Proposal (Sampul, 15, 21, DP)
-
Upload
rahmawati-amma-hs -
Category
Documents
-
view
45 -
download
0
Transcript of Proposal (Sampul, 15, 21, DP)
PENERAPAN MEDIA SIMULASI KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA PESERTA DIDIK KELAS
VII5 SMP MUHAMMADIYAH LIMBUNG
PROPOSAL PENELITIAN
MUHAMMAD ATIB B
10539 0827 10
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JUNI 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi sekarang ini yang amat dibutuhkan ialah
tersedianya sumber daya manusia yang mampu memenuhi tantangan masa depan,
memecahkan berbagai permasalahan serta kreatif dan inovatif menghadapi
perkembangan zaman yang cepat berubah dengan mengoptimalkan segala potensi
yang dimiliki. Disinilah pendidikan mengambil peranan penting dalam upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Pendidikan merupakan salah satu fakor yang paling mendasardalam
kehidupan kita, karena pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan secara
sadar dan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia sepenuhnya agar menjadi manusia yang berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan tanggung jawab. Pendidikan merupakan kegiatan
mentransfer pengetahuan yang ditransfer oleh guru kepada anak didiknya. Salah
satu ilmu pengetahuan yang ditransfer oleh guru kepada anak didiknya proses
pembelajaran adalah mata pelajaran IPA.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) membahas tentang gejala-gejala alam yang
disusun sistematis berdasarkan pada hasilpercobaan dan pengamatan. Secara
umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar yaitu biologi, Fisika dan Kimia.
Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA dan merupakan ilmu yang
berkembang lewat metode ilmiah. Mata pelajaran IPA Fisika adalah mata
1
2
pelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik disekolah karena dengan
adanya mata pelajaran IPA Fisika peserta didik dapat mengetahui gejala-gejala
alam yang terjadi dalam jagad raya ini. Namun, pembelajaran IPA Fisika
disekolah-sekolah salah satunya di SMP Muhammadiyah Limbung menemui
beberapa kendala dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP
Muhammadiyah Limbung diperoleh informasi bahwa mata pelajaran IPA
khususnya materi Fisika pada kelas VII menemui permasalahan antara lain
rendahnya hasil belajar IPA Fisika, kurangnya minat belajar peserta didik,
penggunaan model, metode dan media pembelajaran yang kurang tepat. Dalam
hal ini bukan berarti pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang efektif.
Tetapi perlu ditingkatkan lagi dengan memilih alternatif lain yang dapat lebih
meningkatkan mutu pendidikan. Secara kuantitas, ketuntasan klasikal peserta
didik kelas VII SMP Muhammadiyah Limbung dapat dilihat dari tabel berikut ini
Tabel 1.1Ketuntasan Klasikal Peserta Didik kelas SMP Muhammadiyah Limbung
No KelasRata-rata hasil
belajar
Jumlah peserta didik
yang tuntasKetuntasan (%)
1 VII1 76 20 44
2 VII2 76 20 44
3 VII3 76 19 41
4 VII4 77 18 39
5 VII5 75 18 40
6 VII6 78 30 65
Sumber : guru mata pelajaran IPA
3
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ketuntasan klasikal peserta didik
belum mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan. Ketuntasan klasikal
menjelaskan tentang perolehan nilai peserta didik dalam 1 kelas yang berpatokan
pada Kriteria Ketuntasan Minimal. Persentase ketuntasan klasikal yang rendah
mengindikasikan bahwa hasil belajar yang didapat oleh peserta didik juga rendah.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA Fisika adalah
penggunaan metode dan media pembelajaran yang kurang relevan dengan materi
pelajaran yang ajarkan.
Selain Faktor tersebut, Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil
belajar IPA Fisika yang dicapai oleh peserta didik yaitu kurangnya ketertarikan
peserta didik terhadap Mata pelajaran IPA. Tidak adanya ketertarikan terhadap
suatu pelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Pelajaran
Fisika merupakan momok yang menakutkan bagi peserta didik, karena peserta
didik menganggap pelajaran Fisika adalah pelajaran yang sanga sulit untuk
dipahami dan merupakan pelajaran yang menakutkan sehingga mereka kurang
termotivasi untuk belajar Fisika dan berpengaruh pula terhadap hasil belajar
Fisika.
Penggunaan metode maupun media pembelajaran yang lebih variatif akan
membantu menumbuhkan motivasi sehingga akan berpengaruh terhadap hasil
belajar peserta didik. Untuk materi-materi pelajaran yang bersifat abstrak
memerlukan media pembelajaran yang sesuai pula dengan materi tersebut.
Demikian juga dengan pelajaran Fisika yang membutuhkan percobaan akan tetapi
4
sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai dapat memanfaatkan media
simulasi komputer sebagai alternatif pengganti metode percobaan tersebut.
Penggunaan media merupakan salah satu komponen penting di dalam
proses pembelajaran di sekolah. Penggunaan media dipandang penting oleh
karena membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, menyiapkan
media pembelajaran menjadi salah satu tanggung jawab seorang pengajar. Sejalan
dengan itu, meluasnya kemajuan bidang komunikasi dan teknologi serta tingginya
dinamika dalam dunia pendidikan semakin meluas pula tuntutan dan peluang
penggunaan media yang lebih maju dan bervariasi di dalam proses pembelajaran.
Terutama, dengan semakin berkembangnya teknologi komputer, berbagai
kemungkinan dan kemudahan di tawarkan di dalam upaya memberi solusi
terhadap berbagai masalah pembelajaran. Teknologi komputer menawarkan
berbagai kemungkinan dan kemudahan dalam mengolah audio-visual sehingga
pembuatan media pembelajaran yang lebih maju dan variatif dapat dilakukan.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berjudul “Penerapan Media Simulasi Komputer Terhadap Hasil Belajar
IPA Fisika Peserta Didik Kelas VII SMP Muhammadiyah Limbung Tahun
Ajaran 2014/2015”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
5
1. Seberapa besar hasil belajar IPA Fisika peserta didik kelas VII SMP
Muhammadiyah Limbung tahun ajaran 2014/2015 sebelum diajar
menggunakan media simulasi komputer?
2. Seberapa besar hasil belajar IPA Fisika peserta didik kelas VII SMP
Muhammadiyah Limbung tahun ajaran 2014/2015 setelah diajar
menggunakan media simulasi komputer?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPA Fisika peserta didik kelas VII
SMP Muhammadiyah Limbung tahun ajaran 204/2015 setelah diajar
menggunakan media simulasi komputer?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil belajar IPA Fisika peserta didik kelas VII SMP
Muhammadiyah Limbung tahun ajaran 2014/2015 sebelum diajar
menggunakan media simulasi komputer.
2. Untuk mengetahui hasil belajar IPA Fisika peserta didik kelas VII SMP
Muhammadiyah Limbung tahun ajaran 2014/2015 setelah diajar
menggunakan media simulasi komputer.
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA Fisika peserta didik kelas
VII SMP Muhammadiyah Limbung tahun ajaran 2014/2015 setelah diajar
menggunakan media simulasi komputer.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru/Sekolah
Sebagai bahan masukan untuk menentukan alternatif media pembelajaran
6
yang sesuai dengan materi pelajaran dalam meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
2. Bagi Peserta didik
a. Agar hasil belajar peserta didik dapat meningkat.
b. Agar dapat meningkatkan kemampuan dan minat peserta didik dalam
mempelajari Fisika.
3. Bagi Peneliti
Sebagai wahana belajar dan latihan untuk menggali pengalaman dan wawasan
khususnya dibidang pendidikan Fisika.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Winkel dalam
Purwanto (2013:39) mengemukakan bahwa belajar adalah aktifitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Perubahan tersebut diperoleh melalui usaha,
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.
Gagne dalam Kusumastuti (2013: 7) menyatakan bahwa belajar
adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Sementara itu Sadiman dalam
Musfiqon (2011:3) mengemukakan bahwa belajar adalah proses kompleks
yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia
masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa
seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya.
7
8
Dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut
diatas dapat dikemukakan beberapa unsur penting yang mencirikan
tentang pengertian belajar yaitu :
a. Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang dilakukan secara
sadar dan dapat diperoleh dari interaksi dengan lingkungan
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui
latihan/pengalaman
c. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek misalnya pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan
tingkah laku (sikap)
b. Pembelajaran IPA Fisika
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jihad (2013:11)
mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang teridiri
dari kombinasi dua aspek yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus
dilakuka oleh peserta didik, mengajar berorientasi pada pa yang harus
dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek tersebut akan
dipadukan menjadi suatu kegiatan yang utuh pada saat terjadi interaksi
antara pendidik dengan peserta didik.
Trianto dalam Kusumastuti (2013:10) mengemukakan bahwa
Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA dan merupakan ilmu yang
berkembang lewat metode ilmiah. Dapat dikatakan bahwa hakikat Fisika
adalah pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian
9
proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas sikap ilmiah
dan hasilnya terwujud dalam produk ilmiah yang tersusun atas tiga
komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku
secara universal.
Pembelajaran IPA Fisika merupakan suatu kegiatan yang sengaja
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar yang bertujuan
untuk mempelajari/mengkaji benda-benda yang dialam, gejala-gejala,
keajaiban-keajaiban alam serta benda-benda di alam tersebut.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk
pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus input-
proses-hasil, hasil dapat dengan dibedakan dengan input akibat perubahan
oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah
mengalami belajar peserta didik berubah perilakunya dibanding
sebelumnya (Purwanto, 2013:44).
Setelah melalui proses belajar maka peserta didik diaharpakn dapat
mencpai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menjalani proses
pembelajaran. Usman dalam Jihad (2013:16) menyatakan bahwa hasil
belajar yang dicapai oleh peerta didik sangat erat kaitannya dengan
10
rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang
dikelompokkan kedalam tiga kategori yakni domain kognitif, afektif dan
psikomotor.
a. Domain kognitif meliputi enam ranah yaitu pengetahuan, pemahaman,
aplikasi atau penggunaan prinsip, analisa, sintesa da evaluasi
b. Domain Kemampuan sikap meliputi lima ranah yaitu menerima atau
memperhatikan, merespon, penghargaan, mengorganisasikan dan
mempribadi atau mewatak
c. Domain psikomotorik meliputi lima ranah yaitu menirukan, manipulasi,
keseksamaan, artikulasi dan naturalisasi.
Caroll dalam Kusumastuti (2013:11) menyebut sejumlah faktor
yang mempengaruhi hasil belajar adalah waktu yang tersedia, usaha
individu, bakat, kualitas pembelajaran dan kemampuan untuk
memanfaatkan proses pembelajaran.
Hasil belajar dapat memperlihatkan sejauh mana tujuan-tujuan
instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh peserta didik setelah
mereka menempuh pengalaman belajar. Narimo (2013) mengemukakan
bahwa Hasil belajar dapat dikelompokan ke dalam kompetensi yang
berupa perilaku (behavior objective) dan kompetensi bukan perilaku
(non-behavioral objective). Kompetensi yang bukan perilaku dapat
berupa softskill atau outcomes sedangkan kompetensi yang berupa
perilaku berwujud perilaku khusus yang harus ditunjukan oleh peserta
11
didik bahwa telah terjadi proses belajar, baik dalam ranah kognitif,
psikomotorik, maupun afektif. Dari ketiga ranah tersebut ranah
kognitiflah yang biasanya paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai
isi bahan pengajaran.
3. Media Simulasi Komputer
Dalam proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti
yang cukup penting. Karena dalam kegiatan pembelajaran
ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara. Djamarah dalam Susanto (2013)
mengatakan bahwa kerumitan bahan yang disampaikan kepada anak
didik dapat disederhanakan dengan bantuan media . Menurut Hamalik
dalam Susanto (2013) pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Media
dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata
atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan
dengan kehadiran media.
12
Simulasi adalah satu model hasil penyederhanaan suatu realitas.
Selain harus mencerminkan situasi yang sebenarnya, simulasi harus
bersifat operasional. Artinya simulasi menggambarkan proses yang sedang
berlangsung. Simulasi dapat bersifat fisik (misalnya simulasi ruangan
pengemudi pesawat terbang), verbal (misalnyua simulasi untuk pelajaran
membaca permulaan) atau matematis (untuk mengajarkan sistem
ekonomi). (Musfiqon, 2011:98).
Arsyad (2013:153) menyatakan bahwa proram simulasi dengan
bantuan komputer mencoba untuk menyamai proses dinamis yang terjadi
di dunia nyata, misalnya siswa menggunakan komputer untuk
mensimulasikan menerbangkan pesawat terbang, memanipulasi
pengendaliana pembaangkit listrik tenaga nuklir. Program ini berusaha
memberikan pengalaman masalah dunia nyata kepada peserta didik.
Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa simulasi
komputer adalah program perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk
menirukan perilaku sistem nyata. Manipulasi sebuah model sedemikian
rupa sehingga model tersebut bekerja sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Kakiay dalam Anwar (2011:19) Ada berbagai keuntungan
yang bisa diperoleh dengan memanfaatkan simulasi, yaitu sebagai berikut:
1. Compress Time (Menghemat Waktu)
2. Expand Time (Dapat Melebar-luaskan)
3. Control sources of variation (dapat mengawasi sumber-sember yang
bervariasi)
13
4. Error in Meansurment Correctin (Mengoreksi kesalahan-kesalahan
Perhitungan)
5. Stop simulation and restart (Dapat Dihentikan dan Dijalankan Kembali)
6. Easy to Replicate (Mudah Diperbanyak)
Simulasi pada komputer memberikan kesempatan untuk belajar
secara dinamis, interaktif dan perorangan. Dengan simulasi, lingkungan
pekerjaan yang kompleks dapat ditata hingg menyerupai dunia nyata.
Simulasi yang menyangkut hidup-mati seperti pada bidang kedokteran
atau penerbangan dan pelayanan sangat bermanfaat jika tidak dikatakan
merupakan cara terbaik untuk memperoleg pengalaman “nyata”.
Keberhasilan simulasi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu skenario, model
dasar, dan lapisan pengajaran. Skenario harus mencerminkan kehidupan
nyata. (Arsyad, 2013:95).
Media berbasis komputer adalah salah satu media
pembelajaran. Komputer bisa berfungsi sebagai tambahan dalam
belajar. Pemanfaatannya meliputi penyajian materi pelajaran, latihan
atau kedua-duanya. Iriyanti dalam Fitrianti (2013) mengatakan bahwa
Aplikasi media berbasis komputer menyebabkan peningkatan
pemahaman dan proses pembelajaran lebih bervariatif dengan
visualisasi penggunaan komputer .
Arsyad (2013:97) mengatakan bahwa Interaksi dalam lingkungan pembelajaran
berbasis komputer pada umumnya mengikuti tiga unsur, yaitu :
14
1. Urut-urutan instruksional yang dapat disesuaikan,
2. Jawaban/respons atau pekerjaan siswa, dan
3. Umpan balik yang dapat disesuaikan.
B. Kerangka Pikir
Semua guru pasti mendambakan kerbehasilan dalam proses
pembelajaran yang dilakukan.seorang guru harus mempunyai pengetahuan
yang luas terutama materi yang akan diajarkan dan dapat menyampaikan
informasi dengan baik kepada peserta didik. Dalam proses pembelajaran
saat ini menuntut agar peserta didik lebih aktif sehingga memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan gagasan-gagasan
dan konsep belajar fisika. Keberhasilan pembelajaran bergantung dari
berbagai faktor, antara lain model pembelajaran, media, materi, peserta
didik, guru an faktor- faktor lain yang terkait dalam proses pembelajaran.
Upaya dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata
pelajaran IPA Fisika peserta didik kelas XI SMP salah satunya dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model
pembelajaran yang tepat digunakan adalah model Pembelajaran berbasis
masalah dengan menggunakan media Simulasi.
Menurut Nasution dalam Kusumastuti (2013:16) menyatakan
bahwa media simulasi merupakan peralatan eletronik digital yang dapat
memproses suatu masukan untuk menghasilkan keluaran yang bekerja
secara digital. Media simulasi dapat mengindividualisasikan pengajaran,
Hasil Belajar Meningkat
PembelajaranPeserta Didik
Media Simulasi Komputer
Yang Menyenangkan
15
melaksanakan menejemen pengajaran, mengajarkan konsep, melaksanakan
perhitungan dan menstimulasi belajar
Input Proses Output
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pre-Eksperimen (pre-eksperimental design)
yang bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Hasil belajar IPA Fisika setelah
diterapkan media simulasi komputer pada peserta didik kelas VII SMP
Muhammadiyah Limbung tahun ajaran 2014/2015
B. Variabel dan Desain Penelitian
a. Variabe Penelitian :
1. Variabel bebas : pengguna media simulasi komputer
2. Variabel Terikat : hasil belajar IPA peserta didik
b. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-group
Pretes-posttest Design. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
O1 X O2
(Sugiyono, 2013 : 111)
Keterangan :
O1 = Tes hasil belajar IPA Fisika Peserta didik sebelum diajar
menggunakan media simulasi komputer
X = Proses pembelajaran dengan menggunakan media simulasi
komputer
O2 = Tes hasil belajar IPA Fisika Peserta didik setelah
menggunakan media simulasi komputer
15
17
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII5 SMP
Muhammadiyah Limbung tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 45 peserta
didik
D. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel bebas
Pengguna media simulasi Komputer adalah pengguna media
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran menggunakan
bantuan komputer dalam pengoperasiannya yang bertujuan untuk
mensimulasikan keadaan seperti situasi nyata
b. Variabel Terikat
Hasil belajar IPA Fisika adalah Nilai peserta didik yang diperoleh dari
hasil tes belajar Fisika pada aspek kognitif.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yakni: tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir.
a) Tahap persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi IPA
Fisika Muhammadiyah Limbung untuk meminta izin melaksanakan
penelitian.
2) Menentukan materi yang akan dijadikan sebagai materi penelitian .
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
18
4) Mendesain Instrumen, Adapun langkah-langkah yang di tempuh
dalam penyusunan instrumen antara lain :
a. Membuat kisis-kisi soal berdasarkan kurikulum yang digunakan
di sekolah.
b. Membuat soal dan kunci jawaban berdasarkan kisi-kisi soal yang
telah dibuat.
c. Melakukan uji coba instrumen penelitian
d. Menganalisis data hasil uji coba instrumen yang terdiri dari
tingkat kesukaran,validitas, dan realibilitas perangkat tes untuk
menentukan butir soal mana yang dapat digunakan dan butir soal
mana yang harus dibuang atau direvisi.
Pengujian validita setiap item tes dengan menggunakan rumus yakni
sebagai berikut:
γ pb1=
M p−M t
St √ pq
(Arikunto, 2009:79)
dengan :
γ pb1 = koefesien korelasi biserial
Mp = rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki
jawaban benar
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi
19
p = proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada
soal (tingkat kesukaran)
q = 1 – p
Untuk menghitung reliabilitas tes hasil belajar fisika
digunakan rumus Kuder-Richardson - 20 (KR-20) sebagai berikut :
γ 11=( nn−1 )( S2−∑ pq
S2 ) (purwanto, 2013:169)
dengan :
γ11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar.
q = proporsi subjek yang menjawab item salah (q = 1 – p)
∑ pq = jumlah perkalian antara p dan q
N = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar
varians) dapat dicari dengan persamaan :
S=√∑ X 2
N
X = simpangan X dari X̄ , yang dicari dari X - X̄
S = varians, selalu dituliskan dalam bentuk kuadrat, karena
standar deviasi kuadrat.
N = banyaknya subjek pengikut tes
20
b) Tahap pelaksanaan
1. Memberikan pretest dengan soal yang telah diuji cobakan untuk
mengetahui pengetahuan awal peserta didik.
2. Memberikan perlakuan dengan mengajar menggunakan media
simulasi komputer.
3. Memberikan posttest untuk mengetahui pemahamam konsep peserta
didik setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media
simulasi komputer.
4. Mengolah data hasil pretest dan posttest.
c) Tahap Akhir
Setelah seluruh kegiatan pengajaran dilaksankan maka dilakukan
analisis dari data-data yang diperoleh untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dari penelitian yang dilakukan terjawab.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Tes yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat
lain yang digunakan untuk mengukur pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dalam penelitian ini digunakan instrumen yaitu tes hasil belajar IPA
Fisika. Tes yang digunakan sebagai pengumpul data variabel hasil belajar
Fisika dengan ranah kognitif yang meliputi ingatan (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3). Bentuk instrumen dalam penelitian ini adalah pilihan ganda
21
(multiple choice test) pemberian skor pada uji coba instrumen adalah skor
satu untuk jawaban yang benar dan nol untuk jawaban yang salah.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahap yang paling menentukan dalam
pelaksanaan penelitian ini. Data yang diperoleh ditentukan oleh instrumen
pengumpulan data yang benar. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu
tes hasil belajar IPA Fisika peserta didik.
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deskrpitif. Analisis deskriptif ini digunakan
untuk mendeksrisikan skor hasil belajar IPA Fisika kelas SMP
Muhammadiyah Limbung setelah diajar menggunakan media simulasi
komputer
a. Analisis Deskriptif
Teknik analisis deskripsikan yang digunakan adalah penyajian data
berupa skor rata-rata, standar deviasi, skor ideal, skor terendah dan skor
tertinggi. Untuk mengetahui nilai yang diperoleh peserta didik maka skor
dikonversi dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
N = Nilai Peserta didik
22
SS = Skor hasil belajar peserta didik
SI = Skor ideaL
b. Uji N-Gain
Uji N-gain ini dilakukan untuk mengetahui kategori peningkatan hasil
belajar fisika peserta didik sebelum dan setelah diterapkannya model
pembelajaran problem posing tipe pre-solution posing. Dengan
menggunakan rumus:
g=Spost−test−Spre−test
Smaks−S pre−test
Keterangan:
g = Gain
Smaks = Skor maksimal
Spost-test = Skor post-test.
Spre-test = Skor pre-test
Tabel 3.2 Kategori Tingkat N-Gain yang dikemukakan oleh
Haake
Batasan Kategori
0,70 g Tinggi
0,30 g 0,70 Sedang
g 0,30 Rendah
(Ariesta, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Ariesta & Supartono. 2011. Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan
Laboratorium Fisika Dasar Ii Berbasisi Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Kerja Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia. 7 (2): 62-68.
Anwar, A.A. 2011. Pembelajaran Fisika Menggunakan Media Simulasi Komputer
dan Media Laboratorium Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Siswa
Pada Pokok Bahasan Gerak Harmoni Sederhana Di SMA. Skripsi tidak
diterbitkan. Surakarta: universitas Sebelas Maret.
Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Bumi Aksara
Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Fitrianti, dkk. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis
Komputer Pada Tema Bunyi Melalui lesson Study untuk kelas
VIII. Unnes Science Education Journal. 2 (1) : 320-328.
Jauhar, M. 2011. Implementasi PAIKEM dari behavioristik sampai
konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka
Jihad, A . 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Presindo
Kusumastuti, A. 2013. Pengaruh Model PBL (Problem Based Learning)
Menggunakan Media Gambar Bergerak (Animasi) Terhadap Hasil
Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Siswa kelas VIII SMPN 2
22
23
Bobotsari Purbalingga. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Musfiqon. 2011. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta :
Prestasi Pustaka
Narimo, B. P & Suharyanto. 2013. Pengaruh Media Simulasi Interaktif Yenka
Berbasis Komputer Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Fisika
Materi Alat-Alat Optik Peserta Didik Smp Negeri 1 Klaten Kelas VIII
Semester 2. Jurnal UNY. 2 (6).
Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung : Alfabeta
Susanto, dkk. 2013. Keefektifan Pemanfaatan Media Simulasi Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterlibatan Belajar Siswa.
Unnes Physics Education Journal. 2 (2): 8-12
24
RPP
LKPD
MATERI AJAR
LEMBAR OBSERVASI
25
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMP Muhammadiyah Limbung
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Kelas/ Semester : VII5/ ganjil
Pokok Bahasan : Pengukuran
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi
1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda di alam
dengan menggunakan peralatan
B. Kompetensi Dasar
1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur
yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Indikator
1. Kognitif
a. Produk
- Menjelaskan pengertian pengukuran.
- Menyebutkan alat-alat ukur
- Membedakan penggunaan alat ukur mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup
- Menentukan pembacaan skala dan panjang pada mistar, jangka sorong,
dan mikrometer skrup.
b. Proses
- Melakukan pengukuran dengan menggunakan alat-alat ukur yang
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari (mistar)
26
- Melakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong dan
mikorometer sekrup
- Mampu menghitung panjang, massa dan waktu dengan menggunakan
alat-alat ukur yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Psikomotor
- Terampil dalam melakukan pengukuran menggunakan alat ukur yang
telah ditentukan
3. Afektif
Karakter
Disiplin dan jujur dalam proses pembelajaran. Memiliki rasa ingin tahu dan minat belajar. Bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan.
Ket. Sosial1. Menjadi pendengar yang baik2. Mengargai pendapat teman3. Bekerjasama
D. Tujuan Pembelajaran
a. Produk
- Melalui penjelasana guru, peserta didik dapat menjelaskan pengertian
pengukuran.
- Berdasarkan gambar dari media simulasi komputer, peserta didik dapat
menyebutkan alat-alat ukur
- Diberikan penjelasan menggunakan media simulasi komputer, peserta
didik dapat membedakan penggunaan alat ukur jangka sorong dan
mikrometer sekrup
- Diberikan penjelasan menggunakan media simulasi komputer, peserta
didik dapat menentukan pembacaan skala dan panjang pada mistar,
jangka sorong dan mikrometer sekrup.
b. Proses
- Berdasarkan penjelasan dari simulasi komputer, peserta didik dapat
melakukan pengukuran dengan menggunakan alat-alat ukur yang
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari (mistar)
27
- Melalui simulasi komputer peserta didik dapat melakukan pengukuran
dengan menggunakan jangka sorong dan mikorometer sekrup
- Diberikan contoh soal, peserta didik mampu menghitung panjang,
massa dan waktu dengan menggunakan alat-alat ukur yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Psikomotor
- Terampil dalam melakukan pengukuran menggunakan alat ukur yang
telah ditentukan
3. Afektif
KarakterTerlibat aktif dalam proses pembelajaran, paling tidak peserta didik dinilai pengamat membuat kemajuan dalam menunjukkan perilaku berkarakter meliputi: Disiplin, rasa ingin tahu, tanggung jawab.
Keterampilan sosialTerlibat aktif dalam proses pembelajaran, paling tidak peserta didik dinilai membuat kemajuan dalam menunjukkan keterampilan sosial meliputi: Bekerjasama dalam kegiatan pembelajaran dan aktif menyampaikan pendapat, menjadi pendengar yang baik, dan menanggapi pendapat orang lain dalam diskusi.
E. Materi Pembelajaran- Pengertian Pengukuran- Alat-alat ukur- Penggunaan alat ukur untuk mengukur besaran
F. Model dan Metode PembelajaranModel Pembelajaran : Pembelajaran berkolompok (cooperative learning)Metode pembelajaran : Presentasi media, diskusi kelompok, tanya jawab,
G. Sumber/ Media Pembelajaran- Buku paket IPA Fisika SMP- LCD- Media Simulasi Komputer
H. Langkah-Langkah KegiatanA. Pendahuluan (10 Menit)
Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik
28
1. Guru mengecek persiapan peserta didik untuk belajar2. Guru menyiapkan media simulasi komputer dalam proses
pembelajaran dan memotivasi peserta didik dengan cara tanya jawab tentang pengukuran yang berhubungan dalam kehidupan sehari-hari
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada peserta didikB. Kegiatan Inti (60 menit)
Menyajikan Informasi- Guru menginformasikan bahwa yang akan dipelajari adalah
pengukuran- Guru membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok- Guru memberikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang berisi
tentang soal-soal latihan dan dikerjakan secara berkelompok
Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok belajar- Guru meminta kepada peserta didik mengatur tempat duduk sesuai
dengan kelompok kooperatifnya masing-masing.- Guru menyampaikan kepada peserta didik untuk bekerja secara
kelompok memikirkan jawaban masalah/pertanyaan yang terdapat di LKPD. Saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya, dan kalian harus yakin bahwa semua anggota kelompok telah mengerti apa yang kalian kerjakan.
Membimbing kelompok bekerja dan belajar- Guru menjelaskan tentang pengukuran dan alat-alat ukur
menggunakan media simulasi komputer- Guru membimbing peserta didik dalam mendiskusikan dan mengisi
jawaban LKPD - Selama peserta didik bekerja dalam kelompok guru memantau tiap
kelompok, memberikan motivasi kepada kelompok yang kurang bersemangat dan memberikan bantuan yang mereka perlukan
Evaluasi- Guru menunjuk perwakilan dari salah satu kelompok untuk
menyampaikan hasil diskusi dan jawaban dari LKPD- Kelompok yang lain menanggapi Memberi penghargaan- memberikan penghargaan kepasa kelompok yang mempresentasikan
hasil kerjanyaC. Penutup (10 menit)
- Meminta peserta didik merangkum pelajaran - Memberikan tugas rumah
29
- Mengingatkan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnyaI. Penilaian
NO Soal Jawaban Skor1
2
3
4
Jelaskan pengertian pengukuran
Sebutkan alat-alat ukur yang ada dapat digunakan untuk mengukur.
Jelaskan perbedaan mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup?
Berapakah pembacaan skala dan panjang yang ditunjukkan pada….
Pengukuran adalah membandingkan nilai besaran yang di ukur dengan besara sejenis yang di tetapkan sebagai satuan
- Alat untuk mengukur panjang yaitu: mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup
- Alat untuk mengukur massa yaitu neraca
- Alat untuk mengukur waktu yaitu stopwatch
Mistar digunakan untuk mengukur panjang, jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang, diameter dalam dan luar sebuah cincin, mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur benda yang sangat tipis
a. Panjang skala antara XY yaitu =76 cm
b. Dik, SU = 4,6 SN = 13 NST alat = 0,01mmDik, Penunjukan skala =…….?Peny:= SU +SN x NST alat = 4,6 + 13 x 0,01 = 4,6 + 0,13 = 4,73 mmc. Dik, SU=11 mm
SP = 65 bagian NST = 0,01 mmDit, Penunjukan skala=…..?Peny:=SU + SP x NST alat
3
3
6
8
30
= 11 + 65 x 0,01=11 + 0,65= 11,65 mm
Rumus penilaian :
NP = X 100 = …………
Rubrik / pedoman penskoran :
NO. ASPEK YANG DINILAI SKOR
1 dan 2
Jika menjelaskan dengan jelas dan benar 3
Jika penjelasan tidak sempurna 2
Jika penjelasan tidak benar 1
Jika jawaban tidak ada 0
3
4
Menyebutkan perbedaan dengan jelas dan benar
64
1
Jika penjelasan tidak sempurna
Jika penjelasan tidak benar
Menuliskan diketahui dengan benar
Menulis persamaan dengan benar 1
Menuliskan hasil yang benar 2
Menjabarkan penyelesaian dengan benar 3
Menuliskan satuan dengan benar 1
Lembar Penilaian Afektif
No Uraian Tugas Sangat Baik Memuaskan Cukup Kurang
Skor perolehan
Skor Max ( 20 )
31
Kinerja (A) (B) (C) (D)1 Teliti2 Bertanggung
jawab3 Disiplin4 Jujur
Lembar Penilaian Keterampilan Sosial
NO
Rincian tugas kinerja Sangat Baik (A)
Memuaskan (B)
Cukup (C)
Kurang (D)
1 Aktif bertanya (maks 3x)
2 Mengemukakan gagasan
3 Menjadi pendengar yang baik
4 Bekerjasama5 Berkomunikasi
DAFTAR PUSTAKA :Kanginan, Martin. 2007. IPA FISIKA untuk SMP Kelas VII. Cimahi: ErlanggaAbdullah, Mikrajuddin. 2007. IPA FISIKA SMP dan MTs untuk Kelas VII.
Jakarta: PT. Gelora Askara pratamaMangunwiyoto Harjono, Widogdo. 2007. Pokok – pokok fisika SMP kelas VII
semester I. Jakarta: Erlangga
Gowa, Juni 2014
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
(LKPD)
Nama kelompok :
Anggota :
1. …….. 3. ………...2. …….. 4. ………….
Kelas : ……………….
Tanggal :
32
Materi : Pengukuran
Sub Pokok Bahasan : Pengukuran dan alat-alat Ukur
Standar Kompetensi : Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-
benda di alam dengan menggunakan peralatan
Kompetens Dasar : Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Indikator :
- Menjelaskan pengertian pengukuran.
- Menyebutkan alat-alat ukur
- Membedakan penggunaan alat ukur mistar, jangka
sorong dan mikrometer sekrup
- Menentukan pembacaan skala dan panjang pada mistar,
jangka sorong, dan mikrometer skrup.
Soal
1. Jelaskan pengertian Pengukuran !
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….......
2. Jelaskan perbedaan alat ukur mistar, jangka sorong dan mikormeter sekrup!…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………….
33
3. Berilah tanda alat-alat ukur di bawah ini sesuai dengan
besaran yang diukurnya dengan tepat !
No Ala-alat ukurBesaran
Massa Waktu Panjang
1 neraca
2 Jengkal tangan
3 mistar
4 stopwatch
5 meteran
6 Jam dinding
7 timbangan
8Mikrometer
sekrup
9 Jangka Sorong
4. Berapakah pembacaan skala dan panjang yang ditunjukkan pada….
MATERI AJAR
Pengukuran
Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting.
Seorang tukang jahit pakaian mengukur panjang kain untuk dipotong
sesuai dengan pola pakaian yang akan dibuat dengan menggunakan
meteran pita. Penjual daging menimbang massa daging sesuai kebutuhan
pembelinya dengan menggunakan timbangan duduk. Seorang petani
34
tradisional mungkin melakukan pengukuran panjang dan lebar sawahnya
menggunakan satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan adalah
sebuah batu bata. Tetapi seorang insinyur sipil mengukur lebar jalan
menggunakan alat meteran kelo untuk mendapatkan satuan meter.
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan suatu
satuan. Contoh lain adalah ketika kita mengukur panjang meja dengan
penggaris, misalnya didapat panjang meja 100 cm, maka panjang meja
merupakan besaran, 100 merupakan hasil dari pengukuran sedangkan cm
adalah satuannya.
Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu
ketepatan (akurasi), kalibrasi alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan
(sensitivitas). Dengan aspek-aspek pengukuran tersebut diharapkan
mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan benar. Berikut ini akan
kita bahas pengukuran besaran-besaran fisika, meliputi panjang, massa,
dan waktu.
1. Pengukuran Panjang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah
sesuai dengan ukuran benda. Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku
kita gunakan pengaris, sedangkan untuk mengukur lebar jalan raya lebih
mudah menggunakan meteran kelos.
a. Pengukuran Panjang dengan Mistar
Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya, seperti penggaris yang
berbentuk lurus, berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam,
mistar tukang kayu, dan penggaris berbentupita (meteran pita). Mistar
mempunyai batas ukur sampai 1 meter, sedangkan meteran pita dapat
mengukur panjang sampai 3 meter. Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1
cm.
35
Gambar 1
Posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika membaca skala
mistar. Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran
akibat beda sudut kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan
paralaks.
Gambar 1.2 Pembacaan Skala
b. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong
Bagaimanakah mengukur kedalaman suatu tutup pulpen? Untuk mengukur
kedalaman tutup pulpen dapat kita gunakan jangka sorong. Jangka sorong
merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batal ukur sampai 10 cm
dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat
Gambar Alat Ukur Panjang
36
digunakan untuk mengukur diameter cinci dan diameter bagian dalam sebuah
pipa. Bagian-bagian penting jangka sorong yaitu
1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm
2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius
mempunyai selisih 1 mm.
jangka sorong mempunyai dua jenis skala, yaitu skala utama dan skala
nonius yang dapat digeser-geser. Satu bagian skala utama, panjangnya 1 mm.
Panjang 10 skala nonius adalah 9 mm. Ini berarti 1 skala nonius (jarak antara
dua garis skala nonius yang berdekatan) sama dengan 0,9 mm. Jadi, selisih
skala utama dengan skala nonius adalah 1 mm – 0,9 mm =0,1 mm atau 0,01
cm. Contoh pengukuran menggunakan jangka sorong. Diperoleh hasil
pengukuran sebagai berikut.
Skala utama : 4,2 cm
Skala nonius : 0,05 cm +
Pembacaan : 4,25 cm
c. Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup
37
Tahukah kamu alat ukur apa yang dapat digunakan untuk mengukur benda
berukuran kurang dari dua centimeter secara lebih teliti? Mikrometer sekrup
memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup dapat
digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis,
seperti mengukur ketebalan plat, iameter kawat, dan onderdil kendaraan
yang berukuran kecil. Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar,
skala utama, skala putar, dan silinder bergerigi. Skala terkecil dari skala
utama bernilai 0,1 mm, sedangkan skala terkecil untuk skala putar sebesar
0,01 mm. Berikut ini gambar bagian-bagian dari mikrometer.
2. Pengukuran Massa Benda
Pernahkah kamu pergi ke pasar? Ketika di pasar kamu mungkin akan
melihat berbagai macam alat ukur timbangan seperti dacin, timbangan pasar,
timbangan emas, bahkan mungkin timbanganatau neraca digital. Timbangan
tersebut digunakan untuk mengukur massa benda. Prinsip kerjanya adalah
keseimbangan kedua lengan yaitu keseimbangan antara massa benda yang
diukur denga anak timbangan yang digunakan. Dalam dunia pendidikan sering
digunakan neraca O’Hauss tiga lengan atau dua lengan. Perhatikan beberapa
alat ukur berat berikut ini.
38
Bagian-bagian dari neraca O’Hauss tiga lengan adalah sebagai berikut:
• Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai 1 g.
• Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100 g.
• Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10g.
3. Pengukuran Besaran Waktu
Ketika bepergian kita tidak lupa membawa jam tangan. Jam tersebut kita
gunakan untuk menentukan waktu dan lama perjalanan yang sudah ditempuh.
Berbagai jenis alat ukur waktu yang lain, misalnya: jam analog, jam digital,
jam dinding, jam atom, jam matahari, dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut,
stopwatch termasuk alat ukur yang memiliki ketelitian cukup baik, yaitu
sampai 0,1 s.
Gambar 1.4 Berbagai Jenis Alat Ukur Waktu
LEMBAR OBSERVASI
Aktivitas Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Limbung
No Komponen Yang Diamati Pertemuan %
Gambar 1.3 Beberapa Jenis Neraca
39
~XI II III
T
e
s
A
k
h
i
r
1.Banyaknyasiswa yang hadir pada saat pembelajaran.
2.Siswa yang memperhatikan pembahasan materi pelajaran.
3.Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru.
4.
Kelompok yang meminta bimbingan pada guru dalam menyelesaikan LKS atau tugasnya.
5.Siswa yang kurang aktif dalam kelompoknya.
6.Kelompok yang tidak dapat menyelesaikan LKS dan soal latihan yang diberikan di kelas.
7.
Siswa yang mengajukan pertanyaan, tanggapan dan komentar kepada kelompok lain.
8.Siswa yang tidak memperhatikan persentasi kelompok lain.