Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

65
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Minahasa Tenggara sebagai daerah otonom yang diresmikan pada tahun 2007 , memiliki tujuan utama meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Hal ini mengandung konsekuensi logis bahwa keberadaan Kabupaten Minahasa Tenggara sebagai daerah otonom baru akan memiliki makna dan mendapatkan pengakuan, apabila pemerintahnya mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakatnya. Sebagai daerah otonom Kabupaten Minahasa Tenggara memiliki kewenangan otonomi dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki secara bersama- sama dengan berbagai unsur stakeholder untuk mensinergikan antara pendekatan top-down dengan pendekatan bottom-up, sehingga diharapkan mampu melahirkan perencanaan pembangunan yang tepat sesuai dengan kebutuhan obyektif Kabupaten Minahasa Tenggara. Pelaksanaan Otonomi Daerah (Otda) atau era desentralisasi di Indonesia, mulai diterapkan dengan diberlakukannya Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (telah diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004), yang pada 1

description

Proposal Penelitian

Transcript of Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Page 1: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Minahasa Tenggara sebagai daerah otonom yang diresmikan pada tahun 2007 ,

memiliki tujuan utama meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Hal ini

mengandung konsekuensi logis bahwa keberadaan Kabupaten Minahasa Tenggara sebagai daerah

otonom baru akan memiliki makna dan mendapatkan pengakuan, apabila pemerintahnya mampu

memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakatnya.

Sebagai daerah otonom Kabupaten Minahasa Tenggara memiliki kewenangan otonomi

dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang

dimiliki secara bersama-sama dengan berbagai unsur stakeholder untuk mensinergikan antara

pendekatan top-down dengan pendekatan bottom-up, sehingga diharapkan mampu melahirkan

perencanaan pembangunan yang tepat sesuai dengan kebutuhan obyektif Kabupaten Minahasa

Tenggara.

Pelaksanaan Otonomi Daerah (Otda) atau era desentralisasi di Indonesia, mulai diterapkan

dengan diberlakukannya Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

(telah diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004), yang pada implementasinya

ditemui beberapa permasalahan antara lain ) : (1) masih lemahnya koordinasi antar level

pemerintahan (di pusat, pusat dan daerah, propinsi dan kabupaten/kota, serta antar daerah). (2)

Pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah belum menampakkan perubahan secara

signifikan terhadap kuantitas dan kualitas pelayanan public. (3) Lemahnya kapasitas dalam

perencanaan, penganggaraan, dan pengelolaan keuangan. (4) melonjaknya biaya rutin/overhead

cost dan misalokasi anggaran.

Berdasarkan hal tersebut, terdapat kecenderungan bahwa pelaksanaan atau implementasi

UU Nomor 22 tahun 1999 belum dapat berjalan secara optimal, dan salah satunya adalah belum

1

Page 2: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

optimalnya dalam hal perencanaan, penganggaran dan pengelolaan keuangan daerah. Telah terjadi

perubahan dalam paradigma perencanaan/penganggaran termasuk pada bidang pendidikan

diantaranya (1) Reformasi, perkembangan teknologi, tuntutan masyarakat, kesenjangan (2) kurang

terkaitnya antara kebijakan, perencanaan, penganggaran dan pelaksanaannya (3) penganggaran

yang ber-horizon 1 tahun jangka pendek (4) terpisahnya penyusunan anggaran rutin dan anggaran

pembangunan (5) peningkatan peran DPR/DPRD dan masyarakat (6) perubahan sistem pemilihan

Presiden/Gubernur/Walikota/bupati (7) respon terhadap pengaruh globalisasi.

Reformasi anggaran tidak hanya pada aspek perubahan struktur APBD, namun juga diikuti

dengan perubahan proses penyusunan. APBD merupakan kebijaksanaan keuangan pemerintah

daerah yang disusun berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta berbagai

pertimbangan lainnya dengan maksud agar penyusunan, pemerataan, pengkajian dan evaluasi

anggaran pendapatan daerah mudah dilakukan. Berbagai perubahan tersebut harus tetap berpegang

pada prinsipprinsip pengelolaan keuangan daerah (anggaran) yang baik. Prinsip manajemen

keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut adalah

akuntabilitas, value for money, transparansi dan pengendalian.

Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia (Depdagri) melalui Kep.Mendagri Nomor

29 tahun 2002 yang sekarang diperbaharui menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri

(Per.Mendagri) nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

memberikan implikasi yang cukup bermakna bagi Pemerintah Daerah terutama dalam hal proses

penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk Propinsi maupun Kabupaten

Kota. Di dalam Kep.Mendagri tersebut disebutkan bahwa Rencana Anggaran Satuan Kerja

(RASK) merupakan rencana anggaran kegiatan yang disusun dan diusulkan oleh Dinas/Unit Kerja

yang berada dalam kewenangannya, yang berpedoman pada Dokumen Rencana Kerja Satuan Kerja

Perangkat Daerah (Renja-SKPD) untuk periode 1 (satu) Tahun.Penyusunan RASK Dinas/Unit

2

Page 3: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Kerja Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara diawali dengan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Partisipatif (MP-3) Tingkat Desa/Kelurahan, diikuti dengan MP-3 Tingkat

Kecamatan dan dilanjutkan MP-3 Tingkat Kota untuk dapat disusun Rencana Kerja Satuan Kerja

Pemerintah Daerah (RKSKPD) berdasarkan Skala Prioritas, selanjutnya RKSKPD Tingkat

kabupaten tersebut menjadi acuan penyusunan RASK pada unit kerja yang bersangkutan yang

diselaraskan dengan Renstra yang ada pada Unit Kerja. Selanjutnya usulan RASK dari Unit

Kerja/Dinas dibahas di Bapeda kabupaten oleh Tim Penyusun Anggaran Eksekutif untuk diadakan

revisi-revisi disesuaikan dengan skala prioritas dari SKPD yang sudah ditetapkan. Tim Penyusun

Anggaran Eksekutif di Kabupaten Minahasa Tenggara terdiri dari Badan Perencanaan Daerah

(Bapeda), Bagian Pembangunan, Bagian Keuangan dan Bagian Umum Sekretariat Daerah

Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara dan Tim Panitia Anggaran Legislatif terdiri dari

Pimpinan DPRD dan satu wakil dari setiap komisi dan utusan fraksi berdasarkan perimbangan

jumlah anggota.

Dalam penyusunan rancangan APBD Tim Penyusunan Anggaran Eksekutif ada keterkaitan

satu sama lain dimana Bapeda Kabupaten Minahasa Tenggara: 1) melakukan perhitungan terhadap

jumlah pendapat dan belanja dari satuan kerja pengusul, 2) melakukan perhitungan terhadap jumlah

rekapitulasi anggaran belanja langsung dan tidak langsung, dibantu oleh Bagian Pembangunan dan

Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara. Begitu juga

dengan Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara

dalam: 1) melakukan analisis terhadap besaran biaya dan harga satuan biaya berdasarkan standar

pembakuan biaya yang dikaitkan dengan pencapaian target dalam hal mempertajam alokasi

kegiatan secara administrasi dalam hal perencanaan anggaran untuk menambah aset daerah,

menganalisis Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU), 2) melakukan analisis besaran biaya dan

harga satuan biaya berdasarkan standar biaya yang berlaku, terhadap rencana yang tertuang dimana

3

Page 4: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Bagian Pembangunan Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara dalam hal visi dan misi

organisasi yang dikaitkan dengan tupoksi Satuan Kerja (Satker), sedangkan Bagian Umum

Sekretariat Daerah dalam hal penelaahan kebutuhan barang satuan kerja yang tertuang dalam

RKBU dan Rencana Pemeliharaan Barang Satuan Kerja yang tertuang dalam Rencana

Pemeliharaan Barang Unit (RPBU). ) Rancangan Anggaran Pembangunan Belanja Daerah

(RAPBD) Kabupaten Minahasa Tenggara dibahas bersama antara Tim Anggaran Eksekutif dan

Tim Panitia Anggaran Legislatif dari DPRD untuk disesuaikan dengan anggaran yang tersedia,

selanjutnya hasil pembahasan bersama tersebut akan ditetapkan menjadi APBD Kota melalui

sidang pleno di DPRD Kabupaten Minahasa Tenggara, dan ditetapkan sebagai Peraturan Daerah

(PERDA) sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Dokumen RASK yang dibuat

oleh setiap Unit kerja dievaluasi sebagai bahan asistensi oleh Tim Anggaran Eksekutif dan

Legislatif untuk selanjutnya disahkan menjadi Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK).

Anggaran pendidikan yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara terdiri dari APBD, Dana

Dekonstrasi, Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) Dana dan Alokasi

Khusus (DAK). Dana tersebut digunakan untuk operasional program rutin dinas Dikpora,

pembangunan dan pengadaan sarana prasarana pendidikan, bantuan pendidikan, serta

pemeliharaan/rehabilitasi gedung sekolah.

Bangunan gedung sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam

pengembangan dan pertumbuhan pendidikan suatu wilayah dan upaya mewujudkan

pemerataan pembangunan pendidikan serta peningkatan kualitas dan pengembangan sumber

daya manusia, dimana bangunan gedung sekolah digunakan sebagai prasarana pendidikan.

Dengan tersedianya bangunan gedung sekolah akan sangat mendukung perkembangan bidang

pendidikan di daerah.

4

Page 5: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Untuk dapat memberikan pelayanan keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya,

bangunan gedung sekolah harus tetap dijaga dalam kondisi baik. pemeliharaan bangunan

gedung sekolah yang baik sangat diperlukan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi agar

bangunan gedung sekolah tetap dalam kondisi baik sebagaimana mestinya dan untuk

meningkatkan kondisi bangunan gedung sekolah dari kondisi rusak ringan, rusak sedang dan

rusak berat menjadi kondisi baik serta laik fungsi.

Pemeliharaan bangunan gedung sekolah harus direncanakan dengan sebaik mungkin,

dengan mempertimbangkan besarnya biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk

pemeliharaan bangunan gedung sekolah. Sudah semestinya untuk menyikapi hal tersebut

diperlukan suatu tindakan dan cara untuk dapat menjalankan program pemeliharaan bangunan

gedung sekolah agar sesuai dan tepat sasarannya, sehingga dapat menunjang peningkatan

kualitas dan pengembangan sumber daya manusia di daerah. Oleh sebab itu maka penyusunan

anggaran terkait dengan pemeliharaan gedung sekolah harus benar-benar dilaksanakan secara

matang berdasarkan data kerusakan dari tiap-tiap sekolah.

Namun kenyataan menunjukkan bahwa data yang diberikan oleh tiap sekolah tidak

sesuai dengan kebutuhan. Contohnya ada gedung sekolah yang ruang kelasnya perlu perbaikan

hanya 2 ruang tapi data yang diberikan 4 ruang, dan sebaliknya ada gedung sekolah yang

hampir seluruh ruang kelasnya perlu perbaikan tapi data yang diberikan hanya 3 ruang. Contoh

yang lain adalah ruang yang rusak berat pada sebuah sekolah berjumlah 4 ruang tapi

dilaporkan hanya rusak ringan saja, atau sebuah gedung sekolah hanya perlu direhab ringan

karena kerusakan ringan tapi di laporkan rusak berat. Dampaknya pada saat pengalokasian

dana dalam proses penyusunan anggaran untuk rehabilitasi anggaran terjadi misalokasi

anggaran, di mana sekolah-sekolah yag perlu rehab ringan, dana pemeliharaan yang

5

Page 6: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

dialokasikan masuk pada kategori rusak rusak atau gedung-gedung sekolah yang rusak berat

hanya diberikan alokasi dana pemeliharan rusak ringan. Ini memberi dampak adanya sebagian

gedung sekolah yang masih perlu pemeliharaan karena data yang masuk tidak akurat dan

berpengaruh pada penyusunan anggaran pendidikan khususnya pada dana pemelihaharaan

gedung sekolah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang: Pengaruh penyusunan anggaran terhadap efektivitas pemeliharaan gedung sekolah di

kabupaten Minahasa Tenggara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Seberapa besar pengaruh penyusunan anggaran terhadap efektivitas pemeliharaan gedung

sekolah di kabupaten Minahasa Tenggara

1.3. Tujuan Penelitann

Penelitan ini bermaksud untuk mengukur besaran pengaruh penyusunan anggaran

terhadap efektivitas pemeliharaan gedung sekolah di kabupaten Minahasa Tenggara

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat meberikan manfaat sebagai berikut:

1. Teoritis. Untuk pengembangan ilmu administrasi khususnya tentang teori penyusunan

anggaran

2. Praktis .Untuk memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara

dalam Pengelolaan Keuangan Daerah dalam hal ini pengaruh pengaruh penyusunan

6

Page 7: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

anggaran Terhadap efektivitas pemeliharaan gedung sekolah di kabupaten Minahasa

Tenggara

7

Page 8: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1. Anggaran

Anggaran secara khusus digambarkan sebagai data kuantitatif atau ungkapan

keuangan dari rencana strategis jangka pendek dan jangka panjang perusahaan, yang

memuat tujuan dan tindakan dalam mencapai tujuan tersebut (Hansen dan Mowen, 2000).

Munandar, (1985), menjabarkan bahwa anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara

sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit

(kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

Anggaran menurut Mulyadi (2001,488) adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara

kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang

menvakup jangka waktu satu tahun.Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1989: 6)

mengemukakan bahwa Anggaran adalah Suatu pendekatan yang formal dan sistematis

daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi, dan

pengawasan”.

Gomes (1995: 88) mengungkapkan Anggaran sebagai suatu dokumen yang

berusaha untuk mendamaikan prioritas-prioritas program dengan sumber-sumber

pendapatan yang diproyeksikan. Anggaran menggabungkan suatu pengumuman dari

aktivitas organisasi atau tujuan untuk suatu jangka waktu yang ditentukan dengan

informasi mengenai dana yang dibutuhkan untuk aktivitas tersebut atau untuk mencapai

tujuan tersebut.

8

Page 9: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Menurut Blocker, Chen dan Lin yang diterjemahkan oleh Ambarriani (2005:350),

mengemukakan pengertian anggaran sebagai rencana kuantitatif terhadap operasi

organisasi, anggran mengidentifikasikan sumber daya dan komitmen yang dibutuhkan

untuk memenuhi tujuan organisasi selama periode anggaran. Anggran meliputi aspek

keuangan maupun non keuangan dari operasi yang direncanakan. Anggaran pada suatu

periode anggaran dan merupakan proyeksi dari hasil operasi.

Menurut Munandar (2006:01) mengemukakan pengertian anggaran yaitu :

anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh

kegiatan perusahaan dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka

waktu (periode) tertentu yang akan datang.

Menurut Simamora (2007:202) pengertian anggaran adalah sebuah rencana

kuantitatif aktivitas usaha sebuah organisasi: anggaran mengidentifikasi sumber daya dan

komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tujuan organisasi selama periode

dianggarkan.

Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anggaran merupakan suatu

rencana yang disusun secara sistematisyang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang

dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode)

tertentu yang akan datang, maka tampak bahwa sedikitnya anggaran mempunyai empat

unsur yaitu

1. Rencana ialah suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan

organisasi yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.

9

Page 10: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yaiu mencakup semua kegiatan yang akan

dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam organisasi.

3. Dinyatakan dalan unit moneter, yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada

berbagai kegiatan organisasi.

4. Jangka waktu tertentu yang akan datang, yaitu yang menunjukan bahwa anggaran

berlaku hanya untuk masa yang akan datang.

2.1.2 Karakteristik Anggaran

Anggaran harus di susun dan di hitung dengan cermat agar operasional perusahaan

dapat berjalan dengan efektif. Untuk mewujudkan hal tersebut anggaran harus memiliki

karakterisitik tertentu.

Menurut Mulyadi (2006:490) karakteristik anggaran adalah sebagai berikut:

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.

2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

3. Anggran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yaitu manajer setuju

menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam

anggaran.

4. Usulan anggaran di nilai dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari

penyusunan anggaran.

5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisis tertentu.

6. Secara berkala, kinerja keuangan sesudah di bandingkan dengan anggaran dan

selisihnya di analisis dan dijelaskan.

10

Page 11: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Dari hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran harus berupa satuan

keuangan mencakup jangka waktu satu tahun, berisi komitmen, di setujui oleh pihak

berewenang, dapat berupa dalam kondisi tertentu dan harus berupa hasil aktual.

2.2.3 Klasifikasi Anggaran

Anggaran organisasi berfungsi sebagai alat bantu manajemen dalam pengambilan

keputusan setiap kegiatan yang dilaksanakan suatu organisasi, sehingga dalam hal ini

anggaran organisasi akan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.

Seluruh kegiatan yang ada di organisasi akan terkait dengan anggaran organisasi. Oleh

karena itu, anggaran perusahaan akan terdiri berbagai macam anggaran organisasi akan

terdiri dari berbagai macam anggaran lainnya baik dari segi isi, bentuk maupun fungsinya.

Sehubungan dengan hal di atas, maka perlu diketahui jenis anggaran apa saja yang

umumnya ada dalam suatu perusahaan atau organisasi.

Menurut Nafarin (2005:14-17) anggaran dapat diklasifikasikan dalam beberapa

sudut pandang, adalah sebagai berikut :

1. Menurut dasar penyusunan.

2. Menurut cara penyusunan.

3. Menurut jangka waktunya.

4. Menurut bidangnya.

5. Menurut kemampuan menyusun.

6. Menurut fungsinya.

Adapun penjelasan klasifikasi Anggaran diatas adalah sebagai berikut:

1. Menurut dasar penyusunannya, anggaran terdiri dari:

11

Page 12: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

a. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval kapasitas tertentu

dan pada intinya merupakan suatu anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat aktivitas

(kegiatan) yang berbeda.

b. Anggaran tetap, yaiut anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas

tertentu disebut juga anggaran statis.

2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran periodik adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu,

umumnya periode satu tahun yang disusun setiap akhir tahun periode anggaran.

b. Anggaran continue adalah anggaran yang dibuat untuk memperbaiki anggaran yang

telah dibuat.

3. Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran jangka waktu pendek (anggaran taktis) adalah anggaran yang dibuat

dengan jangka waktu paling lama satu tahun.

b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis) adalah anggaran yang dibuat untuk

jangka waktu lebih dari satu tahun.

4. Menurut bidangnya, anggara terdiri dari :

a. Anggaran operasioanal adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan laba rugi,

anggaran operasional terdiri dar :

a) Anggaran penjualan.

b) Anggaran biaya pabrik yang terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya

tenaga kerja lansung, anggaran biaya overhead pabrik.

c) Anggaran beban usaha.

12

Page 13: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

d) Anggaran laporan laba rugi.

b. Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Anggaran

keuangan antara lain :

a) Anggaran kas

b) Anggaran piutang

c) Anggaran persediaan

d) Anggaran utang

e) Anggaran neraca

5. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran komprehensif merupakan rangkaian dari berbagai macam anggaran yang

disusun secara lengkap.

b. Anggaran parsial adalah anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran

hanya menyususn bagian anggaran tertentu saja.

6. Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran apropsiasi (appropriation budget) adalah anggaran yang dibentuk bagi

tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain.

b. Anggaran kinerja (performance budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan

fungsi kegiatan yang dilakukan dalam oerganisasi (perusahaan) yang dikeluarkan

oleh masing-masingaktivitas tidak melampaui batas.

Dari uraian diatas, klasifikasi anggaran dapat dibedakan dengan melihat dari dasar

penyusunan, cara penyusun, jangka waktu, bidang anggaran, kemampuan penyusunan dan

dari fungsinya.

13

Page 14: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

2.2.4 Manfaat dan Keterbatasan Anggaran

Dalam suatu proses kegiatan (aktivitas) yang dilakukan perusahaan anggaran

memiliki berbagai manfaat yang dapat dirasakan baik secara lansung maupun tidak

langsung oleh perusahaan tersebut. Manfaat dari anggaran di kemukakan oleh Nafarin

(2004:12-13) adalah sebagai berikut:

1. Segala kegiatan dapat terserah pada penetapan tujuan bersama.

2. Dapat digunakan sebagai alat nilai kelebihan dan kekurangan pegawai.

3. Dapat memotivasi pegawai.

4. Menimbulkan rasa tanggung jawab pada pegawai.

5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.

6. Sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan

seefisien mungkin.

7. Alat pendidikan bagi para pengajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyak manfaat yang dapat diperoleh

perusahaan dengan dibuatnya anggaran tersebut, baik ke efektivitas maupun koofesien

dalam hal ini produktivitas kerja perusahaan dan sumber daya manusianya. Walaupun

anggaran mempunyai banyak manfaat dan kegunaan bagi perusahaan, anggaran juga tidak

terlepas dari keterbatasn-keterbatasan yang ada.

Menurut Nafarin (2006:13) keterbatasan yang dimiliki oleh anggaran organisasi

adalah sebagai berikut :

1. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan asumsi, sehingga mengandung unsur

ketidakpastian.

14

Page 15: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukuan waktu, uang dan tenaga yang

tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap

(komprehensif) dan akurat.

3. Pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat menggerutu

dan menentang, sehingga pelaksanaan anggaran dapat menjadi kurang efektif.

Dari penjelasanan diatas, hal-hal yang menjadi keterbatasan anggaran diantaranya

yaitu keefektivitasan dari pengguna anggaran sangat bergantung kepada keterlibatan semua

pihak dalam suatuperusahaan tersebut. Pelaksanaan dari suatu anggaran memerlukan kerja

sama dan parisipasidari seluruh anggota manejmen dalam mencapai tujuan perusahaan,

karena pelaksanaan dari anggaran tidak berjalan dengan sendirinya dan penyesuaian

terhadap kondisi yang terjadi harus terus menerus dilakukan oleh pihak

manajemenperusahaan agar anggaran yang dibuat tidak menyimpang dari kondisi saat itu.

2.1.5. Penyusunan

Penyusunan adalah kombinasi partisipasif atau usulan dari bawah (bottom up) dengan

kebijakan dari atas (top down). Menurut Ardios (2006:315) mengemukakan bahwa pengertian

penyusunan yang terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: ”Kata

penyusunan berasal dari kata dasar susun yang artinya kelompok atau kumpulan yang tidak

beberapa banyak, sedangkan pengertian dari Penyusunan adalah merupakan suatu kegiatan

atau kegiatan memproses suatu data atau kumpulan data yang dilakukan oleh suatu organisasi

atau perorang secara baik dan teratur”.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusunan adalah suatu

kegiatan untuk memproses data-data yang dilakukan oleh suatu organisasi perusahaan atau

perorang secara baik dan teratur.

15

Page 16: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

2.1.6. Penyusunan Anggaran

Mustopadidjaya, AR (1997:8) mengemukakan, bahwa kegiatan penyusunan

Anggaran Pemerintah Daerah (APBD) meliputi perencanaan pendapatan dan pengeluaran.

Pada sisi pendapatan dilakukan estimasi penerimaan daerah yang mungkin dicapai pada

tahun yang akan datang, begitu juga dengan pemikiran pengeluaran rutin, termasuk belanja

pegawai dan lain sebagainya. Atas dasar pemikiran penerimaan dan pengeluaran rutin

tersebut diketahui, besar tabungan pemerintah, dengan demikian besarnya dana untuk

mencapai berbagai sasaran dapat diperhitungkan.

Baswir (1985:27) menyatakan, bahwa tiap-tiap negara menggunakan sistem

anggaran negara berbeda. Perbedaan ini, disamping akan menyebabkan timbulnya

perbedaan dalam orientasi penekanannya, juga akan menyebabkan timbulnya perbedaan

dalam sistem akuntasinya. Walaupun demikian, dalam setiap sistem anggaran negara

hampir selalu terdapat tiga aspek sebagai berikut: aspek perencanaan, aspek pengelolaan

dan pelaksanaan, serta aspek pertanggung jawaban.

Dalam proses pertumbuhannya hingga saat ini dikenal adanya tiga sistem anggaran

sebagai berikut:

a. Sistem Anggaran Tradisional (Line Item Budgeting system)

Sistem anggaran tradisional dikenal juga sebagai sistem anggaran berdasarkan objek

pengeluaran. Titik berat perhatian pada sistem anggaran ini terletak pada segi pelaksanaan

dan pengawasan pelaksanaan anggarannya.

b. Sistem anggaran kinerja

16

Page 17: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Sistem anggaran kinerja (performance budgeting system) merupakan penyempurnaan dari

sistem anggaran tradisional, maka titik berat perhatian pada sistem anggaran kenerja ini

diletakkan pada segi manajemen anggaran. Yaitu dengan memperhatikan baik segi

ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran maupun hasil fisik yang dicapainya.

Disamping itu, dalam sistem anggaran kinerja ini juga diperhatikan fungsi dari masing-

masing lembaga negara serta pengelompokan kegiatannya. Sedangkan orientasi lebih

dititik beratkan pada segi pengendalian anggaran serta efisiensi pelaksanaan setiap

kegiatan.

c. Sistem anggaran (Planning Programing Budgeting system)

Sistem anggaran program ini merupakan penyempurnaan lebih lanjut dari sistem anggaran

kinerja dan mulai diterapkan pada tahun 1965. Dibandingkan dengan sistem anggaran

tradisional dan sistem anggaran PPBS terletak diantara keduanya. Karena itulah titik berat

perhatian pada sistem anggaran program ini tidak lagi terletak pada segi pengendalian

anggaran, melainkan pada segi persiapan anggaran.

d. Fungsi penyusunan anggaran pemerintah daerah (APBD)

Kunardjo (1996:138) menyatakan bahwa penyusunan anggaran pemerintah daerah (APBD)

mempunyai fungsi utama yaitu :

1. Fungsi alokasi dimaksudkan untuk penyediaan dana yang dibutuhkan masyarakat

akan sarana dan prasarana yang tidak mungkin disediakan oleh swasta atau saling

melengkapi antara pemerintah dan swasta.

17

Page 18: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

2. Fungsi distribusi adalah anggaran yang menyangkut kebijaksanaan pemerintah

dalam masalah pemerataan pendapatan antar warga negara agar kesenjangan dan

penerimaan pendapatan dapat dikurangi.

3. Fungsi stabilisasi adalah anggaran yang menyangkut masalah terpeliharanya tingkat

kesempatan kerja yang tinggi, kestabilan harga dan pertumbuhan ekonomi yang

cukup memadai.

Sementara itu D. J. Mamesah (1995:79) mengatakan, bahwa penyusunan anggaran

pemerintah daerah (APBD), tidak terlepas dari pelaksanaan salah satu fungsi organik

manajemen yaitu perencanaan. Sebagai salah satu fungsi organik manajemen maka

selayaknya apabila setiap pemerintah daerah yang menginginkan tercapainya tujuan secara

berdaya guna dan berhasil guna melaksanakan perencanaan ini dengan sebaik-baiknya,

baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II.

Sementara D.J. Mamesah (1995:82) mengemukakan, bahwa dalam penyusunan

anggaran pemerintah daerah (APBD) perlu ditambah  empat prinsip lagi :

1. Prinsip kemandirian, dimana adanya usaha untuk meningkatkan pendapatan asli

daerah (PAD) serta adanya upaya ketepatan penggunaan dana yang tersedia agar

dapat mengurangi ketergantungan kepada instansi yang lebih tinggi.

2. Prinsip prioritas, dimana dalam penyusunan anggaran agar diupayakan

mempertajam prioritas dalam penggunaan dana.

3. Prinsip efesiensi dan efektifitas anggaran, dimana pengendalian pembiayaan dan

penghematan yang menyeluruh pada prioritas daerah tersebut diatas.

18

Page 19: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

4. Prinsip disiplin anggaran, dimana setiap dinas /lembaga/satuan kerja daerah yang

memperoleh anggaran harus dapat menggunakan secara efisien, tepat guna dan

tepat waktu pertanggungjawabannya, serta tidak melaksanakan kegiatan atau

proyek yang tidak tersedia/ belum tersedia kredit anggarannya dalam APBD.

Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab dalam penyusunan

anggaran dan pelaksanaan kegiatan penganggaran lainnya ada ditangan pimpinan tertinggi

organisasi yang paling bertanggung jawab atau kegiatan organisasi keseluruhan.

Dengan demikian tugas menyiapkan dan menyusun anggaran serta kegiatan-

kegiatan penganggaran lainnya tidak harus ditangani oleh pimpinan tertinggi perusahaan

M. Nafarin (2005:8-9) mengemukakan bahwa prosedur penyusunan anggaran terdiri dari

beberapa tahun sebagai berikut :

1. Tahap penentuan pedoman perencanaan.

2. Tahap persiapan anggaran.

3. Tahap penentuan anggaran.

4. Tahap pelaksanaan anggaran. Adapun penjelasan dari tahapan prosedur penyusunan

anggaran organisasi yang terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :

1. Tahap penentuan pedoman perencanaan

Yaitu tahap yang menentukan anggaran yang akan dibuat pada tahun yang akan datang,

anggaran disiapkan beberpa bulan sebelum tahun anggaran sebelumnya dimulai. Dengan

demikian anggaran yang dibuat dapat digunakan pada awal tahun anggaran. Sebelum

menysusun anggaran terlebih dahulu direktur melakukan dua hal yaitu :

19

Page 20: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

a. Menetapkan rencana besar organisasi , seperti tujuan, kebijakan dari asumsi-asumsi

sebagai dasar penyusunan anggaran.

b. Membentuk panitian anggaran yang terdiri dari pemimpin perusahaan sebagai ketua,

manajer keuangan dan sekretaris dan manajer lainnya sebagai anggota.

2. Tahap persiapan anggaran

Yaitu tahapan dimana manajer organisasi terlebih dahulu menyusun ramalan penjualan

(forecast sale) sebelum menyusun anggaran penjualan perusahaan. Setelah tahap tersebut

selesai manajer keuangan untuk menyusun anggaran lainnya.

3. Tahap penentuan anggaran

Yaitu tahapan diadakannya rapat dari semua manajer beserta direksi, dengan menteri rapat

berupa perundingan mengenai penyusunan rencana akhir. Setiap komponen anggaran serta

pengesahan dan pendiskusian anggaran.

4. Tahap pelaksanaan anggaran

Yaitu tahapan dilaksanakannya anggaran oleh semua unit kerja yang ada di dalam

perusahaan. Untuk kepentingan pengawasan setiap manajer membuat laporan realisasi

anggaran. Setelah di analisis anggaran disampaikan pada redaksi.

Dari uraian diatas penulis artikan bahwa prosedur penyusunan terdiri dari empat tahap,

yaitu penentuan pedoman perencanaan anggaran, tahap penentuan anggaran dan tahap

pelaksanaan anggaran.

Pada dasarnya pimpinan tertinggi organisasi memegang tanggung jawab tertinggi

penyusunan anggaran, karena pimpinan tertinngi perusahaan berwenang dan paling

bertanggung jawab atas kegiatan – kegiatan perusahaan secara keseluruhan, namun

20

Page 21: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

demikian tugas menyiapkan dan menyusun anggaran serta kegiatan lainnya tidak harus

ditangani sendiri oleh pimpinan tertinggi perusahaan, melainkan dapat didelegasikan pada

bagian lain di dalam perusahaan yang berkepentingan.

Menurut Harahap (2005:88-89) ada tiga metode dalam menyusun anggaran

biasanya digunakan oleh suatu organisasi, yaitu:

1. Top down budgeting adalah metode anggaran yang dilaksanakan oleh organisasi

atau perusahaan yang dimulai dari pimpinan perusahaan kepada bawahannya.

2. Bottom up budgeting adalah metode anggaran yang dilaksanakan suatu perusahaan

yang dimulai dari bawahan kepada atasannya atau pimpinan perusahaan.

3. Gabungan adalah metode anggaran yang dilaksanakan suatu perusahaan dengan

menggabungkan dua metode sebelumnya yaitu metode Top down dan Bottom up

budgeting.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode dalam penyusunan anggaran

biasanya dilaksanakan oleh suatu organisasi atau perusahaan yang dimulai dari pimpinan

perusahaan kepada bawahannya, bawahan kepada pimpinan perusahaan, dan

penggabungan antara dua metode tersebut.

Pada dasarnya dokumen pelaksanaan anggaran atau DPA dibuat oleh masing-

masing SKPD yang merupakan dokumen untuk melaksanakan rencana kerja Anggaran

(RKA) Surat ketetapan pencairan Dana(SKPD) yang sudah dibuatnya. Pembuatan RKA

dan DPA yang disesuaikan dengan struktur Anggrana Pendapatan dan

BelanjaDaerah(APBD).

21

Page 22: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Menurut Permendagri (2006:8) pengertian pelaksanaan Anggaran adalah sebagai

berikut: Pelaksanaan anggaran adalah dokumen yang membuat pendapatan, Belanja, dan

Pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan Anggaran oleh pengguna

Anggaran.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pelaksanaan Anggaran

merpukan tahapan kegiatan yang dibuat oleh masing-masing pelaksanaan anggaran yang

sangat penting dalam rangka penyelengaraan kegiatan, maka dengan dilaksanakannya

Pelaksanaan Anggaran berarti bahwa program dan rencana operasional tahunan yang dapat

dianggarkan akan mulai dilaksanakan dengan baik dan benar sesuain aturan.

Menurut Permendagri (2006:12) Pelaksanaan APBD dimulai dengan uraian tentang

asas umum pelaksanaan APBD yang mencakup:

1. Bahwa semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan

urusan pemerintahan daerah harus dikelola dalam APBD;

2. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan

daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan

ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

3. Dana yang diterima oleh SKPD tidak boleh langsung digunakan untuk membiayai

pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;

4. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum

daerah paling lama 1 (satu) hari kerja;

5. Jumlah belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi

untuk setiap pengeluaran belanja;

22

Page 23: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

6. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja daerah jika untuk

pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD

7.pengeluaran seperti tersebut pada butir (6) hanya dapat dilakukan dalam keadaan

darurat, yang selanjutnya harus diusulkan terlebih dahulu dalam “rancangan

perubahan APBD” dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

8. Kriteria keadaan darurat ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

9. Setiap SKPD tidak boleh melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk

tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD; dan

10. Pengeluaran belanja daerah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip hemat, tidak

mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Menurut ketentuan dari Pasal 104 Permendagri No. 13 Tahun 2006, Raperda

beserta lampiran-lampirannya yang telah disusun dan disosialisasikan kepada masyarakat

untuk selanjutnya disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD paling lambat pada

minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun anggaran

yangdirencanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pengambilan keputusan

bersama ini harus sudah terlaksana paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran

yang bersangkutan dimulai.

Atas dasar persetujuan bersama tersebut, kepala daerah menyiapkan rancangan

peraturan kepala daerah tentang APBD yang harus disertai dengan nota keuangan. Raperda

APBD tersebut antara lain memuat rencana pengeluaran yang telah disepakatibersama.

Raperda APBD ini baru dapat dilaksanakan oleh pemerintahan kabupaten/kota setelah

mendapat pengesahan dari Gubernur terkait. Selanjutnya menurut Pasal 108 ayat (2)

23

Page 24: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, apabila dalam waktu 30 (tiga puluh hari) setelah

penyampaian Raperda APBD Gubernur tidak mengesahkan raperda tersebut, maka kepala

daerah (Bupati/Walikota) berhak menetapkan Raperda tersebut menjadi Peraturan Kepala

Daerah.

Raperda APBD pemerintahan kabupaten/kota yang telah disetujui dan rancangan Peraturan

Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati.Walikota harus

disampaikan kepada Gubernur untuk di-evaluasi dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari

kerja.

Evaluasi ini bertujuan demi tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan

kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur, serta

untuk meneliti sejauh mana APBD kabupaten/kota tidak bertentangan dengan kepentingan

umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya.

Hasil evaluasi ini sudah harus dituangkan dalam keputusan gubernur dan disampaikan

kepada bupati/walikota paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanaya

Raperda APBD tersebut.

Tahapan terakhir adalah menetapkan raperda APBD dan rancangan peraturan

kepala daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi tersebut menjadi Peraturan

Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD paling

lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya. Setelah itu Perda dan Peraturan

Kepala Daerah tentang penjabaran APBD ini disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada

Gubernur terkait paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah

tanggal ditetapkan.

24

Page 25: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Menurut Permendagri (2006:123) Penyerahan rancangan DPA SKPD, diverifikasi

oleh TAPD, kemudian dibandingkan dengan kemampuan daerah dan prioritas program

pembangunan. Batas waktu verifikasi adalah 15 hari kerja setelah ditetapkannya peraturan

kepala daerah tentang penjabaran APBD, apabila dianggap kurang sesuai atau terdapat

keterbatasan keuangan Pemda, TAPD dapat mengurangi jumlah anggaran yang diajukan

tiap SKPD atau menghapus kegiatan yang diajukan oleh SKPD bersangkutan.

TAPD menyerahkan rancangan DPA SKPD yang telah diverifikasi kepada Sekda adalah

sebagai berikut:

a. Dalam hal rancangan DPA SKPD tersebut ditolak, maka Sekda mengembalikan

rancangan DPA SKPD kepada TAPD untuk dibahas kembali.

b. Setelah Sekda memberikan persetujuan terhadap rancangan DPA SKPD tersebut,

maka Sekda mengembalikan kepada PPKD untuk disahkan.

Bersamaan dengan penyerahan rancangan DPA SKPD kepada Sekda, TAPD juga

menyerahkan Rancangan Anggaran Kas SKPD kepada PPKD untuk disahkan menjadi

anggaran kas Pemerintah Daerah.

Menurut Permendagri (2006:124) Pengesahan rancangan DPA SKPD, setelah

PPKD mengesahkan rancangan DPA SKPD menjadi DPA SKPD, DPA SKPD dibuat

rangkap empat dokumen:

1. Dokumen yang pertama untuk SKPD

a. Penyerahan kepada SKPD selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak disahkan.

b. Digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh SKPD selaku pengguna anggaran/

pengguna barang.

25

Page 26: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

2. Dokumen kedua untuk Satuan Kerja Pengawasan Daerah (SKPD)

3. Dokumen ketiga untuk BPK

4. Dokumen keempat dipakai oleh PPKD sebagai dasar pembuatan SPD.

2.2.1 Definisi Pemeliharaan Gedung

Banyak bangunan yang baru didirikan beberapa waktu sudah tidak layak dihuni,

sebaliknya banyak pula bangunan yang telah berumur panjang tetapi masih layak dihuni.

Ada satu hal sebagai pembeda adalah faktor perawatan. Seperti diungkapkan oleh Lateef

(2009), bahwa nilai keawetan suatu bangunan banyak ditentukan oleh kualitas

perawatannya. Reginald (1976), menyatakan perawatan bangunan adalah setiap upaya

yang dilakukan agar bangunan gedung tetap dalam kondisi baik, sehingga bangunan

menjadi tetap berfungsi sebagaimana diharapkan.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/Prt/M/2008, perawatan

bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan atau mengganti bagian bangunan

gedung, komponen, bahan bangunan, dan/ atau prasarana dan sarana agar bangunan

gedung tetap laik fungsi. Perawatan bangunan adalah tahapan kegiatan setelah proses

konstruksi selesai, untuk mendukung tetap terpenuhinya persyaratan kelayakan bangunan.

Usaha perawatan bangunan merupakan usaha pelaksanaan konstruksi yang khusus

bergerak dalam bidang perawatan dan pemeliharaan bangunan dalam arti seluas-luasnya.

Sedangkan yang dimaksud bangunan adalah bangunan gedung/arsitektural, bangunan sipil,

bangunan mekanikal, bangunan elektrikal, atau pun bangunan tata lingkungan (Konstruksi,

2009a).

26

Page 27: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Awalnya perawatan gedung hanya berupa pembersihan (cleaning) (Konstruksi,

1990), tetapi sekarang pembersihan hanyalah merupakan kegiatan awal dari perawatan

bangunan. Walaupun demikian dengan pembersihan akan mampu memperlambat proses

kerusakan komponen bangunan. Menurut Miller dan Jerome (1971), ditinjau dari jenis

kegiatan perawatan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pencegahan (protecting),

perbaikan

(repairing), dan pembaharuan (renovation). Sementara hasil penelitian terhadap 230

perusahaan konstruksi di Amerika diperoleh keterangan bahwa kegiatan perawatan berupa

pencegahan yang dilakukan secara rutin baik berupa perbaikan langsung atau dengan cara

penundaan perawatannya (Nawakorawit, 1999). Dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa perawatan gedung dapat hanya berupa pembersihan, perbaikan, atau pembaharuan

yang dapat dilakukan secara rutin maupun tidak.

Aspek perawatan dan rehabilitasi bangunan tak kalah penting dibanding dengan

perencanaan dan pelaksanaan proyek. Bahkan konsep pemeliharaan dan rehabilitasi harus

sudah ditetapkan sebelum perencanaan proyek usai (Konstruksi, 2009b). Memelihara

bangunan itu tidak mudah, perlu kaitan berbagai disiplin ilmu non Wimala (2008),

kegiatan pemeliharaan sebagai suatu bangian yang integral dari tujuan dan fungsi

organisasi pembangunan gedung. Untuk mencapai hasil pemeliharaan yang optimal,

diperlukan standar yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan

pemeliharaan.

The success of a school maintenance programme depends on the school community’s

ability to be organized and keep track of all activities included in the programme. The

27

Page 28: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

school maintenance programme should be systematic and proactive to prevent the need for

repairs (Organization Of American States, 1998).

Hasil penelitian Hajji dan Suparno (2009), menunjukkan bahwa faktor pemahaman

oleh semua pihak dan koordinasi yang teratur merupakan faktor dominan yang

menentukan kinerja teknis rehabilitasi bangunan gedung Sekolah Dasar. Menurut Imran,

pakar dari ITB, rehabilitasi bangunan cenderung memiliki keunikan. Penanganannya

sangat bergantung dari kasus yang terjadi dan sering harus dievaluasi dan dikerjakan

dengan pendekatan komprehensif (Konstruksi, 2009b). Terdapat beberapa undang-undang

atau peraturan sebagai payung hukum dalam perawatan bangunan. Undang-undang

atauperaturan tersebut adalah (1) Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan

gedung, yang berisi mengenai penyelenggaraan, memanfaatan, dan perawatan, serta

pemeliharaan bangunan gedung; (2) Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2002 tentang

peraturan pelaksanaan, juga tentang perawatan dan sanksinya berkaitan dengan perawatan

bangunan; (3) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 332/KPTS/M/2002 tentang

pemeliharaan dan perawatan bangunan (Konstruksi, 2009a). Berdasar pembahasan ini

paling tidak ada tiga komponen yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan

perawatan bangunan sekolah, yaitu kompetensi bidang teknik sipil, model manajemen

perawatan, dan penyediaan sumber daya.

2.2.2 Kompetensi Perawatan Bangunan

Menurut Miller dan Jerome (1971), pada dasarnya perawatan bangunan gedung

secara menyeluruh (total building maintenance) meliputi perawatan elektronik, perawatan

mekanikal, perawatan teknik sipil, perawatan pembersihan, perawatan keamanan, dan

28

Page 29: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

perawatan tanaman. Pada bangunan yang tidak terlalu besar, maka perawatan yang perlu

dilakukan hanyalah perawatan teknik sipil. Perawatan teknik sipil ini terdiri atas perawatan

struktur dan nonstruktur. Perawatan struktur dikelompokkan struktur bangunan bawah,

bangunan tengah, dan atas. Perawatan struktur bangunan bawah meliputi pondasi, sloof,

dan lantai. Perawatan struktur bangunan tengah meliputi tembok dan kolom. Perawatan

struktur bangunan atas meliputi rangka atap dan rangka plafon. Perawatan nonstruktural

meliputi dinding, plesteran, kosen pintu, kosen jendela, pengecatan, penutup atap, dan

penutup plafon.

Sementara dalam maintenance manual for school building in the Caribbean

(Bastidas, 1998), perawatan bangunan gedung antara lain dibagi dalam wilayah

struktur, atap, bangunan luar, bangunan dalam, plumbing, dan listrik. Struktur bangunan

sekolah meliputi kolom, balok, struktur dinding, lantai, tangga, dan struktur atap. Atap

bangunan sekolah meliputi penutup atap, flashing, gutters, downspouts, dan flat foof

protection. Bangunan luar bangunan sekolah meliputi dinding luar, jendela luar, dan pintu

luar. Bangunan dalam meliputi lantai, dinding dalam, plafon, jendela dalam, dan pintu

dalam. Plumbing bangunan sekolah meliputi pipa air bersih, saluran air kotor dan

septictank. Listrik bangunan sekolah meliputi perbaikan kabel, panel box, lampu, dan

perlengkapan elektronik.

Hal yang sama dikemukakan Jones (2002), bahwa program perawatan bangunan

antara lain meliputi: (1) sistem struktur, (2) sistem atap, (3) penutup bagian luar (jendela,

cat), (4) AC, air panas, system ventilasi, (5) tangga (elevators and escalators), (6) jaringan

listrik, (7) system perpipaan, (8) sistem pengamanan kebakaran, dan (9) utilitas bangunan.

29

Page 30: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dinyatakan bahwa bidang garapan perawatan

bangunan sekolah meliputi pekerjaanstruktur (kayu, baja, atau beton), nonstruktur

(dinding, lantai, pintu, jendela, plafon, plesteran), penunjang (listrik), dan pelengkap

(saluran air bersih, air kotor, dan septictank). Dengan demikian kompetensi yang

diperlukan dalam perawatan sekolah (bangunan tidak besar) adalah kompetensi tentang

metode pelaksanaan struktur kayu, struktur beton, struktur baja, dinding, plesteran, pintu,

jendela, plafon, jaringan listrik, jaringan air bersih, drainase, dan septictank.

Menurut Holt (Akdon, 2007) management is the process of planning, organizing,

leading, and controling that incompasses human, material, financial and information

resources is organization environment. Stoner & Freeman (2000), menyatakan bahwa

manajemen adalah seni melakukan pekerjaan melalui orang-orang. Bush dan Coleman

(2000), menjelaskan kriteria kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan

transformasional yaitu (1) berperan sebagai model, (2) sebagai inspirator dan motivator

mutu bagi anggota, (3) memberi stimulasi intelektual, dan (4) sebagai mentor bagi setiap

individu. Slamet (2008) menyatakan kepemimpinan yang efektif jika mampu

memberdayakan komponen organisasi mencapai tujuan. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa manajemen adalah usaha optimal memberdayakan komponen organisasi

untuk mencapai suatu tujuan.

Dalam hal perawatan bangunan, Lateef (2009) menyebutkan bahwa manajemen

perawatan meliputi usaha memperoleh manfaat sebesarbesarnya dari kegiatan perawatan.

Dalam maintenance manual for school buildings in the Caribbean (Bastidas, 1998),

disebutkan bahwa program perawatan bangunan sekolah yang dikehendaki adalah

30

Page 31: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

yang sistematis dan proaktif. Sistematis dalam arti dilaksanakan secara teratur, sedang

proaktif adalah tidak menunggu sampai terjadi kerusakan yang lebih parah. Penelitian

Lateef (2009) menyimpulkan perlunya sistem manajemen perawatan bangunan yang

didasarkan pada konsep nilai dalam usaha meningkatkan optimalisasi program perawatan

bangunan.

Sementara itu, perawatan bangunan dapat dikelompokkan menjadi dua macam,

yakni preventive maintenance (pemeliharaan dengan cara mencegah) dan corrective

maintenance (pemeliharaan dengan cara memperbaiki setelah terjadi kerusakan)

(Konstruksi, 2009a).

Menurut Jones (2002), rangkaian kegiatan perawatan antara lain, sebuah tim ahli

melakukan penelaahan terhadap bangunan dan sejarah operasionalnya. Selanjutnya melalui

tenaga professional bidang teknik sipil atau arsitektur melakukan penelaahan rencana

konstruksi dan spesifikasinya. Jika telah sesuai, selanjutnya mengembangkan program

perawatan secara spesifik. Untuk menentukan kesuksesan manajemen pemeliharaan, maka

ada tiga unsur yang harus ditentukan, yaitu keterlibatan karyawan, prosedur pemeliharaan,

dan monitoring (Palimirma, 2009).

Akasah dan Amirudin (2006), mengembangkan model manajemen pembangunan

sekolah menggunakan the Integration Definition for Function Modelling (IDEF). Model

ini menggunakan klasifikasi empat pertanyaan, yaitu (1) What are the activities?, (2) what

is input that needs to be transformed into outputs? (3) What are the elements that

influence/

31

Page 32: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

control/regulate/constraint those activities? and (4) Who/what will implement those

activities? Keempat pertanyaan ini kemudian dirumuskan menjadi pertanyaan Input,

Control, Mechanism and Output,

Berdasarkan uraian ini, dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan perawatan

bangunan adalah upaya memberdayakan komponen organisasi untuk mencapai

keberhasilan dalam kegiatan perawatan bangunan. Kegiatan manajemen dapat

dikelompokkan ke dalam kegiatan masukan (input), pelaksanaan (mechanism),

pengawasan (control), dan hasil (output). Kegiatan masukan yang berupa persiapan

program, penelaahan atau inspeksi lapangan, perencanaan program, dan penggalian

pendanaan. Kegiatan pelaksanaan program berupa kegiatan menjalankan program.

Kegiatanpengawasan berupa kegiatan pengawasan dan evaluasi program. Kegiatan hasil

berupa capaian yang disampaikan melalui kegiatan pelaporan hasil

Menurut Kepala Badan Pengembangan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia

(BPKSDM) di masa pascapelaksanaan konstruksi seluruh stakeholder perlu diberdayakan

untuk terlibat dalam pengendalian operasional, perawatan, rehabilitasi, pemantauan, dan

evaluasi (Konstruksi, 2009b). Hal senada dinyatakan oleh Menteri Pendidikan Nasional,

Bambang Sudibyo (Gatra, 2008), bahwa mendatang, perawatan bangunan sekolah

merupakan tanggung jawab sekolah dan pemerintah daerah. Sementara itu, dalam

Maintenance Manual for School Building in the Caribbean (Bastidas, 1998), dinyatakan

bahwa tanggung jawab perawatan bangunan sekolah adalah pihak sekolah dan masyarakat.

Berdasar pernyataan tersebut, kiranya dapat dipilih atau ditetapkan sementara

bahwa tanggung jawab perawatan bangunan sekolah adalah pada pihak sekolah,

32

Page 33: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

masyarakat, dan pemerintah daerah. Dengan kata lain dari sisi pembiayaan, maka yang

bertanggung jawab menyediakan biaya perawatan sekolah adalah pihak sekolah,

masyarakat, dan pemerintah daerah.

2.3. Kerangka Pemikiran

Proses penyusunan anggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri

memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang dilaksanakan oleh Tim Anggaran

Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi Perangkat Daerah (unit kerja). Rancangan anggaran

unit kerja dimuat dalam suatu dokumen yang disebut dengan Rancangan Anggaran Satuan

Kerja (RASK atau formulir S). RASK ini menggambarkan kerangka logis hubungan antara

kebijakan anggaran (arah dan kebijakan umum APBD serta strategi dan prioritas APBD)

dengan operasional anggaran (program dan kegiatan anggaran) di setiap unit pelaksana

anggaran daerah sesuai dengan visi, misi, tugas pokok dan fungsi yang menjadi kewenangan

unit kerja yang bersangkutan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

RASK memuat juga standar analisa belanja, tolok ukur kinerja dan standar biaya sebagai

instrumen pokok dalam anggaran kinerja dalam rangka mengukur efektivitas dari progam yang

dianggarkan.

Schiff dan Lewin (1970), mengemukakan bahwa anggaran yang telah disusun memiliki

peranan sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran digunakan sebagai

sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial. Seiring dengan peranan anggaran

tersebut, Argyris (1952) dalam Titisari (2004) juga menyatakan bahwa kunci dari kinerja yang

efektif adalah apabila tujuan dari anggaran tercapai.

33

Page 34: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Bangunan sekolah merupakan kebutuhan mutlak agar dapat terlaksananya proses

pendidikan. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai akan memberikan peluang

lebih besar bagi terlaksananya sebuah proses pendidikan berkualitas, yang kemudian

berpotensi melahirkan generasi yang cerdas, kreatif, dan berkeadaban (Setyawan, 2005).

Namun demikian, sudah bukan menjadi rahasia umum lagi, bahwa banyak bangunan

gedung sekolah yang mengalami kerusakan. Oleh sebab itu anggaran pemeliharaan gedung

sekolah harus di susun oleh SKPD yang terkait berdasarkan data yang diberikan oleh

sekolah-sekolah. Ada bermacam-macam jenis kerusakan, begitu juga tingkat

kerusakannya.

Umumnya kerusakan dimulai dari kebocoran genteng yang tidak segera diperbaiki

atau serangan rayap yang tidak segera diketahui atau segera diperbaiki. Kondisi ini

ternyata sesuai dengan analisis Suparlan (2007), mengapa gedung sekolah cepat rusak,

karena masih lemahnya sistem pemeliharaan. Proses pemeliharaan gedung sekolah kurang

mendapatkan perhatian dari pihak sekolah.

Sementara menurut Setyawan (2005), pihak sekolah harus mulai belajar mengatasi

permasalahannya sendiri, sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada pemerintah. Pihak

sekolah dapat mencari alternative dalam meningkatkan sumber daya sekolah. Komite

sekolah dapat menjadi tumpuan di tingkatan teknis operasionalnya.

Bangunan sekolah yang kurang mendapatkan perhatian atau perawatan dapat

diyakini akan cepat mengalami kerusakan. Bila kerusakan yang kecil tidak segera

diperbaiki, maka kerusakan akan berkembang, menjalar pada bagian lain, dan menjadi

34

Page 35: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

semakin parah. Kemungkinan kerugian akan semakin besar, proses belajar-mengajar dapat

terganggu, bahkan dapat mengancam keselamatan jiwa. Oleh sebab itu maka pihak sekolah

harus menyusun anggaran pemeliharaan gedung sekolah yang sesuai dengan kemampuan

keuangan sekolah serta melaporkan jumlah ruangan yang perlu perawatan ke SKPD yang

terkait yang nantinya akan dianggarkan untuk mendapatkan dana pemeliharaan melalui

anggaran pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

Penyusunan anggaran ditingkat pengelola keuangan daerah bergantung pada data

yang diberikan oleh SKPD yang terkait. Adanya data yang akurat akan memberikan

dampak yang signifikan bagi penyusunan anggaran pemeliharaan gedung sekolah.

Efektifitas pemeliharaan gedung sekolah akan baik jika penyusunan anggaran

pemeliharaan gedung sekolah mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan

kebutuhan.

35

Page 36: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah penyusunan anggaran dan efektifitas,

Penelitian ini akan dilaksanakan di kabupaten Minahasa Tenggara .

3.2. Metode Penelitian

Metode adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan dan

mencatat data, baik data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk

keperluan menyusun karya ilmiah yang kemudian menganalisis faktor-faktor yang

berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran

atau data yang diinginkan.

Penelitian ini adalah eksplanatory research yaitu untuk menjelaskan hubungan

kausal antara variable-variabel melalui pengujian hipotesa, maka penelitian tidak lagi

dinamakan penelitian deskriptif melainkan penelitan pengujian hipotesa atau penelitan

penjelasan (explanatory).

3.3. Operasionalisasi Variabel

Penjelasan variabel penelitian menurut Sugiyono (2009:59) yaitu: “Variabel

penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang

36

Page 37: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya.”

Variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini secara operasional dikelompokkan

dalam dimensi dan indkitor-indikator.

3.4. Populasi dan Sampel

Unit analisis dalam penelitian ini adalah 132 kepala sekolah , dan menjadi populasi

dalam penelitian ini Dengan melihat populasi yang ada maka pengambilan sampel dalam

penelitian ini dilakukan secara acak (random sampling) tanpa memperhatikan strata yang

ada dalam populasi itu. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus yang

dikembangkan oleh Slovin (dalam Riduwan, 2009:95) sebagai berikut:

n = N

N . d2+1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi = 132

d2 = Presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95 %)

Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh sampel sebanyak 57 orang

kepala sekolah.

Sedangkan yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah aparat yang

melakukan pengawasan yaitu aparat pada inspektorat kabupaten Minahasa Tenggara.

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik sebagai

berikut :

37

Page 38: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

langsung terhadap objek yang sedang diteliti diamati atau kegiatan yang sedang

berlangsung

b. Wawancara (Interview), yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara

tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang terkait langsung dan berkompeten

dengan permasalahan yang penulis teliti yaitu dengan bagian/posisi pelaksana.

c. Kuesioner, teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner/pertanyaan tetutup

d. Dokumen, merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Penelitian ini, peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan rumus korelasi

pearson product moment (r). Pengujian reliabilitas menggunakan uji reliabilitas h split

half method (spearman Brown Correlation) teknik belah dua. Metode ini menghitung

reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes

tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan ganjil atau

genap).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Dimana

variabel Pengendalian Internal dipasangkan dengan data variabel efektivitas yang

dikumpulkan melalui kuesioner masih memiliki skala ordinal, maka sebelum diolah data

ordinal terlebih dahulu dikonversi menjadi data interval menggunakan Methode Succesive

Internal (MSI). Pengujian hipotesis akan mengunakan uji t.

Berdasarkan pada alat statistik yang digunakan dan hipotesis penelitian di atas

maka penulis menetapkan dua hipotesis yang digunakan untuk uji statistiknya yaitu

38

Page 39: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

hipotesis nol (Ho) yang diformulasikan untuk ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) yaitu

hipotesis penulis yang diformulasikan untuk diterima, dengan perumusan sebagai berikut:

Ho: ρ = 0, Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel penyusunan anggaran dan

variabel efektivitas pemeliharaan gedung sekolah di kabupaten Minahasa Tenggara.

Ha: ρ ≠ 0, Ada pengaruh yang signifikan antara variabel variabel penyusunan anggaran

dan variabel efektivitas pemeliharaan gedung sekolah di kabupaten Minahasa Tenggara

Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah H0 ditolak atau diterima dengan

menggunakan rumus statistik uji t.

Tingkat signifikan (level of significance) yang digunakan adalah 0,05 (5%) dengan

derajat kebebasan db = n - 2. Tingkat ini dipilih karena dinilai cukup ketat untuk mewakili

dalam pengujian kedua variabel tersebut dan merupakan tingkat signifikan yang sering

digunakan.

Kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah H0 ditolak atau diterima adalah

:

- Jika thitung < ttabel, berarti Ha ditolak, H0 diterima

- Jika thitung > ttabel, berarti Ha diterima, H0 ditolak

- t hitung; dicari dengan rumus perhitungan t hitung, dan

- t tabel; dicari didalam tabel distribusi dengan ketentuan sebagai berikut, α = 0,05

dan db = (jumlah data – 2).

39

Page 40: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

DAFTAR PUSTAKA

Akasah, Z.A.B, & Amirudin, R.B. 2006. Maintenance Management Process Model For School Buildings: An Application of IDEF Modelling Methodology. The International Conference on Construction Industry 2006 (ICCI 2006).Universitas Bung Hatta. Padang.

Akdon. 2007. Strategic Management for Educational Management. Bandung: Alfa Beta.

AR, Mustopadidjaya, Sistem dan Proses Penyusunan APBDN, Modul pada ProgramDiklat TMPP-D Angkatan XV, Ujung Pandang, 1997

Bastidas, Pedro. 1998. Maintenance Manual for School Buildings in theCaribbean. (online) (http://www.oas. org/CDMP/document/schools/maintm an.htm) diakses 30 Januari 2013

Baswir Revrisond, Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Edisi ketiga, BPFE Yogyakarta,1997.

Bush, T. & Coleman, M. 2000. Leadership and Strategic Management in Education. London: Paul Chapmans Publishing. Ltd.

Depdiknas. 1999. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta: Direktorat Dikmenum.

Hajji, A.M., dan Suparno. 2009. Pengembangan Perangkat Analisis Kinerja Teknis Hasil Rehabilitasi Bangunan Sekolah Rusak melalui Program Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN Bidang Pendidikan di Indonesia. Laporan Penelitian tidak dipublikasikan. Malang: Puslit UM.

Hansen Don R, Maryanne M. Mowen, 2000 Akuntansi Manajemen, Edisi Kedua,terjemahan : A. Hermawan, Penerbit Erlangga, Jakarta

Konstruksi. 1990. Perawatan Bangunan Masih Perlu Dimasyarakatkan. Majalah Konstruksi,

Konstruksi. 2009a. Manajemen Perawatan Bangunan: Mendukung TerpenuhinyaPersyaratan Kelayakan Bangunan. Majalah Techno Konstruksi, Edisi 12

Konstruksi. 2009b. Mencari Bentuk Budaya Merawat Bangunan. Majalah Techno Konstruksi, Edisi 13, Tahun II, hal 5456.

Koster, Wayan. 2001. Restrukturisasi Penyelenggaraan Pendidikan: Studi Kapasitas

40

Page 41: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Sekolah dalam Rangka Desentralisasi Pendidikan. (online) (http://www.pdk.go.id/balitbang/Publi kasi/Jurnal/No026/restrukturisasi_pen yelenggaraan_wayan_koster.htm. diakses 24 Januari 2013).

Kunarjo, Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan, Edis ketiga UI- Press, Jakarta,1996.

Lateef, Olanrewaju Abdul. 2009. Building maintenance management in Malaysia.

Journal of Building Appraisal 4, 207214. doi:10.1057/jba.2008.27

Mamesah, D.J, Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995

Meirina, Zita. 2008, 14 April. Sekolah Rusak Rampas Hak Siswa Raih LayananPendidikan. (online) (http:// www.edukasi.net/artikel.htm) diakses 21 Maret 2009.

Miller, E. and Jerome, W. 1971. Modern Maintenance Manajement. Bombay: D.B. Taraporevala Sons & Co.PVT. LTD.

Mulyadi. 2011. Sistem Akuntansi. Edisi 3 PT Salemba Patria Jakarta

Munandar, M. Drs, 1985, Budgeting, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Munawir S, 2002 Akuntansi Keuangan Dan Manajemen, Edisi Pertama, PenerbitBPFE Yogyakarta

Organization Of American States. 1998. Maintenance Manual For SchoolBuildings In The Caribbean. Online (http:///www.School Building MaintenanceManual.htm), diakses 30 Januari 2013.

Palimirma, 2009. Manajemen Operasi: Maintenance (Pemeliharaan) dan Reliability(Keandalan). (online) (http:// vibiznews.com/journal.php?sub=journ al&page=quality&id=64), diakses 30 Januari 2013

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/Prt/M/2008, tanggal 30 Desember2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Setyawan.W. 2005, 2 Pebruari. Menyoal Kerusakan Bangunan Sekolah. (online) (http://www2.kompas.com/kompas, cetak/0502/28/Didaktika/1580557 .htm), diakses 30 Januari 2013.

Suparno. 1998. Kajian Teoritis dan Empiris terhadap Perawatan Gedung di

41

Page 42: Proposal Thesis Penyusunan Anggaran

Indonesia. Jurnal Teknologi dan Kejuruan

Van Horne James C, Jhon M. Wachowicz, Jr, 1998 Prinsip-prinsip ManajemenKeuangan, Edisi Kesembilan, Terjemahan : Heru Sutojo, Penerbit Salemba Empat Jakarta Gomes, Faustino Cardoso, 1995, Manaiemen Sumber Dava Manusia. Edisi satu. Andi Offer. Jogjakarta

42