Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih...

33
383 Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai Didik Harnowo 1 , J. Rachman Hidajat 2 , dan Suyamto 2 1 Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor PENDAHULUAN Varietas unggul yang dirakit sesuai dengan tujuan penggunaannya merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Sejalan dengan itu, ketersediaan benih dari varietas unggul yang memenuhi syarat enam tepat (varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga) sangat diperlukan guna mendukung keberhasilan budi daya tanaman. Dampak penggunaan varietas unggul terhadap peningkatan produksi dan kualitas produk akan terasa bila varietas unggul tersebut ditanam dalam skala luas. Hal ini perlu didukung oleh sistem perbenihan yang andal. Dengan demikian, varietas unggul yang disukai konsumen dan sistem perbenihan sebagai mekanisme penyaluran (delivery mechanism) akan menjadi komponen esensial dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Industri benih dan penyalurannya merupakan bagian dari sistem perbenihan yang berperan penting untuk menyediakan benih varietas unggul yang memenuhi syarat ’enam tepat’ bagi petani. Secara spesifik, penggunaan benih bermutu tinggi berdampak terhadap pertumbuhan tanaman yang baik dan hasil panen yang tinggi. Syarat benih bermutu adalah: (1) murni dan diketahui nama varietasnya; (2) daya tumbuh tinggi (minimal 80%) dan vigornya baik; (3) biji sehat, bernas, tidak keriput, dipanen pada saat biji telah matang; (4) dipanen dari tanaman yang sehat, tidak terinfeksi penyakit (cendawan, bakteri dan virus); dan (5) benih tidak tercampur biji tanaman lain atau biji rerumputan. Benih merupakan the carrier of technology, sekaligus sebagai the translator of input technology dalam pertanian yang mengusahakan produksi (hasil) dan mutu hasil yang tinggi. Benih dapat berperan sebagai agen perubahan mental petani dan masyarakat untuk lebih semangat berusaha dan bahkan perubahan suatu negara dari kekurangan pangan menjadi kecukupan pangan (Sadjad 2006). Usaha di bidang perbenihan sebenarnya sangat menguntungkan, manakala mendapat dukungan dari pemerintah, dalam hal kebijakan penyediaan sarana produksi, kemudahan dalam memperoleh modal usaha, harga, dan petani sudah sadar terhadap pentingnya penggunaan varietas unggul dengan benih bermutu tinggi. Pasar benih kedelai bermutu di Indonesia belum ditangani secara optimal. Hal tersebut disebabkan oleh

Transcript of Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih...

Page 1: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

383Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

Kebutuhan dan Teknologi ProduksiBenih Kedelai

Didik Harnowo1, J. Rachman Hidajat2, dan Suyamto2

1Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang2Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor

PENDAHULUAN

Varietas unggul yang dirakit sesuai dengan tujuan penggunaannyamerupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatankuantitas dan kualitas produk pertanian. Sejalan dengan itu, ketersediaanbenih dari varietas unggul yang memenuhi syarat enam tepat (varietas, mutu,jumlah, waktu, lokasi, dan harga) sangat diperlukan guna mendukungkeberhasilan budi daya tanaman. Dampak penggunaan varietas unggulterhadap peningkatan produksi dan kualitas produk akan terasa bila varietasunggul tersebut ditanam dalam skala luas. Hal ini perlu didukung oleh sistemperbenihan yang andal. Dengan demikian, varietas unggul yang disukaikonsumen dan sistem perbenihan sebagai mekanisme penyaluran (deliverymechanism) akan menjadi komponen esensial dalam pembangunanpertanian di Indonesia. Industri benih dan penyalurannya merupakanbagian dari sistem perbenihan yang berperan penting untuk menyediakanbenih varietas unggul yang memenuhi syarat ’enam tepat’ bagi petani.

Secara spesifik, penggunaan benih bermutu tinggi berdampak terhadappertumbuhan tanaman yang baik dan hasil panen yang tinggi. Syarat benihbermutu adalah: (1) murni dan diketahui nama varietasnya; (2) daya tumbuhtinggi (minimal 80%) dan vigornya baik; (3) biji sehat, bernas, tidak keriput,dipanen pada saat biji telah matang; (4) dipanen dari tanaman yang sehat,tidak terinfeksi penyakit (cendawan, bakteri dan virus); dan (5) benih tidaktercampur biji tanaman lain atau biji rerumputan. Benih merupakan thecarrier of technology, sekaligus sebagai the translator of input technologydalam pertanian yang mengusahakan produksi (hasil) dan mutu hasil yangtinggi. Benih dapat berperan sebagai agen perubahan mental petani danmasyarakat untuk lebih semangat berusaha dan bahkan perubahan suatunegara dari kekurangan pangan menjadi kecukupan pangan (Sadjad 2006).

Usaha di bidang perbenihan sebenarnya sangat menguntungkan,manakala mendapat dukungan dari pemerintah, dalam hal kebijakanpenyediaan sarana produksi, kemudahan dalam memperoleh modal usaha,harga, dan petani sudah sadar terhadap pentingnya penggunaan varietasunggul dengan benih bermutu tinggi. Pasar benih kedelai bermutu diIndonesia belum ditangani secara optimal. Hal tersebut disebabkan oleh

Page 2: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

384 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

belum berkembangnya usaha di bidang industri perbenihan kedelai.Sebagian besar petani di Indonesia menggunakan benih dari hasil panensendiri pada musim sebelumnya, dari petani lain di dalam atau luar wilayah,atau membeli ke pedagang hasil bumi yang mendapatkan benih dari wilayahlain musim panen sebelumnya. Arus benih demikian disebut sebagai jalurbenih antarlapang dan musim atau disingkat Jabalsim (Sumarno 1998).

Pada sistem Jabalsim belum dipertimbangkan aspek pengendalian mutu,yang diperkirakan ikut berkontribusi terhadap tinggi rendahnya produksidan produktivitas kedelai di tingkat petani (Nugraha et al. 1995). Sebagaipembanding, di Amerika Serikat misalnya, varietas kedelai yang ditanampetani adalah varietas unggul yang adaptif pada lokasi spesifik sesuai dengangolongan umur, dan seluruh kebutuhan benih diproduksi oleh perusahaanprofesional yang memberikan jaminan mutu benih (Sumarno 1997).

Hal penting untuk membangun industri benih kedelai di Indonesiaadalah: (1) menjamin suplai sumber benih secara lebih baik, (2) kebanyakanpetani masih menggunakan benih seadanya sehingga perlu penyadaranpenggunaan benih bermutu, dan (3) pembinaan industri benih yang telahada agar menjadi lebih profesional. Masalah yang dihadapi untuk mencapaisasaran tersebut digambarkan oleh Douglas (1980) bahwa kebanyakan dariprogram benih yang sukses bermula dari usaha yang kecil tetapi denganmutu yang baik.

Tulisan ini membahas: (1) sistem perbenihan nasional, (2) kebutuhanbenih kedelai saat ini dan prakiraan kebutuhan masa depan, (3) teknologiproduksi benih kedelai, (4) industri benih kedelai di Inonesia, (5)pengendalian mutu benih secara internal dalam industri benih, (6) sistempengadaan benih saat ini dan permasalahan dalam pengembangan industribenih kedelai, dan (7) kebijakan dan strategi pengembangan industri benihkedelai.

SISTEM PERBENIHAN NASIONAL

Subsistem Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan perbenihan adalahpengelolaan plasma nutfah, kegiatan pemuliaan, perlindungan varietastanaman, serta pendaftaran dan pelepasan varietas. Fungsi penelitian yangmeliputi pengelolaan plasma nutfah dan pemuliaan kedelai untuk meng-hasilkan varietas baru dilaksanakan oleh lembaga penelitian, baikpemerintah seperti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BadanLitbang Pertanian) Departemen Pertanian, BATAN, dan Perguruan Tinggi.

Page 3: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

385Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

Untuk perakitan varietas unggul baru kedelai, Indonesia sudah memilikisejumlah koleksi sumber genetik/aksesi/populasi varietas yang tersimpandi bank-bank plasma nutfah milik UPT-UPT Badan Litbang Pertanian, LIPI,dan Perguruan Tinggi. Untuk mengatasi terbatasnya sumber genetik yangdimiliki, kegiatan eksplorasi dan koleksi serta introduksi dari negara lainmasih terus dilakukan. Berkaitan dengan keplasmanutfahan, Indonesia jugasudah meratifikasi Perjanjian Internasional Sumber Daya Genetik TanamanPangan dan Pertanian, yang akan mempermudah dalam memperolehplasma nutfah dari negara lain (Deptan 2006).

Galur-galur calon varietas baru, kemudian diuji adaptasi atau diobservasipada berbagai kondisi agroekologi untuk mengetahui keunggulan daninteraksi galur tersebut dengan lingkungan. Uji adaptasi/observasi dapatdilakukan oleh institusi penyelenggara pemuliaan tanaman, BPSB, BPTP,dan institusi perbenihan lain yang bekerjasama dengan institusi pe-nyelenggara pemuliaan tanaman. Keunggulan suatu varietas diakui secararesmi setelah dilepas oleh Menteri Pertanian dan ditetapkan denganKeputusan Menteri (Kepmen) atas rekomendasi Badan Benih Nasional(BBN). Lembaga penelitian/institusi penyelenggara pemuliaan yang melepasvarietas baru wajib memproduksi benih penjenisnya dalam jumlah cukup/sesuai kebutuhan.

Subsistem Produksi dan Peredaran Benih

Benih varietas-varietas publik, termasuk kedelai, yang dihasilkan olehlembaga publik, umumnya diproduksi dan diedarkan oleh pemerintah(Badan Usaha Milik Negara/BBI/BBU) dan swasta.

Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalam menerapkan otonomidaerah, saat ini kewenangan pengelolaan Balai Benih telah diserahkankepada masing-masing Pemerintah Daerah. Tercatat sebanyak 24 Balai BenihInduk (BBI) yang telah ditetapkan statusnya sebagai Unit Pelaksana TeknisDaerah (UPTD) Perbenihan dan sebanyak 450 Unit Balai Benih Utama (BBU)dan Balai Benih Pembantu (BBP) ditetapkan dalam bentuk yang beragam,seperti Balai Benih Kabupaten, Kebun Bibit, dan sebagainya (Ditjen TanamanPangan 2005).

Alur produksi benih sumber kedelai di bawah kelas benih penjenis,yakni benih dasar (foundation seeds) dan benih pokok (stock seeds),umumnya terputus, sehingga persyaratan enam tepat (varietas, mutu,jumlah, waktu, lokasi, dan harga) dalam produksi dan peredaran benihsumber kedelai belum terpenuhi. Ini merupakan permasalahan utamadalam produksi benih sumber. Masalah lain yaitu kurangnya adopsi varietas-varietas unggul baru oleh petani karena kurang gencarnya sosialisasi dan

Page 4: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

386 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

promosi. Dengan demikian sistem/sosialisasi dan promosi varietas-varietasunggul baru kedelai perlu lebih ditingkatkan (Deptan 2006).

Selain Balai Benih, muncul sejumlah penangkar benih kedelai yang cukupandal di beberapa daerah. Para penangkar ini perlu terus dibina dandikembangkan di daerah-daerah lain. Seringkali penyediaan benih kedelaijustru terbanyak dari para penangkar ini.

Subsistem Pengendalian Mutu

Sertifikasi benih merupakan mekanisme pengendalian mutu yang wajibditerapkan terhadap semua lot benih yang diedarkan (UU 12/1992, PP 44/1995). Saat ini pelaksanaan sertifikasi dilakukan tanpa memperhatikankekuatan pasar, sehingga menimbulkan beban biaya yang besar, khususnyauntuk benih-benih yang nilai komersialnya kurang. Sertifikasi benih kedelaidilaksanakan oleh Pemerintah, yakni Balai Pengawasan dan Sertifikasi BenihTanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) yang ada di masing-masingprovinsi. Pengembangan dapat pula dilakukan oleh perorangan maupunbadan hukum yang telah mendapat ijin dari Pemerintah.

BPSBTPH yang pada awalnya merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)Pusat, telah diserahkan kewenangan pengelolaannya kepada PemerintahDaerah, dan sebagian besar juga telah ditetapkan sebagi Unit PelaksanaTeknis Daerah (UPTD). UPTD BPSBTPH di seluruh Indonesia besertalaboratorium benihnya berjumlah 30 unit, sembilan laboratorium di antara-nya telah diakreditasi, yaitu BPSB Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, Lampung, dan SulawesiSelatan.Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura(BPMB-TPH). BPMB-TPH yang mempunyai tugas melaksanakan pe-ngembangan dan pengujian mutu benih tanaman pangan dan hortikultura.Diharapkan UPTD ini menjadi acuan bagi laboratorium benih yang ada diIndonesia (Ditjen Tanaman Pangan 2005).

Mekanisme pengendalian mutu yang secara formal memiliki landasanhukum adalah: (1) sertifikasi dan pengujian benih berdasarkan OECDScheme dan International Seed Testing Association (ISTA) Rules (UU 12/1992, PP 44/1995) dan (2) sistem standardisasi pertanian yang mencakupantara lain standardisasi produk, sertifikasi sistem mutu, sertifikasi produk,akreditasi laboratorium, akreditasi LSSM, dan akreditasi LsPro (PP 102/2000).Namun demikian, persepsi tentang sertifikasi benih belum sama, sehinggapenerapannya di berbagai daerah masih cukup beragam.

Standar mutu adalah spesifikasi benih yang baku dan dibuat olehpemerintah, sehingga standar mutu benih perlu disosialisasikan agar dapat

Page 5: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

387Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

menjadi acuan dalam memproduksi atau pengawasan benih yang beredar.Dengan demikian, para pelaku perbenihan kedelai mempunyai pedomanatau aturan dalam menghasilkan benih bermutu. Penerapan standar mutubenih kedelai diharapkan dapat dilakukan secara mandiri, denganpengawasan tetap dilakukan oleh pemerintah.

KEBUTUHAN BENIH KEDELAI SAAT INIDAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN MASA DEPAN

Penyediaan benih bermutu yang dapat memenuhi enam tepat merupakanpersyaratan utama dalam mendukung usaha peningkatan produksi kedelai.Istilah benih bermutu di kalangan petani identik dengan benih sebar (BR).Kebutuhan benih sebar (BR/ES/Extension Seed) biasanya paralel denganluas areal penanaman. Untuk mengetahui kebutuhan benih kedelai padamasa sekarang maupun masa mendatang diperlukan data luas areal tanamatau luas panen. Pada tulisan ini, kebutuhan benih kedelai hanya dibatasipada tingkat provinsi dan nasional selama kurun waktu 2001-2005 danproyeksi kebutuhan benih hingga tahun 2010. Selain benih kelas BR/ES(Benih Sebar) akan dibahas pula mengenai kebutuhan benih sumber kelasdi atasnya yakni BP/SS (Stock Seed/Benih Pokok), BD/FS (Foundation Seed/Benih Dasar), dan BS (Breeder Seed/Benih Penjenis).

Kebutuhan benih kedelai kelas BR berfluktuasi antarprovinsi dan tahunsesuai dengan perubahan luas tanam. Tabel 1 menyajikan kebutuhan benihkedelai mulai tahun 2001 hingga 2005 untuk setiap provinsi dan kumulatifnasional. Kebutuhan benih kedelai secara nasional per tahun adalahsebesar 23.705.820 kg (dihitung berdasarkan rata-rata penggunaan benih45 kg/ha). Empat provinsi sebagai areal terluas penanaman kedelai yakniJawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Tengah, dan Daerah IstimewaYogyakarta (DIY) memerlukan benih paling banyak. Secara umum,kebutuhan benih kedelai menurun sejak tahun 2001 hingga 2005 akibatmenurunnya luas tanam, kecuali di NTB, Jawa Barat, dan Sulawesi Utara.Kenaikan kebutuhan benih untuk ketiga provinsi tersebut masing-masingadalah 18%, 41%, dan 124% (Tabel 1).

Beralihnya fungsi lahan subur untuk keperluan nonpertanian ataukompetisi tanaman kedelai dengan tanaman lain (misalnya jagung, ubi kayu,dll), akibat oleh harga kedelai yang kurang menarik, termasuk penyebabterjadinya kecenderungan penurunan luas tanam dan luas panen kedelaidi Indonesia. Perkiraan kebutuhan benih kedelai secara nasional hinggatahun 2014 disajikan pada Tabel 2.

Page 6: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

388 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Tabel 1. Kebutuhan benih kedelai di setiap provinsi dan nasional dalam periode 2001-2005(dihitung berdasarkan data luas areal panen dengan asumsi rata-rata penggunaanbenih kedelai 45 kg/ha).

Kebutuhan benih kedelai (t/tahun)Propinsi

2001 2002 2003 2004 2005

NAD 2.296,0 774,4 653,4 1.148,2 1.107,6Sumatera Utara 450,1 436,7 446,0 485,7 603,4Sumatera Barat 185,2 74,5 72,6 62,4 66,8Riau 90,3 103,3 64,0 90,9 124,3Jambi 97,7 155,7 131,0 131,4 125,9Sumatera Selatan 214,2 146,8 179,0 148,5 164,0Bengkulu 67,7 92,5 103,9 152,1 135,9Lampung 547,9 270,9 190,4 242,1 190,4Bangka Belitung 0,2 0,1 0,1 - -Riau Kepulauan - - - - -DKI Jakarta - - - - -Jawa Barat 1.285,1 1.022,1 673,7 947,3 927,1Jawa Tengah 5.031,4 4.007,5 4.417,3 3.587,9 4.452,0DI Yogyakarta 2.043,2 1.932,2 1.634,7 1.507,0 1.512,3Jawa Timur 12.629,4 10.716,1 1.009,5 11.182,2 11.623,5Banten 74,7 177,9 110,3 176,2 68,8Bali 379,9 343,8 259,4 384,8 364,1NTB 3.050,2 2.365,6 2.907,4 3.427,9 4.024,4NTT 90,5 162,6 160,7 147,1 87,5Kalimantan Barat 80,3 73,6 45,9 46,5 59,9Kalimantan Tengah 150,9 84,7 64,3 41,5 33,0Kalimantan Selatan 232,5 261,1 227,5 200,0 90,0Kalimantan Timur 90,0 82,5 93,9 79,5 87,9Sulawesi Utara 133,6 66,9 85,6 191,8 206,8Sulawesi Tengah 91,7 85,6 65,9 90,8 98,1Sulawesi Selatan 651,2 651,7 764,6 742,0 760,4Sulawesi Tenggara 73,9 104,2 93,9 122,0 146,6Gorontalo 83,0 68,3 24,3 25,9 91,3Sulawesi Barat - - - - 18,7Maluku 85,9 18,4 55,7 40,1 53,7Maluku Utara - - 20,8 22,4 43,7Papua 341,6 2.23,8 149,9 206,3 120,8Irian Jaya Barat - - - - 90,8

Indonesia 30.548,2 24.503,5 23.705,8 25.630,6 27.497,7

Page 7: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

389Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH KEDELAI

Usahatani kedelai di Indonesia dilakukan pada berbagai agroekologi yangspesifik. Produksi benih kedelai seyogyanya dilakukan pada sentra produksi.Namun demikian, berdasarkan pertimbangan teknis, tidak semuaagroekologi usahatani kedelai sesuai untuk produksi benih. Secara umumterdapat empat tipe agroekologi untuk kedelai (Sumarno 1998) yaitu:1. Lahan tegal pada awal musim hujan (MH I)2. Lahan tegal pada akhir musim hujan (MH II)3. Lahan sawah pada awal musim kemarau (MK I)4. Lahan sawah pada pertengahan musim kemarau (MK II)

Masing-masing agroekologi tersebut memiliki sifat-sifat khusus(Tabel 3).

Untuk memperoleh hasil benih secara maksimal, perlu tersedia varietasyang paling sesuai bagi masing-masing agroekologi tersebut. Namundemikian, apabila varietas kedelai yang dianjurkan harus beradaptasi padamasing-masing lingkungan spesifik tersebut diperlukan varietas kedelai yangsangat banyak. Hingga kini hal tersebut belum dapat dipenuhi karena upayaperakitan varietas unggul kedelai belum dilakukan secara intensif.

Pertumbuhan tanaman kedelai secara fisiologis terutama dipengaruhioleh suhu dan panjang hari. Pengaruh kedua faktor tersebut sangatdominan, terutama terhadap pertumbuhan vegetatif, tinggi batang, umurberbunga, dan umur panen (Tabel 4). Berdasarkan pertimbangan teknismengacu pada Tabel 3 dan 4, maka agroekologi yang ideal untuk produksibenih kedelai adalah pada MK I dan MK II.

Tabel 2. Perkiraan kebutuhan benih kedelai kelas benih sebar (extension seed/ BR) secaranasional dalam periode 2007-2014.

Tahun Sasaran produksi Produktivitas Luas areal tanam Kebutuhan benih (000 ton)*) (t/ha)*) (000 ha) (ton)

2007 1.093 1,49 734 33.0302008 1.263 1,57 805 36.2252009 1.458 1,65 884 39.7802010 1.652 1,70 972 43.7402011 1.818 1,70 1.069 48.1052012 1.999 1,70 1.176 52.9202013 2.199 1,70 1.294 58.2302014 2.419 1,70 1.423 64.035

Dihitung berdasarkan target sasaran luas areal tanam dan produktivitas*) data diambil dari Deptan (2005).

Page 8: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

390 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Tabel 3. Karakteristik agroekologi/musim tanam untuk produksi benih kedelai di Indonesia.

Karakteristik agroekologiUraian

MH I MH II MK I MK II

Penyiapan lahan Diolah Olah minimal TOT TOTSaat tanam Okt.-Nop. Jan.-Pebr. Maret-April Juni-JuliLahan Tegal/sawah Tegal Sawah irigasi Sawah irigasi

tadah hujan terbatasStatus air Berlebihan, Kekeringan Berlebihan Umumnya

kurang pada pada fase pada awal, kekuranganawal generatif kurang pada airpertumbuhan fase generatif

Cuaca Mendung- Agak mendung- Cerah- Cerah, panashujan panas agak panas agak panas

Kelembaban tanah Kadang kurang Kekeringan Becek, Kering,atau berlebih drainase buruk drainase baik

Gulma Sedang Sedang Banyak BanyakHama Kurang Sedang Banyak BanyakPenyakit Kurang Sedang Kurang Sedang-

banyakPanjang hari (jam) 12+ 12+ 12- 12-Hara Rendah- Rendah- Sedang- Sedang-

sedang sedang tinggi tinggiPemeliharaan Intensif Agak intensif Agak intensif Sedang-

intensifPerkiraan hasil (t/ha) 1,0-1,2 0,7-0,9 1,7-2,0 1,5-2,0

TOT = tanpa olah tanahSumber: Sumarno (1998).

Tabel 4. Pengaruh suhu dan panjang hari terhadap pertumbuhan kedelai.

Faktor Pengaruh terhadap pertumbuhan/fisiologi kedelai

Suhu rendah, < 180C Umur berbunga panjang, umur panen lambat(dalam), batang lebih tinggi, biji lebih bernas

Suhu kardinal, 190-240C Umur berbunga normal, tanaman pada tanah suburtumbuh optimal

Suhu agak tinggi, 250-360C Tanaman tumbuh normal dan baik asalkelembaban tanah cukup

Suhu tinggi, 300-360C Tanaman tumbuh pendek, cepat berbunga, bila airkurang tanaman merana

Panjang hari < 12 jam Tanaman cepat berbunga, cepat panen, tumbuhpendek

Panjang hari 12 -12,5 jam Pertumbuhan normal, umur berbunga normal, umurpanen normal

Panjang hari 12,5-13,5 jam Tanaman tunbuh tinggi, berbunga lambat, panenlambat, hasil biji meningkat

Panjang hari > 14 jam Pertumbuhan vegetatif subur, tanaman tidak dapatberbunga

Sumber: Sumarno (1998).

Page 9: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

391Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

Teknik Produksi Benih

Teknik produksi benih kedelai pada dasarnya sama dengan teknik produksiuntuk konsumsi. Persyaratan ideal untuk memperoleh benih bermutu tinggi,selain mengacu pada uraian yang sudah disebutkan di atas, adalah sebagaiberikut:

• Daerahnya mempunyai iklim yang cocok, yakni curah hujan sedang(150-200 mm per bulan) pada masa pertumbuhan, curah hujan < 50mm per bulan pada saat pematangan, dan suhu harian tidak lebih dari30oC pada saat pematangan. Kelembaban udara yang rendah (+ 70%)pada saat pematangan polong juga menguntungkan.

• Tanah subur dan air cukup tersedia sehingga diperoleh tanaman yangsubur, sehat, dan menghasilkan biji bernas.

• Pertanaman bebas dari gangguan hama, terutama hama yang merusakbiji. Pada umumnya semua jenis hama mempengaruhi mutu benihkedelai yang dihasilkan.

• Bebas gangguan penyakit. Pertanaman perbenihan yang tertularpenyakit akan menghasilkan biji yang kurang normal, tidak bernas, atauterinfeksi patogen yang dapat menular bila benihnya ditanam.

• Bebas dari gulma, sejak kedelai tumbuh hingga masa panen.

• Jarak tanam teratur, dan sebaiknya agak jarang agar tanaman tumbuhoptimal.

• Dipanen pada saat tanaman telah matang, diproses, dan dibijikan. Bijisegera dikeringkan hingga mencapai kadar air 10%.

Penyiapan Lahan

a. Tanam awal musim kemarau (MK 1)

Produksi benih pada lahan bekas tanaman padi tidak memerlukan peng-olahan tanah (tanpa olah tanah = TOT). Pada lahan tegal perlu pengolahantanah secara intensif (biasanya dua kali bajak dan sekali diratakan). Apabilalahan masih tergenang air, perlu dibuat saluran drainase setiap 4-5 m dengankedalaman 25-30 cm dan lebar 30 cm. Saluran tersebut berfungsi untukmengurangi kelebihan air sekaligus sebagai saluran irigasi pada saat tidakada hujan.

b. Tanam pertengahan musim kemarau (MK 2)

Pada lahan bekas tanaman padi gadu 1, penanaman kedelai untuk produksibenih hampir sama dengan MK 1. Bila menggunakan lahan bekas tanaman

Page 10: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

392 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

kedelai atau palawija lainnya, perlu dilakukan pengolahan tanah terlebihdahulu, agar sisa biji kedelai tidak tumbuh dan menjadi campuran benih.

Varietas Unggul

Semua varietas unggul yang telah dilepas mempunyai potensi hasil sekitar1,8-2,5 t/ha. Selain itu, ada beberapa varietas lokal yang dianjurkan karenamempunyai potensi hasil yang cukup tinggi dan cocok dikembangkan didaerah tertentu seperti varietas Lumajang Bewok di Jawa Timur dan KipasMerah atau Kipas Putih di Aceh). Saat ini telah tersedia sejumlah varietasbaru kedelai yang sesuai untuk lahan sawah dan lahan kering (Kaba,Sinabung, Ijen, dan Panderman) dan lahan masam (Tanggamus, Seulawah,dan Ratai). Pilihan varietas perlu disesuaikan dengan preferensi pengguna,dengan kebutuhan benih berkisar antara 40-50 kg/ha.

Waktu Tanam

Waktu tanam kedelai di lahan sawah irigasi biasanya dua kali, yakni awalmusim kemarau-MK 1 (Februari/Maret) dan pertengahan kemarau-MK 2(Juni/Juli). Di lahan sawah tadah hujan hanya dilakukan penanaman satukali, yaitu pada bulan Februari/Maret, dan pada lahan sawah setengah irigasiteknis dilakukan pada bulan Juni/Juli. Untuk mendukung keberhasilanproduksi benih perlu dilakukan beberapa hal berikut:

• Waktu tanam optimal kedelai pada bulan Februari/Maret atau Juni/Juliharus memperhitungkan umur panen padi, sesuai dengan rencanatanam yang ketat.

• Setelah padi dipanen, kedelai segera ditanam, tidak lebih dari tujuh hari.

• Penanaman untuk satu hamparan minimal 100 ha harus serempak.Keterlambatan waktu tanam akan menurunkan hasil sampai 50%,karena terjadinya akumulasi hama.

• Benih ditanam secara tugal dengan kedalaman 2-3 cm, jarak tanam 40x 15 cm (1-2 biji/lubang tanam).

Pemupukan

Pada lahan sawah dengan kesuburan rendah-sedang dilakukan pemupukandengan takaran 50 kg urea, 75 kg SP36, dan 50 kg KCl/ha. Pada tanah Vertisolyang mengalami kahat kalium, takaran pupuk KCl dinaikkan menjadi 100kg/ha. Pada tanah Hidromorf, pupuk yang diberikan adalah 50-100 kg urea,75-100 kg SP36, dan 50-100 kg KCl/ha. Dianjurkan pemberian inokulasiRhizoplus/Nodulin pada daerah yang belum ditanami kedelai.

Page 11: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

393Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

Mulsa Jerami Padi

Pada lahan sawah diberikan mulsa jerami sebanyak 5 t/ha, dihamparkanmerata dengan ketebalan < 10 cm. Mulsa jerami dapat mengurangi kegiatanpenyiangan. Pada daerah yang selalu terancam serangan lalat kacang,pemberian mulsa dapat menekan serangan hama tersebut. Jika gulma tidakmenjadi masalah, jerami dapat dibakar pada hamparan lahan. Cara ini dapatlebih menyeragamkan pertumbuhan awal kedelai.

Pengairan

Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan airadalah awal pertumbuhan vegetatif, yaitu15-21 hari setelah tanam (HST),saat berbunga (25-35 HST), dan saat pengisian polong (55-70 HST). Padafase-fase tersebut tanaman perlu diairi secara berkala dan mencukupi.

Pengendalian Hama

Epidemi hama selalu ada pada setiap musim tanam kedelai, hanyaintensitasnya yang berbeda. Serangan hama pada pertanaman MK 1biasanya lebih ringan dibanding MK II. Untuk mengantisipasi serangan hama,konsep Pengendalian Hama Terpadu harus diterapkan. Pengkayaan musuhalami, tanaman perangkap, dan penggunaan insektisida secara bijaksanadapat diterapkan dalam pertanaman produksi benih kedelai. Pengendaliandengan insektisida sering dilaporkan tidak efektif karena beberapa hal, antaralain:• Tidak ada persediaan insektisida pada saat terjadi eksplosif hama,

sehingga terjadi keterlambatan pengendalian.• Insektisida yang digunakan kurang/tidak efektif atau dosisnya kurang

benar.• Volume semprot tidak sesuai dengan anjuran.• Alat semprot, kurang memadainya alat semprot dan cara penyemprotan

kurang benar.• Waktu penyemprotan tidak tepat.

Pengendalian Penyakit

Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun Phakopsora pachyrhizi,busuk batang dan akar Schlerotium rolfsii, dan berbagai penyakit yangdisebabkan oleh virus. Penggunaan fungisida dilakukan sejak gejala mulainampak, umumnya 3-4 kali penyemprotan menggunakan Bayleton, Anvil,Benlatte atau Dithane. Kehilangan hasil karena penularan karat daunberkisar antara 30-70%. Pengendalian virus dilakukan dengan caramengendalian vektornya, yaitu kutu aphid, menggunakan insektisida Decis.Waktu pengendalian adalah pada saat tanaman berumur 14, 28, dan 42

Page 12: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

394 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

HST, atau menyemprot berdasarkan populasi hama/vektor. Usahapencegahan lain adalah dengan cara:• Tanam secara serempak.• Rotasi tanaman dengan tanaman bukan inang penyakit virus.• Menanam benih sehat.• Membasmi tanaman inang.• Membuang tanaman sakit.

Pemeliharaan Mutu Genetik

Pemeliharaan mutu genetik untuk setiap kelas benih dilakukan sejak sebelumtanam (sumber benih dan lahan yang akan digunakan untuk produksi benihharus jelas), di pertanaman, dan selama prosesing. Selama di pertanaman,pemeliharaan mutu genetik dilakukan dari tanaman ke tanaman, yaknidengan cara rouging (membuang tanaman dengan tipe menyimpang).Terdapat tiga fase pengamatan tanaman untuk membuang tanaman yangmenyimpang, yakni berdasarkan karakter kualitatif sebagai pembeda utama,yaitu pada fase juvenil, berbunga, dan masak fisiologis.

Fase Juvenil (Tanaman Muda)

Rouging pada fase ini dilakukan pada saat tanaman berumur 15-20 HST.Karakter-karakter yang dapat dijadikan pedoman adalah: (a) warna hipokotil(hijau atau ungu), (b) ukuran keping biji dan daun bertiga pertama (trifoliat),di mana biji yang berukuran besar memiliki keping biji dan trifoliat berukuranbesar, dan (c) bentuk daun, biji berbentuk bulat akan diikuti oleh daun yangmakin mendekati bulat.

Fase Berbunga

Apabila pada fase juvenil belum mampu membedakan adanya campuranvarietas lain, maka rouging dapat dilakukan lagi pada fase berbunga.Pedoman yang dapat dipakai adalah: (a) warna bunga, tanaman denganhipokotil berwarna ungu akan memiliki bunga berwarna ungu dan tanamandengan hipokotil berwarna hijau akan memiliki bunga berwarna putih; (b)saat berbunga, tanaman yang waktu berbunganya sangat menyimpangperlu dibuang; (c) warna dan kerapatan bulu pada tangkai daun; (d)ketegapan batang dan posisi daun pada batang secara keseluruhan; (e)reaksi terhadap penyakit.

Page 13: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

395Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

Fase Masak Fisiologis

Fase masak fisiologis adalah fase di mana pengisian biji berakhir dan polong-polong mulai berubah warna menjadi coklat (warna polong matang). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rouging pada fase ini adalah: (a) keragaantanaman secara keseluruhan (posisi daun, polong, dan bentuk daun); (b)kerapatan dan warna bulu; panjang/pendek, kerapatan, dan warna bulu(putih atau coklat) pada batang dan daun; dan (c) umur masak polong,tanaman yang kemasakan polongnya terlalu menyimpang perlu dicabut.

Panen dan Pascapanen

Untuk menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologismaupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen.Menjaga mutu fisik dan genetik terutama dilakukan selama prosesing,sedangkan menjaga mutu fisiologis dilakukan mulai saat panen hinggapenyimpanan dan bahkan hingga benih siap ditanam.

Panen

Panen hendaknya dilakukan pada saat mutu fisiologis benih maksimal, yangditandai bila sekitar 95% polong telah berwarna coklat (warna polongmasak) dan sebagian besar daun sudah rontok. Panen dilakukan dengancara memotong pangkal batang. Brangkasan kedelai hasil panen langsungdikeringkan (dihamparkan) di bawah sinar matahari dengan ketebalansekitar 25 cm selama 2-4 hari (bergantung cuaca) menggunakan alas terpalplastik, tikar atau anyaman bambu. Pengeringan dilakukan hingga kadar airbenih mencapai sekitar 14%. Menumpuk brangkasan basah lebih dari duahari sangat tidak dianjurkan karena akan menyebabkan biji berjamursehingga mutunya rendah. Pada musim hujan, di mana sinar mataharikurang, brangkasan/polong perlu diangin-anginkan secara dihampar (tidakditumpuk). Untuk mempercepat proses penurunan kadar air benih, disaran-kan brangkasan dihembus dengan udara panas dari pemanas buatan.

Perontokan

Brangkasan kedelai yang telah kering (kadar air sekitar 14%) secepatnyadirontok. Perontokan dapat dilakukan secara manual (geblok) atau secaramekanis menggunakan threser (pedal threser atau power threser). Apabiladigunakan power threser, kecepatan putaran silinder perontok disarankantidak lebih dari 400 rpm (putaran per menit). Perontokan perlu dilakukansecara hati-hati untuk menghindari banyaknya benih pecah kulit, benihretak, atau kotiledon terlepas, yang dapat mempercepat laju penurunandaya tumbuh dan vigor benih dalam penyimpanan.

Page 14: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

396 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Pembersihan dan sortasiBenih hasil perontokan perlu dibersihkan dari kotoran benih (antara lain:potongan batang, cabang tanaman, dan tanah), dapat dilakukan secaramanual atau mekanis (menggunakan blower). Untuk mendapatkankeseragaman ukuran benih, sortasi perlu dilakukan yakni dengan memisah-kan sekitar 5% biji berukuran kecil dan tidak dimasukkan ke dalamkelompok (lot) benih. Selain itu, pada tahapan proses ini juga dilakukanpemisahan biji dengan tipe menyimpang dalam rangka memperbaiki mutugenetik kelompok benih dari varietas yang diproduksi, yakni biji yang tidakmemiliki sifat seperti yang tercantum dalam deskripsi varietas, antara lainwarna hilum, warna kulit biji, dan bentuk biji. Membuang biji dengan tipemenyimpang dilakukan dari benih ke benih (seed-to-seed). Tahapan inimemerlukan waktu relatif lama, agar benih tidak berada pada kadar airyang masih relatif tinggi. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bahwa setelahperontokan benih perlu segera dikeringkan hingga kadar air 10-11%.

PengeringanBenih yang sudah bersih dan seragam ukurannya selanjutnya segeradikeringkan lagi hingga mencapai kadar air sekitar 9%. Pengeringan dapatdilakukan di bawah sinar matahari, menggunakan alas terpal plastik atautikar pada lantai jemur yang kering, dengan ketebalan sekitar tiga lapis benih.Selama pengeringan perlu dilakukan pembalikan benih setiap 2-3 jam agarbenih kering secara merata. Pengeringan diakhiri pada sekitar pukul 12.00untuk menghindari sengatan sinar matahari yang terlalu panas. Untukmencapai kadar air sekitar 9% diperlukan waktu pengeringan sekitar 4 jamsehari (pukul 8.00-12.00) selama 1-2 hari. Setelah dikeringkan, benih perludiangin-anginkan sekitar 1-2 jam untuk menyeimbangkan suhu benihdengan suhu udara sekitarnya, sebelum benih dimasukkan ke dalamkarung/wadah tertutup.

PengemasanBenih dikemas menggunakan bahan pengemas kedap udara untuk meng-hambat masuknya uap air dari luar kemasan ke dalam benih. Kantungplastik benih yang bening atau buram (kapasitas 2 atau 5 kg) denganketebalan 0,08 mm satu lapis atau 0,05 mm dua lapis cukup baik digunakanuntuk mengemas benih kedelai hingga delapan bulan pada kondisi ruangsimpan alami (tanpa AC) dengan kadar air benih awal sekitar 9%. Kemasanyang telah berisi benih harus tertutup rapat. Caranya adalah, kemasan diikatmenggunakan tali plastik atau dipres dengan kawat nikelin panas. Kemasankantung plastik kedap udara besar (kapasitas 30-40 kg) juga baik digunakanuntuk penyimpanan benih kedelai. Selain itu, penggunaan kaleng/blekbertutup rapat dengan kapasitas 10-15 kg dapat juga digunakan untukmenyimpan benih kedelai.

Page 15: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

397Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

Penyimpanan

Benih dalam kemasan dapat disimpan di dalam ruangan beralas kayu ataupada rak-rak kayu, agar kemasan tidak bersinggungan langsung denganlantai/tanah. Benih dalam penyimpanan harus terhindar dari serangan tikusatau hewan pengganggu lain yang dapat merusak kemasan maupun benih.Menyimpan benih sebaiknya pada ruangan tersendiri (tidak bercampurdengan pupuk atau bahan-bahan lain yang menyebabkan ruangan menjadilembab). Dengan cara dan tahapan-tahapan tersebut, maka benih kedelaidengan daya tumbuh pada awal penyimpanan 95% dan kadar air padaawal penyimpanan sekitar 9% dapat dipertahankan hingga delapan bulandengan daya tumbuh lebih dari 80%.

Pengelolaan benih dalam rangka mempertahankan mutu fisiologis tidakdapat dilakukan secara parsial, melainkan harus secara menyeluruh dansistematis dengan menerapkan kaidah pengelolaan benih secara benar,mulai saat panen hingga penyimpanan. Tidak terdapat perbedaanpengelolaan pascapanen benih, baik untuk benih penjenis (BS), benih dasar(FS), benih pokok (SS) maupun benih sebar (ES) untuk mempertahankanmutu fisiologis. Benih kedelai termasuk benih yang cepat turun mutufisiologisnya setelah panen, maka tindakan secara cepat dan benar harusdilakukan. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah, mutu benih yangtinggi pada awal penyimpanan merupakan syarat penting bagi keberhasilanpengelolaan mutu fisiologis benih selama penyimpanan. Bagaimanapunidealnya kondisi penyimpanan, tidak dapat memperbaiki mutu benih sepertipada awal penyimpanan.

Sertifikasi dan Standar Mutu Benih

Beberapa terminologi perlu dipahami kaitannya dengan sertifikasi benih.Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat benih tanaman setelah melaluipemeriksaan, pengujian, pengawasan, dan memenuhi semua persyaratanyang berlaku. Sertifikat adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antarahasil kegiatan sertifikasi dengan persyaratan yang ditentukan. Standar mutubenih adalah spesifikasi teknis benih yang baku, mencakup mutu fisik,genetik, fisiologis, dan atau kesehatan benih. Benih bina adalah benih darivarietas unggul yang telah dilepas, yang produksi dan peredarannya diawasi.Label adalah keterangan tertulis yang diberikan pada benih atau benih yangsudah dikemas yang akan diedarkan dan memuat antara lain tempat asalbenih, jenis dan varietas tanaman, kelas benih, data hasil uji laboratorium,dan akhir masa edar benih (Hartono 2004).

Instansi penyelenggara sertifikasi benih kedelai adalah Balai PengawasanSertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH). Proses

Page 16: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

398 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

sertifikasi benih dapat diserahkan kepada produsen, sesuai dengan tingkatprofesionalisme dan kredibilitas mereka. Peran pemerintah terutama padapembinaan, pengendalian mutu eksternal, dan pengawasan peredaranbenih bina. Bagi perorangan, badan hukum, atau lembaga pemerintah yangakan melakukan sertifikasi mandiri harus mendapatkan sertifikat dariLembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) yang ditetapkan Menteri Pertaniandan telah mendapat akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional LembagaSertifikasi (Deptan 2006).

Terkait dengan sertifikasi benih, berdasarkan mutu genetik, fisik danfisiologis, benih kedelai terdiri atas empat kelas, yaitu:1. Benih penjenis (breeder seed) atau disingkat BS, diproduksi dan

dikendalikan langsung oleh pemulia (breeder) yang menemukan ataudiberi kewenangan untuk mengembangkan varietas tersebut. Saat inibenih penjenis dikelola oleh UPBS di Balai Penelitian Komoditas, untukkedelai di Balitkabi, Malang. Dalam sertifikasi, benih penjenis dicirikanoleh label berwarna kuning yang ditandatangani oleh pemulia danKepala Institusi penyelenggara pemuliaan tersebut (Badan LitbangPertanian 2007). Benih penjenis terutama digunakan sebagai benihsumber untuk produksi atau perbanyakan benih dasar (FS/BD).

2. Benih dasar (foundation seed/FS), disingkat BD, adalah benih sumberysng diproduksi oleh produsen benih (BBI, BPTP, BUMN/Swasta yangprofesional) dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BPSBatau Sistem Manajemen Mutu). Benih dasar merupakan benih sumberuntuk perbanyakan/produksi benih pokok (SS/BP). Benih dasar ditandaidengan label putih.

3. Benih pokok (stock seed/SS), disingkat BP, merupakan benih sumberyang diproduksi oleh produsen/penangkar benih di daerah danpengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BPSB atau SistemManajemen Mutu). Benih pokok ditandai dengan label ungu.

4. Benih Sebar (Extension Seed/ES), disingkat BR, merupakan keturunandari BP, yang diproduksi oleh produsen/penangkar dan pengendalianmutunya melalui sertifikasi benih (BPSB atau Sistem Manajemen Mutu).Benih sebar ditandai dengan label biru.

Untuk menghasilkan benih bermutu diperlukan sertifikasi yangmencakup tahap pemeliharaan di lapangan dan laboratorium. Standar mutubenih sesuai ketentuan dalam sertifikasi benih kedelai disajikan pada Tabel5 dan 6. Kriteria standar pengamatan kecambah untuk pengujian mutufisiologis (daya tumbuh) benih pada pengujian di laboratorium tertera padaTabel 7.

Page 17: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

399Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

Tabel 7. Kriteria standar pengamatan kecambah normal dan tidak normal pada ujiperkecambahan atau daya tumbuh benih.

Subyek Kriteria kecambah pada uji daya tumbuh benihPengamatan

Normal Tidak normal

Akar Akar primer atau satu set akar- Tidak ada akar primer/akar sekunder cukup kuat untuk sekunder yang tumbuh kuat/menambatkan bibit pada tanah. baik

Hipokotil Panjang atau pendek, tetapi tumbuh (a). Pecah dalam yang terbukabaik tanpa ada pecahan dalam yang memanjang masuk kemungkin disebabkan oleh jaringan dalam jaringan pengangkutpengangkut yang rusak. (b). Cacat, berkeriput dan

membengkak/busukKotiledon Satu kotiledon hilang, sedangkan Keduanya hilang dan bibit

bagian-bagian lainnya baik lemah sehingga tidak vigorusdan vigorus.

Epikotil Paling kurang ada satu daun primer (a). Tidak ada daun primer/atau satu tunas ujung yang sempurna. tunas ujung

(b). Ada 1 atau 2 daun primer,tetapi tak ada tunas ujung.

(c). Epikotil membusukpembusukan menyebardan bibit juga lemah

Sumber: ISTA 2003.

Tabel 5. Persyaratan standar lapang dalam produksi benih kedelai bersertifikat.

Saat ini Toleransi yang diberikanKelas Benih

CVL maks. (%) Isolasi jarak*) CVL maks. (%) Isolasi jarak*)

Benih dasar 0,1 8 m 0,2 3 mBenih pokok 0,2 8 m 0,5 3 mBenih sebar 0,5 8 m 1,0 3 m

CVL = Campuran varietas lain*) Isolasi jarak: jarak antarpetakan pertanaman produksi benih kedelai dengan

pertanaman kedelai (varietas lain).Sumber: Departemen Pertanian 2007.

Tabel 6. Persyaratan standar laboratorium dalam sertifikasi benih kedelai.

Benih Kotoran Kadar Daya Masa berlakuKelas benih murni benih CVL air tumbuh label

min. (%) maks. (%) maks. (%) maks. (%) min. (%) (bln)

Benih dasar 98,0 2,0 0,2 11,0 80,0 4-9Benih pokok 98,0 2,0 0,5 11,0 80,0 4-9Benih sebar 97,0 3,0 1,0 11,0 70,0 4-9

CVL = Campuran varietas lainSumber: Departemen Pertanian 2007.

Page 18: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

400 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

PENYEDIAAN INDUSTRI BENIH KEDELAI DI INDONESIA

Hingga saat ini, sebagian besar petani kedelai menggunakan benih hasilpanen musim sebelumnya, atau dari hasil panen sendiri, atau membeli benihke pedagang hasil bumi yang mendapatkan kedelai dari hasil panen diwilayah lain dari musim panen sebelumnya (sistem Jabalsim), sebagaimanajuga ditemui di negara-negara berkembang lain (Almekinders et al. 1994).Pedagang benih yang demikian biasanya melakukan pembersihan dansortasi benih agar kenampakan biji menjadi lebih baik. Hal tersebut dilakukanuntuk memperoleh tambahan keuntungan karena harga ‘benih’ dapat lebihtinggi daripada harga biji maupun calon benih tanpa dilakukan pembersihandan sortasi. Penggunaan benih kedelai oleh petani melalui cara-caratersebut diperkirakan mencapai lebih dari 90%, yang berarti penggunaanbenih kedelai bermutu (bersertifikat) kurang dari 10% (Baihaki 2002; Nugrahaet al. 1995).

Ditinjau dari sisi petani sebagai pengguna benih, cara memperoleh benihmelalui sistem Jabalsim merupakan cara termudah dan termurah. Selainitu, petani tidak menyangsikan mutu fisiologis (daya tumbuh) benih yangdiperoleh dengan cara tersebut karena merupakan benih baru (benih hasilpanen dari musim sebelumnya). Masalah yang sering ditemui adalah benihyang diperoleh melalui sistem Jabalsim memiliki campuran varietas lainyang cukup tinggi, bahkan jauh di atas persyaratan maksimal benih kedelaibersertifikat. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya pemasukan benihsumber ke dalam pola tanam dan belum adanya perhatian/pembinaan yangcukup dari pemerintah dalam menangani pengadaan benih kedelai melaluisistem Jabalsim (Harnowo dan Adie 1998).

Petani belum merasakan pentingnya sertifikasi benih dalam pengadaanbenih kedelai. Hal ini dinilai sebagai salah satu faktor penyebab penangkar/produsen dan industri benih kedelai sulit berkembang di Indonesia. Ditinjaudari aspek penggunaan dan pengembangan varietas unggul baru, Hidajatdan Partohardjono (2005) menyatakan bahwa dengan pola penyediaanbenih sistem Jabalsim, pendekatan pengembangan varietas spesifik bagimasing-masing agroekologi mudah dilaksanakan.

Penyediaan benih kedelai secara informal adalah melalui sistem JalurBenih Antarlapang dan Musim (Jabalsim). Jabalsim adalah suatu sistempengadaan dan penyaluran benih kedelai yang berlangsung secaratradisional dan merupakan suatu proses mengalirnya benih antardaerahatau jalinan dinamis berdasarkan azas saling keterkaitan dan ketergantungan,sehingga merupakan suatu sistem yang dapat memenuhi kebutuhan benihunggul bermutu di suatu daerah. Faktor pendorong terjadinya Jabalsimkedelai adalah: (a) benih kedelai mudah rusak dan cepat turun dayatumbuhnya, sehingga memerlukan cara penanganan yang cepat, tepat, dan

Page 19: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

401Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

teliti; (b) biji kedelai panenan baru, daya tumbuh dan vigornya tinggi; (c)hasil panen kedelai cenderung cepat dijual (kedelai sebagai cash crop; (d)petani merasa bangga bahwa desa/daerahnya sebagai penghasil benih bagidaerah lain untuk kelangsungan siklus usahatani kedelai; (e) harga benihterjangkau sehingga peminatnya banyak; (f) membuka kesempatan kerjabagi sekelompok masyarakat tertentu (tengkulak/ pedagang hasil bumi)yang sekaligus berjasa dalam pengadaan dan penyaluran benih antardesa/kecamatan/kabupaten secara tepat waktu; dan (g) agroekologi yangmemungkin-kan untuk produksi dan distribusi benih, yaitu tipologi lahandan iklim. Pola penyediaan benih secara Jabalsim disajikan pada Gambar 1.

Pola penyediaan benih kedelai seperti digambarkan di atas dapat terjadidi dalam satu desa, antardesa (dalam satu kecamatan), antarkecamatan(dalam satu kabupaten), antarkabupaten (dalam satu provinsi), dan bahkanantarprovinsi maupun antarpulau (Harnowo et al. 1994). Untuk kondisisekarang sistem Jabalsim untuk tanaman kedelai dinilai sesuai untukdikembangkan oleh penangkar benih lokal maupun perusahaan benihkomersial, karena:• benih kedelai tidak tahan disimpan, sehingga masalah yang sering timbul

akibat penyimpanan dapat diatasi;• benih kedelai tidak memiliki dormansi, sehingga semakin baru benih

makin bagus daya tumbuh dan vigornya;• prosesing dan penyimpanan benih menjadi lebih sederhana,

pengeringan cukup hingga kadar air + 13%, dan tidak diperlukan fasilitaspenyimpanan khusus;

• pengemasan menjadi lebih sederhana, tidak perlu wadah kedap udara;dan

• cita-cita penyediaan benih kedelai berdasarkan enam tepat mudahdicapai.Agar penyediaan benih sistem Jabalsim dapat berhasil dengan baik perlu

dipilih varietas-varietas yang cocok dengan tipe agroekologinya. VarietasWilis, Lokon, Raung, Kerinci, Tidar, dan Lompobatang cocok dikembangkanpada lahan sawah.

Gambar 1. Arus benih kedelai mengikuti Jabalsim.

TEGAL (MH I)

Nov-Feb

TEGAL(MH II)

Feb-Apr

SAWAH (MK I)

Apr-Juni

SAWAH (MK II)

Juli-Okt

TEGAL (MH I)

Nov-Feb

TEGAL(MH II)

Feb-Apr

SAWAH (MK I)

Apr-Juni

SAWAH (MK II)

Juli-Okt

Page 20: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

402 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Namun, pola penyediaan benih kedelai secara Jabalsim memilikikekurangan, antara lain: (a) asal usul benih tidak jelas, (b) mutu benihberagam dan tidak terkontrol, (c) penyediaan benih tidak dapat dipastikan,(c) peran pedagang sangat dominan, dan (d) teknis budi daya dan prosesingbenih seadanya (tidak optimal). Dengan demikian dapat dikatakan bahwakeberadaan penangkar benih adalah informal dan tidak berkembang. Tidakmenutup kemungkinan bahwa dalam penyediaan benih kedelai sistemJabalsim juga dapat dilakukan sertifikasi sistem mutu oleh BPSB, sehinggabenih dimaksud dapat diberi label biru. Keuntungan yang didapat denganpengembangan pola Jabalsim seperti ini adalah (a) benih dapat disalurkantepat varietas dengan mutu terjaga dan harga terjangkau, (b) benih yangberedar berlabel biru, yang berarti adanya peningkatan mutu benih danpertanaman, (c) jika usulan kebijakan ini dapat terealisasi, maka penyediaanbenih juga akan dilaksanakan tepat waktu, dan (d) sasaran swasembadakedelai lambat laun akan dapat dicapai karena sebagian besar pola Jabalsimmendominasi sistem pengadaan dan penyaluran benih kedelai di ma-syarakat.

Permasalahan utama yang dijumpai dalam pengembangan perbenihankedelai adalah:1. Sebagian varietas unggul yang dilepas belum sesuai dengan kebutuhan

spesifik lokasi.2. Kontinuitas ketersediaan Benih Sumber yang sesuai dalam hal varietas,

jumlah, waktu, dan lokasi yang sangat dibutuhkan untuk kelangsunganindustri benih belum terjamin. Hal ini antara lain disebabkan oleh masihrendahnya produksi benih di Balai Benih, sebagai institusi penghasilbenih sumber.

3. Kemampuan penyerapan pasar benih relatif masih terbatas. Hal iniantara lain disebabkan oleh:a. Budaya dan pengetahuan petani dalam penerapan teknologi

usahatani, khususnya dalam penggunaan benih, sangat beragam.b. Kebutuhan benih kedelai bersifat musiman dan dipengaruhi oleh

berbagai faktor, seperti iklim, organisme pengganggu tanaman, dayabeli petani, dan pasar benih.

c. Tanaman kedelai bersifat self-pollinated, sehingga sebagian petanimerasa mampu memproduksi benih sendiri tanpa kawatir akanterjadi pencampuran varietas akibat penyerbukan silang.

d. Benih bermutu kurang tersedia, kalaupun ada, benih yang tersediaseringkali kurang sesuai dengan yang dibutuhkan petani, terutamadalam hal varietas dan jumlah.

e. Industri benih kedelai memiliki karakteristik khusus, yakni berisikotinggi karena benih merupakan benda hidup dan benih kedelaisangat cepat turun mutu fisiologisnya (daya tumbuh dan vigor)

Page 21: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

403Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

setelah panen, terutama apabila penanganan pascapanennyakurang optimal.

f. Kebijakan pemerintah belum sepenuhnya kondusif yang dapatmendorong tumbuh dan berkembangnya peran sektor swastadalam pengembangan industri benih.

g. Petani selama ini sudah merasa puas dengan cara memperolehbenih melaui sistem Jabalsim karena dipandang cukup mudah,harga benih relatif murah, dan mutu benih dianggap cukup bagus.

h. Bagi penangkar/produsen benih, tidak ada jaminan bahwa benihyang diproduksi dapat terjual, apalagi belum ada/belum terealisasi-nya subsidi benih kedelai, sehingga penangkar/produsen harusmenanggung risiko kerugian akibat tidak terjualnya benih yang sudahdihasilkan.

Sistem Perbenihan vs Industri Benih

Sistem perbenihan dapat diartikan sebagai peraturan yang harus diikutidan program yang harus dilaksanakan untuk mencapai produksi dandistribusi benih dengan kualitas dan kuantitas yang direncanakan (Douglas1980). Dalam sistem perbenihantercakup peran semua subsistem, sepertipemuliaan tanaman, perusahaan benih (BUMN atau Swasta), pengawasmutu (BPSB), penangkar benih sebar, pengelolaan benih, dan pemasaranbenih. Douglas (1980) membagi perkembangan sistem perbenihan menjadiempat tahap, yaitu:Tahap I : Petani masih menggunakan benih sendiri, varietas, dan mutu

benih serta cara budidayanya tradisional.Tahap II : Beberapa petani menggunakan benih bermutu, mulai terdapat

pengusaha benih secara komersial, varietas unggul mulaimenggantikan varietas lokal.

Tahap III : Beberapa komponen sistem perbenihan telah dilaksanakan,penyediaan benih bermutu hampir cukup, varietas ungguldengan cepat mengganti varietas lokal, tetapi petani belumsemuanya menggunakan benih bermutu. Tingkat penggantianbenih per musim tanam atau seed replacement rate berkisarantara 30-60%, sedang sisanya masih dipenuhi oleh benih yangdiperoleh dari hasil panen petani sendiri (saved seeds).

Tahap IV : Pada tahap ini sistem perbenihan sudah sangat maju dan ber-jalan lancar. Peraturan perbenihan telah dijalankan, kebijakandalam perbenihan jelas dan umumnya mendukung per-kembangan produksi dan pemasaran benih secara komersial.Pada tahap IV ini usahatani bersifat komersial penuh, budi dayamenerapkan teknik maju yang baku, dan terdapat deferensiasifungsi komponen usahatani.

Page 22: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

404 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Hubungan antara tahap pekembangan perbenihan dengan tingkatusahatani petani secara ringkas disajikan pada Tabel 8. Hubungan antaratahap perkembangan perbenihan dengan tingkat usahatani adalah bersifattimbal-balik, bukan yang satu menentukan yang lain. Tingkat industri benihyang ada pada suatu periode tertentu sangat berkaitan dengan statusteknologi usahatani pada periode tersebut.

Berdasarkan tahapan tersebut, Sumarno (1998) memprediksi bahwasistem perbenihan kedelai di Indonesia baru mencapai pada Tahap II.Namun demikian, pada saat ini sistem perbenihan kedelai nampak adanyatanda-tanda mengarah ke Tahap III. Penyebab lambatnya perkembanganperbenihan kedelai antara lain adalah (Sumarno 1998):

1. Usahatani kedelai bersifat sampingan, bukan utama, sehingga petanibelum memikirkan penggunaan benih bermutu sebagai komponenutama.

2. Usahatani pada setiap petani skalanya sempit, tersebar dalam areal yangterpencar, musim tanam terbagi dan tidak serempak sehingga tidakkondusif untuk pasar industri benih kedelai.

3. Musim tanam kedelai, utamanya MH I (awal musim hujan) berbarengandengan ’musim paceklik’, petani tidak memiliki modal untuk membelibenih kedelai, sehingga lebih suka menggunakan benih sendiri.

4. Benih kedelai yang diproduksi oleh pengusaha benih formal dinilai mahaloleh petani.

Tabel 8. Hubungan antara tingkat perkembangan sistem perbenihan dengan kemajuanusahatani.

Tahap sistem Industri benih Tingkat Budi daya Penggunaanperbenihan1) nasional usahatani tanamam benih

Tahap I Belum ada Tradisional, Tradisional, Asal petanisubsisten seadanya

Tahap II Permulaan, Agak maju, Agak maju, Sebagian kecil prakomersial mulai menerap- petani

kan komponen menggunakanteknologi benih bermutu

Tahap III Tumbuh, Semi komersial/ Maju, menerap- 20-30% benihjumlahnya komersial kan paket yang ditanamagak banyak teknologi bermutu

Tahap IV Berkembang Komersial/ Teknologi maju, 70-100% benihmaju, banyak agribisnis optimasi input berupa benih

bermutu

1) Sistem perbenihan yaitu pelaksanaan produksi dan distribusi benih, serta pelaksanaanperaturan perbenihan yang berlaku.

Sumber: Sumarno 1998.

Page 23: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

405Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

5. Jaminan mutu benih bersertifikat dalam hal daya tumbuh, vigor,kemurnian, dan kesehatan benih belum dapat meyakinkan petani.Upaya untuk mengatasi masalah tersebut agar sistem perbenihan

kedelai dapat berkembang pada prinsipnya adalah penumbuhan usahaperbenihan perlu menyesuaikan dengan perkembangan usahatani kedelai.Strategi yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut (Sumarno 1998):

a. Mendorong terbentuknya penangkar benih informal di sentra produksikedelai.

b. Memberdayakan kelompok tani di sentra produksi kedelai melaluipelatihan, magang, dan sekolah lapang teknis produksi kedelai.

c. Mendorong salah satu anggota kelompok tani di sentra produksi kedelaimenjadi penangkar benih, pada tahap awal menyediakan benih untukkelompoknya, selanjutnya berkembang untuk petani lain di wilayahnya.

d. Membimbing penangkar benih informal untuk menjadi perusahaanbenih formal skala kecil, berbasis modal anggota kelompok ataukoperasi.

e. Menjadikan perusahaan benih formal kecil di sentra produksi kedelaisebagai kekuatan sistem perbenihan kedelai nasional.

f. Membentuk Asosiasi Perusahaan Benih dan mengusahakan kemitraanantara perusahaan benih berskala kecil dengan berskala besar sepertiPT Sang Hyang Seri, PT Pertani, PT Pioneer, dan sebagainya.

g. Menjadikan usaha perbenihan sebagai bagian integral dari agribisnis dipedesaan.Apabila tahapan perkembangan sistem perbenihan sudah mencapai

Tahap III, pengadaan benih kedelai yang dekat dengan petani dan memenuhipersyaratan enam tepat akan dapat dicapai.

Pengendalian Mutu Benih secara Internal dalamIndustri Benih

Pentingnya Pengendalian Mutu Benih secara Internal

Guna menjamin terpenuhinya penyediaan benih bermutu dari varietasunggul, maka sistem perbenihan yang tangguh perlu dibangun. Sistemdimaksud meliputi subsistem makro dan subsistem mikro. Subsistem makrolebih bersifat managerial dan kebijakan, sedangkan subsistem mikro lebihbersifat teknis produksi benih di lapang, penanganan benih setelah panen,penyimpanan dan pemasaran benih. Sebuah industri benih merupakangambaran dari subsistem mikro dalam sistem perbenihan, yang di dalamnyaterdapat unsur pengawasan (pengendalian) mutu secara spesifik, yakni

Page 24: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

406 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

pengawasan mutu benih internal (internal seed quality control). Untukmenjamin dihasilkannya benih bermutu tinggi (mutu genetik, fisik, danfisiologis), maka unsur pengawasansecara internal menempati posisi sentraldalam industri benih, baik dalam industri benih BS (breeder seeds), FS(foundation seeds), SS (stock seeds) maupun ES (extension seeds).

Penggunaan istilah ‘industri benih’ sebagai pengganti istilah yang umumdigunakan yakni ‘perbanyakan benih’ pada tulisan ini semata-matadimaksudkan untuk lebih memberi bobot yang lebih besar bahwa usahaproduksi BS dari NS (nucleous seed), FS dari BS, SS dari FS maupun ES dariSS atau dari FS, bukan semata-mata memperbanyak benih kelas tertentudari kelas di atasnya, melainkan merupakan industri benih yang utuh, yangdi dalamnya harus ada unsur/unit pengawasan mutu benih internal. Unit/divisi pengawasan tersebut seharusnya berkontribusi dan bahkan ikutbertanggung jawab dalam menghasilkan benih bermutu tinggi.

Aspek Pengendalian Mutu Benih

Sistem pengadaan benih bermutu dan tahapan-tahapan dalam pengendali-an mutu benih secara internal disajikan pada Gambar 2. Sesuai denganaspek mutu genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologis, maka pengendalian

Gambar 2. Komponen dalam sistem pengadaan benih bermutu dan mekanismepengendalian mutu benih secara internal dalam industri benih.

Program pemuliaan tanaman(breeder/pemulia)

Pelepasan varietas(benih penjenis/BS)

Produksi benih

Panen

Prosesing (perontokan, pengeringan, sortasi)

Penyimpanan

Distribusi

Pengguna

Program pemuliaan tanaman(breeder/pemulia)

Pelepasan varietas(benih penjenis/BS)

Produksi benih

Panen

Prosesing (perontokan, pengeringan, sortasi)

Penyimpanan

Distribusi

Pengguna

Page 25: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

407Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

mutu benih internal harus mencakup ketiga aspek mutu tersebut.Pengendalian mutu benih yang menyangkut aspek genetik perlu dilakukansebelum benih ditanam, yakni menyangkut pengecekan terhadap legalitasdan kepastian genetik benih sumber yang akan diperbanyak, sejak per-tanaman calon benih berada di lapang hingga prosesing benih (pembuangancampuran varietas lain). Kegiatan ini lebih banyak menjadi tanggung jawabpemulia tanaman, karena itu tidak banyak dibahas pada makalah ini.

Untuk menghasilkan benih dengan mutu fisik yang tinggi (sesuaipersyaratan) dapat dilakukan dengan cara prosesing benih secara cermat,yakni membersihkan benih dari benda-benda selain tanaman utama. Tigasyarat yang diperlukan adalah waktu, tenaga, dan peralatan. Denganterpenuhinya ketiga persyaratan tersebut, maka upaya menghasilkan benihdengan mutu fisik yang tinggi akan dapat dicapai.

Aspek pengendalian mutu benih internal yang tidak kalah pentingnyaadalah pengendalian mutu fisiologis benih. Kalau pada pengendalian mutugenetik dan mutu fisik nampak jelas tanaman atau benih-benih off type danbenda selain benih, maka pada pengendalian mutu fisiologis sasaranpengendalian tidak nampak, kecuali melalui pengujian. Pengendalian yangkeliru pada suatu proses pengadaan benih tidak dapat diperbaiki padaproses berikutnya, sebab menyangkut proses deteriorasi dan kehidupanbenih yang menjadi penciri utama dari produk industri benih, yakni viabilitasbenih. Benih sebagai komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dariindustri benih pada hakikatnya adalah produk mutu. Para pengguna benihlebih percaya risiko dari penggunaan benih dengan mutu fisiologis rendah(misalnya daya tumbuh < 80%) akan jauh lebih besar daripada benih dengantingkat kemurnian varietas (mutu genetik 100%). Artinya, tanpa mengurangiarti pentingnya mutu genetik dan fisik benih, pengguna benih bersediamembayar lebih mahal terhadap benih yang bermutu fisiologis tinggi.

Seperti halnya pada pengendalian mutu genetik, pengendalian mutufisiologis pada dasarnya dimulai sejak benih sebelum ditanam (menyangkutaspek kesehatan benih), misalnya adanya penyakit virus atau penyakit lainyang bersifat seed born diseases, hingga panen dan distribusinya ke peng-guna. Pada tahapan produksi di lapang pada pertanaman perbanyakan/produksi benih, aspek pengendalian mutu fisiologis menyangkut penyediaanunsur hara yang cukup, pengairan, pengendalian hama/penyakit dan gulma.Pada prinsipnya adalah mengupayakan agar proses perkembangan benihberjalan normal sehingga tidak ada gangguan terhadap proses per-kembangan mutu benih atau seed quality development. Menjelang panen,perlu ditentukan saat panen yang ideal/optimal yang dapat menghasilkanvigor benih maksimal pada saat panen. Aspek ini merupakan modal dasardalam menghasilkan benih yang tahan lama disimpan. Pengawasan mutupada tahap prosesing menyangkut penentuan cara panen, pengeringan

Page 26: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

408 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

dan perontokan brangkasan, sortasi dan pengeringan benih. Kekurang-tepatan penanganan benih pada tahap ini akan berakibat rendahnya mutufisiologis sebelum benih memasuki periode penyimpanan dalam gudangatau selama distribusi. Dalam kaitan ini perlu diingat salah satu kaidah dalampenyimpanan benih, yakni penyimpanan tidak dapat memperbaiki mutubenih seperti sebelum disimpan. Dengan kata lain, penyimpanan tidak akanbanyak berarti apabila pada awal penyimpanan mutu benih (terutama vigor)sudah rendah. Hal tersebut menegaskan arti pentingnya pengawasan mutufisiologis benih selama penanganan pascapanen, utamanya selamaprosesing benih.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan mutu benih pada tahappenyimpanan dalam gudang adalah kadar air benih sebelum disimpan,bahan pengemas, cara, dan kondisi ruang penyimpanan. Secara ringkas,benih siap disimpan apabila kadar airnya berkisar antara 9-10% dan benihdalam kondisi tidak panas. Pada industri benih atau produsen benih, bahanpengemas dianggap baik apabila berupa kantung plastik dengan ketebalan0,05-0,08 mm. Produsen benih perlu melengkapi ruang simpan benihdengan peralatan pendingin (AC) suhu dan kelembaban ruang simpanharus stabil (suhu 18-200C dan kelembaban tidak lebih dari 60%).

Untuk mengevaluasi proses penanganan benih yang mungkin kurangtepat, yang tercermin dari hasil pengujian mutu yang kurang memenuhisyarat, maka petugas yang langsung menangani setiap proses produksibenih, mulai benih ditanam hingga didistribusikan kepada pengguna,menjalankan prinsip pelaksanaan manajemen mutu, yakni mencatat apayang dikerjakan dan mengerjakan apa yang tertulis dalam pedoman yangtelah ditentukan memegang peranan penting. Hal tersebut juga sangatpenting artinya untuk mengevaluasi efektivitas fungsi pengawasan mutubenih secara internal. Pengawasan atau pengendalian mutu benih internalyang efektif dalam industri benih akan menjamin kepuasan pelanggan(pengguna benih) sebagai tujuan akhir dari produk industri benih, yaknibenih dengan kualitas prima.

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap efektifnya fungsi pengawaanbenih internal. Akan tetapi, secara teknis, pihak-pihak yang terlibat dalampengawasan mutu minimal memahami betul faktor-faktor yang dapatmempengaruhi mutu benih.

Mekanisme dalam Pengendalian Mutu Benihsecara Internal

Pada dasarnya mekanisme pengendalian mutu benih internal dalam industribenih adalah pelaksanaan pengendalian mutu yang berawal dari program

Page 27: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

409Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

penelitian tanaman, terutama tentang pencapaian target keunggulanvarietas yang dilepas dan pengembangannya melalui perbanyakan benihawal hingga keseluruhan proses produksi, pengeringan, prosesing, dandistribusi. Secara ringkas mekanisme dan tahapan kegiatan pengendalianmutu benih adalah sebagai berikut:

• Pada tahapan produksi: pemupukan secara tepat dan berimbang,penyediaan air irigasi secara mencukupi, penerapan isolasi jarak sesuaianjuran, rouging secara benar dan tepat waktu, panen pada saat yangtepat dan dengan cara yang benar.

• Pada tahap pengeringan: penggunaan cara/metode dan lama pe-ngeringan secara tepat.

• Pada tahap prosesing/penanganan pascapanen: perhatian yang lebihdiberikan kepada upaya peningkatan persentase benih murni (pe-ningkatan kemurnian varietas), menghindari bahan-bahan campuran/kotoran benih, meminimalisasi kerusakan benih, memberikan per-lakuan benih seed treatment (bila perlu), dan menyimpan benih dalamkemasan/wadah yang baik dengan kadar air benih yang aman untukpenyimpanan.

• Pada tahap penyimpanan: pengaturan lot-lot benih secara benar dalamruang penyimpanan untuk memudahkan pencarian lot benih tertentu,monitoring kondisi ruang penyimpanan untuk menghindari penurunanmutu fisiologis dan kerusakan benih.

• Pada tahap distribusi: berhati-hati selama transportasi benih untukmenghindari kerusakan fisik maupun naiknya temperatur dankelembaban benih, menghindari kontaminasi dan menjaga identitaslot benih hingga benih dijual.Menjaga kualitas benih agar tetap tinggi melalui keseluruhan tahapan

tersebut memerlukan pengetahuan/pemahaman tentang apa, kapan, danbagaimana cara mengerjakannya. Hal yang lebih penting lagi adalah dedikasiyang tinggi para pelaksana (staf) dalam sebuah industri benih untukmencapai mutu benih yang tinggi. Berjalannya mekanisme pengawasanmutu benih internal secara baik dan benar akan menjamin pelaksanaanprogram sertifikasi benih dan pemberlakuan peraturan perbenihan secaraefektif. Pada perusahaan benih yang besar, tenaga ahli di bidang pe-ngendalian mutu benih akan berbuat sesuatu sehingga ia yakin bahwa padasetiap dan keseluruhan tahapan proses pengadaan benih, mulai produksidi lapangan hingga distribusinya, keseluruhan langkah/prosedur teknismaupun administratif dilaksanakan secara benar dan tepat waktu. Padaperusahaan benih yang kecil, manager biasanya bertanggung jawab ataskeseluruhan tahapan dalam pengendalian mutu benih.

Page 28: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

410 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Pada industri benih kacang-kacangan (utamanya kedelai), pelaksanaantahapan-tahapan produksi hingga penanganan pascapanen benih secaratepat dan benar berpengaruh terhadap pencapaian benih bermutu tinggi.Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik benih kedelai itu sendiri yangmudah rusak akibat deteriorasi. Kecepatan dan ketepatan langkah/tindakandalam penanganan pascapanen merupakan hal yang sangat penting, sebabakan berdampak besar terhadap pemeliharaan mutu (terutama mutufisiologis) benih selama penyimpanan (Harnowo 2005). Oleh karena itu,tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa divisi pengendalian mutu benihsecara internal dalam industri benih kedelai menempati posisi sangat sentral.Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan tenaga ahli dengan pe-ngetahuan yang memadai tentang pengelolaan benih dan memilikiperhatian tinggi terhadap mutu benih.

Untuk efektivitas pelaksanaan pengendalian mutu benih secara internal,prosedur operasional baku (Standard Operational Procedure/SOP) untukpelaksanaan produksi benih berkualitas harus ada dan dilaksanakan secarakonsekuen. Hal ini berkaitan dengan upaya ke arah Praktek Bertani SecaraBenar (Good Agriculture Practices/GAP), meskipun untuk tanaman panganbelum merupakan keharusan (Sumarno 2006).

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGANINDUSTRI BENIH KEDELAI

Arah dan strategi sistem perbenihan tanaman nasional telah disusun (Deptan2006). Kebijakan dan strategi pengembangan perbenihan (industri benih)tanaman pangan (termasuk kedelai) di Indonesia juga telah disusun (DitjenTanaman Pangan 2005) dengan mengacu kepada peraturan perundanganyang berlaku (Undang-undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem BudidayaTanaman, PP No. 44 tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman Pangan, danKeputusan Menteri Pertanian di bidang perbenihan tanaman pangan). Hal-hal yang menyangkut kebijakan dan strategi pengembangan industri benihkedelai di Indonesia dijelaskan di bawah ini.

Kebijakan Pengembangan Industri Benih Kedelai

Pada dasarnya kebijakan pemerintah di bidang perbenihan tanaman pangandiarahkan untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor swastadalam usaha perbenihan. Hal tersebut berimplikasi bahwa pengadaanbenih atau industri benih pada dasarnya diserahkan kepada masyarakatdan swasta, sedangkan pemerintah berperan memberikan pembinaan.Kebijakan tersebut meliputi:

Page 29: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

411Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

a. Pemerintah senantiasa berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagitumbuh dan berkembangnya peran sektor swasta.

b. Setiap industri/produsen benih diberikan peluang yang sama untukbersaing secara sehat dalam melayani kebutuhan petani.

c. Pengguna atau petani bebas menetapkan pilihannya dalam mengguna-kan benih berlabel, sepanjang benih yang dikembangkan tidakmerugikan masyarakat, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.

d. Benih yang diperdagangkan harus senantiasa memenuhi persyaratan(UU, Peraturan Pemerintah, dan Keputusan Menteri),

e. Plasma nutfah untuk pemuliaan tanaman dapat berasal dari dalammaupun luar negeri.

Strategi Pengembangan Industri Benih

Strategi pengembangan perbenihan tanaman pangan (termasuk kedelai)ditempuh melalui lima pendekatan, yakni: (a) pemantapan sistem per-benihan, (b) pengembangan usaha agribisnis perbenihan, (c) pemantapankelembagaan perbenihan, (d) pengembangan potensi pasar, dan (e)penumbuhan kemitraan.

Pemantapan Sistem Perbenihan

Pemantapan dilakukan terhadap empat subsistem perbenihan, meliputi:

• Subsistem penelitian, pemuliaan dan pelepasan varietas. Kegiatanpenelitian dan pemuliaan varietas dilakukan oleh pemerintah (BadanLitbang Pertanian dan Perguruan Tinggi) dan swasta, dan pelepasannyasebagai varietas unggul nasional (VUN) merupakan kewenanganPemerintah. Dalam jangka pendek, industri benih swasta yang belummampu menyelenggarakan kegiatan penelitian/pemuliaan didoronguntuk bermitra dengan Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi.Pendidikan dan Pelatihan dalam basic research serta Breeding Programdifasilitasi oleh Pemerintah.

• Subsistem produksi dan distribusi. Dalam sistem produksi, benihsumber yang dihasilkan oleh pemerintah (Balai Benih) dapat dimanfaat-kan sebaik-baiknya oleh industri benih swasta/penangkar benih. Agarketersediaan benih sumber dapat memenuhi kebutuhan sektor swasta,baik jumlah, varietas, waktu dan lokasi, pemerintah akan terus berupayamemantapkan kelembagaan Balai Benih. Dalam jangka panjang industribenih swasta akan didorong pengembangannya agar mampumemenuhi kebutuhannya sendiri akan benih sumber. Dalam aspekdistribusi, industri benih swasta dapat menjalin kemitraan denganperusahaan pengolah produk maupun dengan pengguna benih lainnya.

Page 30: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

412 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

• Subsistem pengawasan mutu dan sertifikasi benih. Agar benih yangdihasilkan senantiasa memenuhi standar mutu dan ketentuan yangberlaku, maka dalam proses produksi benih dilakukan sertifikasi olehpemerintah (BPSB-TPH). Agar proses sertifikasi dapat berlangsung secaraoptimal, maka industri/produsen benih harus menjalin komunikasi dankoordinasi yang optimal dengan BPSB. Pemerintah juga telah mem-bentuk Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) yang berfungsimelakukan sertifikasi sistem mutu kepada pelaku agribisnis/produsenbenih. Produsen benih yang memenuhi persyaratan akan dapat sertifikatmandiri dalam proses produksi benih.

• Subsistem penunjang (peraturan perundangan, sumber dayamanusia, dan sarana/prasarana). Dalam rangka menjadikan industribenih berkembang di negeri sendiri dan bahkan dapat menjangkaupasar luar negeri, perlu terus-menerus dilakukan perbaikan dan pe-nyempurnaan peraturan perundangan, peningkatan pengetahuan danketerampilan di bidang R/D (Research and Development), produksi,distribusi, peningkatan mutu, dan mengupayakan kelengkapan saranadan prasarana kelembagaan perbenihan.

Pengembangan Usaha Agribisnis Perbenihan

Mendorong dan memberikan peluang yang seluas-luasnya kepada sektorswasta untuk berperan dalam perbenihan baik pada kegiatan di hulu(penciptaan varietas), kegiatan produksi benih sumber, kegiatan produksibenih sebar maupun pada kegiatan di hilir (distribusi/pemasaran).

Pemantapan Kelembagaan Perbenihan

Kelembagaan Badan Benih Nasional (BBN), Balai Benih (BBI, BBU dan BBP),Balai Pengawasan, dan Sertifikasi Benih (BPSB), dan Lembaga SertifikasiSistem Mutu (LSSM) terus didorong untuk dapat berfungsi secara optimaldalam mendukung pengembangan tanaman pangan (termasuk kedelai).Oleh karena itu, akan terus dilakukan evaluasi dan penyesuaian, baik dalamstruktur organisasi maupun mekanisme kerja.

Pengembangan Potensi Pasar

Penyerapan/penggunaan benih bermutu terus ditingkatkan melalui kegiatanpenyuluhan, antara lain melalui sosialisasi penggunaan benih bermutu darivarietas unggul, terutama pada daerah-daerah yang tingkat penggunaanbenih berlabelnya masih rendah agar dapat mendorong berkembangnyaindustri benih. Peran mantri tani kecamatan, PPL, pengamat hama, danpengawas benih sangat besar dalam penyuluhan perbenihan ini.

Page 31: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

413Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

Penumbuhan Kemitraan

Untuk meningkatkan produksi dan distribusi benih, terus didorong kerjasama yang saling menguntungkan antara kelompok penangkar denganindustri/produsen benih melalui pola kemitraan. Gambar 3 menyajikanmekanisme kemitraan yang banyak diterapkan dalam produksi dandistribusi benih padi dan jagung oleh industri/perusahaan benih dengankelompok penangkar benih, yang di masa-masa mendatang diharapkandapat diterapkan untuk benih kedelai melalui sistem penangkaran benihberbasis komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Almekinders, C.J.M., N.P. Louwaars, and G.H. de Bruijn. 1994. Local seedsystems and their importance for an improved seed supply indeveloping countries. Euphytica 78: 207-216.

Badan Litbang Pertanian, Deptan. 2007. Pedoman umum produksi benihsumber kedelai. 29p.

Baehaki, A. 2002. Review pemuliaan tanaman dalam industri perbenihan diIndonesia. p. 1-6. Dalam: E. Murniati et al. (Eds.). Industri Benih diIndonesia: Aspek Penunjang Pengembangan. Laboratorium Ilmu danTeknologi Benih, BDP-Faperta IPB, Bogor.

Gambar 3. Skema mekanisme kemitraan dalam mengembangkan industri benih tanamanpangan, termasuk kedelai (Dirjen Tanaman Pangan 2005).

IPCA1

SUPLIER PUPUK DAN PESTISIDA

• Benih Sumber/ Materi Induk

• Bimbingan Teknis

INDUSTRI/ PERUSAHAAN

BENIH

KELOMPOK PENANGKAR

BENIH

PASAR/ KELOMPOK

TANI

BANK/LEMBAGA KEUANGAN

BENIH BERLABEL

CALON BENIH

SAPRODI

SAPRODI

IPCA1

SUPLIER PUPUK DAN PESTISIDA

• Benih Sumber/ Materi Induk

• Bimbingan Teknis

INDUSTRI/ PERUSAHAAN

BENIH

INDUSTRI/ PERUSAHAAN

BENIH

KELOMPOK PENANGKAR

BENIH

KELOMPOK PENANGKAR

BENIH

PASAR/ KELOMPOK

TANI

BANK/LEMBAGA KEUANGAN

BENIH BERLABEL

CALON BENIH

SAPRODI

SAPRODI

Page 32: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

414 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Douglas, J.E. 1980. Succesful Seed Programs: A Planning and ManagementGuide. Westview Press. Inc. USA. 302p.

Deptan. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai.Departemen Pertanian RI. 45p.

Deptan. 2006. Arah dan Strategi Sistem Perbenihan Tanaman Nasional.Departemen Pertanian. Jakarta. 53p.

Deptan. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/SP.120/3/2007tentang Pedoman Produksi Benih Kedelai.

Direktorat Budi Daya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2006. Programbangkit kedelai menuju swasembada tahun 2006-2010.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2005. Kebijakan perbenihan tanamanpangan. p. 1-17. Dalam: E. Murniati dan T. Budiarti (Eds.). ProsidingSeminar Nasional Peran Perbenihan dalam Revitalisasi Pertanian.Bogor, 23 Nopember 2005.

Direktorat Perbenihan Dirjentan. 2006. Program pengembangan perbenihantanaman pangan tahun 2007.

Harnowo, D. dan M. M. Adie. 1998. Teknologi pengolahan dan penyimpananbenih kedelai. p. 80-93. Dalam: Roesmiyanto et al. (Eds.). ProsidingLokakarya Sistem Produksi dan Peningkatan Mutu Benih Kedelai diJawa Timur.

Harnowo, D., N. Saleh, Marwoto, A. Harsono, dan Purwanto. 1994. Perakitansistem produksi benih kedelai di lahan sawah dan lahan tegal. p. 1-17.Dalam: Dahlan, A. Kasno, N. Saleh dan A. Winarto (Eds.). Teknologiuntuk Menunjang Peningkatan Produksi Tanaman Pangan. BalittanMalang.

Harnowo, D. 2005. Jabal system: performance and its potential for soybeanseed provision and agribusiness. Makalah pada Seminar NasionalTeknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan IndustriBerbasis Pertanian. Bogor, 7-8 September 2005. 13 p.

Hartono, S.Y. 2004. Pedoman sertifikasi benih padi dan pelabelan benih padiberlabel merah jambu. Makalah pada Pelatihan Benih Dasar di Balitpa,Sukamandi, 28 Juni-1 Juli 2004. 21p.

ISTA. 2003. Rules for seed testing. International Seed Testing Association.Zurich, Swiszerland.

Hidajat, J.R. dan S. Partohardjono. 2005. Pemilihan varietas adaptif danpenyediaan benih bermutu untuk perluasan areal kedelai. p. 83-95.Dalam: Partohardjono, S. et al. (Eds.). Analisis dan Opsi KebijakanPenelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Monograf No. 22005. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.

Page 33: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelaibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · Subsistem Pengendalian Mutu Sertifikasi benih merupakan mekanisme

415Harnowo et al.: Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai

Nugraha, U.S., H. Smalders, and N. Saleh. 1995. Seed quality of secunderyfood crops in Indonesia. Paper at the Workshop on Integrated SeedSystems for Low-Input Agriculture, 24-27 October 1995 RILET Malang,Indonesia. 23 p.

PT Sang Hyang Seri Cabang Jawa Timur dan Bali. 1998. Sistem produksibenih kedelai secara formal oleh perusahaan benih. ProsidingLokakarya Sistem Produksi dan Peningkatan Mutu Benih Kedelai diJawa Timur. JICA-BPTP Jawa Timur-Diperta Tanaman Pangan danHortikultura Jawa Timur. Bedali, Malang. p. 34-41.

Sadjad, S. 2006. benih yang membawa dan dibawa perubahan. IPB Press.bogor. 240 p.

Sumarno. 1997. Tinjauan sekilas usahatani kedelai di USA. Makalah padaSeminar Intern Balitkabi, 27 Maret 1997. 8 p.

Sumarno. 2006. Good agriculture practices: perlukah diterapkan pada sistemproduksi tanaman pangan?. Dalam: Wijono, A. et al. (Eds.). RisalahSeminar 2005 Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. p. 1-18.

Sumarno. 1998. Penyediaan benih berdasarkan adaptasi varietas kedelaipada agroklimatologi spesifik. Prosiding Lokakarya Sistem Produksidan Peningkatan Mutu Benih Kedelai di Jawa Timur. JICA-BPTP JawaTimur-Diperta Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur. Bedali-Malang. p. 1-12.

Susilo, S.E. 2006. Menanti kebijakan yang lebih progresif. p. 14-27. Agrotek,edisi Januari-Pebruari 2006.

Sutrisno, O., G. Kustiono, dan I. Sumono. 1997. Manfaat penggunaan benihbermutu tinggi dalam budi daya kedelai. Buletin Teknologi danInformasi Pertanian 2:19-23.

Suyamto. 2006. Arah kebijakan sistem perbenihan nasional Agrotek, edisiJanuari- Februari 2006. p. 14-27.