Proposal Tesis

11

Click here to load reader

Transcript of Proposal Tesis

Page 1: Proposal Tesis

PROPOSAL PENELITIAN TESIS

I. Latar Belakang

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional, standar wilayah kerja

puskesmas adalah satu kecamatan (Depkes, 2007). Puskesmas adalah salah satu

organisasi pelayanan kesehatan yang pada dasarnya adalah organisasi jasa

pelayanan umum. Oleh karenanya, puskesmas sebagai pelayanan masyarakat

perlu memiliki karakter mutu pelayanan prima yang sesuai dengan harapan

pasien, selain diharapkan memberikan pelayanan medis yang bermutu (Wijono,

1997). Ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus dilaksanakan oleh

puskesmas yakni, promosi kesehatan, kesehatan ibu, anak dan keluarga

berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit

menular dan pengobatan dasar (Depkes RI, 2004). Pelayanan pengobatan dasar

di puskesmas, harus ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana

prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan

pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,

informasi obat dan pencatatan atau penerimaan resep) dengan memanfaatkan

1

Judul Penelitian : Analisis Studi Epidemiologi dalam Perencanaan dan

Pengadaan Obat di Puskesmas sebagai Upaya

Pemenuhan Ketersediaan Jumlah dan Jenis Obat di

Puskesmas di Bandung, Jawa Barat

Dosen Pembimbing : 1. -

2. -

Nama/NPM : Sofa Dewi Alfian

Page 2: Proposal Tesis

tenaga, dana, sarana, prasarana dan metode tata laksana yang sesuai dalam

upaya mencapai tujuan yang ditetapkan (Depkes RI, 2007). Jumlah kunjungan

pengobatan ke Puskesmas bertambah dari tahun ke tahun, namun kemampuan

pemerintah dalam penyediaan biaya relatif tidak seimbang dengan tuntutan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan (Depkes RI, 1995).

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Depkes RI,

2009). Pembangunan kesehatan di bidang obat bertujuan untuk menjamin

tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan, dengan

mutu terjamin, dan tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah

diperoleh pada waktu dan tempat yang tepat. Seringkali pengadaaan obat belum

dapat memenuhi kebutuhan sektor publik. Disamping faktor dana,

ketidakcukupan obat dipengaruhi pula oleh faktor perencanaan atau perhitungan

perkiraan kebutuhan obat yang belum tepat, yang tercermin dari pemilihan jenis

dan jumlah obat yang tidak sesuai dengan pola penyakit serta faktor distribusi

yang tidak memadai dan belum berfungsinya pengendalian persediaan oleh unit

terkait (Herman dan Handayani, 2007).

Ketersediaan dan kualitas obat harus selalu terjaga sebagai salah satu

jaminan terhadap kualitas layanan pengobatan yang diberikan. Untuk menjaga

ketersediaan dan kualitas obat di puskesmas maka perencanaan dan pengadaan

harus dikelola dengan baik. Perencanaan kebutuhan obat merupakan suatu

proses memilih jenis dan menetapkan jumlah perkiraan kebutuhan obat dimana

perencanaan merupakan faktor yang sangat menentukan ketersediaan obat-

obatan. Sedangkan pengadaan adalah merupakan usaha-usaha dan kegiatan-

kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di

dalam fungsi perencanaan (Seto dkk, 2004).

2

Page 3: Proposal Tesis

Kegiatan perencanaan obat di puskesmas meliputi pemilihan jenis obat,

perhitungan jumlah kebutuhan obat dan peningkatan efisiensi dana. Sementara

itu kegiatan dari proses pengadaan obat di puskesmas meliputi menyusun daftar

permintaan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan, pengajuan permintaan

kebutuhan obat kepada Dinas Kesehatan/ Gudang Obat dengan menggunakan

formulir Daftar Permintaan/ Penyerahan Obat, serta penerimaan dan

pengecekan jenis dan jumlah obat (Depkes RI, 1991). Walaupun regulasi

tentang pengadaan obat di puskesmas telah disusun, namun masih ditemukan

kejadian “kekosongan obat” di puskesmas. Suatu penelitian tentang mutu

pelayanan farmasi di kota Padang menemukan bahwa kurang lebih 80%

puskesmas melakukan perencanaan kebutuhan obat belum sesuai dengan

kebutuhan sesungguhnya, sehingga terdapat stok obat yang berlebih tapi di lain

pihak terdapat stok obat yang kosong. Selain itu, perencanaan belum

mempertimbangkan waktu tunggu, sisa stok, waktu kekosongan obat serta

Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan pola penyakit (Athijah dkk, 2010).

Pengelola obat di puskesmas melakukan permintaan obat dengan hanya

memperhitungkan jumlah pemakaian obat pada periode sebelumnya ditambah

dengan 10-30 %, artinya pengelola obat melakukan permintaan obat tidak

pernah menghitung stok optimum yang menjadi dasar permintaan obat ke

gudang farmasi, sehingga kesinambungan ketersediaan jumlah dan jenis obat di

puskesmas tidak terjamin (Linarni dan Hasanbasri, 2006).

Estimasi kebutuhan obat melalui metode perhitungan mutlak diperlukan

supaya obat disediakan dalam jumlah yang cukup. Menurut buku Pedoman

Kerja Puskesmas jilid 1, perhitungan jumlah kebutuhan obat di pelayanan

kesehatan dapat dilaksanakan dengan metode konsumsi dan atau metode

epidemologi. Untuk metode konsumsi didasarkan kepada analisis data

penggunaan obat tahun-tahun sebelumnya, meliputi estimasi jumlah kontak

pasien, pemakaian tiap jenis obat per tahun, pemakaian rata-rata tiap jenis obat

3

Page 4: Proposal Tesis

per 1000 kontak pasien, sisa stok obat, harga patokan obat, dan sumber dana.

Sedangkan metode epidemiologi didasarkan kepada frekuensi penyakit atau

jumlah penduduk yang akan dilayani dan pengobatan yang digunakan (Athijah

dkk, 2010). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran mengenai analisis studi epidemiologi dalam kegiatan perencanaan

dan pengadaan obat di puskesmas sebagai upaya pemenuhan ketersediaan

jumlah dan jenis obat di puskesmas di Bandung, Jawa Barat.

II. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah metode epidemiologi dalam perencanaan dan pengadaan obat

di puskesmas dapat mendukung ketersediaan jumlah dan jenis obat

serta mencegah adanya kekosongan obat di puskesmas?

2. Apakah metode epidemiologi dapat meningkatkan kualitas pelayanan

obat di puskesmas?

III. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah diperolehnya

metode yang efektif dan akurat dalam perencanaan dan pengadaan obat melalui

metode epidemiologi sebagai upaya pemenuhan ketersediaan jumlah dan jenis

obat di Puskesmas di Bandung, Jawa Barat.

4

Page 5: Proposal Tesis

IV. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini yaitu:

a. Bagi Puskesmas

1) Tersedianya metode efektif dan data yang akurat dalam

perencanaan dan pengadaan obat di Puskesmas, sehingga

mencegah terjadinya kekosongan obat di Puskesmas.

2) Meningkatkan kualitas pelayanan obat di Puskesmas.

b. Bagi Peneliti

Manfaan penelitian bagi peneliti adalah pengembangan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah di bidang Ilmu

Kesehatan Masyarakat.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menjadi sumbangan berharga dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat

mengenai metode epidemiologi dalam perencanaan dan pengadaan

obat di Puskesmas.

V. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan dilakukan dengan

observasi pada bulan Januari sampai dengan Juli 2013. Sampel adalah seluruh

populasi puskesmas di wilayah Bandung, Jawa Barat. Data yang digunakan

adalah data primer yang berasal dari kuesioner dan check list, serta data

sekunder yang terdiri dari data puskesmas di Bandung yang bersumber dari

arsip Dinas Kesehatan Kota Bandung dan dokumen yang digunakan dalam

perencanaan dan pengadaan obat di masing-masing puskesmas. Uji validitas

instrumen penelitian yaitu kuesioner dan check list meliputi uji validitas isi dan

rupa. Data penelitian diolah menggunakan metode pengolah data statistik

5

Page 6: Proposal Tesis

deskriptif, kemudian ditampilkan dalam distribusi frekuensi menggunakan

tabel.

VI. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan mulai bulan Januari 2013 sampai dengan

selesai, bertempat di Bandung, Jawa Barat.

6

Page 7: Proposal Tesis

DAFTAR PUSTAKA

Athijah,Umi, Elida Zairina, Anila Impian Sukorini, Efrita Mega Rosita, dan Anindita Pratama Putri. 2010. Perencanaan dan Pengadaan Obat Di Puskesmas Surabaya Timur dan Selatan. Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga. Jurnal Farmasi Indonesia. 5 (1): hal. 15-23.

Depkes RI. 1991. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 1995. Profil Kesehatan. Jakata: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2007. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Depkes RI. 2009. UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah RI

Herman, Joseph Max dan Rini Sasanti Handayani. 2007. Hubungan Uji Coba Penggunaan LP-LPO dengan Kualitas Variabel Penggunaannya di Puskesmas. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 10 (1): hal. 37-46.

Linarni J, dan Hasanbasri M. 2006. Mutu Pelayanan Farmasi di Puskesmas Kota Padang. Tersedia online di: http//www.lrckmpk.ugm.ac.id [Diakses 18 Mei 2012]

Seto S, Yunita N, Lily T. 2004. Manajemen Farmasi Lingkup: Apotek, Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi Cetakan ke- 1. Surabaya: Airlangga University Press.

Wijono. 1997. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.

7