PRoposal YEni Ekawati

51
KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN JUAL BELI SAHAM SYARIAH DI PERBANKAN SYARIAH USULAN PENELITIAN TESIS Disusun Dalam Rangka Menyusun Tesis S2 Program Studi Magister Kenotariatan Oleh YENI EKAWATI 11010213410259 Pembimbing: DR. NUNUNG RODLIYAH, MA.

description

MKN

Transcript of PRoposal YEni Ekawati

Page 1: PRoposal YEni Ekawati

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN JUAL BELI SAHAM SYARIAH DI PERBANKAN SYARIAH

USULAN PENELITIAN TESIS

DisusunDalam Rangka Menyusun Tesis S2

Program Studi Magister Kenotariatan

OlehYENI EKAWATI11010213410259

Pembimbing:DR. NUNUNG RODLIYAH, MA.

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

Page 2: PRoposal YEni Ekawati

2014PROPOSAL

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN JUAL BELI SAHAM SYARIAH DI PERBANKAN SYARIAH

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas

manusia dan masyarakat Indonesia yang dilaksanakan secara

berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan

tantangan perkembangan global. Pada pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945 ditegaskan bahwa salah satu tujuan nasional Negara

Republik Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum sejalan

dengan kemajuan ekonomi dan diwujudkan melalui pelaksanaan

penyelenggaraan Negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis

dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Perlu dimanfaatkan segala potensi yang ada dalam rangka mencapai

tujuan pembangunan nasional melalui kebijaksanaan serta langkah-

langkah tertentu yang mendukungnya, dengan demikian keberhasilan

suatu pembangunan harus dapat menciptakan kemampuan Negara dan

masyarakat untuk memperluas tersedianya sarana dan prasarana dalam

segala bidang.

Pembangunan nasional dilaksanakan seiring dengan peningkatan

kualitas sumber daya manusia yang ada, serta memerlukan sumber dana

yang dapat membiayai perwujudan dan pencapaian tujuan

1

Page 3: PRoposal YEni Ekawati

pembangunan nasional. Oleh karena itu, sektor ekonomi harus selalu

diperhatikan selain bidang-bidang lain seperti hukum, hankam, maupun

bidang politik, kesemuanya harus dilaksanakan secara seimbang dan

merata.

Salah satu kebijakan dalam sektor ekonomi adalah pengembangan

pasar modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peranan di

bidang pasar modal, merupakan suatu kebijakan dari pemerintah, dengan

demikian maka jelaslah perlu adanya keseimbangan yang saling

menunjang dalam segala bidang, sehingga saling memperkokoh satu

sama lain.1

Istilah “pasar modal” dipakai sebagai terjemahan dari istilah “capital

market”. Yang berarti suatu tempat atau sistem bagaimana caranya

dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk kapital suatu perusahaan,

merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang

dikeluarkan2. Jadi sama seperti di pasar-pasar lainnya, pasar modal

merupakan tempat orang-orang melakukan perdagangan efek.

Bursa efek merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan

perdagangan efek. Dalam Bab I Pasal 1 Angka 4 UU No.8 Tahun 1995

Tentang Pasar Modal (selanjutnya dalam tulisan ini disebut UUPM),

dijelaskan mengenai definisi bursa efek sebagai berikut :

“Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka”.

1 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia tahun 1999-2004.

2 Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 1996, hlm. 10.

2

Page 4: PRoposal YEni Ekawati

Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan

perdagangan yang teratur, wajar dan efisien. Dengan demikian harga

yang terjadi mencerminkan mekanisme pasar berdasarkan kekuatan

permintaan dan penawaran. Untuk itu, secara operasional kegiatan pasar

modal perlu mendapatkan pengawasan agar dapat dilaksanakan secara

teratur, wajar dan efisian. Pembinaan, pengawasan dan pengaturan

sahari-hari pasar modal dilakukan oleh Bapepam sesuai dengan

ketentuan dalam UUPM. 3

Pasar modal perlu ada karena dapat merupakan indikator

kemajuan perekonomian suatu negara, serta menunjang perkembangan

ekonomi negara yang bersangkutan. Pasar modal merupakan sumber

dana alternatif bagi pembiayaan beroperasinya perusahaan-perusahaan

yang merupakan tulang ekonomi suatu negara. Pasar modal muncul

sebagai salah satu alternatif solusi pembiayaan jangka panjang. Disisi

lain, dengan adanya pasar modal maka memberikan banyak kesempatan

kepada perusahaan untuk go public, yang berarti pula memberikan

kesempatan kepada masyarakat luas untuk memiliki saham perusahaan

tersebut.4

Wacana Sistem Ekonomi Islam sebagai sistem ekonomi alternatif

dunia bukanlah isapan jempol. Pada 28 April-1 Mei 2008, di Kuwait digelar

perhelatan akbar World Islamic Economic Forum (WIEF) keempat dengan

3 KSEP-ITB, Modul Pelatihan Dasar Pasar Modal Untuk Anggota Baru, Bandung 2002, hlm.1.

4 KSEP-ITB, Modul Pelatihan Dasar Pasar Modal Untuk SMU SE-Bandung Raya, Bandung 2003, hlm.1.

3

Page 5: PRoposal YEni Ekawati

tema “Negara-negara Islam sebagai Mitra Pembangunan Global.”

Perhelatan ini juga dihadiri oleh delegasi non-muslim seperti Tony Blair,

mantan PM Inggris dan Bob Hawke, mantan PM Australia.

Di Indonesia sendiri, Ekonomi Islam mengalami pertumbuhan yang

sangat pesat. Pertumbuhan ini berawal sejak diakuinya dual

system perbankan pada tahun 1992 yang mengijinkan beroperasinya

sistem perbankan tanpa bunga (Bank Syariah). Bertalian erat dengan hal

tersebut, jual beli merupakan aktivitas utama perekonomian baik dalam

sistem ekonomi Islam maupun sistem ekonomi lain. Sistem Ekonomi Islam

memberikan perhatian serius terhadap permasalahan jual beli.

Permasalahan jual beli dibahas secara mendetail oleh banyak ulama di

samping masalah ritual ibadah mahdah. Islam tidak mengenal dikotomi

antara aktivitas keduniawian dengan keukhrawian.

Setiap aktivitas dunia senantiasa berkaitan erat dengan aktivitas

akhirat sehingga harus berada dalam bingkai ajaran Islam. Sistem Islam

melarang setiap aktivitas perekonomian tak terkecuali jual beli

(perdagangan) yang mengandung unsur paksaan, mafsadah (lawaran dari

manfaat), dan gharar (penipuan). Sedangkan, bentuk perdagangan Islam

mengijinkan adanya sistem kerja sama (patungan) atau lazim disebut

dengan syirkah.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 menyebutkan

Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

4

Page 6: PRoposal YEni Ekawati

Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 7 disebutkan Bank Syariah adalah Bank

yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan

menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah. Pasal 1 butir 8 dan 9 memberikan penjelasan tentang dua

komponen tersebut. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang

dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran,

sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Mengenai unit usaha syariah dirumuskan dalam Pasal 1 butir 10

yang menyatakan bahwa unit usaha syariah, yang selanjutnya disebut

UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang

berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor

cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi

sebagai kantor induk dan kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit

syariah.

Berdasarkan rumusan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

Perbankan Syariah adalah Perbankan yang melaksanakan kegiatan

berdasarkan “Prinsip Syariah”, kemudian Pasal 2 menyebutkan bahwa

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan

“Prinsip Syariah”, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Jadi di sini

yang menjadi ukuran pembeda antara perbankan syariah dengan

5

Page 7: PRoposal YEni Ekawati

perbankan konvensional ialah didasarkan atau tidaknya pada apa yang

dinamakan “Prinsip Syariah”.

Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari

perkembangan pasar modal. Perkembangan pasar modal di negara-

negara maju, termasuk di negara-negara muslim sekalipun, kiranya

menuntut untuk dicermati lebih lanjut. Hal ini menjadi keharusan, selain

terkait dengan semakin membesarnya peran pasar modal di dalam

memobilisasi dana ke sektor riil, juga disebabkan adanya tuntutan bahwa

sekuritas yang diperdagangkan harus selaras dengan syariat Islam.

Pasal 12 dan 13. Pasal 12 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008

menyatakan bahwa Saham Bank Syariah hanya dapat diterbitkan dalam

bentuk saham atas nama. Kemudian dalam Pasal 13 menentukan Bank

Umum Syariah dapat melakukan penawaran umum efek pasar modal

sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Pada kegiatan jual beli saham di perbankan syariah, mempunyai

keunggulan dibandingkan dengan perbankan konvensional. Selain produk

sahamnya tergolong halal, sistem transaksi jual-beli di pasar modal

syariah pun harus sesuai ketentuan syariah Islam, yakni terbebas dari

unsur ketidakpastian, judi, dan bunga. Salah satu cara transaksi yang

dilarang dalam pasar modal syariah karena dianggap bersifat judi adalah

short selling (jual kosong) yakni penjualan saham yang belum dimiliki

(belum ada di tangan) kepada investor, yang biasa terjadi pada saham

konvensional, saham yang telah dijual baru bisa dibeli saat sore hari

6

Page 8: PRoposal YEni Ekawati

(penyerahan pembelian surat berharga kepada investor dilakukan pada

sore hari), dengan harapan harga saham tersebut telah turun agar didapat

keuntungan lebih tinggi.5

Mengingat barang yang dijual belum ada di tangan, maka dalam

prinsip syariah, hal itu sama saja dengan membohongi investor dan

bersifat judi sehingga diharamkan. Apabila short selling itu dimaknai

sebagai praktik jual-beli dalam waktu cepat yaitu membeli saham di pagi

hari dan dijual kembali sore hari saat harga saham naik- maka transaksi

semacam itu diperbolehkan syariah, sejauh barang yang akan dijual

kembali memang telah terbeli. 6

Sistem margin trading juga tak berlaku di pasar modal syariah.

Sebab, investor hanya boleh bertransaksi sebesar dana yang dimilikinya.

Sementara lewat margin trading berarti investor bisa membeli saham

melebihi dana yang ia miliki dengan cara meminjam dulu plus membayar

bunganya kepada perusahaan sekuritas. Sebagai contoh, seorang

investor ingin membeli saham senilai Rp 30 juta namun ia hanya

memegang dana Rp 20 juta. Kekurangan dananya lantas ditalangi

perusahaan sekuritas dengan beban bunga. Ketika harga saham naik,

surat berharga tersebut dijual dengan perhitungan bahwa dari selisih

harga beli dna harga jual, maka ia akan mendulang keuntungan, yang

sebagian bisa untuk membayar modal berikut bunganya. Namun jika

ternyata harga saham turun, berarti ia mengalami kerugian berlipat kali.

Inilah yang dilarang dalam ekonomi syariah. Sebab setiap lembaga

5 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perbankan Syariah (UU No. 21 Tahun 2008), Refika Aditama, Jakarta, 2009, hlm.10.

6 Ibid, hlm.10.

7

Page 9: PRoposal YEni Ekawati

keuangan yang bermain di pasar modal syariah selalu dipantau oleh

Dewan Pengawas Syariah. 7

Salah satu contoh kasus yang terkait dengan jual beli saham di perbankan Syariah adalah kasus yang terjadi pada Azka yang ingin menginvestasikan dananya, salah satu alternatif di bank syariah adalah produk deposito. Dalam produk deposito, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank Syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah serta mengembangkannya, termasuk akad mudharabah dengan pihak ketiga. Dalam produk deposito, ada dua bentuk akad mudharabah, yaitu Mudharabah Muthlaqah (Unrestricted Investment Account) dan Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment Account). Dalam deposito Mudharabah Muthlaqah, pemilik dana tidak memberikan batasan atas persyaratan tertentu kepada Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik berkaitan dengan tempat, cara, maupun objek investasinya. Berbeda dengan deposito Mudharabah Muqayyadah, pemilik dana memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik berkaitan dengan tempat, cara, maupun objek investasinya. Berinvestasi dengan produk deposito mendapatkan bagi hasil yang kecil dan tidak dapat diambil sebelum jatuh tempo. Jika diambil sebelum jatih tempo, nasabah akan dikenakan penalti atau denda sebesar 3% dari jumlah dananya. Adapun dari sisi keamanan, dana nasabah di bank dijamin oleh pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sehingga tidak khawatir dana hilang jika bank suatu ketika bermasalah. Bentuk investasi yang dapat diambil oleh Azka adalah Reksa Dana yang menggunakan Prinsip Syariah. Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.  Adapun Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan Prinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib al-mal/Rabb al-mal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil sahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil sahib al-mal dengan pengguna investasi.8 

Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan kajian mendalam dari

sudut pandang Islam akan aktivitas jual beli saham di pasar modal. Hal ini

disebabkan karena sifat hukum Islam yang universal dan komprehensif

7 Ibid, hlm.11.8 http://dayatfsh.blogspot.com/2013/08/berinvestasi-sesuai-dengan-prinsip.html,

diakses 17 November 2014, pada pukul 22.03 WIB

8

Page 10: PRoposal YEni Ekawati

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul:”Kajian Yuridis Terhadap Pelaksanaan Jual

Beli Saham Syariah di Perbankan Syariah”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan di atas, maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana regulasi hukum di Indonesia dalam proses pelaksanaan

jual beli saham Syariah di perbankan Syariah?

b. Hambatan-hambatan apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan jual beli

saham Syariah di perbankan Syariah?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi peluasan dalam pembahasan sehingga

memungkinkan penyimpangan dari judul, maka penulis membatasi ruang

lingkup dalam penelitian sebagai berikut:

a. Regulasi hukum di Indonesia dalam proses pelaksanaan jual beli

saham Syariah di perbankan Syariah.

b. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan jual beli saham

Syariah di perbankan Syariah.

9

Page 11: PRoposal YEni Ekawati

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dalam tesis ini, pada garis besarnya adalah

untuk menjawab permasalahan, yaitu:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis regulasi hukum di Indonesia

dalam proses pelaksanaan jual beli saham Syariah di perbankan

Syariah.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan-hambatan yang terjadi

dalam pelaksanaan jual beli saham Syariah di perbankan Syariah.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

kepentingan negara, masyarakat, dan pembangunan khususnya bidang

hukum perusahaan.

b. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu, khususnya ilmu

hukum tentang saham dan perbankan syariah, sehingga dapat menambah

referensi ilmiah yang berguna untuk pengembangan ilmu hukum.

10

Page 12: PRoposal YEni Ekawati

D. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori

a. Pengertian Jual beli

Secara etimologis, jual beli berarti menukar harta dengan harta.

Sedangkan, secara terminologi, jual beli memiliki arti penukaran selain

dengan fasilitas dan kenikmatan.

b. Dasar Hukum

Jual beli disyariatkan di dalam Alquran, sunnah, ijma, dan dalil akal.

Allah SWT berfirman: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba.” (Alquran, 2:275)

c. Klasifikasi Jual beli

Jual beli dibedakan dalam banyak pembagian berdasarkan sudut

pandang. Adapun pengklasifikasian jual beli adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan Objeknya

Jual beli berdasarkan objek dagangnya terbagi menjadi tiga jenis,

yaitu:

a) Jual beli umum, yaitu menukar uang dengan barang.

b) Jual beli as-Sharf (Money Changer), yaitu penukaran uang dengan

uang.

c) Jual beli muqayadhah (barter), yaitu menukar barang dengan

barang.

2) Berdasarkan Standardisasi Harga

11

Page 13: PRoposal YEni Ekawati

a) Jual Beli Bargainal (tawar menawar), yaitu jual beli di mana penjual

tidak memberitahukan modal barang yang dijualnya.

b) Jual Beli Amanah, yaitu jual beli di mana penjual memberitahukan

modal barang yang dijualnya. Dengan dasar ini, jual beli ini terbagi

menjadi tiga jenis: Jual beli murabahah, yaitu jual beli dengan

modal dan keuntungan yang diketahui. Jual beli wadhi’ah, yaitu jual

beli dengan harga di bawah modal dan kerugian yang diketahui.

Jual beli tauliyah, yaitu jual beli dengan menjual barang sama

dengan harga modal, tanpa keuntungan atau kerugian.

3) Cara Pembayaran

Ditinjau dari cara pembayaran, jual beli dibedakan menjadi empat

macam:

a) Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran secara

langsung (jual beli kontan).

b) Jual beli dengan pembayaran tertunda (jual beli nasi’ah).

c) Jual beli dengan penyerahan barang tertunda.

d) Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran sama-sama

tertunda.

d. Investasi dalam Islam

1) Syirkah dan Hukum-hukumnya

       Syirkah menurut ahli fiqih berarti aliansi dalam kepemilikan atau

dalam beraktivitas. Syirkahdisyariatkan menurut ijma’ para ulama yang

disandarkan pada beberapa dalil, di antaranya Firman Allah SWT:

12

Page 14: PRoposal YEni Ekawati

“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai

rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah.” (Alquran,

Al-Anfal: 41).

       Syirkah terbagi menjadi dua macam, yaitu syirkah

kepemilikan dan syirkah transaksional. Syirkah kepemilikan yaitu

persekutuan antara dua orang atau lebih dalam kepemilikan salah satu

barang dengan salah satu sebag kepemilikan seperti jual beli, hibah atau

warisan. Sedangkan, syirkah transaksional merupakan akad kerjasama

antara dua orang yang bersekutu dalam modal dan keuntungan.

a) Macam-macam syirkah transaksional

Mayoritas ulama, membagi syirkah transaksional sebagai berikut:

(1) Syirkatul ‘Inan, yaitu persekutuan dalam modal, usaha dan keutungan.

Dua orang atau lebih dengan modal yang mereka miliki, membuka

usaha yang mereka lakukan sendiri, lalu berbagi keuntungan. Ijma’

membolehkan syirkah semacam ini, meski pada perinciannya ada

yang diperselisihkan.

(2) Syirkatul Abdan, yaitu kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam

usaha yang dilakukan oleh tubuh mereka, seperti kerjasama doketer di

klinik, tukang jahit atau tukang cukur dalam salah satu pekerjaan. Hal

ini dibolehkan, kecuali oleh Imam Syafi’ie.

(3) Syirkatul Wujuh, yaitu kerjasama dua pihak atau lebih dalam

keuntungan dari apa yang mereka beli dengan nama baik mereka. Tak

seorangpun dari mereka yang memiliki modal. Syirkah ini dibolehkan

13

Page 15: PRoposal YEni Ekawati

menurut Hanafiyah dan Hambaliyah, namun dilarang menurut

Malikiyah dan Syafi’iyah.

(4) Syirkatul Muwafadhah, yaitu kerjasama di mana setaiap pihak memiliki

modal, usaha dan hutang-piutang yang sama, dari awal hingga akhir.

Kerjasama seperti ini diperbolehkan oleh mayoritas ulama kecuali

Syafi’i.

b) Mudharabah (Investasi) dan Hukum-hukumnya

Mudharabah adalah penyerahan modal kepada orang yang terbiasa

berdagang dengan memberikan sebagian keuntungan kepada pedagang

tersebut. Hal ini dibolehkan berdasarkan ijma’ kaum muslimin. Rukun-

rukun kerjasama ini ada tiga: Dua pihak transaktor, objek transaksi, dan

pelafalan perjanjian.

Dua transaktor harus memiliki kompetensi. Boleh juga bekerjasama

dengan nonmulsim, dengan syarat harus dimonitor pengelolaannya agar

kehalalannya terjaga. Sementara, objek transaksi yang disyaratkan harus

berupa alat tukar emas, perak dan uang. Dibolehkan menanam modal

dengan hutang, bagi yang memiliki kemampuan untuk membayarnya.

Juga boleh menanam modal dengan uang titipan atau dapat berupa dana

segar.

      Sementara dalam usaha investasi ini disyaratkan untuk diputar dalam

dunia niaga dan bidang-bidang terkait. Kalangan Hambaliyah

membolehkan penyerahan modal dalam bidang industri dalam bentuk

alat-alat produksi dengan mengambil keuntungan dari sebagian hasilnya,

14

Page 16: PRoposal YEni Ekawati

diqiyaskan dengan muzara’ah (investasi pertanian) dan musaqot

(investasi perkebunan).

       Keuntungan mudharabah harus diketahui secara jelas, berupa

prosentase yang umum. Jika seorang ditentukan mendapat bagian tetap

(yang tidak diputar), maka perjanjian tersebut batal.

e. Praktik Jual Beli Saham

1) Pengertian Saham

       Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan

seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Menurut William H. Pike,

selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa

pemilik kertas tersebut adalah pemilik (berapapun porsinya) dari suatu

perusahaan yang menerbitkan saham tersebut, sesuai porsi

kepemilikannya yang tertera pada saham.

2) Jenis Saham

Ada dua jenis saham yakni:

a) Common Stock

Common stock atau saham biasa adalah saham yang sifat pemberian

devidennya tidak tentu, tergantung bagaimana keuntungan yang diperoleh

perusahaan penerbitnya.

b) Prefered Stock

Prefered stock atau saham preferen adalah saham yang sifat

pemberian devidennya bisa disepakati antara investor dengan

perusahaan penerbit saham. Deviden akan ditetapkan lebih dahulu

15

Page 17: PRoposal YEni Ekawati

melalui perjanjian penetapan peneriamaan deviden. Besarnya deviden

biasanya tetap. Tetapi seandainya perusahaan sedang jatuh, pemilik

saham preferen akan dinomorduakan dari pemilik obligasi, tetapi

dinomorsatukan dari pemilik saham biasa.

3) Perbedaan Hak Investor Saham Biasa dengan Saham Preferen

Investor saham biasa memiliki hak-hak sebagai berikut:

a) Hak untuk mengeluarkan pendapat

b) Hak mendapatkan deviden sesuai keputusan RUPS

c) Hak untuk memilih pengurus sesuai dengan Peraturan yang ditetapkan

dalam RUPS

d) Hak untuk memindahkan kepemilikan sahamnya.

Sedangkan investor saham preferen memiliki hak-hak sebagai berikut:

a) Hak menerima deviden terlebih dahulu dibanding pemilik saham biasa

b) Jika keadaan sedang pailit dan terjadi likuidasi, maka para pemilik

saham preferen mempunyai hak untuk dinomorsatukan dalam

pembagian aset perusahaan

c) Di lain pihak, pemilik saham preferen tidak memili hak berpendapat

dan juga tidak berhak menuntut jika perusahaan penerbit mengalami

pailit.

4) Proses Perdagangan Saham

Saham hanya diperjualbelikan di pasar saham. Setiap orang yang

telah memenuhi syarat-syarat, berhak untuk melaksanakan jual beli

saham di pasar modal. Setiap saham berisi informasi-informasi, baik

16

Page 18: PRoposal YEni Ekawati

positif maupun negatif yang perlu diketahui oleh para investor agar tidak

salah dalam memilih saham.

Adapun secara riil, saham berukuran atau berbentuk seperti

sertifikat pada umumnya yang kertasnya terbuat dari bahan tertentu. Di

dalam saham tertera antara lain: No.SKS atau Nomor Surat Kolektif

Saham, nilai modal saham perusahaan, nilai nominal saham, nama

pemilik saham, dan lain sebagainya.

Proses perdagangan saham berangsung pada hari bursa, yaitu hari

Senin sampai hari Jum’at, dan dimulai pada pukul 09.30. Pada pukul

09.30 yang menjadi saat dimulainya proses perdagangan, terdapat harga

pembukaan. Harga pembukaan adalah harga yang diminta oleh pembeli

atau penjual ketika itu. Jam trading berakhir pada pukul 16.00 dan pada

waktu ini terdapat harga penutupan yang merupakan harga yang diminta

oleh pembeli dan penjual.

Pada pasar perdana, pembeli atau investor tidak dapat

memperoleh sahamnya dengan jangka waktu, seperti ketika membeli

saham di pasar sekunder. Pada pasar sekunder ditetapkan T+4 sebagai

batas waktu penerimaan saham. Jika investor membeli pada hari Senin,

28 September 1998, ia akan menerima saham pada hari Jum’at, tanggal 2

Oktober 1998.

Pada pembelian saham perdana, investor harus medaftarkan

terlebih dahulu melalui pialang, dengan memesan jumlah saham yang

hendak dibelinya. Prsedur pembelian sama dengan pembelian di pasar

sekunder.

17

Page 19: PRoposal YEni Ekawati

Harga pada penawaran perdana yang telah ditetapkan belum dapat

dicatatkan di BEJ, sehingga inilah yang menjadi motivasi bagi para

investor dalam mengejar saham perdana yang dijual dengan harga

murah. Pada umumnya harga yang ditawarkan dalam perdagangan

saham perdana lebih rendah atau bahkan jauh lebih rendah dibanding

harga pada saat ”listing/pencatatan” di Bursa Efek Jakarta.

f. Saham Syariah

Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan

penyertaan modal kedalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip

syariah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang

tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba,

memproduksi barang yang diharamkan seperti bir, dan lain-lain.

Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak

diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan

berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinisp

syariah. Dalam hal ini, di Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic

Indeks (JII) yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah

yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan

oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan PT Danareksa

Invesment Management (DIM).

Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok

ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham

dengan basis syariah. Melalui index ini diharapkan dapat meningkatkan

kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti

18

Page 20: PRoposal YEni Ekawati

secara syariah. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang

dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan Syariah Islam. Penentuan

kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak

Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management.

Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang

kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti:

1) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan

yang dilarang.

2) Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan

dan asuransi konvensional.

3) Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan

makanan dan minuman yang tergolong haram.

4) Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan

barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat

mudarat.

Selain kriteria di atas, dalam proses pemilihan saham yang masuk

JII Bursa Efek Indonesia melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga

mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:

1) Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3

bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).

2) Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah

tahun berakhir yang meiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal

sebesar 90%.

19

Page 21: PRoposal YEni Ekawati

3) Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan

rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu

tahun terakhir.

4) Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-

rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.

5) Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan

komponen index pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya.

Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring

secara terus menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.

g. Hukum Jual Beli Saham

Aktivitas jual beli saham di pasar modal dilaksanakan pada pasar

perdana dan pasar sekunder. Pada pasar perdana, seseorang yang

melakukan transaksi bertujuan menginvestasikan dananya dalam jangka

waktu yang lama untuk mendapatkan deviden. Sedangkan, pada pasar

sekunder seseorang melakukan transaksi jual beli saham dalam rangka

mendapatkan capital gain. Seseorang yang bertransaksi di pasar

sekunder melakukan spekulasi untuk mendapatkan keuntungan.

Pasar modal terbentuk melalui mekanisme bertemunya permintaan

dengan penawaran saham oleh pihak-pihak yang akan melakukan jual

beli. Aktivitas tersebut akan menggiring kepada keuntungan yang akan

didapatkan oleh pihak-pihak yang melakukan aktivitas jual beli tersebut.

Namun, jual beli saham di pasar modal mengandung berbagai macam

bentuk kedzhaliman dan kriminalitas, seperti perjudian, perekrutan uang

20

Page 22: PRoposal YEni Ekawati

dengan cara haram, monopoli, memakan uang orang lain dengan cara

bathil, serta berspekulasi dengan orang dan masyarakat.

Sebenarnya, transaksi saham di pasar memiliki dampak positif

disamping dampak negatifnya yang lebih banyak. Beberapa dampak

positif dari jual beli saham adalah sebagai berikut:

1) Membuka pasar tetap yang memudahkan penjual dan pembeli dalam

melakukan transaksi.

2) Mempermudah pendanaan pabrik-pabrik, perdagangan dan proyek

pemerintah melalui penjualan saham.

3) Mempermudah penjualan saham dan menggunakan nilainya.

4) Mempermudah mengetahui timbangan harga-harga saham dan

barang-barang komoditi, melalui aktivitas permintaan dan penawaran.

Akan tetapi, dampak negatif yang ditimbulkan dari transaksi saham

terutama pada pasar sekunder jauh lebih besar seperti:

1) Transaksi berjangka dalam bursa saham ini sebagian besar bukan jual

beli sebenarnya, yakni tidak adanya unsur serah terima sebagai syarat

sah jual beli menurut hukum Islam.

2) Kebanyakan dari transaksi saham adalah penjualan sesuatu yang

tidak dimiliki, baik berupa uang, saham, giro piutang dengan harapan

akan dibeli di pasar sesungguhnya dan diserahkan pada saatnya nanti,

tanpa mengambil uang pembayaran terlebih dahulu.

3) Pembeli dalam pasar ini kebanyakan membeli kembali barang yang

dibelinya sebelum dia terima. Hal ini juga terjadi pada orang kedua,

ketiga atau berikutnya secara berulang. Peran penjual dan pembeli

21

Page 23: PRoposal YEni Ekawati

selain yang pertama dan terakhir, hanya untuk mendapatkan

keuntungan semata secara spekulasi (membeli dengan harga murah

dan mengharapkan harga naik kemudian menjualnya kembali).

4) Penodal besar mudah memonopoli saham di pasaran agar bisa

menekan penjual yang menjual barang-barang yang tidak mereka

miliki dengan harga murah, sehingga penjualan lain kesulitan.

5) Pasar saham memilki pengaruh merugikan yang sangat luas. Harga-

harga pada pasar ini tidak bersandar pada mekanisme pasar yan

benar, tetapi oleh banyak hal yang lekat dengan kecurangan.

Pada tahun 1404 H, lembaga pengkajian fiqih Rabithah al-Alam al-

Islamy telah memberikan keputusan berkaitan dengan jual beli saham.

Untuk kepentingan praktis, penulis meringkasnya sebagai berikut:

1) Bursa saham merupakan suatu mekanisme pasar yang berguna dalam

kehidupan manusia. Akan tetapi, pasar ini dipenuhi dengan berbagai

macam transaksi berbahaya menurut syariat seperti perjudian,

memanfaatkan ketidaktahuan orang, serta memakan harta orang lain

dengan cara bathil. Hukum bursa saham tidak dapat ditentukan secara

umum, melainkan dengan memisahkan dan menganalisa bagian-

bagian tersebut secara rinci.

2) Transaksi barang yang berada dalam kepemilikan penjual, bebas

untuk ditransaksikan dengan syarat barang tersebut harus sesuai

dengan syariat. Jika tidak dalam kepemilikan penjual, harus dipenuhi

syarat-syarat jual beli as-Salam.

22

Page 24: PRoposal YEni Ekawati

3) Transaksi instan atas saham yang berada dalam kepemilikan penjual,

boleh dilakukan selama usaha suatu emiten tidak haram. Jika usaha

suatu emiten haram menurut syariat, seperti bank riba, minuman keras

dan sejenisnya, transaksi jual beli saham menjadi haram.

4) Transaksi instan maupun berjangka yang berbasis bunga, tidak

diperbolehkan menurut syariat, karena mengandung unsur riba.

5) Transaksi berjangka dengan segala bentuknya terhadap barang gelap

(tidak berada dalam kepemilikan penjual) diharamkan menurut syariat.

Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah engkau menjual sesuatu yang

tidak engkau miliki.”

6) Jual beli saham dalam pasar modal tidak dapat dikategorikan sebagai

as-Salam dengan alasan: Harga barang tidak dibayar langsung

sebagaimana as-Salam dan barang (saham) dijual hingga beberapa

kali pada saat berada dalam kepemilikan penjual pertama dalam

rangka menjual dengan harga maksimal, persis seperti perjudian.

2. Kerangka Konsepsional

Tujuan dari pasar modal adalah mengarah pada usaha pemerataan

pendapatan masyarakat dalam menikmati hasilnya. Dengan itu,

pembentukan pasar modal yang efektif merupakan faktor penting, karena

dengan pengembangan pasar modal yang efisien dapat menunjang

perekonomian nasional.

Perdagangan efek adalah salah satu kegiatan di pasar modal.

Pasar modal berdasarkan Pasal 1 Angka 13 UUPM adalah: “Kegiatan

yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,

23

Page 25: PRoposal YEni Ekawati

perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta

lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

Berdasarkan Pasal 1 Angka 5 UUPM efek adalah surat berharga,

yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,

tanda bukti utang, unit penyetoran kontrak investasi kolektif, kontrak

berjangka atas efek dan setiap derivatife dari efek.

Pengertian pasar modal secara umum adalah pasar abstrak, di

mana yang diperjual belikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana

yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dalam bentuk surat-surat

berharga yang diperdagangkan di bursa efek. Dana-dana jangka panjang

yang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan

dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk

saham.9

Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang

menawarkan dan pihak-pihak yang memerlukan dana dengan

memperjualbelikan saham dan obligasi serta surat berharga lainnya yang

jangka waktunya lebih dari satu tahun. Para pihak yang telah

memperjualbelikan sahamnya dapat dilakukan melalui internet, sehingga

para pihak tidak harus bertemu satu sama lainnya, jual beli saham melaui

internet dilakukan secara tidak tertulis artinya para pihak hanya

melakukan perjanjian melalui intenet saja.

Pasal 6 Ayat (1) UUPM menyebutkan bahwa kegiatan bursa efek

pada dasarnya adalah menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan

9 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku Keempat. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2002, hlm. 10.

24

Page 26: PRoposal YEni Ekawati

atau sarana perdagangan efek bagi para anggotanya. Selain itu, dalam

Pasal 7 Ayat (1) dan (2) pun menyebutkan bahwa perdagangan efek

secara teratur, wajar, dan efisien adalah suatu perdagangan yang

diselenggarakan berdasarkan secara konsisten. Dengan demikian, harga

yang terjadi mencerminkan mekanisme pasar berdasarkan kekuatan

permintaan dan penawaran. Disamping iti juga, dengan tersedianya

sistem dan atau sarana yang memungkinkan bursa efek melakukan

pengawasan terhadap para pedagang saham dengan lebih efektif.

Kepemilikan yang ditawarkan oleh perusahaan tidak terlepas dari

adanya hubungan timbal balik antara pemegang saham dengan

perusahaan, hubungan timbal balik tersebut dilandasi dengan adanya

suatu perjanjian jual beli. Maka dalam hal ini suatu penyelesaian transaksi

saham dapat tercermin dalam Pasal 55 Ayat (1) UUPM yang

menyebutkan bahwa penyelesaian transaksi bursa dapat dilaksanakan

dengan penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik dan penyelesaian

dengan cara lain. Pada pelaksanaannya kegiatan perdagangan efek akan

diatur lebih lanjut oleh Bursa dan Bapepam yaitu dengan adanya

Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-42/PM/1997 Tentang Peraturan

Nomor III.A.10 TentangTransaksi Efek dan Keputusan Direksi PT. BEJ

Nomor : Kep-565/BEJ/11-2003 Tentang Peraturan Nomor II-A Tentang

Perdagangan Efek.

Maksud jual beli menurut Pasal 1457 KUH Perdata adalah: “jual

beli adalah suatu persetujuan atau perjanjian, dengan mana pihak yang

satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak

25

Page 27: PRoposal YEni Ekawati

yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan”. Perjanjian

berdasarkan Pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan antara

satu orang atau lebih yang mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau

lebih.

Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata syarat sah perjanjian terdiri

atas :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2) Cakap untuk membuat perjanjian

3) Suatu hal tertentu

4) Suatu sebab yang halal

Syarat 1 dan 2 merupakan syarat subyektif, apabila syarat ini tidak

terpenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan. Sedangkan syarat 3 dan 4

merupakan syarat obyektif, apabila syarat ini tidak dipenuhi maka

perjanjian batal demi hukum. Maka dalam hal ini suatu perjanjian harus

dilakukan dengan itikad baik seperti dalam Pasal 1338 Ayat 1 KUH

Perdata dengan adanya asas kebebasan berkontrak.

Berdasarkan Pasal 511 KUH Perdata menyebutkan bahwa saham

merupakan benda bergerak yang tak berwujud, dalam suatu pengalihan

hak atas benda yang dijual belikan harus disertai dengan adanya suatu

penyerahan. Dengan kata lain hak atas benda yang diperjual belikan

belum beralih dari penjual kepada pembeli, hak milik atas benda itu baru

beralih setelah adanya penyerahan.

Jika dilihat dari sisi peralihan saham, maka saham dapat dibedakan

atas saham atas nama dan saham atas unjuk. Secara hukum, pemilik

26

Page 28: PRoposal YEni Ekawati

saham atas nama adalah yang namanya tertera pada surat saham

tersebut. Sebaliknya saham atas unjuk seperti halnya uang,

kepemilikannya ditentukan pada siapa yang memegang saham tersebut.

Penyerahan adalah cara memperoleh hak milik karena adanya

pemindahan hak milik dari seseorang yang berhak memindahkannya

kepada orang lain yang memperoleh hak milik itu. Cara memperoleh hak

milik dengan penyerahan ini merupakan cara yang paling banyak

dilakukan.

Mengenai levering dari benda bergerak yang tidak berwujud berupa

hak-hak puitang dibedakan atas 3 macam:10

a. Levering dari surat piutang aan toonder (atas unjuk atau atas

bawa), menurut Pasal 613 Ayat (3) KUH Perdata dilakukan dengan

penyerahan surat itu.

b. Levering dari surat piutang op naam (atas nama), menurut

Pasal 613 Ayat (1) KUH Perdata dilakukan dengan cara membuat akta

otentik atau di bawah tangan (yang dinamakan cessie).

c. Levering dari piutang aan order (atas perintah), menurut

Pasal 613 Ayat (3) KUH Perdata dilakukan dengan penyerahan surat

itu disertai dengan endosemen.

Pengalihan kepemilikan dalam jual beli saham juga diatur dalam

Pasal 49 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas

(selanjutnya disebut UUPT) yang menyebutkan bahwa pemindahan hak

atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak,

10 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung 2000, hlm.145-146.

27

Page 29: PRoposal YEni Ekawati

sedangkan saham atas unjuk dilakukan dengan penyerahannya secara

fisik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun bagan kerangka

konsep sebagai berikut:

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka metode

pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis empiris.

Metode pendekatan yuridis empiris, yaitu suatu pendekatan yang meneliti

data sekunder terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan mengadakan

penelitian data primer di lapangan.11

Berdasarkan klasifikasi penelitian hukum baik yang bersifat normatif

maupun yang bersifat empiris serta ciri-cirinya, maka pendekatan masalah

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif,

dengan cara menganalisis regulasi hukum di Indonesia dalam proses

pelaksanaan jual beli saham Syariah di perbankan Syariah dari aspek

peraturannya/hukumnya, sekaligus menganalisis bagaimana implementasi

aspek hukum tersebut dalam realitas atau kenyataan

11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 1985, hlm. 7.

28

Jual beli saham syariah

Ketentuan hukum Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Jual

beli saham syariah

Bank Syariah Indonesia

Page 30: PRoposal YEni Ekawati

2. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber

pada:

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung terhadap

objek penelitian dengan cara obervasi (observation) dan wawancara

(interview) dengan responden dan informan yang memahami tentang

objek yang diteliti, yaitu suatu kasus yang berhubungan dengan

pelaksanaan jual beli saham syariah di Perbankan Syariah.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara menelaah

bahan-bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang sesuai dengan

masalah yang dibahas.

Data sekunder terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum, yaitu:

1) Bahan Hukum Primer dimaksud adalah:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

b) Reglemen Acara Perdata (Rv);

c) Het Haerziene Reglement (HIR);

d) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

e) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

f) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang

Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan

Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal

29

Page 31: PRoposal YEni Ekawati

2) Bahan hukum sekunder yaitu terdiri dari buku

referensi, karya ilmiah, makalah dan tulisan ilmiah lainnya yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti

3) Bahan hukum tersier merupakan data

pendukung yang berasal dari informasi dari media massa, kamus

Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Hukum maupun

data-data lainnya.

3. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

a. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan pengumpulan data dilaksanakan dengan cara

sebagai berikut:

1) Studi studi pustaka, studi pustaka ini dilakukan

dengan cara membaca teori-teori dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku (bahan hukum primer, sekunder dan bahan hukum

tertier).

2) Observasi atau pengamatan, diilaksanakan

dengan cara mengamati secara langsung bagaimana cara kerja

pelaksanaan serta kegiatan yang berhubungan dengan regulasi hukum

di Indonesia dalam proses pelaksanaan jual beli saham Syariah di

perbankan Syariah, pengamatan dilakukan pada salah satu bank

Syariah yang ada di Kota Bandar Lampung.

3) Wawancara, wawancara ini dipergunakan

untuk mengumpulkan data primer yaitu dengan cara wawancara

terarah atau directive interview. Dalam pelaksanaan wawancara

30

Page 32: PRoposal YEni Ekawati

terlebih dahulu menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan tentang regulasi hukum di Indonesia dalam proses

pelaksanaan jual beli saham Syariah di perbankan Syariah.

Wawancara dilakukan pada salah satu pihak perbankan Syariah yang

ada di Kota Bandar Lampung.

b. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data diperiksa mengenai kelengkapannya dapat diketahui

dari data tersebut yang mana dipergunakan untuk dianalisis, pengolahan

data dilakukan dengan cara

1) Klasifikasi yaitu suatu kumpulan data yang diperoleh perlu disusun

dalam bentuk yang logis dan ringkas kemudian disempurnakan lagi

menurut ciri-ciri data dan kebutuhan peneliti yang diklasifikasikan

sesuai jenisnya.

2) Editing yaitu memeriksa atau meneliti data yang diperoleh menjamin

apakah sudah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan

kenyataan.

3) Sistematis yaitu susunan data yang diperoleh kemudian dikumpulkan

secara berurutan sesuai dengan kedudukan atau letak posisi dari data

yang diperoleh untuk diolah menjadi susunan kalimat secara

berurutan.

4. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian yang bersifat

sosial adalah analisis secara kualitatif. Pengertian analisis kualitatif adalah

31

Page 33: PRoposal YEni Ekawati

tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu apa yang

dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku yang

nyata. Sedangkan yang dimaksud dengan analisis kualitatif adalah

penyorotan upaya-upaya yang banyak didasarkan pada pengukuran yang

memecahkan objek-objek penelitian ke dalam unsur-unsur tertentu, untuk

kemudian ditarik generalisasinya yang seluas mungkin terhadap ruang

lingkup yang telah ditetapkan. Analisis data digunakan secara kualitatif12

Analisis data dilakukan dengan menelaah data-data yang diperoleh

dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang didukung

dengan data yang diperoleh dari data primer, yaitu hasil wawancara

terhadap nara sumber. Dari hasil analisis kemudian ditarik suatu

kesimpulan yang pada dasarnya merupakan jawaban atas permasalahan

yang diangkat dalam penelitian ini.

F. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian yang diperoleh setelah dilakukan analisis kemudian

disusun dalam bentuk laporan akhir dengan sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I: PENDAHULUAN, Berisi tentang uraian latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.

12 Soekanto, Metode Penelitian Kualititatif. Bina Rupa Aksara. Jakarta. 1986. hlm. 85

32

Page 34: PRoposal YEni Ekawati

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA, berisi 2 (dua) bagian yaitu mengenai

tinjauan tentang regulasi hukum di Indonesia dalam proses pelaksanaan

jual beli saham Syariah di perbankan Syariah.

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, Berisikan pembahasan

dan hasil penelitian yang meliputi: regulasi hukum di Indonesia dalam

proses pelaksanaan jual beli saham Syariah di perbankan Syariah dan

hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan jual beli saham

Syariah di perbankan Syariah.

BAB IV: PENUTUP, berisikan kesimpulan dari pembahasan yang telah

diuraikan dan disertai saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN.

33

Page 35: PRoposal YEni Ekawati

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perbankan Syariah (UU No. 21 Tahun 2008), Refika Aditama, Jakarta, 2009

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia tahun 1999-2004.

KSEP-ITB, Modul Pelatihan Dasar Pasar Modal Untuk Anggota Baru, Bandung 2002, hlm.1.

KSEP-ITB, Modul Pelatihan Dasar Pasar Modal Untuk SMU SE-Bandung Raya, Bandung 2003, hlm.1.

Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku Keempat. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2002, hlm. 10.

___________, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 1996, hlm. 10.

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung 2000, hlm.145-146.

Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Kualititatif. Bina Rupa Aksara. Jakarta. 1986. hlm. 85

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 1985, hlm. 7.

B. Undang-Undang dan Peraturan Lain

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

34

Page 36: PRoposal YEni Ekawati

Reglemen Acara Perdata (Rv);

Het Haerziene Reglement (HIR);

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

35