PROSES PERENCANAAN PEMASARAN

39
111 4. Proses Perencanaan Pemasaran Sebagian besar lembaga pendidikan pertama kali mengakui nilai dari perencanaan formal ketika mereka menghadapi penurunan yang serius dalam jumlah siswa dan penghasilan, atau mendapati bahwa program penerimaan mahasiswa baru atau program pengembangan mereka telah dikelola dengan buruk dan tidak berhasil. Pertama-tama para administrator mungkin berharap situasi tersebut merupakan suatu keluarbiasaan yang akan pulih sendiri pada waktunya tanpa perlu mengadakan tindakan. Ketika mereka menyadari besarnya situasi tersebut, mereka mulai menyelidiki cara-cara untuk memonitor permasalahan-permasalahan dan mengembangkan rencana-rencana untuk menghadapinya. Mengenali adanya kebutuhan perencanaan hanyalah langkah pertama. Perencanaan pemasaran mengandalkan pada ketrampilan-ketrampilan yang mungkin agak baru bagi para administrator yang ahli dalam mengelola secara sukses operasi setiap harinya dan telah tidak terlibat dalam perencanaan. Banyak lembaga telah merekrut ahli-ahli perencanaan untuk mengarahkan proses perencanaan tersebut dan membantu para administrator dalam perencanaan. Dalam bab ini, kami menampilkan dan mengilustrasikan langkah-langkah dalam proses perencanaan pemasaran pada tingkat strategis dan tingkat taktis. Dengan perencanaan pemasaran strategis, kami menunjukkan perencanaan pada arah keseluruhan dari suatu lembaga untuk merespon pasar-pasar dan peluang- peluangnya. Dengan perencanaan pemasaran taktis, kami merujuk ke pemasaran pada langkah-langkah tindakan spesifik yang dibutuhkan untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang pemasaran yang terdentifikasi melalui perencanaan strategis. Proses perencanaan pemasaran terdiri dari enam komponen, masing-masing komponen dibahas secara mendalam dalam bab berikutnya. Dalam bab ini, kami menghadapi pertanyaan-pertanyaan mengenai pemasaran berikut ini.

description

Proses Perencanaan Pemasaran

Transcript of PROSES PERENCANAAN PEMASARAN

  • 111

    4. Proses Perencanaan Pemasaran

    Sebagian besar lembaga pendidikan pertama kali mengakui nilai dari

    perencanaan formal ketika mereka menghadapi penurunan yang serius dalam jumlah

    siswa dan penghasilan, atau mendapati bahwa program penerimaan mahasiswa baru

    atau program pengembangan mereka telah dikelola dengan buruk dan tidak berhasil.

    Pertama-tama para administrator mungkin berharap situasi tersebut merupakan suatu

    keluarbiasaan yang akan pulih sendiri pada waktunya tanpa perlu mengadakan

    tindakan. Ketika mereka menyadari besarnya situasi tersebut, mereka mulai

    menyelidiki cara-cara untuk memonitor permasalahan-permasalahan dan

    mengembangkan rencana-rencana untuk menghadapinya.

    Mengenali adanya kebutuhan perencanaan hanyalah langkah pertama.

    Perencanaan pemasaran mengandalkan pada ketrampilan-ketrampilan yang mungkin

    agak baru bagi para administrator yang ahli dalam mengelola secara sukses operasi

    setiap harinya dan telah tidak terlibat dalam perencanaan. Banyak lembaga telah

    merekrut ahli-ahli perencanaan untuk mengarahkan proses perencanaan tersebut dan

    membantu para administrator dalam perencanaan.

    Dalam bab ini, kami menampilkan dan mengilustrasikan langkah-langkah

    dalam proses perencanaan pemasaran pada tingkat strategis dan tingkat taktis.

    Dengan perencanaan pemasaran strategis, kami menunjukkan perencanaan pada

    arah keseluruhan dari suatu lembaga untuk merespon pasar-pasar dan peluang-

    peluangnya. Dengan perencanaan pemasaran taktis, kami merujuk ke pemasaran

    pada langkah-langkah tindakan spesifik yang dibutuhkan untuk mengambil

    keuntungan dari peluang-peluang pemasaran yang terdentifikasi melalui perencanaan

    strategis.

    Proses perencanaan pemasaran terdiri dari enam komponen, masing-masing

    komponen dibahas secara mendalam dalam bab berikutnya. Dalam bab ini, kami

    menghadapi pertanyaan-pertanyaan mengenai pemasaran berikut ini.

  • 112

    1. Bagaimana perencanaan pemasaran digunakan?

    2. Apa langkah-langkah dalam perencanaan strategis?

    3. Apa komponen-komponen dari rencana pemasaran taktis?

    4. Apa yang dapat dikontribusikan oleh sistem-sistem perencanaan formal

    terhadap keefektivan lembaga?

    5. Bagaimana sistem kontrol pemasaran dapat membantu dalam penilaian

    keberhasilan pemasaran?

    PERENCANAAN PEMASARAN STRATEGIS

    Gagasan umum dari perencanaan adalah bukan hal baru bagi pendidikan. Tiga

    tingkat perancanaan digunakan. Langkah yang pertama meliputi penganggaran dan

    penjadwalan proses. Semua sekolah harus melaksanakan perencanaan pada tingkat

    ini, dan banyak yang menjalankan model-model penganggaran berbasis komputer dan

    menambahnya dengan manajer-manajer keuangan yang sangat terlatih untuk

    memperbaiki proses tersebut. Meskipun ada perbaikan-perbaikan, banyak lembaga

    swasta tetap mengandalkan pada anggaran tahun-demi-tahun dan lambat dalam

    mengadopsi anggaran-anggaran lima sampai sepuluh tahun.

    Tingkat kedua adalah perencanaan taktis jangka pendek perekrutan siswa,

    keputusan-keputusan bangunan-fisik, usaha-usaha pengembangan, dan perubahan-

    perubahan program serta kurikulum. Sebagian besar akademi, univeristas, dan

    sekolah-sekolah swasta melaksanakan perencanaan jangka pendek sampai beberapa

    tingkat. Kenyataannya, beberapa lembaga bahkan menambah masalah-masalah

    mereka dengan mengandalkan pada banyak rencana jangka pendek, masing-masing

    rencana menghadapi satu masalah atau gejala, ketika mereka harus maju ke tingkat

    ketiga, ke perencanaan jangka panjang yang berorientasi strategi, untuk memusatkan

    rencana-rencana jangka pendek mereka. Perencanaan strategis melibatkan

    pengklarifikasian misi lembaga tersebut, menilai sumber-sumbernya, dan memeriksa

    lingkungan untuk menentukan apa prioritas-prioritas dan strategi-strategi lembaga

    tersebut.

  • 113

    Kami yakin bahwa lembaga-lembaga pendidikan haru melaksanakan

    perencanaan formal dua tipe, perencanaan strategis dan perencanaan taktis.

    Perencanaan strategis menjawab pertanyaan-pertanyaan, Bagaimana sebaiknya

    lembaga ini beroperasi, dengan adanya tujuan-tujuan dan sumber-sumber serta

    peluang-peluang yang berubah-ubah? Tipe kedua, perencanaan pemasaran taktis,

    dikembangkan dari rencana strategis tersebut dan memandu pelaksanaan strategi itu.

    Perhatikan kasus Universitas Heights. Si Presiden dan dewan pengawasnya

    memutuskan untuk memperbaiki kualitas universitas tersebut. Mereka merekrut

    sebuah team konsultan untuk bekerja sama dengan komite perencanaan tingkat tinggi

    yang terdiri dari para pengawas, wakil ketua, dekan, dan lain-lain. Para konsultan

    berbicara dengan atau mensurvei para informan kunci dalam lembaga tersebut. Para

    konsultan tersebut kemudian memandu komite perencanaan dalam menganalisa

    trend-trend lingkungan dan misi, kekuatan, dan kelemahan sekolah tersebut. Dalam

    kategori keuangan misalnya, universitas tersebut mempunyai suatu anggaran

    seimbang, dan utang yang kecil. Kelemahan-kelemhan keuangannya meliputi

    kecilnya sumbangan dan meningkatknya overhead biaya tetap.

    Para pengawas universitas Height memutuskan suatu strategi perbaikan kualitas

    akademis lembaga tersebut dan maka mempertinggi reputasi nasionalnya. Rencana

    para pengawas tersebut mengharuskan universitas untuk mencapai beberapa sasaran

    spesifik, meliputi meningkatkan jumlah mahasiswa sampai tingkat tertentu,

    digolongkan ke dalam kategori sangat kompetitif dalam Baron, memenuhi syarat

    untuk keanggotaan dalam Asociation of Research Libraries, dan maju ke status

    Association of American Universities. Ini adalah sekumpulan sasaran yang

    menantang, karena sulit bagi universitas ini untuk meningkatkan jumlah siswa dan

    membangun selektivitas dalam waktu yang sama.

    Rencana taktis mengikutinya dan didasarkan pada rencana strategis tersebut.

    Rencana taktis tersebut meliputi sasaran-sasaran dan sebuah rencana tindakan untuk

    masing-masing area jumlah mahasiswa, keuangan, dan seterusnya. Dalam masing-

    masing area, komite perencanaan mempertimbangkan ancaman-ancaman yang

  • 114

    mungkin mempengaruhi rencana tersebut dan, ketika mungkin, menyusun rencana-

    rencana kemungkinan (contingency plans) untuk menghadapi ancaman itu. Rencana

    taktis dapat diperbaharui setiap tahun ketika informasi-informasi baru tersedia.

    LANGKAH-LANGKAH DALAM PERENCANAAN STRATEGIS

    Perencanaan strategis merupakan hal baru bagi sebagian besar lembaga

    pendidikan. Kami mendefinisikan perencanaan strategis sebagai berikut:

    Perencanaan strategis adalah proses pengembangan dan pemeliharaan suatu

    kesesuaian strategis antara tujuan dan kemampuan lembaga dengan peluang-

    peluang pemasaran yang berubah. Perencanaan ini mengandalkan pada

    pengembangan misi lembaga yang jelas, tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran

    yang mendukung, strategi yang benar, dan implementasi yang tepat.

    Definisi tersebut menunjukkan langkah-langkah yang dapat diambil sebuah lembaga

    pendidikan untuk memperbaiki keefektivannya. Bab ini menyajikan suatu tinjauan

    luas mengenai proses perencanaan strategis (Gambar 4-1), dan bab-bab berikutnya

    memberikan perincian mengenai masing-masing langkah.

    Pertama, lembaga tersebut harus menganalisa lingkungannya yang sekarang

    dan di masa depan (Bab 5). Kedua, lembaga tersebut meninjau sumber-sumber

    utamanya untuk mengusulkan apa yang dapat dikerjakan. Ketiga, lembaga tersebut

    menetapkan tujuan keseluruhannya dan sasaran spesifiknya (Bab 6). Keempat,

    lembaga tersebut meninjau misinya dan menyeleksi strategi yang paling efektif-

    biayanya untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran tersebut (Bab 7).

    Terakhir, pengimplementasian strategi tersebut biasanya membutuhkan perubahan-

    perubahan dalam struktur kelembagaan dan sistem-sistem informasi, perencanaan,

    dan kontrol di lembaga tersebut (Bab 3 dan bagian akhir pada Bab ini). Ketika

    komponen-komponen tersebut disatukan, mereka menjanjikan kinerja yang

    diperbaiki.

  • 115

    Gambar 4.1. Model Proses Perencanaan Strategis

    Proses perencanaan strategis harus dikerjakan pada masing-masing tingkat

    kelembagaan utama karena masing-masing level atau komponen mempunyai tujuan-

    tujuan, sumber-sumber, dan peluang-peluang pemasaran yang agak berbeda. Dalam

    kasus sebuah universitas, komite tingkat tinggi yang meliputi para administrator

    puncak dan orang-orang lainnya harus menjalankan perencanaan strategis karena

    perencanaan ini mempengaruhi universitas tersebut sebagai suatu keseluruhan dan

    merumuskan asumsi-asumsi dan tujuan-tujuan lembaga tersebut untuk memandu

    perencanaan di tingkat-tingkat lainnya. Demikian pula, komite-komite seleksi

    kemudian harus merumuskan rencana-rencana strategis untuk masing-masing fakultas

    (misalnya, fakultas teknik, fakultas bisnis, fakultas musik). Pada gilirannya masing-

    masing pemimpin departemen, berkerja sama dengan para pengajar, dapat

    melaksanakan perencanaan strategis tersebut untuk departemennya.

    Analisis Lingkungan

    Lingkungan internal

    Lingkungan pasar

    Lingkungan persaingan

    Lingkungan publik

    Lingkungan makro (Analisis

    Ancaman dan Peluang)

    Analisis Sumber

    Personil

    Dana-dana

    fasilitas

    Sistem-sistem (kekuatan-kekuatan dan kelemahan-

    kelemhan)

    Perumusan

    Tujuan

    Misi

    Tujuan

    Sasaran

    Perumusan

    Strategi

    Strategi portofolio akademis

    Strategi peluang produk/pasar

    Strategi persaingan

    Strategi positioning (penempatan diri)

    Strategi pasar

    target

    Desain

    Organisasi

    Struktur

    karyawan

    Budaya

    Desain Sistem

    Informasi

    Perencanaan

    Kontrol

  • 116

    Jika sebuah universitas mengoperasikan cabang-cabang di lokasi-lokasi yang

    berbeda, masing-masing cabang akan perlu melaksanakan perencanaan strategis,

    karena masing-masing cabang mempunyai peluang-peluang dan ancaman-ancaman

    yang berbeda. Semua rencana tersebut akan dikirimkan ke administrasi atau

    pelaksana puncak untuk ditinjau dan barangkali dikembangkan lebih lanjut dengan

    para perencana aslinya. Rencana akhir seringkali dipresentasikan dihadapan dewan

    pengawas untuk mendapatkan persetujuannya. Di lembaga pendidikan yang lebih

    kecil, proses perencanaan strategis tersebut akan lebih sederhana dan melibatkan

    lebih sedikit tingkat, namun elemen-elemennya tetap sama.

    Perencanaan strategus biasanya melibatkan para pengajar dan staf-staf kunci,

    serta para administrator. Senat pengajar atau perwakilan-perwakilan pengajar lainnya

    mempunyai peran yang krusial dalam perencanaan, dan dukungan mereka adalah

    penting sekali. Beberapa administrator yang menjauhkan para pendukung potensial

    dari perencanaan strategis, gagal untuk mengenali bahwa semua perencanaan

    memasukkan perubahan, yang mana dapat mengganggu atau bahkan menghancurkan

    cara-cara yang sudah diketahui dengan baik dalam melaksanakan sesuatu. Para

    anggota komite perencanaan perlu diberi informasi yang ekstensif dan tepat waktu

    untuk melaksanakan peran-peran mereka, dan para partisipan harus mempunyai

    keyakinan bahwa rencana-rencana yang sukses akan diimplementasikan dan akan

    menyediakan keuntungan-keuntungan yang jelas bagi lembaga tersebut.

    Mengidentifikasi dan Menganalisa Trend-trend

    Kami akan mengilustrasikan tingkat-tingkat dalam proses perencanaan strategis

    dengan kasus Beloit College.

    Langkah pertama dalam perencanaan strategis adalah menganalisa lingkungan,

    karena perubahan-perubahan dalam lingkungan biasanya meminta strategi-strategi

    lembaga yang baru Sebuah audit lingkungan menjawab tiga pertanyaan: (1) Apa

    trend-trend utama dalam lingkungan tersebut? (2) Apa implikasi-implikasi dari trend-

    trend tersebut bagi lembaga? (3) Peluang-peluang dan ancaman-ancaman apa yang

  • 117

    paling signifikan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus diperiksa untuk masing-

    masing lingkungan utama lembaga itu: lingkungan internalnya, pasarnya, publiknya,

    persaingannya, dan lingkungan makro yang lebih besar. Tujuan dari analisis

    lingkungan adalah menghasilkan suatu gambaran yang didokumentasikan mengenai

    perkembangan lingkungan yang paling signifikan yang harus diperhatikan lembaga

    tersebut dalam merumuskan tujuan-tujuan, strategi, struktur, dan sistem-sistemnya di

    masa depan. Metode-metode untuk pelaksanaan pemeriksaan lingkungan dan

    peramalan disajikan dalam bab 5.

    Dari audit lingkungan tersebut, si perencana harus menyimpulkan beberapa

    ancaman dan peluang utama untuk pemeriksaan lebih lanjut. Ancaman lingkungan

    adalah suatu trend atau kejadian potensial yang akan merugikan lembaga tersebut

    atau salah satu dari program-programnya kecuali jika lembaga tersebut mengambil

    tindakan.

    Beloit College mendeteksi ancaman-ancaman berikut ini dalam audit

    lingkungannya:

    1. Di lingkungan pasar, mereka menemukan bahwa sebagian besar

    mahasiswanya berasal dari negara bagian utara dan timur, dimana populasi

    yang berumur mahasiswa diproyeksikan paling menurun.

    2. Dalam lingkungan publik, mereka menentukan bahwa komunitas lokal agak

    apatis terhadap perguruan tinggi tersebut dan mungkin tidak berlanjut

    mempekerjakan mahasiswa atau bekerja sama dengan proyek-proyek kelas.

    3. Dalam lingkungan persaingan, para pejabat Beloit berharap untuk bersaing

    dengan perguruan-perguruan tinggi swasta bergengsi seperti Carleton,

    Grinell, dan Oberlin. Beloit mengharapkan lembaga-lembaga tersebut

    menjadi lebih agresif dalam bersaing untuk mendapatkan mahasiswa.

    4. Dalam lingkungan makro, Beloit adalah sebuah sekolah swasta dengan

    biaya kuliah tinggi. Perubahan-perubahan dalam lingkungan ekonomi

    menyajikan suatu tantangan bagi lembaga pendidikan tersebut.

  • 118

    Dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan ancaman-ancaman, perguruan

    tinggi ini dapat menentukan ancaman-ancaman lingkungan mana yang dimonitor,

    dibuatkan rencana, atau diabaikan. Ancaman-ancaman yang paling serius yaitu

    ancaman-ancaman yang mana Beloit harus memonitornya dan bersiap untuk

    meresponnya adalah ancaman yang menyebabkan dampak yang berpotensial parah

    dan probabilitas kejadiannya tinggi. Lembaga ini dapat mengabaikan ancaman-

    ancaman yang rendah dalam keparahan dan probabilitasnya. Beloit garus memonitor

    tetapi tidak perlu mempersiapkan rencana-rencana kemungkinan untuk ancaman-

    ancaman seperti persaingan dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi yang lain.

    Analisis peluang dapat berpotensial menjadi lebih penting daripada analisis

    ancaman. Melalui mengelola ancaman-ancamannya secara berhasil, sebuah lembaga

    dapat dengan tetap utuh namun tidak tumbuh. Namun dengan mengelola peluang-

    peluang secara berhasil, sekolah tersebut dapat membuat langkah-langkah besar ke

    depan. Sebuah peluang pemasaran adalah peluang yang mana lembaga tersebut

    kemungkinan besar menikmati keuntungan-keuntungan yang lebih besar.

    Para pejabat Beloit College mengidentifikasikan beberapa peluang pemasaran:

    1. Dalam lingkungan pasar, Beloit mensurvei para majikan dan menemukan

    bahwa permintaan untuk lulusan sarjana ilmu-ilmu budaya dengan

    penekanan dalam area-area terapan adalah kuat.

    2. Dalam lingkungan publik, mereka mendeteksi bahwa para pembuat undang-

    undang dan pejabat-pejabat pemerintah akan terus mendukung bantuan

    beasiswa negeri untuk perguruan-perguruan tinggi kecil. (Perubahan-

    perubahan berikutnya dalam perekonomian dan kebijakan pemerintah

    federal meragukan harapan ini).

    3. Dalam lingkungan persaingan, Beloit memperhatikan bahwa lokasinya

    cukup dekat dengan daerah metropolitan utama (Chicago) dan dirasakan

    tidak terlalu jauh dari kota-kota sebelah timur.

    Kemudian peluang-peluang tersebut dapat dievaluasi pada basis-basis

    kemenarikannya dan probabilitas kesuksesan.

  • 119

    Menilai Sumber-sumber Lembaga

    Mengikuti analisis lingkungan, lembaga tersebut harus mengidentifikasi

    sumber-sumber utama yang dipunyainya (kekuatan-kekuatannya) dan yang tidak

    dimilikinya (kelemahan-kelemahannya). Beloit mengadakan suatu audit sumber

    (dibahas dalam Bab 6) yang berfokus pada karyawan, uang dan fasilitas-fasilitasnya.

    Audit tersebut menentukan bahwa kualitas pengajaran adalah bagus namun bahwa

    perguruan tinggi tersebut overstaffed (mempunyai staf berlebihan). Posisi-posisi staf

    pengajar dipangkas sampai sepertiga. Situasi keuangan Beloit bukanlah suatu

    kekuatan maupun kelemahannya yang jelas. Ukuran perguruan tinggi yang kecil dan

    kampus yang menyenangkan tampaknya menjadi kekuatan-kekuatan, tetapi lokasinya

    di Snowbelt dirasakan menjadi kelemahan. Tentu saja, Beloit harus mempersiapkan

    sebuah daftar yang lebih ekstensif mengenai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-

    kelemahan intangible serta tangible-nya. Khususnya, sekolah tersebut harus mencari

    komptensi-kompetensinya yang khusus, semua sumber-sumber dan kemampuan

    dimana sekolah tersebut khususnya kuat, dan semua kekuatan yang memberikannya

    suatu keuntungan yang berbeda (khusus) dalam persaingannya.

    Merumuskan Misi dan tujuan Lembaga

    Analisis lingkungan dan analisis sumber menyediakan latar belakang dan

    stimulus untuk memikirkan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran dasar lembaga

    tersebut. Ketika lingkungan berubah, administrasi puncak dan dewan harus meninjau

    dan menilai kembali misi, tujuan-tujuan, dan sasaran-sasaran dasar lembaga tersebut.

    di beberapa sekolah, sebuah tinjauan akan meyakinkan para partisipan dalam proses

    perencanaan tersebut bahwa struktur tujuan yang sekarang akan tetap jelas, relevan,

    dan efektif. Lembaga-lembaga yang lain akan mendapati tujuan-tujuan mereka jelas

    namun berkurang ketepatannya untuk lingkungan dan situasi sumber yang baru, dana

    beberapa akan menemukan bahwa tujuan mereka tidak lagi jelas dan bahwa lembaga

    tersebut menyimpang arahnya.

  • 120

    Proses perumusan tujuan melibatkan penentuan, pertama-tama, misi lembaga

    tersebut; kedua, tujuan jangka panjang dan jangka pendek, dan ketiga, apa sasaran-

    sasaran spesifik yang sekarang.

    Misi. Sebuah lembaga pendidikan hadir untuk menyelesaikan tujuan, misinya.

    Sebuah cara yang bermanfaat untuk menyelidiki misi sekolah adalah dengan

    menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Apa fungsi kita dalam masyarakat? Apa

    yang kita tawarkan? Siapa yang kita layani? Apa yang kita tawarkan kepada mereka

    yang kita layani? Apa yang akan kita tawarkan? Apa yang seharusnya kita tawarkan?

    Beloit College telah mendefinisikan sebuah konsep khusus atau merek

    pendidikan jika lembaga tersebut ingin menonjol. Perhatikan kemungkinan-

    kemungkinan berikut: Apakah Beloit College menjalankan bisnis pelatihan

    intelektual, sehingga para mahasiswanya berpengetahuan tinggi dan perspetof

    mengenai dunia tempat mereka tinggal? Apakah lembaga ini menjalankan bisnis

    pertumbuhan personal, yang bertujuan untuk membantu siswa-siswa

    mengembangkan kepribadian, secara intelektual, emosional, dan sosial? Apakah

    lembaga ini menjalankan bisnis kesenangan-dan-permainan, menyediakan siswa

    dengan waktu terbaik dalam kehidupan mereka sebelum mereka menjadi dewasa?

    Masing-masing definisi menunjukkan untuk setiap konsumen yang berbeda, maka

    cara dalam memberikan nilai kepada konsumen tersebut juga berbeda.

    Beloit mengubah pernyataan misinya dengan mencakup persiapan karier serta

    pelatihan intelektual. Suatu kesadaran terhadap tersedianya pilihan-pilihan karier,

    bersama-sama dengan ketrampilan untuk mengejar pilihan-pilihan tersebut.

    Tujuan. Tujuan-tujuan lembaga adalah variabel-variabel yang ditekankan oleh

    lembaga tersebut. Masing-masing lembaga mempunyai sekumpulan tujuan-tujuan

    relevan yang potensial yang mana akan diseleksi. Misalnya, sebuah perguruan tinggi

    mungkin tertarik dalam meningkatkan reputasi nasionalnya, menarik siswa-siswa

    yang lebih baik, memperbaiki pengajaran, menggalang sumbangan yang lebih besar,

  • 121

    dan sebagainya. Sebuah perguruan tinggi tidak dapat mengejar semua tujuan tersebut

    secara serentak dan sukses, lembaga tersebut harus memilih untuk menekankan

    tujuan-tujuan tertentu. Misalnya, Jika jumlah siswa Beloit menurun, lembaga tersebut

    kemungkinan akan menjadikan tujuan peningkatan jumlah siswa sebagai prioritas

    utama.

    Sasaran. Berikutnya, tujuan-tujuan lembaga tersebut untuk tahun-tahun

    mendatang harus dikemukakan dalam bentuk operasional dan dapat diukur, yang

    disebut sasaran-sasaran. Tujuan peningkatan jumlah siswa harus diubah menjadi

    sasaran seperti meningkatkan jumlah siswa pada kelas tahun ajaran berikutnya

    sebesar 15 persen. Biasanya, lembaga tersebut akan mengevaluasi sejumlah besar

    sasaran potensial untuk menentukan konsistensi dan prioritasnya sebelum

    mengadopsi sekumpulan sasaran final.

    Merumuskan dan Mengimplementasikan Strategi

    Perencanaan strategis berkulminasi dalam suatu strategi keseluruhan untuk

    lembaga tersebut atau unit perencanaan (departemen, program, dan sebagainya).

    Sebuah strategi kelembagaan mencakup keputusan-keputusan mengenai program-

    program yang sekarang (apakah dipertahankan, dibangun, atau dihentikan), dan

    mengenai program-program baru di masa depan serta peluang-peluang pasar.

    Universitas Heights memutuskan untuk mengambil langkah-langkah guna

    mempertinggi kualitas dan status lembaga keseluruhan. Beloit College memutuskan

    untuk mempertahankan komitmennya terhadap ilmu-ilmu budaya sambil membantu

    siswa memperoleh ketrampilan-ketrampilan yang berhubungan dengan karier.

    Lembaga tersebut juga harus mengembangkan strategi-strategi untuk pemilihan

    pasar-pasar target, untuk penempatan posisi lembaga tersebut, dan untuk menghadapi

    persaingan.

    Strategi-strategi bukanlah insipirasi semata atau ide-ide yang cemerlang.

    Begitu pula perumusan strategi tidak sama dengan perumusan tujuan. Strategi

  • 122

    tumbuh dari dan merupakan refleksi dari analisis lingkungan, analisis sumber, dan

    langkah-langkah perumusan tujuan. Kecuali jika lembaga tersebut mempunyai tujuan

    yang ingin dicapainya, tidak ada kebutuhan untuk perumusan strategi. Menurut

    pepatah lama, Jika anda tidak tahu kemana akan pergi, jalan apapun akan membawa

    anda ke tujuan anda. Hanya ketika analisis lingkungan, analisis sumber, dan

    langkah-langkah perumusan tujuan telah dilaksanakan dengan cermat, para

    administrator lembaga dan partisipan-partsipan perencanaan lainnya dapat merasa

    yakin bahwa mereka mempunyai latar belakang yang diperlukan untuk meninjau

    program-program dan pasar-pasar yang ada serta mempertimbangkan perubahan-

    perubahan.

    Beberapa alat analisis membantu para perencana pendidikan untuk

    melaksanakan tinjauan ini. Dua yang khususnya tepat untuk pendidikan adalah :

    strategi portofolio akademis, yang mana melibatkan peninjauan program-program

    yang ada untuk kemenarikan pasar, kualitas program, dan sentralitas ke misi lembaga

    tersebut; dan strategi peluang produk/pasar untuk mengidentifikasi potensial

    perubahan-perubahan program dan pasar-pasar. Semua itu dan alat-alat lainnya

    disajikan dalam Bab 7, yang mana memperhatikan strategi pemasaran secara

    mendalam.

    Desain organisasi. Lembaga tersebut harus mempunyai struktur, orang-orang,

    dan budaya untuk melaksanakan strategi-strateginya. Misalnya, Universitas Bradley

    menggabungkan pelayanan-pelayanan penerimaan mahasiswa baru, bantuan

    keuangan, orientasi, pengembangan karier, penempatan, mempertahankan siswa, dan

    penasehat ke dalam sebuah divisi urusan mahasiswa. Divisi baru ini menggunakan

    suatu kerangka kerja pemasaran dalam perencanaan aktivitas-aktivitasnya. Lembaga-

    lembaga yang lain harus mengubah struktur administratif-puncaknya atau

    menggabungkan departemen-departemen akademis untuk mengimplementasikan

    sebuah strategi.

  • 123

    Pengimplementasian strategi mungkin tidak hanya membutuhkan perubahan-

    perubahan dalam struktur organisasi tetapi juga pelatihan kembali atau penggantian

    personil dalam posisi-posisi kunci. Misalnya, sebuah lembaga mengubah strategi

    penggalangan dananya dari mengandalkan donor-donor yang kaya ke yayasan-

    yayasan, wakil presiden untuk pengembangan yang ahli dalam penggalangan dana

    jaringan-anak laki-laki-tua mungkin perlu pelatihan kembali dalam grantsmanship

    (bantuan-bantuan) dari perusahaan atau mungkin harus diganti dengan personil yang

    berorientasi-yayasan. Jika sebuah perguruan tinggi ingin menarik mahasiswa-

    mahasiswa dewasa, personil penerimaan mahasiswa baru harus dilatih untuk memberi

    nasehat kepada mereka secara efektif, dan/atau harus menambah personil baru.

    Dalam mengadopsi sebuah sikap strategis baru, sekolah itu dapat juga harus

    membuat sebuah rencana untuk mengubaj budaya lembaga tersebut. Setiap lembaga

    mempunyai suatu budaya, atau, lebih sering, beberapa sub-budaya, dimana

    sekelompok orang mempunyai suatu cata tertentu dalam memandang sesuatu. Budaya

    akademis seringkali merupakan sebuah kritik yang terus-terang terhadap kultur bisnis

    (profit sebagai tujuan akhir yang bermanfaat) dan terhadap kultur pemasaran (bahwa

    lembaga-lembaga harus melayani dan memuaskan pasar-pasar mereka). Para presiden

    perguruan tinggi yang berusaha untuk membujuk staf pengajar untuk memperbaiki

    pengajaran mereka, menghabiskan lebih banyak waktu dengan para mahasiswa,

    mengembangkan arah-arah baru untuk pasar-pasar non-tradisional, dan sebagainya,

    mungkin menghadapi banyak perlawanan. Untuk lembaga-lembaga yang berusaha

    menarik siswa, tantangannya adalah mengembangkan sebuah orientasi pemasaran

    dimana semua anggota lembaga tersebut memandang pekerjaan mereka sebagai

    melayani dan memuaskan pasar. Pelaksanaan perubahan ini dapat menjadi sebuah

    tugas yang besar, namun ini sangat penting jika lembaga tersebut ingin berhasil.

    Terakhir, lembaga tersebut harus mendesain atau memperbaharui sistem-sistem

    yang dibutuhkan untuk mendukung strategi-strategi baru, termasuk prosedur-

    prosedurnya, stafnya, dan teknologinya. Prosedur-prosedur bisa ditambahkan untuk

    tugas-tugas baru atau diefisienkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang ada secara

  • 124

    lebih efisien. Lembaga tersebut perlu meninjau rencana-rencanan susunan staff-nya

    untuk memastikan bahwa lembaga tersebut mempunyai jumlah dan campuran yang

    tepat untuk para administrator, para pengajar, atau staff untuk melaksanakan rencana

    strategis dan rencana taktis sekolah tersebut. Misalnya, sekolah itu mungkin

    membutuhkan seorang direktur perencanaan keuangan, staf tambahan untuk

    penerimaan mahasiswa baru, atau para pengajar untuk mengganti pengajar-pengajar

    yang pensiun.

    Sekolah tersebut mungkin perlu untuk berinvestasi dalam kemampuan-

    kemampuan telekomunikasi seperti voice mail, information lines, dan nomor-nomor

    800, serta dalam memperhitungkan presentasi-presentasi kelas, penggunaan siswa,

    dan staf pengajar serta tujuan-tujuan administratif.

    Memperbaharui atau meng-uppgrade sistem-sistem berarti menjamin bahwa

    fungsi-fungsi internal dari lembaga tersebut merefleksikan suatu budaya pelayanan.

    Misalnya, sebagian besar sekolah memahami pentingya memperlakukan siswa dan

    keluarga mereka dengan kepedulian dan rasa hormat, dan mendorong para pengajar

    dan staf pegawai lini depan untuk mengembangkan dirinya guna melayani mereka.

    Namun banyak dari lembaga tersebut terus mentoleransi para administrator yang suka

    mencampuri urusan orang dan staf yang menghambat keefektivan fungsi-fungsi

    lainnya dalam lembaga tersebut.

    Area-area fungsional yang mempunyai sedikit kontak atau tidak berkontak

    sama sekali dengan mahasiswa harus tetap merefleksikan suatu orientasi pemasaran

    terhadap konsumen-konsumen internal mereka di dalam lembaga tersebut. Misalnya,

    departemen personalia (atau sumber daya manusia) mungkin lambat dalam merespon

    pertanyaan-pertanyaan para pengajar dan staff; atau kantor akunting mungkin begitu

    terikat dengan aturan dan sistem-sistem akunting begitu kompleks sehingga area-area

    lain pada lembaga tersebut menyusun sistem-sistem akunting mereka sendiri yang

    paralel. Semua itu dan kasus-kasus yang serupa mengilustrasikan aktivitas-aktivitas

    yang tidak menyenangkan dan sia-sia yang dapat digurangi atau dihilangkan melalui

    fokus yang tepat dalam melayani konsumen internal.

  • 125

    FORMAT RENCANA PEMASARAN

    Perencanaan pemasaran taktis harus mengikuti perencanaan strategis.

    Perencanaan strategis menunjukkan program-program tertentu dan pasar-pasar yang

    akan ditekankan oleh lembaga tersebut. Untuk masing-masing strategi atau pasar

    yang dipilih, lembaga tersebut harus mengembangkan suatu strategi pemasaran.

    Rencana pemasaran formal meringkas informasi-informasi dan analisis-analisis yang

    mendasari suatu strategi yang diusulkan dan menguraikan perincian-perincian

    mengenai bagaimana strategi tersebut akan dilaksanakan.

    Seuah rencana pemasaran mengandung bagian-bagian utama berikut ini :

    ringkasan pelaksanaan (executive summary), analisis situasi, tujuan-tujuan dan

    sasaran-sasaran, strategi pemasaran, program tindakan, anggaran, dan kontrol

    (lihat Tabel 4-1). Bagian-bagian tersebut akan dibahas dalam konteks sebuah

    universitas hipotetis.

    Dewan pengawas dan kantor penerimaan mahasiswa baru telah menyetujui

    peningkatan dalam jumlah mahasiswa pra-sarjana dari 5.000 menjadi 5.500 selama

    tiga tahun berikutnya. Direktur kantor penerimanaan mahasiswa baru telah diminta

    untuk membuat sebuah rencana untuk menyelesaikan tujuan ini.

    Ringkasan Pelaksanaan (Executive Summary)

    Dokumen perencanaan harus dibuka dengan suatu ringkasan mengenai sasaran

    utamanya dan rekomendasi-rekomendasi yang disajikan dalam rencana tersebut. di

    sini contoh-contoh singkatnya:

    Rencana pemasaran penerimaan mahasiswa baru utnuk tahun akademik 1996-

    97 membutuhkan peningkatan jumlah mahasiswa baru untuk musim gugur 1996

    sebesar 200 dibandingkan musim gugur tahun 1995. Dengan mengganggap biaya

    kuliah rata-rata sebesar $11,000 per siswa tambahan, langkah ini, jika berhasil, akan

    menambah penerimaan universitas tersebut sebesar $2.2 juta. (Beberapa dari

    penerimaan tambahan ini akan dialokasikan untuk bantuan keuangan). Dengan

  • 126

    menganggap bahwa 150 mahasiswa baru akan tinggal di asrama mahasiswa, maka

    universitas tersebut akan menerima $5,000 per mahasiswa, atau totalnya sebesar

    $750,000 sambil menggunakan fasilitas-fasilitas yang belum dimanfaatkan lainnya.

    Untuk melaksanakan ini, rencana tersebutmembutuhkan pengeluaran

    pemasaran sebesar $180,000. Dari ini, $50,000 akan digunakan untuk menambah

    seorang pegawai penghubung (liaison) perguruan tinggi komunitas ke dalam staf

    kantor penerimaan mahasiswa baru, $25,000 akan dikeluarkan pada riset pemasaran

    guna mengukur citra universitas tersebut sekarang ini dimata siswa sekolah lanjutan

    atas dan mahasiswa perguruan tinggi komunitas di wilayah tersebut; $30,000 akan

    dikeluarkan untuk membeli daftar alamat yang tepat; $50,000 akan dibelanjakan

    untuk mengembangkan kesadaran/pengetahuan terhadap program prasarjana

    universitas tersebut dihadapan perguruan-perguruan tinggi komunitas dan

    perusahaan-perusahaan daerah dengan menggunakan rencana-rencana tuition-

    reimbursement (penggantian uang kuliah); dan $25,000 akan dibelanjakan untuk

    membuat brosur-brosur baru mengenai pengalaman pra-sarjana di universitas

    tersebut.

    Tabel 4-1. Kandungan sebuah Rencana Pemasaran

    Bagian Tujuan

    I. Ringkasan Pelaksanaan Menyajikan suatu gambara singkat untuk

    peninjauan manajemen secara cepat

    II. Situasi Pemasaran Sekarang Menyajikan data-data latar belakang yang relevan

    mengenai pasar, publik, persaingan, distribusi, dan

    lingkungan makro

    III. Analisis Peluang dan Masalah Mengidentifikasi peluang/ancaman utama,

    kekuatan/kelemahan, dan isu-isu yang dihadapi

    lembaga/program tersebut

    IV. Sasaran-sasaran Mendefisnisikan tujuan-tujuan yang ingin dicapai

    rencana tersebut dalam bidang-bidang jumlah

    siswa, donasi, perbaikan kualitas dan lain-lain

    V. Strategi Pemasaran Menyajikan pendekatan pemasaran yang luas yang

  • 127

    akan digunakan untuk mencapai sasaran-sasaran

    rencana tersebut.

    VI. Program-program tindakan Menjawab : Apa yang akan dilakukan? Siapa yang

    akan melakukan? Kapan dilakukan? Berapa

    banyak biayanya?

    VII. Anggaran Menguraikan biaya-biaya dan ramalan-ramalan

    keuangan yang diharapkan dan hasil-hasil lain dari

    rencana tersebut.

    VIII. Kontrol Menunjukkan bagaimana implementasi dan

    keefektivan rencana tersebut akan dimonitor

    Tujuan dari ringkasan pelaksanaan adalah agar administrator tingkat yang lebih

    tinggi dapat meninjau terlebih dulu arah utama dari rencana tersebut sebelum

    membaca dokumen yang memuat data-data dan analisis-analisis pendukung. Untuk

    memandu para pembaca yang ingin berfokus pada suatu aspek tertentu dari rencana

    tersebut, sebuah daftar isi biasanya terdapat pada ringkasan pelaksanaan tersebut.

    Analisis Situasi

    Bagian utama yang pertama pada rencana tersebut adalah analisis situasi. Di

    sini administrator tersebut menjelaskan segi-segi utama dari situasi yang

    mempengaruhi operasinya. Meskipun proses perencanaan strategi mengungkapkan

    situasi yang menghadapi universitas tersebut, direktur penerimaan mahasiswa baru

    harus memeriksa semua faktor yang mempengaruhi operasi penerimaan mahasiwa

    baru selama kerangka waktu tertentu, tahun pertama dari sebuah rencana tiga thun.

    Analisis situasi terdiri dari empat sub-bagian latar belakang, ramalan normal,

    peluang-peluang dan ancaman-ancaman, dan kekuatan-kekuatan serta kelamahan-

    kelemahan.

  • 128

    Latar Belakang. Bagian ini dimulai dengan suatu ringkasan mengenai kinerja

    selama beberapa tahun terakhir. Sebuah contoh hipotetis yang diringkas diperlihatkan

    dalam Tabel 4-2 untuk kantor penerimaan mahasiswa pra-sarjana.

    Jumlah mahasiswa baru yang mendaftar setiap tahun telah agak menurun

    selama tiga tahun yang lalu. (Kami bahkan tidak memperhatikan tingkat retensi

    lembaga tersebut persentase jumlah mahasiswa baru yang berlanjut untuk

    bersekolah di universitas tersebut setelah tahun ajaran pertama). Data-data tersebut

    harus diikuti dengan sebuah deskripsi mengenai perkembangan-perkembangan utama

    yang berhubungan dengan strategi kantor penerimaan mahasiswa baru trend-trend

    lingkungan makro (seperti pertumbuhan populasi di wilayah tersebut) dan perubahan-

    perubahan pada lembaga-lembaga pesaing, misalnya.

    Ramalan Normal. Informasi-informasi latar belakang harus diikuti dngan

    suatu ramalan mengenai jumlah mahasiswa baru yang mendaftar di musim gugur

    tahun 1996-97 di bawah kondisi-kondisi normal yaitu, dengan mengang\gap tidak

    ada perubahan-perubahan besar dalam lingkungan pemasaran atau strategi-strategi

    pemasaran. Direktur penerimaan mahasiswa baru dapat bertanya, Berapa banyak

    mahasiswa baru yang akan mendaftar di musim gugur berikutnya jika operasi

    penerimaan mahasiswa baru melanjutkan cara yang telah dijalankan di masa lalu?

    Ramalan tersebut dapat diperoleh dengan menganggap bahwa trend-trend sekarang

    akan berlanjut. Dalam contoh ini, direktur tersebut bisa meramalkan bahwa jika tidak

    ada perubahan pemasaran yang dilakukan, kurang lebih 1.725 mahasiswa baru akan

    mendaftar. (Lembaga-lembaga yang mempunyai latar belakang-latar belakang lain

    mungkin meramalkan suatu tingkat pendaftaran yang stabil atau ada suatu

    peningkatan). Atau direktur tersebut bisa menggunakan teknik-teknik statistik yang

    lebih maju untuk memprediksikan pendaftaran dari data tahun-tahun sebelumnya,

    atau barangkali menggunakan survei sampel pelamar mengenai maksud-maksud

    mendaftar, untuk membuat ramalan normal. Ramalan normal tersebut kemudian

  • 129

    harus disesuaikan jika si direktur memperkirakan perubahan-perubahan yang

    signifikan dalam lingkungan makro atau dalam strategi-strategi lembaga tersebut.

    Peluang-peluang dan Ancaman-ancaman. Dalam bagian ini, direktur tersebut

    mengidentifikasikan peluang-peluang dan ancaman-ancaman utama yang

    menghadapi kantor penerimaan mahasiswa pra-sarjana (lihat Tabel 4-3, A). Meskipun

    direktur tersebut mungkin telah mempertimbangkan hal ini, peluang-peluang dan

    ancaman-ancaman utama tersebut harus ditulis dan dibahas dalam pertemuan-

    pertemuan staf kantor penerimaan mahasiswa baru. Administrasi puncak dapat

    meninjau daftar tersebut dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai ancaman-

    ancaman dan peluang-peluang yang terdaftar atau tidak didaftar. Mereka juga bisa

    meminta direktur tersebut untuk menilai peluang-peluang dan ancaman-ancaman

    mengenai pengaruh-pengaruh dan probabilitas potensialnya untuk menunjukkan

    mana yang pantas untuk mendapatkan perhatian perencanaan yang terbesar. Juga,

    direktur dan para administrator lainnya kemudian dapat mengetahui berapa banyak

    peluang yang ditindaklanjuti menurut peluang-peluang tersebut, dan ancaman-

    ancaman apa yang benar-benar terjadi.

    Kekuatan-kekuatan dan Kelemahan-kelemahan. Direktur tersebut

    selanjutnya harus mendaftar kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan utama

    dari kantor penerimaan mahasiswa baru pra-sarjana (Lihat Tabel 4-3, B). Tentu saja,

    keberhasilan akhir dari kantor penerimaan mahasiswa baru pra-sarjana banyak

    tergantung pada pihak-pihak lain di universitas tersebut seperti kualitas pengajaran,

    kemenarikan fasilitas asrama mahasiswa, dan ketersediaan mata kuliah-mata kuliah

    tertentu namun dalam jangka pendek, kantor penerimaan mahasiswa baru tersebut

    tidak dapat mempengaruhi perubahan-perubahahn dalam semua itu secara signifikan.

    Tujuan-tujuan dan Sasaran-sasaran

    Analisis situasi menjelaskan di mana lembaga tersebut menempatkan diri dan

    bagaimana kemungkinan masa depannya jika tidak ada perubahan-peruahan yang

  • 130

    dilakukan. Sekarang, direktur tersebut harus mengusulkan kemana kantor penerimaan

    mahasiswa baru pra-sarjana tersebut akan menuju. Tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran

    spesifik perlu disusun.

    Direktur penerimaan mahasiswa baru tersebut memulai dengan sasaran jumlah

    mahasiswa yang dikemukakan oleh dewan pengawas untuk meningkatkan jumlah

    mahasiswa pra-sarjana dari 5.000 menjadi 5.500 selama tiga tahun berikutnya.

    Kemudian, direktur tersebut harus membuat sasaran-sasaran spesifik untuk kantor

    penerimaan mahasiswa pra-sarjana baru tersebut guna mencapai keseluruhan sasaran

    ini. Direktur tersebut menetapkan sasaran-sasaran spesifik berikut ini : meningkatkan

    jumlah mahasiswa baru untuk periode musim gugur berikutnya sebesar 200 (yaitu,

    dari 1.800 menjadi 2.000), dan membelanjakan $180.000 untuk melaksanakan hal ini.

    Sasaran-sasaran pendukung lainnya juga akan didaftar dalam bagian ini misalnya,

    tingkat-tingkat kualitas berdasarkan pada nilai prestasi rata-rata di sekolah lanjutan

    atas dan skor-skor test.

    Strategi Pemasaran

    Direktur tersebut kemudian menguraikan sebuah strategi pemasaran untuk

    mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran spesifik yaitu langkah-langkah yang

    akan diambil oleh personil kantor penerimaan mahasiswa baru untuk meningkatkan

    mahasiswa baru. Strategi pemasaran terdiri dari sekumpulan keputusan yang

    terkoordinasi mengenai (1) pasar-pasar target, (2) campuran pemasaran, dan (3)

    tingkat pengeluaran pemasaran.

    Pasar-pasar target. Direktur tersebut harus membuat sebuah daftar kriteria

    untuk mengidentifikasi pasar-pasar mahasiswa yang potensial yang paling menarik.

    Ktiteria tersebut bisa mencakup umur, jenis kelamin, pendapatan, tempat tinggal, dan

    variabel-variabel lainnya. Direktur tersebut, bersama-sama dengan staf yang tepat

    dari penerimaan mahasiswa baru, harus menilai masing-masing pasar pada kriteria-

    kriteria tersebut untuk menyeleksi pasar-pasar mahasiswa potensial yang paling

  • 131

    menjanjikan, yaitu pasar-pasar dimana universitas tersebut dapat menarik jumlah

    yang layak untuk siswa-siswa yang memenuhi kriteria penerimaan mahasiswa baru.

    Direktur tersebut bisa menyimpulkan bahwa mahasiswa-mahasiswa akademi

    komunitas daerah adalah kemungkinkan besar menjadi kumpulan siswa yang lebih

    menjanjikan bagi universitas tersebut daripada, misalnya, para murid senior sekolah

    lanjutan atas yang tinggal sejauh 500 mil dari universitas tersebut.

    Campuran Pemasaran. Direktur tersebut harus merencananakan sebuah

    campuran pemasaran strategis yang menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar seperti

    apakah menekankan kontak personal atau lewat surat dengan para penasehat

    perguruan tinggi komunitas secara individual. Direktur tersebut kemudian

    mengembangkan sebuah campuran pemasaran taktis. Direktur penerimaan

    mahasiswa baru bisa memutuskan untuk merekrut atau menunjuk seorang staf untuk

    mengadakan kunungan-kunjungan pribadi guna menghubungi para penasehat

    perguruan tinggi komunitas di daerah metropolitan, namun mengandalkan pada surat-

    menyurat untuk mencari informasi ke para penasehat perguruan tinggi komunitas

    yang tinggal jauh. Untuk meningkatkan para pelamar dari para siswa sekolah lanjutan

    atas, direktur tersebut akan perlu untuk menyeleksi sebuah campuran pemasaran yang

    berbeda.

    Tingkat Pengeluaran Pemasaran. Strategi pemasaran juga membutuhkan

    penentuan tingkat pengeluaran pemasaran. Ketika sebuah kantor penerimaan

    mahasiswa baru menjalankan suatu pendekatan pemasaran ke calon-calon mahasiswa,

    kantor tersebut biasanya akan perlu meningkatkan anggarannya. Peningkatan

    pengeluaran tersebut umumnya diperlukan sampai pada tingkat bahwa ini

    menghasilkan jumlah siswa yang meningkat; namun, jika ada persaingan, lembaga

    tersebut bisa terus-menerus mendapati bahwa dia harus membelanjakan lebih banyak

    uang per siswa yang didaftar. Dalam contoh ini, anggaran total kantor penerimaan

    mahasiswa akan lebih besar dari $180,000 yang dialokasikan untuk menarik siswa-

    siswa tambahan.

  • 132

    Rencana Tindakan

    Masing-masing elemen strategi harus diterjemahkan ke dalam tindakan-

    tindakan yang tepat. Misalnya, elemen strategi "menarik lebih banyak mahasiswa

    perguruan tinggi komunitas dapat menuntun ke tindakan-tindakan berikut:

    1. Merekrut seorang penghubung perguruan tinggi komunitas untuk

    mengunjungi kampus-kampus perguruan tinggi komunitas

    2. Mengadakan konferensi untuk para penasehat perguruan tinggi komunitas

    mengenai membantu mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi komunitas

    membuat keputusan transfer (tidak spesifik atau khusus ke universitas ini)

    3. Mengirimkan surat dan brosur mengenai universitas tersebut ke

    mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi komunitas tahun kedua

    4. Mengadakan serangkaian open house untuk mahasiwa-mahasiswa

    perguruan tinggi komunitas daerah.

    5. Mengiklankan program-program perguruan tinggi tersebut dalam katalog

    perguruan tinggi komunitas daerah.

    6. Merencanakan dan menerbitkan nomor 800 transfer line 24 jam dimana

    para penelepon dapat memperoleh informasi-informasi yang direkam

    mengenai bagaimana mengadakan transfer ke universitas tersebut.

    Begitu tindakan-tindakan yang paling efektif biayanya telah diseleksi, implementasi

    menjadi titik puncaknya. Dalam beberapa lembaga, proses perencanaan mungkin

    dilumpuhkan oleh struktur-struktur lembaga dan keyakinan yang berlebihan pada

    banyak lapisan komite, sehingga rencana tersebut tidak dilanjutkan dengan tindakan.

    Tindakan-tindakan yang ditentukan harus ditugaskan kepada individu-individu

    tertentu dengan waktu-waktu penyelesaian yang ditentukan. Untuk mengintegrasikan

    berbagai macam tindakan, tindakan-tindakan tersebut harus dipetakan pada sebuah

    kalender atau, bahkan lebih baik lagi dengan menggunakan software manajemen

    proyek berbasis komputer, untuk menunjukkan tanggal-tanggal mulai/final untuk

    masing-masing aktivitas dan siapa yang akan melaksanakannya. Rencana-rencana

  • 133

    yang terperinci ini kemudian dapat ditinjau dalam suatu proses pemeriksaan realitas

    iterative (berulang), untuk memastikan bahwa rencana-rencana final tersebut adalah

    layak. Rencana tindakan ini dapat direvisi ketika masalah-masalah dan peluang-

    peluang baru, mucul.

    Anggaran

    Sasaran-sasaran, strategi-strategi, dan tindakan-tindakan yang direncanakan

    membentuk basis untuk mempersiapkan anggaran. Untuk lembaga-lembaga dan

    program-program yang harus menyesuaikan penerimaan dengan pengeluaran,

    anggaran pada dasarnya adalah pernyataan laba-dan-rugi yang diproyeksikan. Pada

    sisi penerimaaan, anggaran ini memperlihatkan ramalan unit siswa dan perkiraan

    penerimaan bersih yang direalisasikan. Pada sisi pengeluaran, anggaran ini

    memperlihatkan biaya-biaya penyediaan pelayanan serta pemasaran dan administrasi.

    Perbedaannya adalah laba atau rugi yang diproyeksikan. Administrasi meninjau

    anggaran tersebut dan bisa menyetujuinya atau memodifikasinya. Begitu disetujui,

    anggaran tersebut memandu operasi-operasi pemasaran, perencanaan keuangan, dan

    perekrutman personil.

    Kantor penerimaan mahasiswa pra-sarjana melaksanakan suatu pelayanan

    kepada universitas tersebut, namun ini bukan operasi yang menghasilkan profit.

    Anggaran tersebut akan merefeleksikan penilaian direktur administrasi mengenai

    berapa banyak uang yang akan dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang

    diperlukan dan kemauan administrasi puncak untuk mendukung mereka.

    Administrasi tersebut biasanya akan tertarik dalam apakah rencana tersebut, jika

    berhasil, kemungkinan besar menghasilkan penerimaan dari uang kuliah yang akan

    sesuai atau melebihi biaya pendidikan dan biaya-biaya pemasaran tambahan, namun

    ini kriteria tunggal untuk pengesahan. Misalnya, jika sasaran universitas tersebut

    adalah untuk meningkatkan jumlah siswa dari kaum minoritas, ini kemungkinan akan

    membutuhkan bantuan keuangan tambahan, yang mana harus berasal dari pendapatan

    sumbangan atau sumber-sumber lainnya. Administrasi akan lebih melihat ke

  • 134

    ketepatan rencana tersebut, kemungkinan keberhasilnnya, dan kelayakan biaya-biaya

    yang terlibat, daripada suatu evaluasi laba dan rugi.

    Kontrol

    Bagian akhir dari rencana tersebut menjelaskan kontrol-kontrol yang akan

    digunakan untuk memonitor kemajuan rencana tersebut. Sasaran-sasaran dan

    anggaran-anggaran dapat diuraikan untuk masing-masing bulan atau kwartal;

    kemudian administrasi puncak dapat meninjau hasil-hasil masing periode. Ketika

    sasaran-sasaran tidak terpenuhi atau anggaran-anggaran berlebihan, administrator

    dapat meminta rencana tersebut diberi tindakan koreksi.

    Ini melengkapi deskripsi mengenai kandungan sebuah rencana pemasaran.

    Sekarang kami beralih ke sistem perencanaan formal.

    SISTEM-SISTEM PERENCANAAN PEMASARAN

    Kami telah menjelaskan perencanaan pemasaran strategis dan rencana-rencana

    pemasaran taktis yang memandu tindakan. Beberapa lembaga mempersiapkan

    rencana-rencana semacam itu dari waktu-ke waktu namun mengabaikan untuk

    mengadopsi sistem-sistem perencanaan formal. Mereka mengerti nilai dari

    mempunyai suatu rencana namun menolak prosedur-prosedur formal karena tidak

    diperlukan atau terlalu sulit. Misalnya, seorang presiden universitas menawarkan

    dasar-dasar pembenaran sebagai berikut:

    1. Para dekan dan pemimpin departemen tidak punya waktu untuk menyusun

    rencana-rencana formal, dan begitu pula administrasi puncak tidak punya

    waktu untuk membacanya.

    2. Sebagian besar kepala departemen tidak akan mampu untuk merencanakan

    bahkan ketika mereka diminta. Mereka memimpin departemen-

    departemennya karena mereka adalah para sarjana dan pemimpin dalam

    bidang mereka, bukan karena mereka manajer. Mereka mungkin menolak

  • 135

    untuk membuat rencana, atau membuat rencana secara buruk, dan ini akan

    ditoleransi sepanjang mereka bekerja dengan baik dalam hal-hal lainnya.

    3. Para pemimpin departemen tidak akan menggunakan rencana-rencana

    mereka. Rencana-rencana tersebut akan menjadi hiasan jendela belaka,

    dibuat dan kemudian disimpan. Rencana-rencana tersebut bahkan mungkin

    menjadi usang pada hari disusunnya, dengan adanya perubahan-perubahan

    yang cepat dalam pendidikan tinggi.

    4. Administrasi mempunyai rencana-rencana yang sebaiknya dijaga

    kerahasiaannya dari para pemimpin departemen, karena mereka mungkin

    merasa terancam. Para pemimpin departemen seharusnya tidak didorong

    untuk mengusulkan pengharapan-pengharapan yang tidak realistik yang

    nantinya akan ditolak oleh presiden.

    5. Menerapkan sebuah sistem perencanaan formal dan membuatnya berfungsi

    akan membutuhkan biaya dan waktu yang terlalu banyak.

    Meskipun kami mengakui validitas argumen-argumen tersebut, pengalaman

    dari banyak sekolah dan perguruan tinggi menunjukkan bahwa perencanaan formal

    dan sistem-sistem kontrol biasanya menguntungkan dan memperbaiki kinerja

    lembaga. Perencanaan formal juga membantu lembaga tersebut untuk berkomunikasi

    dengan publik-publiknya dan mempertahankan dukungan mereka.

    All Hallows School, sebuah sekolah dasar paroki yang mempunyai delapan

    ruang di daerah pedesaan Connecticut, menghadapi penutupan pada akhir tahun

    pelajaran. Jumlah siswa sekolah telah menurun dari 260 menjadi 177 siswa dalam

    lima tahun. Rumor-rumor yang bertahan mengenai penutupan sekolah tersebut

    semakin menurunkan jumlah siswa. Disamping itu, jemaat menanggung hutang

    jangka panjang yang belum dibayar selama lima tahun. Masalah-masalah keuangan

    All Hallows muncul ketika jumlah siswa dan uang sekolah menurun.

    Seorang konsultan pemasaran bekerja dengan administrator sekolah, orang tua,

    dan anggota jemaat untuk mendirikan sebuah dewan sekolah untuk mengembangkan

    sebuah rencana tertulis jangka panjang. Dengan sebuah pemahaman yang jelas

  • 136

    mengenai sumber-sumbernya, masalah-masalahnya, dan peluang-peluangnya,

    sekolah tersebut pertama-tama mengambil langkah-langkah untuk menentramkan

    jemaat mengenai stabilitas jangka panjang sekolah tersebut. Dalam kasus ini,

    perencanaan formal membantu memandu lembaga tersebut dan memenuhi kebutuhan

    pasar dan publik sekolah juga. Proses perencanaan memberi sekolah tersebut dengan

    suatu rasa keyakinan yang meningkat, dan laporan-laporan mengenai rencana itu

    meningkatkan stabilitas melalui mengkounter rumor-rumor. Para orang tua dapat

    mengetahui kinerja sekolah tersebut dari tahun ke tahun. Sekolah itu kemudian

    bergerak maju dengan menambahkan kelas-kelas pra-sekolah untuk memenuhi

    kebutuhan yang diungkapkan dan membangun suatu sistem umpan (feeder system)

    ke dalam tingkat sekolah dasar. Dengan citra stabilitas dan tindakan yang dibangun

    dengan baik ini, sekolah tersebut mampu menambah jumlah siswanya dalam setiap

    kelas sampai kapasitas penuh, dan hutang jemaah terlunasi.

    Hubungan antara perencanaan pemasaran dan kontrol diperlihatkan dalam

    Gambar 4-2. Langkah perencanan mengharuskan lembaga tersebut mengindentifikasi

    peluang-peluang pemasaran yang menarik, mengembangkan strategi-strategi

    pemasaran yang efektif, dan membangun program-program tindakan yang terperinci.

    Langkah kedua melibatkan pelaksanaan implementasi program-program tindakan

    yang tertulis dalam rencana pemasaran tersebut. Langkah ketiga meminta aktivitas

    kontrol pemasaran untuk memastikan bahwa sasaran-sasaran sedang dicapai. Kontrol

    pemasaran meliputi mengukur hasil-hasil, menganalisa penyebab-penyebab dari

    hasil-haisl yang buruk, dan mengambil tindakan-tindakan koreksi penyesuaian-

    penyesuaian dalam rencana tersebut, implementasinya, atau keduanya.

    Lembaga-lembaga pendidikan bergerak ke arah perencanaan strategis ketika

    administrasi menyadari bahwa rencana-rencana tahunan adalah masuk akal hanya

    dalam konteks suatu rencana jangka panjang. Kenyataannya, yang pertama harus ada

    adalah rencana jangka panjang, dan rencana tahunannya menjadi suatu versi

    terperinci dari tahun pertama pada rencana jangka panjang tersebut. Rencana jangka

    panjang tersebut didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai bagaimana lembaga

  • 137

    tersebut dan lingkungannya akan berubah secara terus-menerus. Oleh karena itu,

    sebuah rencana jangka panjang tidak dapat statis dan harus disusun ulang setiap

    tahunnya (disebut rolling plannig).

    Gambar 4-2. Perencaan Pasar dan Sistem Kontrol

    Pada tingkat ini, berbagai macam rencana mulai mengambil sebuah karakter

    yang lebih strategis. Lembaga yang sedang memulai perencanaan jangka panjang

    seringkali berasumsi bahwa masa depan akan menjadi suatu kelanjutan dari masa

    sekarang dan bahwa strategi-strategi, struktur kelembagaan , dan prosedur-prosedur

    yang ada sekarang akan masih tepat atau sesuai. Pada akhirnya, administrasi melihat

    bahwa lingkungannya adalah penuh dengan berbagai kemungkinan, bukan kepastian,

    dan bahwa pemikiran strategis yang lebih luas dibutuhkan. Format perencanaan

    tersebut kemudian didesain kembali agar merangsang para administrator untuk

    merenungkan dan mengevaluasi strategi-strategi alternatif yang akan memperbaiki

    kinerja lembaga tersebut.

    Para administrator kemudian diminta untuk membuat contingency plans

    (rencana-rencana kemungkinan) yang memperlihatkan bagaimana mereka akan

    merespon terhadap peluang-peluang dan ancaman-ancaman utama tertentu. Lembaga

    tersebut harus memikirkan kemungkinan-kemungkinan tersebut secara serius dan siap

    untuk mengambil tindakan jika sistem kontrol pemasaran memberi isyarat adanya

    Mengidentifikasi Pasar target yang menarik Menyusun Strategi pemasaran Menyusun Program

    Tindakan

    Melaksanakan program-program tindakan

    Perencanaan Pelaksanaan

    Mengukur hasil-hasil Mendiagnisa Hasil-hasil Mengambil tindakan- tindakan koreksi

    Kontrol

  • 138

    suatu masalah. Universitas Height telah mengalami kemunduran-kemuncuran dalam

    jumlah siswanya dan usaha-usaha penggalangan dana serta akan perlu

    mengadaptasikan rencana-rencananya terhadap keadaan-keadaan yang berubah.

    Pembuatan rencana-rencana kemungkinan, untuk membantu lembaga tersebut

    merespon dan beradaptasi terhadap lingkungannya menandakan munculnya budaya

    perencanaan strategi yang nyata dalam lembaga tersebut.

    Ketika lembaga tersebut memperoleh pengalaman dalam hal perencanaan,

    format-format rencana seringkali distandarisasi untuk memungkinkan perbandingan-

    perbandingan yang lebih berarti diantara unit-unit yang serupa. Ketika budaya

    perencanaan menjadi dominan dalam lembaga tersebut, perbaikan-perbaikan

    selanjutnya diperkenalkan. Para administrator menerima pelatihan dalam analisis

    keuangan dan diharuskan untuk mempertahankan atau menegaskan rekomendasi-

    rekomendasi mereka tidak hanya dalam hal jumlah siswa baru, donasi-donaso, dan

    sebagainya, namun juga berkenaan dengan ukuran-ukuran keuangan seperti cost-

    benefit (keuntungan-biaya) atau cost-effectiveness dari sebuah aktivitas. Ketika tidak

    tersedia ukuran-ukuran keuangan yang jelas, para administrator pendidikan dapat

    mengembangkan ukuran-ukuran pengganti, termasuk shadow price (harga

    bayangan), untuk memandu mereka dalam mengalokasikan sumber-sumber lembaga

    tersebut.

    Model-model perencanaan berbasis komputer dapat dikembangkan untuk

    membantu para administrator memeriksa hasil-hasil dari rencana-rencana pemasaran

    alternatif dan lingkungannya. Beberapa lembaga telah mengembangkan model-model

    komputer yang canggih. Semakin banyak sekolah yang menggunakan spreadsheets

    pada komputer-komputer personalnya untuk mempertimbangkan arah tindakan

    alternatif dan mengevaluasi trade-offs (pertukaran-pertukaran) diantara berbagai

    macam kebijakan dalam batasan-batasan yang ditentukan si pemakainya dalam hal

    sumber-sumber dan pilihan-pilihan. Agar bermanfaat, model tersebut

    harusmerefleksikan kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek lembaga tersebut teori

    kelembagaannya dalam sekumpulan asumsi-asumsi.

  • 139

    Merancang Proses Perencanaan Pemasaran

    Sebuah sistem perencanaan tidak terjadi bergitu saja. Menurut Michael

    Tonwsley, kira-kira seperenam lembaga pendidikan tinggi di Amerika berada dalam

    kesulitan keuangan. Banyak dari 500 sampai 600 perguruan tinggi swasta kecil yang

    tergantung pada uang kuliah tidak bisa berbuat banyak kalaupun ada perencanaan.

    Bahkan, mereka hidup dengan kecerdasan mereka, berjuang melawan kebangkrutan,

    bekerja dengan sumber-sumber yang ada (berimprovisasi), dan meraba-raba dalam

    kegelapan. Lembaga-lembaga semacam itu seringkali tidak mempunyai informasi-

    informasi keuangan dasar untuk mengetahui apakah lembaga tersebut sanggup

    membayar hutangnya, apalagi mengenai bagaimana sumber-sumbe rmereka

    dialokasikan dan dibelanjakan. Lembaga-lembaga semacam itu perlu segera

    membangun sistem-sistem dasar untuk memonitor penggunaan mereka pada sumber-

    sumber lembaga terhadap pengeluaran-pengeluaran.

    Lembaga yang efektif perlu mengadopsi atau mendesain sebuah sistem

    perencanaan yang dapat diterima bagi mereka yang akan melaksanakan perencanaan

    tersebut, jelas bagi mereka yang akan meninjaunya dan mengesahkan rencana-

    rencana tersebut, dan sesuai untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lembaga tersebut.

    Kriteria-kriteria berikut, yang diusulkan oleh John Edgar Miller khusus untuk

    perguruan-perguruan tinggi kecil, adalah anjuran-anjuran yang bermanfaat:

    Harus ada dukungan dari manajemen puncak. Dewan pengawas dan

    presiden harus menentukan apakah mereka menginginkan suatu proses

    perencanaan formal dan, jika demikian, bagaimana mereka akan

    memperlihatkan bukti-bukti mengenai dukungan mereka.

    Harus ada keterlibatan wakil-wakil konstituen-konstituen yang tepat. Staf

    pengajar, administrasi, staf pegawai, siswa, dewan pengawas, alumni, dan

    wakil-wakil masyarakat harus mempunyai peluang untuk menyampaikan

    input-input.

  • 140

    Sasaran-sasaran dari proses tersebut harus ditentukan dan disepakati.

    Proses tersebut harus didefinisikan dalam langkah-langkah yang spesifik

    dan hati-hati yang menghasilkan hasil-hasil untuk digunakan dalam tugas-

    tugas berikutnya.

    Proses tersebut harus tidak didominasi oleh satu orang atau komitee.

    Proses tersebut harus tidak dimungkinkan menjadi terisolasi secara

    fungsional, politik atau geografis.

    Proses tersebut harus memasukkan penilaian-penilaian kebutuhan secara

    berkala.

    Proses tersebut harus mempunyai umpan balik ke konstituen-konstituen

    yang terlibat setelah masing-masing tingkat keterlibatan.

    Kriteria evaluasi dan teknik-tekniknya harus diidentifikasi sebelum

    implementasi.

    Biasanya, sistem perencanaan awal ditetapkan oleh administrasi puncak,

    seringkali dengan advis dari sebuah komite dan/atau konsultan luar yang

    berpengalaman luas dalam merancang sistem-sistem perencanaan. Konsultan-

    konsultan luar dapat menyediakan perspektif-perspektf yang berharga mengenai

    perencanaan juga prosedur-prosedur dan bentuk-bentuk tertentu. Beberapa lembaga

    kemudian merekrut atau mengangkat seorang direktur perencanaan untuk

    bertanggung jawab dalam pendesainan dan mengelola proses perencanaan tersebut.

    Pekerjaan direktur perencanaan adalah bukan menulis rencana-rencana tersebut

    namun mendidik dan membantu para administrator serta orang-orang lainnya dalam

    menyusun rencana-rencana mereka. Perencanaan harus melibatkan mereka yang

    akan melaksanakan rencana-rencana tersebut. Dengan cara ini, mereka dirangsang

    untuk memikirkan tujuan-tujuan serta strategi-strategi mereka dan termotivasi untuk

    mencapai sasaran-sasaran mereka.

  • 141

    Karena perencanaan adalah sebuah proses yang berkelanjutan, lembaga tersebut

    perlu menyusun sebuah kalender proses perencanaan. Langkah-langkah kalender

    normal untuk seorang direktur perencanaan adalah sebagai berikut:

    1. Menyusun sekumpulan fakta-fakta dan trend-trend lingkungan yang relevan

    untuk diberikan kepada para administrator sebagai bagian dari perencanaan

    mereka.

    2. Bekerja dengan administrasi puncak guna mengembangkan sasaran-sasaran

    lembaga keseluruhan untuk tahun mendatang sebagai suatu basis bagi

    perencanaan selanjutnya.

    3. Bekerja dengan para administrator secara perseorangan untuk

    menyelesaikan rencana-rencana mereka, termasuk rencana-rencana

    pemasaran, sampai suatu tanggal tertentu.

    4. Bekerja dengan administrasi puncak untuk meninjau, mengesahkan, atau

    memodifikasi berbagai macam rencana.

    5. Mengembangkan sebuah rencana resmi yang terkonsolidasi bagi lembaga

    tersebut untuk tahun mendatang.

    Penetapan sebuah rangkaian kalender perencanaan menegaskan peran penting

    perencanaan pemasaran dalam proses perencanaan keseluruhannya. Para

    administrator individual memeriksa trend-trend lingkungan dan sasaran-sasaran

    lembaga. Kemudian mereka menentukan sasaran-sasaran pemasaran (jumlah siswa

    baru, donasi, dan sebagainya) untuk program-program mereka selama periode

    mendatang, bersama-sama dengan pengajuan strategi-strategi dan anggaran-anggaran

    pemasaran. Begitu semuanya disetujui oleh administrasi puncak, keputusan-

    keputusan dapat diambil dalam hal personil-personil yang dibutuhkan dan sumber-

    sumber lainnya guna mengimplementasikan startegi tersebut.

    MEMONITOR PROSES PEMASARAN

  • 142

    Kontrol pemasaran adalah sebuah sistem peringatan dini (early-warning

    system). Setelah rencana pemasaran diimplementasikan, banyak kejutan-kejutan

    mungkin terjadi yang mana membutuhkan penyesuaian-penysuaian suatu

    perubahan dalam pendanaan pemerintah federal, gempa bumi, keluarnya staf

    pegawai, dan sebagainya. Sistem kontrol pemasaran meliputi teknik-teknik untuk

    menentukan kapan tujuan-tujuan rencana dipenuhi dan kapan membuat penyesuaian-

    penyesuaian ketika tujuan-tujuan tersebut tidak terpenuhi.

    Tabel 4-4 memperlihatkan tipe-tipe kontrol pemasaran. Masing-masing tipe

    mempunyai tempatnya sendiri-sendiri dalam sebuah lembaga pendidikan. Annual-

    plan control (kontrol rencana-tahunan) menunjukkan langkah-langkah yang diambil

    selama tahun tersebut untuk memonitor dan mengkoreksi penyimpangan-

    penyimpangan kinerja dari rencana tersebut. Financial control (kontrol keuangan)

    terdiri dari usaha-usaha untuk menentukan pengaruh-pengaruh keuangan aktual dari

    program-program, pelayanan-pelayanan, segmen-segmen pasar, atau lokasi-lokasi

    yang berbeda. Strategic control (kontrol strategis) terdiri dari suatu evaluasi

    sistematis mengenai kinerja pemasaran lembaga dalam hubungannya dengan

    peluang-peluang pasarnya. Kami menjelaskan masing-masing bentuk kontrol

    pemasaran dalam bagian berikut ini.

    Tabel 4-4. Tipe-tipe Kontrol Pemasaran

    Tipe Kontrol Tanggung jawab

    Utama

    Tujuan Kontrol Pendekatan

    I. Kontrol rencana-tahunan - Administrasi

    puncak

    - Manamjemen

    menengah

    Memeriksa apakah

    hasil-hasil yang

    direncanakan sedang

    dicapai

    Perfromance analysis

    Market-share analysis

    Marketing expense-to-

    performance ratios

    Market-attitude tracking

    II. Kontrol Penerimaan

    /biaya

    Pengontrol Pemasaran Memeriksa apakah

    organisasi tersebut

    menghasilkan laba atau

    rugi

    Profitabilitas oleh:

    - Program atau pelayanan

    - Lokasi

    - Segmen pasar

    III. Kontrol Strategis - Administrasi puncak

    - Auditor pemasaran

    Memeriksa apakah

    lembaga tersebut

    Audit pemasaran

  • 143

    sedang mengejar

    peluang-pekuang

    terbaik

    Kontrol Rencana Tahunan

    Kontrol rencana tahunan atau annual-paln control dirancang untuk memonitor

    pengaruh-pengaruh dari pelaksanaan rencana tahunan. Empat langkah dari kontrol

    tersebut dipelrihatkan dalam Gambar 4-3. Pertama, berbagai macam administrator

    dekan, kepala-kepala departemen, direktur penerimaan siswa baru, dan sebagainya

    menentukan sasaran-sasaran yang didefinisikan dengan baik untuk selama masing-

    masing bulan, kwartal, tahun akademis, atau periode-periode lainnya selama tahun

    rencana tersebut. Kedua, teknik-teknik pemonitoran dan titik-titik pemeriksaan

    ditetapkan untuk melacak pencapaian sasaran-sasaran. Ketiga, para administrator

    berusaha untuk mendiagnosa penyebab-penyebab dari penyimpangan serius dalam

    kinerja. Keempat, administrator memilih tindakan-tindakan koreksi yang mereka

    harapkan akan menutup jurang pemisah antara sasaran dan kinerja. Sistem ini adalah

    sebuah contoh management by objectives.

    Gambar 4-4. Proses Kontrol

    Empat alat kontrol utama yang umumnya digunakan : Performance analysis ,

    market-share analysis, marketing expense-to-performance analysis, dan market

    attitude tracking.

    Performance Analysis. Performance analysis adalah pengukuran dan

    evaluasi kinerja aktual, yang diukur dengan jumlah siswa, penerimaan dari uang

    kuliah, dan/atau donasi-donasi yang berhubungan dengan sasaran-sasaran kinerja.

    Apa yang ingin

    kita capai?

    Penyusunan Tujuan

    Apa yang

    terjadi?

    Pengukuran Kinerja

    Mengapa

    terjadi?

    Apa yang harus kita lakukan

    mengenai hal itu?

    Diagnosa Kinerja Tindakan Koreksi

  • 144

    Jadi, direktur penerimaan siswa baru akan membandingkan jumlah aktual siswa baru

    yang terdaftar dengan jumlah yang diharapkan, dan direktur pengembangan dapat

    membandingkan banyaknya dan jumlah donasi yang yang diterima dengan tujuan-

    tujuan penggalangan dana menurut tipe donor (alumnus, orang tua siswa, dan

    semacamnya), besarnya sumbangan, dan sebagainya. Jika alumni yang memberikan

    donasi terlalu sedikit, jika kategori-kategori alumni tertentu kurang terwakili, atau

    jika jumlah sumbangan rata-rata dalam kategori tertentu adalah berkurang dari tahun-

    tahun sebelumnya, maka penyebab-penyebabnya harus diteliti dengan cermat dan

    tindakan-tindakan koreksi diambil.

    Market Share Analysis. Lembaga-lembaga harus meninjau secara periodik

    apakah mereka mengalami kemunduran berkaitan dengan persaingannya. Misalnya,

    sebuah sekolah swasta mungkin menjumpai pelamar-pelamarnya tumbuh 5 persen

    per tahun sementara pelamar-pelamar di pesaingnya telah meningkat sebesar 15

    persen. Market-share adalah indikator yang jauh lebih baik untuk keefektivan

    pemasaran, namun market-share harus digunakan secara berhati-hati. Lembaga

    tersebut harus mengidentifikasi pesaing-pesaingnya yang sebenarnya. Universitas

    Height misalnya, seharusnya tidak mengukur hasil jumlah mahasiswa barunya

    terhadap universitas-universitas negeri yang besar atau universitas-universitas swasta

    elit. Bahkan, universitas tersebut harus membandingkan hasil jumlah mahasiswa

    barunya dengan lembaga-lembaga lain dimana para pelamarnya juga melamar ke

    lembaga-lembaga tersebut. Sebuah pesaing yang terdekat adalah lembaga lain dimana

    siswa-siswa yang melamar ke Universitas Heights memandang lembaga tersebut

    sebagai sama-sama diinginkan.

    Marketing Expense-to-Performance Analysis. Kontrol rencana tahunan juga

    harus mengevaluasi berbagai macam pengeluaran pemasaran sebagai suatu

    perbandingan ke kinerja (biasanya diukur dengan penerimaan) untuk memastikan

    bahwa lembaga tersebut tidak membelanjakan terlalu banyak untuk mencapai

    sasaran-sasarannya. Sebuah lembaga pendidikan mungkin perlu untuk menelusuri

  • 145

    perbandingan atau rasio antara pengeluaran pemasaran untuk pendaftaran

    (penerimaan siswa baru) dengan jumlah siswanya, dan rasio antara pengeluaran

    untuk penggalangan dana dengan sumbangan-sumbangan yang dierima. Disamping

    melacak pengeluaran-pengeluaran, lembaga tersebut harus mengawasi rasio-rasio

    lainnya yang membandingkan usaha-usaha dengan hasil-hasilnya. Misalnya, seorang

    direktur pengembangan yang berpengalaman bisa memeriksa rasio-rasio berikut ini

    secara berkala : penerimaan per penggalang dana, jumlah kontak (hubungan) per

    penggalang dana per periode, persentase dari kontributor potensial yang dihubungi,

    dan persentase donor-donor berulang.

    Market-Attitude Tracking. Lembaga-lembaga secara periodis harus

    memeriksa sikap-sikap klien terhadap lembaga tersebut. Erosi sikap-sikap dapat

    mengkontribusi pada penurunan di kemudian hari dalam hal jumlah siswa dan

    donasi-donasi. Para siswa bisa drop out atau mengecilkan hati para pelamar potensial,

    donor-donor mungkin menguangi besar atau frekwensi sumbangannya atau berhenti

    memberi sumbangan, dan program-program akademis tertentu mungkin ditinggalkan

    oleh mayoritas mahasiswa yang tidak puas. Dengan mengetahui perubahan sikap-

    sikap tersebut sejak dini dapat menuntun ke perubahan-perubahan untuk pencegahan.

    Sikap-sikap pasar dapar diukur melalui kotak keluhan dan anjuran, panel-panel

    konsumen, dan survei-survei kepuasan konsumen.

    Kontrol Penerimaan/Biaya

    Disamping kontrol rencana tahunan, lembaga-lembaga secara periodik dapat

    menentukan pengembalian atau penerimaan keuangan aktual untuk berbagai macam

    program mereka, kelompok-kelompok konsumennya, teritoialnya, atau lokasi-

    lokasinya. Revenue/cost analysis membutuhkan pengidentifikasian semua penerimaan

    yang dihasilkan oleh sebuah unit tertentu (departemen, program, kantor) atau

    pelayanan tertentu dan sema biaya yang berhubungan dengannya, kemudian

    membandingkan penerimaan-penerimaan dan biaya-biayanya untuk menentukan

  • 146

    status keuangan unit tersebut. Untuk lembaga-lembaga pendidikan kecil yang hanya

    mempunyai satu atau dua program, tugas ini bisa langsung. Tetapi memisahkan

    penerimaan-penerimaan dan biaya-biaya sebuah career center perguruan tinggi dari

    anggaran total perguruan tinggi tersebut akan menjadi lebih sulit, karena sebuah

    career center yang sangat efektif bisa menarik lebih banyak siswa yang pandai ke

    perguruan tinggi tersebut, sehingga penerimaan dari uang kuliah meningkat, dan bisa

    menarik lebih banyak donasi dari perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan siswa

    perguruan tinggi tersebut. Disamping itu, penempatan biaya-biaya overhead ke

    program-program adalah agak bebas.

    Analisis penerimaan/biaya dapat digunakan untuk menyediakan informasi-

    informasi mengnai profitabilitas relatif dari berbagai macam program, pelayanan,

    cabang-cabang, dan kesatuan-kesatuan pemasaran lainnya. Namun ini tidak

    menunjukkan bahwa kesatuan pemasaran yang tidak profitable harus dibubarkan

    atau hal ini tidak mengukur kemungkinan perbaikan profit jika unit-unit margin

    diturunkan. Lembaga tersebut harus mempertimbangkan apakah masing-masing

    kesatuan akan diharapkan untuk menyesuaikan penerimaan-penerimaan dan biaya-

    biayanya. Presiden dari akademi pendidikan yang dihormati memprotes suatu

    rekomendasi bahwa masing-masing unit dari perguruan tinggi tersebut harus mandiri

    secara ekonomi: Perpustakaan tidak memiayai dirinya sendiri, tetapi kita harus

    mempunyai sebuah perpustakaan! sebuah akademi bisnis mungkin membenarkan

    pelaksanaan kursus-kursus pendidikan yang berkelanjutan untuk orang-orang bisnis

    lapangan dengan dasar bahwa ini mendorog donasi, memperbaiki prospek-prospek

    pekerjaan unyuk lulusan akademi tersebut, atau menyediakan suatu pelayanan kepada

    masyarakat, bahkan jika penerimaan dari kursus semacam itu tidak banyak

    mengkontribusi terhadap overhead.

    Sebagian besar lembaga pendidikan mempunyai beberapa program yang

    diharapkan membiayai sendiri atau bahkan menghasilkan surplus. Untuk lembaga-

    lembaga swasta, pendidikan yang berkelanjutan biasanya ditujukan sebagai penghasil

    profit. Departemen-departemen akademis, sebaliknya, seringkali dipandang sebagai

  • 147

    bagian dari sebuah portofolio. Departemen-departemen klasik bahkan mungkin impas

    atau rugi uang, sementara akademi bisnis akan menghasilkan profit. Dengan

    mengabaikan apakah kesatuan tersebut diharapkan menghasilkan profit,

    perbandingan-perbandingan penerimaan dan biaya dapat mendorong pemikiran

    mengenai cara-cara yang mungkin untuk memperbaiki penerimaan dan mengurangi

    biaya-biaya di kesatuan tersebut, sambil mempertahankan atau menambah kualitas

    dan fungsinya.

    Kontrol Strategis

    Dari waktu ke waktu, lembaga-lembaga harus memeriksa secara kritis kinerja

    pemasaran mereka keseluruhannya. Pemasaran adalah salah satu area utama dimana

    keusangan sasaran-sasaran, kebijakan-kebijakan, strategi, dan program adalah

    sebuah kemungkinan yang terus-menerus. Audit pemasaran adalah alat diagnostik

    utama untuk menilai operasi-operasi dan peluang-peluang pemasaran lembaga

    tersebut. Audit pemasaran akan disajikan dalam Bab 17.

    RINGKASAN

    Perencanaan pemasaran dan kontrol dapat memandu operasi-operasi lembaga

    tersebut di pasar. Lembaga-lembaga pendidikan mempunyai sistem-sistem

    perencanaan dengan berbagai macam tingkat kerumitan, dari sistem penganggaran

    yang sederhana sampai sistem-sistem perencaaan jangka panjang formal. Meskipun

    para pendidikan seringkali menolak perencanaan formal, sistem perencanaan formal

    yang rumit dapat mengkontribusi pada keefektivan lembaga.

    Lembaga-lembaga pendidikan harus melaksanakan perencanaan strategisnya

    dan perencanaan pemasaran taktis. Perencanaan strategis terdiri dari beberapa

    langkah yang bisa dilaksanakan untuk unit-unit lembaga juga untuk lembaga tersebut

    sebagai suatu keseluruhan. Yang pertama adalah analisis lingkungan, dimana

    lembaga tersebut memeriksa lingkungan internalnya, pasar-pasar, publik, pesaing,

  • 148

    dan lingkungan makro. Ancaman-ancaman dan peluang-peluang diidentifikasikan

    sehingga lembaga tersebut dapat mempersiapkan rencana-rencana kemungkinan dan

    memonitor trend-trend. Lembaga tersebut kemudian memeriksa kekuatan-kekuatan

    dan kelemahan-kelemahan utamanya dalam personil, dana, fasilitas, sistem, dan

    sumber-sumber lainnya.Dalam langkah perumusan tujuan, lembaga tersebut meninjau

    dan merevisi misi dasarnya, dan merumuskan tujuan-tujuan utamanya dan sasaran-

    sasaran spesifiknya yang dapat diukur.

    Perumusan strategi membutuhkan penganalisaan portofolio program-program

    yang ada di lembaga tersebut untuk menentukan mana yang harus dibangun,

    dipertahankan, atau dibubarkan. Strategi yang dihasilkan meliputi keputusan-

    keputusan mengenai program-program sekarang dan masa depan dalam lembaga

    tersebut, dan mengenai perubahan-perubahan yang dibutuhkan dalam struktur,

    karyawan, dan budaya di lembaga tersebut. Terakhir, lembaga tersebut memeriksa

    sistem-sistem informasi, perencanaannya, dan kontrol untuk memastikan bahwa

    sistem-sistem tersebut memadai untuk melaksanakan strategi secara berhasil.

    Perencanaan pemasaran taktis adalah proses penyusunan rencana-rencana

    spesifik yang akan mengimplementasikan strategi keseluruhannya. Rencana

    pemasaran taktis memuat bagian-bagian berikut: Ringkasan pelaksanaan, analisis

    situasi, tujuan dan sasaran, strategi pemasaran, program tindakan, anggaran, dan

    kontrol. Bagian strategi pemasaran pada rencana tersebut mendefinisikan pasar-pasar

    target, campuran pemasaran, dan pengeluaran-pengeluaran pemasaran yang akan

    digunakan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasaran.

    Kontrol pemasaran adalah sebuah bagian yang hakiki pada perencanaan

    pemasaran. Lembaga-lembaga dapat menggunakan tiga tipe kontrol pemasaran.

    Annual-plan control terdiri dari pemonitoran kinerja pemasaran sekarang untuk

    memastikan bahwa tujuan-tujuan tahunan sedang dicapai. Alat-alat utama tersebut

    adalah perromance analysis, market-share analysis, marketing expense-to-

    performance analysis, dan market-attitude analysis. Jika kinerja yang buruk dideteksi,

    lembaga tersebut dapat mengambil tindakan-tindakan koreksi. Kontrol

  • 149

    penerimaan/biaya terdiri dari penentuan laba atau rugi untuk berbagai macam

    program, kelompok-kelompok konsumen, teritorial-teritorial, atau lokasi-lokasi.

    Analisis penerimaan/biaya tidak menunjukkan apakah suatu kestauan harus didukung

    atau dihapuskan. Kontrol strategis terdiri dari memastikan bahwa sasaran-sasaran,

    strategi-strategi, dan sistem-sistem pemasaran lembaga tersebut diadaptasikan secara

    optimal ke lingkungan pemasaran yang sekarang dan yang diperkirakan.