Proposal Tesis

download Proposal Tesis

of 22

Transcript of Proposal Tesis

PROPOSAL TESIS

PENGGUNAAN FUZZY AHP UNTUK MENGEVALUASI MANFAAT KEPUTUSAN INFORMATION SHARING DALAM SEBUAH SUPPLY CHAIN

NURCHOLIK 09916093

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis saat ini ditandai dengan perubahan kondisi persaingan dari persaingan antar perusahaan secara individual kedalam persaingan antar rantai pasokan dan perubahan peran perusahaan manufaktur dari memasok perusahaan domestik menjadi pasar internasional melalui perusahaan lokal (Rudberg dan Olhager, 2003). Memiliki produk yang tersedia pada waktu dan tempat yang tepat akan memungkinkan perusahaan untuk bersaing dalam pasar yang cenderung fluktuatif dan merupakan syarat mutlak bagi perusahaan agar tetap dapat bersaing dalam persaingan bisnis. Dilain pihak, sumber daya dan kompetensi yang dibutuhkan seringkali sulit didapat oleh perusahaan secara individual sehingga sangat penting bagi perusahaan untuk bekerjasama dan mengembangkan sumber daya inti melalui kemitraan berbasis koordinasi antar mitra bisnis yang dikenal dengan manajemen rantai pasokan atau sering disebut supply chain management. Williamson et al. (2004) mendefinisikan manajemen rantai pasokan sebagai pengelolaan organisasi organisasi yang terkait dalam suatu hubungan dengan mitra bisnisnya yaitu keterkaitan upstream (pemasok) dan downstream (konsumen) dalam proses proses yang berbeda beda untuk menghasilkan nilai nilai dalam bentuk produk dan jasa kepada konsumen. Lingkungan bisnis telah mengubah karakteristik rantai pasokan dalam fleksibilitas perusahaan dan information sharing. Information sharing merupakan faktor paling penting untuk

mencapai koordinasi yang efektif dalam rantai pasokan dan menjadi pengendali dalam sepanjang sistem rantai pasokan. Beberapa studi menemukan bahwa information sharing penting untuk mengurangi ketidakpastian, meningkatkan pengembangan produk, penjadwalan permintaan dan biaya (Coyle, 1996). Melalui pembagian informasi (information sharing), perusahaan dapat memperoleh informasi tentang apa yang diinginkan konsumen, memperbaiki operasi produk dan meminimalkan kesenjangan waktu dalam rantai pasokan. Information sharing akan memberikan manfaat bagi perusahaan tergantung pada informasi apa yang telah dibagikan, kapan pembagian informasi, bagaimana informasi dibagikan, dan kepada siapa informasi tersebut dibagikan. Dengan perkataan lain, informasi apa yang seharusnya dibagikan sangat penting untuk memberikan dampak positif pada kinerja rantai pasokan (Lina anatan et al. 2008). Sekarang Rantai pasokan (Supply chain) lebih tepat disebut sebagai Jaringan Pasokan (Supply Network) atau Supply web yang dapat melibatkan konfigurasi yang sangat kompleks. Konfigurasi yang kompleks ini, biasanya mulai dari rantai diadik (dyadic) ke jaringan multi channel (Sammadar et al. 2006; Mc Laren et al. 2002; Huang et al. 2003), yang memerlukan kebutuhan informasi yang berbeda dan menciptakan lingkungan yang berbeda untuk information sharing (berbagi informasi). Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan information sharing (pembagian informasi) seperti produk dan struktur pasar, Infrastruktur sistem informasi antar organisasi (IOISs / Inter-Organizational Information Systems), Hubungan antar mitra / rekanan, Struktur koordinasi intra-organisasi (sentralisasi, desentralisasi, dan distribusi), Single & multiple-sourcing (Shore dan

Venkatachalam, 2003). Namun, evaluasi tersebut fokus pada 2 parameter kunci. Yaitu hubungan kolaboratif dan IOISs yang berkontribusi terhadap pembagian informasi (information sharing) (Lee dan Whang, 2000; Shore dan

Ventakatachalam, 2003). Jaringan pasokan sangat tergantung pada hubungan peserta dalam jaringan pasokan dan kemampuan pembagian informasi (information sharing) antara berbagai organisasi (yang terkait dalam jaringan pasokan / Supply chain). Kedekatan hubungan antara berbagai pihak dapat dinilai melalui jaringan, bisa berkisar dari hubungan adversial (transaksional) untuk kemitraan atau hubungan kolaboratif (Mentzer et al. 2000). Namun hubungan kolaboratif yang ditandai oleh pertukaran informasi yang lebih besar dari hubungan adversial. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan integrasi dan koordinasi di seluruh kegiatan organisasi. Dengan demikian Supply chain (rantai pasokan) yang kolaboratif menjembatani diantara para rekanan dengan

memfokuskan pada efisiensi pertukaran informasi. Nilai yang didapat dari supply chain yang kolaboratif tidak hanya kesempatan dalam mengurangi tingkat persediaan, dan biaya rantai pasokan tetapi juga kesempatan dalam meningkatkan arus barang, jasa dan informasi dan melayani pelanggan dengan lebih baik, yang dapat menguntungkan jaringan secara keseluruhan (Mc Laren et al. 2002; Mentzer et al. 2000; Li et al. 2006; Sammaddar et al. 2006). Namun, masalah yang penting adalah berapa besar informasi yang dapat dibagi antara mitra dalam jaringan pasokan. Meskipun, IOISs seperti extranet, electronic data interchange (EDI) dan pasar elektronik menyediakan kemampuan untuk berbagi informasi (information sharing) dengan

mudah. Disisi lain, perusahaan tidak harus membagikan informasi karena berbagai alasan (Premkumar, 2000). Li et al. (2006) mengungkapkan bahwa berbagi informasi (information sharing) menimbulkan berbagai masalah, seperti maslah keamanan, privasi, biaya, dan inteletual properti. Oleh karena itu, ada perbedaan yang kuat dalam membagi informasi (information sharing), setidaknya manajer supply chain mampu memahami bahwa informasi yang dibagikan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam jaringan pasokan. Sejumlah penelitian telah mencoba untuk mengevaluasi masalah tentang information sharing dengan menggunakan berbagai analisis baik berdasarkan model maupun teoritis. Dalam studi teori, total keuntungan dari keputusan information sharing dalam supply chain yang kolaboratif umumnya diperoleh dengan menggunakan IOISs (Inter-Organizational Information Systems/ sistem informasi antar organisasi). Li et al. (2006) mempelajari pengaruh strategi IOISs pada tingkat kinerja perusahaan pada kondisi pasar stabil maupun bergejolak. Sammadar et al. (2006) menyajikan sebuah kerangka teori sebagai sumbangan / kontribusi untuk penelitian saat ini pada information sharing antar organisasi dan desain dari jaringan pasokan (supply network). Premkumar (2000) memberikan perspektif yang terintegrasi dari supply chain manajemen dan sistem antar organisasi yang menunjukkan bahwa semua organisasi pada supply chain mendapatkan manfaat / keuntungan dari information sharing (berbagi informasi) dengan mengurangi pasokan dan ketidakpastian kebutuhan. Huang et al. (2003) mengkaji mengenai dampak information sharing pada supply chain yang dinamis dan menyimpulkan bahwa penyebaran informasi dapat menguntungkan bagi

semua mitra supply chain yang terlibat. Anand dan Mendelson (1997) membahas hubungan antara struktur koordinasi antar organisasi, information sharing dan penerapannya pada sebuah perusahaan yang sedang menghadapi ketidakpastian permintaan didalam multiple horizontal market. Dalam penelitian analitis, beberapa pendekatan matematika dikembangkan untuk memahami perilaku model yang dibuat dan pengaruh information sharing terhadap kinerja supply chain. Dalam pendekatan pendekatan statistik / probabilistik oleh Lee et al. (1997a, 1997b) menyimpulkan bahwa permintaan riil information sharing di seluruh anggota supply chain mengurangi variabilitas permintaan (bullwhip effect) dan ketidakpastian. Yu et al. (2001) menyelidiki manfaat dari kemitraan supply chain dengan information sharing (berbagi informasi) dan menyimpulkan bahwa pengecer dan produsen keduanya

memperoleh peningkatan kinerja dengan peningkatan tingkat information sharing. Moinzadeh (2002) mempelajari manfaat information sharing dalam sebuah supply chain dan menunjukkan bagaimana supplier mendapatkan keuntungan dari menggunakan informasi mengenai persediaan pada tingkat pengecer. Selain itu, Chen (1998), Cachon dan Fisher (2000), Lee et al. (2000) dan Gavirneni et al. (1999) menggunakan model stokastik dan kapasitas untuk mengevaluasi kinerja supply chain dengan menekankan pada keunggulan information sharing. Barubaru ini, peneliti telah mencoba menggunakan simulasi (Zhao dan Xie, 2002; Zhao et al. 2002) dan membuat keputusan berdasarkan pendekatan fuzzy (Shore dan Venkatachalam, 2003; Chantrasa, 2005) untuk mengevaluasi potensi information sharing dari para rekanan supply chain.

Hal ini dapat dilihat dari literatur yang sebagian besar mereka bicara pada tingkat konsep terutama pada material handling (pergerakan material) dan penghematan biaya persediaan melalui kolaboratif supply chain dengan optimasi dan kegiatan simulasi. Selain itu, sebagian besar penelitian terfokus pada jenis information sharing tertentu (yang spesifik) seperti perkiraan permintaan, informasi persediaan, dan informasi operasional. Namun, banyak masalah keputusan information sharing tidak dapat dinyatakan dengan model analitis dan algoritma atau mereka mungkin kurang lengkap dalam data data tertentu. Seperti yang telah disajikan dalam literatur, terdapat kekurangan penelitian yang berkaitan dengan mengevaluasi manfaat berbagai jenis informasi yang dibagi oleh perusahaan. Ketersediaan dari beberapa kriteria dan keterlibatan para pengambil keputusan akan memperluas masalah keputusan information sharing dari satu dimensi ke dimensi yang lain, dan karena itu akan meningkatkan kompleksitas dan usahanya lebih maksimal. Untuk alasan ini, diperlukan pendekatan baru yang bisa menangani masalah pengambilan keputusan multi criteria (MCDM / Multi Criteria Decision Making) dan untuk mendukung masalah evaluasi yang kompleks (Buyukozkan. 2004). Oleh karena itu, integrasi Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan tingkat analisis sintetik metode fuzzy (Fuzzy AHP) (Chang. 1992; 1996) diusulkan. Fuzzy AHP adalah metodologi yang relatif baru yang diperkenalkan oleh Van Laarhoven dan Pedrycz (1983) yang memperpanjang pengambilan keputusan untuk kasus kasus yang dilakukan di lingkungan yang tidak pasti dan fuzzy (kabur / jauh). Fuzzy memiliki kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian

penilaian manusia (human judgments) dalam mengevaluasi manfaat keputusan information sharing dalam supply chain. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah menyajikan pendekatan fuzzy AHP untuk mengevaluasi manfaat keputusan information sharing. Disamping itu, manfaat information sharing dapat membantu manajer untuk membuat keputusan pada jenis informasi yang harus mereka bagi dengan mitra supply chain mereka. Sehingga dalam penelitian ini, akan dilakukan pemilihan keputusan kunci dari information sharing dengan penggunaan model fuzzy AHP. Penelitian sebelumnya oleh Selcuk Percin, 2008 mengilustrasikan pada perusahaan manufaktur, oleh karena itu dalam penelitian ini akan diilustrasikan pada perusahaan retail dan objek penelitian yang diusulkan yaitu retail Carrefour Yogyakarta. 1.2 Perumusan Masalah Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah jenis informasi apa yang harus dibagi dengan para rekanan dalam sebuah supply chain ? 1.3 Batasan Penelitian Suatu penelitian dibatasi agar penelitian lebih terfokus, adapun dalam penelitian ini terbatas pada : a. Obyek penelitian pada retail Carrefour di Yogyakarta. b. Fokus yang dibahas adalah pemilihan keputusan kunci dari information sharing berdasarkan evaluasi manfaat keputusan information sharing dengan metode fuzzy AHP.

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jenis informasi yang harus dibagi dengan para rekanan dari alternatif keputusan informasi yang ada. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : a. Dapat menjadi satu pertimbangan untuk menentukan kebijaksanaan perusahaan dalam membuat keputusan mengenai jenis informasi yang harus dibagi dengan para rekanan. b. Sebagai pembelajaran pemecahan pengambilan keputusan dalam

pemilihan keputusan kunci dari information sharing berdasarkan evaluasi manfaat dari keputusan information sharing dengan metode fuzzy AHP.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kriteria Seleksi dan Keputusan Information Sharing Mengevaluasi manfaat dari keputusan information sharing tidak banyak dibahas pada literatur literatur sebelumnya. Sebagaimana dinyatakan sebelumnya pada pendahuluan, selain dari studi penelitian, keputusan information sharing sepengetahuan penulis, hanya Chantrasa (2005) dan Shore dan Venkatachalam (2003) yang mengusulkan pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan fuzzy untuk keputusan information sharing. Namun, mengevaluasi manfaat dari keputusan information sharing memiliki beberapa karakteristik khusus. Pertama, manfaat keputusan information sharing tak berwujud di alam (intangible in nature). Kedua, Perbedaan para pembuat keputusan yang menetapkan bahwa manfaat dari keputusan information sharing dan perbedaan tingkat kepentingan. Untuk alasan ini, manfaat tersebut hanya dapat diukur secara subyektif. Oleh karena itu, sebuah metodologi evaluasi yang tepat dan kriteria evaluasi harus diidentifikasi. Dalam penelitian ini, metodologi fuzzy AHP digunakan untuk

mengidentifikasi kriteria evaluasi dari masalah keputusan information sharing. Untuk tujuan ini, penulis telah melakukan survey literature (terutama didasarkan pada studi yang dilakukan oleh Muckstadt et al. 2001; Huang et al. 2003; Angerhofer dan Angelides, 2006; Samaddar et al. 2006). Kemudian, tiga level yang berbeda dari kriteria manfaat information sharing, yaitu manfaat starategis,

manajerial dan operasional, diidentifikasi melalui referensi yang terkait yang akan diuraikan pada bagian berikut. Kriteria manfaat lenih lanjut disempurnakan dengan mewawancarai para manajer (dalam hal ini, pengambil keputusan) di perusahaan ritel Carrefour Yogyakarta tentang logistiknya, produksinya atau manajemen teknologi informasi. Kemudian, fokus bergeser pada rekanan dan kesediaan mereka untuk mengungkapkan informasi yang harus dibagi dalam rangka untuk memberikan keberhasilan jangka panjang untuk hubungan kolaboratif. Empat keputusan alternatif, yaitu operasional, perencanaan, kebutuhan pelanggan dan informasi keuangan, dipilih untuk mengevaluasi keputusan information sharing. Kemudian, pengaruh dari berbagai kriteria manfaat pada kriteria tujuan yang telah dievaluasi. Kerangka tujuan penulis adalah untuk mengevaluasi sejauh mana jenis informasi harus dibagi dengan mitra supply chain bagi perusahaan ritel Carrefour Yogyakarta. 2.1.1 Manfaat Strategis (MS)

Manfaat strategis timbul selama jangka waktu, dan menangkap manfaat jangka panjang dari information sharing. Ini membutuhkan penilaian dari keuntungan langsung yang timbul dari kolaborasi, pasar saham, pemecahan konflik dan pengenalan produk baru. 2.1.1.1 Memfasilitasi kolaborasi supply chain (MKSC) Informasi pada dasarnya untuk mengeratkan koordinasi (Lee dan Whang, 2000). Information sharing melalui kolaborasi menhasilkan keuntungan

keuntungan, memperkuat posisi kompetitif (daya saing) dan meningkatkan nilai perusahaan (Lee, 2000). 2.1.1.2 Meningkatkan pangsa pasar (MPS) Peningkatan pangsa pasar akan menjadi lebih kuat karena peningkatan tren terhadap hubungan kolaborasi yang didukung oleh IOISs (Selcuk Percin, 2008). 2.1.1.3 Meningkatkan resolusi / pemecahan konflik (MPK) Organisasi dalam supply chain dapat bekerja erat untuk tujuan yang sama bila resiko dan manfaatnya dibagi secara merata (Lee, 2000). Caranya, dengan meningkatkan kepercayaan (trust) dan dependensi

(ketergantungan) sehingga mitra mendapatkan lebih banyak informasi, ide dan teknologi (Mentzer et al. 2000a). 2.1.1.4 Meningkatkan pengenalan produk baru (MPPB) Siklus hidup suatu produk semakin pendek maka produk yang tepat harus dikembangkan dan diluncurkan pada jangka waktu yang pendek agar tetap kompetitif (Lambert dan Cooper, 2000). Dengan demikian, keberhasilan perusahaan tergantung pada manajemen yang efektif dari seluruh supply chain, baik pengenalan produk baru dan fase tua produk yang lama (Lee, 2000).

2.1.2

Manfaat Manajerial (MM)

Manfaat manajerial timbul dari perencanaan masalah yang terkait dengan jangka menengah (sekitar 2 minggu sampai enam bulan) (Huang et al. 2003). Kami menggunakan keuntungan dalam komunikasi, kapasitas alokasi, dan membuat keputusan yang tepat pada peramalan, perencanaan dan kontrol sumber daya sebagai langkah kunci manfaat manajerial. 2.1.2.1 Meningkatkan komunikasi (MK) Untuk mencapai efisiensi rantai pasokan membutuhkan information sharing yang akurat dan tepat waktu (Lee, 2000). Kemajuan teknologi informasi dan IOISs mempercepat waktu information sharing, kolaborasi dan pengambilan keputusan diantara perusahaan. 2.1.2.2 Meningkatkan keputusan alokasi kapasitas (MKAK) Melalui information sharing, masing masing mitra dalam supply chain dapat membuat keputusan yang tepat pada alokasi kapasitas sehingga dinamika supply chain dapat dioptimalkan (Huang et al. 2003) 2.1.2.3 Membuat keputusan yang tepat pada peramalan, perencanaan dan kontrol sumber daya (PPKS) Jaringan pasokan kolaboratif melibatkan pengambilan keputusan bersama diantara para mitra dalam area perencanaan kolaboratif, peramalan dan pengendalian sumber daya (Mc Laren et al. 2002). Peningkatan arus informasi melalui jaringan kolaboratif memungkinkan perusahaan untuk

mengurangi penundaan informasi dan untuk meningkatkan ketepatan peramalan (Angerhofer dan Angelides, 2006). 2.1.3 Manfaat Operasional (MO)

Manfaat operasional berkaitan dengan kejadian sehari hari dalam supply chain. Ketersediaan lead time, biaya, persediaan dan informasi penjadwalan adalah hal yang sangat penting untuk mendapatkan manfaat operasional. 2.1.3.1 Mengurangi tingkat persediaan (MTP) Berbagi informasi persediaan dapat menurunkan persediaan dan biaya persediaan disamping itu meningkatkan fleksibilitas (Angerhofer dan Angelides, 2006). 2.1.3.2 Mengurangi lead time (MLT) Diartikan waktu yang diperlukan dari ketika pesanan sudah mulai diproduksi sampai waktu pemesanan dikirim (waktu pesan sampai waktu barang datang). Kesimpulan dari literatur yang ada adalah bahwa semakin lama lead time semakin kecil manfaat information sharing (Huang et al. 2003). 2.1.3.3 Mengurangi biaya supply chain (MBSC) Siklus hidup produk yang pendek dan produk yang beragam meningkatkan biaya supply chain. Namun, peningkatan kolaborasi dan information

sharing dapat menurunkan biaya supply chain dan meningkatkan respon dalam rantai organisasi. 2.1.3.4 Meningkatkan produksi / penjadwalan distribusi (MPD) Kolaborasi perencanaan dan peningkatan information / sharing memperbaiki yang

kerjasama

produksi

penjadwalan

distribusi

menciptakan nilai berkelanjutan (sustainable value) bagi semua pihak. (McLaren et al. 2002). 2.1.4 Keputusan Information sharing

Karakteristik penting dari setiap hubungan kolaboratif adalah jumlah dan jenis informasi yang dibagi antara para mitra. Lee et al. (2000) mencatat sejumlah klasifikasi umum dari informasi yang harus dibagi secara luas kepada berbagai industri dan perusahan. Ini termasuk tingkat persediaan / posisi, data penjualan / informasi permintaan, status pesan untuk pelacakan / penelusuran, perkiraan pejualan dan produksi / jadwal pengiriman. Huang et al. (2003) mengusulkan enam kategori informasi produksi meliputi produk, proses, sumber daya, persediaan, pesan dan perencanaan dalam analisis information sharing. Namun, Jenis jenis dari informasi yang dimasukkan dalam analisis telah dikelompokkan ke dalam 4 kategori : operasional, perencanaan, kebutuhan pelanggan dan informasi keuangan. Informasi operasional melibatkan penentuan jadwal produksi, status pesan untuk pelacakan / penelusuran, status kembali, volume operasi dan tingkat persediaan. Jenis informasi perencanaan terdiri dari perkiraan penjualan, data

penjualan / informasi permintaan, rencana promosi dan rencana produksi. Informasi kebutuhan pelanggan mencakup pernyataan jelas tentang kebutuhan pelanggan yang berhubungan dengan keinginan produk, kepuasan pelanggan, ketersediaan produk, persyaratan layanan, pengiriman, faktur dan lain lain. Indeks kinerja keuangan (indikasi kinerja keuangan) penting, yang membuat perusahaan mengetahui manfaat dari information sharing (Huang et al. 2003). Secara umum, ukuran informasi keuangan adalah tingkat / laju pertumbuhan penjualan, laba dan pengembalian investasi (ROI / Return On Investment) dan lain - lain. Kita bisa menyajikan hubungan antara manfaat information sharing dan alternatif alternatif keputusan information sharing. Dalam menggunakan AHP sebagai model pemecahan masalah, lankah pertamanya membangun struktur hierarki. Tujuan dari model kami adalah mengevaluasi manfaat manfaat dari keputusan information sharing dalam supply chain. Tingkat kedua menunjukkan kriteria yang harus dipenuhi untuk memenuhi tujuan secara keseluruhan. Tingkat kriteria melibatkan 3 kriteria utama : manfaat strategis, manfaat manajerial, dan manfaat operasional. Masing masing kriteria pada gilirannya diperlukan dekomposisi menjadi item - item yang spesifik / khusus di tingkat ketiga. Sebagai contoh, manfaat strategis didekomposisi menjadi 4 sub-kriteria, yang

memfasilitasi kolaborasi supply chain, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan pemecahan / resolusi konflik dan meningkatkan pengenalan produk baru. Kami juga meletakkan variabel meningkatkan komunikasi, meningkatkan keputusan alokasi kapasitas, dan membuat keputusan yang tepat pada peramalan,

perencanaan, dan pengendalian sumber daya ditingkat ketiga hirarki dibawah manfaat manajerial. 4 sub-kriteria itu dimasukkan dalam manfaat operasional dalam tingkat ketiga. Hal ini adalah mengurangi tingkat persediaan, mengurangi lead time, mengurangi biaya supply chain dan meningkatkan produksi / penjadwalan distribusi. Tingkat terendah hierarki terdiri dari alternatif keputusan. Dalam penelitian ini, alternatif alternatif keputusan information sharing berbeda beda yaitu informasi operasional, informasi perencanaan, informasi kebutuhan pelanggan dan informasi keuangan. 2.2 Metodologi Fuzzy AHP 2.3 Aplikasi Fuzzy AHP Untuk Keputusan Information Sharing

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep

Evaluasi menggunakan fuzzy AHP Permasalahan Internal Kriteria pemilihan keputusan information sharing Manfaat Strategis Memfasilitasi kolaborasi supply chain Meningkatkan pangsa pasar Meningkatkan pemecahan konflik Meningkatkan pengenalan produk baru

Manfaat Manajerial Dampak Permasalahan Customer satisfaction dan Cost Meningkatkan komunikasi Meningkatkan keputusan alokasi kapasitas Membuat keputusan yang tepat pada peramalan, perencanaan dan control sumberdaya Hasil Dipilih keputusan kunci dari information sharing

Permasalahan External Lingkungan bisnis yang kompetitif

Manfaat Operasional Mengurangi tingkat persediaan Mengurangi lead time Mengurangi biaya supply chain Meningkatkan produksi / penjadwalan distribusi

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

Lingkungan bisnis telah mengubah karakteristik rantai pasokan dalam fleksibilitas perusahaan dan information sharing. Information sharing merupakan faktor paling penting untuk mencapai koordinasi yang efektif dalam rantai

pasokan dan menjadi pengendali dalam sepanjang sistem rantai pasokan. Beberapa studi menemukan bahwa information sharing penting untuk mengurangi ketidakpastian, meningkatkan pengembangan produk, penjadwalan permintaan dan biaya (Coyle, 1996). Melalui pembagian informasi (information sharing), perusahaan dapat memperoleh informasi tentang apa yang diinginkan konsumen, memperbaiki operasi produk dan meminimalkan kesenjangan waktu dalam rantai pasokan. Information sharing akan memberikan manfaat bagi perusahaan tergantung pada informasi apa yang telah dibagikan, kapan pembagian informasi, bagaimana informasi dibagikan, dan kepada siapa informasi tersebut dibagikan. Dengan perkataan lain, informasi apa yang seharusnya dibagikan sangat penting untuk memberikan dampak positif pada kinerja rantai pasokan (Lina anatan et al. 2008). Kerangka konsep pada Gambar 3.2 menjelaskan bahwa adalah salah satu fungsi terpenting dari pembelian adalah memilih suplier yang mampu memenuhi dengan standar yang diinginkan suatu perusahaan. Pemilihan supplier yang tepat akan meminimalisir kerugian yang mungkin diderita oleh PT. SISM dalam menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif. Sehingga dalam proses pembelian, perusahaan harus memilih suplier yang tepat dengan

mempertimbangkan kriteriakriteria sebagai bahan penilaian antar suplier. Dalam operasionalnya, PT. SISM berkerja sama dengan suplier dalam pemenuhan kebutuhan komponen-komponen kapal. Suplier tersebut dipilih setelah dilakukan evaluasi dengan membandingkan kriteria setiap suplier.

Dalam penelitian ini, dianalisis kriteria kriteria yang digunakan PT. SISM untuk menentukan suplier. Kriteria tersebut adalah perusahaan, produk, biaya, dan harga. Kriteria perusahaan mempunyai sub kriteria yang terdiri dari reputasi, pengalaman, geografi. Kriteria produk terdiri dari sub kriteria kualitas, variasi, kapasitas. Kriteria biaya terdiri dari sub kriteria harga, biaya pengiriman dan pembayaran. Sedangkan kriteria pelayanan terdiri dari sub kriteria garansi, ketepatan waktu pengiriman dan pelayanan purna jual. Kriteria dan sub kriteria tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode fuzzy AHP. Metode AHP digunakan untuk mengetahui nilai konsistensi dan bobot apriori setiap pengambil keputusan dalam melakukan perbandingan berpasangan. Sedangkan metode fuzzy untuk mendapatkan nilai akhir setiap alternatif suplier (Tanindo Mandiri Jaya, Layang Motor, Bima Utama). Hasil nilai akhir tersebut kemudian dirangking menggunakan metode TOPSIS untuk menentukan suplier terbaik.

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3 Penentuan Sumber Data 4.4 Penentuan populasi dan sampel 4.4.1 Sumber Primer 4.4.2 Sumber Sekunder 4.5.1 Sampel 4.5.2 Teknik Pengambilan Sampel 4.5.3 Ukuran Sampel 4.5 Metode Pengumpulan Data 4.6 Variabel Penelitian 4.6.1 Definisi Operasional Variabel 4.7 Instrumen Penelitian 4.8 Prosedur Penelitian 4.9 Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Jadwal Kegiatan

Rincian Biaya Penjelasan dan Informasi