Proposal Skripsi PATRIS HASAN

download Proposal Skripsi PATRIS HASAN

of 31

Transcript of Proposal Skripsi PATRIS HASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pandidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, perlunya pembaharuan pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Fakta

menunujukkan bahwa hasil pendidikan kita di dunia berada dibawah rata-rata standar nasional, khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA dapat menjadi wahana pembelajaran bagi siswa untuk mempelajari diri dan alam sekitar, dan mengembangkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengetahuan langsung untuk mengembangkan kompetensi untuk menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk discovery dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mengarah pada penemuan tentang alam sekitar. Pembelajaran IPA di SD memerlukan suatu pengamatan tentang konsep yang akan dipelajari, agar para siswa mendapat pengalaman langsung tentang fenomena yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk menumbuhkan

1

kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kegiatan praktek (hands-out) lebih diberdayakan sebagai salah satu bentuk implementasi kurikulum berbasis kompetensi dengan mngedepankan discovery learning. Paulo dan Marten (2004) mengemukakan membelajarkan mata pelajaran IPA Sekolah Dasar model yang paling tepat digunakan adalah memberikan pengalaman langsung kepada siswa, karena IPA merupakan keterampilan proses yang berupa mengamati, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, dan menguji ramalanramalan tersebut apakah benar atau tidak (dalam Samatowa 2006 : 15). Maka dari itu untuk pembelajaran IPA di SD pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat membuat siswa mengerti tentang konsep yang akan dibelajarkan. Tidak semua materi/konsep dapat diterangkan melalui penjelasan atau diskusi tapi ada materi yang membutuhkan peragaan sehingga informasi yang diterima siswa menjadi jelas dan konkrit. Perubahan paradigma pembelajaran menuntut guru untuk lebih selektif terutama dalam menyampaikan materi. Metode pembelajaran yang digunakan dalam memilih metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi. Metode pembelajaran yang dipilih harus mampu melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar, sedangkan guru hanyalah fasilitator bagi mereka untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Hal ini diupayakan berlaku pada setiap

2

proses pembelajaran, termasuk pembelajaran konsep-konsep mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Dalam buku Penuntun Penggunaan KIT IPA (dalam Samatowa, 2006: 5) untuk Sekolah Dasar dijelaskan beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan oleh guru dalam kerangka pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) antara lain: 1)pentingnya memahami bahwa saat memulai kegiatan pembelajaran, siswa telah memiliki berbagai konsep; 2) aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA; 3) Dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang menjadi bagian penting, bahkan menjadi bagian paling utama dalam pembelajaran; dan 4) dalam pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah. Kesemua aspek ini perlu diperhatikan dalam mendorong tumbuhnya pembelajaran IPA yang efektif. Hal ini menuntut peran guru dalam kegiatan pembelajaran tidak dapat dilepaskan dengan kepengawasannya dalam merencanakan serta mengelola kegiatan pembelajaran yang profesional. Sehubungan dengan uraian di atas, peneliti melihat gejala mengenai pembelajaran IPA pada Sekolah Dasar Negeri 14 Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo belum mencapai hasil yang maksimal dimana proses pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah hal ini dibuktikan dengan kendala yang ditemukan dilapangan, diantaranya kurangnya keterlibatan siswa pada

pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran yang menoton di dalam kelas. Selain itu, ketika dilakukan diskusi tentang konsep IPA yang diajarkan, aktivitas

3

cenderung minim, sehingga kemampuan mereka membuat kesimpulan konsep yang dipelajari rendah. Hasil pengamatan dari 26 siswa kelas V SDN 14 Kecamatan Tilamuta tahun 2009/2010 yang lalu pada pembelajaran sifat-sifat benda 14 siswa yang benar aktif dan terlibat pada pembelajaran, sedangkan 12 siswa lainnya kurang merespon terhadap pembelajaran IPA. Selama proses pembelajaran berlangsung perhatian mereka pada konsep yang diajarkan cenderung kurang dan antusias mereka untuk konsep IPA rendah. Kondisi ini berakibat rendahnya hasil belajar siswa pada konsep perkembangbiakan tumbuhan secara vegetatif. Dari 26 siswa, hanya 14 siswa atau 53,8% yang mencapai nilai 65 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA yang ditetapkan oleh pihak sekolah, sedangkan 12 siswa lainnya atau 46,2% harus diberikan tugas pekerjaan rumah untuk mencapai KKM tersebut. Rendahnya hasil belajar sebagai akibat dari kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran perlu mendapatkan perhatian dari guru. Hal ini perlu dipandang penting mengingat keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan memudahkan mereka memahami konsep yang diajarkan. Dari hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti terhadap pembelajaran IPA pada sifat-sifat benda dapat diidentifikasi berbagai penyebab permasalahan antara lain rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, penggunaan pendekatan yang kurang menariknya penampilan guru dalam menyampaikan konsep pembelajaran, serta pengguanaan media yang kurang efisien. Pembelajaran konsep sifat-sifat benda dilakukan dengan menggunakan metode diskusi, dan mendengarkan penjelasan dari guru tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri secara

4

langsung tentang sifat-sifat benda. Pembelajaran seperti ini menjadikan siswa tidak terlatih belajar dengan menggunakan panca indera, sehingga pemahaman tentang konsep tersebut rendah. Pembelajaran tersebut kontradiktif dengan tujuan pembelajaran IPA itu sendiri yang berorientasi kepada pembinaan kreativitas serta inovasi siswa dalam mengamati dan mencermati berbagai fenomena alam. Mengacu pada permasalahan di atas maka dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA khususnya sifat-sifat benda peneliti memiliki inisiatif menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa dengan menggunakan metode tersebut maka siswa lebih memahami tentang konsep yang diajarkan, serta dapat menemukan langsung tentang sifat-sifat benda kemudian dapat menarik kesimpulan tentang apa yang mereka laksanakan. Kegiatan ini dapat menarik perhatian siswa serta respon balik dari siswa berupa melontarkan sejumlah pertanyaan yang dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang konsep yang diajarkan. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan formasi judul : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada materi sifatsifat Cahaya melalui metode eksperimen di Kelas V SDN 14 Tilamuta.

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis

mengidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini yakni:

5

a. Rendahnya Pemahaman Siswa Tentang Materi sifat-sifat cahaya Di Kelas V SDN 14 Tilamuta. b. Metode yang digunakan guru kurang efektif yakni metode ceramah.

1.3 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas diperoleh rumusan masalah: a. Bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen? b. Apakah penerapan metode ekperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang sifat-sifat cahaya?

1.4 Pemecahan Masalah a. Rendahnya pemahaman siswa tentang materi sifat-sifat cahaya di kelas VI SDN 14 Tilamuta dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode eksperimen. b. Metode eksperimen dapat digunakan pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 14 Tilamuta.

1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : a. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang menggunakan metode ekperimen.

6

b. Penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang sifat-sifat benda.

1.6

Manfaat Penelitian a. Untuk Guru 1) Dapat memberi data tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. 2) Masukan untuk guru agar dapat memilih metode yang tepat dalam membelajarkan mata pelajaran IPA. b. Untuk Siswa 1) Mengkonkritkan informasi pada siswa tentang topik yang diajarkan. 2) Dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat cahaya dalam upaya meningkatkan hasil belajar. 3) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang ingin tahu dan ingin belajar. c. Untuk Peneliti 1) Memberikan pengalaman ilmiah bagi peneliti dan rekan guru Sekolah Dasar dalam melaksanakan penelitian langsung, melatih cara berpikir yang sistematis, kritis, dalam memecahkan masalah pembelajaran materi-materi IPA. 2) Dapat menambah wawasan peneliti untuk membuat penelitian yang lebih lanjut lagi.

7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

2.1. Hakekat Hasil Belajar Tentang Sifat-sifat Cahaya Sujana ( 1992 : 22 ) berpandangan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Purwanto ( 1990 : 86 ) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah prestasi yang dihadapi, dilaksanakan dan dikerjakan. Uraian di atas menunjukkan bahwa hasil belajar yaitu sebagai perolehan siswa setelah menjalani kegiatan belajar, juga sebagai prestasi yang dihadapi, dilaksanakan maupun dikerjakan, yang ditandai dengan nilai.

2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan salah satu faktor penting mempengaruhi dan peran penting dalam pembetukan pribadi dan perilaku individu. (Sukmadinata 2005) menyebutkan bahwa sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Gagne (dalam Diti 2009: 11) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi merubah perilaku akibat suatu pengalaman. Loway (dalam Teti Soekar, 1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi , emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu keadaan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut :

8

a. b.

Belajar adalah perubahan tingkah laku; Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena

pertumbuhan; c. Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu

yang cukup lama. Selain pengertian-pengertian di atas, di bawah ini terdapat pengertian belajar menurut para ahli (dalam cafestudi,2008) a. oleh Moh. Surya : belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara

keseluruhan,sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. b. Witherington: belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk

dimanifestasikan

keterampilan,sikap,kebiasaan,pengetahuan dan kecakapan. c. Crow & Crow belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,

pengetahuan dan sikap baru. d. Hilgard: belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul atau

berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi e. Di Vesta dan Thompson: belajar adalah perubahan perilaku yang relatif

menetap sebagai hasil dari pengalaman. f. Gagne & Berliner: belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang

muncul karena pengalaman

9

Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas Duffy dan Roehler (dalam cafestudi, 2008) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral, dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar,juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Dari pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang terjadi pada individu melalui pengalaman yang ditemuinya di lingkungan dan bersifat permanen. Menurut Skinner (dalam Lapono 2008: 1-5)bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati, sedang perilaku dan belajar di ubah oleh kondisi lingkungan. Siswa sering melakukan perilaku tertentu karena meniru apa yang dilihatnya dilakukan oleh orang lain di sekitarnya seperti saudara kandungnya, orangtuanya, teman sekolahnya bahkan gurunya. Oleh sebab itu dapat dikatakan apabila lingkungan dimana siswa berada sehari-hari merupakan lingkungan yang mengkondisikan secara efektif memungkinkan suasana belajar, maka siswa akan melakukan kegiatan atau perilaku belajar yang efektif. Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai

pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi yang

10

memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Belajar dalam arti mengubah tingkah laku, akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambah ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Menurut Hamalik (dalam Hijrah: 2010) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material 9buku, papan tulis, kapur dan alat belajar, fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran (Wikipedia: 2010) adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Disisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar siswa dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang siswa, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak,

11

yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan siswa. Dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat siswa belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahun Alam (IPA) berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu natural science. Natural berarti alam, dan science artinya ilmu pengetahuan, jadi natural science berarti ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Jemes Conant (dalam Samatowa 2006 : 1)mendefinisikan IPA atau sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimen dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimensasikan lebih lanjut. Webster (dalam Iskandar 1997 : 2) menyatakan natural science knowledge concerned with the physical world and its phenomena, yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.

12

Sutrisno dan Hery Kresnadi (2007: 1.19) mengemukakan IPA merupakan usaha dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta akan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Dari pengertian tersebut mengandung 3 aspek yaitu proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnta benar), dan produk (kesimpulannya betul). Selain itu, Nash (dalam Samatowa 2010: 3) dalam bukunya The Nature of sciences, menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjealskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis,lengkap,cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamat. Dari pengertian di atas maka sudah sangat jelas bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam dan gejalanya yang berupa deretan konsep yang berhubungan satu sama lain.

2.1.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Pembelajaran IPA adalah aktivitas kegiatan mengajar dalam

mengembangkan kemampuan bernalar, berpikir sistematis, dan kerja ilmiah, selain kemampuan deklaratif yang selama ini dikembangkan. Hal ini berarti, belajara IPA tidak hanya belajar dalam wujud pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, tetapi juga belajar tentang pengetahuan prosedural

13

berupa cara memperoleh informasi, cara IPA dan teknologi bekerja, kebiasaan bekerja ilmiah, dan keterampilan berpikir. Belajar IPA memfokuskan kegiatan pada penemuan dan pengolahan informasi melalui kegiatan mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi, memecahkan masalah, dan sebagainya. (Chandra 2007) Pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Untuk mengetahui pemahaman awal terhadap suatu topik/konsep IPA, biasanya guru mengajukan pertanyaan kepada siswa atau lebih dikenal dengan apersepsi sebelum memulai mengajar. Setelah itu siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun keterampilan (skills) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari. IPA memfokuskan kajian pada seluruh mahluk hidup dengan segala aktifitasnya selama mahluk tersebut menjalani hidup. Ilmu pengetahuan alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam Iskandar 1997 : 15) yaitu: 1. 2. 3. 4. Mengamati apa yang terjadi. Mencoba memahami apa yang diamati. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi. Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa dalam IPA tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba lagi. Ilmu

14

Pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan. Dalam IPA siswa kita harus tetap bersikap skeptis sehingga kita selalu siap memodifikasi model-model yang kita punyai tentang alam ini sejalan dengan penemuan-penemuan yang kita dapatkan. Mempelajari IPA pada prinsipnya tidak cukup sekedar menghafal suatu konsep melalui buku pelajaran, namun lebih dari itu belajar IPA pada hakekatnya merupakan suatu proses dan produk. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai kesatuan cara, misalnya pengamatan/observasi suatu obyek atau gejala alam, melakukan pengukuran, membuat hipotesis, mendesain, menguji data, dan melakukan percobaan. Dengan melibatkan siswa melakukan percobaan, maka mereka akan lebih mudah memahami hasil pembelajarannya secara utuh. (Subjianto, 2001) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di sekolah sangat berperan dalam memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan praktis kepada siswa, agar mereka dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik. Pembelajaran IPA untuk siswa Sekolah Dasar memiliki peran (Winataputra, 1992: 122) : 1) memberi bekal pengetahuan kepada siswa untuk mengenal dan menyayangi dunia dimana mereka hidup; 2) memberi bekal pengetahuan praktis; 3)menanamkan sikap hidup ilmiah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; dan 4) memberi bekal keterampilan di samping pengetahuan IPA itu sendiri. Menurut Karptus (Subijanto, 2001) dalam pembelajaran IPA melibatkan akomodasi kognitif terhadap pengetahuan awal siswa. Untuk itu dalam mengetahui pemahaman pengetahuan awal siswa maka guru mengajukan

15

pertanyaan kepada siswa atau lebih dikenal dengan apersepsi sebelum memulai mengajar. Cara ini dapat dilakukan baik melaui lisan maupun tulisan (tes). Cara lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan memperlihatkan fenomena alam tertentu (dapat berupa alat peraga praktek/model, dan atau kejadian nyata), kemudian siswa ditugaskan untuk menyampaikan pendapatnya sesuai dengan versi pemikiran masing-masing. Setelah siswa mengemukakan pendapat mereka berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan pemahamannya, peluang terjadinya konflik pemikiran di benak siswa semakin besar. Hal itu disebabkan oleh karena bekal pengetahuan awal terhadap topik yang sedang dipelajari akan diuji kebenarannya. Oleh karena itu, tugas guru dalam fase ini adalah membantu pemahaman peserta didik melalui penjelasan topik dengan melakukan percobaan/eksperimen. Dengan demikian, pembuktian jawaban siswa (benar atau salah) akan teruji melaui suatu percobaan yang relevan dengan topik /konsep dimaksud. Dalam membuktikan kebenaran jawaban tersebut, guru dapat melakukan percobaan secara demonstrasi dengan melibatkan semua siswa dan atau mereka ditugaskan untuk membuktikan sendiri dengan melakukan percobaan secara individu, berpasangan dan atau kelompok.

2.2 Hakekat Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di SD Metode eksperimen merupakan metode yang umum digunakan pada ilmu eksak seperti biologi, fisika atau ilmu-ilmu alam lainnya.namun, yang perlu diingat, dalam metode penelitian ilmu sosial dikenal juga metode eksperimen untuk menjelaskan sebuah fenomena.

16

Metode eksperimen dilakukan dengan memberikan treatment (perlakuan) yang berbeda pada setiap grup sampel.dengan adanya treatment yang berbeda, maka reaksi yang terjadi akan berbeda.jadi inti dari metode eksperimen adalah "what if"= apa yang terjadi apabila dilakukan perubahan pada setiap grup sampel. Berdasarkan analogi dari jawaban yang sudah ada, thomas alfa edison melakukan treatment yang berbeda-beda pada kondisi sampel yang ada. apabila ada satu kondisi, kemudian ditambahkan ini, maka reaksinya ini.itulah kenapa terkadang metode eksperimen justru menemukan sesuatu yang bukan tujuan eksperimen yang ditetapkan.karena eksperimen memberikan reaksi yang beragam sehingga dapat menjawab pertanyaan yang bukan pertanyaan eksperimennya. Inti dari semua penjelasan di atas: metode eksperimen digunakan untuk menjawab sebuah hubungan kausal (sebab akibat) dengan memberikan treatment pada sebuah kondisi. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Peran pendidik dalam metode eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen dalam proses pembelajaran.

17

Menurut Saiful Sagala (2003: 220), eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau bisa di luar laboratorium. Pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Peran pendidik dalam metode eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen dalam proses pembelajaran. Metode eksperimen ialah metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih melakukan proses secara mandiri, sehingga siswa sepenuhnya terlibat untuk menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variable, merencanakan eksperimen dan memecahkan masalah yang dihadapi secara nyata melalui eksperimen siswa tidak menelan begitu saja sejumlah informasi yang diperolehnya tetapi akan berusaha untuk mengelola perolehannya dengan membandingkan tahap fakta yang diperolehnya dalam percobaan yang dilakukan.

18

Metode eksperimen dapat dikembangkan keterampilan- keterampilan seperti : ketrampilan mengamati, menghitung, mengukur, membuat pola, membuat hipotesis, merencanakan eksperimen, mengendalikan variabel,

mengintrespresikan data, membuat kesimpulan sementara, meramal, menerapkan, mengkomunikasikan dan mengajukan. Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari ilmu pengetahuan alam, dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai arti penting karena memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk persamaan dan kemauan anak. Hal-hal yang diperhatikan dalam eksperimen adalah melakukan hal-hal praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, memberi pengertian sejelasjelasnya tentang landasan teori yang akan dieksperimenkan. Metode eksperimen dalam pembelajaran IPA memiliki keuntungan antara lain : siswa aktif melakukan kegiatan, memberi kesempatan mengggunakan seluruh panca indra, melatih intelektual anak, siswa dapat melakukan kegiatan sesuai metode ilmiah dan dapat menemukan sendiri temuan yang baru. Hal yang harus diperhatikan oleh guru antara lain : guru harus melatih untuk melaksanakan metode ilmiah, perlu perencanaan yang matang sebelum melakukan eksperimen, memerlukan peralatan yang harus dipersiapkan terlebih dahulu, eksperimen menjadi gagal apabila kondisi peralatan tidak cocok sehingga kesimpulan salah. Menurut Sulamah (2003) proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan ketrampilan proses. Juga meningkatkan

19

prestasi belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa, Ilmu Pengetahuan Alam dapat berkembang pesat berkat metode ilmiah. Proses pembelajaran IPA menurut keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan metode eksperimen dalam proses pembelajaran dapat melatih siswa mengembangkan ketrampilan intelektualnya. Diharapkan metode eksperimen dalam proses pembelajaran IPA akan dapat meningkatkan presentasi belajar dan semangat belajar secara aktif pada siswa.

2.2.1

Pengertian Metode Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu Meta dan Hoodos yang

berarti cara atau rancangan untuk membuat sesuatu. Peoerwadarminta (Dunggio 2006 : 31) mengatakan metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Menurut T. Raka Joni (dalam Abimanyu 2008: 2.5)metode adalah cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Abimanyu (2008: 2.5) mengemukakan metode adalah jalan atau cara dalam menyajikan/melaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian metode dapat diartikan cara penyajian materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode ditetapkan oleh guru sesuai dengan tujuan bahan yang diajarkan.

2.2.2

Macam-Macam Metode Pembelajaran

a) Metode Ceramah (Preaching Method)

20

Gunawan (2009) mengemukakan metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (dalam Gunawan, 2009) metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Sumantri dan Purnama (dalam Abimanyu, 2008) menyatakan bahwa metode ceramah mudah disajikan dan tidak banyak memerlukan media. Tujuan penggunaan metode ceramah adalah menyampaikan materi pelajaran yang bersifat informasi, yaitu konsep, pengertian, prinsip-prinsip yang banyak dan luas serta penemuan-penemuan baru yang belum terpublikasikan secara lebih luas. b) Metode Tanya Jawab Abimanyu (2008 : 6.7) mengemukakan metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian konsep melalui jawaban lisan guru atau siswa. Tujuan penggunaan metode tanya jawab (Abimanyu 2008: 6.7) antara lain: 1) 2) Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap konsep yang diajarkan, Menimbulkan kompetensi belajar yang sehat, 3) mendorong siswa berani

mengajukan pertanyaan kepada guru tentang masalah yang belum dipahami, 4) melatih siswa berpikir dan berbicara secara sistematis sistematik berdasarkan

21

pemikiran yang orisinal, dan 5) dengan metode tanya jawab siswa diarahkan agar mengerti, memahami dan berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan dapat dicapai dengan baik. c) Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Gunawan, 2009). Sumantri (1998) menjelaskan ada beberapa tujuan penggunaan metode demonstrasi ini antara lain 1) Mengajarkan suatu proses yang harus dimiliki peserta didik. 2) Mengkonkritkan informasi pada peserta didik tentang topik yang diajarkan. 3) Mengembangkan kemampuan pendengaran dan penglihatan siswa secara bersama-sama. d) Metode Diskusi Muhibbin Syah (dalam Gunawan, 2009), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Tujuan penggunaan metode diskusi antara lain: 1) memcahkan konsep pembelajaran yang berupa masalah atau problematic yang sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan, 2) mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat, 3) mengembangkan sikap toleran terhadap pendapat yang berbeda, 4)

22

melatih siswa mengembangkan sikap demokratis, dan 5) melatih dan membentuk kestabilan social emosional. e) Metode Pemberian Tugas Sugala (dalam Abimanyu 2008: 6.27) metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian hasil pelaksanaan tugas itu dilaporkan kepada guru. Tujuan penggunaan metode pemberian tugas (Abimanyu, 2009: 6.27) yaitu 1) untuk memperdalam bahan ajar yang ada, 2) untuk mengecek penguasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari, dan 3) untuk membuat siswa aktif belajar, baik secara individu maupun kelompok. f) Metode Karya Wisata Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan siswa yang lain serta didampingi oleh guru, yang kemudian dibukukan (Gunawan, 2009). g) Metode Inquiri Mulyasa mengemukakan (dalam Gunawan 2009) metode inquiri adalah metode yang mampu menggiring siswa untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan siswa sebagai subyek belajar yang aktif. Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut siswa berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut siswa memproses pengalaman belajar

23

menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini siswa dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis. h) Metode Eksperimen Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (dalam Gunawan, 2009) metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium. Tujuan penggunaan metode eksperimen agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya (Gunawan, 2009).

2.2.3. Keunggulan dan kelemahan metode eksperimen Keunggulan metode ekperimen sebagai berikut: 1. Melalui eksperimen siswa dapat menghayati sepenuh hati dan mendalam,

mengenai pelajaran yang diberikan 2. Siswa dapat aktif mengambil bagian untuk berbuat bagi dirinya, dan tidak

hanya melihat orang lain, tanpa dirinya melakukan 3. Siswa dapat aktif mengambil bagian yang besar, untuk melaksanakan

langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah. Jal ini dilakukan melalui pengumpulan data-data observasi memberikan penafsiran serta kesimpukan, yang dilakukan oleh siswa itu sendiri

24

4.

Kemungkinan kesalahan dalam mengambil kesimpulan dapat dikurangi,

karena siswa mengamati langsuang terhadap suatu proses yang menjadi obyek pelajaran atau mencoba melaksanakan sesuatu 5. Siswa mendapatkan pengalaman langsung dan praktis dalam kenyataan

sehari-hari yang sangat berguna bagi dirinya Kelemahan-kelemahan metode eksperimen 1. Apabila sarana tidak tersedia atau kurangmemadai, maka proses jalannya eksperimen akan menjadi tidak efektif 2. Metode ini dilaksanakan bila siswa belum matang untuk melaksanakan eksperimen. Hal ini berarti melaksanakan eksperimen memerlukan

ketrampilan yang mahir dari pihak gurunya 3. Memerlukan waktu yang panjang/lama. Keterbatasan waktu dalam eksperimen dapat berakibat terputusnya pemahaman siswa, terhadap topik yang menjadi pokok bahasan. Dan ini bertujuan pengajaran tidak tercapai dengan baik 4. Memerlukan keterampilan/kemahiran dari pihak guru dalam menggunakan serta membuat alat-alat eksperimen 5. Bagi guru yang telah terbiasa dengan metode ceramah secara rutin misalnya. Cenderung memadang metode eksperimen sebagai suatu

pemborosan dan memberatkan

2.3. Hipotesis Tindakan

25

Hipotesis dalam penelitian ini diduga jika dalam pembelajaran IPA dilaksanakan dengan menggunakan metode Eksperimen hasil belajar siswa tentang materi sifat-sifat cahaya di kelas V SDN 14 Tilamuta dapat meningkat.

2.4. Indikator Keberhasilan Yang menjadi keberhasilan penelitian ini apabila 80 % siswa yang diteliti pada Kelas V SDN 14 Tilamuta menunjukan peningkatan dengan nilai 6,5 keatas, maka penelitian dinyatakan selasai.

26

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 3.1.1

Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian Setting Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) yang

dilaksanakan di kelas V SDN 14 Tilamuta Kabupaten Boalemo. 3.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek penelitian Kelas V dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari siswa laki-laki 10 orang dan perempuan 10 orang. Adapun alasan peneliti memilih kelas V karena kelas ini terdapat banyak siswa yang kemampuannya dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada sifat-sifat benda masih rendah.

3.1.3

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif. Maksud dari metode penelitian deskriptif kualitatif adalah memberikan gambaran tentang data yang diperoleh di lapangan secara faktual.

3.2. Variabel Penelitian Adapun variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel sebagai berikut:

27

1. Variabel Input: Siswa, guru, bahan ajar, sumber belajar, prosedur evaluasi, dan lingkungan belajar. 2. Variabel Proses Keterampilan bertanya guru, implementasi teknik pembelajaran dan metode mengajar guru. 3. Variabel Output Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Materi sifat-sifat Cahaya Melalalui Metode Ekperimen Di Kelas V SDN 14 Tilamuta.

3.3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

3.4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 4 tahapan yakni sebagai berikut : (1) Tahap Persiapan, (2) Tahap Pelaksanaan, (3) Tahap Pemantauan dan Evaluasi, (4) Tahap Analisis dan refleksi. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut: 3.4.1 Persiapan Adapun yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Observasi langsung

28

Observasi dilakukan sebagai langkah awal yang digunakan untuk mengumpulkan data umum. Objek penelitian yaitu mengamati secara langsung situasi dan kondisi proses belajar mengajar di kelas pada objek dan subjek yang telah ditetapkan. b. Wawancara Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung dengan tanya jawab (dialog) dengan Staf Dewan Guru dan Kepala Sekolah di jadikan responden dalam penelitian ini.

3.4.2. Pelaksanaan Tindakan Jika tahap persiapan sudah matang, maka tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan, yaitu menerapkan dan melaksanakan tindakan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Apabila tidak menunjukkan hasil yang diharapkan, maka diadakan peninjauan kembali terhadap prosedur serta merumuskan rencana perbaikan/penyempurnaan yang akan dilaksanakan pada siklus beriktunya. Siklus I 1) Mengadakan apersepsi (pre test) 2) Melaksanakan pembelajaran dengan materi yang telah ditetapkan yakni pembelajaran mengenai sifat-sifat cahaya. 3) Memantau proses pembelajaran. 4) Melaksanakan tes akhir. 5) Melaksanakan analisis dan refleksi. Siklus II

29

Pelaksanaan kegiatan pada siklus II dilakukan jika kegiatan pada siklus II belum berhasil. Adapun kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah: 1) Merumuskan tindakan baru dengan mengacu pada ketetapan yang telah dibahas pada saat refleksi dengan guru se-profesi. 2) Melaksanakan proses belajar mengajar. 3) Melaksanakan tes akhir. 4) Melaksanakan analisis dan refleksi.

3.5. Pemantau dan Evaluasi Pada tahap ini dilakukan proses pemantauan oleh guru mitra selaku observer terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Selanjutnya bersama guru mitra mengevaluasi hasil pemantauan yang telah dilakukan, dan untuk evaluasi hasil belajar dilakukan pada tahap akhir setiap siklus yang diberikan pada bentuk tulisan.

3.6. Analisi dan Refleksi Analisis data dilakukan dengan memperhatikan hasil hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan tehnik presentase, sehingga pada tahap refleksi guru dapat melihat data observasi dan hasil tes, apakah tindakan yang dilaksanakan mencapai hasil yang diharapkan

30

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mahmud. 1983. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung Djamah.2003. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud : Jakarta-indonesia Hamalik.1993. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Mengajar. Erlangga : Jakarta Haryanto, dkk. 1994. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD Kelas V. Erlangga : Jakarta Samatowa, Usman. 2002. Pembelajaran Terpadu. Percetakan. Raisal : Gorontalo Pateda, Mansor dan Yennie P.Pulubuhu. 2005. Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Gorontalo : Viladan. Sutumo (1987:81).2005. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud : Jakarta : Indonesia Sulama.1991. Model-model Pembelajaran. Dirjen Dikdasmen Depdiknas : Jakarta .2010. Keunggulan-keunggulan Metode http://id.shyoong.com.20 Mei 2011 Eksperimen.

.2010. Model Pembelajaran. http://id.shyoong.com.20 Mei 2011

31