Proposal Skripsi Rk (Agnes)
-
Upload
mega-puspita-sari -
Category
Documents
-
view
301 -
download
3
Transcript of Proposal Skripsi Rk (Agnes)
PROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH HUBUNGAN KEBIJAKAN
UTANG,KEBIJAKAN DIVIDEN DAN PROFITABILITAS
TERHADAP INVESTMENT OPPORTUNITY SET
DISUSUN OLEH:
AGNES KARTIKA SARI
1M081284
MANAJEMEN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
BANK BPD JATENG
SEMARANG
2012
ANALISIS PENGARUH HUBUNGAN KEBIJAKAN UTANG,KEBIJAKAN DIVIDEN
DAN PROFITABILITAS TERHADAP INVESTMENT OPPORTUNITY SET
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan bagi semua pihak,baik oleh
internal perusahaaan,managemen maupun eksternal perusahaan seperti investor dan kreditur.
Pertumbuhan ini diharapkan mampu memberikan dampak yang positif bagi perusahaan
seperti kesempatan perusahaan untuk berinvestasi,melunasi hutang maupun memenuhi hak
para investor dengan memberikan dividen. Perusahaan dalam mengelola keuanganya selalu
dihadapkan pada tiga permasalahan penting yang saling berkaitan. Ketiga permasalahan
tersebut adalah keputusan investasi,keputusan pendanaan dan kebijakan untuk menentukan
berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para pemegang saham. Keputusan –
keputusan tersebut akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari harga
pasar perusahaan Husnan 1996 dalam Budi 2009. Sumber pendanaan perusahaan terbagi
menjadi dua yaitu sumber internal dan sumber eksternal. Sumber internal berasal dari pemilik
modal atau investor,laba ditahan ataupun emisi saham sedangkan sumber pendanaan
eksternal dapat berupa pengajuan pinjaman kepada kreditur. Investor mempunyai tujuan
utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan
atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa dividen (dividend yield) maupun
pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Di sisi
lain,perusahaan yang akam membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam
pertimbangan antara lain: perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin
lebih menguntungkan. Masalah pendanaan perusahaan merupakan salah satu tugas manajer
keuangan perusahaan untuk mengatur keseimbangan finansial perusahaan antara aktiva dan
pasiva perusahaan (Riyanto 1997 dalam Nita 2008).
Myers (1977) dalam Sri (2005) memperkenalkan set peluang investasi (invesment
opportunity set) dalam kaitanya untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurutnya invesment
opportunity set memberikan petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan sebagai tujuan
utama tergantung pada pengeluaran perusahaan dimasa yang akan datang. Invesment
opportunity set (IOS) merupakan suatu kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan
investasi dimasa yang akan datang dengan net present value positif. Fama (1978) dalam
Akhmad (2007) menjelaskan bahwa nilai perusahaan semata – mata ditentukan oleh
keputusan investasi. Set kesempatan investasi (IOS) menunjukkan investasi perusahaan atau
opsi pertumbuhan. Pertumbuhan perusahaan tidak dapat diukur secara langsung,oleh kerena
itu penelitian terdahulu telah mengembangkan proksi pertumbuhan dengan IOS.
Pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meeningkatkan size. IOS merupakan
suatu nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang
ditetapkan manajemen dimasa yang akan datang,dimana pilihan –pilihan investasi yang
diharapkan akan menghasilakan return yang lebih besar. Invesment opportunity mempunyai
peran penting di dalam keuangan perusahaan dalam kaitanya dengan pencapaian perusahaan.
Kesempatan investasi memegang peranan penting dalam teori keuangan perusahaan karena
gabungan aset milik perusahaan dengan kesempatan investasi akan berpengaruh pada
kebijakan utang,kebijakan dividen,dan profitabilitas perusahaan. Karena perusahaan yang
tumbuh atau berpotensi tumbuh mempunyai risiko lebih rendah dibandingkan dengan
perusahaan dengan tingkat potensi tumbuh rendah.
Fama et al (2000) dalam Akhmad dan Lela (2007) dalam model pecking order
menjelaskan bahwa hutang biasanya akan bertambah ketika investasi melebihi laba ditahan
dan hutang akan berkurang jika investasi kurang dari laba ditahan. Semakin tinggi tingkat
leverage perusahaan maka akan semakin kecil kesempatan investasinya,karena perusahaan
masih mempunyai kewajiban dalam pembayaran periodik atas pokok dan pinjaman yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat menyebabkan aliran kas perusahaan berkurang. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi leverage perusahaan maka akan semakin kecil
kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk melakukan reinvesment,karena perusahaan
masih memiliki kewajiban yang timbul atas leverage tersebut. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Akhmad dan Lela (2007) yang menyatakan bahwa kebijakan
pendanaan yang diproksi dengan BDEQUITY dan MDEQUITY berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap set kesempatan investasi. Akan tetapi hal tersebut bertolak belakang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita dan M.Sodiq (2008) yang menyatakan bahwa
tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebijakan hutang dengan set kesempatan
investasi (IOS). Hasil yang tidak signifikan ini disebabkan perusahaan yang tingkat
pertumbuhnaya tinggi akan lebih banyak menggunakan sumber pendanaan dari modal sendiri
atau ekuitas daripada hutang. Selain hutang,sumber pendanaan lain yang akan dilakukan oleh
perusaan untuk melakukan investasi adalah dengan menerbitkan saham,dengan tujuan saham
tersebut dapat dibeli oleh investor,dan perusahaan dapat memperoleh dana untuk melakukan
investasi.Tujuan utama investor membeli saham sebuah perusahaan yaitu untuk mendapatkan
keuntungan baik berupa dividen maupun capital gain. Perusahaan yang membagikan deviden
dihadapkan pada dua pertimbangan yaitu perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi
yang mungkin lebih menguntungkan atau memberikan dividen kepada pemegang saham.
Menurut Isfenti dan Nurul (2008) Bagi para pemegang saham,dividen merupakan
tingkat pengembalian dari investasi mereka berupa kepemilikan saham perusahaan tersebut.
Sedangkan bagi pihak managemen, dividen merupakan arus kas keluar yang akan
mengurangi arus kas perusahaan. Pada umumnya, pihak manajemen cenderung menahan kas
untuk melunasi kewajiban dan melakukan investasi. Apabila kondisinya seperti ini, jumlah
dividen yang akan dibayarkan menjadi relatif kecil. Sementara itu, di pihak pemegang saham
tentu saja menginginkan jumlah dividen kas yang tinggi. Manager dan pemegang saham
keduanya memiliki kepentingan yang berbeda,hal ini sering disebut dengan konflik
keangenan. Berdasarkan teori keagenan,diketahui bahwa kepentingan manager selaku
pengelola perusahaan akan dapat berbeda dengan kepentingan pemegang saham (Elloumi
2001 dalam Budi 2009). Konflik keagenan akan mempengaruhi kedua belah pihak untuk
memaksimalkan kesejahteraanya masing – masing (Rita dan M.Sodiq 2008). Pemegang
saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer, karena hal tersebut akan menambah
biaya bagi perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan yang diterima. Konflik antara
manajer dan pemegang saham dapat dikurangi dengan suatu mekanisme pengawasan yang
dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan
munculnya mekanisme tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut agency cost. Menurut
Gitman (2002) dalam Nur Imam (2011) agency cost adalah biaya-biaya yang ditanggung para
pemegang saham untuk mencegah atau meminimalkan masalah-masalah keagenan dan untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Agency cost mempunyai hubungan dengan
kebijakan dividen suatu perusahaan. Suatu ketika apabila tingkat agency cost tinggi maka hal
ini dapat menjadi pertanda buruk bagi pemegang saham. Pemegang saham akan mendapatkan
dividen yang rendah, hal ini dikarenakan manajer akan menggunakan dana-dana secara
berlebih dan akan berdampak pada penurunan profitabilitas perusahaan (Nur Imam
2011).Pembayaran dividen merupakan upaya meredakan konflik kepentingan tersebut.
Deviden kas merupakan arus kas keluar yang akan mengurangi ketersediaan kas pada
perusahaan. Hal ini sangatlah berpengaruh terhadap investasi bagi perusahaan. Oleh karena
itu,pihak manajemen akan membatasi arus kas keluar berupa dividen kas yang berjumlah
terlalu besar dengan alasan mempertahankan kelangsungan hidup,dengan menambah
investasi untuk pertumbuhan parusahaan atau melunasi hutang(Suharli dan Oktorina 2005
dalam Michell 2007). Perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan
bersangkutan,pertumbuhan perusahaan ini dapat tercermin dari investasi yang dilakukan oleh
perusahaan.Kesempatan investasi memegang peranan penting dalam teori keuangan
perusahaan karena gabungan aset milik perusahaan dengan kesempatan investasi akan
berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang mempunyai Invesment
Opportunity Set (IOS) tinggi memiliki peluang pertumbuhan yang tinggi. Tingkat
pertumbuhan yang tinggi akan menyebabkan penurunan pada nilai dividen yang diberikan
kepada pemegang saham. Karena untuk membiayai pertumbuhan perusahaan dibutuhkan
sumber dana yang salah satunya berasal dari laba ditahan. Semakin tinggi tingkat dividen
yang dibayarkan,maka semakin sedikit laba ditahan sehingga hal tersebut akan menghambat
tingkat pertumbuhan perusahaan. Dan apabila perusahaan menahan sebagian besar dari
labanya maka laba yang akan diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen akan
semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham
sebagai “cash divident” disebut “divident payout ratio” Bambang Riyanto (2001). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi DPR,maka akan semakin kecil dana yang
tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan dan hal ini berarti akan menghambat
pertumbuhan perusahaan yang digambarkan dalam Invesment Opportunity Set (IOS) yang
dimiliki oleh perusahaan.
Perusahaan yang bertumbuh akan cenderung membayarkan dividen lebih rendah
Isfenti dan Nurul (2008). Pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru
daripada membayar dividen yang tinggi jika kondisi perusahaan sangat baik. Hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Michell Suharli (2008) dalam penelitianya
menyebutkan bahwa Invesment Opportunity Set (IOS) berpengaruh secara negatif terhadap
dividen. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizal Ahmad (2009) bahwa
Invesment Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap dividen. Semakin kecil
dividen yang dibayarkan kepada pihak pemegang saham maka akan semakin besar tingkat
investasi perusahaan kerena perusahaan karena perusahaan lebih mementingkan adanya
pertumbuhan.
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan sangat berpengaruh terhadap
investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan. Akhmad dan Lela (2007) menyatakan bahwa
profitabilitas yang diukur dengan ROA berpengaruh positif dan secara statistik signifikan
terhadap set kesempatan investasi. Profitabilitas yang tinggi memberikan signal pertumbuhan
perusahaan dimasa yang akan datang. Sebagian dari profitabilitas tersebut akan ditanamkan
lagi dalam bentuk investasi untuk meningkatkan nilai perusahaan. Rita dan M.Sodiq (2008)
juga menunjukan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya bahwa profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap set kesempatan investasi. Sebagian besar investor
dan kreditor menggunakan profitabilitas sebagai tolok ukur dalam menilai seberapa efektif
perusahaan mengelola sumber – sumber yang dimilikinya. Profitabilitas juga menjadi dasar
pertimbangan para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan untuk meninvestasikan
dana yang dimilikinya. Profitabilitas merupakan sinyal pertumbuhan perusahaan dimasa yang
akan datang.
Akhmad dan Lela (2007) yang meneliti tentang Analisis Pengaruh kebijakan
pendanaan,Dividen dan Profitabilitas Terhadap Set Kesempatan Investasi . menyimpulkan
bahwa hasil uji regresi logistik menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara
variabel kebijakan pendanaan yang diproksi dengan BDEQUITY dan MDEQUITY,kebijakan
dividen yang diproksi dengan divident yield,profitabilitas (ROA) terhadap set kesempatan
investasi. Koefisien variabel kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen perusahaan
menunjukkan hasil negatif yang artinya semakin tinggi faktor-faktor ini maka akan semakin
rendah tingkat pertumbuhan perusahaan. Koefisien profitabilitas bernilai positif artinya
semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi tingkat pertumbuhan
perusahaan.
Sementara itu Rita dan M.sodiq 2008 yang melakukan penelitian dengan judul
Analisis Pengaruh kebijakan pendanaan,Dividen dan Profitabilitas Terhadap Set
Kesempatan Investasi . dengan periode pengamatan pada tahun 2000-2004. Menyimpulkan
bahwa hasil pengujian dengan menggunakan analisis kolerasi menunjukan tidak adanya
hubungan yang signifikan antara kebijakan utang dengan kesempatan investasi(IOS).
Kebijakan dividen yang diukur dengan divident yield memiliki hubungan yang negatif dan
secara statistik signifikan terhadap set kesempatan investasi(IOS). Profitabilitas perusahaan
yang diukur dengan return on asset memiliki hubungan yang positif dan secara statistik
signifikan terhadap set kesempatan investasi (IOS).
Dari uraian diatas, dapat disimpilkan bahwa terjadi research gap atau ketidak konsistenan
dari hasil – hasil penelitian terdahulu,maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang
analisis pengaruh kebijakan pendanaan,kebijakan pembagian dividen kepada para pemegang
saham yang dilakukan oleh perusahaan serta profitabilitas perusahaan terhadap set
kesempatan investasi yang dimiliki oleh perusahaan di Indonesia dalam sebuah penelitian
yang berjudul:
“ANALISIS PENGARUH HUBUNGAN KEBIJAKAN UTANG,KEBIJAKAN DIVIDEN
DAN PROFITABILITAS TERHADAP INVESTMENT OPPORTUNITY SET”
Studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 - 2011
2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terhadap pengaruh kebijakan hutang terhadap invesment opportunity set?
2. Apakah terhadap pengaruh antara kebijakan dividen terhadap invesment
opportunity set?
3. Apakah terdapat pengaruh antara kebijakan profitabilitas terhadap invesment
opportunity set?
3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Peneliti terdahulu
Akhmad dan Lela (2007) yang meneliti tentang Analisis Pengaruh kebijakan
pendanaan,Dividen dan Profitabilitas Terhadap Set Kesempatan Investasi .
menyimpulkan bahwa hasil uji regresi logistik menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan antara variabel kebijakan pendanaan yang diproksi dengan BDEQUITY
dan MDEQUITY,kebijakan dividen yang diproksi dengan divident yield,profitabilitas
(ROA) terhadap set kesempatan investasi. Koefisien variabel kebijakan pendanaan
dan kebijakan dividen perusahaan menunjukkan hasil negatif yang artinya semakin
tinggi faktor-faktor ini maka akan semakin rendah tingkat pertumbuhan perusahaan.
Koefisien profitabilitas bernilai positif artinya semakin tinggi profitabilitas
perusahaan maka semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan.
Uji regresi logistik terhadap variabel divident payout ratio menunjukan hasil yang
secara statistik tidak signifikan dan memiliki koefisien yang tidak sesuai dengan yang
diperdiksikan.
Adedeji 1989 dalam Akhmad dan Lela 2007 membuktikan bahwa dividen
berpengaruh negatif terhadap investasi. Lestari 2004 dalam Rita dan M.Sodiq 2008
menyatakan bahwa hubungan kebijakan hutang dengan set kesempatan investasi
adalah negatif. Hikmah 2004 dalam Akhmad dan Lela 2007 yang melakukan
penelitian pada perusahaan yang go publik sejak tahun 1990-1997 menyatakan bahwa
hubungan kebijakan dividen dengan set kesempatan investasi adalah negatif. Lestari
2004 melakukan penelitian pada perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEJ pada
periode 1999-2002 menyatakan bahwa hubungan profitabilitas dengan set kesempatan
investasi adalah positif.
Rita dan M.sodiq 2008 yang melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh
kebijakan pendanaan,Dividen dan Profitabilitas Terhadap Set Kesempatan Investasi .
dengan periode pengamatan pada tahun 2000-2004. Menyimpulkan bahwa hasil
pengujuuan dengan menggunakan analisis kolerasi menunjukan tidak adanya
hubuungan yang signifikan antara kebijakan utang dengan kesempatan investasi(IOS).
Kebijakan dividen yang diukur dengan divident yield memiliki hubungan yang negatif
dan secara statistik signifikan terhadap set kesempatan investasi(IOS). Profitabilitas
perusahaan yang diukur dengan return on asset memiliki hubungan yang positif dan
secara statistik signifikan terhadap set kesempatan investasi (IOS).
3.2 TINJAUAN TEORI
3.2.1 Pengertian invesment opportunity set (IOS)
Kesempatan Investasi atau Investment Opportunity Set (IOS) menggambarkan tentang
luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan. Berdasarkan defenisi
diatas bahwa Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun
seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di masa
mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut
akan mengalami suatu pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan
yang hilang. Kesempatan investasi dapat diukur dengan peningkatan aktiva tetap bersih. Hal
ini sesuai dengan format laporan arus kas (statement of cash flow) yang mengukur investasi
dari aktiva tetap berwujud dan investasi jangka panjang. Perusahaan adalah kombinasi antara
nilai aktiva riil (asset in place) dengan pilihan investasi di masa yang akan datang. Opsi
investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek
yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan
perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan
dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Nilai
pilihan investasi sangat tergantung pada nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan. Kesempatan
investasi tidak selalu berujud secara fisik tetapi dapat berupa suatu kesempatan yang bersifat
intangible namun memiliki peluang yang memberikan keuntungan bagi perusahaan. Menurut
Kallapur dan Trombley (1999) dalam Nafi’, secara umum proksi-proksi set kesempatan
investasi dapat digolongkan kedalam empat tipe yaitu antara lain:
1. Proksi berbasis pada harga
Set kesempatan investasi berbasis harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa
prospek pertumbuhan perusahaan, sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi ini didasari
atas suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial
dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar
yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place). Set
kesempatan investasi yang didasari atas harga akan terbentuk suatu rasio sebagai suatu
ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Macam proksi set kesempatan
investasi berbasis harga misalnya: Market to Book Value of Equity, Market to Book Value of
Assets, proksi Tobin’Q, Earning to Price Ratio.
2. Proksi berbasis investasi
Ide proksi set kesempatan investasi berdasarkan investasi mengungkapkan bahwa suatu
kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai set kesempatan Investasi
suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki set kesempatan investasi yang tinggi seharusnya
juga memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang
ditempatkan atau yang diinvestasikan untuk waktu yang lama dalam suatu perusahaan. Proksi
ini berbentuk suatu rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah
diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva
yang telah diinvestasikan. Macam proksi set kesempatan investasi berbasis investasi
misalnya: The Ratio of R&D to Assets, The Ratio of R&D to Sales,Investment Intensity,
Ratio of Capital Expenditure to Book Value of Assets.
3. Proksi berbasis varian
Proksi set kesempatan investasi berbasis varian mengungkapkan bahwa suatu opsi akan
menjadi lebih bernilai jika menggunakan variability return yang mendasari peningkatan
aktiva. Macam proksi set kesempatan investasi berbasis varian misalnya: Variance of Return,
Assets Betas, Variance of Assets Deflated Sales.
4. Proksi gabungan dari proksi individual
Alternatif proksi gabungan set kesempatan investasi dilakukan sebagai upaya untuk
mengurangi measurement error yang ada pada proksi individual, sehingga akan menghasilkan
pengukuran yang lebih baik untuk set kesempatan investasi. Metode dapat dilakukan untuk
menggabungkan beberapa proksi individual menjadi satu proksi yang akan diuji lebih lanjut
adalah dengan menggunakan analisis faktor. Keempat jenis proksi di atas yang
menggambarkan beragam ukuran set kesempatan investasi yang memungkinkan beberapa
peneliti menggunakan beragam rasio sebagai proksi set kesempatan investasi.
3.2.2 Pengertian profitabilitas
Profitabilitas adalah kelebihan penghasilan diatas biaya Selama satu periode
akuntansi. Profitabilitas merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan
perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.
Berdasarkan defenisi-defenisi diatas bahwa profitabilitas adalah susuatu yang
diperoleh oleh perusahaan diatas biaya-biaya yang telah dikeluarkan, yang
dapat diartikan selisih antara pendapatan perusahaan dengan biaya-biaya yang
harus dikeluarkan dalam satu periode akuntansi. Investor di pasar modal
sangat memperhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan,
menunjang, dan meningkatkan profit. Profitability dapat diukur beberapa hal
yang berbeda, namun dalam dimensi yang saling terkait. Pertama, terdapat
hubungan antara profit dengan sales sehingga terjadi residual return bagi
perusahaan per rupiah penjualan. Pengukuran yang lainnya adalah return on
investment (ROI) atau disebut juga return on asset (ROA), yang berkaitan
dengan profit dan investasi atau aset yang digunakan untuk menghasilkannya.
Return on sales dapat berupa rasio gross margin, operating margin, profit
margin. Return on investment dapat berupa rasio return on asset, dan return
on equity.
3.2.3 Pengertian Dividen
Dividen adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham
perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas), saham
perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen haruslah diumumkan oleh
dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan. Dari
defenisi diatas bahwa pembagian laba kepada para pemegang saham
perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-
masing pemilik. Dividen sebagai pembayaran kepada pemilik perusahaan
yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun
tunai. Artinya hanya perusahaan yang membukukan keuntungan dapat
membagikan dividen karena dividen diambil dari keuntungan Besaran dividen
tergantung kebijakan dividen masing-masing perusahaan. Salah satu kebijakan
yang harus diambil oleh manajemen adalah memutuskan apakah laba yang
diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi
sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba
ditahan. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh
sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang
akhirnya juga mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk
mengembangkan perusahaan. Sedang apabila perusahaan tidak membagikan
labanya sebagai dividen akan bisa memperbesar sumber dana intern
perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
mengembangkan perusahaan.
3.2.4 Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan teori keagenan menjelaskan
bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham seringkali
bertentangan, sehingga bisa menyebabkan terjadinya konflik diantara
keduanya. Hal tersebut terjadi karena manager cenderung berusaha
mengutamakan kepentingan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai
kepentingan pribadi manajer, karena hal tersebut akan menambah biaya bagi
perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan yang diterima. Konflik
antara manajer dan pemegang saham dapat dikurangi dengan suatu mekanisme
pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait
tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme tersebut akan menimbulkan
biaya yang disebut agency cost. Agency cost ini dapat berupa agency cost of
equity.Pembayaran dividen akan menjadi alat monitoring sekaligus bonding
bagi manajemen. Pembagian dividen ini akan membuat pemegang saham
mempunyai tambahan return selain dari capital gain. Dividen ini juga
membuat pemegang saham memepunyai kepastian pendapatan dan
mengurangi agency cost of equity karena tindakan perquisites misalnya biaya
perjalanan dinas dan akomodasi kelas aatu yang dilakukan oleh manajemen
terhadap cash flow perusahaan seiring dengan menurunnya biaya monitoring
karena pemegang saham yakin bahwa kebijakan manajemen akan
menguntungkan dirinya (Crutchley dan Hansen, 1989 dalam Budi 2009).
Selain itu perusahaan yang go public berarti telahmenjalankan proses
penyaringan yang ketat melalui auditor dan Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) serta investor publik dari luar perusahaan akan membantu
mengawasi manajer demi kepentingan pemilik saham di luar manajemen.
Berdasarkan teori keagenan, diketahui bahwa kepentingan manajer selaku
pengelola perusahaan akan dapat berbeda dengan kepentingan pemegang
saham. Manajer dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk
meningkatkan kesejahteraan pribadinya, berlawanan dengan upaya untuk
memaksimalkan nilai pasar. Konflik kepentingan yang sangat potensial ini
menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yag diterapkan guna melindungi
kepentingan pemegang saham.Tingkat asimetri informasi akan cenderung
relative tinggi pada perusahaandengan tingkat kesempatan investasi yang
besar. Manajer memiliki informasitentang nilai proyek di masa mendatang dan
tindakan mereka tidaklah dapat diawasidengan detail oleh pemegang saham.
Sehingga biaya agensi antara manajer dengan pemegang saham akan makin
meningkat pada perusahaan dengan kesempatan investasi yang tinggi.
Pemegang saham perusahaan tersebut akan sangat mungkin bergantung pada
insentif guna memotivasi manajer untuk melakukan kepentingannya, hal
terebut akan berdampak pada pembagian dividen perusahaan.Sehingga
seringkali pembahasan mengenai dividen haruslah mengacu pada kerangka
teori keagenan.
3.2.5 Pecking Order Teory
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urut-urutan
preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan yang
profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut
disebabkan perusahaan memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan-
perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai hutang yang lebih besar
karena alasan dana internal yang tidak mencukupi kebutuhan dan karena hutang
merupakan sumber eksternal yang disukai. Dana eksternal lebih disukai dalam
bentuk hutang daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi hutang
jangka panjang yang lebih murah dibanding dengan biaya emisi sahamPecking
order theory tidak secara eksplisit membahas risiko prospek perusahaan,
walaupun urutan pendanaan didasarkan pada risiko atau ketidakpastian prospek
perusahaan pada masa yang akan datang. Ketidakpastian lingkungan bisnis tidak
dapat diabaikan. Oleh karena itu risiko bisnis sebagai proksi balancing theory atau
trade-off theory dapat dijadikan sebagai variabel kontrol (Brigham &Gapenski,
1996 dalam Budi 2008). Hal tersebut dikarenakan tidak ada teori tunggal struktur
modal yang secara universal mampu menjelaskan kebijakan pendanaan dalam
dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Kombinasi balancing theory dan pecking
order theory, dapatdisimpulkan mengenai perilaku perusahaan sebagai berikut :
1. Penggunaan hutang memberikan keuntungan karena adanya pengurangan
pembayaran pajak akibat bunga hutang, oleh karena itu perusahaan sebaiknya
menggunakan hutang dalam struktur modalnya.
2. Namun demikian, biaya kebangkrutan dan biaya keagenan membatasipenggunaan
hutang. Setelah melebihi dari suatu titik tertentu, biaya tersebut menutup keuntungan
penggunaan hutang.
3. Karena adanya asimetri informasi, perusahaan cenderung memelihara kemungkinan
berhutang untuk dapat mengambil keuntungan dari kesempatan investasi tanpa harus
menerbitkan saham baru pada harga yang turun akibat bad signaling Model
asymmetric information signaling ini menyatakan bahwa tingkat informasi yang
berbeda antara insiders/ pihak manajemen dan Outsiders / pihak pemodal dimana
pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada pihak pemodal,
sedemikian rupa hingga insiders bertindak sebagai penyampai informasi mengenai
nilai perusahaan pada outsiders. Model tersebut memprediksi bahwa perubahan
bauran antara hutang dan modal sendiri suatu perusahaan memuat informasi mengenai
nilai saham.Leland dan Pyle (1977) dalam Mayangsari (2001) dan Budi 2009
membuktikan bahwa pengumuman penawaran saham menyebabkan perubahan
proporsi kepemilikan insiders berpengaruh positif terhadap return saham.
Peningkatan struktur modal memuat informasi yang positif berkaitan dengan
kapasitas perusahaan untuk menyediakan hutang dalam jumlah yang lebih besar.
Sebaliknya penurunan struktur modal memberikan signal informasi yang negatif.
Fama (1985) dalam Budi (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang mengumumkan
kesepakatan hutang dengan bank memberikan signal informasi yang positif. Hal ini
disebabkan bankers mengetahui rahasia informasi yang negatif selama proses
peminjaman. Sebaliknya perusahaan yang mengumumkan pengurangan hutang dari
bank memuat informasi insiders yang tidak menguntungkan dari tindakan bankers.
Lucas dan McDonald(1990) dalam Mayangsari (2001) dan Budi (2009) menyatakan
bahwa pasar menduga adanya overvaluation pada saham saat manajer mengumumkan
penawaran saham. Signal negatif yang diterima outsiders dapat dikurangi bila
keunggulan informasi yang dimiliki oleh insiders dikurangi. Karena adanya asimetri
informasi, pada awal dekade 1960-an Gordon Donaldson dalam Myers (1984) juga
menyimpulkan bahwa perusahaan lebih senang menggunakan dana dengan urutan: (1)
Laba ditahan dan dana dari depresiasi (2) Hutang dan (3) Penerbitan saham baru.
4. DEVINISI OPERASIONAL
Berikut adalah variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini:
4.1 Variabel Dependen
1. Set Kesempatan Investasi (IOS)
IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi. Oleh karena itu
diperlukan proksi. Penelitian ini menghitung IOS untuk tahun 2005 sampai
2011 dengan menggunakan proksi berbasis harga dan Investasi. Rasio – rasio
perhitunganya sebagai berikut:
a) Proksi berbasis harga saham
-Ratio market to book value of equity (MVEBVE)
MVEBVE =( jumlah lembar saham beredar X Harga penutupan) /total
ekuitas
- Ratio market to book value of assets (MVABVA)
MVABVA = [(aset – total ekuitas) + (lembar saham beredar X harga
penutupan saham)] / total aset
- Price earning ratio (PER)
PER = harga penutupan saham / (laba setelah pajak/lembar saham beredar)
b) Proksi berdasarkan investasi
- Ratio capital expenditure to book value of asset (CAPBVA)
CAPBVA = (nilai buku aktiva tetapt - nilai buku aktiva tetapt-1)
- Ratio capital expenditure to market value of asset (CAPMVA)
CAPMVA = (nilai buku aktiva tetapt - nilai buku aktiva tetapt-1) / (aset –
total ekuitas + (lembar saham beredar X harga penutupan saham)
4.2 Variabel Independen
1. Kebijakan Pendanaan
Penelitian ini menggunakan dua versi berdasarkan pada penelitian sebelumnya
yaitu nilai buku hutang pada equitas (BDEQUITY) dan ratio nilai pasar
hutang pada equitas (MDEQUITY). Masing – masing versi dapat dihitung
sebagai berikut:
- Book value of debt to equity = Total kewajiban/total equitas
- Market value of debt equity = Total kewajiban/(lembar saham beredar X
penutupan saham.
2. Kebijakan dividen
Variabel dividen dihitung dalam dua versi yaitu divident payout ratio dan
divident yield.
Masing-masing versi dihitung sebagai berikut :
Dividen Payout Ratio (DPR)
DPR = DPS/EPS
Dimana:
DPS= Divident per lembar saham perusahaan
EPS= Earning per lembar saham perusahaan
Divident Yield = Dividen per lembar saham/harga penutupan saham.
3. Profitabilitas
Tingkat profitabilitas menunjukan tingkat pertumbuhan dan reputasi
perusahaan. Reputasi perusahaan merupakan suatu karakteristik yang dapat
menjadikan perusahaan lebih unggul dan kompetitif. Tingkat profitabilitas
mengasumsikan bahwa perusahaan dengan laba yang besar akan memiliki
kesempatan yang baik dalam bersaing dengan jenis perusahaan dimasa depan.
Profitabilitas dihitung dengan menggunakan return on assets, sebagai berikut:
Return On Assets (ROA) = Laba setelah pajak / Total aset.
5. Model Penelitian
6. Hipotesis
H1a: Book value of debt to equity berpengaruh negatif terhadap set
kesempatan investasi (IOS).
H1b: Market value of debt to equity berpengaruh negatif terhadap set
kesempatan investasi (IOS).
H2a: Divident yield berpengaruh negatif terhadap set kesempatan investasi
(IOS).
H2b: Divident payout berpengaruhnegatif terhadap set kesempatan investasi
(IOS).
H3: Profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap set kesempatan
investasi (IOS) .
7. Metode penelitian
7.1 Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan go public yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005 – 2011.
Kebijakan pendanaan
Book value of debt to equity
Market value of debt to equity
Kebijakan dividen
Divident yield
Divident payout
Profitabilitas
Return on assets
Set Kesempatan Investasi
7.2 Populasi dan sample
7.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini menggunakan perusahaan terbuka yang terdaftar
(listing) di Bursa efek Indonesia selama periode 2005 sampai 2011.
7.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufacture yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
7.3 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan metode purposive sampling
yaitu suatu teknik pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria –
kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan yang diteliti menerbitkan laporan keuangan secara konsisten dan
lengkap selama periode tahun 2005 – 2011.
b. Tidak memiliki laba dan ekuitas negatif berturut – turut dari tahun 2005
sampai tahun 2011.
c. Perusahaan yang diteliti mempunyai data membayar dividen secara berturut –
turut salama periode 2005 sampai 2007.
d. Memenuhi kriteria pengelompokan sebagai perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan rendah dan tinggi.
7.4 Metode Analisis Data
7.4.1 Statistik Deskriptif
Untuk memecahkan masalah maka penelitian ini menggunakan Statistik
deskriptif yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data sampel yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum (generalisasi).
7.4.2 Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum model regresi berganda digunakan dan memberikan hasil yang
representatif juga harus memenuhi asumsi klasik yaitu tidak terjadi
multikolinearitas, heteroskdastisitas dan autokorelasi. Asumsi-asumsi tersebut
antara lain :
1. Asumsi Normalitas
Uji normalitas dapat digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi
data normal atau mendekati normal (Santoso, 2002 : 212). Untuk
menguji apakah sampel penelitian memiliki distribusi normal maka
digunakan penguji Kolmogorov-Smiirnov Goodness of Fit Test terhadap
masing-masing variabel.
Kreiteria pengambilan keputusan adalah :
o Jika Probabilitas > 0,05, maka H0 diterima.
o Jika Probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak.
2. Uji Autokorelasi
Salah satu syarat dapat digunakannya model analisis regresi linear
berganda adalah terpenuhinya asumsi non-autokorelasi. Uji ini dilakukan
untuk melihat apakahterdapat korelasi antara kesalahan pengganngu
pada periode t, dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1)
(Santoso, 2004). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi maka dilakukan
uji statistik Durbin Watson.
Patokan angka D-W (Durbin-Watson) untuk mendeteksi autokorelasi
secara umum adalah sebagai berikut:
a) Angka D-W di bawah -2 berarti ada korelasi positif.
b) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
c) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menunjukkan adanya hubungan
linear antara variabel independen. Jika antar variabel berkorelasi dengan
sempurna maka model kuadrat terkecil tidak dapat digunakan. Metode
yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah
dengan menggunakan nilai Value Inflation Faktor (VIF). Besarnya VIF
dirumuskan sebagai berikut :
)1(
12
XIRVIF
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai VIF (value inflation
factor) lebih besar dari 5, maka terjadi kolinearitas yang cukup tinggi
antar variabel independen (Santoso, 2000: 282).
2. Uji Heteroskedastisitas
Asumsi pokok dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan
(disturbance) yang muncul dalam regresi adalah heteroskedastisitas. Uji
heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
penngamatan yang lain.
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melakukan uji Park.
Bila nilai thitung < ttabel maka akan terjadi homoskedastisitas yaitu varian
variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai tertentu variabel
independen. Sebaliknya, apabila nilai thitung > ttabel, berarti terjadi
heteroskedastisitas.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad,Rizal.Pengaruh Profitabilitas dan Invesment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden
Tunai.2009.Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu.Vol 2 No.2
Hanafi,Mamduh M dan Abdul Halim. 2003.Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua.Yogyakarta:
AMP-YKPN.
Hasnawati,sri.2005.Dampak Set Peluang Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek
Jakarta.2005.JAAI.Vol 9 No.2
Kusumawati,Rita dan M.Sodiq.2008. Analisis Hubungan Kebijakan Pendanaan,Deviden dan
Profitabilitas Perusahaan Terhadap Set Kesempatan Investasi (IOS).Utilitas Jurnal
Managemen dan Akuntansi.Vol 16 No.1,Januari 2008:75-82
Mulyono,budi.2009.Pengaruh Debt To Equity Ratio,Insider Ownership,Size dan Invesment
Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen.Tesis Pasca Sarjana MM-UNDIP
Norpratiwi,Agustina M.V.2007.Analisis Korelasi Invesment Opportunity Set Terhadap Return
Saham Pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan.2007.Jurnal Akuntansi dan
Manajemen.Vol 18 No.1
Sadalia,Isfenti.2008.Pengaruh Profitability dan Invesment Oppurtinity Set Terhadap Dividen Tunai
Pada Perusahaan Terbuka di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Managemen Bisnis.Vol 1
No.3,September 2008: 103-108
Saputro,Akhmad Adi dan Lela Hindasah.2007.Analisis Pengaruh Kebijakan Pendanaan,Deviden dan
Profitabilitas Perusahaan Terhadap Set Kesempatan Investasi (IOS).Jurnal Akuntansi dan
Investasi. Vol 8 No.7
Suharli, Michell. 2007.Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan
Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
VOL. 9,.NO. 1, MEI 2007: 9-17