Perjuangan Hasan al bana

43
A. Pendahuluan Islam berkembang cepat dan memiliki akar yang begitu banyak. Tradisi Islam senantiasa memandang penyebaran Islam yang luar biasa ini sebagai bukti keajaiban dan kesahihan historis akan kebenaran al-Qur’an dan klaim-klaim Islam dan sebagai tanda adanya petunjuk dari Allah. Akan tetapi kolonialisme bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-18 hingga pertengahan pertama abad ke-20 dan kegagalan selanjutnya dari banyak negara Islam modern menyodorkan tantangan yang serius atas kepercayaan ini. Maka muncullah kelompok yang beranggapan bahwa Islam sudah tidak relevan lagi, namun di sisi lain muncul juga kalangan yang menggaungkan kembali kepada Islam yang kaffah dalam semua lini kehidupan. Islam adalah agama yang lengkap. Islam tidak memisahkan antara sesuatu yang duniawi dan ukhrawi, atau yang profan dan sakral. Islam mempunyai sejarah yang berwarna-warni dan panjang sejak kemunculannya hingga saat ini. Berbagai 1

description

sejarah perjuangan hasan al bana

Transcript of Perjuangan Hasan al bana

Page 1: Perjuangan Hasan al bana

A. Pendahuluan

Islam berkembang cepat dan memiliki akar yang begitu banyak. Tradisi

Islam senantiasa memandang penyebaran Islam yang luar biasa ini sebagai bukti

keajaiban dan kesahihan historis akan kebenaran al-Qur’an dan klaim-klaim Islam

dan sebagai tanda adanya petunjuk dari Allah. Akan tetapi kolonialisme bangsa-

bangsa Eropa pada abad ke-18 hingga pertengahan pertama abad ke-20 dan kegagalan

selanjutnya dari banyak negara Islam modern menyodorkan tantangan yang serius

atas kepercayaan ini. Maka muncullah kelompok yang beranggapan bahwa Islam

sudah tidak relevan lagi, namun di sisi lain muncul juga kalangan yang

menggaungkan kembali kepada Islam yang kaffah dalam semua lini kehidupan. 

Islam adalah agama yang lengkap. Islam tidak memisahkan antara sesuatu yang

duniawi dan ukhrawi, atau yang profan dan sakral.

Islam mempunyai sejarah yang berwarna-warni dan panjang sejak

kemunculannya hingga saat ini. Berbagai literature berupaya menceritakannya. Tidak

hanya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, tapi juga bersamaan dengan tokoh-

tokoh yang turut berperan penting serta dianggap penting dalam menyebarluaskannya

di muka bumi ini.

Islam meliputi segala sesuatu, sebagai way of life. Islam meliputi alam

semesta, ekonomi, sosial politik, dengan konsepsi umum yang kemudian melahirkan

banyak interpretasi. Tafsiran antar para pemikir beragam macamnya, termasuk dalam

hal pemikiran politik.

Pemikiran Politik dalam Islam berkembang seiring dengan perkembangan

zaman. Al-Mawardi (w.1058 M), Ibn Taimiyyah (w.1328 M) Ibn Khaldun (w.1406

1

Page 2: Perjuangan Hasan al bana

M), Ibnu Abdil Wahhab (w.1793 M), al-Afghani (w.1897 M) dan Abduh (w.1905 M)

sebagai contoh adalah beberapa nama pemikir muslim yang menjadi rujukan dalam

pemikiran politik. Namun selain beberapa nama itu, tokoh pergerakan Islam dari

tanah Mesir, nama Hasan Al Banna tentulah tidak asing. Pemilik nama ini dikenal

memiliki pemikiran serta pergerakan yang mendalam tentang Islam itu sendiri.

Oleh karena itu, penulis merasa berkesempatan untuk menguraikan hal-hal yang

berkaitan dengan sang tokoh dalam bentuk penulisan makalah ini. Fokus uraian

makalah bertumpu pada tiga bagiab berikut:

1. Sejarah kehidupan Hasan Al Banna

2. Pemikiran-pemikiran Pembaharuan Hasan Al Banna, serta

3. Pergerakan yang dilakukan Hasan Al Banna dalam menyebarluaskan ide

pembaharuannya

B. Pembahasan

1. Sejarah Kehidupan Hasan Al Banna (1906 M - 1949 M)

Hassan Al Banna lahir pada tahun 1906, di sebuah kota Mahmudiah

Propinsi Buhairah di Mesir. Namanya adalah Hasan al-Banna al-Syahid Hasan bin

Ahmad abd. Al-Rahim al-Banna. 1Beliau dibesarkan dalam keluarga yang amat kuat

berpegang pada Islam. Hassan al Banna merupakan anak sulung daripada lima

beradik. Ayahnya, Syeikh Ahmad ibn Abd al Rahman al-Banna. adalah seorang

ulama, imam, guru dan pengarang beberapa buah kitab hadis dan fikih perundangan

1Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Mengenal Tokoh Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia), ( Ciputat: Quantum Teaching, 2005), h. 85

2

Page 3: Perjuangan Hasan al bana

Islam, yang lulus dari Universitas Al Azhar Mesir.

Beliau bekerja memperbaiki jam pada waktu malam sebagai sumber rezeki untuk

menghidupi keluarganya. Pada siang hari, beliau menjadi Imam di sebuah masjid di

kampungnya. Disinilah Al-Banna mendapatkan pengajaran tentang prinsip-prinsip

Islam dan berdakwah. Diantara karya sang ayah adalah kitab Tafsir Musnad Imam

Ahmad Ibn. Hanbal. 2

Sedangkan ibunda dari Hasan al-Banna bernama Ummu Sa’ad Ibrahim

Saqr. Ibundanya adalah wanita bertipologi cerdas, disiplin, cerdik dan teguh

pendirian. Apabila telah memutuskan sesuatu, maka akan sulit bagi Ummu Sa’ad

untuk menarik keputusannya. Perhatiannya pada pendidikan, membuat sang ibu

bertekad untuk menyekolahkan Al-Banna hingga ke pendidikan tinggi. Ummu Sa’ad

memiliki delapan delapan orang anak, yaitu Hasan Al-Banna, Abdurrahman, Fatimah,

Muhammad, Abdul Basith, Zainab, Ahmad Jamaluddin, dan Fauziyah.3

Al Banna berguru pada ayahnya sehingga bisa menghafal Qur'an 30 juz.

Pada usia remaja, ayahnya mengizinkan menggunakan kitab-kitab simpanannya

untuk dibaca, hingga akhirnya Al Banna dapat memahami Islam dan bahasa Arab

dengan baik.

2 http://yankoer.multiply.com/journal/item/270/Pemikiran_Politik_Hasan_al-Banna, diakses pada tanggal 4/12/2023 8:03:29 a4/124

3 http://yankoer.multiply.com/journal/item/270/Pemikiran_Politik_Hasan_al-Banna, diakses pada tanggal 4/12/2023 8:03:29 a4/124

3

Page 4: Perjuangan Hasan al bana

Semangat perjuangan Islam dan sifat kepimpinan telah mulai nampak

pada umur yang masih muda. Sejak dini Hasan Al-Banna sudah ditempa oleh

keluarganya yang taat beragama untuk meraih dan memperdalam ilmu di berbagai

tempat dan majelis ilmu. Pertama kali beliau menggali ilmu di Madrasah Ar Rasyad

dengan seorang guru bernama syekh Muhammad Zahran yang juga merupakan

pemilik madrasah tersebut. Di madrasah ini, Al-Banna belajar hadits nabi dengan

target menghapal dan memahaminya. Selain hadits, Al-Banna juga belajar insyak,

qawa’id dan lain sebagainya. Kemudian dia pindah ke madrasah ‘Idadiyah dan

madrasah al-Muallimin al-Awwaliyah di Damanhur, kemudian melanjutkan ke Darul

Ulum Mesir pada tahun 1923 M dalam usia 16 tahun.4

Pada usianya yang masih muda, Hasan Al-Banna sudah memiliki

perhatian yang besar terhadap persoalan da’wah. Ia pun mampu beraktifitas untuk

menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Bersama teman-temannya di sekolah,

dibentuklah perkumpulan “Akhlaq Adabiyah” dan “Al-Man’il Muharramat”.

Nampaknya sejak muda ia memang menginginkan da’wah Islamiyah tegak dan

kokoh. Pada tahun 1920 Hasan Al-Banna melanjutkan pendidikannya di Darul

Mu’allimin Damanhur, hingga menyelesaikan hafalan Qur’an diusianya yang belum

genap 14 tahun. Beliaupun aktif dalam pergerakan melawan penjajah. Tahun 1923 ia

melanjutkan pendidikannya di Darul Ulum Kairo. Disinilah ia banyak mendapatkan

wawasan yang luas dan mendalam. Pendidikannya di Darul Ulum diselesaikan pada

tahun 1927 M, dengan hasil yang memuaskan, menduduki rangking pertama di Darul

4Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Mengenal Tokoh Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia), ( Ciputat: Quantum Teaching, 2005), h. 86

4

Page 5: Perjuangan Hasan al bana

Ulum dan rangking kelima di seluruh Mesir dalam usianya yang baru menginjak 21

tahun.5 Hasan Al-Banna menikah dengan putri salah seorang tokoh Ismailiyah Al Haj

Husain As Shuly pada malam 27 Ramadhan 1351 H. Ia kemudian dikaruniai 5 ornag

anak, 4 orang anak perempuan yaitu Wafa’, Sinai, Raja dan Hajar. Adapun anak

lelaki beliau adalah Ahmad Saiful Islam. Hasan Al-Banna memberikan perhatian

yang besar pada pendidikan keluarganya dengan adab dan akhlaq Islam. Hasil

perhatiannya terhadap keluarga dapat kita lihat pada anak beliau yang sangat

dihormati Ahmad Saiful Islam.

Pemikiran Al Banna sangat jauh berbeda dengan cara berfikir penguasa

dunia Islam saat itu, dimana seruan agar mencontohi cara barat oleh Kamal Attaturk

bertiup kencang dan tidak ada henti. bukan hanya itu, bahkan majalah-majalah dan

surat khabar yang membuat propaganda dengan slogan 'Mesir adalah sebahagian dari

Eropa' telah membanjiri pasaran. Para nasionalis mendesak pemerintahan Mesir agar

kembali ke puncak kejayaan Firaun dan mencungkil adat-adat bangsa Mesir purba.

Melihat fenomena ini membuat Hassan al Banna merasa sedih, sebab

sebahagian besar orang terhormat dan berpengaruh menyertai barisan modernis yang

menyesatkan umat Islam. Dalam keadaan sedih dan pilu ini, beliau berusaha

merapatkan diri dengan Sayyid Rashid Rida' serta murid-muridnya. Di sinilah titik

permulaan berdirinya satu harakah Islam yang besar dan tersusun untuk

menghancurkan Jahilliah Modern dengan segala pemikirannya. Beliau mulai

5http://harakatuna.wordpress.com/2008/12/01/sejarah-kehidupan-hasan-al-banna/ , diakses pada tanggal 4/12/2023 8:03:29 AM

5

Page 6: Perjuangan Hasan al bana

mendidik orang-orang dengan penuh sabar tentang pentingnya Islam dalam

kehidupan individual dan masyarakat.

Hasan Al-Banna dikenal sebagai seorang yang ahli dalam berpidato,

lidahnya sangat fasih, ahli dalam sastera dan pandai memilih kata-kata yang tepat.

Pada tahun 1941, dia dipenjara selama sebulan berkaitan dengan pidato yang

disampaikannya yang isinya mengkritik sistem politik Inggeris pada Perang Dunia ke

II.

Masih pada tahun yang sama, dia dipaksa pindah ke Qana.

Di tempat barunya ini, Al-Banna terus melanjutkan perjuangannya dengan

menyampaikan dakwah dan mengajarkan Islam kepada umat dari satu tempat ke

tempat yang lain. Dia juga mengirimkan delegasi-delegasi ke seluruh penjuru dunia

untuk mengetahui keadaan umat Islam. Delegasi-delegasinya menginformasikan

tentang realiti dunia Islam.

Pada tahun 1948, dia mengirimkan satu batalion pasukan ke Palestin.

Pasukan yang dikirim ke Palestin itu terdiri daripada orang-orang Ikhwanul

Muslimin. Dalam pertempuran melawan orang-orang Ikhwanul Muslimin, pasukan

Yahudi mendapatkan kekalahan yang teruk. Salah satu jenderalnya berkata,

‘Seandainya mereka memberikan kepadaku satu batalion orang-orang Ikhwanul

Muslimin, maka dengan pasukan tersebut saya pasti menaklukkan dunia.’6

6http://zahirzainudin.blogspot.com/2009/09/hasan-al-banna-tokoh-pembaharu-islam.html , diakses pada tanggal 4/12/2023 8:03:29 AM

6

Page 7: Perjuangan Hasan al bana

Sebuah pertemuan direkayasa antara Hasan Al-Banna dengan Mohammad

An Naqhi (salah satu pengurus Dar Asy-Syubban) pada hari Jum’at tanggal 11

Desember 1949 pukul 17.00. Namun hingga pukul 20.00 masalah yang

diagendakan belum ada kejelasan ,yaitu salah seorang menteri yang diharapkan

dapat membantu menyelesaikan masalah Ikhwan. Lalu pulanglah ia dengan

menantunya Ustadz Mansur dan sepakat akan datang kembali esok harinya.

Namun tiba-tiba ia mendapati suasana yang berbeda di jalan protokol Quin

Ramses, yang biasanya ramai dengan hiruk pikuk lalu lintas lalu lalang manusia,

saat itu tak sebuah mobil dan seorangpun yang lewat kecuali sebuah taxi yang ada

di depan gerbang pintu Dar Asy Syubban. Toko-toko dan rumah-rumah makan

yang berdekatan juga sudah tutup. Kecurigaan semakin tinggi ketika baru akan

melangkahkan kaki menuju jalan raya tiba-tiba seluruh lampu penerang jalan mati.

Saat itulah beberapa peluru meluncur, sebagian mengenainya dan peluru yang lain

mengenai Ustadz Mansur. Namun Hasan Al-Banna masih kuat untuk naik sendiri

menuju gedung Dar Asy Syubban dan memutar telepon untuk meminta

pertolongan ambulance. Meskipun demikian, ia kemudian terlantar di salah satu

kamar Rumah Sakit “Qosr Aini” karena tak seorangpun dari perawat atau dokter

yang berani menolongnya, sekalipun banyak dokter muslim yang ingin

merawatnya karena kepala RS tidak mengizinkan hal tersebut sesuai perintah

kerajaan. Dering telepon tak henti-hentinya untuk meyakinkan kematian Hasan Al-

Banna hingga ia menemui Robbul izzah dengan kepahlawanannya.

Tepat hari Sabtu malam Minggu tanggal 12 Desember 1949 beliau pulang

ke Rahmatullah. Hari itu dunia diliputi kesedihan yang mendalam karena dengan

7

Page 8: Perjuangan Hasan al bana

kematiannya berarti hilang pula seorang pembela kebenaran penegak keadilan di

tengah-tengah kelaliman. Pagi hari Minggu tanggal 12 Desember 1949 sampailah

berita kematian kepada orang tuanya, Syaikh Ahmad Al Banna. Sangat lebih

menyedihkan lagi, rezimpun tidak mengizinkan ummat Islam untuk merawat

jenazahnya dan berta’ziyah ke rumah shohibul musibah. Untuk menunjukkan

keangkuhan serta kedengkiannya terhadap Hasan Al-Banna mereka menyusun

penjagaan militer dengan ketat, seperti siap untuk bertempur serta tank-tank yang

seakan-akan hendak menghadapi sebuah pertempuran yang dahsyat. Tidak

seorangpun diizinkan membawa jenazahnya menuju makam kecuali orang tua

beserta kedua saudari perempuannya.

2. Pemikiran

Hasan Al Banna terkenal dengan pemikiran politiknya Di setiap tempat

selalu ada pemikir dalam bidang politik dalam skala yang berbeda. Dalam skala

Timur Tengah, pemikiran politik dari Mesir Kuno hingga Mesir Modern memiliki

pengaruh bagi wilayah, bahkan lintas daerah. Nasionalisme Arab, sebagai salah

satu contoh selain tentang Zionisme dan ideologi kiri Islam, menurut A. Rahman

Zainuddin adalah jenis pemikiran yang dianggap sangat menentukan dewasa ini.7

Di Mesir, menurut Yusuf al-Qaradhawi, sebelum adanya dakwah Hasan al-Banna

dan lembaga pendidikan yang beliau dirikan, aspek politik tidak mendapatkan

perhatian sama sekali oleh masyarakat Islam. Dari sini kemudian terjadi dikotomi

antara seorang agamis dan seorang politisi. “Seorang agamis,” tulis ulama yang

kini bermukim di Qatar itu, “dilarang berkecimpung dalam masalah politik,”

7AR Zainuddin, Pemikiran Politik Islam: Islam, Timur Tengah, dan Benturan Ideologi (Hermawan Sulistyo, ed.), cet.1. Jakarta: Pensil-324, 2004  

8

Page 9: Perjuangan Hasan al bana

sebaliknya juga, “seorang politisi dilarang berkecimpung dalam masalah agama.”8

Hasan al-Banna sebagai salah satu tokoh pergerakan Islam yang memiliki

pengaruh di

Mesir, bahkan dunia Islam memiliki pemikiran dan praksis dalam kancah

politik. Pemikiran politik Hasan al-Banna, setidaknya ada empat hal, yaitu:

‘Urubah (Arabisme), Wathaniyah (Patriotisme), Qaumiyah (Nasionalisme), dan

‘Alamiyah (Internasionalisme) dilandasi beberapa prinsip yakni sebagai berikut:9

1. Prinsip Pertama(Persatuan Batil)

Dalam perjalanan hidupnya, Hasan Al-Banna bermukim di negara Mesir

yang memiliki banyak partai. Ada partai sekuler, sosialis, dan nasionalis. Ia

hendak menyatukan golongan-glongan itu ke dalam wadah Ikhwanul

Muslimin. Golongan yang dia ketuai ini, hendak mengumpulkan semua

golongan dalam satu nama. Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya itu

adalah suatu "trik politik". Dengan semboyan persatuan ia bermaksud

mengumpulkan lawan-lawan dalam akidahnya tersebut. Ia mengikat mereka

dengan nama Islam yang umum tanpa melihat pemahaman Islam yang benar

dan kewajiban berpegang teguh dengannya. Secara faktual ia mempraktekkan

prinsip, "Kami sepakat dengan apa yang kita sepakati dan saling memaafkan

pada perkara yang kita perselisihkan." Itulah prinsip pertama Hasan Al-Banna

8 Yusuf Al-Qaradhawi. Sistem Kaderisasi Ikhwanul Muslimin (at-Tarbiyah al-Islamiyah wa Madrasah Hasan al-Banna—terj. Ghazali Mukri). Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1992

9 http://ahlulahwa.wordpress.com/2007/11/28/membongkar-pemikiran-hasan-al-banna-2/, diakses pada tanggal 4/12/2023 8:03:29 fm

9

Page 10: Perjuangan Hasan al bana

yang merupakan prinsip politik : prinsip persatuan. Umar At-Tilmisani dalam

bukunya "Dzikriyat la Muzdakarat" menyebutkan bahwa manhaj Ikhwanul

Muslimin sudah semakin jauh menyimpang, misalnya saja sampai pada

tingkat berupaya menjalin kerjasama dengan Syi'ah. Ketika ia bertanya kepada

Hasan Al-Banna tentang apa sikap kita terhadap Syi'ah, Hasan Al-Banna

menjawab, "Syi'ah seperti empat mazhab yang ada.".

2. Prinsip kedua (Bai'at)

Bai'at Ikhwanul Muslimin adalah bai'at shufiyah dan bai'at kemiliteran,

sebagaimana yang telah ditetapkan Hasan Al-Banna ketika menerangkan

rukun bai'at yang sepuluh. Ia menerangkan rukun bai'at ini adalah bai'at

shufiyah dan militer. Ikrarnya berbunyi, "Mendengar, taat, tidak merasa berat,

ragu, dan bimbang."

3. Prinsip ketiga (Marhalah atau Fase-fase dalam Dakwah)

Inilah prinsip aliran batiniyah sebagaimana yang disebutkan Al-Ghazali

dalam bukunya Ihya 'Ulumuddin. Aliran sufyah memiliki fase-fase (marhalah)

dalam dakwah. Maksudnya, pertama kali orang-orang yang didakwahi diberi

ajaran Islam secara umum. Kemudian jika hal ini diterima, maka mereka

diberikan ajaran-ajaran khusus sampai kepada apa yang mereka inginkan.

Dalam risalahnya, Hasan Al-Banna menyebutkan bahwa dakwahnya meliputi

tiga marhalah. Marhalah pertama adalah marhalah umum yaitu dakwah

kepada Islam secara umum seperti dakwah untuk meninggalkan riba, maksiat-

10

Page 11: Perjuangan Hasan al bana

maksiat, menampakkan syiar-syiar Islam dan membantu kebutuhan kaum

muslimin. Marhalah kedua adalah marhalah khusus yang lepas dari marhalah

petama. Ketika seorang masuk ke dalam Ikhwanul Muslimin, dia tetap dalam

keadaan buta tentang Ikhwanul Muslimin, kecuali bahwa organisasi ini

berusaha menolong Islam dan kaum muslimin, hajat-hajat, kemiskinan,

kelaparan kaum muslimin dan seterusnya. Kemudian Al-Banna berkata, kita

melihat orang yang kita pilih dari marhalah kedua ini dan ketika itu kita akan

menggembleng orang-orang tertentu lalu kita masukkan mereka ke marhalah

ini. Dan marhalah kedua adalah marhalah khusus yang membina pribadi untuk

taat, mendengar, jihad, membunuh, membuat teror, semua urusan yang

diinginkan pemimpin dan mengkafirkan pemerintah. Setelah itu Al-Banna

berkata, ”tibalah saatya marhalah ketiga yaitu marhalah jihad”. Al-Banna

sendiri telah sampai pada marhalah ketiga dan menjalankannya. Dia telah

mencipta marhalah pertama hingga banyak kaum muslimin yang masuk ke

dalamnya kemudian dia mencipta marhalah kedua melalui As-Sindi dan

Tanzhim khusus. Terakhir dia membentuk marhalah ketiga dan terbunuh pada

tahun 1948 sebelum dapat merealisasikan konsepnya. Marhalah ketiga baru

dapat direalisasikan oleh penerusnya, Al-Hudhaibi, pada tahun 1952 dengan

keberhasilan mengkudeta pemerintah Al-Faruq. Jadi secara hakikat Hasan Al-

Bannalah yang membuat pondasi-pondasi tadi sebelum Sayyid Quthub, dialah

yang mencipta prinsip pengkafiran pemerintah muslim, terorisme, dan kudeta

yang semuanya telah ia ucapkan, lakukan dan tuangkan ke dalam buku-

bukunya. Sedangkan Sayyid Quthub adalah salah satu individu yang

11

Page 12: Perjuangan Hasan al bana

terpengaruh oleh konsep Hasan Al-Banna yang insya Allah kita bicarakan

sebentar lagi. Maksudnya bahwa Ikhwanul Muslimin memiliki fase-fase

(marhalah-marhalah) yang menjadi prinsip gerakan mereka, dan marhalah ini

menampilkan sesuatu yang umum kemudian memasukkan sesuatu yang lebih

khusus.

4. Prinsip keempat (Dusta )

Termasuk prinsip yang mereka pegangi adalah berbohong (taqiyah) dan

menampakkan apa yang tidak sama dengan yang disembunyikan. Prinsip ini

telah dijelaskan oleh Hasan Al-Banna. Dan dia pada tahun 1940 telah

membentuk tanzhim khusus yang di antara sekian banyak prioritas utamanya

adalah membuat teror di mana-mana. Hal ini disesbutkan oleh Mahmud Abdul

Halim dalam bukunya 'Ikhwanul Muslimin wa Ahwal Tsintai 'Asyara Tarikh.'

Pada tahun 1944 M Jamal Abdul Nasher mambai'at tanzhimnya, tanzhim yang

berupaya mengkudeta pemerintahan Faruq. Pada tahun 1946 M, Hasan Al-

Banna mengirim surat terbuka kepada Raja Faruq, ia memuji Raja Faruq dan

berkata, 'Sesungguhnya Ikhwanul Muslimin merasa takut terhadap kemuliaan

Anda dan Ikhwanul Muslimin begini dan begini,' demikianlah ia memuji Raja

faruq dan mendoakan kebaikan untuknya. Sementara itu dia merencanakan

kudeta dari tahun 1944 M dan mengorganisir tanzhim khusus pada tahun 1940

M, 6 tahun sebelum mengirim surat. Maka hal ini bisa dikatakan termasuk

masalah tipu daya (taqiyah). Sebelumnya kita telah menyebutkan dari

Mahmud Ash-Shabagh bahwa Hasan Al-Banna cuci tangan dari aksi teror

12

Page 13: Perjuangan Hasan al bana

salah seorang anggotanya. Ia lakukan ini dalam rangka perang, sedangkan

perang adalah tipu daya!

5. Prinsip kelima (Tanzhim Hizb)

Setelah itu bagaimanakah cara Hasan Al-Banna mengikat tali kendali

dakwah dan golongan ini? Dia membentuk prinsip lainnya, yaitu organisasi

kepartaian (tanzhim hizb). Ia membentuk kepemimpinan umum dengan sistem

kepemimpinan 'ala mursyid' dan dinamakan 'Maktab Al-Irsyad' (kantor

bimbingan). Dia sendiri adalah pimpinan puncak. Bagi tiap-tiap maktab

terdapat anggota-anggota, kepala keluarga, dan wakil- wakilnya yang

menyebarkan prinsip ini ke keluarga-keluarga mereka. Bila terjadi kasus

tertentu dalam satu keluarga maka masalah itu harus disampaikan kepada

kepala keluarga. Kepala keluarga menyampaikannya kepada wakil. Wakil-

wakil menyampaikannya kepada kantor bimbingan umum yang bermarkas di

Mesir dan akhirnya sampai ke Hasan Al-Banna. Dengan demikian mereka

menempuh organisasi negara dalam prinsip-prinsip yang telah dibentuk Al-

Banna dan tidak ditemukan pada zaman salaf.

6. Prinsip keenam( Pemimpin dakwah bukan orang alim atau thalibul

ilmi tetapi seorang yang telah mencapai strata kepemimpinan)

Sesungguhnya sejak zaman Nabi Adam 'alaihssalam, orang yang paling

tahu mengenai agama akan menjadi rujukan masyarakat. Dan kalau kita

membaca sejarah Bani Israil, kita akan melihat bahwa orang yang paling tahu

13

Page 14: Perjuangan Hasan al bana

tentang agamalah yang dijadikan pemimpin tanpa melihat apakah ia seorang

ahli ibadah yang rusak akhlaknya atau bukan, apakah ia masih berpegang

teguh dengan agama Musa atau tidak, apakah ia sudah mengganti agama

Musa atau belum. Yang penting, pemimpin ini paling tahu tentang agama.

Demikian juga seperti pada zaman Nabi Isa 'alaihissalam sampai zaman

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang pernah mengutus sahabat yang

paling alim, Muadz bin Jabal dan selainnya sebagai pemimpin.

7. Prinsip ketujuh ( Cara Bermuamalah dengan Negara)

Termasuk prinsip yang telah dirancang Hasan Al-Banna adalah bagaimana

jama'ah bermuamalah bersama negara. Prinsip yang diambil dari (golongan-

gologan) partai- partai sebelumnya seperti partai Yasariyah, Rubiyah atau

Rusiah atau selainnya.

8. Prinsip kedelapan (Masuk ke Parlemen-parlemen dan Pemilu)

Hasan Al-Banna berdakwah dengan memasuki parlemen, bersatu, melobi

dan berbasa-basi dengan partai lain dengan tujuan untuk mendesak

pemerintah dan mencapai maksud-maksud tertentu, seperti yang pernah ia

lakukan bersama partai Al-Yasari dan selainnya.

Prinsip-prinsip di atas kemudian melandasi pemikiran Al-Banna berikut:

a.      ‘Urubah (Arabisme)

Arabisme memiliki tempat tersendiri dan peran yang berarti dalam

dakwah Hasan al-Banna. Bangsa Arab adalah bangsa yang pertama kali menerima

14

Page 15: Perjuangan Hasan al bana

kedatangan Islam. Dia juga merupakan bahwa yang terpilih. Hal ini sesuai dengan

apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw, “Jika bangsa Arab hina, maka hina

pulalah Islam.”

Arabisme menurut al-Banna adalah kesatuan bahasa. Ia berkata dalam

Muktamar Kelima Ikhwan,“…Bahwa Ikhwanul Muslimin memaknai kata

al-‘Urubah (Arabisme) sebagaimana yang diperkenalkan Rasulullah Saw yang

diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dari Mu’adz bin Jabal ra, ”Ingatlah! Sesungguhnya

Arab itu adalah sebuah bahasa.

Menurut al-Banna, Arab adalah umat Islam yang pertama, yang

merupakan bangsa pilihan. Islam, menurutnya, tidak pernah bangkit tanpa

bersatunya bangsa Arab. Batas-batas geografis dan pemetaan politis tidak pernah

mengoyak makna kesatuan Arab dan Islam. Islam juga tumbuh pertama kali di

tanah Arab, kemudian berkembang ke berbagai bangsa melalui orang-orang Arab.

Kitabnya datang dengan bahasa Arab yang jelas, dan berbagai bangsa pun bersatu

dengan namanya.

Dalam riwayat Ibnu Asakir, dengan sanad dari Malik bahwa Rasulullah

SAW bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Tuhan itu satu, bapak

itu satu, dan agama itu satu. Bukanlah Arab di kalangan kamu itu sebagai bapak

atau ibu. Sesungguhnya, Arab itu adalah lisan (bahasa), maka barangsiapa yang

berbicara dengan bahasa Arab, dia adalah orang Arab.”

Dalam hadits ini, tulis Hasan al-Banna, kita mengetahui bahwa bangsa-bangsa

Arab yang membentang dari Teluk Persi sampai Maroko dan Mauritania di

15

Page 16: Perjuangan Hasan al bana

Lautan Atlantik, semuanya adalah bangsa Arab. Mereka dihimpun oleh akidah

serta dipersatukan oleh bahasa dan teritorial yang satu. Tidak ada yang

memisahkan bahkan tak ada juga yang membatasinya.

Atas dasar ini, menurut Abdul Hamid al-Ghazali, dalam bukunya Meretas Jalan

Kebangkitan Islam, kita dapat menyimpulkan beberapa unsur dari pemikiran al-

Banna bahwa berbangga dengan Arabisme tidak termasuk fanatisme dan tidak

berarti merendahkan pihak lain.10

b.      Wathaniyah (Patriotisme)

Ada banyak definisi tentang patriotisme. Bisa disebut sebagai kecintaan

seseorang yang mendalam terhadap bangsa, negara serta tanah air. Dalam

memaknai Wathaniyah (patriotisme), ada tiga arti yang dikemukakan oleh Hasan

al-Banna, yaitu:

Pertama, Patriotisme Kerinduan (Cinta Tanah Air). Al-Banna berkata:

“Jika yang dimaksud dengan patriotisme oleh para penyerunya adalah cinta negeri

ini, keterikatan padanya, kerinduan padanya, dan ikatan emosional dengannya,

maka hal itu sudah tertanam secara alami dalam fitrah manusia di satu sisi, dan

dianjurkan Islam di sisi lainnya.”

Kedua, Patriotisme Kemerdekaan dan Kehormatan (Kemerdekaan

Negeri). Al-Banna berkata: “Jika yang mereka maksudkan dengan patriotisme

10Abdul Hamid al-Ghazali, . Meretas Jalan Kebangkitan Islam: Peta Pemikiran Hasan al-Banna (Haula Asasiyat al-Masyru’ al-Islami Linahdhah al-Ummah—terj. Wahid Ahmadi & Jasiman). Solo: Era Intermedia

16

Page 17: Perjuangan Hasan al bana

adalah keharusan berjuang untuk membebaskan tanah air dari cengkeraman

perampok imperialis, menyempurnakan kemerdekaannya, dan menanamkan

kehormatan diri dan kebebasan dalam jiwa putra-putra bangsa, maka kami

sepakat dengan mereka tentang itu.”

Ketiga, Patriotisme Kebangsaan (Kesatuan Bangsa). Al-Banna berkata:

“Jika yang mereka maksudkan dengan patriotisme adalah mempererat ikatan

antara anggota masyarakat suatu Negara dan membimbingnya ke arah

memberdayakan ikatan itu untuk kepentingan bersama, maka kami pun sepakat”.

Patriotisme juga memiliki prinsip di mata Hasan al-Banna. Ia mengatakan: “Suatu

kekeliruan bagi orang-orang yang menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin

berputus asa terhadap kondisi negeri dan tanah airnya. Sesungguhnya kaum

Muslimin adalah orang-orang yang paling ikhlas berkorban bagi negara, habis-

habisan berkhidmat untuknya, dan menghormati siapa saja yang mau berjuang

dengan ikhlas dalam membelanya. Dan anda tahu sampai batas mana mereka

menegakkan prinsip patriotisme mereka, serta kemuliaan macam apa yang mereka

inginkan bagi umatnya. Hanya saja, perbedaan prinsip antara kaum muslimin

dengan kaum yang lainnya dari para penyeru patriotisme murni adalah bahwa

asas patriotisme Islam adalah akidah Islamiyah…Adapun tentang patriotisme

Ikhwanul Muslimin, cukuplah bahwa mereka menyakini dengan kukuh bahwa

sikap acuh terhadap sejengkal tanah yang ditinggali seorang muslim yang

terampas merupakan tindakan kriminal yang tidak terampuni, hingga dapat

mengembalikannya atau hancur dalam mempertahankannya. Tidak ada

keselamatan bagi mereka dari siksa Allah kecuali dengan itu.”

17

Page 18: Perjuangan Hasan al bana

Al-Banna juga mengkiritik pandangan tentang patriotisme yang hanya berpikir

untuk membebaskan regionalnya saja. Seperti dalam kasus masyarakat Barat yang

lebih cenderung pada pembangunan unsur fisik dalam tatanan kehidupannya, ini

tidak dikehendaki oleh Islam. Adapun kami, kata beliau, “kami percaya bahwa di

pundak setiap muslim terpikul amanah besar untuk mengorbankan seluruh jiwa,

darah, dan hartanya demi membimbing umat manusia menuju cahaya Islam.” Dari

sini, kita mendapatkan gambaran bahwa tujuan hidup seorang muslim tidaklah

hanya dibatasi oleh daerah tertentu, akan tetapi dalam skala yang lebih

luas.             

c.       Qaumiyah (Nasionalisme)

Menurut Ensiklopedia Wikipedia, Nasionalisme adalah satu paham yang

menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa

Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk

sekelompok manusia.11

Menurut Hasan al-Banna ada tiga unsur nasionalisme, yaitu: nasionalisme

kejayaan, nasionalisme umat, dan berkata tidak pada nasionalisme yang bersifat

jahiliyah.

Tentang nasionalisme kejayaan, Al-Banna mendukung nasionalisme yang berarti

bahwa generasi penerus harus mengikuti jejak para pendahulunya dalam

mencapai kejayaannya. Ini adalah maksud yang baik, menurutnya dan

mendukung. Hal ini sejalan dengan sabda Rasululllah Saw yang berbunyi,

11 http://id.wikipedia.org/wiki/Hasan_al-Banna , diakses pada tanggal 4/12/2023 8:03:29 a4/124

18

Page 19: Perjuangan Hasan al bana

“Manusia seperti tambang. Yang terbaik di antara mereka di masa jahiliahnya

adalah juga yang terbaik di masa Islam, jika mereka memahami.”

Menurutnya, jika yang dimaksud dengan nasionalisme adalah anggapan bahwa

suatu kelompok etnis atau sebuah komunitas masyarakat adalah pihak yang paling

berhak memperoleh kebaikan-kebaikan yang merupakan hasil perjuangannya,

maka ia benar adanya. Jika yang mereka maksudkan dengan nasionalisme adalah

bahwa setiap kita dituntut untuk bekerja dan berjuang, bahwa setiap kelompok

harus mewujudkan tujuannya hingga kita bertemu—dengan izin Allah—di medan

kemenangan, maka inilah pengelompokan terbaik. Semua makna nasionalisme ini

adalah indah dan mengagumkan, tidak diingkari oleh Islam.

Itulah tolak ukur terbaik menurut al-Banna.

Nasionalisme Islam bersumber dari hadits Nabi: “Orang muslim itu saudara

muslim yang lain.” Sedangkan sabdanya yang lain mengatakan: ”Orang-orang

muslim itu satu darah, orang-orang yang berada di atas bekerja untuk menyantuni

yang lain, dan mereka bersatu untuk melawan musuhnya.” Ini berarti bahwa

nasionalisme Islam tidak terbatas pada satu negara saja, tetapi melingkupi negara

secara luas.

Islam datang untuk menghapus budaya jahiliyah. Nasionalisme yang

jahiliyah haruslah ditinggalkan oleh umat Islam. Ia berkata bahwa jika yang

dimaksudkan dengan nasionalisme adalah menghidupkan tradisi jahiliyah yang

sudah lapuk, menegakkan kembali peradaban yang telah terkubur dan digantikan

oleh peradaban baru yang telah eksis dan bermanfaat, atau melepaskan dirinya

dari ikatan Islam dengan klaim demi nasionalisme dan harga diri kebangsaan,

19

Page 20: Perjuangan Hasan al bana

maka pengertian nasionalisme seperti ini adalah buruk, hina akibatnya, dan jelek

kesudahannya.

d.       ‘Alamiyah (Internasionalisme)

Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an surat al-Anbiya ayat 107:

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” 12

 Ayat ini berarti bahwa diutusnya nabi Muhammad Saw adalah ditujukan

untuk seluruh umat manusia dari seluruh suku bangsa. ”Rahmatan Lil’Alamin”

adalah konsep yang menjelaskan tentang internasionalisme Islam yang tidak

mengenal sekat teritorial.

Jika internasionalisme diterjemahkan dengan “Pemerintahan Dunia”,

maka pengertiannya yang bisa diberikan adalah “Sebuah kesatuan  pemerintahan

dengan otoritas mencakup planet Bumi. Tidak pernah ada satu Pemerintahan

Dunia yang pernah terjadi sebelumnya, meskipun kerajaan besar dan superpower

telah mendapatkan tingkatan kekuasaan yang mirip. Contoh sejarah telah

dihambat oleh kenyataan bahwa komunikasi dan perjalanan yang tak

memungkinkan membuat organisasi dunia ini tidak terjadi. Beberapa

internasionalis mencari pembentukan pemerintahan dunia sebagai cara

mendapatkan kebebasan dan sebuah peraturan hukum di seluruh dunia. Beberapa

12 Program The Holy Qur’an

20

Page 21: Perjuangan Hasan al bana

orang khawatir bahwa pemerintah dunia harus dapat menghormati keragaman

negara atau manusia yang tercakup di dalamnya.

Dan di sisi lain memandang ide ini sebagai sebuah kemungkinan mimpi

buruk, dalam dunia yang kacau pemerintah berusaha menciptakan negara

totalitarian yang tak berakhir tanpa ada kemungkinan untuk kabur atau revolusi

Internasionalisme menurut Hasan al-Banna inheren dalam Islam, karena Islam

adalah agama yang diperuntukkan untuk seluruh umat manusia. “Adapun dakwah

kita disebut internasional, karena ia ditujukan kepada seluruh umat manusia.

Manusia pada dasarnya bersaudara; asal mereka satu, bapak mereka satu, dan

nasab mereka pun satu. Tidak ada keutamaan selain karena takwa dan karena

amal yang dipersembahkannya, meliputi kebaikan dan keutamaan yang dapat

dirasakan semuanya,”

Konsep internasionalisme merupakan lingkaran terakhir dari proyek

politik al-Banna dalam program ishlahul ummah (perbaikan umat). Dunia, tidak

bisa tidak, bergerak mengarah ke sana. Persatuan antar bangsa, perhimpunan antar

suku dan ras, bersatunya sesama pihak yang lemah untuk memperoleh kekuatan,

dan bergabungnya mereka yang terpisah untuk mendapatkan hangatnya persatuan,

semua itu merupakan pengantar menuju terwujudnya kepemimpinan prinsip

internasionalisme untuk menggantikan pemikiran rasialisme dan kesukuan yang

diyakini umat manusia sebelum ini. Dahulu memang harus meyakini ini untuk

menghimpun unsur-unsur dasar, lalu harus dilepaskan kemudian untuk

menggabungkan berbagai kelompok besar, setelah itu terwujudlah kesatuan total

21

Page 22: Perjuangan Hasan al bana

di akhirnya. Langkah ini, menurutnya memang terkesan lambat, akan tetapi

memang harus terjadi.

Untuk mewujudkan konsep ini juga Islam telah menyodorkan sebuah

penyelesaian yang jelas bagi masyarakat untuk keluar dari lingkaran masalah

seperti ini. Langkah pertama kali yang dilakukan adalah dengan mengajak kepada

kesatuan akidah, kemudian mewujudkan kesatuan amal. Hal ini sejalan dengan

ayat dalam al-Qur’an surat Asyura 13:

Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku Maka utuslah

(Jibril) kepada Harun. ”13

Maksudnya: agar Harun itu diangkat menjadi Rasul untuk membantunya.

Dalam Risalah Pergerakan, Hasan al-Banna berharap pada negerinya

yaitu Mesir yang mendukung upaya dakwah Islamiyah, menyatukan seluruh

bangsa Arab untuk kemudian melindungi seluruh kaum muslimin di penjuru

bumi. Namun, harapan ini tetaplah belum membuahkan hasil maksimal karena

sejak Hasan al-Banna wafat sampai sekarang Mesir belum menjadi sentrum dari

kesatuan umat Islam sedunia. Malah, pada beberapa kasus, seperti masalah invasi

Israel ke Gaza Palestina (2009), Mesir banyak mendapat kecaman karena tidak

kooperatif dengan aktivis pergerakan Islam namun dekat dan bahkan pada titik

tertentu, mendapatkan intervensi dari Barat.

4. Pergerakan

13 Program Holy Qur’an

22

Page 23: Perjuangan Hasan al bana

Pada bulan September tahun 1927 M, Hasan Al Banna diangkat menjadi

guru SD di Kota Isma’iliyah, disanalah beliau memulai da’wahnya, di warung-

warung kopi kemudian pindah ke masjid. Da’wah yang dilakukannya di warung-

warung kopi ini bukan pengalaman yang pertama baginya, tapi beliau sudah

terbiasa da’wah di tempat-tempat seperti ini, ketika beliau masih mahasiswa di

Darul Ulum, Kairo.

Da’wah Hasan Al Banna mendapat sambutan dari para pengunjung

warung-warung kopi, sehingga sebagian diantara mereka bertanya kepadanya

tentang apa yang harus dilakukan demi agama dan tanah air.

Setelah beberapa lama berda’wah di warung-warung kopi kemudian

Hasan Al Banna pindah dari warung kopi ke mushalla (Zawiyah). Di Zawiyah

inilah beliau berbicara dan mengajarkan praktek ibadah, dan meminta kepada

mereka agar meninggalkan kebiasaan hidup boros bermewah-mewahan. Para

pendengar menyambutnya dengan baik.

Hasan Al Banna juga memperluas interaksinya kepada seluruh unsur yang

berpengaruh terhadap masyarakat, yaitu para ulama, Syaikh kelompok sufi, tokoh

masyarakat (wujaha), dan berbagai perkumpulan-perkumpulan.

Pada bulan Dzul Qo’dah tahun 1347 H atau bulan Maret 1928 M,

datanglah 6 orang laki-laki yang tertarik dengan da’wah Hasan Al-Banna, mereka

adalah: Hafiz Abdul Hamid (tukang bangunan), Ahmad Al Hushor (tukang

cukur), Fuad Ibrahim (tukang gosok pakaian), Ismail Izz (penjaga kebun), Zaki Al

Maghribi (tukang rental dan bengkel sepeda), dan Abdurrahman Hasbullah

(supir).

23

Page 24: Perjuangan Hasan al bana

Mereka berbicara kepada Hasan Al-Banna tentang apa yang harus mereka

lakukan demi agama dan mereka menawarkan sebagian harta milik mereka yang

sedikit. Mereka pun meminta Hasan Al-Banna menjadi pimpinan mereka. Lalu

mereka berbai’at kepadanya untuk bekerja demi Islam dan mereka

bermusyawarah tentang nama perkumpulan mereka. Imam Al Banna berkata :

“Kita ikhwah dalam berkhidmat untuk Islam, dengan demikian kita Al Ikhwanul

Muslimin”.

Kemudian mereka menjadikan kamar di suatu rumah sewaan yang sangat

sederhana sebagai “Kantor Jama’ah” dengan mengambil nama Madrosah At

Tahzab. Disanalah Hasan Al-Banna mulai meletakkan manhaj tarbawi bersama

pengikut-pengikutnya, manhaj tarbawi pada waktu itu adalah :

1. Al-Qur’anul Karim (tilawah dan hafalan).

2. As Sunnah An Nabawiyah (menghafal sejumlah hadits).

3. Pelatihan khutbah.

4. Pelatihan mengajar untuk umum.

Setelah beberapa bulan jumlah pengikut jama’ah menjadi 76 orang,

kemudian terus bertambah.Dan mereka mendermakan harta mereka untuk da’wah

sampai dapat membeli sebidang tanah untuk dibangun diatasnya markas jama’ah:

Darul Ikhwanul Muslimin, terdiri dari 1 masjid, 1 sekolah untuk putra, 1 sekolah

untuk putri, dan nadi (tempat pertemuan) ikhwan.

Pada bulan Oktober tahun 1932 M, Hasan Al-Banna dimutasi kerja oleh

Pemerintah ke Kairo sebagai guru di Madrasah Abbas I, Distrik Sabtiah.

24

Page 25: Perjuangan Hasan al bana

Perpindahan kerja ini menjadi peluang baginya untuk membawa da’wah ke Kairo

ibukota Mesir.

Di Kairo Hasan Al Banna dan ikhwan memilih rumah di jalan Nafi No.24

sebagai Markaz Amm, dan ia tinggal bertempat di lantai atas selama 7 tahun

da’wah di Kairo dari tahun 1932 sampai 1939 M. Markaz Amm mengalami

beberapa kali pindah :

1. Di jalan Nafi No.24

2. Di rumah di Suqus Silah

3. Di jalan Syamasyiji No.5

4. Di jalan Nashiriyah No.13

5. Di jalan Medan Atobah No.5 di perumahan wakaf

6. Di jalan Ahmad Bik Umar di Hilmiyah

Di Kairo disamping banyaknya partai politik yang bersaing untuk menjadi

partai yang berkuasa, didapati pula banyak organisasi Islam dan non Islam.Di

tengah-tengah kehidupan Kairo, da’wah ikhwan terus meluncur membuktikan

keberadaannya, efektifitasnya dan menarik banyak pengikut dan pendukungnya

serta membuka syu’bah-syu’bah baru.

Da’wah di Kairo belum sampai satu tahun Hasan Al-Banna telah mampu

menyebarkan da’wah di seluruh kota Kairo dan telah membuka syu’bah-syu’bah

baru lebih dari 50 kabupaten, dimana Ia mendatangi perkampungan negeri Mesir

25

Page 26: Perjuangan Hasan al bana

untuk berda’wah tidak mengenal letih, apalagi malas. Hal itu dilakukannya disaat-

saat musim liburan sekolah.14

Pada musim liburan di musim panas, beliau menjelajah seluruh Mesir

dengan jalan kaki atau naik kereta api buruk kelas tiga yang penuh sesak. Beliau

tidak melalui sebuah kampung dan kota melainkan berhenti dan bermalam di situ,

guna menyampaikan dakwah Islam kepada orang kampung di masjid-masjid dan

di rumah-rumah. Beliau sangat bersemangat dalam menyampaikan dakwah

sehingga menyentuh hati mereka yang mendengarkannya, mulai dari buruh

rendah dan kasar hingga para ulama yang mulia mengelilinginya untuk

mendengar dakwahnya yang berapi-api.

Pada tahun 1933, kantor Ikhwanul Muslimin dipindahkan dari Ismailiah

ke Kairo. Dalam masa tiga tahun di sana, Harakah Ikhwanul Muslimin membuat

penekanan yang berat dalam mendidik umat islam supaya menghayati islam, yaitu

melalui cara menggerakkan masjid-masjid, mendirikan sekolah-sekolah dan

pusat-pusat kebajikan di seluruh Mesir. Begitulah Hasan Al Banna membuat

gebrakan baru yang belum di buat oleh para ulama besar di Al Azhar saat itu.

Kota Kairo saat itu berkiblat ke Eropa. Umat Islam malu untuk

sembahyang tempat umum. Murid-murid di sekolah belajar membenci apa saja

perkara yang berkaitan dengan Islam. Di kota besar inilah Hassan Al Banna

14http://harakatuna.wordpress.com/2008/12/01/sejarah-kehidupan-hasan-al-banna/ , diakses pada tanggal 4/12/2023 8:03:29 AM

26

Page 27: Perjuangan Hasan al bana

berhasil mengajak ratusan pelajar didikan Barat kembali mencintai Islam dan

menjadi muridnya yang gigih berjuang.

Jama'ah Ikhwanul Muslimun bercita-cita untuk menjalankan tanggung

jawabnya ke seluruh Mesir. tujuananya ialah menggantikan masyarakat Mesir

secara menyeluruh kepada masyarakat yang berlandaskan Syariah Islam.

C. Penutup

Dari penjelasan makalah di atas, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat

penulis bagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Ada empat pemikiran politik Hasan al-Banna, yaitu: Urubah

(Arabisme), Wathaniyah (Patriotisme), Qaumiyah (Nasionalisme), dan

‘Alamiyah (Internasionalisme).

2. Arabisme menurut Hasan al-Banna adalah karena faktor kesatuan

bahasa. Tanpa Arab tidak ada Islam. Islam turun di dunia Arab,

olehnya itu maka kaum muslimin perlu menjaga nama baik Arab.

3. Patriotisme dalam Islam dibolehkan selama tidak mengarah pada

kesempitan pandangan jahiliyah. Kerinduan pada tanah air adalah

sesuatu yang fitrawi, namun tetap dikendalikan oleh konsepsi Islam.

27

Page 28: Perjuangan Hasan al bana

4. Nasionalisme terbagi tiga yaitu nasionalisme kejayaan, nasionalisme

umat, dan berkata tidak pada nasionalisme jahiliyah.

5. Internasionalisme adalah konsep Islam sebagai rahmatan lil’alamin.

28