Makalah qardh al hasan

27
QARDH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Lembaga Keuangan Syari’ah Non Bank” Dosen Pembimbing: Mugiyati, S.Ag, M.Ei Disusun oleh : Miftahur Rahmat AliansyahC04210065 Jurusan/Kelas : Ekonomi Syari’ah B FAKULTAS SYARI’AH PROGAM STUDI EKONOMI SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA [Type text] Page 1

Transcript of Makalah qardh al hasan

Page 1: Makalah qardh al hasan

QARDH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Lembaga Keuangan Syari’ah Non Bank”

Dosen Pembimbing:

Mugiyati, S.Ag, M.Ei

Disusun oleh :

Miftahur Rahmat AliansyahC04210065

Jurusan/Kelas : Ekonomi Syari’ah B

FAKULTAS SYARI’AH

PROGAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SUNAN AMPEL

SURABAYA

2012

Page 1

Page 2: Makalah qardh al hasan

KATA PENGANTAR

               Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan Rahmat serta hidayahnya

dan telah mengutus Muhammad dengan petunjuk din yang benar untuk dimenangkan atas

semua din.Semoga Salawat serta salam selalu di limpah curahkan kepada junjungan nabi kita

Muhammad SAW,beserta segenap pengikutnya hingga hari akhir.

      Syukur alhadulillah makalah ini telah kami susun sesuai dengan jadwal yang di

tetapkan.Makalah ini merupakan himpunan dari berbagai referensi buku lain.

         Atas saran dari beberapa rekan,mengingat isi buku tersebut masih relevan da actual

untuk diketahui oleh mahasiswa,praktisi dan  diperlukan masyarakat umum,maka buku

tersebut kami ambil bagian-bagian yang sangat diperlukan dalam mengerjakan makalah ini.

       Kami berterima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan baik moral maupun materil sehingga makalah yang sederhana ini dapat Kami

selesaikan.

   Secara khusus kami sapaikan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah

mensupport dan terimakasih juga kepada perpustakaan syaria’ah yang telah meminjamkan

buku sehingga dapat tersusun bentuk makalah seperti sekarang ini.  Oleh karena hal-hal yang

tersbut dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesempurnaan,baik dari

segi teknik penulisan maupun materi yang disajikan,oleh karena itu kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan semoga

makalah ini bermanfaat bagi semua yang membacanya.

           

Page 2

Page 3: Makalah qardh al hasan

 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………….. 2

BAB I : Pendahuluan………………………………………… 4

BAB II : Pembahasan

1.Pengertian………………………………………………… 5

2.Landasan Syariah…………………………………………. 6

3.Aplikasi Dalam Perbankan………………………………… 7

4.Ketentuan Hukum Al qard…………………………………. 8

5.Manfaat Al Qard………………………………………….. 9

6.Aplikasi AL Qard………………………………………… 13

7.Al Qardh Hasan…………………………………………… 17

BAB III : KESIMPULAN………………………………….. 18

V.DAFTAR PUSTAKA…………………………………… 19

Page 3

Page 4: Makalah qardh al hasan

BAB I

PENDAHULUAN

Ajaran Islam mengakui adanya perbedaan pendapatan dan kekayaan pada setiap

orang dengan syarat bahwa perbedaan tersebut diakibatkan karena setiap orang

mempunyai perbedaan keterampilan, inisiatif, usaha dan resiko. Namun

perbedaan itu tidak boleh menimbulkan kesenjangan yang terlalu jauh antara

yang kaya dengan yang miskin karena kesenjangan yang terlalu dalam tidak

sesuai dengan syariah Islam yang menekankan bahwa sumber-sumber daya bukan

saja karunia dari Allah bagi semua manusia, melainkan juga merupakan suatu

amanah. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk mengkonsentrasikan

sumber-sumber daya di tangan segelintir orang.

Kurangnya program-program efektif untuk mereduksi kesenjangan sosial yang

terjadi selama ini dapat mengakibatkan kehancuran, bukan penguatan perasaan

persaudaraan yang hendak diciptakan ajaran Islam. Syariah Islam sangat

menekankan adanya suatu distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata

sebagaimana yang tercantum dalam Surah Al Hasyr ayat 7, yakni “… kekayaan

itu tidak beredar di kalangan orang-orang kaya di antara kamu saja.”

Distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata bukan berarti sama rata

sebagaimana faham kaum komunisme, tetapi ajaran Islam mewajibkan setiap

individu untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, dan sangat melarang

seseorang menjadi pengemis untuk menghidupi dirinya.

Dalam literatur Ekonomi Syariah, terdapat berbagai macam bentuk transaksi

kerjasama usaha, baik yang bersifat komersial maupun sosial, salah satu

berbentuk “qardh”. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat

ditagih atau diminta kembali tanpa mengharapkan imbalan atau dengan kata

lain merupakan sebuah transaksi pinjam meminjam tanpa syarat tambahan pada

saat pengembalian pinjaman. Dalam literatur fiqh klasik, qardh dikategorikan

dalam aqd tathawwui atau akad tolong menolong dan bukan transaksi komersial.

Page 4

Page 5: Makalah qardh al hasan

BAB II

PEMBAHASAN

 1. Definisi al-Qardh

Secara umum pinjaman merupakan pengalihan hak milik harta atas harta. dimana pengalihan

tersebut merupakan kaidah dari Qardh.

A.Pengertian Pinjaman Menurut Bahasa Arab

     Qardh secara bahasa, bermakna Al-Qath’u yang berarti memotong. Harta yang disodorkan

kepada orang yang berhutang disebut Qardh, karena merupakan potongan dari harta orang

yang memberikan hutang. Kemudian kata itu digunakan sebagai bahasa kiasan dalam

keseharian yang berarti pinjam meminjam antar sesama. Salah seorang penyair

berkata,“Sesungguhnya orang kaya bersaudara dengan orang kaya, kemudian mereka saling

meminjamkan, sedangkan orang miskin tidak memiliki saudara”

 

B. Pengertian Pinjaman Menurut Hukum Syara’

Secara syar’i para ahli fiqh mendefinisikan Qardh:

1. Menurut pengikut Madzhab Hanafi , Ibn Abidin mengatakan bahwa suatu pinjaman adalah

apa yang dimiliki satu orang lalu diberikan kepada yang lain kemudian dikembalikan dalam

kepunyaannya dalam baik hati.

2. Menurut Madzhab Maliki mengatakan Qardh adalah Pembayaran dari sesuatu yang

berharga untuk pembayaran kembali tidak berbeda atau setimpal.

3. Menurut Madzhab Hanbali Qardh adalah pembayaran uang ke seseorang siapa yang akan

memperoleh manfaat dengan itu dan kembalian sesuai dengan padanannya.

4. Menurut Madzhab Syafi’i Qardh adalah Memindahkan kepemilikan sesuatu kepada

seseorang, disajikan ia perlu membayar kembali kepadanya.

Page 5

Page 6: Makalah qardh al hasan

C. Definisi lain

Menurut Syafi’i Antonio (1999), qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat

ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharap imbalan.

Menurut Bank Indonesia (1999), qardh adalah akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada

pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai

pinjaman.

2. Aspek Syariah Al-Qardh

Transaksi qardh diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan hadits riwayat ibnu majjah dan

ijma ulama.Sungguhpun demikian ,Allah SWT mengajarjkan kepada kita agar meminjamkan

sesuatu bagi “agama Allah”.

a. Al-Qur’an Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik

(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran

kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan

(rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.(Al-Baqarah : 245) Dan tolong-menolonglah

kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat

siksa-Nya.(Al-Maidah : 2)

Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita diseru untuk “meminjamkan kepada

Allah”,artinya untuk membelanjakan harta di jalan Allah.

Selaras dengan memeinjamkan kepada Allah,kita juga diseru untuk “meminjamkan kepada

sesama manusia”.Sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat.

b. As-Sunnah Dari Anas ra, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Pada malam peristiwa

Isra’ aku melihat di pintu surga tertulis ’shadaqoh (akan diganti) dengan 10 kali lipat,

sedangkan Qardh dengan 18 kali lipat, aku berkata : “Wahai jibril, mengapa Qardh lebih

utama dari shadaqoh?’ ia menjawab “karena ketika meminta, peminta tersebut memiliki

sesuatu, sementara ketika berutang, orang tersebut tidak berutang kecuali karena kebutuhan”.

(HR. Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abas bin Malik ra, Thabrani dan Baihaqi meriwayatkan

hadits serupa dari Abu Umamah ra) Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi saw

Page 6

Page 7: Makalah qardh al hasan

berkata,”Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainya) dua kali lipat

kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah”(HR Ibnu Majah,Ibnu Hibban dan Baihaqi).

c. Ijma’ Secara ijma’ juga Para ulama  menyatakan bahwa Qardh diperbolehkan.

Qardh bersifat mandub (dianjurkan) bagi muqridh (orang yang mengutangi) dan mubah bagi

muqtaridh (orang yang berutang) kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak

bias hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya.Tidak ada sesoranga pun yang

memiliki segala barangyang ia butuhkan.Oleh karena itu, pinjam meminjam sudah menjadi

satu bagian dari kehidupan di dunia ini.Islam adalah agama yang sangat memperhatikan

segenap kebutuhan umatnya.

3. Aplikasi dalam Perbankan

Akad qard biasanya diterapkan sebagai  berikut:

a. Sebagai produk perlengkapan kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan

bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek.

Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu.

b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa menarik

dananya karena,misalnya tersimpan dalam bentuk deposito.

c. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kcil atau memebayar sector sosial.

Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu al-qardh Al-

hasan

Hal yang diperbolehkan pada Qardh

Madzhab Hanafi berpendapat, Qardh dibenarkan pada harta yang memiliki kesepadanan,

yaitu harta yang perbedaan nilainya tidak meyolok, seperti barang-barang yang ditakar,

ditimbang, biji-bijian yang memiliki ukuran serupa seperti kelapa, telur. Tidak diperbolehkan

melakukan qardh atas harta yang tidak memiliki kesepadanan, baik yang bernilai seperti

binatang, kayu dan agrarian, dan harta biji-bijian yang memiliki perbedaan menyolok, karena

tidak mungkin mengembalikan dengan semisalnya.

Page 7

Page 8: Makalah qardh al hasan

Madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hanbali berpendapat, diperbolehkan melakukan qardh atas

semua harta yang bisa diperjualbelikan objek salam, baik ditakar, atau ditimbang, seperti

emas, perak dan makanan atau dari harta yang bernilai, seperti barang-barang dagangan,

binatang dan sebagainya, seperti harta-harta, biji-bijian.

4. Hukum Qardh

Hak kepemilikan dalam Qardh menurut Abu Hanifah dan Muhammad – berlaku melalui

Qabdh (penyerahan).Jika seseorang berhutang satu mud gandum dan sudah terjadi qabdh,

maka ia berhak menggunakan dan mengembalikan dengan semisalnya meskipun muqridh

meminta pengembalian gandum itu sendiri, karena gandum itu bukan lagi miliki muqridh.

Yang menjadi tanggung jawab muqtaridh adalah gandum yang semisalnya dan bukan

gandum yang telah diutangnya, meskipun Qardh itu berlangsung.

Abu yusuf berkata : muqtaridh tidak memiliki harta yang menjadi objek Qardh selama Qardh

itu berlangsung.

Mazhab hanafi berpendapat, Qardh dibenarkan pada harta yang memiliki kesepadanan, yaitu

harta yang perbedaan nilainya tidak menyolok, seperti barang-barang yang ditakar,

ditimbang, biji-bijian yang memiliki ukuran serupa seperti kelapa dan telur, dan yang diukur,

seperti kain bahan. Di perbolehkan juga meng-qardh roti, baik dengan timbangan atau biji.

Mazhab Maliki, Syafi’I, dan Hambali berpendapat, diperbolehkan melakukan qardh atas

semua harta yang bias dijualbelikan obyek salam, baik itu ditakar, ditimbang, seperti emas,

perak dan makanan atau dari harta yang bernilai, seperti barang-barang dagangan, binatang

dan sebagainya, seperti harta-harta biji-bijian, karena pada riwayat Abu Rafi’ disebutkan

bahwa Rasulullah SAW berutang unta berusia masih muda, padahal untuk bukanlah harta

yang ditakar atau ditimbang, dan karena yang menjadi obyek salam dapat di hakmiliki

dengan jual beli dan ditentukan dengan pensifatan. Maka bisa menjadi obeyek qardh.

Sebagaimana harta yang ditakar dan ditimbang. Dari sini, menurut jumhur ahli fiqih,

diperbolehkan melakukan qardh atas semua benda yang boleh diperjualbelikan kecuali

manusia, dan tidak dibenarkan melakukan qardh atas manfaat/jasa, berbeda dengan pendapat

Ibnu Taimiyah, seperti membantu memanen sehari dengan imbalan ia akan dibantu memenen

Page 8

Page 9: Makalah qardh al hasan

sehari, atau menempoati rumah orang lain dengan imbalan orang tersebut menempati

rumahnya.

5. Manfaat al-qardh

 

a. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat talangan

jangka pendek.

b. Al-qardh al-hasan juga merupakan salah satu ciri  syariah dan bank konvensional yang

didalamnya terkandungØpembeda antara bank misi social, disamping misi komersial.

c. Adanya misi kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas

masyarakat kepada bank syariah.

d. Risiko al-qardh terhitung tinggi karena ia di anggap pembiayaan yang tidak ditutup dengan

jaminan.

Dilihat dari definisi diatas, maka pinjaman dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pinjaman

seorang hamba untuk Tuhan-Nya dan pinjaman seorang muslim untuk saudaranya.

a. Pinjaman seorang hamba untuk Tuhan-Nya

    Yaitu apa yang diberikan oleh seorang muslim untuk membantu saudaranya tanpa

mengharap kembalinya barang tersebut karena semata-mata untuk mengharapkan balasan di

akhirat nanti. Hal ini mencakup infaq untuk berjihad, infaq untuk anak-anak yatim, infaq

untuk orang-orang jompo, dan infaq untuk orang-orang miskin. Jenis ini telah disebutkan di

dalam Al-Qur’an dengan kata ‘al-qardh’, sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT

“Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah : 244) “Siapakah yang mau memberi

pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka

Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.

Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu

dikembalikan.”(Q.S Al-Baqarah : 245). Sebagaimana yang kita lihat ayat diatas, jelaslah

bahwa pinjaman yang dimaksud disini berbeda dengan apa yang sering kita lihat didalam

Page 9

Page 10: Makalah qardh al hasan

kehidupan bermasyarakat, yang mana seseorang meminjam dari temannya karena didorong

oleh adanya suatu kebutuhan. Karena pinjaman yang dimaksud dalam ayat ini sebagaimana

yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.

b. Pinjaman seorang hamba untuk saudaranya

Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan masalah ini.Madzhab Abu Hanifah

berkata, “Pinjaman yang diperbolehkan adalah sesuatu yang mempunyai persamaan yang

mungkin dapat digantikan dengan sesuatu yang seruoa, akan tetapi menyangkut barang-

barang bernilai seperti hewan, property, kayu bakar dan segala sesuatu yang tidak mungkin

ditemukan barang yang serupa dan persis dengannya waktu pengembalian barang pinjaman

tersebut, maka tidak boleh dipinjamkan. Karena menurut golongan ini, bahwa pinjam

meminjam dengan sesuatu yang tidak dapat digantikan dengan yang serupa tidak

diperbolehkan.

 

Madzhab Imam Malik menambahkan definisi ini dengan beberapa point berikut :

• Hendaklah barang yang dipinjamkan mempunyai nilai jual, dengan begitu tidak dibenarkan

meminjamkan sepotong api.

• Orang yang meminjam harus mengembalikan barang pinjamannya.

• Pengembalian pinjaman hendaklah diberikan sesudah menerima pinjamannya.

• Hendaklah orang yang memberikan pinjaman tersebut berniat untuk memberikan manfaat

kepada orang yang meminjam saja, dan tidak berniat untuk mendapatkan keuntungan pribadi

maupun untuk mendapatkan keuntungan bersama.

• Tidak boleh meminjamkan alat fital seorang sahaya perempuan kepada seseorang untuk

dimanfaatkan

• Hendaklah orang yang meminjam sesuatu harus menjamin bahwa ia akan mengembalikan

pinjamannya, sehingga dalam hal ini masjid dan madrasah tidak bisa dipinjamkan. Setelah

kita memberikan pinjaman kepada seseorang (saudaranya), hendaklah pinjaman tersebut

mengandung unsur kebaikan, begitu juga apabila pinjaman tersebut telah jatuh tempo.

Page 10

Page 11: Makalah qardh al hasan

Ber-ihsan dalam menagih hutang (Qardh), adakalanya dilakukan dengan menganggapnya

lunas, semua maupun sebagiannya, atau dengan mengundurkan waktu pembayaran tersebut

yang telah jatuh tempo, ataupun dengan mengurangi pelbagai persyaratan pembayaran yang

telah memberatkan. Semua itu sangat dianjurkan, Sebagaimana dalam Sabda Nabi SAW :

“Rahmat Allah tercurah atas siapa-siapa yang’mudah’ dalam membeli, ‘mudah’ dalam

menjual, ‘mudah dalam membayar dan ‘mudah’ dalam menagih ”Rasulullah SAW, juga

pernah menyebutkan tentang seorang laki-laki yang masa lalunya penuh dengan perbuatan

dosa, yang ketika dihisab, ternyata tidak memiliki cacatan amal kebaikan yang pernah ia

lakukan. Maka ditanyakan kepadanya, “Apakah anda tidak pernah melakukan kebaikan

apapun ? “Tidak, “jawabnya. “Tetapi saya dahulu adalah seorang pemberi hutang, dan

senantiasa mengingatkan kepada para pegawai saya : ‘Perlakukanlah yang mampu diantara

para penghutang dengan perlakuan yang baik, dan undurkanlah waktu pembayaran bagi yang

dalam kesusahan’. (Dalam versi lain : ‘….dan maafkanlah (yakni anggaplah hutangnya lunas)

bagi yang dalam kesusahan’). Lalu Allah SWT pun menghapus dosa-dosanya dan

mengampuninya.

Seandainya semua masyarakat mengetahui hal demikian, tidak akan terjadi hal-hal yang

dapat mengakibatkan seseorang (pemilik harta) berbuat zhalim kepada orang yang

membutuhkan bantuan. Apalagi ditengah kondisi krisis sekarang ini. Dimana, kita sebagai

orang yang memiliki kelebihan harta hendaklah menolong saudara-saudara kita yang telah

dilanda kesusahan dengan memberikan bantuan berupa pinjaman yang ihsan, bahkan tidak

sekadar itu dapat memberikan Qardhul Hasan (menginfakkan, mensedeqahkan sebagaian

hartanya tanpa mengaharapkan imbalan seperserpun tetapi hanya mengharap ridha Allah

SWT). Tetapi kalau hanya memikirkan kehidupan duniawi manusia takluput akan kerakusan

harta, yang diingat hanyalah berapa besar kelebihan dari kembalian harta yang telah

dipinjamkan.

Pinjaman Berbunga

Bahwa pinjaman yang berbunga adalah haram berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah, ijma’.

Keharaman itu meliputi segala macam bunga yang dijadikan syarat oleh orang yang memberi

pinjaman kepada si peminjam. Karena tujuan dari pemberi pinjaman adalah mengasihi si

peminjam dan menolongnya. Tujuannya bukan mencari kompensasi atau keuntungan. Oleh

sebab itu, pinjaman semacam itu diserupakan dengan bantuan keuangan. Seolah-olah orang

Page 11

Page 12: Makalah qardh al hasan

yang meminjamkan uang itu, mengambil kembali uang tersebut. Namun, yang diambil

kembali bukan uang yang dipinjamkan, tetapi senilai dengan uang tersebut. Berarti derajatnya

sama dengan orang yang meminjami fasilitas uangnya kemudian mengambil kembali

uangnya. Dengan dasar itu, berarti pinjaman berbunga yang diterapkan oleh bank-bank

maupun rentenir dimasa sekarang ini jelas-jelas merupakan riba yang diharamkan oleh Allah

dan Rasul-Nya. sehingga bisa terkena ancaman keras baik didunia maupun diakhirat dari

Allah SWT.

Jenis-jenis pinjaman yang mengandung riba

1. Pinjaman Konsumtif

Pinjaman-pinjaman semacam ini dilakukan oleh orang-orang yang mengalami kesulitan

untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Pinjaman jenis ini amat biasa di kalangan orang-

orang miskin dan menengah, khususnya di negara-negara yang sedang berkembang, seperti

terjadi di Indonesia sejak dilanda krisis multidimensi salah satu diantara krisis moneter,

dimana terjadi kenaikan pada semua harga barang, akibatnya masyarakat kesusahan untuk

membutuhkan barang tersebut karena nilai mata uang yang menurun disamping itu juga

pendapatan masyarakat yang cenderung tidak meningkat. Sebagian besar orang mengambil

pinjaman ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagian besar dari

pendapatan mereka diambil alih oleh pemilik modal dalam bentuk bunga. Jutaan manusia di

negara-negara yang sedang berkembang menggunakan seluruh hidupnya untuk membayar

utang yang diwariskan kepada mereka. Upah dan gaji mereka sangat rendah sehingga setelah

membayar bunga, sangat sedikit yang tersisa untuk menjadikan mereka mampu mendapatkan

satu dua piring makanan setiap hari.

Pembayaran angsuran bunga yang berat secara terus menerus ini telah merendahkan standard

kehidupan dan pendidikan anak-anak mereka. Disamping itu, kecemasan yang terus menerus

rupanya mempengaruhi efisiensi kerja mereka yang pada akhirnya akan memperlemah

perekenomian negara mereka.

Selanjutnya, pembayaran bunga telah mengurangi (menurunkan) daya beli di kalangan

mereka. Oleh karena itu, industri yang memenuhi permintaan golongan miskin dan menengah

akan memperoleh kesan akan rendahnya permintaan pada kalangan tersebut. Dan secara

Page 12

Page 13: Makalah qardh al hasan

berangsur-angsur tetapi dengan pasti, hal ini akan menurunkan pembangunan industri serta

menghambat kemajuan masyarakat.

1. Pinjaman Produktif

Pinjaman ini dilakukan oleh para pedagang, industrialis dan para petani untuk tujuan-tujuan

yang produktif termasuk dalam kategori peminjam jenis ini. Kapitalis, dengan malapraktek

mereka, telah menimbulkan banyak kesengsaraan dengan memungut bunga dari para

peminjam, begitu juga terhadap masyarakat.

6. Aplikasi Qardh

Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman

talangan pada saat nasabah mengalami overdraft. Fasilitas ini dapat merupakan bagian dari

satu paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah bertransaksi. Aplikasi qardh dalam

perbankan ada empat hal:

a.Sebagai pinjaman talangan haji

b.Sebagai pinjaman tunai dari produk kartu kredit syariah

c.Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil

d Sebagai pinjaman kepada pengurus bank

Rukun dan Syarat

1. Rukun :

- Muqridh (pemilik barang)

- Muqtaridh (yang mendapat barang atau peminjam)

- Ijab qobul

- Qardh (barang yang dipinjamkan)

2. Syarat sah qardh :

Page 13

Page 14: Makalah qardh al hasan

- Qardh atau barang yang dipinjamkan harus barang yang memiliki manfaat, tidak sah jika

tidak ada kemungkinan pemanfaatan karena qardh adalah akad terhadap harta.

- Akad qardh tidak dapat terlaksana kecuali dengan ijab dan qobul seperti halnya dalam jual

beli.

3. Sumber dana

Sifat qardh tidak memberikan keuntungan finansial. Karena itu, pendanaan qardh dapat

diambil menurut kategori berikut:

a. Al-qardh yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan social, dapat

bersumber dari dana zakat, infaq, dan sedekah.

b. Al-qardh yang diperlukan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka

pendek. Talangan dana di atas dapat diambilakan dari modal bank.

Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga

Keuangan Syariah

Di antara keputusan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional No. 29/DSN-

MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah adalah

sebagai berikut:

- Dalam pengurusan haji bagi nasabah, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat memperoleh

imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-ijarah sesuai Fatwa DSN-MUI no.

9/DSN MUI/IV/2000.

- Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-Qardh yang

diberikan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah.

- Apabila diperlukan, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat membantu menalangi

pembayaran BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qardh sesuai dengan Fatwa

DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001.[1][3] Keputusan fatwa yang dikeluarkan oleh

Dewan Syariah Nasional ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

Page 14

Page 15: Makalah qardh al hasan

- Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah

pengurusan haji dan talangan pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).

- Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam

berbagai produknya.

- Agar pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip syari’ah, maka Dewan Syariah

Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang pengurusan dan pembiayaan haji oleh

Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) untuk dijadikan pedoman.[1][4]

Berdasarkan pertimbangan di atas itulah, Dewan Syariah Nasional memberikan ketetapan

hukum boleh melakukan ibadah haji dengan bantuan talangan dari pihak Lembaga Keuangan

Syari’ah (LKS), dengan syarat ia harus mampu melunasinya dalam waktu yang telah

disepakati.

Bahkan pendapat yang paling ketat mensyaratkan pihak peminjam harus melunasinya

sebelum pemberangkatan haji, sebab kalau tidak demikian berarti ia termasuk orang yang

tidak diwajibkan menunaikannya karena belum cukup syarat (mampu). 

  Telaah terhadap Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Pembiayaan Pengurusan Haji

Lembaga Keuangan Syariah

Sistem keuangan dan perbankan Islam hadir untuk memberikan berbagai jasa keuangan yang

dapat diterima secara religius kepada komunitas-komunitas muslim.[1][5] Dapat diterima

secara religius artinya tujuan dari sirkulasi keuangan itu sesuai dengan prinsip-prinsip Islam

dan tidak mengandung unsur riba dan pemerasan. Jadi, aspek utama yang ditekankan di sini

adalah kesejahteraan sosial yang dilihat dari apakah aktivitas tersebut menambahkegunaan

(masalih) atau tidak (mafasid).[1][6]

Bila dikaitkan dengan jasa yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) untuk

menalangi pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) cukup jelas bahwa kegiatan

tersebut sangatlah membantu kemudahan masyarakat yang ingin menyempurnakan rukun

Islam yang kelima, yakni melakukan ibadah haji, meski biaya yang mereka butuhkan belum

tersedia secara memadai. Menurut penyusun, faktor inilah yang menjadi pertimbangan

Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa mengenai kebolehan menalanginya bagi

Lembaga Keuangan Masyarakat.

Page 15

Page 16: Makalah qardh al hasan

Bila ditelaah melalui perspektif ushul fiqh, sikap yang diambil oleh Dewan Syariah Nasional

didasarkan para prinsip li al-maslahah al-mursalah. Namun yang perlu ditekankan di sini

adalah bahwa orang tersebut tetap berada dalam koridor istitha’ (sanggup atau mampu) untuk

melunasinya dalam waktu yang disepakati, karena bila ia hanya mengandalkan keinginan

semata tanpa disertai kesanggupan untuk melunasi berarti ia telah memaksakan diri (bukan

berdasar keikhlasan) padahal yang namanya ibadah harus dilaksanakan secara ikhlas dan

sesuai kesanggupannya. 

Berkaitan dengan fatwa Dewan Syariah Nasional mengenai hukum penalangan tersebut

apakah masuk dalam hukum ijarah (menyewa) ataukah qardh (meminjam), maka di bawah

ini perlu didefinisikan kembali kedua istilah tersebut.

a.      Al-ijarah (operational lease) adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan

(ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri.[1][7]

b.      Al-Qardh (soft and benevolent loan) adalah pemberian harta kepada orang lain yang

dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan

imbalan Dalam literatur fiqih klasik, qardh dikategrikan dalam ‘aqd tathawwu’i atau akad

saling membantu dan bukan transaksi komersial.[1][8]

Dari kedua definisi di atas dapat diketahui bahwa jasa yang diberikan oleh Lembaga

Keuangan Syari’ah (LKS) untuk menalangi pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH)

kurang tepat bila digunakan istilah al-Qardh (meminjamkan), karena dalam Islam, pinjam

meminjam adalah akad sosial, bukan akad komersial. Artinya bila seseorang meminjam

sesuatu, ia tidak boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan atas jasa pokok

pinjamannya. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi saw yang mengatakan bahwa setiap

pinjaman yang menghasilkan manfaat adalah riba, sedangkan para ulama sepakat bahwa riba

itu haram. Karena itu, dalam Lembaga Keuangan Syari’ah pinjaman tidak disebut kredit, tapi

pembiayaan (financing).

Dalam kasus ini, bila nasabah datang Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) dan ingin

meminjam uang untuk keperluan naik haji karena biaya yang tersedia tidak cukup, maka ia

harus melakukan akad ijarah (sewa) dan bukan akad qardh (meminjam). Karena jika LKS

Page 16

Page 17: Makalah qardh al hasan

memberikan pinjaman kepada nasabah atas nama akad qardh untuk membantu menalangi

pembiayaan haji, maka LKS tidak boleh mengambil keuntungan dari pinjaman itu.

  7.Al-Qardhul hasan

Allah swt berfirman: dalam al-Baqarah ayat 245 : Siapakah yang mau memberi pinjaman

kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan

melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah

menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

Secara umum, Qardh Hasan diartikan sebagai infak di jalan Allah, di dalam jihad dan

peperangan demi menegakkan kebenaran dan bersedekah kepada para fakir miskin dan

orang-orang yang membutuhkan. Ada juga yang mengatakan: Qardh Hasan itu adalah amal

shaleh muthlaqon yang mana dia adalah bentuk transaksi pinjaman yang benar-benar bersih

dari tambahan/bunga.

Pengertian “al-hasan” disini adalah ketika seorang muslim meminjamkan atau

menginfakkan sesuatu yang ada pada dirinya hendaklah dia mengeluarkan sesuatu yang elok

tanpa cela. Maka Qardh hasan itu pada dasarnya adalah sedekah yaitu pekerjaan yang mulia

dengan mengharapkan keredhoan Allah semata.KESIMPULAN

Dari uraian makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa bank syariah memiliki keunggulan

atau nilai lebih dibandingkan dengan bank konvensional dari segi pembiayaan, karena dalam

bank syari’ah memiliki berbagai macam bentuk pembiayaan yang meudahkan bagi para

nasabah dalam segi pembiayaan. Bank syariah juga memiliki keuntungan yang lebih

dibandingkan dengan bank konvensional, karena produknya dijamin halal.

Page 17

Page 18: Makalah qardh al hasan

BAB III

KESIMPULAN

Secara umum pinjaman merupakan pengalihan hak milik harta atas harta. dimana pengalihan

tersebut merupakan kaidah dari Qardh.

Secara syar’i para ahli fiqh mendefinisikan Qardh:

1. Menurut pengikut Madzhab Hanafi , Ibn Abidin mengatakan bahwa suatu pinjaman adalah

apa yang dimiliki satu orang lalu diberikan kepada yang lain kemudian dikembalikan dalam

kepunyaannya dalam baik hati.

2. Menurut Madzhab Maliki mengatakan Qardh adalah Pembayaran dari sesuatu yang

berharga untuk pembayaran kembali tidak berbeda atau setimpal.

3. Menurut Madzhab Hanbali Qardh adalah pembayaran uang ke seseorang siapa yang akan

memperoleh manfaat dengan itu dan kembalian sesuai dengan padanannya.

4. Menurut Madzhab Syafi’i Qardh adalah Memindahkan kepemilikan sesuatu kepada

seseorang, disajikan ia perlu membayar kembali kepadanya.

Aplikasi dalam Perbankan Akad qard biasanya diterapkan sebagai  berikut:

a. Sebagai produk perlengkapan kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan

bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek.

Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu.

b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa menarik

dananya karena,misalnya tersimpan dalam bentuk deposito.

c. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kcil atau memebayar sector sosial.

Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu al-qardh Al-

hasan

Page 18

Page 19: Makalah qardh al hasan

DAFTAR PUSTAKA

Antonio Syafi’I. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001

www.google.com/wiipedia 

Antonio Syafi’I. Bank Syariah, PT Ekonisia, Yogyakarta; 2006

 Zuhaili Wahbah, Dr, Fiqh Muamalah Perbankan Syari’ah

Al-Fauzan, Saleh. 2006. Fiqih Sehari-hari. Jakarta:Gema Insani

Rasjid, Sulaiman. 2004. Fiqh Islam. Bandung:Sinar Baru Algesindo

Syafei, Racmat.2001.Fiqih Muamalah.Bandung:Pustaka Setia

Syarifudin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqh.Jakarta:Prenada Media

Page 19