Proposal Tesis

23
PROPOSAL • Pembentukan Kesegaran Jasmani Dan Budi Perkerti Melalui Seni Beladiri Pencak Silat • Oleh : Sindu Nurwito Suki • Nim: 0602511037 • Prodi Pendidikan Olahraga Pascasarjana Universitas Negeri Semarang 2011

Transcript of Proposal Tesis

Page 1: Proposal Tesis

PROPOSAL

• Pembentukan Kesegaran Jasmani Dan Budi Perkerti Melalui Seni Beladiri Pencak Silat

• Oleh : Sindu Nurwito Suki• Nim: 0602511037• Prodi Pendidikan Olahraga Pascasarjana

Universitas Negeri Semarang 2011

Page 2: Proposal Tesis

Bab I

Latar Belakang

Unsur beladiri berfungsi untuk melindungi diri atau orang lain dari gangguan atau kejahatan dari pihak lain, Unsur olahraga bahwa pencak silat bertujuan untuk kesehatan tubuh (badan), Sementara unsur mental spiritual bahwa pencak silat mampu membentuk kepribadian manusia yang baik, berbudi pekerti, tidak sombong dan peduli dengan orang lain. Kepribadian identik dengan karakter, watak, tabiat atau perilaku yang dimiliki oleh seseorang. Kepribadian yang terpancar dari seorang pesilat, khususnya pesilat memiliki kekhasan tersendiri.

Kondisi intern dan ekstern yang sama-sama bergejolak inilah yang menyebabkan masa remaja memang lebih rawan dari pada tahap-tahap lain dalam perkembangan jiwa manusia. Untuk mengurangi benturan antar gejolak itu dan untuk memberi kesempatan agar remaja dapat mengembangkan dirinya secara lebih optimal, perlu diciptakan kondisi lingkungan terdekat mungkin, khususnya lingkungan keluarga dan remaja mengikuti suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis melalui partisipasi seni beladiri pencak silat. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti tesis yang berjudul” pembentukan kesegaran jasmani dan budi perkerti melalui seni beladiri pencak silat.

Page 3: Proposal Tesis

Rumusan Masalah

• Bagaimanakah pembentukan kesegaran jasmani melalui seni beladiri pencak silat?• Bagaimanakah pembentukan budi perkerti melalui seni beladiri pencak silat?• Apakah kesegaran jasmani terbentuk melalui seni beladiri pencak silat?• Apakah budi perkerti terbentuk melalui seni beladiri pencak silat?• Apakah seni beladiri pencak silat membentuk kesegaran jasmani dan budi perkerti?

Page 4: Proposal Tesis

Tujuan Penelitian• Memahami dan mendeskripsikan pembentukan kesegaran jasmani melalui seni

beladiri pencak silat • Memahami dan mendeskripsikan pembentukan budi perkerti melalui seni beladiri

pencak silat • Memahami dan mendeskripsikan kesegaran jasmani melalui seni beladiri pencak

silat • Memahami dan mendeskripsikan budi perkerti melalui seni beladiri pencak silat • Memahami dan mendeskripsikan seni beladiri pencak silat dalam membentuk

kesegaran jasmani dan budi perkerti

Page 5: Proposal Tesis

Manfaat Penelitian

• Dapat memberikan informasi bagi pihak masyarakat maafaat mengikuti seni beladiri pencak silat.

• Dapat dijadikan salah satu dasar dalam pengambilan bagi masyarakat baik orang tua, guru, dan remaja dalam memenuhi seluruh komitmen memilih olahraga yang sesuai.

• Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi pihak pendidikan dan masyarakat dan juga bagi para pengemar olahraga seni beladiri pencak silat pada khususnya.

• Bagi Ilmu Pengetahuan; Sebagai karya ilmlah, maka hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya disiplin ilmu sosial,dan budaya.

• Bagi pembaca / peneliti selanjutnya; Dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan, sumbangan pemikiran dan dapat dipakai sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.

Page 6: Proposal Tesis

Bab II 2.1 Pengertian Kesegaran Jasmani

Istilah kesegaran jasmani berasal dari bahasa ingriss physial fitness. Secar harfiah physial fitness berarti kemampuan jasmaniah ( Radiopoetro, 1980). Seseorang dapat dikatakan mampu (fit) dalam melakukan tugas apabila ia dapat melakukannya secara efisien tampa mengalami kelelehan yang berarti, dan dapat segerah pulih kembali seperti sedia kala. Selanjutnya dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan (fitness) meliputi tiga aspek, yaitu kemapuan anatonim (anatomical fitness), kemampuan fisiologis (physiological fitness), dan kemampuan psikologis (psychological fitness) (morehouse, 1976). Seseorang dikatakan mempuanyai kemampuan anatomis dalam melakukan aktivitas apabila ia mampu mempunyai semua anggota tubuh yang diperlukan untuk melakukan aktivitas itu, apabila ia dapat melakukan dengan tangkas dan dapat segera kembali dari keadaan yang ditimbulkan oleh aktivitas tersebut. Sedangkan dikatakan memiliki kemampuan psikologis untuk melakukan aktivitas, apabila ia memiliki sifat- sifat yang dibutuhkan, seperti memiliki kemampuan untuk mengatasi rasa tidak menyenangkan, rasa sakit, dan sebagainya yang ditimbulkan oleh aktivitas tersebut.

Pembinaan kesegaran jasmani perlu diupayakan karena membina kesegaran jasmani mempunyai arti melatih komponen –komponen kesegaran jasmani , yang meliput : daya tahan kardiorespiratori, daya tahan otot dan kekuatan otot, komposisi tubuh dan berat badan , fleksibelitas dan keseimbangan. Fox (1987) menyatakan bahwa komponen kesegaran jasmani meliputi: kemampuan kardiorespiratori atau sistem jantung paru, kekuatan otot , daya tahan otot, dan fleksibilitas persendian. Selain itu , Getchell (1979) menyatakan bahwa komponen kesegaran jasmani, yaitu: kekuatan, daya tahan otot, fleksibilitas dan daya tahan kardiorespirator.

Page 7: Proposal Tesis

2.1.1 Hakekat Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani atau kesegaran fisik merupakan dambaan bagi setiap orang untuk menompang kehidupan dan perkerjaan sehari-hari yang didambakannya. Tingkat kesegaran jasmani pada setiap individu jelasnya tidak sama tergantung pada kepiawiannya dalam memilihara kesegaran jasmani. Karena kesegaran jasmani seseorang dipengaruhi oleh berbagai variable. Kesegaran jasmani tidak hanya bertujuan untuk membentuk daya tahan tubuh, juga berperan dalam meningkatkan daya tahan terhadap psikologis. Artinya seseorang yang memiliki kesegaran jasmani tinggi, maka ia dapat dipastikan akan memiliki ketahanan terhadap komponen yang berkaitan dengan kejiwaan seperti stress, kecemasan, emosi, dan orang yang memiliki kesegaran jasmani tinggi, maka orang tersebut akan memiliki percaya diri yang baik. Oleh karena itu mewujudkan kesegaran jasmani harus mengaitkan berbagai faktor sering disebut juga general factor meliputi tiga pilar pembangunan olahraga yaitu ; penyediaan ruang terbuka, peningkatan sumber daya manusia dan partisipasi masyarakat untuk memperdayakan hidup sehat melalui kegiatan olahraga. Disamping itu kesegaran jasmani juga merupakan salah satu prasyarat bagi seseorang untuk dapat melakukan aktifitas sehari-hari sevara produktif dimana akan memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk menyelesaikan keinginannya agar tercapai dengan baik.tingakat kesegaran jasmani juga akan memberikan rasa percaya diri , karena mampu meyelesaikan tugas-tugas yang dibebankannya. Seseorang yang memiliki tingkat kesegaran jasmani tinggi, maka ia akan memiliki banyak kesempatan untuk berbuat dan melakukan apa yang ia inginkan.

Page 8: Proposal Tesis

2.1.2 Tujuan Kesegaran Jasmani

tujuan kesegaran jasmani adalah untuk meningkatkan kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, komponen kondisi tubuh, gerak pada waktu latihan, pemulihan yang cepat dari tubuh sewaktu-waktu respon demikian diberikan”. Kesegaran jasmani juga diperlukan anak usia sekolah untuk dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari, baik ketika berada disekolah maupun diluar sekolah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap manusia perlu menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmaninya sendiri agar hidup sehat, terhindar dari penyakit dan selalu ceria sepanjang hidupnya.

Page 9: Proposal Tesis

2.2 Metode Latihan

2.2.1 Metode

Metode berasal dari bahasa yunani” methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubung dengan upaya ilmiah, maka menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti alat untuk mencapai tujuan

2.2.2 Latihan

Latihan adalah proses yang sisitematis dari bberlatih atau berkerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan semakin hari semakin bertambah beban latihan atau perkerjaan. Latihan fisik merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh.latihan fisik umumnya dikelompokan kedalam beberapa kategori, tergantung pada pengaruh yang ditimbulkannya pada tubuh manusia. Latihan fleksibilitas seperti rengang memperbaiki kisaran gerak otot dan sendi. Latihan aerobic seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan daya tahan kardiovaskuler. Latihan anaerobic seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka pendek. Latihan biasa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat badan atau kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh, membantu mencegah penyakit seperti jantung, penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe 2 dan obesitas.

Page 10: Proposal Tesis

• 2.3 Budi Perkerti

Budi adalah kegiatan kejiwaan manusia yang tiga unsur sebagai satu kesatuan, yakni karsa, rasa dan cipta (bahasa Jawa Kuno), yakni kegiatan kehendak, perasaan dan penalaran Pekerti adalah ahlak. Pekerti mencer-minkan budi. Luhur berarti mulia atau terpuji Dengan demikian, makna budi pekerti luhur adalah kegiatan kehendak, perasaan, penalaran dan ahlak yang mulia berlandaskan pada keimanan dan ketaqwaan yang teguh kepada Tuhan. Karsa menentukan keharusan (kewajiban) dan larangan, rasa menentukan baik dan buruk, cipta menentukan benar dan salah. Karena itu, karsa berkaitan dengan mental-spiritual (moral), rasa dengan emosi dan cipta dengan kecerdasan. Manifestasi lahiriah dari budi pekerti luhur dalam wujud amalan individual adalah sikap, perbuatan dan perilaku yang mulia atau terpuji. Ajaran budi pekerti luhur mewejang kepada manusia agar terus-menerus mengolah dan membina budi pekertinya secara optimal yang diarahkan pada perwujudan kearifan moral, emosional dan inteligensial. Kearifan di sini berarti kemampuan memilah dan memilih secara benar dan tepat dalam kerangka usaha untuk mewujudkan suatu kemuliaan. Pengolahan dan pembinaan karsa bahkan harus diarahkan pada perwujudan kemanunggalan karsa manusia dengan Karsa Tuhan. Selain itu, memposisikan, memfungsikan dan memerankan karsa sebagai pemimpin, pengarah dan pengendali rasa, cipta dan ahlak. Dengan cara demikian, semua amalan manusia akan didasarkan pada kearifan dan akan selaras dengan Karsa Tuhan. Hal itu berarti bahwa semua amalan itu akan mendapat ridho Tuhan dan akan menjadikan manusia bernilai di hadapan Tuhan maupun sesama manusia.

Dengan demikian, ajaran budi pekerti luhur merupakan pandangan hidup dan wejangan tentang kearifan. Karena terwariskan dan harus senantiasa dijunjung tinggi oleh warga masyarakat, maka ajaran budi pekerti luhur yang religius itu dapat diartikan sebagai pandangan hidup dan kearifan tradisional masyarakat-masyarakat Nusantara

Page 11: Proposal Tesis

• 2.4 Seni Beladiri Pencak Silat

Seni beladiri Pencak Silat sebagai bagian integral dari budaya masyarakat Nusantara, dalam substansinya yang utuh dan asli, memiliki dua dimensi yang tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, walaupun dapat dibedakan, yakni dimensi kejiwaan dan dimensi kejasmanian. Dalam tulisan ini, yang dimaksud dengan Nusantara adalah suatu wilayah yang meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Dimensi kejiwaan Pencak Silat adalah ajaran budi pekerti luhur, sedangkan dimensi kejasmani-annya adalah teknik-teknik Pen-cak Silat yang beraneka ragam dan berbeda-beda. Masing-masing mempunyai sifat dan cara pengkinerjaannya sendiri. Dimensi kejiwaan dan dimensi kejasmanian Pencak Silat mengandung 4 nilai sebagai satu kesatuan, yaitu nilai-nilai etis, teknis, estetis dan atletis Manifestasi dari nilai-nilai tersebut adalah empat aspek Pencak Silat sebagai satu kesatuan, yaitu aspek mental-spiritual, seni budaya, beladiri dan olahraga yaitu:

• 1. Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya. Umumnya Pencak Silat mengajarkan pengenalan diri pribadi sebagai insan atau mahluk hidup yang pecaya adanya kekuasaan yang lebih tinggi yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

• 2. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan “seni” pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional. Ciri khusus pada Pencak Silat adalah bagian kesenian yang di daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman khusus (skill). Pencak Silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa dan wiraga.

• 3. Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.

• 4. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu. Walaupun unsur-unsur serta aspek-aspeknya yang terdapat dalam Pencak Silat tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi pembinaan pada jalur-jalur masing-masing dapat dilakukan. Di tinjau dari segi olahraga kiranya Pencak Silat mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu sesuai dengan tujuan gerak dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani. Gerakan Pencak Silat dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak maupun orang tua/dewasa, secara perorangan/kelompok.

Page 12: Proposal Tesis

2.4.1 Nilai-nilai seni beladiri pencak silat

Nilai-nilai seni beladiri pencak silat adalah semua hal yang dijunjung tinggi serta mewarnai, menjiwai, memotivasi dan mempedomani kehidupan Pencak Silat. Pencak Silat mempunyai empat nilai sebagai satu kesatuan, yakni : nilai etis, teknis, estetis dan atletis. Nilai etis adalah nilai budi pekerti luhur yang secara implisit dan inheren mengandung nilai-nilai agama sosial dan budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai etis berguna bagi kepentingan perdamaian dan persahabatan antar-manusia, antar-kelompok manusia dan antar-masyarakat. Nilai teknis adalah nilai efektif, efisien dan produktif. Nilai ini berguna bagi kepentingan perkelahian untuk membela diri. Nilai estetis adalah nilai keindahan, keselarasan dan keserasian. Nilai ini berguna bagi kepentingan hiburan dan kesenangan. Nilai atletis (sportif) adalah nilai keolahragaan yang berguna bagi kepentingan membina kesehatan, kebugaran dan ketahanan tubuh.

Page 13: Proposal Tesis

2.4.2 Jatidiri pencak silat

Jatidiri seni beladiri Pencak Silat sebagai suatu totalitas, yang secara kumulatif menunjukkan kesejatian, keutuhan, keaslian dan keunikan seni beladiri Pencak Silat, ditentukan oleh empat hal utama sebagai satu kesatuan. Hal yang pertama adalah budaya masyarakat Nusantara sebagai asal dan sumber corak khas seni beladiri Pencak Silat, baik dimensi kejiwaannya maupun dimensi kejasmaniannya. Masyarakat Nusantara pada waktu melahirkan seni beladiri Pencak Silat adalah masyarakat paguyuban (Gemein-schaft). Budaya yang melandasi maupun yang dihasilkan oleh masyarakat ini adalah budaya paguyuban, yakni budaya kerukunan, kekeluargaan, kekera-batan, kebersamaan, kesetiaka-wanan, ketenggangrasaan dan kegotongroyongan, yang mewa-jibkan setiap warga masyarakat untuk senantiasa menampilkan sikap, perbuatan dan perilaku.

Page 14: Proposal Tesis

2.4 4 Ajaran budi pekerti luhur sebagai dimensi kejiwaan pencak silat

Pencak Silat sebagai sistem beladiri, yang berasal dari budaya masyarakat-masyarakat lokal dan etnis Nusantara, juga mempunyai basis falsafah atau ajaran moral yang dijunjung tinggi dan dipatuhi oleh masyarakat-masyarakat yang bersangkutan. Falsafah atau ajaran moral ini sebagai dimensi kejiwaan Pencak Silat merupakan satu kesatuan dan satu paket dengan dimensi kejasmaniannya. Pengajaran dan pelatihan teknik-teknik Pencak Silat dan kiat-kiat pengkinerjaannya harus dilakukan bersama-sama dan sejajar dengan pendidikan falsafah atau ajaran moral yang merupakan jiwa, pengendali dan sumber motivasi penggunaan Pencak Silat. Tanpa adanya pengendali, Pencak Silat berpotensi dan berkecenderungan untuk digunakan secara tidak bertang-gungjawab, dan karena itu, akan membahayakan manusia dan masyarakat.

Bagian utama dari ajaran budi pekerti luhur adalah disiplin . Disiplin Pencak Silat pada dasarnya adalah disiplin pribadi dan disiplin sosial. Disiplin ini wajib ditegakkan oleh seluruh warga masyarakat. Disiplin mempunyai tiga pengertian sebagai satu kesatuan. Pengertian yang pertama adalah sikap selalu menegakkan kaidah-kaidah, nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan agama serta tata-susila sosial. Pengertian yang kedua adalah ketaatan dan kepatuhan yang jujur, ikhlas, mandiri, konsekuen dan bertanggung-jawab terhadap peraturan, tata-susila, tata-krama dan kesepa-katan yang absah. Pengertian yang ketiga adalah kesanggupan untuk mengendalikan dan menata diri.

Tujuan ajaran budi pekerti luhur adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berkepribadian luhur, senantiasa menegakkan perdamaian dan persabatan serta mencintai lingkungan hidupnya. Ukuran ini mengharuskan manusia untuk memiliki daya, kesang-gupan dan ketahanan pengendalian diri yang kuat, yang dengan itu ia wajib selalu mengendalikan diri dan kepentingannya. Ajaran budi pekerti luhur beserta tujuannya bersifat normatif dan imperatif untuk diaplikasikan dan diwujudkan dalam hidup, perjalanan hidup dan kehidupan manusia.

Page 15: Proposal Tesis

2.5 Hipotensis

• Hipotesis dalam penelitian ini adalah• Adanya pembentukan kesegaran jasmani melalui seni beladiri pencak silat• Adanya pembentukan budi perkerti melalui seni beladiri pencak silat• Adanya hubungan antara seni beladiri pencdak silat dengan pembentukan kesegaran jasmani

dan budi perkerti.

Page 16: Proposal Tesis

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3. 1 Pendekatan penelitain

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualilatif. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh bogdan dan taylor dalam terjemahan afendi (1993:30) yaitu: “ metode kualitatif menunjukan kepada rosedur riset yg menghasilkan data kualitatis. ungkapan atau tingkah laku seseorang yang terobservasi. Pendekatan ini mengarah kepada keadaan dan keadaan individu secara utuh (hoslistik)”. Pendapat diatas mengandung arti permasalahan yang dibahas bertujuan untuk dapat mengambarkan atau menguraikan fenomena pembentukan kesegaran jasmani dan budi perkerti melalui seni beladiri pencak silat.

Penelitian ini yang akan dilakukan ini mempunyai empat tahapan. Tahapan yang pertama adalah mengumpulkan data, tahap kedua mereduksi data, tahap ketiga menyajikan data, dan tahap keempat adalah menginterprestasi data. Intepretasi data tersebut pada akhirnya digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam masalahan. data yang terkumpul diklasifikasi berdasarkan persamaan atau keseragaman data. Kemudian data disajikan setelah pengamatan dilapangan selesai dirangkum, disusun kembali, diikhtisarkan, dilengkapi dan dipadukan dalam suatu intepretasi.

Page 17: Proposal Tesis

3.2 populasi

Pengertian populasi menurut suharsimi arikunto (1998:115), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian sedangkan menurut hadi (1998:220) mengatakan bahwa :” populasi adalah sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat –sifat yang sama” populasi dalam penelitian ini adalah semua orang pencak silat daerah banjar Negara yang berjumlah putra 231 orang dan putri 78.

Page 18: Proposal Tesis

3.3 Sampel dan teknik pengambilan sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (suharsimi arikunto,1997:109) meski sampel hasil dari populasi, kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sempel itu harus dapat mengambarkan dalam populasi. Penggunaan sampel dilakukan atas dasar pertimbangan seperti biaya, waktu, dan faktor ekonomi. Suharsimi arikunto (1997:111) berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada sesuatu ketentuan yag mutlak berapa persen suatu sempel harus diambil dari populasi, kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu harus mengambarkan populasi. Sedangkan menurut sutrisno hadi (2000:221) bahwa sebenarnya tidak ada suatu ketentuan yang mutlak beraoa oersen suatu sempel harus diambil dari populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling yaitu penelitian yang didasarkan pada tujuan untuk mengolongkan pada tingkat kemampuan siswa atau atlit, sampel yang digunakan adalah

pesilat daerah kecamatan wenandadi.

Page 19: Proposal Tesis

3.4 Variabel penelitian : • Variable adalah banyaknya penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian

(suharsimi arikunto, 1997:96) dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu:• variabel bebas

Dalam penelitian ini variable bebasnya adalah seni beladiri pencak silat• vaariabel terikat

variable terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kesegaran jasmani dan budi perkerti.

Sedangkan subjek dan daerah penilitian adalah sebagai berikut:• Subjek penelitian • Subjek dalam penelitian ini adalah pesilat • Daerah penelitian• Penelitian dilaksanakan di bapupaten banjarnegara yaitu di kecamatan wanadadi dengan alas

an bahwa olahraga seni beladiri pencak silat ini sudah lama dikenal didaerah ini

Page 20: Proposal Tesis

3.5 Teknik pengumpulan data

• Observasi/ pengamatan• Wawancara/ interview• Kuisioner/angket• Dokumentasi

Dalam teknik pengumpulan data penelitian ini akan dibagi dalam tahap-tahap sebagai berikut:

• Persiapan untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai panduan dalam pengumpulan data.

• Mengadakan pendekatan kepada informan yang sudah ditetapkan dan menentukan pertemuan dilaksanakan.

• Pelaksanaan wawancara dipadukan oleh pedoman dan kerangka yang dibuat.

Page 21: Proposal Tesis

3.6 instrumen penelitian

instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan tes kesegaran jasmani yaitu berupa:

• pull up• sit up• lari 12 menit • push up• shuttle run

Page 22: Proposal Tesis

3.7 Analisis Data.

Sesuai dengan pendekatan penelitian yang akan digunakan , maka analisis data pada penelitian ini mempergunakan data kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini diambil sesuai dengan:

komponen-komponen analisis data : model alir yaitu:

1. Melakukan analisis selama proses pasca

2. Masa pengumpulan data selama pasca : penyajian data

3. Antisipasi selama pasca : penarikan kesimpulan

Page 23: Proposal Tesis

Daftar Pustaka• Arikunto, Suharsimo, 1997 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta,Rineka Cipta,• Bogdam, Robet dan Biklen, S.K., 1990. Qualitative Research for Education. An Introdution to Theory and Methods

( Terjemahan Munandir), Boston : Allyn and Bacon• Bogdam, Robert dan Taylor Steven. 1993. Introduction to Qualitative Research Methods ( penerjemah Afandi A.

Khozim). New York : John Wiley• Hadi Sutrisno, 2000. Metodelogi Research. Yogyakarta: Andi Offset.• (http://www.depkes.go.id).• (http://muhammad-nirwan.blogspot.com/)• (http://ktiptk.bogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-meode.html)• (http://id.wikipedia.org/wiki/latihan). • Mutohir, T . Cholik.2002. Gagasan-Gagasan Tentang Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Surabaya: Unesa University

Press• Mutohir, T . Cholik. Dan Maksum Ali: 2007. Sport Development Indek Alternative Baru Dalam Mengukur Kemajuan

Pembangunan Bidang Keolahragaan . Jakarta : Pt Indeks• Namawi, Hadari, 1983 Metode Penelitian Social, Yogyakarta , Gajah Mada University Press• Quintin Chambers, Donn F. Draeger, 1978, Java Silat, The Figting Art Of Perisai Diri, Tokyo, New York, San Fransico;

Kodanssha Internasional Ltd• Sajoto,1988, Peningkatan Dan Pembinaan Kondisi Phisik Dalam Olahraga, Semarang: Dahar Prize• Sajoto,1988, Peningkatan Dan Pembinaan Kondisi Phisik Dalam Olahraga, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi• Soemardjono, 1986, Nilai-Nilai Luhur Pencak Silat Indonesia, Semarang: Fkop Ikip Semarang.• Soemarno, Olahraga Pilihan Pencak Silat, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral

Pendidikan Dasar Dan Menengah.• ( sumber : jurnal IPTEK Olahraga’ kesegaran jasmani murid kelas V SD kabupaten seleman” m husni thamrin)