh kerja benih gmelina 1 750 g.
Pengambilan contoh dilakukan dengan tangan yaitu tangan dimasukkan
dengan telapak tangan terbuka dan pada saat dikeluarkan jari tangan hendaknya
menggenggam benih secara rapat sehingga tidak satu pun benih yang terlepas
ketika tangan dikeluarkan dari dalam wadah.
Pengambilan contoh benih harus dilengkapi berita acara seperti yang
tercantum pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Standar pengambilan contoh benih
tanaman hutan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Gambar 7 Kegiatan pengambilan contoh benih gmelina
4.2.4 Pengujian Mutu Benih
Pengujian benih adalah analisa mutu fisik dan fisiologis lot benih.
Pengujian benih meliputi beberapa tolok ukur seperti berat benih, kemurnian,
perkecambahan, dan kadar air. Pengujian benih dapat dilakukan pada tahapan
yang berbeda dari penanganan benih, pemrosesan benih dan penyimpanan benih.
Tolok ukur baku seperti berat benih, kemurnian, dan perkecambahan sangatlah
penting dalam perhitungan kebutuhan benih (Direktorat Perbenihan Tanaman
Hutan 2002).
Tujuan pengujian laboratorium adalah untuk mengetahui mutu fisik dan
fisiologis kelompok calon benih dilakukan uji laboratorium. Uji laboratorium
harus mewakili kelompok calon benih yang telah lulus pada tahap sertifikasi
sebelumnya, jelas pembentukan kelompoknya dan seragam mutunya (Homogen).
Pengujian laboratorium hanya dapat dilakukan setelah pengolahan calon benih.
13
Pedoman pengujian contoh benih di laboratorium mengacu pada peraturan
Standar Nasional Indonesia (SNI)7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan.
Pengujian laboratorium mutu fisik bertujuan untuk mengetahui kondisi
penampilan fisik benih seperti kadar air, warna, kesegaran, kebersihan, ukuran/
berat dan keseragaman benih. Pengujian mutu fisiologis bertujuan untuk
mengetahui daya hidup (viabilitas), daya kecambah, daya tumbuh, kekuatan
tumbuh/daya simpan (vigor), dan kesehatan benih. Hasil dari pengujian
laboratorium didokumentasikan dikartu pengujian seperti yang tercantum pada
Lampiran 6.
Gambar 8 Alur pengujian mutu benih tanaman hutan
4.2.4.1 Pengujian Kemurnian Benih
Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari materi-
materi non benih, atau benih tanaman lain yang tidak diharapkan, kemurnian
benih dinyatakan dalam persen (%). Pengujian kemurnian benih adalah pengujian
yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman
lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga
komponen benih tersebut.
Analisis kemurnian dilakukan untuk menentukan presentase berat
komposisi suatu contoh benih dan mengidentifikasi benih murni, benih tanaman
lain, dan kotoran benih yang terdapat dalam contoh benih. Berat contoh kerja awal
benih gmelina 1 783.96 g, berat contoh kerja dipisahkan menjadi 3 bagian yaitu
benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih.
Laboratorium BPTH/ Lembaga Sertifikasi
Dokumentasi
penerimaan benih
Penyiapan contoh kerja
Penentuan kadar air Analisis Kemurnian
Penentuan bobot 1000 butir
Uji daya kecambah
Dokumentasi Pengujian Benih
Penerbitan sertifikasi mutu benih atau surat keterangan hasil pengujian
14
Rumus penghitungan persentase benih murni (BM), benih tanaman lain
(BTL), dan kotoran benih (KB) adalah sebagai berikut:
% BM = BM x 100%
(BM + BTL + KB)
% BTL = BTL x 100%
(BM + BTL + KB)
%KB = KB x 100%
(BM + BTL + KB)
Hasil pengujian kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data hasil uji kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura
Berat Contoh Kerja
(g)
1 783.96
(g) (%)
Benih murni 1 783.81 99.9
Kotoran benih 0.14 0.008
Benih tanaman lain 0 0
Jumlah 1 783.95 99.9
Perubahan berat = x 100%
= x 100%= 0.0003%
Hasil pengujian kemurnian benih gmelina (Gmelina arborea), presentase
benih murni 99.9%, benih tanaman lain 0%, kotoran benih 0.008%, dan
perubahan berat 0.0003%. Standar kemurnian benih gmelina berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu
98% sampai 100%, jika presentase benih murni dibawah 98% maka harus
dilakukan pengujian ulang. Presentase perubahan berat yang ditoleransi yaitu 5%,
jika presentase perubahan berat diatas 5% maka harus dilakukan pengujian ulang.
15
Gambar 9 Kegiatan uji kemurnian gmelina
4.2.4.2 Penentuan Bobot 1000 butir
Penentuan bobot bertujuan untuk menentukan bobot 1000 butir contoh
benih.Berat 1000 butir benih ditimbang dari benih murni. Penentuan bobot 1000
butir dilakukan sebanyak 8 ulangan, masing-masing ulangan terdapat 100 butir
benih dan ditimbang dalam gram. Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina di BPTH Jawa dan
Madura
Ulangan Berat (X)
@100 butir
X2
1 51.47 g 2 649.16
2 53.32 g 2 843.02
3 51.87 g 2 690.49
4 50.65 g 2 565.42
5 52.74 g 2781.51
6 52.87 g 2 795.24
7 54.64 g 2 985.53
8 53.98 g 2 913.84
Jumlah 421.54 22 224.22
Rata-rata 52.69 2 778.027
Keragaman (S2) =
=
=
=
= 1.75
Keragaman baku (S) =
=
= 1.323
16
CV = x 100%
= x 100%
= 2.51%
Bobot 1000 butir = 10 x (X)
= 10 x 52.69
= 526.9 gram
1 kg benih = x 1000
= x 1000
= 1 897.9
= 1 898 butir benih
Perhitungan dilakukan terhadap contoh kerja secara acak terhadap 100
butir benih dengan ulangan 8 kali. Koefisien variasi dari perhitungan tersebut
tidak boleh lebih dari 4.0%. Apabila koefisien variasi lebih dari nilai tersebut,
maka nilai ulangan yang terendah dan tertinggi di buang, kemudian ditimbang
kembali, jika koefisien variasinya masih diatas 4.0%, maka dilakukan pengujian
ulang sebanyak 16 kali ulangan. Berdasarkan hasil pengujian bobot 1000 butir,
didapatkan koefisien variasi 2.51% dan bobot 1000 butir benih gmelina yaitu
526.9 g dengan standar 400-700 g, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian
ulang.
4.2.4.3 Pengujian Kadar Air
Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena
benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi keadaan disekitarnya.
Kadar air yang selau berubah-ubah sesuai dengan laju deteriorasi benih yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada persentase viabilitas benih.
Kadar air merupakan hasil perhitungan dari hilangnya berat (kandungan
air) ketika benih dikeringkan sesuai ketentuan yang ditetapkan. Kadar air
dinyatakan dalam persen berat dari berat contoh sebelum pengeringan (berat
basah). Metoda yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi,
dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan
pengurangan kelembaban sebanyak mungkin. Kadar air ditentukan dua ulangan
yang berat setiap contoh tergantung diameter wadah yang digunakan yaitu (a)
diameter kurang 8 cm, berat contoh 4 hingga 5 gram, dan (b) diameter lebih 8 cm,
berat contoh 10 gram (Sudrajat dan Nurhasybi 2007).
Tujuan pengujian kadar air adalah untuk mengetahui kadar air benih
dengan menggunakan metode yang sesuai bagi ketentuan pengujian sedangkan
pengujian kadar air itu sendiri adalah berat air yang hilang karena proses
pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam
persentase terhadap berat awal contoh benih.
Terdapat 3 metode pengujian kadar air yaitu dengan menggunakan Metode
oven dengan suhu rendah konstan (103 ± 2)0C , Metode oven dengan suhu tinggi
konstan (130-133)0C dan dengan menggunakan Moisture Tester, sebelum
dilakukan pengujian kadar air benih gmelina, sebaiknya benih ditumbuk terlebih
dahulu agar mempermudah proses hilangnya kadar air dari benih. Perlakuan awal
benih tanaman hutan sebelum dilakukan pengujian kadar air dapat dilihat pada
Lampiran 7.
17
Pengujian kadar air benih pada kegiatan praktik kerja lapangan di BPTH
Jawa Madura menggunakan Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 yang dapat
dilihat pada Gambar 10, Hasil pengujian kadar air benih gmelina telah sesuai
dengan standar mutu benih tanaman hutan berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu standar kadar
air benih gmelina ≤13%, ulangan 1 pengujian kadar air menggunakan Moisture
Tester Mettle Toledo HR 68 yaitu 12.82% selama 33 menit 50 detik, dan ulangan
2 yaitu 12.70% selama 34 menit 10 detik.
Gambar 10 Moisture Tester Mettle Toledo HR 68
4.2.4.4 Pengujian Daya Berkecambah
Uji perkecambahan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi perkiraan
daya tumbuh benih di lapangan dan menyediakan nilai relatif suatu lot terhadap
lot benih lainnya. Pengujian perkecambahan diprioritaskan dilakukan di
laboratorium, karena kondisi laboratorium, misalnya suhu, kelembaban, dan
cahaya dapat dilakukan sehingga hasil yang sama akan diperoleh apabila uji ulang
akan dilaksanakan. Hasil pengujian dinyatakan dalam persen (jumlah kecambah
normal dibandingkan dengan abnormal dan mati).
Pada prinsipnya, uji perkecambahan dilakukan terhadap benih murni hasil
uji kemurnian, kecuali benih ukuran kecil (seperti Eucaliptus). Benih berukuran
kecil diuji berdasarkan berat. Uji perkecambahan dilaksanakan di bawah kondisi
yang baik untuk perkecambahan. Pada akhir masa pengujian, benih dan kecambah
diperiksa dan dihitung. Penghitungan dilakukan dengan melihat kecambah
normal, kecambah abnormal dan benih yang tidak berkecambah. Kecambah
normal adalah kecambah yang memiliki struktur kecambah penting yang
berkembang baik. Panjang kecambah harus paling tidak dua kali panjang
benihnya. Kecambah harus dalam keadaan sehat. Kecambah abnormal adalah
kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi
kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah
abnormal:
a. Kecambah rusak yaitu kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak
berat.
b. Kecambah cacat atau tidak seimbang yaitu kecambah dengan pertumbuhan
lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional.
c. Kecambah busuk yaitu kecambah berpenyakit parah. Pertumbuhan kecambah
normal tidak mungkin dicapai oleh kecambah ini.
18
Sedangkan benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak
berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:
a. Benih segar tidak tumbuh yaitu benih keras yang gagal berkecambah namun
tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah
normal.
b. Benih mati yaitu benih yang sampai akhir masa pengujian tidak keras, tidak
segar dan tidak berkecambah.
Pengamatan pengujian daya berkecambah benih gmelina dilakukan pada
hari ke 16 dan hari ke 22. Hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di
BPTH Jawa dan Madura dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Data hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan
Madura
Tanggal Hari
ke
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4
N Abn N Abn N Abn N Abn
4-04-14 16 56 0 52 0 41 0 39 0
10-04-14 22 13 0 20 0 22 0 23 0
∑ perulangan 69 0 72 0 63 0 62 0
% perulangan 69 72 63 62
Rata-rata DB 67 %
Keterangan:
N : Kecambah normal
Abn : Kecambah abnormal
Presentase daya kecambah benih gmelina telah sesuai dengan standar
mutu benih tanaman hutan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu daya kecambah 65%, rata-rata
hasil pengujian daya kecambah benih gmelina yaitu 67%, sehingga tidak perlu
pengujian ulang. Jumlah Benih segar tidak tumbuh dan benih mati dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah benih segar tidak tumbuh dan benih mati pada pengujian daya
berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura
kategori Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Rata-rata
BSTT 28 27 35 30 30
BM 3 1 2 8 4
Keterangan:
BSTT : Benih segar tidak tumbuh
BM : Benih mati
Berdasarkan hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina, terdapat
cukup banyak benih segar tidak tumbuh yaitu dengan rata-rata 30 butir benih, hal
tersebut dikarenakan benih gmelina memiliki kulit yang keras sehingga
diperlukan perlakuan pematahan dormansi dengan perendaman air suhu normal
(27-280C) lebih lama, hal tersebut juga dapat disebabkan oleh
ketidakseragamannya waktu panen.
19
Gambar 11 Kegiatan penaburan gmelina dengan media pasir
Kegiatan penaburan gmelina dilakukan di rumah kaca sebanyak 4 ulangan,
masing-masing ulangan terdiri dari 100 butir benih gmelina, sebelum kegiatan
penaburan, benih gmelina diberi perlakuan awal berupa perendaman dengan air
suhu normal (27-280C) selama 24-48 jam. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah
pematahan dormansi terhadap kulit benih gmelina yang keras. Perlakuan awal
benih tanaman hutan sebelum dilakukan pengujian daya berkecambah dapat
dilihat pada Lampiran 8.
Gambar 12 Kecambah gmelina menggunakan media pasir pada hari ke 22
4.2.6 Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis
Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis benih, BPTH atau
lembaga sertifikasi akan mengeluarkan surat keterangan lulus hasil pengujian
karena sumber benih dari benih gmelina ini tidak bersertifikat. Surat keterangan
lulus hasil pengujian ini berlaku untuk 1 lot benih.
Setelah hasil pengujian didapat, kemudian hasil dari pengujian diberikan
ke bagian peredaran benih yang telah ditulis di dalam kertas hasil pengujian,
untuk selanjutnya dianalisis hasil dari pengujian tersebut. Hasil analisa tersebut
benih dapat dikelompokan ke dalam standar mutu benih layak edar atau benih
tidak layak edar, apabila memenuhi standar layak edar maka benih akan
disertifikasi dan dikeluarkan sertifikat atau surat keterangan saja. Standar benih
layak edar dapat diketahui berdasarkan tabel standar benih layak edar tertera pada
lampiran 9.
20
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa benih
gmelina memiliki standar mutu layak edar. Kemurniannya telah memenuhi syarat
yaitu 99.9% dengan standar 98%-100% dan kadar air benihnya pun memenuhi
syarat yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar
≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 g dengan standar rata-rata
yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar 65%.
4.2.7 Penerbitan Sertifikasi Mutu Benih
Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis benih gmelina,
apabila hasil pengujian memenuhi syarat dan sesuai dengan standar yang telah
ditentukan, BPTH akan menerbitkan sertifikat mutu benih seperti yang tertera
pada Lampiran 10 apabila sumber benihnya bersertifikat, dan akan mengeluarkan
surat keterangan hasil lulus pengujian seperti yang tertera pada Lampiran 11
apabila sumber benihnya tidak bersertifikat.
4.2.8 Pemasangan Label
Benih yang lulus dalam pengujian mutu fisik dan fisiologis, setelah
sertifikat benih atau surat keterangan hasil pengujian dikeluarkan oleh Balai atau
Lembaga Sertifikasi, pemohon dapat membuat atau memasang label. Label yang
tertulis pada kemasan benih adalah identitas yang memberikan informasi
mengenai mutu dari benih yang diproduksi. Data yang tercantum merupakan
identitas dari benih, sehingga sangat bermanfaat untuk pihak konsumen pada saat
akan membeli atau menggunakan benih tersebut. Kualitas fisik, fisiologis, dan
genetik dapat diketahui dengan melihat label yang tetera pada benih. Jumlah label
yang dikeluarkan harus mendapat pengesahan dari pihak BPTH dan pemilik benih
berkewajiban untuk memberikan informasi tentang label yang telah dipasang
kepada pihak BPTH, untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan dari label
yang dipasang disetiap kemasan benih. Label yang telah dicetak dipasang pada
setiap lot benih yang diujikan. Label benih harus memuat data-data sebagai
berikut: 1) Nomor Lot, 2) Berat bersih, 3) Tanggal Uji, 4) Kemurnian, 5) Daya
berkecambah, 6) Berat 1000 butir, 7) Jumlah benih 1000 butir, 8) Masa berlaku
pengujian, 9) Disertifikasi oleh, 10) Nomer sertifikat. (BPTH Jawa dan Madura,
2006).
4.2.9 Balai atau Lembaga Sertifikasi dapat membatalkan sertifikat benih
Balai atau lembaga sertifikasi benih memiliki kewenangan dalam
menerbitkan dan membatalkan sertifikat benih, apabila sertifikat benih telah
diterbitkan oleh balai atau lembaga yang bersangkutan, lalu terjadi kesalahan atau
terbukti bahwa label benih yang dipasang tidak sesuai dengan sertifikat benih.
21
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Kesimpulan
Tata cara sertifikasi benih adalah sebagai berikut : 1) Surat permohonan.
2) Pembentukan tim. 3) Pengambilan contoh benih. 4) Penolakan pengambilan
contoh benih. 5) Pengujian mutu fisik dan fisiologis. 6) Hasil pengujian mutu fisik
dan fisiologis. 7) Penerbitan atau pengeluaran sertifikat mutu benih Surat
keterangan mutu benih. 8) Pemasangan label. 9) Balai atau lembaga sertifikasi
dapat membatalkan sertifikat mutu benih.
Kegiatan sertifikasi mutu benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa
Madura yaitu benih gmelina (Gmelina arborea) memiliki standar mutu layak edar
berdasarkan SNI 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan. Kemurniannya
yaitu 99.9% dengan standar 98-100% dan kadar air benihnya yaitu 12.82% pada
ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar ≤13%, penentuan bobot
1000 butir benih gmelina 526.9 g dengan standar rata-rata yaitu 400-700 g dan
daya berkecambah 67% dengan standar 65%. Berdasarkan Dirjen RLPS No. P.
01/V-PTH/2007, dapat dikatakan bahwa hasil pengujian benih gmelina memenuhi
syarat layak edar dan akan mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian
karena sumber benihnya tidak bersertifikat, apabila sumber benih telah
disertifikasi, maka BPTH akan mengeluarkan sertifikat benih.
5.2 Saran
1. Sebaiknya benih ditumbuk terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian kadar
air untuk mempermudah proses penghilangan kadar air dalam benih.
2. Benih gmelina harus diberi perlakuan awal sebelum pengujian daya kecambah
yaitu perendaman dengan air dingin selama 24-48 jam untuk pematahan
dormansi benih gmelina yang memiliki kulit keras.
3. Perlu perawatan sarana dan prasana, terutama untuk laboratorium pengujian
mutu fisikdan fisiologis benih sehingga hasil pengujian yang didapatkan
maksimal dan lebih akurat.
22
DAFTAR PUSTAKA
Balai Perbenihan Tanaman Hutan. 2013. Manual Produksi Bibit Berkualitas
Gmelina (Gmelina arborea Roxb). Sumedang (ID): Kementrian Kehutanan.
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Informasi Singkat Benih No. 16,
Januari 2002 Gmelina arborea. Bandung (ID): Indonesia Forest Seed
Project.
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Petunjuk Teknis pengujian Mutu
Fisik-Fisiologi Benih. Jakarta.
Djajapertjunda S, Djamhuri E. 2013. Hutan dan Kehutanan Indonesia dari Masa
ke Masa. Bogor (ID): IPB Press.
Herawan T dan Ismail B. 2011. Pengaruh Jenis Eksplan Dan Umur Kultur Pada
Kultur Jaringan Gmelina arborea.Warna Benih Vol. 12 No. 1.
Lithosolv, 2012. Kaans (Gmelina arborea). PLUS [Internet]. [diunduh 2014 Juni
26]; https://plus.google.com/106703490111409046426/posts.
Mugnisjah W.Q. dan Setiawan A. 2006. Produksi benih. Bumi Aksara. Jakarta.
Restorasi Habitat Orang Utan Indonesia, 2013. Titik Pelepasliaran, Tempat
Dimulainya Kehidupan Baru. [Internet] [diunduh 2014 juni 26];
http://theforestforever.com/ID/release-point-where-the-new-life-begins/
Sudrajat DJ dan Nurhasybi. 2007. Produksi dan Pengujian Mutu Benih Tanaman
Hutan. Prosiding seminar “Teknologi Perbenihan Untuk Peningkatan
Produktifitas Hutan Tanaman Rakyat di Sumatra Barat”.
Sumargo W, Nanggara SG, Nainggolan FA, Apriani I. 2011. Potret Keadaan
Hutan Indonesia Periode Tahun 2000-2009. FWI [Internet]. [diunduh 2014
Maret 03]; fwi.or.id/wp-content/uploads/2013/02/PHKI_2000-
2009_FWI_low-res.pdf.
Syam S. 2007. Strategi Pengembangan Kelembagaan Perbenihan Tanaman
Hutan Di Indonesia: Kendala Dan Tantangan. Produksi dan Pengujian
Mutu Benih Tanaman Hutan. Prosiding seminar “Teknologi Perbenihan
Untuk Peningkatan Produktifitas Hutan Tanaman Rakyat di Sumatra Barat”.
23
LAMPIRAN
24
Lampiran 1 Surat permohonan sertifikasi mutu benih
CONTOH SURAT PERMOHONAN SERTIFIKASI MUTU BENIH
KOP SURAT PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR BENIH *)
Nomor :
Blanko :
Hal : Permohonan Sertifikasi Mutu Benih.
Kepada Yth
Kepala Dinas Provinsi/
Kabupaten/Kota/Balai
*)
Di
.........................................
Dengan hormat,
Dengan ini kami:
Nama : ………………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………………
Provinsi / Kabupaten/ Kecamatan / Desa
Nomor Telepon / Faximile / Email : ……………………................................
Bermaksud untuk mensertifikatkan mutu Genetik/Fisik Benih Tanaman Hutan :
Nama Spesies : …………………………………………… (lokal dan latin)
Jumlah Lot Benih : ……………….. gr/kg *)
Lokasi :
…………………………………………………………………………………
(Provinsi/Kabupaten/Kecamatan/Desa)
Bersama ini kami lampirkan surat keterangan asal-usul benih.
Demikian permohonan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
………………………………….
( Ttd )
Pemohon
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
25
SURAT KETERANGAN
ASAL USUL BENIH
1. Nama Species (lokal dan latin) :
2. Nomor Sumber Benih :
3. Lokasi Sumber Benih :
4. Kelas Sumber Benih :
5. Tinggi Tempat Sumber Benih :
6. Posisi Geografi Sumber Benih :
7. Volume/Berat Benih : gr/kg *)
………………….,
………………………………
Pemilik Sumber
Benih,
…………………………….
Lampiran 2 Surat keterangan asal usul benih
26
Lampiran 3 Format keterangan contoh benih
FORMAT KETERANGAN CONTOH BENIH
Nomor Uji
(dilengkapi oleh lab)
KETERANGAN CONTOH BENIH
(Contoh diambil oleh petugas dari Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota/Balai) *)
A. Keterangan Pemilik Benih
1. Nama
2. Alamat
3. Nomor Telepon/Fax/E-Mail
B. Keterangan Lot Benih
1. Nama spesies (lokal & latin)
2. Nomor Sumber Benih
3. Kelas Sumber Benih
Berat Lot Benih
(gr/kg)*) Jumlah Wadah Jenis Wadah Tanggal Panen
C. Keterangan Contoh Benih
1. Nama pengambil contoh
2. Institusi
3. Tanggal ambil contoh
4. Berat contoh
5. Metode pengambilan contoh
D. Pengujian yang diperlukan
Kemurnian Berat 1.000 Butir
Kadar Air Daya Kecambah
Uji Tetrazolium Uji Belah
Tanggal penerimaan contoh Nama dan tanda tangan
Yang menyerahkan Yang menerima
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
27
Lampiran 4 Berita acara pengambilan contoh benih
BERITA ACARA PENGAMBILAN CONTOH BENIH
Nomor. : BA .............
Pada hari ini ................... tanggal.................. bulan ..................... tahun
......... yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh
benih:
a. Nama Species : ............................. (lokal dan latin)
b. Jumlah Lot Benih : ………………..gr/kg*)
c. Jumlah contoh : …………………gr/kg*)
milik PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menyerahkan sampel
benih kepada PIHAK PERTAMA untuk dilakukan pengujian mutu benih.
Demikian Berita Acara Pengambilan Contoh Benih ini dibuat sebagai bukti
telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh benih.
PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,
.......................... ..........................
28
Lampiran 5 Berat miminum pengambilan contoh benih
No. Jenis Tanaman
Berat
Maksimum
Seed Lot
(kg)
Berat
Minimum
Contoh
Kiriman
(gr)
Berat
Minimum
Contoh Kerja
Kemurnian
(gr)
1. Acacia auriculiformis 1000 70 35
2. Acacia mangium 1000 70 35
3. Agathis lorantifolia 1000 1000 500
4. Altimgia exelsa 1000 50 25
5. Dalbergia latifolia 1000 200 100
6. Eucallyptus urophylla 1000 25 5
7. Eucallyptus dehlupta 1000 10 2
8. Paraserianthes
falcataria
1000 110 55
9 Pinus merkusii 1000 120 60
10. Santalum album 1000 1000 500
11. Swietenia sp. 1000 400 200
12. Tectona grandis 1000 2000 1000
13. Callopogonium
mucunoides
20000 400 40
14. Centrosema juncea 10000 700 70
15. Centrosema
pubescens
20000 600 60
16. Leucaena
leucocephala
1000 350 175
17. Leucaena glauca 1000 250 125
29
18. Pinus caribea 1000 100 50
19. Pinus kesiya 1000 80 40
20. Pinus ocarpa 1000 70 35
21. Calliandra tetragona 1000 160 80
22. Toona sureni 1000 250 125
23. Gmelina arborea 1000 3500 1750
24. Sesbania grandiflora 1000 270 135
25. Schleichera oleosa 1000 3000 1500
26. Melia azedarachta 1000 2500 1250
27. Caesalpinia sappan 1000 3200 1600
28. Acacia Arabica 1000 80 40
29. Acacia Arabica 1000 1200 600
30. Cassia siamea 1000 140 70
31. Ceiba Pentandra 1000 350 175
30
Lampiran 6 Kartu Pengujian Benih
31
32
Lampiran 7 Perlakuan pendahuluan sebelum dilakukan pengujian kadar air
No Jenis Nama Lokal Perlakuan
1 Acacia arabica - Digiling
2 Acacia
aulacocarpa
Karpa Digiling
3 Acacia
auriculiformis
Akor Digiling
4 Acacia
crassicarpa
Krasi Digiling
5 Acacia
mangium
Mangium Digiling
6 Acacia villosa - Digiling
7 Agathis
loranthifolia
Damar Dipotong
8 Aleurites
moluccana
Kemiri Dipotong
9 Alstonia
scholaris
Pulai -
10 Altingia excelsa Rasamala -
11 Anacardium
occidentale
Jambu monyet Dipotong
13 Anthocephalus
cadamba
Jabon -
12 Anthocephalus
chinensis
Jabon -
14 Calliandra
calothyrsus
Kaliandra
merah
Digiling
15 Calliandra
tetragona
Kaliandra putih Digiling
16 Ceiba
pentandra
Kapuk/Randu Digiling
17 Dalbergia
latifolia
Sonokeling Digiling
18 Duabanga
moluccana
Rajumas -
19 Eucalyptus
camaldulensis
- -
33
20 Eucalyptus
deglupta
Leda -
21 Eucalyptus
pellita
Pelita -
22 Eucalyptus
urophylla
Ampupu -
23 Fragrea
fragrans
Tembesu -
24 Gliricidia
sepium
Gamal Digiling
25 Gmelina
arborea
Jati putih Diretakktan
kemudian
dikeluarkan
benihnya
26 Khaya
anthotheca
Mahoni Uganda Dipotong
27 Leucaena
glauca
Lamtoro Digiling
28 Leucaena
leucocephala
Lamtoro Gung Digiling
29 Manilkara
kauki
Sawo kecik Digiling
30 Melia
azedarach
Mindi Digiling
31 Paraserianthes
falcataria
Sengon Digiling
32 Pericopsis
mooniana
Kayu kuku Digiling
33 Pinus merkusii Pinus/Tusam -
34 Santalum album Cendana Digiling
36 Schleichera
oleosa
Kesambi Digiling
35 Senna siamea Johar Digiling
37 Sesbania
grandiflora
Turi Digiling
38 Swietenia
macrophylla
Mahoni Dipotong
39 Tectona grandis Jati Diretakkan
kemudian
dikeluarkan
34
benihnya
40 Toona sureni Suren -
41 Zanthoxyllum
rhetsa
Panggal buaya -
35
Lampiran 8 Daftar jenis perlakuan pendahuluan sebelum pengujian daya
berkecambah
No Jenis Nama
Lokal
Perlakuan awal Media Lama
(minggu)
1 Acacia
arabica
- Perlakuan
dengan air panas
1 menit
kemudian
rendam dalam
air dingin 24 jam
UDK 2
2 Acacia
aulacocarp
a
Karpa Idem UDK 2
3 Acacia
auriculifor
mis
Akor Idem UDK 2
4 Acacia
crassicarp
a
Krasi Idem UDK 2
5 Acacia
mangium
Mangiu
m
Idem UDK 2
6 Acacia
villosa
Idem UDK 2
7 Agathis
loranthifoli
a
Damar Tidak perlu UAK 3
8 Aleurites
moluccana
Kemiri Direndam air 3
hari
Pasir 3-5
9 Alstonia
scholaris
Pulai Tidak perlu UDK 3
10 Altingia
excelsa
Rasamal
a
Tidak perlu UDK 3
11 Anacardiu
m
occidental
e
Jambu
monyet
Direndam dalam
air dingin 24 jam
Pasir 4
13 Anthoceph
alus
cadamba
Jabon Tidak perlu Pasir 5
12 Anthoceph Jabon Tidak perlu UDK 2
36
alus
chinensis
14 Calliandra
calothyrsu
s
Kaliandr
a merah
Direndam dalam
air dingin 24 jam
UDK 2
15 Calliandra
tetragona
Kaliandr
a putih
Direndam dalam
air dingin 24 jam
UDK 2
16 Ceiba
pentandra
Kapuk/
Randu
Direndam dalam
air dingin 24 jam
Pasir 3
17 Dalbergia
latifolia
Sonokeli
ng
Direndam dalam
air dingin 24 jam
UDK 3
18 Duabanga
moluccana
Rajumas Tidak perlu UDK 2
19 Eucalyptus
camaldule
nsis
- Tidak perlu UDK 3
20 Eucalyptus
deglupta
Leda Tidak perlu UDK 3
21 Eucalyptus
pellita
Pelita Tidak perlu UDK 3
22 Eucalyptus
urophylla
Ampupu Tidak perlu UDK 2
23 Fragrea
fragrans
Tembes
u
Tidak perlu UDK 3
24 Gliricidia
sepium
Gamal Direndam dalam
air dingin 24 jam
UDK 2
25 Gmelina
arborea
Jati
putih
Direndam
dalam air
dingin 24 jam
Pasir 3
26 Khaya
anthotheca
Mahoni
Uganda
Tidak perlu Pasir 3
27 Leucaena
glauca
Lamtoro Perlakuan
dengan air panas
1 menit
kemudian
rendam dalam
air dingin 24 jam
UDK 2
28 Leucaena
leucocepha
la
Lamtoro
Gung
Perlakuan
dengan air panas
1 menit
kemudian
UKDdp 2
37
rendam dalam
air dingin 24 jam
29 Manilkara
kauki
Sawo
kecik
Direndam air
dingin 24 jam
Pasir 5
30 Melia
azedarach
Mindi Diretakkan pada
bagian ujung.
Pasir 3
31 Paraserian
thes
falcataria
Sengon Perlakuan
dengan air panas
1 menit
kemudian
rendam dalam
air dingin 24 jam
UKDdp 2
32 Pericopsis
mooniana
Kayu
kuku
Direndam dalam
air dingin 24 jam
UKDdp 3
33 Pinus
merkusii
Pinus/T
usam
Tidak perlu UDK 3
34 Santalum
album
Cendana Direndam air
dingin 24 jam.
Pasir 6
36 Schleicher
a oleosa
Kesambi Direndam air
dingin 24 jam
Pasir 3
35 Senna
siamea
Johar Direndam dalam
air dingin 24 jam
Pasir 10
37 Sesbania
grandiflor
a
Turi Direndam dalam
air dingin 24 jam
Pasir 2
38 Swietenia
macrophyll
a
Mahoni Tidak perlu Pasir 4
39 Tectona
grandis
Jati Dioven 48 jam,
suhu 80o C.
Pasir 4
40 Toona
sureni
Suren Tidak perlu UDK 4
41 Zanthoxyll
um rhetsa
Panggal
buaya
Tidak diketahui Tanah Tidak
diketahui
38
Lampiran 9 Standar benih layak edar
No Jenis Nama
Lokal
kecambah
rata-rata
(%)
Berat 1.000
butir rata-
rata (g)
Kemurnia
n rata-rata
(%)
Kadar
air rata-
rata (%)
1. Acacia
arabica - 70 – 85 360 93 – 97 7 – 9
2.
Acacia
aulaco
carpa
Karpa 70 – 85 12 – 25 93 – 98 6 – 7
3.
Acacia
auricul
iformis
Akor 70 – 85 13 – 18 93 – 98 6 – 7
4.
Acacia
crassic
arpa
Krasi 70 – 85 27 94 – 98 6 – 7
5.
Acacia
mangiu
m
Mangiu
m 80 – 95 8 – 15 92 – 98 6 – 7
6. Acacia
villosa - 70 – 85 16 92 – 96 6 – 7
7.
Agathis
loranth
ifolia
Damar 90 – 100 200 – 250 95 – 98 30
8.
Aleurit
es
molucc
ana
Kemiri 40 – 50 2.800 99 – 100 10 – 12
9.
Alstoni
a
scholar
is
Pulai 90 – 100 11 – 27 90 – 95 6 – 7
10.
Altingi
a
excelsa
Rasamal
a 40 – 50 6 70 – 80 10 –12
11.
Anacar
dium
occiden
tale
Jambu
monyet 60 – 80 3.300 – 7.700 100 10 – 15
12.
Anthoc
ephalus
chinens
is
Jabon - 0,038 – 0,056 - 8 – 9
13.
Anthoc
ephalus
cadam
ba
Jabon - 0,038 – 0,056 - 8 – 9
14.
Callian
dra
calothy
Kaliandr
a merah 75 – 90 50 – 55 94 – 99 8 – 9
39
rsus
15.
Callian
dra
tetrago
na
Kaliandr
a putih 75 – 90 32 94 – 99 6 – 7
16.
Ceiba
pentan
dra
Kapuk/
randu
90 – 95
22 – 100
94 – 97 10 – 12
17.
Dalber
gia
latifoli
a
Sonokel
ing 80 – 95 48 96 – 98 8 – 9
18.
Duaba
nga
molucc
ana
Rajumas 65 – 75 kc/g 0,1 - 8 – 9
19.
Eucaly
ptus
camald
ulensis
- 700 kc/g 1,2 – 1,4 - 8 – 9
20.
Eucaly
ptus
deglupt
a
Leda 1.000 – 2.
000 kc/g 0,5 - 8 – 9
21.
Eucaly
ptus
pellita
Pelita 1.500 kc/g 0,32 - 8 – 9
22.
Eucaly
ptus
urophyl
la
Ampupu 210 – 410
kc/g 0,6 – 0,7 - 8 – 9
23.
Fragre
a
fragran
s
Tembes
u 65 – 80 0,2 - 8 – 9
24.
Glirici
dia
sepium
Gamal 90 – 100 90 – 200 91 – 95 8 – 9
25.
Gmelin
a
arbore
a
Jati
putih 60 400 – 700 98 – 100 10 – 12
26.
Khaya
anthoth
eca
Mahoni
Uganda 90 – 100 260 – 500 95 – 98 8 – 10
27. Leucae
na
glauca
Lamtoro 65 – 90 45 – 50 95 – 98 8 – 9
28.
Leucae
na
leucoce
phala
Lamtoro
gung 50 – 80 50 – 60 95 – 98 8 – 9
40
29.
Manilk
ara
kauki
Sawo
kecik 70 – 80 600 – 800 100 10 – 12
30.
Melia
azedar
ach
Mindi 70 – 85 700 99 – 100 10 – 12
31.
Parase
rianthe
s
falcata
ria
Sengon 70 – 90 16 – 26 93 – 99 6 – 7
32.
Perico
psis
moonia
na
Kayu
kuku 60 –70 140 – 230 95 – 98 8 – 9
33.
Pinus
merkus
ii
Pinus/T
usam 70 – 80 16 – 20 93 – 98 8 – 10
34.
Santalu
m
album
Cendana 40 – 60 140 – 230 95 – 98 8 – 10
35.
Schleic
hera
oleosa
Kesamb
i 70 – 80 600 95 – 98 30
36. Senna
siamea Johar 75 – 90 22 – 28 94 – 97 8 – 9
37.
Sesbani
a
grandif
lora
Turi 85 – 90 33 – 58 92 – 96 6 – 7
38.
Swieten
ia
macrop
hylla
Mahoni 60 – 80 400 – 700 96 – 98 8 – 9
39.
Tecton
a
grandis
Jati 40 – 60 400 99 – 100 10 – 12
40. Toona
sureni Suren 50 – 80 2 – 16 96 – 98 8 – 9
41.
Zantho
xyllum
rhetsa
Panggal
buaya 10 – 30 45 – 60 96 – 98 8 – 10
41
Lampiran 10 Sertifikat mutu benih tanaman hutan
Bagian Depan
42
Bagian Belakang
43
Lampiran 11 Keterangan hasil pengujian mutu benih
44
45
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada Tanggal 9
November 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Imam Widasa dan Ida Farida. Penulis
menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Islam
Nursalam Bekasi pada tahun 1999,kemudian melanjutkan
pendidikan Sekolah Dasar di SDIT Al-fidaa bekasi lulus pada
tahun 2005, lalu melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP
Tashfia Boarding School Bekasi lulus pada tahun 2008, penulis melanjutkan
Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Tambun Selatan Bekasi, penulis aktif
organisasi sebagai anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) pada tahun 2009/2010 dan
lulus pada tahun 2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma
Institut Pertanian Bogor di Program Keahlian Teknologi Industri Benih pada
tahun yang sama melalui jalur undangan resmi (USMI), pada tahun 2012/2013
penulis aktif organisasi sebagai bendahara umum Kelompok Pemerhati
Lingkungan (KPL) Angsana.