KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN...

75
KONSEP SYŪRĀ PERSPEKTIF HASAN AL-BANNA Oleh: RACHILDA DEVINA 103033227825 JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M KATA PENGANTAR

Transcript of KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN...

Page 1: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

KONSEP SYŪRĀ PERSPEKTIF HASAN AL-BANNA

Oleh:

RACHILDA DEVINA 103033227825

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H/2007 M

KATA PENGANTAR

Page 2: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Tidak ada kata yang mampu penulis ucapkan selain puji syukur kehadirat Allah

Swt, Tuhan semesta alam atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang selalu

tercurah pada setiap jejak langkah kehidupan manusia. Shalawat dan salam senantiasa

pula penulis haturkan kepada sosok panutan kita Nabi besar Muhammad Saw beserta

para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang tetap setia sampai akhir zaman.

Alhamdulillah, akhirnya skripsi yang berjudul “KONSEP SYŪRĀ

PERSPEKTIF HASAN AL-BANNA” ini dapat penulis rampungkan sesuai dengan

target yang diharapkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan mungkin

terselesaikan penulisannya apabila tidak ada bantuan baik dari segi moril maupun materil

dari berbagai pihak. Maka untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada mereka yang telah begitu berjasa kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Salam hormat dan terima kasih khusus penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. M. Amin Nurdin, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Agus Darmadji, M. Fils., selaku Ketua Jurusan Aqidah Filsafat dan Ibu

Dra. Wiwi Siti Syajaroh, M. Ag., selaku Sekretaris Jurusan Pemikiran Politik Islam

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Sirojuddin Aly, M.A., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu

dan memberikan bimbingan serta arahannya dengan penuh kesabaran kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 3: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

4. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan bimbingan dan pendidikan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan Program Sarjana (S-1) di Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Pimpinan serta seluruh staff Perpustakaan Utama UIN, Perpustakaan Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat, serta Perpustakaan Iman Jama yang telah membantu

menyediakan buku-buku yang dibutuhkan penulis guna penyelesaian skripsi ini.

6. Kepada kedua orang tua tercinta dan tersayang (Bapak H. Azmi dan Ibu Hj. Cootje

Siegar), terima kasih yang tak terhingga atas segala jasa dalam membesarkan serta

mendidik penulis dengan curahan doa dan kasih sayang yang tulus sehingga penulis

dapat memaknai arti kehidupan yang sesungguhnya.

7. Kepada orang tua “kedua” penulis, (Kel. Besar Bapak H. M. Thaha dan Ibu Hj.

Jauharah serta “Acil” Hj. Arsiah), terima kasih atas setiap nasehat dan kasih

sayangnya selama ini yang akhirnya dapat membuat penulis menjadi dewasa dan

bijak dalam menjalani kehidupan.

8. Kakakku Ihda Nailani, Anik Sugiwati dan Ading Atin Mufidah, serta keponakan-

keponakan kecilku Lutfia ES, Rizki Auliana, dan Mursyidah Khoirina, terima kasih

atas kasih sayang, perhatian, semangat dan doanya selama ini.

9. Sahabat sejatiku Nofa Rohmawati, Siti Wardah S. Fils. I, Neneng Suryanah, “Lar-

Vha” (Elly, Rovi, Nelly, Ira, Ade), Laksmy Rathmila Spd, Mi’raj FSH, dan Mira

Unpad, terima kasih atas segala bantuan, doa, dan semangatnya selama ini serta

terima kasih telah mengajarkan penulis akan indahnya arti persahabatan.

10. Teman teman KKN di Cikeusal (Badru, Zaenal, A. Yani S.Fils.I, Asep, Robby

“Gless”, Ucup, Saudi S.Fils.I, Arif, dan Awing), teman-teman kost Balance (Kak

Ade, Susan, “Mpo” Kiki, Erna, dan Cutka), teman-teman kost Kp. Utan (Kak Rara,

Via, Tuti, Ani, dan Nita), serta teman-teman LDK (Manda, Nadya, Lani dan Latifah),

Page 4: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

terima kasih atas segala bantuan dan doanya selama ini dan untuk Oktariana terima

kasih atas pinjaman Tsawabitnya.

11. Sahabat dan teman-teman seperjuangan di jurusan Pemikiran Politik Islam angkatan

2002, Teman terbaikku Tia Futiah S. Sos, NurunNisa dan Kak Anay “al-Faqir”

(semoga cepat menyusul), Maulinda S.Sos, Rahmat S.Sos, Musthofa S.Sos, Lalu

S.Sos, Inay S.Sos, Ade Irawan S.Sos, Ipul S. Sos, Khondun S. Sos Iskhori, Idham,

Al-Banna, Musthofa KAMMI, Irvan, Robeth, Edy, Kak Iis, dan semua anak kelas PPI

2002, terimakasih buat semuanya.

Selanjutnya kepada semua pihak yang ikut andil dalam penyelesaian skripsi ini,

maka penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih semoga Allah SWT

memberikan balasan yang lebih baik didunia maupun di akhirat.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap yang membacanya.

Namun penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, tiada karya yang tak cacat.

Untuk itu dengan kerendahan hati kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis

harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Jakarta, Mei 2007

Penulis

Page 5: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................ 5

C. Tinjauan Pustaka................................................................................ 5

D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

E. Metode Penelitian .............................................................................. 7

F. Sistematika Penyusunan..................................................................... 8

BAB II BIOGRAFI HASAN AL-BANNA

A. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan................................ 10

B. Pemikiran Politik dan Karya-karyanya.............................................. 14

C. Peranannya dalam Negara.................................................................. 16

1.............................................................................................. Dalam

Bidang Agama ....................................................................... 16

2.............................................................................................. Dalam

Bidang Ekonomi dan Sosial................................................... 18

3.............................................................................................. Dalam

Bidang Politik ........................................................................ 19

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP SYŪRĀ

Page 6: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

A. Definisi Syūrā .................................................................................... 23

B. Isyarat Al-Qur’an dan As-Sunnah Mengenai Syūrā .......................... 26

C. Praktik Syūrā Pada Masa Nabi .......................................................... 32

D. Praktik Syūrā Pada Masa Khulafa al-Rasyidin................................. 34

BAB IV KONSEP SYŪRĀ PERSPEKTIF HASAN AL-BANNA YANG

TERAPLIKASI PADA GERAKAN POLITIK IKHWANUL MUSLIMIN

A. Konsep Syūrā Perspektif Hasan al-Banna

1.............................................................................................. Pelaks

ana Syūrā................................................................................ 46

2.............................................................................................. Anggot

a Syūrā ................................................................................... 50

3.............................................................................................. Mekan

isme Syūrā ............................................................................. 52

B. Perbedaan Syūrā dan Demokrasi Menurut Hasan al-Banna .............. 54

C. Korelasi Konsep “Syūrā yang Mengikat” dengan Kekuasaan

Negara ................................................................................................ 60

D. Praktik Syūrā dalam Pemikiran Hasan al-Banna ............................... 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 68

B. Saran-saran......................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 71

Page 7: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan sebuah agama yang sangat menganjurkan para pemeluknya

untuk memegang prinsip syūrā (bermusyawarah) dalam menjalani roda kehidupan.

Karena, selain terdapatnya aturan di dalam Al-Qur’an yang mewajibkan untuk mengikuti

prinsip tersebut, syūrā juga merupakan dasar kedua dari sistem kenegaraan Islam setelah

keadilan. 1

Karena sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an, dan yang telah diketahui bersama

bahwasanya Al-Qur’an merupakan sebuah kitab suci yang memiliki ruh pembangkit,

penguat dan tempat berpijak serta merupakan suatu undang-undang dan konsep-konsep

global (syumul) yang dapat dijadikan acuan dalam mencari solusi bagi setiap

permasalahan umat muslim2, maka Nabi pun selalu menerapkan budaya musyawarah3 di

kalangan para sahabatnya. Walaupun beliau seorang Rasul, namun beliau amat gemar

berkonsultasi dengan para pengikutnya khususnya dalam soal-soal kemasyarakatan.

Dalam hal ini Rasul tidak hanya mengacu pada satu pola saja, akan tetapi beliau

menyesuaikan dengan kondisi permasalahan yang ada. Adakalanya beliau merasa hanya

harus berkonsultasi pada beberapa sahabat senior saja atau pada orang-orang yang

memang ahli atau profesional dalam hal yang dipersoalkan, namun tidak jarang pula

1 M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 272 2 Sayyid Qutb, Fiqih Dakwah, Penerjemah Suwardi Effendi, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), cet.

Ke-2, h. 1 3 Sebenarnya Bangsa Arab telah mengenal system syūrā jauh sebelum Islam datang. Syūrā

merupakan salah satu tradisi suku-suku Arab yang sudah membumi dan turun-temurun hingga sekarang. Syūrā muncul dan tumbuh bukan untuk menguasai kepala atau pemimpin suku, melainkan lebih merupakan mekanisme penjaringan ide-ide terbaik yang berlangsung di lembaga Majelis Permusyawaratan Suku. Lihat KH. Husain Muhammad, Dawrah Fiqih Perempuan, (Cirebon: Fahmina Institute, 2006), hal. 135

Page 8: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

beliau melemparkan masalah-masalah pada pertemuan-pertemuan besar karena memang

masalah tersebut memiliki dampak yang luas bagi masyarakat tersebut. Adapun beberapa

penerapan syūrā yang dilakukan oleh Nabi dapat terlihat dalam sejarah Pertempuran

Badar, Perjanjian Hudaibiyah, Masalah Tawanan Badar dan Perlakuan terhadap

Jenazah Abdullah bin Ubayi bin Salul.4

Sesungguhnya selain terdapatnya dua teks ayat dalam kitab suci Al-Qur’an yang

memerintahkan untuk menerapkan atau menjalankan prinsip syūrā, beberapa hadistpun

telah mengungkapkan betapa pentingnya melakukan syūrā, karena dengan syūrā maka

jalan yang benar untuk mencapai solusi yang lebih bijaksana dan baik untuk

kemaslahatan individu maupun kelompok serta Negara akan dengan mudah didapatkan.5

Dengan melihat beberapa kelebihan yang dimiliki oleh konsep syūrā, maka hal

itulah yang kemudian melatar belakangi pemikiran para intelektual muslim untuk tidak

pernah meninggalkan tema tersebut dalam beberapa hasil karyanya, khususnya yang

berkenaan dengan pemerintahan dan kepemimpinan. Salah satu pemikir sekaligus ulama

yang sangat fenomenal adalah seperti Hasan al-Banna pun tergerak untuk membahas

dengan rinci apa dan bagaimana suatu prinsip yang ditengarai dapat menyatukan

beberapa fikiran untuk mencapai sebuah kemufakatan itu.

Dalam beberapa karyanya beliau benar-benar terlihat sangat focus dalam

membahas tema yang merupakan salah satu nilai Islam yang sangat berharga tersebut.

Hal itu dapat terbuktikan dengan adanya penerapan konsep tersebut pada gerakan yang

memang beliau dirikan yaitu gerakan Ikhwanul Muslimin.

4 Munawir Sadjali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI Press, 1993), cet. Ke-5, h. 16-17 5 Muhammad Abdul Qadir Abu Fariz, Sistem Politik Islam, (Jakarta: Robbani Press, 2000), h. 54

Page 9: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi yang berdiri pada tahun 1928 di

kota Isma’iliyah, sebelah timur laut Kairo, Mesir.6 Organisasi yang dalam bahasa

Indonesia memiliki pengertian Saudara-saudara Sesama Muslim ini merupakan sebuah

organisasi yang terlihat sangat matang dalam “menguasai medan” di awal

kemunculannya. Hal tersebut dapat terbuktikan dengan datangnya sambutan dan

dukungan yang sangat antusias dari masyarakat luas terhadap berbagai kegiatan moral

dan social yang memang menjadi “agenda utama” Ikhwanul Muslimin dalam sepuluh

tahun pertama.

Walaupun pada awalnya Ikhwanul Muslimin tidak pernah mengklaim dirinya

sebagai organisasi politik, namun pada akhirnya hal tersebut merupakan suatu ungkapan

yang tidak dapat terbantahkan lagi melihat awal kelahirannya yang memang merupakan

sebuah reaksi terhadap kondisi perpolitikan di Mesir pada saat itu serta tindak tanduknya

yang semakin hari semakin mencerminkan sebuah organisasi politik.7

Meskipun dalam perjalanan politiknya Ikhwanul Muslimin sempat mengalami

pasang surut dengan menghilang “di bawah tanah” atau meninggalkan Mesir dan pindah

ke Negara-negara Arab lainnya, namun akhirnya organisasi yang dalam jangka waktu 21

tahun sudah memiliki lebih dari dua ribu cabang yang tersebar di seluruh pelosok Mesir

ini terlibat secara langsung dalam pergolakan politik di Mesir pada saat itu dengan

menentang kekuasaan pendudukan Inggris dan berdirinya Negara Israel di atas bumi

Palestina.

6 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, h. 145 7 John L Esposito, Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, (Bandung: Penerbit Mizan, 2001), cet

ke-1 , h. 267-268

Page 10: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Mendambakan berdirinya Negara Islam di Mesir memang menjadi prioritas utama

bagi gerakan ini, namun yang pasti dalam memahami ajaran, masyarakat serta Negara

Islam, Ikhwanul Muslimin sangat terwarnai oleh pendiri organisasi tersebut.

Seperti yang telah dikatakan diatas, konsep syūrā merupakan salah satu konsep yang

sangat diusung oleh Hasan Al-Banna dan akhirnya diterapkan oleh gerakannya yaitu

Ikhwanul Muslimin. Namun penerapan belum dapat dibuktikan tanpa adanya hasil nyata

atau pengaplikasian terhadap konsep tersebut. Oleh sebab itu hal inilah yang kemudian

menjadi salah satu alasan bagi penulis untuk memilih pembahasan ini, karena selain

terdapatnya tema tersebut pada mata kuliah pemikiran dan gerakan politik Islam modern

dalam jurusan Pemikiran Politik Islam, mengetahui lebih dalam merupakan tujuan utama

dalam penulisan ini. Penulis berharap dengan adanya tulisan ini para pembaca tidak

hanya mengetahui namun juga dapat memahami apa yang dimaksud dengan konsep

syūrā dan apa bukti dari penerapan konsep tersebut pada gerakan Ikhwanul Muslimin.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sebagaimana pemaparan diatas, karya ilmiah ini hanya akan membatasi pada

konsep syūrā perspektif Hasan Al- Banna. Kalaupun sudah ada beberapa penulis yang

menuangkan konsep ini pada beberapa hasil karyanya , namun pada kajian ini penulis

hanya lebih menitik beratkan pada praktek atau penerapan konsep tersebut dalam gerakan

politik Ikhwanul Muslimin, karena konsep tersebut merupakan salah satu landasan dasar

dalam system politik gerakan tersebut.

Adapun perumusan masalah yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1 Bagaimana pemikiran politik Hasan Al-Banna mengenai konsep syūrā?

Page 11: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

2 Apakah syūrā berbeda dengan system demokrasi?

3 Sejauh mana peng-aplikasian konsep syūrā perspektif Hasan Al-Banna dalam

perjalanan politik gerakan Ikhwanul Muslimin?

C. Tinjauan Pustaka

Sebenarnya sudah ada beberapa penulis lain yang mengkaji aspek pemikiran

Politik Hasan Al-Banna, namun demikian diantara kajian-kajian para penulis lain

mempunyai aspek-aspek yang berbeda antara lain:

1 Jum’ah Amin Abdul Aziz dalam Tsawabit dalam Manhaj Gerakan Ikhwan,

tulisan ini lebih menitikberatkan pada pembahasan tsawabit8 jamaah Al-

Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

2 Ustman Abdul Muiz Ruslan dalam Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin; Studi

Analisis Evaluatif Terhadap Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota

Khususnya dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya dari Tahun 1928 hingga

1954, tulisan ini lebih menitikberatkan pada pembahasan pemikiran politik Hasan

Al-Banna secara global serta pembahasan tentang pendidikan politik menurut

gerakan Ikhwanul Muslimin pada periode 1928-1954 di Mesir.

3 Prof. Dr. Taufiq Yusuf Al-Wa’iy dalam Pemikiran Politik Kontemporer Al-

Ikhwan Al-Muslimun Studi Analitis, Observatif, Dokumentatif, tulisan ini lebih

menitikberatkan pada sejarah panjang perpolitikan gerakan Ikhwanul Muslimin

yang disertai dengan segala prinsip-prinsipnya.

8 Tsawabit adalah hal-hal yang tidak boleh berubah atau berganti kapan dan di manapun. Tsawabit

juga merupakan kaidah-kaidah yang mengikat individu-individu, bingkai yang mengendalikan perilaku mereka, dan parameter akurat yang tidak pernah keliru, yang dengannya mereka dibedakan dari orang lain.

Page 12: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

D. Tujuan Penelitian

Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis memiliki beberapa tujuan, baik secara

umum maupun khusus.

Secara umum:

Memaparkan pemikiran Hasan Al-Banna tentang konsep syūrā yang terealisasi

dalam perjalanan politik gerakan Ikhwanul Muslimin.

Secara Khusus:

1 Memberikan panduan secara spesifik dalam memahami pandangan Hasan al-

Banna dalam mengemukakan konsep syūrā

2 Mengemukakan bahwa syūrā perspektif Hasan al-Banna berbeda dengan

demokrasi

3 Menemukan sekaligus membuktikan pengaplikasian konsep syūrā perspektif

Hasan al-Banna pada gerakan politik Ikhwanul Muslimin

E. Metode Penelitian

Dalam pengumpulan data penulis mengambil dari berbagai literatur, baik dari

sumber data yang primer seperti (Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 1 karya Al-

Imam Asy-Syahid Hasan al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 2 karya Al-

Imam Asy-Syahid Hasan al-Banna, Memoar Hasan al-Banna untuk Dakwah dan Para

Dainya karya Al-Imam Asy-Syahid Hasan al-Banna), maupun yang bersifat sekunder

seperti (Meretas Jalan Kebangkitan Islam; Peta Pemikiran Hasan al-Banna karya Abdul

Hamid al-Ghazali, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin karya Utsman Abdul Muiz

Page 13: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Ruslan, Tsawabit dalam Manhaj Gerakan Ikhwan karya Jum’ah Amin Abdul Aziz, dan

Pemikiran Politik Kontemporer al-Ikhwan al-Muslimun karya Taufik Yusuf al-Wa’iy,)9.

Penulis menggunakan metode Library Research (Penelitian Kepustakaan) yaitu

dengan menelaah buku-buku, majalah-majalah, beberapa artikel dari surat kabar, serta

internet yang penulis anggap relevan dengan pokok permasalahan.

Metode pembahasan dalam skripsi ini adalah deskripsi analitis, yaitu dengan

mendeskripsikan data-data yang ada (baik data primer maupun data sekunder), kemudian

menganalisanya secara proporsional sehingga akan nampak jelas rincian jawaban atas

persoalan yang berhubungan dengan pokok permasalahan.

Adapun metode penulisan ini berdasarkan pada Pedoman Akademik Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah tahun 2005-2006.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara garis besar dari seluruh permasalahan yang

akan dibahas serta untuk memudahkan dalam menelaahnya, maka penulis membagi

skripsi ini dalam lima bab sebagai berikut;

Bab Pertama, Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tinjauan pustaka,

tujuan penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan,

sebagai penuntun pembaca secara sistematis dalam memahami

isinya secara keseluruhan.

9 Data primer merupakan buku-buku pokok yang berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini,

dan data sekunder merupakan referensi tambahan yang berupa majalah, situs di internet serta beberapa artikel di surat kabar.

Page 14: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Bab kedua, Memberikan penjelasan tentang sejarah hidup Hasan Al-Banna, dari

segi pemikiran serta tindak tanduknya dalam perpolitikan.

Bab ketiga, Merupakan bab yang berisi tentang tinjauan umum tentang konsep

syūrā

Bab keempat, Mengabstraksikan pemikiran Hasan Al-Banna tentang konsep

syūrā yang teraplikasi pada gerakan politik Ikhwanul Muslimin

Bab kelima, Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran

Page 15: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

BAB II

BIOGRAFI HASAN AL-BANNA

A. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan

Imam Syahid Hasan Al-Banna adalah tokoh pendiri gerakan Ikhwanul Muslimin

yang terlahir di Distrik Mahmudiyah dekat Iskandariah atau kota kecil yang terletak di

sebelah timur laut Kairo, Mesir pada tanggal 17 Oktober 1906 M/1323 H.10 Beliau

merupakan putra dari Syeikh Ahmad Abd al-Rahman al-Banna yang merupakan salah

satu mahasiswa Al-Azhar pada masa Muhammad Abduh masih mengemban tugas di

sana.

Sebelum melanjutkan studi ke Universitas Dar Al-‘Ulum, sang tokoh kharismatik

itu telah terlebih dahulu menyelesaikan studinya di sekolah guru Damanhur sejak tahun

1923 hingga tahun 1927. Dalam mengisi hari-harinya al-Banna muda sangat disibukkan

dengan berbagai kegiatan di sekolahnya, sampai akhirnya ia mendirikan sebuah

organisasi yang bernama Muharabah Al-Munkarat (Organisasi Pemberantas

Kemungkaran).

Kesibukan berorganisasi tidak membuat al-Banna terlena dan lupa akan tugasnya

sebagai pelajar, namun justru semakin membuat ia memiliki pengetahuan yang lebih

dibanding para pelajar yang lain. Hal tersebut dapat terlihat dari diperolehnya predikat

lulusan terbaik ke-5 untuk seluruh Sekolah Menengah Umum (SMU) di Mesir.

Kecerdasan otak sang imam yang sejak remaja sudah turut ambil bagian dalam

tarekat sufi Hashafiyah ini memang sudah tidak dapat diragukan lagi keabsahannya. Hal

tersebut kembali dapat ia buktikan dengan dinobatkannya sebagai mahasiswa yang

10 Fathi Yakan, Revolusi Hasan Al-Banna, (Jakarta: Harakah, 2002), cet ke-1, h. 3

Page 16: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

berhasil lulus dengan yudisium terbaik pertama tingkat Universitas yang didirikan oleh

Muhammad Abduh itu.11

Sesungguhnya disanalah kehidupan Hasan al-Banna mulai terasa semakin

“hidup”, karena di kota besar itulah beliau benar-benar memahami arti kehidupan dengan

banyak berkenalan dan berinteraksi dengan orang-orang ternama disekitarnya. Mengenal

Rasyid Ridha beserta gerakan Salafiyahnya merupakan awal pembentukan pola fikir al-

Banna muda dalam menyikapi berbagai persoalan kehidupan di dunia. Apalagi hal

tersebut didukung oleh rajinnya sang imam untuk membaca majalah Al-Manar yang

memang merupakan kumpulan beberapa tulisan tokoh-tokoh ternama seperti Jamaluddin

al-Afghani, Muhammad Abduh serta Rasyid Ridha.

Dapat menyerap semangat pembaharuan para penulisnya memang merupakan

salah satu hikmah yang pertama kali didapatkan oleh sang imam. Namun dari beberapa

tulisan yang ada pada majalah tersebut, hasil karya Rasyid Ridhalah yang dapat

menduduki peringkat teratas di hati dan fikiran al-Banna. Ia benar-benar terpana dengan

isi atau kandungan tulisan Ridha yang lebih fokus dalam membahas tema-tema politik

dan sosial. Ridha berpendapat bahwa Islam merupakan agama yang sempurna dan

memiliki aturan-aturan hukum yang dapat berfungsi untuk mengatur segala persoalan

yang terjadi pada umat manusia, termasuk masalah politik, ekonomi dan sosial. Oleh

karena itu, betapa perlunya didirikan Negara atau pemerintahan Islam dan

diberlakukannya hukum Islam menjadi salah satu topik andalannya.12

Setelah menyelesaikan studinya di sekolah yang sempat dimasyhurkan oleh

Muhammad Rasyid Ridha tersebut, pada September 1927 al-Banna mulai mengajar di

11 Fathi Yakan, Revolusi Hasan Al-Banna, h. 4 12 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: ajaran, sejarah, dan pemikiran, h. 147

Page 17: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

sekolah dasar di Isma’iliyah. Di tengah kesibukan kegiatan barunya, ia masih tetap

menjadi koresponden majalah Pemuda Muslim Kairo yang bernama Al-Fath serta

menjalin hubungan baik dengan kelompok Maktabah Salafiah atau penerbit jurnal Al-

Manar pimpinan Rasyid Ridha. Sampai pada akhirnya al-Banna dapat mengambil alih

jurnal tersebut untuk periode 1939 hingga 1941.13

Latar belakang keluarga yang penuh dengan keilmuan dan pengetahuan agama

merupakan dasar yang sangat dominan dalam pembentukan diri sang imam al-Banna.

Hal tersebut dapat terlihat pada perkembangan pribadi al-Banna yang sangat

mengagumkan. Ia tumbuh menjadi sosok yang sangat cerdas, kritis serta bersifat zuhud.

Sejak kecil ia selalu menerapkan atau membiasakan diri untuk shalat malam, puasa

Senin-Kamis dan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Semua yang telah dilakukan al-Banna

kecil bukanlah suatu pekerjaan yang main-main, karena dengan hasil kerja kerasnya itu ia

mampu menghafal setengah Al-Qur’an (15 Juz) yang kemudian ia sempurnakan menjadi

30 Juz ketika menginjak masa akil baligh.

Dengan menjadi seorang yang religius tidaklah membuat sang pengikut tarekat

sufi Hasyafiyah ini tidak lagi perduli dengan masalah-masalah yang ada di muka bumi.

Justru karena rasa kecintaannya yang begitu dalam pada agamanya (ghirah), dia

terdorong untuk mengubah kemungkaran dengan tangannya sendiri.14

Pengalaman pertamanya dalam mengajar merupakan guru yang sangat berharga

bagi diri al-Banna, karena walaupun harus hidup ditengah situasi dan kondisi yang

kurang mendukung, ia tetap mampu untuk bertahan dan bahkan menghasilkan sebuah

gagasan. Provinsi Ismailiah yang pada saat itu sangat didominasi oleh pengaruh Inggris

13 John L Esposito, Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, h. 264 14 Fathi Yakan, Revolusi Hasan Al-Banna, h. 3

Page 18: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

membuat hati al-Banna terluka. Karena baginya, selain gaya kehidupan bercorak Eropa

yang membuatnya merasa berada di Inggris, ia merasa tersinggung atas perlakuan Inggris

terhadap masyarakat Mesir yang telah memandang hina dengan memperlakukan para

pekerja selayaknya seorang hamba.

Kegelisahan itupun akhirnya membawa al-Banna kepada lima rekannya untuk

menggagasi sebuah proyek pergerakan perbaikan umat dan kejayaan Islam. Pada

awalnya mereka hanya menamakan diri mereka dengan sebutan “Muslimin” saja, namun

secara spontan mereka berseru “Kita adalah ‘Ikhwanul Muslimin’, yang berarti, “para

saudara dari kaum Muslimin”.

Kesuksesan mengawali sejarah perjalanan gerakan Ikhwanul Muslimin diawal

pertumbuhannya. Hal tersebut dapat terlihat dari keberhasilannya menjadikan

masyarakat kelas miskin kepada generasi yang teladan dalam memahami nilai-nilai

aturan agama. Namun fase pasang surut memang sungguh sangat tidak dapat dihindari

dalam perjalanan sebuah pergerakan. Berkembangnya kelompok Ikhwanul Muslimin

merupakan ancaman bagi pemerintahan Raja Faruq pada saat itu. Karena dengan

peristiwa pada tahun 1947 ketika al-Banna mengutus tentara sukarelanya ke Palestina

untuk perang melawan Israel, Faruq benar-benar merasa telah menerima pelajaran pahit

dari gerakan yang mempunyai kantor pusat (Darul Ikhwan) di kota Kairo itu.

Di sinilah awal dari sejarah kelam gerakan Ikhwanul Muslimin, ketika Raja Faruq

merasa khawatir karena mulai ditinggalkan dan dikhianati oleh para sekutu Arabnya, dan

sehingga ia merasa sangat takut dengan kembalinya para mujahidin Ikhwanul Muslimin

dari Palestina. Pemerintah mulai bergerak untuk melakukan penawanan-penawanan

sampai akhirnya pada peristiwa pembunuhan sang Imam di depan kantor Pusat Pemuda

Page 19: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Ikhwanul Muslimin (Dar Asy-Syubban Al-Muslimin) pada tanggal 12 Februari 1949M /

1368 H. Dengan membawa segenggam harapan al-Banna benar-benar kembali

keharibaan Sang Pencipta.

B. Pemikiran Politik dan Karya-karyanya

Pola kehidupan berilmu, tekun menjalankan ibadah serta beramal sudah sangat

melekat pada diri Hasan al-Banna. Hal itulah yang kemudian mendominasi latar

pemikiran sang Imam untuk memahami konsep Islam dan Iman secara mendalam.

Memahami konsep fikih yang berujung pada tuntutan kehidupan secara praktis

merupakan sebuah metode yang ditawarkan oleh al-Banna dalam perjalanan dakwah

menuju amar makruf nahi munkar. 15

Keimanannya terhadap Allah Swt, Tuhan yang Maha Agung serta kitab suci Al-

Qur’an membawa pemikiran al-Banna kepada sebuah wacana tentang Negara, bangsa,

keadilan sosial, dan masyarakat. Ia berpandangan bahwa, Islam merupakan sebuah agama

yang universal karena dapat mengatur segala kehidupan manusia di muka bumi dengan

segala permasalahannya. Al-Qur’an dan As-Sunnahpun telah diturunkan sebagai

petunjuk dalam perjalanan kehidupan manusia. Intinya al-Banna tidak memisahkan

antara agama dengan kehidupan. Sampai akhirnya gerakan yang didirikannya memakai

slogan antara lain, “ Al-Qur’an Undang-Undang Dasar kami”, dan “Hanya Al-Qur’an

Konstitusi kami”, “Al-Qur’an Hukum kami dan Muhammad teladan kami”.

Selain penolakannya terhadap gerakan sekularisasi , nasionalisme Arab

sekularisasi, dan disistematisasi, al-Banna juga anti terhadap nasionalisme modern,

khususnya fasisme Eropa atau nazisme. Untuk masalah “jihad” atau berjuang di jalan

15 Anwar al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, (Solo: Media Insani Press, 2003), cet. Ke-1, h. 25

Page 20: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Allah, al-Banna sangat jauh dari pengertian yang beraroma kekerasan. Ia memang

pernah mendeklarasikan bahwa perang adalah wajib, namun hal itu ia katakan pada saat

bangsa Mesir berhadapan dengan kolonial Inggris. Kemudian ia menegaskan bahwa

untuk saat ini (pada saat itu) jihad merupakan suatu kewajiban individual bagi semua

(fardh ‘ain) dan bukan kewajiban kolektif (fardh kifayah) yang sebagian individu dapat

mewakili yang lain.16

Beberapa karya peninggalan Imam Hasan al-Banna, baik yang berupa karya tulis

maupun dalam bentuk kumpulan-kumpulan pesan masih terkesan indah bagi para

pengikutnya. Adapun di antara karya-karya tulis yang ditinggalkan oleh Imam Hasan Al-

Banna adalah; Ahaditsul Jum’ah (Pesan Setiap Jum’at), Mudzakkiratud Dakwah wad-

Da’iah (Pesan-Pesan buat Dakwah dan Da’i), Al-Ma’tsurat (Wasiat-wasiat).

Karya-karyanya yang berupa kumpulan pesan (Majmu’atur-Rasail) adalah;

Da’watuna (Misi Kita), Nahwan Nur (Menuju Kecerahan), Ila Asy-Syahab (Kepada Para

Pemuda), Bainal Amsi Wal Yaum (Antara Kemarin dan Hari Ini), Risalatul Jihad (Pesan

Jihad), Risalatut Ta’alim (Pesan-pesan Pendidikan), Al-Mu’tamar Al-Khamis (Konferensi

Kelima), Nizhamul Usar (Sistem Kelompok Kecil Pergerakan), Al-‘Aqaid (Prinsip-

prinsip), Nizhamul Hukm (Sistem Pemerintahan), Al-Ikhwan Tahta Rayatil-Quran

(Ikhwan di Bawah Bendera Al-Qur’an), Da’watuna fi Thaurin Jadid (Misi Kita dalam

Masa Baru), Ila Ayyi Syai’in Nad’un Nas (Ke Arah Mana Kita Menyeru Manusia?), dan

An-Nizham Al-Iqtishadi (Sistem Perekonomian). 17

C. Peranannya dalam Negara

16 John L.Esposito, Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, h. 267 17 Fathi Yakan, Revolusi Hasan Al-Banna, h. 13

Page 21: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

1. Dalam Bidang Agama

Menegakkan amar makruf nahi munkar merupakan sebuah keinginan besar Al-

Banna dalam perjalanan hidupnya. Hal itulah yang kemudian mendorong sang imam

untuk giat mendalami ilmu agama dengan bergabung kepada beberapa organisasi di sana.

Pembawaan al-Banna yang supel dan pandai bergaul membuat ia tampak dengan mudah

untuk masuk ke suatu komunitas baru. Adapun salah satu perkumpulan yang pada saat itu

sangat mendukung proses pematangan diri Al-Ustadz Al-Banna ialah perkumpulan

bersama para pemuda Al-Mahmudiyah. Perkumpulan tersebut sangat mengutamakan

konsep-konsep akhlaq Islam dalam menjalani roda kehidupan, barang siapa yang “keluar

dari rel” dan batas-batas agama maka sangsi telah menghadang dimuka.18

Selain bergabungnya al-Banna dengan para pemuda Al-Mahmudiyah, pemikiran-

pemikiran Al-Hisyafiyah juga sangat mendominasi dalam pematangan ilmu agama sang

imam. Beliau merasa, di tempat itulah ia dapat menjadikan majalah-majalah besar

sebagai bahan dialog, mengkaji kitab-kitab besar serta mendiskusikan segala persoalan

yang tampak terlihat kontroversial.

Diskusi masalah thariqat, kewalian, dunia sufi dan segala persoalan yang erat

kaitannya dengan sunnah Rasulullah saw dan bid’ah-bid’ah serta persoalan-persoalan lain

menjadi topik utama dalam diskusi yang semakin menghangat.

Pengetahuan agama yang semakin dalam inilah yang kemudian memacu seorang

al-Banna menjadi seorang yang religius. Ia tampak kerap melakukan perjalanan panjang

menelusuri jalan ibadah dan dzikir dengan cara melakukan I’tikaf di Masjid. Hal tersebut

sampai pada akhirnya menjadikan al-Banna memiliki kematangan premature karena

18 Anwar al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 26

Page 22: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

dapat mengkolaborasikan antara ilmu-ilmu fikih dengan tasawuf tanpa harus bergeser

dari koridor yang telah ditetapkan.19

19 Anwar al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 32-33.

Page 23: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

2. Dalam Bidang Ekonomi dan Sosial

Ekonomi dan sosial merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara satu

dengan yang lainnya. Karena dengan masyarakat yang sejahtera dalam bidang ekonomi

pada suatu Negara maka secara otomatis akan melahirkan manusia yang berjiwa sosial

pula. Perubahan secara total merupakan sebuah cita-cita bagi al-Banna. Oleh karena

itulah, pembenahan dalam bidang ekonomi dan sosial pun masuk kedalam daftar cita-cita

pembaharuan al-Banna. Karena didukung oleh konsepnya yang tidak memisahkan antara

ilmu dengan amal, maka dalam hal inipun Banna mengadopsi dari salah satu rukun Islam,

yaitu zakat. Ia menyusun suatu sistem fiskal20 yang ketat dengan mengatakan bahwa

karena zakat diwajibkan dalam agama Islam untuk pembelanjaan sosial (menolong

orang-orang yang pailit dan miskin), maka harus diterapkan pajak-pajak sosial secara

bertahap dengan memperhitungkan kekayaan bukan keuntungan. Dalam hal ini kaum

miskin tentu saja termasuk kedalam kelompok pengecualian. Karena pajak hanya akan

dikenakan kepada orang kaya untuk meningkatkan standar hidup.

Selain itu al-Banna juga menolak sistem bunga Bank modern atau Bank

konvensional, surat obligasi (dengan suku bunga tertentu) dan bunga spekulatif, yang

disebut dengan riba, namun ia tidak mengecam dividen saham. 21

Inilah bukti dari keterkaitan antara masalah ekonomi dengan kehidupan sosial

suatu masyarakat. Menurutnya, untuk menjadikan masyarakat Islam menjadi masyarakat

yang berkeadilan sosial bukan melalui berfikir benar dan bertindak baik semata-mata,

20 Suatu hal mengenai atau berhubungan dengan keuangan atau pajak. Lihat Tim Prima Pena, Kamus

Ilmiah Populer, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), cet. Ke-1, h. 135 21 Keuntungan perusahaan yang dibagi-bagikan kepada pemenang saham. Lihat Tim Prima Pena,

Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), cet. Ke-1, h. 95

Page 24: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

melainkan juga melalui lembaga, campur tangan Negara, dan pajak atas pendapatan dan

kekayaan, termasuk perpajakan progresif.22

3. Dalam Bidang Politik

Untuk mengawali karir politiknya, pada Maret tahun 1928 al-Banna bersama

enam sahabatnya mendirikan organisasi keagamaan yang menganjurkan kepada kebaikan

dan mencegah kemungkaran di Ismailiyah. Organisasi ini merupakan cabang dari tarekat

Hashafiyah atau tarekat yang para anggotanya kerap berkumpul di Madrasah Al-

Mu’allimin, Damanhur.

Satu tahun kemudian, yaitu pada tahun 1929 organisasi ini dinamai Jam’iyah Al-

Ikhwan Al-Muslimin. Pertumbuhan gerakan yang pernah dimuat dalam surat kabar Al-

Ahram ini terlihat sangat pesat. Hal tersebut dapat terlihat dari terlahirnya 15 cabang pada

tahun 1932, 300 cabang pada tahun 1948 dan sampai akhirnya 2000 cabang pada tahun

yang sama. Gerakan yang memiliki 4 cabang pada saat didirikan inipun dapat memiliki

setengah juta “anggota aktif” di Mesir pada tahun 1945.

Lima tahun perjalanan Jam’iyah Al-Ikhwan Al-Muslimin membawa al-Banna

mengubah sebuah organisasi keagamaan ini menjadi organisasi politik, namun ia masih

tetap mempertahankan gelar mursyid (pembimbing) dalam perjalanan politiknya. Untuk

masalah asisten pribadi, al-Banna menunjuk dua belas sampai dua puluh anggota yang

kemudian akan diembani tugas sebagai badan pengatur organisasi. Walaupun dalam

pengambilan sebuah keputusan harus merupakan kebulatan suara, namun Banna

sendirilah yang akhirnya menentukan hasil akhir untuk sebuah putusan tersebut.

Kemudian untuk anggaran dasarnya, Banna membentuk kelompok sendiri untuk

22 John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, h. 268

Page 25: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

mengurusnya, kelompok tersebut berupa organisasi khusus (Al-Tanzhim Al-Khash) yang

lebih dikenal dengan sebutan “Organisasi Rahasia” atau “Sayap Militer”.

Adapun faktor yang melatarbelakangi organisasi keagamaan ini mengubah diri

menjadi sebuah organisasi politik yaitu adalah karena Jamaah Ikhwanul Muslimin

merupakan bagian dari masyarakat Mesir, maka otomatis ia akan dipengaruhi dan

mempengaruhi berbagai situasi dan kondisi Mesir pada saat itu. Kecemasan para anggota

Ikhwan bermula pada saat Inggris menduduki Mesir pada 14 September 1882. Inggris

dinilai telah melakukan dominasi terhadap segala sistem masyarakat dengan cara

menghadirkan militer dan melakukan pendudukan ekonomi, politik, budaya dan

pendidikan yang berkiblat pada aturan Barat dan menyimpang dari aturan-aturan Islam.

Syaikh Hasan al-Banna menyebutkan bahwa keberadaan tentara Inggris di Ismailia

(tempat tumbuhnya Jamaah Ikhwan) membangkitkan kesedihan dalam jiwa setiap warga

dan mendorongnya untuk memperhitungkan pendudukan asing ini. Kondisi pendudukan

tersebut, berikut tidakan-tindakannya, telah mempengaruhi jiwanya dan menjadi inspirasi

bagi berbagai makna yang memiliki pengaruh besar terhadap dakwah dan da’inya.

Disamping itu ia juga mengatakan bahwa perasaan yang dirasakan oleh enam orang

pekerja Ismailia, bahwa bangsa Arab dan kaum Muslimin (di negeri Mesir) tidak lebih

dari derajat buruh yang mengekor kepada orang-orang asing, telah mendorong mereka

untuk berterus terang menginginkan terbentuknya sebuah organisasi Ikhwan yang mereka

pandang akan membawa kepada kehidupan negeri dan kemuliaan umat.23

Suasana liberalisme Barat yang sangat kental pada saat itu benar-benar membuat

“panas” para anggota Ikhwan. Dalam hal ini Hasan al-Banna menyebutkan bahwa

berbagai kondisi pemerintahan dan cara-cara menjalankan kekuasaan pemerintah pada

23 Hasan al-Banna, Mudzakkirat Ad-Da’wah wa Ad-Da’iyah, (Kairo: Dar Asy-Syihab, tt), h. 75-76

Page 26: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

saat itu banyak berbenturan dengan Jamaah yang dirintisnya. Oleh sebab itu Ikhwan

memasukkan masalah ini ke dalam salah satu programnya dan menjadikan diantara

tujuan mereka yang berbunyikan: “melebur seluruh partai dan menyatukan kekuatan-

kekuatan umat dalam satu orientasi yang memiliki program Islami”24

Al-Banna merupakan seseorang yang sangat berpengaruh dalam setiap

perkembangan yang terjadi di Mesir pada saat itu. Meskipun ia harus berjalan dengan

segala rintangan (dimusuhi pemerintah) ia tetap bersemangat untuk tetap melanjutkan

perjalanan perjuangannya walau harus dengan gerakan bawah tanah.

Walaupun kebijakan politiknya yang menyatakan tidak bersedia bergabung

dengan Partai Wafd dengan cara menasihati Raja Faruq agar membubarkan partai-partai

dan membentuk “Perserikatan Rakyat” yang akan “bekerja untuk kebaikan bangsa sesuai

dengan prinsip-prinsip Islam” dikritik dan dinilai tidak konsisten oleh partai-partai

politik, namun pada tahun 1930-an ia berhasil mendirikan sekolah Muslim dan membuka

usaha penerbitan. Banna juga menerbitkan surat kabar Al-Ikhwanul Muslimin serta

mingguan Al-Ta’aruf dari tahun 1940 hingga 1942. 25

Keputusan ketidaksediannya tersebut dikarenakan karma bagi Ikhwan partai-partai

yangmuncul pada saat ini.

24 Ustman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif Terhadap

Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954,h. 149

25 John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, h. 264-266

Page 27: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP SYŪRĀ

A. Definisi Syūrā

Di kalangan masyarakat luas, kata syūrā memiliki pengertian yang sangat

beragam. Sesungguhnya istilah syūrā berasal dari kata sy-wa-ra, syawir yang berarti

berkonsultasi, menasehati, memberi isyarat, petunjuk dan nasehat. Adapula yang

mengatakan bahwa kata syūrā memiliki kata kerja yaitu syāwara-yusyāwiru yang berarti

menjelaskan, menyatakan atau mengajukan dan mengambil sesuatu. Adapun bentuk-

bentuk lain yang berasal dari kata kerja asyāra adalah yusyiru yang berarti memberi

isyarat, tasyāwara yang berarti berunding, saling bertukar pendapat, syāwir yang berarti

meminta pendapat, musyawarah, dan mustasyir yang berarti meminta pendapat orang

lain. Dalam bahasa Arab biasa pula dijumpai istilah syara al-a’sai yang berarti

mengeluarkan madu dari sarangnya, atau memetik, lalu mengambilnya dari sarang dan

tempatnya.26

Merujuk pada pengertian kata yang telah ada, maka syūrā dapat diartikan dengan

kata musyawarah atau yang berarti saling menjelaskan dan merundingkan atau saling

meminta dan menukar pendapat mengenai suatu perkara.

Dari uraian diatas, para intelektual muslim telah memiliki pendapat sendiri dalam

mendefinisikan kata tersebut. Menurut Imam Syahid Hasan al-Banna syūrā adalah suatu

proses dalam mencari sebuah keputusan atau kesepakatan yang berdasarkan pada suara

terbanyak dan berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah setiap urusan

26 Khalil Abdul Karim, Syari’ah Sejarah Perkelahian dan Pemaknaan (Yogyakarta: LKIS, 2003), h.

139-140

Page 28: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

itu diserahkan kepada para ahlinya demi mewujudkan suatu hasil yang maksimal dalam

rangka menjaga stabilitas antara pemimpin (pemerintah) dengan rakyat.27

Dalam hal ini Hasan al-Banna sangat terinspirasi oleh dua ayat dalam Al-Qur’an

yang berisi tentang anjuran untuk bermusyawarah serta sunnah Rasulullah yang juga

telah diterapkan oleh khulafaurasyidin.

Seorang mufasir yang bernama Al-Qurtubi (w. 9 Syawal 671) mengatakan

bahwa;

“Musyawarah adalah salah satu kaidah syarak dan ketentuan hukum yang harus ditegakkan. Maka barang siapa yang menjabat sebagai kepala Negara, tetapi ia tidak bermusyawarah dengan ahli ilmu dan agama (ulama) haruslah ia dipecat.”28

Selain Hasan al-Banna dan Al-Qurtubi, seorang penulis Islam seperti Fazlur

Rahman pun memiliki komentar sendiri dalam hal ini. Menurutnya, dalam rangka usaha

perbaikan terhadap dunia serta dalam menciptakan sebuah hubungan yang harmonis,

maka dibutuhkan hubungan yang baik pula antara sesama manusia yang taat terhadap

perintah Allah melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena sesungguhnya, hubungan

antara sesama manusia tidak dapat terlepas dari hubungan mereka dengan Tuhannya.

Keyakinan itulah yang kemudian memacu Fazlur Rahman untuk menegaskan betapa

pentingnya melakukan musyawarah (syūrā) dalam kehidupan manusia. Ia juga

mengatakan bahwa pelaksanaan musyawarah akan menjamin stabilitas politik bila

memang dapat dikembangkan sebagai sebuah lembaga yang efektif dan permanen.29

27 Abdul Hamid Al-Ghazali, Meretas Jalan Kebangkitan Islam, Peta Pemikiran Hasan al-Banna,

Penerjemah Wahid Ahmadi, (Solo: Era Intermedia, 2001), cet. Ke-1, h. 262 28 Abdul Aziz Dahlan, dkk. (ed.), Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,, 1996),

cet. Ke-6, h. 18 29 Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History, (Karachi: Central Institut of Islamic Research,

1965), h. 86

Page 29: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Setelah dua pengertian yang terlihat ekstrim dan lebih fokus terhadap dunia

pemerintahan, Ibn Huwaiz Mandad mencoba memberikan pengertian kata tersebut.

Secara menyeluruh ia mengatakan bahwa para penguasa wajib bermusyawarah dengan

para ulama dalam hal-hal yang tidak mereka ketahui dan dalam soal-soal agama yang

samar-samar, penguasa wajib mengarahkan prajurit dalam soal-soal perang dan

mengarahkan orang banyak dalam soal-soal kemashlahatan. Begitu pula penguasa wajib

mengarahkan sekretaris, wazir dan para pejabat dalam hal kemaslahatan dan pengaturan

negeri.30

Dalam mengartikan kata syūrā, tidak ada perbedaan yang signifikan antara

pendapat satu dan yang lainnnya. Namun perbedaan itu jelas terlihat pada objek dari

musyawarah tersebut. Menurut salah satu tokoh panutan al-banna yaitu Muhammad

Rasyid Ridha, objek yang boleh di musyawarahkan hanyalah yang berkaitan dengan

urusan dunia saja, dan tidak untuk masalah agama. Karena hal-hal yang berkaitan dengan

urusan agama seperti, keyakinan dan masalah-masalah ibadah merupakan suatu hal yang

telah ditetapkan hukumnya dan apabila hukum-hukum tersebut dimusyawarahkan itu

berarti telah mencampuri suatu hukum yang telah disyariatkan oleh Allah swt. 31

Namun pendapat tersebut berbanding terbalik dengan pemikiran at-Tabari,

Fakhruddin ar-Razi, Muhammad Abduh dan al-Maragi, bagi mereka hal-hal yang boleh

dimusyawarahkan bukan saja masalah yang berkaitan dengan urusan keduniaan namun

juga masalah-masalah keagamaan. Bagi mereka, setiap permasalahan yang ada baik itu

di bidang sosial, ekonomi maupun politik, pasti memerlukan jawaban yang merujuk pada

aturan agama.

30 Abu Abdullah Muhammad ibn Ahmad al-Anshar al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Juz

II, (Kairo: Dar al-Sya’b, tt), h. 1491-1492 31 Abdul Aziz Dahlan, dkk. (ed.), Ensiklopedi Islam, h. 19

Page 30: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

B. Isyarat Al-Qur’an dan As-Sunnah

Al-Qur’an merupakan suatu landasan yang berisi petunjuk dan bimbingan etik

serta moral dalam kehidupan manusia. Walaupun Al-Qur’an tidak pernah mengemukakan

solusi setiap permasalahan dengan jelas dan hanya berbentuk isyarat, namun isyarat

mengenai petunjuk bernegara dan pemerintahanlah yang memiliki dasar fundamental

dalam Al-Quran. Isyarat tersebut dapat dilihat dari terdapatnya aturan yang mewajibkan

untuk bermusyawarah di dalam Al-Qur’an. Karena musyawarah merupakan salah satu

nilai etika politik yang konstitusional dalam kehidupan kenegaraan Islam dan termasuk

kedalam pembahasan Negara, maka pembahasan tentang prinsip syūrā pun terdapat di

dalam Al-Qur’an.32

Sesungguhnya pembahasan tentang syūrā sudah tertera sangat jelas pada tiga ayat

dalam kitab suci Al-Qur’an. Walaupun ketiga ayat tersebut terdiri dari latar belakang

masalah yang berbeda, namun pada intinya ketiga ayat tersebut berisi anjuran untuk

melakukan musyawarah dalam mencapai sebuah keputusan. Ayat yang pertama yaitu

lebih menjelaskan kepada musyawarah dalam hubungan keluarga atau rumah tangga.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 233 berbunyi;

والوالدات يرضعن أوالدهن حولين آاملين لمن أراد أن يتم الرضاعة وعلى المولود له رزقهن وآسوتهن بالمعروف ال تكلف نفس إال وسعها ال تضآر

الدة بولدها وال مولودله بولده وعلى الوارث مثل ذلك فإن أرادا فصاال عن وتراض منهما وتشاور فال جناح عليهما وإن أردتم أن تسترضعوا أوالدآم فال

لمتم مآءاتيتم بالمعروف واتقوا اهللا واعلموا أن اهللا بما تعملون جناح عليكم إذا س بصير

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi

32 Asyri, Zul, Pelaksanaan Musyawarah dalam Pemerintahan Al-Khulafa’ al Rasyidin, h. 12-13

Page 31: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apa bila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”33

Pada ayat di atas, jelas dikatakan bahwa keputusan untuk diperbolehkannya

menyapih anak sebelum mencapai usia 2 tahun akan dapat dilakukan apabila sudah

terjadi kesepakatan atau permusyawaratan antara suami dan istri (ayah dan ibu sang

anak).

Sungguh Maha Agungnya Allah yang telah menurunkan pedoman selengkap kitab

suci Al-Qur’an pada umat manusia. Karena dalam ruang lingkup terkecil saja Allah

sudah sangat dengan jelas menerangkan dan menganjurkan untuk selalu melakukan

musyawarah dalam keluarga. Hal tersebut akan memiliki pengaruh yang sangat besar

dalam pembentukan kepribadian atau karakter sang anak suatu saat kelak, karena dalam

keluarga yang baik pasti akan menghasilkan anak yang baik pula.

Kemudian ayat kedua yaitu pada surah Asy-Syura ayat 38 yang berbunyi;

والذين استجابوا لربهم وأقاموا الصالة وأمرهم شورى بينهم ومما رزقناهم ينفقون

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”34

Pada ayat kedua ini lebih mempertegas kembali kepada betapa pentingnya

melakukan syūrā dalam mengambil sebuah keputusan pada setiap permasalahan

33 Surah Al-Baqarah, ayat 233 34 Surah Asy-Syura, ayat 38

Page 32: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

kehidupan. Hal tersebut tercermin dari diletakkannya anjuran tersebut diantara kedua

perintah yang sangat vital bagi umat Islam. Selain itu, ayat inipun mengandung pujian

terhadap para pelakunya karena syūrā dapat membawa manusia kepada kenikmatan yang

bernilai ibadah kepada Allah Swt.

Adapun ayat ketiga yaitu pada surah Ali Imran ayat 159 yang berbunyi:

فبما رحمة من اهللا لنت لهم ولو آنت فظا غليظ القلب النفضوا من حولك األمر فإذا عزمت فتوآل على اهللا فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في

إن اهللا يحب المتوآلين“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka. Mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”35

Perintah Allah kepada Nabi untuk selalu bermusyawarah dengan para sahabatnya

merupakan anjuran yang sangat baik dalam mencari sebuah kesepakatan, karena

musyawarah merupakan ungkapan hati yang lemah lembut serta sifat terpuji bagi orang

yang melaksanakannya.

Hal ini menarik perhatian Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at-Tabari untuk

menafsirkan ayat diatas. Beliau menyatakan bahwa;

“Sesungguhnya Allah swt menyururuh Nabi saw untuk bermusyawarah dengan umatnya tentang urusan yang akan dijalankan supaya mereka tahu hakikat urusan tersebut dan agar mereka mengikuti jejaknya. Namun kewajiban melaksanakan musyawarah bukan hanya dibebankan kepada Nabi saw, melainkan juga kepada tiap orang mukmin, sekalipun perintah tersebut ditujukan kepada Nabi saw.”

Sehubungan dengan Al-Qur’an yang diciptakan untuk seluruh umat di dunia,

maka perintah yang ada di dalam Al-Qur’an pun tidak hanya berlaku kepada Nabi saja

35 Surah Ali-Imran, ayat 159

Page 33: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

walaupun perintah tersebut memang diturunkan dan ditujukan kepada Nabi pada saat itu.

Ayat tersebut bahkan semakin menunjukkan bahwa, betapa berartinya perintah tersebut

untuk umat manusia. Karena seorang Nabi saja yang sudah dijamin kehidupan

akhiratnya sangat dianjurkan untuk melakukan syūrā, bagaimana dengan manusia yang

tidak lepas dari sifat alpha dan dosa?.

Abu Ja’far kembali mempertegas dengan mengatakan bahwa perintah yang

terkandung dalam ayat tersebut tidak hanya berlaku untuk perorangan namun juga dalam

masyarakat modern yang ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga politik,

pemerintahan dan masyarakat yang merupakan subjek musyawarah dengan melibatkan

para anggotanya yang memang berperan sebagai objek untuk membicarakan segala

permasalahan yang mereka hadapi.36

Bagi umat Islam As-sunnah atau hadist merupakan landasan yang kedua setelah

Al-Qur’an. Karena terlalu seringnya Rasulullah melakukan syūrā dengan para

sahabatnya, maka pada suatu kesempatanpun Rasul pernah mengatakan bahwa

اذا انشار احدآم اخاه فليشر عليه “Apabila salah seorang kamu meminta nasehat kepada saudaranya, maka hendaklah ia memberikan pertunjuk kepadanya”.37

Pada hadist ini, sangatlah jelas bahwa Islam merupakan agama persaudaraan.

Sangat dianjurkan bagi sesama muslim untuk saling memberi dan menerima nasehat

dalam mengatasi setiap permasalahan.

Sebab sebagaimana juga yang pernah dikatakan Rasulullah bahwa

المستشار مؤتمن“Orang-orang yang diminta nasehatnya berarti ia dipercaya”38

36 Abdul Aziz Dahlan, dkk. (ed.), Ensiklopedi Islam, h. 18 37 Hadist tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Lihat Ibn majah Juz II, ditahqiq oleh Muhammad

Fu’ad ‘Abd al-Baqi, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), h. 1233

Page 34: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Selain dua hadist di atas yang terlihat mengarah pada anjuran untuk melakukan

musyawarah, ada sebuah hadist yang memang dengan tegas dimaksudkan untuk

melakukan musyawarah tersebut. Adapun hadist yang telah diriwayatkan oleh Thabrani

itu berbunyi;

ارشت اسن ممد نال وارخت اسن مابا خم”Tidak akan gagal orang yang mengerjakan istikharah untuk menentukan pilihan dan tidak menyesal orang yang melakukan musyawarah”.39

Dengan melihat beberapa hadist diatas dapat disimpulkan bahwa musyawarah

merupakan suatu tindakan yang dapat membuka cakrawala berfikir dalam mengatasi

setiap permasalahan. Selain itu, musyawarah juga dapat menciptakan stabilitas sosial dan

mempertahankan integritas umat di dunia, karena dengan keputusan yang diambil secara

bersama, maka akan menimbulkan sebuah kekuatan yang berdampak kepada keyakinan

untuk melaksanakan keputusan bagi para anggotanya.

38 Hadist tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Lihat Ibn majah Juz II, ditahqiq oleh Muhammad

Fu’ad ‘Abd al-Baqi, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), h. 1233 39 Hadist tersebut diriwayatkan oleh Thabrani. Lihat Jalal al-Din al-Suyuthi, Al-Jami’al-Shaghir fi

Ahadis al-Basyir wa al-Nazir, (Kairo: Dal al-Qalam, 1966), h. 282

Page 35: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

C. Praktik Syūrā Pada Masa Nabi

Ada beberapa peristiwa yang membuat Nabi harus melakukan musyawarah dalam

mengambil keputusan. Dalam hal ini Zhafir al-Qasimi mengatakan bahwa musyawarah

pada masa Rasulullah dapat diklasifikasikan kepada tiga bentuk. Pertama, Musyawarah

yang terjadi atas dasar permintaan Rasulullah sendiri. Adapun contoh dari ketegori ini

yaitu pada saat sebelum pecahnya perang Uhud. Karena kebimbangan antara dua pilihan,

apakah berdiam diri saja di dalam kota untuk menunggu atau menghadang musuh atau

pergi keluar (mencari keberadaan mereka) dalam menghadapi musuh. Akhirnya Rasul

meminta pendapat dengan mengatakan “Asyiru ‘alayya”, “Berilah pandanganmu

kepadaku”.40

Sebelum Rasul meminta pendapat para pemuka kaum muslim dan pemuka orang-

orang munafik yang telah dikumpulkannya, beliau telah mengemukakan pendapatnya

serta meminta pandangan para sahabat terlebih dahulu. Dalam hal ini, Rasul sangat

memberi kebebasan kepada para audiensnya untuk menuangkan pemikirannya.

Walaupun Rasul telah mengemukakan pendapatnya terlebih dahulu, namun hal itu beliau

lakukan tidak lain hanyalah sebagai pemberian gambaran dan bukan untuk

mempengaruhi pemikiran mereka.

Pada kasus di atas, akhirnya sampailah pada titik kesepakatan dengan mengambil

dari suara terbanyak. Namun dalam hal ini, satu hal yang perlu diingat bahwa keputusan

apapun yang didapatkan, keputusan akhir haruslah dikemukakan oleh Nabi selaku

pimpinan sidang pada saat itu. Nabi tidak akan pernah mau untuk bertindak sendiri

kecuali untuk pemecahan masalah yang memang sudah diwahyukan Tuhan kepadanya.

40 Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-bari, Juz XIII, (Kairo: Dar al-Fikr, tt), h. 343

Page 36: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Kedua, musyawarah yang dimulai oleh sahabat sendiri. Hal ini terjadi pada saat

terjadi perang Badar.41 Pada saat menjelang pertempuran, Rasul memutuskan bagi untuk

menempati posisi yang dekat dengan mata air. Namun hal tersebut mengundang

pertanyaan bagi salah seorang dari kelompok Ansar yang bernama Hubab bin Mundhir.

Ia menanyakan apakah keputusan Nabi itu atas petunjuk Allah, sehingga beliau dan

pasukan Islam tidak boleh bergeser dari tempat itu, atau apakah keputusan itu beliau

ambil sebagai pemikiran strategi perang biasa. Namun pada saat itu Nabi menjawab

bahwa sesungguhnya keputusan itu beliau ambil bukanlah karena petunjuk Allah namun

hanyalah perhitungan beliau sendiri. Hubab berkata, kalau demikian halnya, wahai utusan

Allah, tempat ini kurang tepat. Karena menurut Hubab, alangkah lebih baiknya apabila

kita lebih maju kemuka, ke mata air yang paling depan. Kita bawa banyak tempat air

untuk diisi dari mata air itu, kemudian mata air itu ditutup dengan pasir. Apabila nanti

kondisinya mengharuskan pasukan Nabi untuk mundur, maka mereka masih dapat

minum dan musuh tidak. Merasa mendapat saran yang cukup masuk akal, akhirnya Nabi

pun menerima baik saran Hubab untuk bergerak maju menuju lokasi yang telah dikatakan

oleh Hubab sebelumnya.42

Ketiga, yaitu bentuk musyawarah yang posisinya menempati antara kedua bentuk

yang telah dikemukakan sebelumnya. Dengan kata lain, Rasulullah baru akan

mengambil suatu tindakan musyawarah pada saat menjelang saat-saat pelaksanaan. Salah

satu peristiwa yang dapat digolongkan ke dalam kategori ini adalah, pada saat Rasulullah

memutuskan untuk mengadakan perdamaian dengan kaum Gathafan ketika perang

41 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI Press,

1990), h. 16 42 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI Press,

1990), h. 16

Page 37: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Khandaq. Dalam kasus tersebut, Rasul telah menjanjikan sepertiga hasil buah-buahan

dari kota Madinah kepada sekutunya dengan persyaratan mereka akan menarik

pasukannya dari perang tersebut.

Ketika janji itu sudah akan dilaksanakan, Rasul sempat bermusyawarah dengan

Sa’ad ibn Mu’az dan Sa’ad ibn ‘Ubadah mengenai usul beliau, namun kedua sahabat itu

menolak dengan alasan yang cukup rasional di mata Rasul, akhir kata Rasul bersedia

mundur dari keputusan awalnya dan memilih untuk mendengar saran para sahabatnya.43

D. Praktik Syūrā Pada Masa Khulafa al-Rasyidin

Berbicara mengenai sejarah perjuangan Nabi, tidak terlepas dengan adanya kisah

pejuang setia para sahabat (al-Khulafa al-Rasyidin). Rasul yang diutus Allah untuk

menyempurnakan akhlaq manusia, telah menorehkan pelajaran sangat berharga di mata

para sahabat. Oleh sebab itulah dalam pemilihan atau pengangkatan empat al-Khulafa al-

Rasyidin tidak terlepas dari penerapan ilmu Syūrā atau musyawarah yang telah

diterapkan oleh Rasulullah Saw sebelumnya.

1 Musyawarah di Masa Abu Bakar

Ketika tersiar kabar bahwa Rasulullah wafat, para pemuka kaum Anshar langsung

berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah.44 Pertemuan yang diprakarsai oleh kaum Anshar dari

Hazraj ini bermaksud untuk melantik Sa’ad ibn Ubadah sebagai pemimpin

menggantikan Rasulullah.45 Berita pertemuan di Saqifah tersebut akhirnya terdengar juga

oleh dua tokoh Muhajirin yaitu Abu Bakar dan Umar. Mereka berdua dan juga ditemani

43 At-Thabari, Tarikh al-Umam wa al Mulk, Jilid II, (Mesir: Dar al-Fikr, 1979), h. 503 44 Diantara para pemuka yang berkumpul, ada pula para perempuan yang ikut serta dalam

perkumpulan tersebut. Lihat Syekh Muhammad al-Hudhari Bek, Muhadharat Tarikh al-Umam al-Islmaiyat, Jilid I, (Kairo: Al-Maktabat al-Tijariyat al-Kubra, tt), h. 167

45 Sebenarnya Sa’ad memang telah dicalonkan untuk menjadi kepala suku sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, namun sebelum upacara dilangsungkan Rasulullah telah sampai terlebih dahulu di Madinah, sehingga secara otomatis acara pelantikan menjadi batal.

Page 38: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

oleh Abu ‘Ubaidah datang sebagai wakil dari kaum Muhajirin untuk mengadakan

musyawarah terbuka dengan kaum Anshar.

Dalam musyawarah tersebut, mereka mengemukakan pendapatnya masing-

masing. Kaum Anshar berpendapat bahwa dari kalangannyalah yang berhak menjadi

pengganti (khalifah) Rasulullah begitupun sebaliknya, pihak Muhajirin pun berpendapat

bahwa pihaknyalah yang lebih berhak menjadi pengganti Rasulullah pada saat itu.

Ditengah perdebatan yang semakin tegang, akhirnya Abu Bakar mewakili kaum

Muhajirin mengusulkan agar Muhajirin sebagai Amir dan Anshar sebagai Wazir. Usulan

tersebut langsung ditanggapi oleh seorang pemuka Anshar yang menyatakan dengan

tegas keberatanya atas usulan yang dikemukakan oleh Abu Bakar tersebut. Ia

mengusulkan agar kaum Anshar menjadi Amir dan Muhajirin pun sebagai Amir. Hal ini

jelas tidak dapat disepakati oleh kaum Muhajirin yang lebih mementingkan persatuan

dibandingkan perpecahan. Karena apabila usul tersebut terlaksana maka sama halnya

dengan membagi umat Islam kepada dua pemerintahan, dan itu akan memecah persatuan

umat Islam.46

Ketika kesepakatan belum juga didapatkan dan situasi semakin memanas,

akhirnya seorang pemuka Anshar yang bernama Basyir ibn Sa’ad menyatakan dengan

lantang kata-kata yang cukup berkesan di hati kalangan Anshar dan Muhajirin. Ia

mengatakan bahwa, “kaum Muhajirin lebih utama untuk menjadi khalifah karena Nabi

Muhammad berasal dari Qureys dan kaum Muhajirin pun berasal dari Qureys”.

Kata-kata Sa’ad tersebut akhirnya dijadikan kesempatan oleh Abu Bakar untuk

mencalonkan ‘Umar dan Abu ‘Ubaidah yang notabene berasal dari kalangan Muhajirin.

46 Jalal al-Din al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa’ (Kairo: Dar Nahdhat, 1976), h. 111

Page 39: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Namun keduanya menolak pencalonan tersebut. Mereka justru berpendapat bahwa Abu

Bakarlah yang lebih pantas untuk menduduki jabatan kekhalifahan itu.

Pada saat itu juga, ‘Umar dan ‘Ubaidah secara resmi membai’at Abu Bakar dan

kemudian diikuti oleh peserta sidang lainnya. Acara pembai’atan ternyata tidak berhenti

sampai disitu, keesokan harinya Abu Bakar kembali dibai’at sekali lagi secara umum

dalam upacara di Mesjid Nabi. Dengan demikian resmilah Abu Bakar sebagai kepala

Negara atau khalifah Rasul Allah pada saat itu.

Selain dikenal sebagai orang yang berasal dari kota yang sama dengan Rasulullah

Abu Bakar juga termasuk salah seorang pembesar Qureisy pada masa-masa sebelum

kedatangan Islam. Beliau juga pernah menjabat sebagai Al-Isynaq, yakni mengadili dan

memutuskan terhadap silang selisih dan sengketa dan menetapkan hukuman dendanya

(al-Diyat) di Majelis Musyawarah suku besar Qureiys.47

Melihat cerita singkat diatas, dapatlah disimpulkan bahwa dalam pemilihan Abu

Bakar sebagai khalifah merupakan pemilihan dalam suatu musyawarah yang terbuka dan

bebas.48 Selain berasal dari kota yang sama dengan Rasulullah, hal lain yang membuat ia

terpilih adalah karena ia memiliki pengalaman terlebih dahulu dalam memimpin. Ini

merupakan cara yang ampuh dalam mengambil sebuah keputusan. Karena musyawarah

sangat menjunjung tinggi kebebasan untuk mengemukakan pendapat dengan seluas-

luasnya. Apabila terjadi perbedaan di dalam proses perjalannya, hal itu merupakan hal

yang wajar dalam musyawarah.

Adapun pelaksanaan upacara pelantikan khalifah Abu Bakar dilakukan di dalam

Mesjid Nabi. Ketika berlangsungnya musyawarah, anggota sidang yang hadir adalah para

47 Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 129-130 48 Sirojuddin Aly, Diktat; Ketata Negaraan Periode Khulafa al-Rasyidin, (Jakarta, 2007), h. 16

Page 40: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

pemuka suku dan kabilah dari kedua golongan, namun dalam upacara pelantikan hanya

umat Islam Madinah saja yang menjadi pesertanya

2 Musyawarah di Masa Umar ibn al-Khathab

Mekanisme pemilihan seorang pemimpin melalui usulan pemimpin terdahulu

terjadi pada Umar ibn Khatab,49 dimana pada proses pengangkatannya didahului dengan

suatu musyawarah di akhir masa pemerintahan Abu Bakar. Sebelum wafat, Abu Bakar

mengadakan dialog dengan beberapa sahabat yang telah dipanggilnya untuk menentukan

siapa yang akan menggantikannya kelak. Keterlibatan Abu Bakar disini bukanlah berarti

ia mengambil hak suara umat, namun ia hanya ingin bertindak sebagai umat yang ingin

menyuarakan aspirasinya.50

Dalam memenuhi rasa tanggung jawabnya terhadap umat, ia tetap melakukan

musyawarah walau dalam keadaan sakit yang cukup parah. Ia memanggil Abd al-

Rahman ibn ‘Auf untuk diajak berdiskusi untuk membicarakan tentang keinginannya

menjadikan Umar sebagai penggantinya. Walaupun pada awalnya Abd al-Rahman

meragukan keinginan Abu Bakar, namun akhirnya Abu Bakar dapat meyakinkan Abd al-

Rahman untuk menyetujui pendapatnya, begitupun dengan Usman ibn ‘Affan, sahabat

yang juga dimintai pendapatnya mengatakan bahwa sifat dalam Umar lebih baik dari sifat

luarnya. 51

Pendapat kedua sahabat sebelumnya masih ingin dipertegas kembali oleh Abu

Bakar dengan menanyakan hal yang sama dengan Aba-Abdirrahman dan Thulhah ibn

Ubaidillah. Dalam hal ini Aba-Abdirrahman terlihat ragu dan menunda memberikan

49 Sirojuddin Aly, Diktat; Ketata Negaraan Periode Khulafa al-Rasyidin, (Jakarta, 2007), h. 16 50 Asyri, Zul, Pelaksanaan Musyawarah dalam Pemerintahan Al-Khulafa’ al Rasyidin,h. 46-47 51 At-Thabari, Tarikh al-Umam wa al Mulk, Jilid II, (Mesir: Dar al-Fikr, 1979), h. 51

Page 41: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

jawabannya kepada Abu Bakar sedangkan Thulhah lebih memilih menyerahkan masalah

ini pada kesepakatan orang banyak.52

Namun kesepakatan-kesepakatan yang telah ada belum dapat disahkan sebelum

dilakukannya musyawarah. Walaupun dalam kenyataannya musyawarah melahirkan

banyak perbedaan pendapat, namun Abu Bakar dapat menyikapinya dengan bijak.

Abu Bakar dengan cepat mengambil langkah dengan memerintahkan Usman agar

ia menulis sebuah surat pengangkatan. Hal ini bukanlah berarti seorang khalifah

mengangkat seorang khalifah. Tetapi penetapan tersebut hanyalah sebagai suatu

perjanjian (al-‘ahd) tertulis sebagai hasil dari suatu musyawarah.

Surat tersebut berisikan bahwa ‘Umarlah satu-satunya calon khalifah pengganti

Abu Bakar yang telah disepakati bersama melalui musyawarah walau belum diakui

keabsahannya. Karena keabsahan itu baru akan ia dapatkan ketika ia sudah mendapatkan

bai’at dari umat Madinah saat itu. Sebab bai’at bukanlah terletak di tangan khalifah tetapi

berada di tangan umat.53

Ketika perjanjian telah rampung ditulis, Abu Bakar langsung menyampaikan

keputusannya itu kepada kaum Muhajirin dan Anshar. Dengan digotong di balkon

rumahnya, Abu Bakar berkata: “Apakah kamu suka dengan orang yang telah aku angkat

sebagai khalifah buat kamu? Aku tidak mengangkat orang yang bertalian keluarga

denganku. Aku telah mengangkat Umar. Pengangkatan itu bukan pendapatku saja”.

Dengan serentak mereka menjawab, “Kami dengar, Kami patuhi”.54 Hal diatas sangat

jelas terlihat bahwa pengangkatan Umar memang benar berdasarkan atas keputusan

bersama yang dilakukan melalui musyawarah.

52 Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 137 53 At-Thabari, Tarikh al-Umam wa al Mulk, Jilid II, (Mesir: Dar al-Fikr, 1979), h. 52 54 Ibn al-Asir, Al-Kamil fi al-Tarikh, Jilid II, (Beirut: Dar Shader-Dar Bairut, 1965), h. 426

Page 42: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Aktivitas musyawarah di masa Umar terlihat lebih meningkat dibandingkan masa

sebelumnya. Hal itu dapat terlihat dari dibawanya berbagai persoalan agama dan

kenegaraan dalam sidang-sidang Majelis Permusyawaatan yang ia bentuk pada masa

pemerintahannya. Umar pun memanfaatkan para sahabat Nabi yang masih hidup untuk

dijadikan tokoh-tokoh ahl al- syūrā yang mempunyai hak untuk mengemukakan segala

pendapatnya.

Dalam masa kepemimpinannya Umar sangat terlihat menjunjung tinggi

musyawarah kepada umatnya. Ia senantiasa memanfaatkan berbagai kesempatan untuk

dapat berinteraksi dengan para umatnya. Seperti ketika ia memanfaatkan musim haji

untuk dijadikan “pertemuan umum” dalam memecahkan segala persoalan. Karena bagi

Umar, sidang tersebut merupakan wadah komunikasi timbal balik antara kahlifah dan

umatnya.

Selain tindakan diatas, kecenderungan kepada syūrā terlihat jelas dalam suatu

perkataanya yang mengatakan “Tidak ada kebaikan dalam suatu urusan yang diputuskan

tanpa musyawarah, dan Tidak ada Khilafat tanpa musyawarah.” 55

3 Musyawarah di Masa Usman ibn ‘Affan

Utsman Ibn Affan merupakan seorang calon pemimpin yang diangkat melalui

badan formatur yang terlebih dahulu dibentuk oleh khalifah sebelumnya yaitu Umar Ibn

Khatab diakhir pemerintahannya. Badan formatur atau Panitia Pemilihan (Election

Committee) yang beranggotakan enam orang ini berfungsi sebagai anggota dewan untuk

bermusyawarah dalam mengambil sebuah keputusan.56 Ketika Umar wafat, al-Miqdad

55 Suatu kekhalifahan tidaklah sah tanpa berdasarkan musyawarah. 56 Ahl syūrā merupakan Badan Formatur atau Panitia Pemilihan (Election Committee) yang dibentuk

oleh Umar Ibn Khattab yang beranggotakan enam orang Sahabat Nabi yang senior. Mereka itu ialah

Page 43: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

mengumpulkan ahl syūrā yang telah dibentuk sebelumnya di rumah al-Miswar ibn

Makhramah.57 Di sana mereka dipersilahkan untuk bermusyawarah dalam menentukan

siapa seharusnya yang menjadi pengganti Umar dalam jangka waktu beberapa hari

sebagaimana yang telah ditentukan khalifah Umar sebelumnya.

Sidang pertama berakhir tanpa hasil, yang terjadi justru suatu persaingan tajam

antara Bani Umaiyah dan Bani Hasyim. Masing-masing pihak bersikeras mencalonkan

Usman dan Ali sebagai pengganti dari kepemimpinan Umar.

Melihat keadaan yang semakin rumit, akhirnya Abd al-Rahman mengusulkan

pendapatnya. Ia mencoba menawarkan bagi siapa diantara anggota dewan yang bersedia

mengundurkan diri sebagai calon, maka ia akan diberi hak penuh dalam menetapkan

siapa yang akan menjadi khalifah. Namun ternyata tidak ada yang menghiraukan usulan

Abd al-Rahman tersebut, para anggota dewan tidak cukup tertarik pada usulannya.

Melihat kenyataan yang terjadi tidak membuat Abd al-Rahman berkecil hati,

justru ia memanfaatkan situasi tersebut dengan mencabut dirinya sebagai calon dengan

maksud agar ia ditunjuk sebagai “ketua pemilihan”. Permintaan itu akhirnya disetujui

oleh semua anggota dewan. Hanya Ali saja yang bersikap diam pada saat itu, namun

setelah didesak barulah ia mengeluarkan suaranya dan itupun ia nyatakan keraguannya

terhadap Abd al-Rahman. 58

Akhirnya Abd al-Rahman memutuskan untuk meminta pendapat masing-masing

anggota dewan secara terpisah. Pada saat itu, Sa’ad menyokong Usman, Zubeir menyebut

Usman dan Ali, Usman memilih Ali dan Ali memilih Usman. Walaupun suara terbanyak

Utsman Ibn Affan, Ali Ibnu Abi Thalib, Abdurrahman Ibnu Auf, Saad Ibn Abi Waqas, Thalhah Ibn Abdullah, dan Abdullah Ibn Umar. Lihat John L Esposito, Islam dan Politik, (Bandung: Bulan Bintang, 1990), h. 10

57 Ibn al-Asir, Al-Kamil fi al-Tarikh, Jilid II, (Beirut: Dar Shader-Dar Bairut, 1965), h. 68 58 Ibn al-Asir, Al-Kamil fi al-Tarikh, Jilid II, (Beirut: Dar Shader-Dar Bairut, 1965), h. 68-69

Page 44: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

sudah didapatkan namun Abd al-Rahman tetap saja berkeliling menemui para tokoh

terkemuka sahabat-sahabat Rasulullah, panglima perang, dan para cendekiawan yang

mendatangi Madinah untuk menanyakan dan dengar pendapat dengan orang-orang diluar

dewan.

Dari hasil pengamatannya, akhirnya sampailah pada sebuah kesimpulan yang

mengatakan bahwa mayoritas umat lebih condong kepada Usman ibn Affan. Namun

keputusan belumlah bisa didapatkan. Karena kesimpulan diatas hanyalah berfungsi

sebagai bahan pertimbangan ketua pemilih dalam mengambil keputusan. Bagi Abd al-

Rahman, khalifah yang akan dipilih bukanlah hanya milik dewan tapi juga milik umat

seluruhnya.59

Walaupun suara mayoritas memilih Ustman namun ada beberapa pendukung Ali

yang mengungkapkan pernyataan-pernyataan tajam dalam meyakinkan para audiens.

Seperti Imar ibn Yasir yang mengatakan bahwa: “Jikalau anda menginginkan umat Islam

tidak pecah, silahkan pilih Ali”. Pernyataan Imar yang dikukuhkan oleh Mikdad ibn

Aswad al-Anshari tersebut dengan cepat dibantah oleh Abdullah ibn Abi Sarah dengan

perkataan: “Jikalau anda tidak menginginkan suku besar Qureisy itu pecah, silahkan pilih

Ustman” .60

Debat kusir terus berlangsung sampai pada akhirnya Abd al-Rahman mendaulat

sang calon untuk berdiri di muka umum. Hal ini akan dapat membuktikan apakah ia akan

bertindak sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah serta meneladani kedua khalifah

sebelumnya atau tidak. Agar tidak terjadi kekisruhan antara para pendukung, akhirnya

Abd al-Rahman memanggil setiap calon untuk tampil ke depan. Ketika sesampainya di

59 Asyri, Zul, Pelaksanaan Musyawarah dalam Pemerintahan Al-Khulafa’ al Rasyidin,h. 70 60 Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 321-322

Page 45: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

depan, keduanya ditanyakan pada sebuah pertanyaan yang sama.61 Ketidak yakinan

jawaban Ali membuat ia mendapat poin minus dibanding Usman yang lebih lantang

mengatakan kesanggupannya dalam bertindak sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah

Rasul.

Kelantangan Usman dalam menjawab pertanyaan Abd al-Rahman sekaligus

memberi jawaban siapa yang akan menjadi khalifah pada saat itu. Sewaktu keputusan

diumumkan terjadi banyak kritikan dari pihak Ali, mereka beranggapan bahwa ada unsur

nepotisme disana karena Abd al-Rahman merupakan ipar dari Ustman ibn Affan. Namun

Abd al-Rahman berikhtiar meyakinkan Ali bahwa pilihannya tersebut berdasarkan suara

terbanyak.62 Sehingga Abd al-Rahman langsung membai’atnya dan kemudian diikuti oleh

orang banyak disana.

4 Musyawarah di Masa ‘Ali ibn Abi Thalib

Dalam pengangkatan Ali sebagai khalifah memang berbeda dengan cara

pengangkatan khalifah-khalifah sebelumnya63. Pengangkatan seorang pemimpin melalui

pemilihan dalam pertemuan terbuka seperti ini terjadi pada Ali karena situasi kota

Madinah yang mencekam menuntut untuk segera di putuskannya siapa khalifah yang

akan memimpin setelah sepeninggal Usman.64 Selama lima hari setelah kematian Usman,

penduduk Madinah dan Gubernur Al-Ghafiqi ibn Harb mencari orang yang bersedia

61 Mereka diberikan pertanyaan yang sama, yaitu: “Apakah mereka mau berjanji untuk bertindak

sesuai dengan Kitabullah, Sunnah Rasul serta meneladani kedua Khalifah sebelumnya?” Ali menjawab; “Saya berharap demikian, saya akan berbuat sesuai dengan ilmu dan kemampuanku

yang terbaik” dan jawaban Usman adalah; “Ya, saya laksanakan”. 62 Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 323 63 Persamaan; setiap calon khalifah terpilih mendapat bai’at dari warga umat di Mesjid Nabi kota

Madinah. Perbedaan; para khalifah sebelumnya dibai’at oleh para sahabat dan disepakati umat Islam seluruhnya tanpa ada yang mengingkarinya, sedangkan Ali dibai’at oleh sebagian besar penduduk Madinah dan para pemberontak yang menguasai kota Madinah.

64 Sirojuddin Aly, Diktat; Ketata Negaraan Periode Khulafa al-Rasyidin, (Jakarta, 2007), h. 19

Page 46: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

untuk diangkat menjadi khalifah. Namun beberapa sahabat yang diminta kesediannya

menolak dengan pasti, hingga Sa’ad dan Abdullah Ibn Umar serta para ahl syūrā pun

melakukan hal sama. Melihat kenyataan yang ada, hanya Ali, Thalha dan Zubeir lah yang

masih dapat diharapkan kesediannya.

Diantara tiga calon tersebut memang Ali lah yang terlihat paling diharapkan oleh

seluruh umat. Hal tersebut dapat terjadi karena Ali merupakan salah satu calon yang

paling banyak disukai orang disamping Usman ketika Abd al-Rahman ibn ‘Auf akan

menentukan pilihannya.

Situasi membuat penduduk Madinah mendesak Ali untuk menjadi khalifah,

namun pada tahap awal Ali menolak dengan pasti pembai’atan itu. Karena ia ingin tetap

mengikuti jejak para pendahulunya yang melakukan pengangkatan khalifah melalui cara

musyawarah.65

Namun karena situasi yang semakin mendesak akhirnya Ali menyanggupi dan

siap untuk dibai’at. Ali dibai’at di Mesjid Nabawi oleh Al-Asytar al-Nakha’I dan

kemudian diikuti oleh khalayak ramai serta tidak terlewatkan oleh kedua saingannya

yaitu Thalhah dan Zubeir.66

65 Ada dua riwayat yang bertentangan mengenai sikap Ali ketika ia didesak untuk menjadi khalifah.

Dalam satu riwayat ia mengatakan bahwa ia akan menerima permintaan suara mayoritas umat, namun dalam riwayat lain ia berpendapat bahwa penentuan seorang khalifah ada di di tangan para tokoh ahl syūrā. Apabila musyawarah yang dikatakan Ali sesuai dengan riwayat pertama,maka hal itu tidaklah dapat tercapai karena kebanyakan para sahabat sudah tidak lagi berada ditempat. Apabila riwayat kedua yang digunakan Ali dalam memaknai musyawarah, maka hal itu telah terlaksana walau hal itu terjadi di bawah tekanan para pembenrontak.

66 Asyri, Zul, Pelaksanaan Musyawarah dalam Pemerintahan Al-Khulafa’ al Rasyidin,h. 78-79

Page 47: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Walaupun Thalhah dan Zubeir mengangkat bai’at dengan terpakasa namun hal

tersebut terjadi juga walaupun harus diikuti dengan perjanjian bahwa Khalifah Ali akan

menegakkan keadilan terhadap para pembunuh Khalifah Ustman.67

tu walaupun tidak bertentangan dari pemikiran warisan bangsa tersebut namun

sudah dicemari dengan pemikiran Imperialis yang berwujud liberalisme Barat. 68

67 Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 462 68 Ustman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif Terhadap

Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954,h. 149

Page 48: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

BAB IV

KONSEP SYŪRĀ PERSPEKTIF HASAN AL-BANNA YANG TERAPLIKASI

PADA GERAKAN POLITIK IKHWANUL MUSLIMIN

A. Konsep Syūrā Perspektif Hasan Al-Banna

1 Pelaksana Syūrā

Hasan al-Banna merupakan pemikir dan pemimpin umat Mesir pada saat itu.

Pemikiran-pemikiran beliau dituangkan dan direalisasikan melalui sebuah pergerakan

berpengaruh, yaitu Ikhwanul Muslimin. Ikhwanul Muslimin yang merupakan manifestasi

dari pemikiran Hasan al-Banna memiliki pendapat sendiri dalam menentukan siapa

seharusnya yang melakukan syūrā dalam mengambil sebuah keputusan. Bagi gerakan

yang dipelopori oleh Imam Hasan Al-Banna ini, Ikhwan memiliki pemikiran yang

berbeda dengan pendapat para terdahulunya yang dimana keputusan terakhir ada ditangan

khalifah.69 Pernyataan tersebut merujuk pada perkataan al-Banna yang mengungkapkan

bahwa

“Diantara hak umat Islam adalah melakukan kontrol terhadap pemerintah dengan secermat-cermatnya dan mengarahkannya kearah kebaikan. Pemerintah hendaknya bermusyawarah dengan rakyat, menghargai aspirasinya, dan mengambil yang baik dari masukan-masukannya. Allah Swt telah memerintahkan kepada para oknum pemerintah agar melakukan hal itu”.70

69 Ustman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif Terhadap

Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), cet. Ke-2, h.325

Tidak ada mekanisme yang baku dalam syūrā, jadi walaupun keputusan terakhir ada di tangan khalifah, khalifah pun tetap berdasarkan atas suara terbanyak atau mayoritas.

70 Abdul Hamid Al-Ghazali, Meretas Jalan Kebangkitan Islam, Peta Pemikiran Hasan al-Banna, Penerjemah Wahid Ahmadi, (Solo: Era Intermedia, 2001), cet. Ke-1, h. 262

Page 49: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Melalui pernyataannya tersebut dapat terlihat bahwa pelaksana utama syūrā

menurut Hasan al-Banna adalah pemerintah atau para pemimpin yang menjabat pada

suatu negara atau suatu kelompok. Pernyataan ini dimaksudkan bahwa sistem syūrā tidak

hanya berlaku pada dunia pemerintahan atau konteks kenegaraan saja namun juga akan

berlaku pada setiap kelompok yang dimana sedang mencari sebuah kesepakatan dari

suatu permasalahan. Namun yang pasti dalam suatu musyawarah harus terdiri dari tiga

rukun utama, yaitu:

1. Adanya orang-orang yang bermusyawarah, sehingga musyawarah terlaksana. Dan

ini ditunjukkan oleh kata ganti hum (mereka) di dalam kata "wa syawirhun".

2. Adanya materi dan tema yang dimusyawarahkan, sehingga dengan itu musyawarah

terlaksana.

3. Adanya pemimpin yang mengatur musyawarah, dan putusan terakhir bergantung

kepada pandangannya. Ini ditunjukkan oleh kata ganti ta mukhaththab (orang

kedua) pada kalimat "faidza 'azamta fatawakkal 'alallah..." Tidak diragukan, jika

yang menjadi tema adalah urusan umum yang berkaitan dengan seluruh kaum

Muslimin maka yang mempunyai hak memutuskan ialah wali amril Muslimin.71

Melihat pentingnya makna melakukan syūrā Muhammad Hamidullah

menempatkan hal tersebut pada kerangka yang lebih luas:

Makna penting dan manfaat musyawarah harus ditekankan. Al-Qur’an berulang-ulang memerintahkan kaum muslim untuk mengambil keputusan setelah bermusyawarah, baik dalam forum terbuka maupun tertutup…Al-Qur’an tidak menetapkan metode yang keras atau cepat. Jumlah, bentuk pemilihan, jangka

71 Abi Abdullah, Kewajiban Melaksanakan & Mentaati Syura’ (Wujub Asy-Syura’)dikutip dari

http://www.al-shia.com/html/id/service/maqalat/musyawarah-dalam-Islam.htm Al-Ikhwan.net | 28 February 2007 | 9 Safar 1428 H | Hits: 2,107

Page 50: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

waktu perwakilan, dan sebagainya diserahkan kepada kebijaksanaan para pemimpin dari setiap zaman dan Negara. Yang penting, musyawarah harus dihadiri oleh para tokoh yang menerima keperayaan dari rakyat yang mereka wakili dan memiliki integritas watak.72

Muhammad Hamidullah tidak begitu focus dalam membahas seperti apa

mekanisme dari kegiatan musyawarah tersebut. Namun ia menggaris bawahi bahwa

diantara pelaksana syūrā harus terdapat para tokoh yang telah dipercaya oleh rakyat

karena kemampuannya.

Adapun bentuk dari penerapan musyawarah pada diri al-Banna dapat terbuktikan

dengan dibentuknya Majelis Syūrā pada gerakan yang dipeloporinya serta terlaksananya

musyawarah umum dalam tubuh gerakannya dalam membahas segala permasalahan.

Baik itu permasalahan internal ataupun masalah umat secara keseluruhan.

Selain pendapat Hasan, para tokoh Ikhwanul Muslimin pun mengutarakan

pendapatnya sendiri dalam menentukan siapa pelaksana syūrā sesungguhnya. Menurut

Abdul Qadir Audah, syūrā merupakan suatu kewajiban atas para penguasa. Penguasa

yang dimaksudkan di sini bukanlah hanya penguasa inti atau utama saja melainkan semua

orang yang mempresentasikan kekuasaan eksekutif.

Apabila Audah lebih me-spesifikasi-kan pada tataran penguasa di bidang

eksekutif, Sayyid Qutub lebih luas dalam menjabarkan siapa pelaksana syūrā

sesungguhnya.73 Bagi Qutub, setiap pemimpin harus memiliki sifat syūrā. Dalam artian,

setiap orang yang memiliki sifat kepemimpinan atau kekuasaan, maka ia diwajibkan

untuk melakukan syūrā. Tidak hanya penguasa utama saja, melainkan juga termasuk

72 john L. Esposito dan John O. Voll, Demokrasi di Negara-Negara Muslim; Problem dan Prospek

terj: Rahmani Aztuti, (Bandung: Mizan, 1990), h. 33 73 Abdul Qadir Audah dan Sayyid Qutb merupakan dua diantara beberapa tokoh gerakan yang

diprakarsai oleh Hasan Al-Banna yaitu gerakan Ikhwanul Musllimin.

Page 51: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

kepala Negara, perdana menteri, salah seorang menteri dan lain sebagainya.74

Setiap perangkat Negara wajib untuk melakukan syūrā dalam mengambil sebuah

keputusan. Karena mereka merupakan bagian dari negara, maka merekalah yang

bertanggung jawab untuk menyelesaikan dari setiap persoalan warga negara.

Perangkat negara yang dimaksudkan disini adalah setiap pemimpin bagi

sekelompok orang, baik itu dalam ruang lingkup yang kecil ataupun yang besar. Ketika ia

telah menyanggupi untuk menjadi pemimpin maka ia harus bertanggung jawab untuk

selalu melakukan musyawarah dalam menghadapi berbagai persoalan yang menyangkut

orang banyak.

74 Ustman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif Terhadap

Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954, h. 325.

Page 52: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

2 Anggota Syūrā

Dalam menentukan siapa saja yang dapat menjadi anggota syūrā, Imam Al-Banna

berpendapat bahwa anggota syūrā terdiri atas tiga golongan, yaitu:

1 Para ahli fiqih yang mujtahid, yang pernyataan-pernyataannya

diperhitungkan dalam fatwa dan pengambilan hukum.

2 Pakar yang berpengalaman dalam urusan publik.

3 Semua orang yang memiliki kepemimpinan terhadap orang lain, misalnya

pimpinan golongan, kepala suku dan lain-lainnya.75

Ketiga golongan diatas, disebut dengan nama Ahlul halli wal ‘aqdi. Ahlul halli

wal ‘aqdi merupakan juru kunci dalam menentukan sebuah keputusan. Mereka terdiri

dari angota syūrā yang sudah memilki tiga kriteria diatas. Hal ini jualah yang menjadi

salah satu alasan bagi al-Banna untuk memutuskan mengikuti pemilu pada saat itu.

Karena parlemen pada pemerintahan saat itu sudah dinilai telah menyusun langkah

menuju ahlul hall wal aqdi, maka Islam tidak boleh menolak hal ini. Bagi Banna ahlul

halli awal aqdi merupakan orang-orang pilihan yang telah teruji pengetahuannya.

Sesungguhnya para penguasa sudah dapat dikatakan memperoleh kekuasaan yang sah

apabila dalam pemilihannya melalui jalan syūrā dan di tetapkan oleh ahlul hall wal aqdi

yang berfungsi sebagai wakil umat dan rakyat.

Betapa pentingnya peran Ahlul halli wal Aqdi menurut Hasan al-Banna, hal

tersebut sesuai dengan perkataannya yang mengatakan behwa “Pendapat pemimpin atau

wakilnya yang tidak dilandasi nash, yang bisa ditafsiri oleh beberapa versi dan yang

berkaitan dengan berbagai kemashlahatan yang tidak terbatas, boleh dipraktikkan”.

75 Ustman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif Terhadap

Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954, , h. 326.

Page 53: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Disini sangat terlihat jelas bahwa betapa bermaknanya pendapat mereka, karena bagi al-

Banna apapun keputusan mereka merupakan keputusan yang harus ditaati karena

memang mereka adalah orang-orang pilihan.76

Sedikit berbeda dengan Hasan, Al-Mawardi merujuk pada pendapat fuqaha

Bashrah berpendapat bahwa syura boleh dilakukan dalam jumlah terbatas dan ittifaq

paling sedikit dilakukan lima orang. Hal tersebut ia ungkapkan dengan merujuk pada

sejarah pengangkatan Abu Bakar yang dipilih oleh Umar bin Khathab, Abu 'Ubaidah bin

al-Jarah, Usaid bin Hudhair, Basyir bin Sa'ad, dan Salim Mawla Abi Hudzaifah. Begitu

pula Umar mempercayakan Dewan Formatur yang terdiri dari enam orang untuk memilih

satu di antaranya sebagai khalifah. Namun menurut fuqaha Kufah, syura cukup tiga orang

dan satu diantara mereka disepakati oleh dua orang yang lain.77

Tidak ada ketentuan khusus untuk jumlah dari anggota syūrā, yang terpenting

adalah anggota syūrā merupakan orang-orang pilihan yang berkualitas. Selain tiga

kriteria diatas, Audah menambahkan bahwa alangkah lebih baiknya anggota syūrā

merupakan tokoh-tokoh cendekiawan dalam Islam. disamping itu, ia pun mengatakan

bahwa tidak ada jumlah tertentu dalam anggota syūrā, dan tidak ada pula cara tertentu

untuk memilih mereka. Karena syūrā dilakukan untuk kepentingan umat, maka hal inipun

sepenuhnya merupakan otoritas umat dalam menentukannya. Hanya saja menurut

Audah, para anggota syūrā haruslah memiliki sifat adil, berpengetahuan serta memiliki

pandangan atau pemikiran yang berkualitas.78

Hal ini pun sesuai dengan pemikiran Abdul Qadir Djaelani yang telah

76 Yusuf Al-Qardhawy, Pedoman Bernegara dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Pustaka Al-KAutsar,

1999), cet. Ke-1, h. 104 77 Jalaluddin Rakhmat, Skisme dalam Islam Sebuah Telaah Ulang (http://www.jalal-

center.com/index.php?option=com_content&task=view&id=99) 78 Ustman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif Terhadap

Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954, h. 326.

Page 54: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

mengungkapkan masalah ini pada salah satu pasal di dalam undang-undang negara Islam

yang berbunyi bahwa “anggota majelis syūrā terdiri atas orang-rang pilihan dan kualitas

yang lebih tinggi.”79

3 Mekanisme Syūrā

Tidak ada cara atau mekanisme khusus dalam pelaksanaan syūrā. Syūrā dapat

dilakukan dengan berbagai cara disesuaikan pada situasi dan kondisi yang ada. Walaupun

hal ini telah dijadikan senjata oleh Ibn Hazm untuk melumpuhkan syūrā.80 Namun bagi

Ikhwan ini merupakan kebebasan yang diberikan Allah Swt untuk manusia dalam

memikirkannya. Sarana atau bentuk pelaksanaan merupakan teknis yang dapat

berkembang dan bebas menurut kondisi umat dan peristiwa pada saat itu. Sesuai dengan

pendapat Qutub yang mengatakan bahwa esensi lebih utama dibandingkan dengan

kemasan luar dari syūrā tersebut.81

Namun satu hal yang perlu diingat, bahwa karena syūrā merupakan kewajiban

bersama, maka penguasa dan rakyat harus menjalankannya sebagaimana fungsinya

masing-masing. Penguasa harus memusyawarahkan segala urusan pemerintahan yang

berkaitan dengan kepentingan individu dan umum dan rakyat harus dengan setia pula

menyampaikan aspirasinya agar terjadi suatu kolaborasi yang serasi.

Tidak ada yang lebih mondominasi dalam hal ini, hanya pendapat yang benar

karena tidak menyimpang dari aturan agamalah yang wajib diikuti. Bagi kaum minoritas

79 Abdul Qadir Djaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995),

cet. Ke-1, h. 447 80 Ibn Hazm adalah seorang ulama yang berotoritas keturunan Arab kelahiran Spanyol dan hidup

pada abad ke-11. Ia menyatakan bahwa pemilihan untuk menetapkan seorang pengganti khalifah melalui suatu pemufakatan ‘(‘ijma) atau bahkan melalui suatu komite (shurā) dapat mengakibatkan munculnya anarkhi. Lihat Bernard Lewis, Bahasa Politik Islam, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 196

81 Ustman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif Terhadap Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954, h. 329

Page 55: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

yang memiliki pendapat berbeda harus mentaati pendapat mayoritas dan tidak boleh

mementahkan pendapat yang sudah sampai pada tataran aplikasi, apabila ada ketidak

sesuaian dan memiliki pendapat sendiri, maka kritik tersebut harus disampaikan pada saat

diskusi berlangsung.

Walaupun tidak ada mekanisme khusus dalam pelaksanaan syūrā, namun hal ini

dapat dilihat dari isi pertemuan Majelis Syūrā gerakan Ikhwanul Muslimin yang selalu

diwarnai oleh pemikiran sang imam Hasan al-Banna.

Dari beberapa keputusan yang dihasilkan dalam kongres tersebut, terdapat dua

point yang dengan jelas membahas tentang prinsip berdiskusi. Adapun isi dari point

kedua prinsip tersebut ialah; “kita senantiasa mengingat prinsip-prinsip diskusi, yaitu

meminta izin, bersikap tenang, menyampaikan pendapat secara ringkas, memberikan

kebebasan kepada orang yang berbicara, tidak memotong pembicaraan, dan

meninggalkan debat kusir dalam masalah-masalah parsial, sehingga masing-masing bisa

menjelaskan pendapat dan mengemukakan alasan-alasan. Cukup itu saja yang bisa

dilakukannya ketika hendak menolak pendapat saudaranya.”

Prinsip diskusi yang cukup jelas diutarakan dalam point kedua tersebut ternyata

masih dilanjutkan pada point ketiga yang lebih menjelaskan kepada dianjurkannya untuk

berpikir panjang, tidak tergesa-gesa, menimbang perkataan dengan teliti dan berterus

terang dalam menyampaikan pendapat, karena sesungguhnya kita semua hendak mencari

kebaikan.82

Selain prinsip diatas, al-Banna terlihat gemar untuk melakukan syūrā pada saat

liburan dan malam hari. Karena pada malam menjelang dini hari merupakan waktu yang

82 Al-Imam Asy-Syahid Hasan al-Banna, Memoar Hasan al-Banna untuk Dakwah dan Para

Dainya, Penerjemah Salafuddin Abu Sayyid, (Solo: Intermedia, 2004) cet. Ke-4, h. 291

Page 56: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

dapat membuat manusia berfikir tenang dan penuh dengan rasa berserah diri pada Allah

swt. Untuk waktu liburan, al-Banna hanya bermaksud untuk mengisi liburan dengan

suatu kegiatan yang lebih bermanfaat dibandingkan dengan santai berleha-leha. Waktu

merupakan sesuatu yang sangat berharga, karena hidup adalah amanah.

B. Perbedaan Syūrā dan Demokrasi menurut Hasan al-Banna

Syūrā menurut Hasan al-Banna adalah suatu proses dalam mencari sebuah

keputusan atau kesepakatan yang berdasarkan pada suara terbanyak dan berlandaskan

pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah setiap urusan itu diserahkan kepada para

ahlinya demi mewujudkan suatu hasil yang maksimal dalam rangka menjaga stabilitas

antara pemimpin (pemerintah) dengan rakyat.83 Walaupun tidak terdapat mekanisme

khusus dalam syūrā, namun syūrā membatasi pada pembahasan yang di musyawarahkan.

Hanya masalah yang tidak ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah lah yang diperkenankan

untuk dimusyawarahkan, dan itupun hanya boleh dilakukan oleh orang (anggota)

berkualitas yang disebut dengan nama ahlul halli wal ‘aqdi.

Demokrasi merupakan tradisi Yunani Kuno yang berasal dari dua kata yaitu

“demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan “cratein” atau “cratos”

yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi “demos-cratein” atau “demos-cratos”

(demokrasi) adalah kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam

keputusan rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.84

Hasan al-Banna memberikan perhatian dan pandangan yang serius pada Undang-

83 Abdul Hamid Al-Ghazali, Meretas Jalan Kebangkitan Islam, Peta Pemikiran Hasan al-Banna,

Penerjemah Wahid Ahmadi, (Solo: Era Intermedia, 2001), cet. Ke-1, h. 262 84 Tim Penyusun PUSLIT IAIN Syarif Hidayaullah Jakarta, Pendidikan Kewargaan (Civic

Education), Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), cet. Ke-1, h. 162

Page 57: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Undang Dasar Mesir tahun 1923 yang merupakan salah satu undang-undang paling

demokratis sepanjang sejarah negeri itu. Dalam sebuah kesempatan konferensi Ikhwanul

Muslimin yang dihadiri oleh utusan-utusan dari seluruh pelosok negeri ia

mengungkapkan bahwa bentuk pemerintahan konstitusional yang diharapkan itu ialah

“Ditetapkannya kemerdekaan (kebebasan) pribadi, dilaksanakannya syūrā (musyawarah), ditegaskannya hak-hak rakyat dan tanggung jawab pemerintah terhadap rakyat, serta kebebasan rakyat dalam melakukan kegiatan dan ketentuan batas waktu bagi setiap pemerintahan atau penguasa”. Ia kembali menegaskan bahwa,“Soal-soal yang fundamental seperti ini, dalam hubungannya dengan pemerintah, haruslah dijalankan dengan berpedoman kepada ajaran dan aturan-aturan Islam (Syari’at Islam)”.

Page 58: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Menurut al-Banna sistem pemerintahan yang konstitusional itu ialah system

pemerintahan yang dekat dengan Islam. dan Ikhwanul Muslimin tidak akan pernah

memilih yang lain daripada itu. Dalam mengomentari tentang pelaksanaan dari undang-

undang yang dinilai demokratis pada saat itu ia mencoba memberikan contoh tentang

undang-undang pemilihan umum yang diharapkan akan dapat menampung suara yang

benar-benar murni dari rakyat, sehingga orang yang terpilih akan menyanggupi dan

bertanggung jawab untuk melaksanakan undang-undang tersebut. Namun dalam hal ini

ternyata justru mengakibatkan terjadinya konflik-konflik dan bentuk-bentuk permusuhan

yang tumbuh dan berkembang setelah diadakannya pemilihan umum.

Sistem Islam bukanlah hanya susunan kata-kata yang tersusun rapi dan indah,

namun juga suatu kaidah-kaidah pokok dalam Islam yang harus diwujudkan secara tepat

dengan tetap menjaga keseimbangan dalam berbagai situasi.

Keseimbangan merupakan salah satu kata dalam istilah politik modern yang biasa

lebih dikenal dengan sebutan kesadaran politik, kematangan politik atau pendidikan

politik. Keseimbangan inipun tidak akan dapat tercipta tanpa adanya kesadaran yang

tulus dari hati nurani setiap manusia yang ingin menggapai keselamatan di dunia maupun

di akhirat.85

Pada lain kesempatan Hasan kembali menerangkan bahwa ajaran Islam yang

bersumber kepada Al-Qur’an Hadist telah memberikan ketentuan dan dasar-dasar dalam

berbagai bidang seperti; sipil, perdagangan, hukum dan lain sebagainya. Oleh sebab itu

tidak ada alasan untuk para ahli hukum Barat untuk mengatakan bahwa aturan yang

terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist bertentangan dengan aturan-aturan mereka yang

85 Hasan al-Banna, (terj) Matta, Anis, dkk, Risalah Pergerakan al-Ikhwan al-Muslimun 1, Solo: Era

Intermedia, 2006, cet. ke-13, h.

Page 59: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

selalu mengatasnamakan kebebasan Hak asasi manusia.86

Dalam hal kebebasan berpendapat disini, beliaupun menegaskannya dengan kata-

kata yang cukup tegas;

“Bedakanlah antara kepartaian yang slogannya adalah kebebasan pendapat dan kebebasan berselisih dalam berbagai pandangan, baik yang umum maupun detailnya, dengan kebebasan berpendapat yang dibolehkan dan dianjurkan dalam Islam dan usaha mengkaji berbagai sudut pandang perbedaan dalam rangka mencari kebenaran. Sehingga manakala sudah jelas masalahnya, semua orang mau mengikutinya, baik mengikuti arus mayoritas, maupun ijma’ para ulama. Dengan demikian, tidak ada fenomena di tengah masyarakat kecuali tegaknya persatuan, dan tidak pula di tengah para ulama kecuali kesepakatan”.87

Demokrasi merupakan suatu topik yang selalu hangat untuk dibicarakan, oleh

karena itu selain al-Banna para pemikir lain banyak yang mengungkapkan pendapatnya

tentang definisi dari demokrasi. Menurut ilmuwan sosial, Joseph A. Schumpeter dalam

bukunya Capitalism, Socialism, and Democracy, Metode demokratis adalah suatu

perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu

memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara perjuangan kompetitif atas suara

rakyat88, Sidney Hook dalam Encyclopedia Americana mengatakan bahwa demokrasi

adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan pemerintah yang penting secara langsung

atau tidak langsung harus didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara

bebas dari rakyat dewasa89, sedangkan David Beetham mendefinisikan demokrasi sebagai

sebuah cara pengambilan keputusan menyangkut aturan dan kebijakan yang mengikat

secara kolektif, yang dikenai control oleh rakyat90.

86 Fathi Usman, dkk (terj), Ikhwanul Muslimin Membedah Demokrasi, (Jakarta: Media Da’wah, tt),

h. 3-5 87 Hasan al-Banna, (terj) Matta, Anis, dkk, Risalah Pergerakan al-Ikhwan al-Muslimun 1, Solo: Era

Intermedia, 2006, cet. ke-13, h. 88 Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna; Respon Intelektual muslim Indonesia

terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), h. 72-73 89 Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna; Respon Intelektual muslim Indonesia

terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), h. 73-74 90 Anders Uhlin, Oposisi Berserak: Arus Deras Demokrasi Gelombang ketiga di Indonesia, terj.

Rofik Suhud, (Bandung: Mizan, 1997), h. 11

Page 60: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Selain para pemikir Barat diatas, pemikir Islam seperti Deliar Noor pun turut

serta dalam mengungkapkan definisi dari demokrasi. Menurutnya Demokrasi yang

merupakan dasar hidup bernegara mengandung pengertian bahwa pada tingkat terakhir

rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya, termasuk

dalam menilai kebijakan negara, karena kebijakan tersebut menentukan kehidupan

rakyat,91 kemudian Nurcholish Majid yang lebih dikenal dengan “pemikiran sekuler-

nya” lebih menekankan kepada betapa sejalannya antara konsep demokrasi dengan syūrā.

Karena sesungguhnya demokrasi dan agama dapat ditemukan. Demokrasi dipandang

sebagai aturan politik yang paling layak, sementara agama diposisikan sebagai wasit

moral dalam pengaplikasian demokrasi.92

Melihat definisi yang telah ada, konsep syūrā jelas berbeda dengan sistem

demokrasi ala Barat. Syūrā tidak mengenal “mayoritas” tanpa hukum yang jelas, yang

berlaku hanyalah suara mayoritas yang sesuai dengan hukum agama karena itulah

kebenaran yang hakiki. Sedangkan demokrasi merupakan suatu aturan yang terlahir oleh

orang-orang yang memang ingin melepas dari nilai keagamaan, dan suara mayoritas

merupakan ketentuan hukum yang harus dipatuhi.

Syūrā yang merupakan tindakan bernilai agama lebih mengutamakan kualitas dari

kepribadian orang yang melakukannya. Dengan kefahaman orang tersebut terhadap

segala aturan agama, maka ia tidak akan menyimpang dalam mengambil sebuah

keputusan. Sedangkan demokrasi lebih mengutamakan kuantitas dari sebuah

musyawarah. Suara mayoritas merupakan “harga mati” yang harus dipatuhi.

Kedaulatan yang berada di tangan rakyat merupakan prinsip demokrasi ala Barat

91 A. Ubaidillah, et al, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani,

(Jakarta: IAIN Press, 2000), cet. Ke-1, h. 162 92 Ahmad Amir Aziz, Neo-Modernisme Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Renika Cipta, 1999), h. 66

Page 61: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

yang jelas bertentangan dengan syūrā versi Islam. seperti telah diuraikan diatas, majelis

syūrā hanya boleh membicarakan masalah yang belum memiliki isyarat pemecahan

dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan itupun hanya boleh dilakukan dalam tataran teknis

saja. Sedangkan demokrasi lebih mementingkan suara mayoritas, tanpa melihat

kemampuan berfikir dari mereka.

Karena Ahlul halli wal ‘aqdi merupakan sarana untuk mengambil sebuah

keputusan yang berdasarkan aturan agama, maka lembaga ini harus dijaga sedemikian

rupa. Dalam menghindari kekacaubalauan dalam tubuh Ahlul halli wal ‘aqdi, Hasan al-

Banna memasukkan masalah ini pada kewajiban pertama yang harus difikirkan. Ia

mengatakan bahwa “aturlah lembaga ini dengan baik agar mempunyai sifat kelestarian

dan mencegah para penguasa agar jangan sampai mencampuri pembentukannya untuk

menghilangkan kebebasan jumhur dalam memilih wakil-wakil mereka, sebagaimana

wajib mengatur pengendaliannya akan otoritasnya dalam mengontrol para penguasa. Ini

demi mencegah mereka jangan sampai keluar dari syariat, mengamati mereka, dan

memecat mereka ketika diperlukan sesuai dengan hukum-hukum syara.”93

Ahlul halli wal aqdi juga merupakan sebuah lembaga yang dapat mengesahkan

cara pengangkatan kepala negara, hal tersebut sesuai dengan pendapat yang mengatakan

bahwa: “pengangkaan itu hanya sah dengan keikutsertaan mayoritas ahlul halli wal aqdi

dari seluruh negeri sehingga kepemimpinannya itu mendapatkan penerimaan secara tulus

dan pengakuan secara umum.94

93 Taufik Muhammad Asy-Syawi, Syura Bukan Demokrasi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.

564 Dalam hal ini, Hasan al-Banna telah menyatakan dalam risalahnya yang brjudul “Problema-

problema Kita dalam Negeri di Bawah Sinar Sistem Islam”. 94 Imam al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam, (Jakarta:

Gema Insani Press, 2000), cet ke-1, h. 19

Page 62: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

C. Korelasi Konsep “Syūrā yang Mengikat” dengan Kekuasaan Negara

Syūrā merupakan batas antara masyarakat zalim dengan masyarakat beriman.

Oleh karena itu umat Islam tidak boleh mengabaikan syūrā dalam mengambil sebuah

keputusan, karena hal itu disinyalir dapat membunuh kemauan dan memasung pemikiran.

Syūrā harus mengacu pada dua sumber yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Syūrā

pun memaksa para pesertanya untuk berusaha keras dalam mencapai sebuah kebenaran.

Memang tidak ada aturan tentang siapa harus membahas apa. Namun alangkah lebih

baiknya apabila seseorang dapat membahas apa yang telah ia kuasasi.

Oleh karena itu, para qiyadah (pemimpin) harus dengan cermat mencari

kebenaran. Gunakan segala kemampuan dan peluang yang ada. Janganlah lupa meminta

pandangan orang yang memang berkompeten di bidang itu. Apabila musyawarah telah

terlaksana, maka semua anggota harus melaksanakan keputusan yang telah disepakati.

Tidak ada yang boleh melanggar keputusan itu karena syūrā dalam pandangan Ikhwan

adalah bersifat mengikat. Hal itu sesuai dengan perkataan Hasan yang berbunyi:

“Kita bekerja sama dalam hal-hal yang kita sepakati dan saling memaafkan dalam hal yang diperselisihkan.”95 Walaupun pada mulanya Hasan al-Banna dan sebagian ulama berpandangan

bahwa syūrā hanya sekedar memberi masukan dan bukan sebagai badan yang

menetapkan.96 Namun pada masa-masa akhir kehidupannya, ia menerima pandangan

bahwa syūrā bersifat mengikat. Hal tersebut ia buktikan dengan diwariskannya sebuah

qanun (undang-undang) jamaah yang disusun oleh sebuah tim yang diketuai oleh Hasan

95 Jum’ah Amin Abdul Azi., Tsawabit dalam Manhaj Gerakan Ikhwan, (Bandung: Asy Syaamil

Press dan Grafika, 2002), cet. Ke-2, h. 89-93 96 Yusuf Al-Qardhawy, Fiqih Daulah dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah, (Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar, 1998), cet ke-3, h. 204

Page 63: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

al-Banna sendiri.

Akhirnya Pada tahun 1948 atau setahun sebelum ia syahid, ditetapkanlah

rancangan tersebut menjadi sebuah ketetapan undang-undang tentang syūrā. Undang-

undang itu menyatakan keharusan menerima dan memegang pandangan mayoritas. Jika

ada suara berimbang, maka pemimpin jamaahlah yang menimbang diantara keduanya.97

Apa yang telah dilakukan Banna dalam menyikapi sifat syūrā bukanlah karena

ketidakyakinannya pada prinsip tersebut. Akan tetapi semua itu ia lakukan tidak lain

hanya ingin memberikan pelajaran serta pengetahuan tentang konsep syūrā secara jelas

kepada para muridnya. Hal itu tampak pada diungkapkannya bahwa syūrā itu bersifat

masukan ketika para muridnya masih baru tumbuh. Namun setelah mereka mencapai

kematangan dalam pemahaman, ia mengambil pandangan bahwa syūrā itu mengikat, agar

hal itu menjadi landasan yang kokoh dalam qanun yang akan digunakan pada gerakan

yang dibangun dan dipimpinnya.

Kebebasan merupakan sebuah kata yang sangat diagung-agungkan oleh setiap

manusia dari sejak dulu hingga masa kini. Karena kebebasan merupakan sebuah nilai

dasar hukum yang dapat memanusiakan manusia.98 Namun kebebasan yang merupakan

esensi syūrā dalam syariat disini bukanlah kebebasan mutlak tanpa aturan yang mengikat

dan tanpa kendali yang mengekangnya. Syūrā adalah kebebasan berjamaah dan

bertatanan, yang komitmen pada aturan dan batas-batas yang dibimbing pada syariat yang

abadi dan oleh keputusan syūrā yang mengikat.

Inilah makna syūrā sesungguhnya yang akan bermuara pada tujuan syūrā.

Adapun tujuan syūrā itu sendiri adalah merealisasikan sebesar-besarnya kadar

97 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Tsawabit dalam Manhaj Gerakan Ikhwan, h. 80 98 Franz Magnis Suseno, Etika Politik Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 92

Page 64: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

kemerdekaan untuk berfikir di atas landasan keadilan, kerja sama dan solidaritas.99

D. Praktik Syūrā dalam Pemikiran Hasan Al-Banna

Menciptakan sebuah perubahan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan,

karena bagi Al-Banna proses kebangkitan sebuah bangsa atau umat pertama-tama

haruslah dipandang sebagai sebuah proyek peradaban yang besar dan kompleks. Itu

hanya dapat tertuang dari gagasan-gagasan besar yang diaplikasikan melalui sebuah

organisasi.100

Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah gerakan politik yang didirikan oleh Hasan

al-Banna pada tahun 1928 di Mesir. Konsep syūrā menurut Hasan al-Banna merupakan

konsep yang menjadi salah satu landasan dalam gerakan tersebut, hal ini jelas terlihat

pada peng-aplikasian konsep tersebut dalam perjalanan politiknya. Walaupun ia tidak

pernah secara tegas meng-klaim dirinya sebagai partai politik, namun hal itu dapat

terbantahkan melihat berbagai tindak tanduknya yang mencerminkan layaknya sebuah

partai politik. Hal tersebut dapat terlihat dari awal kemunculannya yang disinyalir

sebagai reaksi terhadap situasi politik di Mesir pada saat itu dan beberapa partisipasi

poitiknya yang sangat menjurus kepada berbagai kegiatan yang sarat akan perilaku

politik.101

Bentuk-bentuk partisipasi politik Ikhwanul Muslimin terbagai menjadi dua,

Pertama, bentuk partisipasi yang dilakukan individu sebagai anggota tanzhim siyasi

(orgasisasi politik) dan Kedua, bentuk partisipasi politik dalam realita dan problematika

99 Taufik Yusuf Al-Wa’iy, Pemikiran Politik Kontemporer Al-Ikhwan Al-muslimun; Studi Analitis,

Observatif, Dokumentatif, (Solo: Era Intermedia, 2003), cet ke-1, h. 92 100 M. Anis Matta, Pemegang Saham Kebangkitan Islam, (Majalah Sabili: 25 Juli 2002), h. 49 101 John L. Esposito, Ensiklopedi Dunia Islam, h. 267-268

Page 65: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

politik Mesir. Pada bentuk yang pertama, Ikhwanul Muslimin lebih menjelaskan pada

tataran dalam tubuh organisasinya. Ia merupakan sebuah organisasi yang sangat

memberikan peluang pada setiap orang untuk ikut berpartisipasi pada dunia perpolitikan

melalui pendidikan politik dengan cara pelatihan dan generalisasi. Walaupun bentuk ini

lebih fokus membahas masalah internal namun hal tersebut juga berkaitan dengan

masyarakat luar dan luas. Karena sesuai dengan pemahaman tentang partisipasi, menjadi

anggota dalam suatu jamaah atau partai politik saja sudah termasuk kedalam bentuk

partisipasi dan apabila seseorang anggota bergabung dalam aktivitas organisasi

politiknya, maka ia dapat dikatakan telah aktif dalam partisipasinya.102

Sedangkan pada bentuk yang kedua,Ikhwanul Muslimin lebih men-generalisasi

dibandingkan bentuk yang pertama. Karena bentuk ini lebih mengemukakan hubungan

Ikhwanul Muslimin dengan lingkungan serta situasi dan kondisi perpolitikan pada saat

itu. Selain aktif dalam bentuk aksi dan demonstrasi, yang terpenting adalah Ikhwanul

Muslimin ikut dalam pemilihan umum dengan mencalonkan atau memberi suara. Hal ini

jelas membuktikan bahwa Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah partai yang siap

mengutus para kadernya untuk menuangkan visi misi pemikiran Ikhwanul Muslimin ke

dalam parlemen.103

102 Ustman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif Terhadap

Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954,hal. 461-462

103 Ustman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif Terhadap

Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954,h. 461-462

Page 66: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Keikutsertaan Ikhwanul Muslimin pada pemilu saat itu dimaksudkan untuk

memberikan pengaruh langsung terhadap keputusan politik Mesir melalui parlemen.

Karena parlemen merupakan sebuah lembaga yang dapat dijadikan wadah untuk

menyampaikan aspirasi rakyat maka Ikhwan mencalonkan enam orang anggotanya untuk

maju pada pemilu 1942. Di antaranya adalah Al-Banna untuk daerah pemilihan kota

Ismailia dan Muhammad Hamid Abunnashr untuk di Manfalut.

Kemudian pada kesempatan berikutnya yaitu pada pertemuan luar biasa Dewan

Pendiri Ikhwan tanggal 2 Syawal 1967 sampai 8 Agustus 1948, Ikhwan membahas

tentang bagaimana seharusnya sikap mereka dalam menghadapi pemilihan umum yang

akan datang. Akhirnya dalam pertemuan itu dicapailah sebuah kesepakatan yang

berdasarkan usulan Mursyid “Aam (pimpinan pusat) untuk mengadakan referendum

untuk seluruh anggota Ikhwan dan semua orang yang memang ingin berpartisipasi

bersama mereka.

Ada tiga pertanyaan seputar “sikap Ikhwan dalam menghadapi pemilu” dalam

kegiatan itu, dan untuk mendapatkan jawabannya para anggota diwajibkan

mengumpulkannya kepada Komite Politik Ikhwan dalam jangka waktu 2 minggu

sebelum waktu yang telah ditentukan. Komite Politik Ikhwan merupakan sebuah lembaga

yang bertugas mempelajari hasil referendum dan melaporkan kepada Dewan Pendiri

Jamaah. Dewan itulah yang kemudian akan menentukan sikap dalam menyikapi pemilu.

Al-Banna pernah mengemukakan alasannya mengapa mereka ikut serta dalam

pemilu 1944. bagi Banna karena melalui wakilnya lah dakwah mereka akan sampai

kepada lembaga resmi Negara dan sekaligus memberi pelajaran kepada masyarakat

Page 67: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

tentang pendidikan politik yang bermuatan nilai-nilai luhur dan moral yang tinggi.104

Apa yang telah dilakukan oleh gerakan tersebut jelas mengungkapkan betapa

diterapkannya konsep syūrā pada gerakan Ikhwanul Muslimin. Dari awal

keikutsertaannya pada pemilu jelas membuktikan bahwa gerakan tersebut menerapkan

konsep syūrā. Karena menurut Hasan dalam sebuah kelompok (partai politik) harus

terdapat Majelis Syūrā yang bertugas sebagai wadah dalam menyikapi segala

permasalahan umat.

Selanjutnya sebuah partai politik memiliki konsekuensi untuk turut dalam pemilu.

Dalam penentuan siapa yang akan maju mewakili partai itupun pasti tidak dapat terlepas

dengan kegiatan musyawarah tersebut. Hal ini semakin mempertegas bahwa syūrā

memang benar-benar telah diterapkan pada gerakan yang dipeloporinya, yaitu gerakan

Ikhwanul Muslimin.

Selain hal tersebut diatas Ikhwan juga mengaskan bahwa satu-satunya cara untuk

pengangkatan kepala negara adalah melalui pemilihan ahlul halli wal ‘aqi (anggota

Dewan Umat) yang dipilih oleh rakyat dan kesediaan orang tersebut. Jabatan

kepresidenan merupakan “kontrak” antara Dewan Umat dan presiden. Oleh karena itu

transaksi tidak akan terjadi secara sah kecuali melalui pemilihan bebas dari ahlu asy-

syura wa at-tasyri (dalam hal ini anggota Dewan Permusyawaratan dan Dewan

Legislatif) dan kesediaan kepala negara tersebut. Bagi Ikhwan transaksi yang diikuti

dengan “bai’ah secara sukarela” itulah satu-satunya cara yang harus ditempuh untuk

jabatan eksekutif.

Menurut Ikhwan, Untuk kekuasaan legislatif dipegang oleh Dewan Umat dan

104 Ustman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif Terhadap

Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954,h. 473-475

Page 68: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

kepala negara dalam batas-batas ajaran Islam. Setiap anggota Dewan Umat dan kepala

negara memiliki hak mengusulkan konstitusi sepanjang tidak bertentangan dengan Islam.

Selanjutnya, konstitusi ditetapkan oleh Dewan Umat dan disetujui oleh mayoritas

anggotanya.

Untuk kekuasaan yudikatif, Ikhwan menempatkannya pada kekuasaan

independent diluar kekuasaan eksekutif. Meskipun kepala negara yang mengangkat para

hakim, namun dalam hal ini para hakim tersebut tetap berstatus sebagai wakil rakyat.

Karena hakim itu mewakili rakyat, maka mereka tidak akan diberhentikan dari

jabatannya hanya karena kematian dan turunnya kepala negara. Kekuasaan ini dipegang

oleh pengadilan dan mereka yang memutuskan hukum.105

105 Ustman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif Terhadap

Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954,h. 304-308

Page 69: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Awalnya, syūrā (musyawarah) merupakan suatu kegiatan yang menjadi tradisi

bangsa Arab dalam mengambil sebuah keputusan berdasarkan kesepakatan bersama.

Namun ketika Islam datang, tradisi tersebut berubah menjadi sebuah aturan agama Islam

yang wajib dipatuhi oleh umatnya. Karena aturan tersebut tertera dalam kitab suci Al-

Qur’an dan As-Sunnah, maka tidak ada alasan lagi bagi umat Islam untuk tidak

melaksanakan perintah tersebut.

Islam sangat terlihat pasang surut dalam perjalanan politiknya. Pada saat dimana

kebangkitan Islam sangat didamba-dambakan oleh umatnya, lahirlah seorang pahlawan

Islam yang bernama Imam Hasan Al-Banna yang bersedia untuk membela agama dan

negaranya dengan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Bagi al-Banna karena syūrā merupakan salah satu aturan yang terdapat dalam

kitab suci Al-Qur’an maka umat muslim wajib untuk melakukannya. Setiap pemimpin

atau wakil rakyat yang bertanggung jawab terhadap rakyat banyak maka harus

melakukan syūrā dalam mengambil sebuah keputusan demi kemashlahatan umat.

Namun dalam hal ini, ia sangat membedakan versi Islam dengan Demokrasi ala

Barat. Bagi Hasan Al-Banna syūrā versi Islam merupakan sebuah aturan agama yang

wajib ditaati oleh setiap pemeluknya. Walaupun tidak ada mekanisme khusus dalam

syūrā versi Islam, namun tidak semua persoalan dapat dimusyawarahkan. Setiap

permasalahan yang sudah memiliki hukum yang jelas baik di dalam Al-Qur’an ataupun

As-Sunnah tidak boleh lagi di ganggu gugat dengan campur tangan pemikiran manusia.

Page 70: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Kalaupun memang ada permasalahan yang tidak dapat ditemukan jawabannya,

musyawarah hanya dapat dilakukan dalam tataran tekhnis saja, dan tetap selalu merujuk

pada sumber yang telah ada. Berbeda dengan demokrasi ala Barat yang berartikan

kedaulatan sepenuhnya ada di tangan rakyat.

Melihat perbedaan yang sangat signifikan ini, akhirnya Hasan pun memberi label

bahwa syūrā versi Islam bersifat mengikat. Tidak hanya perangkat Negara atau pejabat

utama saja yang diwajibkan untuk melakukan syūrā namun juga setiap individu dalam

menyelesaikan setiap permasalahan.

Melihat betapa pentingnya syūrā maka al-Banna menjadikan syūrā sebagai salah

satu landasan dalam gerakan yang didirikannya yaitu gerakan Ikhwanul Muslimin.

Sungguh terlihat jelas penerapan konsep syūrā dalam gerakan yang didirikannya

tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan keikutsertaan gerakan tersebut pada

berubahnya gerakan tersebut menjadi sebuah partai politik yang siap untuk mengikuti

pemilu pada saat itu. Sebuah partai yang memutuskan siap untuk turut serta dalam pemilu

secara otomatis harus melalui proses syūrā (musyawarah). Karena tidak dapat dipungkiri

untuk menentukan siapa yang lebih pantas untuk naik bersaing harus merupakan

kesepakatan anggota dalam tubuh partai tersebut.

Page 71: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

B. Saran

Syūrā bukan hanya kata tanpa makna, namun syūrā merupakan sebuah kata yang

sarat akan makna yang berartikan suatu cara dalam mengambil keputusan. Oleh sebab itu

jangan hanya memaknai kata syūrā pada tataran kehidupan bernegara dan kehidupan

berpolitik saja, walaupun kita tidak dapat terlepas dari seputar permasalahan tersebut,

namun juga harus difahami bahwa syūrā merupakan salah satu perintah yang ada di

dalam Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an bersifat global dan universal maka suatu

keharusanlah untuk setiap umat Islam melaksanakan perintah tersebut dalam menghadapi

berbagai permasalahan.

Sungguh contoh dan pelajaran hidup yang sangat berharga yang telah diberikan

oleh sang Imam Hasan al-Banna untuk para generasi penerus. Ketika harus menciptakan

sebuah perubahan, cipatakanlah sebuah perubahan yang lebih baik yang berdasarkan

pada perintah-perintah agama dan tidak menyimpang dari segala aturan yang telah ada.

Namun sayangnya tidak semua orang dapat dengan mudah menerima pemikiran

Hasan al-Banna yang terlihat lebih ekstrim dalam menyikapi segala hal persoalan

manusia. Namun sesungguhnya tidak ada maksud lain bagi sang Imam selain ingin

menciptakan generasi rabbani yang selalu taat akan segala peraturan Illahi. Alangkah

lebih baiknya jika kita dapat menghargai perbedaan, karena dengan memahami

“perbedaan” maka kita akan lebih memahami arti “persamaan” yang sesungguhnya.

Page 72: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Hadist Abdillah, Masykuri, Demokrasi di Persimpangan Makna; Respon Intelektual muslim

Indonesia terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993), Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999

Al-Asir, Ibn, Al-Kamil fi al-Tarikh, Jilid II, Beirut: Dar Shader-Dar Bairut, 1965 Al-Asqalani, Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar, Fath al-bari, Juz XIII, Kairo: Dar al-Fikr, tt Al-Banna, Hasan, Memoar Hasan al-Banna untuk Dakwah dan Para Dainya,

Penerjemah Salafuddin Abu Sayyid, Solo: Intermedia, 2004, cet. Ke-4 --------------------, Mudzakkirat Ad-Da’wah wa Ad-Da’iyah, Kairo: Dar Asy-Syihab, tt --------------------, (terj.), “Anis Matta”, Risalah Pergerakan al-Ikhwan al-Muslimun 1,

Solo: Era Intermedia, 2006, cet. ke-13 --------------------, (terj.), “Anis Matta”, Risalah Pergerakan al-Ikhwan al-Muslimun 2,

Solo: Era Intermedia, 2005, cet. ke-9 Al-Ghazali, Abdul Hamid, Meretas Jalan Kebangkitan Islam, Peta Pemikiran Hasan al-

Banna, Penerjemah Wahid Ahmadi, Solo: Era Intermedia, 2001, cet. Ke-1 Al-Jundi, Anwar, Biografi Hasan Al-Banna, Solo: Media Insani Press, 2003, cet. Ke-1 Al-Mawardi, Imam, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam,

Jakarta: Gema Insani Press, 2000, cet ke-1 Al-Maududi, Abul A’la, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Bandung: Mizan,

1995, cet. Ke-4 Al-Qardhawy, Yusuf, Fiqih Daulah dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 1997 ---------------, Pedoman Bernegara dalam Perspektif Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

1999, cet ke-1 Al-Qurthubi, Abu Abdullah Muhammad ibn Ahmad al-Anshar, al-Jami’ li Ahkam al-

Qur’an, Juz II, Kairo: Dar al-Sya’b, tt

Page 73: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Al-Suyuthi, Jalal al-Din, Al-Jami’al-Shaghir fi Ahadis al-Basyir wa al-Nazir, Kairo: Dal al-Qalam, 1966

Al-Suyuthi, Jalal al-Din, Tarikh al-Khulafa’ Kairo: Dar Nahdhat, 1976 Al-Wa’iy, Taufik Yusuf, Pemikiran Politik Kontemporer Al-Ikhwan Al-Muslimun,

Observatif, Dokumentatif, Solo: Era Intemedia, 2003, cet. Ke-1 Aziz, Jum’ah Amin Abdul Aziz., Tsawabit dalam Manhaj Gerakan Ikhwan, Bandung: Asy Syaamil Press dan Grafika, 2002, cet. Ke-2

Aly, Sirojuddin, Diktat; Ketata Negaraan Periode Khulafa al-Rasyidin, Jakarta, 2007

Arnold, Thomas W, The Caliphate, London: Routledge & Kegan Paul Ltd, 1967 Asyri, Zul, Pelaksanaan Musyawarah dalam Pemerintahan Al-Khulafa’al Rasyidin,

Jakarta: Kalam Mulia, 1996, cet. Ke-2 Asy-Syawi, Taufik Muhammad, Syura Bukan Demokrasi, Jakarta: Gema Insani Press,

1997 At-Thabari, Tarikh al-Umam wa al Mulk, Jilid II, Mesir: Dar al-Fikr, 1979 Aziz, Ahmad Amir, Neo-Modernisme Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Renika Cipta, 1999 Aziz, Jum’ah Amin Abdul Aziz, Tsawabit dalam Manhaj Gerakan Ikhwan, Bandung:

Asy Syaamil Press dan Grafika, 2002, cet. Ke-2 Bek, Syekh Muhammad al-Hudhari, Muhadharat Tarikh al-Umam al-Islmaiyat, Jilid I,

Kairo: Al-Maktabat al-Tijariyat al-Kubra, tt Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2004 Dahlan, Abdul Aziz dkk, (ed.), Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,,

1996, ct ke-6 Djaelani, Abdul Qadir, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu,

1995, cet. Ke-1 Esposito, john L, dan John O. Voll, Demokrasi di Negara-Negara Muslim; Problem dan

Prospek terj: Rahmani Aztuti, Bandung: Mizan, 1990 Esposito, John L, Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, Bandung: Penerbit Mizan,

2001, cet ke-1

Page 74: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

---------------------, Identitas Islam pada Perubahan Sosial-Politik, Bandung: Bulan Bintang, 1986

---------------------, Islam dan Politik, Bandung: Bulan Bintang, 1990 Fariz, Muhammad Abdul Qadir Abu, Sistem Politik Islam, Jakarta: Robbani Press, 2000 Karim, Khalil Abdul, Syari’ah Sejarah Perkelahian dan Pemaknaan Yogyakarta: LKIS,

2003

Lewis, Bernard, Bahasa Politik Islam, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994 Matta, M. Anis, Pemegang Saham Kebangkitan Islam, Sabili: 25 Juli 2002 Muhammad, KH. Husain, Dawrah Fiqih Perempuan, Cirebon: Fahmina Institute, 2006 Qutb, Sayyid, Fiqih Dakwah, Jakarta: Pustaka Amani, 1995, cet. Ke-2 Rahman, Fazlur, Islamic Methodology in History, Karachi: Central Institut of Islamic

Research, 1965 Rahman, Fazlur, dkk (ed.), “Ahmad Mumtaz”, Masalah-masalah Teori Politik Islam,

Bandung: Mizan, 1993, cet. Ke-1

Rais, M. Dhiauddin, Teori Politik Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2001 Ruslan, Ustman Abdul Mu’iz, Pendidikan Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif

Terhadap Proses Pendidikan “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995, cet. Ke-2

Sadjali, Munawir, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI Press, 1993 Sou’yb, Joesoef, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta: Bulan Bintang, 1979 Suhelmi, Ahmad, Pemikiran Politik Barat, Jakarta: Gramedia, 2001 Suseno, Franz Magnis, Etika Politik; Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, cet. Ke-7 Tim Penyusun PUSLIT IAIN Syarif Hidayaullah Jakarta, Pendidikan Kewargaan (Civic

Education), Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), cet. Ke-1, h. 162

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Gitamedia Press, 2006, cet. Ke-1 Ubaidillah, A, et al, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM dan Masyarakat

Madani, Jakarta: IAIN Press, 2000, cet. Ke-1

Page 75: KONSEP SYURA PERSPEKTIF HASAN AL-BANNArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18588/1/RACHILDA... · Ikhwanul Muslimin yang terinspirasi oleh pemikiran Hasan Al-Banna.

Uhlin, Anders, Oposisi Berserak: Arus Deras Demokrasi Gelombang ketiga di Indonesia,

terj. Rofik Suhud, Bandung: Mizan, 1997 Usman, Fathi, dkk (terj), Ikhwanul Muslimin Membedah Demokrasi, Jakarta: Media

Da’wah, tt Yakan, Fathi, Revolusi Hasan Al-Banna, Jakarta: Harakah, 2002, cet Ke-1 Internet,

Abdullah, Abi, Kewajiban Melaksanakan & Mentaati Syura’ (Wujub Asy-Syura’)dikutip dari http://www.al-shia.com/html/id/service/maqalat/musyawarah-dalam-Islam.htm Al-Ikhwan.net 28 February 2007 9 Safar 1428 H Hits: 2,107

Rakhmat, Jalaluddin, Skisme dalam Islam Sebuah Telaah Ulang (http://www.jalal-

center.com/index.php?option=com_content&task=view&id=99)