Konjungtivitis Dp

28
Diskusi Pagi Konjungtivitis Penyaji Siti Mirdhatillah, S.Ked. Soefiandi Soedarman, S.Ked. Stefani Rachel Soraya, S.Ked. Departemen Ilmu Penyakit Mata

Transcript of Konjungtivitis Dp

Page 1: Konjungtivitis Dp

Diskusi Pagi

Konjungtivitis

Penyaji

Siti Mirdhatillah, S.Ked.

Soefiandi Soedarman, S.Ked.

Stefani Rachel Soraya, S.Ked.

Departemen Ilmu Penyakit Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jakarta 2007

Page 2: Konjungtivitis Dp

Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus

permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior

sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak

(persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.

Konjungtiva terbagi atas 3 yaitu :

1. Konjungtiva palpebral ( menutupi permukaan posterior kelopak mata) sukar

digerakkan ,diperdarahi oleh arteri konjungtivalis anterior .

2. Konjungtiva bulbar (menutupi permukaan anterior sklera) mudah digerakkan dari

sklera dibawahnya, diperdarahi oleh arteri konjungtivalis posterior.

3. Fornix ( transisi yang menyambungkan kelopak mata posterior dan bola mata ).

Secara histologis konjungtiva terbagi atas:

1. Lapisan epitel konjungtiva.

2. Stroma konjungtiva.

Konjungtivitis

Definisi

Merupakan proses peradangan konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi

belakang kelopak dan bola mata.

Etiologi

1. Bakteri

2. Klamidia

3. Virus

4. Rickettsial

5. Jamur

6. Parasit

7. Imunologik (reaksi alergi)

Page 3: Konjungtivitis Dp

8. Kimiawi/iritatif

9. Idiopatik

10. Manifestasi penyakit sistemik

11. Sekunder terhadap dakriosistisis/kanakulitis.

Patofisiologi

Agen infeksius melekat pada konjungtiva, mengalahkan mekanisme pertahanan normal

akan menimbulkan gejala klinis berupa kemerahan, sekret, iritasi, rasa panas, sensasi

penuh disekitar mata dan fotofobia

Gejala

Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing yaitu sensasi tergores atau panas

, sensasi penuh disekitar mata, gatal dan fotofobia. Adanya rasa sakit dan sensasi adanya

benda asing mengesankan terkenanya kornea. Gatal merupakan gejala dari konjungtivitis

alergik walaupun gejala ini dapat juga terjadi pada blepharitis dan keratokonjungtivitis

sicca.

Tanda-tanda

1. Hiperemia

Merupakan tanda klinik paling mencolok pada konjungtivitis akut. Keadaan ini terjadi

akibat dilatasi dari pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Warna merah terang

mengesankan konjungtivitis bakterial dan warna keputihan mirip susu mengesankan

konjungtivitis alergika.

2. Epiphora (berair mata)

Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau gatal,

atau karena gatal.

3. Sekret (discharge)

Merupakan suatu ciri dari semua jenis konjungtivitis akut. Mengandung suatu eksudat

yang berasal dari dilatasi pembuluh darah konjungtiva. Sekret ini dapat bervariasi dari

jernih hingga mukopurulen.

a. sekret yang jernih (watery discharge)

Page 4: Konjungtivitis Dp

Mengandung eksudat yang serosa dan airmata. Sekret ini tipikal pada konjungtivitis

virus akut dan konjungtivitis alergika akut.

b. sekret yang mucoid

Tipikal untuk konjungtivitis vernal dan keratokonjungtivitis sicca.

c. sekret yang purulen

Tipikal pada konjungtivitis bakterial akut berat,

d. sekret yang mukopurulen

Tipikal pada konjungtivitis bakterial ringan dan konjungtivitis chlamidial.

4. Pseudoptosis

Adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus Muller. Keadaan ini

dijumpai pada beberapa jenis konjungtivitis berat seperti trachoma dan

keratokonjungtivitis epidemika.

5. Hipertrofi papila

Merupakan suatu reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena epitel konjungtiva

terikat pada tarsus atau limbus dibawahnya oleh serabut-serabut halus. Eksudat radang

mengumpul diantara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan konjungtiva.

6. Kemosis

Kemosis konjungtiva sangat mengesankan konjungtivitis alergika.

7. Folikel

Merupakan suatu hiperplasia jaringan limfoid didalam stroma. Secara klinik dapat

dikenali sebagai struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan bulat. Pada pemeriksaan

slitlamp, pembuluh-pembuluh kecil tampak muncul pada batas folikel dan mengitarinya.

8. Membran

a. pseudomembaran

Merupakan koagulasi dari eksudat yang menempel pada epitel konjungtiva yang

terinflamasi. Bila diangkat epitel tetap utuh. Merupakan akibat dari konjungtivitis

adenovirus yang berat, konjungtivitis gonococcus dan sindrom Steven-Johnson.

b. membran

Koagulasi dari eksudat telah menginfiltrasi bagian superfisial dari epitel konjungtiva. Jika

diangkat akan meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.

9. Konjungtivitis ligneosa

Page 5: Konjungtivitis Dp

Bentuk istimewa konjungtivitis membranosa rekuren. Keadaan ini bilateral, terjadi pada

anak-anak terutama anak perempuan. Dapat ditemukan manifestasi sistemik lain seperti

nasofaringitis dan vulvuvaginitis.

10. Granuloma

Granuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan paling sering berupa khalazia.

11. Phlyctenula

Merupakan reaksi hipersensitifitas lambat terhadap antigen mikroba seperti antigen

stafilokokus atau mikobakterial.

12. Limfadenopati preaurikuler

Penyebab dari keadaan ini ialah konjungtivitis akibat virus, chlamidial, gonococcus, dan

Parinaud oculoglandular syndrome.

Tabel 1. Gambaran Klinis Konjungtivitis

Tanda Bakterial Viral Alergik

Injeksi Konjungtiva Mencolok Sedang Ringan-Sedang

Kemosis ++ +/- ++

Hemoragik + + -

Eksudat Purulen/Mukopurulen Jernih, air Berserabut,

putih

Pseudomembran +/-(Strep,C. Diph) +/- -

Papil +/- - +

Folikel - + -

Nodul Preaurikuler + ++ -

Panus - - - (kec. Vernal)

Konjungtivitis Bakterial

Tanda dan Gejala

Page 6: Konjungtivitis Dp

Terdapat iritasi dan kemerahan bilateral, eksudat purulen dengan palpebra sering lengket

saat bangun tidur, dan kadang terdapat edema palpebra. Infeksi biasanya dimulai pada

satu tangan dan menular ke sebelah oleh tangan.

1. Konjungtivitis bakterial hiperakut (dan subakut)

- Konjungtivitis purulen

Disebabkan N. gonorrhoeae, M. kochii, dan N. meningitidis. Ditandai banyak eksudat

purulen. Setiap konjungtivitis berat dengan banyak eksudat perlu segera diperiksa dan

diobati. Bila ditunda, terjadi kerusakan kornea, gangguan penglihatan, atau

konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk N. gonorrhe, menimbulkan sepsis atau

meningitis.

- Konjungtiva mukopurulen akut

Ditandai dengan hiperemi konjungtiva secara akut dan jumlah eksudat mukopurulen

sedang. Penyebab paling umum adalah Streptococcus pneumoniae.

- Konjungtivitis subakut

Paling sering disebabkan H. Influenzae, ditandai eksudat berair tipis atau berawan.

2. Konjungtivitis bakterial menahun

Terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis dan dakkriosistitis menahun,

biasanya unilateral. Infeksi ini juga dapat menyertai blefaritis bakterial menahun atau

disfungsi kelenjar meibom.

Laboratorium

Pada kebanyakan kasus, organisma dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopis

terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan giemsa atau gram.

Pemeriksaan ini menunjukan adanya banyak neutrofil polimorfonuklear.

Studi sensitivitas antibiotik juga baik untuk dilakukan.

Komplikasi

Parut konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa

dan pada kasus tertentu yang diikuti ulserasi kornea.

Terapi

Page 7: Konjungtivitis Dp

Bergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil lab, dapat

diberikan terapi antimikrobial topikal. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen

akut, sakus konjungtiva harus dibilas dengan larutan garam untuk menghilangkan sekret.

Untuk mencegah penularan, perlu diperhatikan higiene perorangan.

Prognosis

Hampir selalu sembuh sendiri. Bila tidak diobati, infeksi berlangsung 10-14 hari. Jika

diobati dengan baik, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus dan gonorrhe.

Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak daoat sembuh sendiri dan menjadi

masalah pengobatan yang menyulitkan.

Konjungtivitis Klamidia

Konjungtivitis yang disebabkan oleh klamidia terdiri dari trachoma, paratrachoma

(konjungtivitis inklusi), dan beberapa konjungtivitis lain yang langka.

Trachoma

Trachoma merupakan konjungtivitis akibat Chlamydia trachromatis yang paling sering

terjadi dan diketahui menjadi penyebab trikiasis. Trachoma umumnya bilateral, menyebar

melalui kontak langsung atau bahan kontak, umumnya dari anggota keluarga lain yang

juga perlu diperiksa. Bentuk akut lebih infeksius daripada bentuk sikatriks.

Pada mulanya, trachoma merupakan konjungtivitis folikuler menahun/ kronis pada masa

kanak-kanak yang berkembang sampai terbentuk parut konjungtiva. Konjungtivitis

folikuler menahun ditandai dengan tanda khusus berupa tonjolan kecil (folikel) berwarna

kemerahan pada lipatan retrotarsal superior. Folikel ini merupakan hiperplasi sel limfoid

yang terlihat sebagai benjolan kecil mengkilat dengan pembuluh darah kecil diatasnya.

Folikel yang terjadi merupakan reaksi konjungtiva terhadap mikroorganisme asing dan

alergen toksik seperti klamidia, iododioksiuridin, dan fisostigmin. Folikel pada tarsus

inferior anak dan orang dewasa sering dianggap normal. Bila pada perkembangan lebih

lanjut, folikel berdegenerasi dan membentuk jaringan parut, konjungtivitis ini disebut

dengan trachoma.

Page 8: Konjungtivitis Dp

Masa inkubasi trachoma bervariasi antara 5-14 hari, rerata 7 hari. Kadang pada bayi atau

anak, munculnya penyakit tidak diketahui dan dapat sembuh sendiri. Sedang pada orang

dewasa, timbulnya sering akut dan komplikasi cepat berkembang. Keluhan trachoma

secara umum sesuai dengan keluhan konjungtivitis secara umum yaitu mata gatal, berair,

fotofobia, sakit, eksudasi, edema palpebra, kemosis konjungtiva bulbi, hiperemia,

hipertrofi papiler dan folikel tarsal, keratitis superior, pembentukkan pannus dan nodus

preaurikuler kecil, serta nyeri tekan. Pada perkembangannya, trachoma akan mengalami

perjalanan penyakit sebagai berikut (menurut klasifikasi Mac Callan):

Stadium 1 (hiperplasi limfoid). Terdapat hipertrofi papil (hipertrofi sel epitel)

dengan folikel kecil-kecil pada konjungtiva tarsus superior, yang memperlihatkan

penebalan dan kongesti pembuluh darah konjungtiva. Terdapat sekret sedikit dan

berwarna jernih, bila tidak terjadi infeksi sekunder. Pada kornea, kadang dapat

ditemukan neovaskularisasi dan keratitis epitelial ringan.

Stadium 2. Terdapat hipertrofi papil dan folikel yang besar/ matang, kadang

ditemukan hipertrofi papil yang berat seolah-olah mengalahkan gambaran folikel.

Ditemukan pannus trachoma, yang merupakan membran fibrovaskuler yang

timbul dari limbus, dengan perluasan pembuluh darah ke atas kornea.

Stadium 3. Terdapat parut pada konjungtiva tarsus superior yang terlihat sebagai

garis putih halus yang sejajar dengan margo palpebra. Dapat ditemukan pula parut

folikel pada limbus kornea yang ditutupi oleh epitel, disebut cekungan Herbert.

Gambaran papil mulai berkurang.

Stadium 4. Telah terbentuk parut yang sempurna pada konjungtiva tarsus superior

hingga menyebabkan perubahan bentuk pada tarsus yang dapat menyebabkan

enteropion dan trikiasis. Bila tidak diobati, kondisi ini dapat berkembang menjadi

trachoma lanjut dengan ulserasi dan kekeruhan kornea.

Untuk mempermudah pengendalian, WHO mengembangkan cara sederhana untuk

grading trachoma, yaitu:

Page 9: Konjungtivitis Dp

TF = Trachoma Follicles, pada konjungtiva tarsus superior dengan jumlah lima

atau lebih

TI = Trachoma Inflammation, peradangan difus pada konjungtiva tarsus yang

menutupi 50% pembuluh tarsus profunda normal

TS = Trachomal conjungtival Scarring, telah terbentuk parut pada konjungtiva

TT = Trachomatous Trichiasis

CO = Corneal Opacity

TF dan TI menunjukkan trachoma infeksius aktif yang harus diobati. TS adalah bukti

cedera akibat penyakit ini. TT berpotensi membutakan dan merupakan indikasi tindakan

operasi koreksi palpebra. CO merupakan lesi terakhir yang membutakan dari trachoma.

Pada pemeriksaan histopatologis menggunakan kerokan konjungtiva dengan pewarnaan

Giemsa, tampak sel-sel PMN, sel plasma, sel leber, dan sel folikel (limfoblas).

Ditemukannya sel limfoblas merupakan tanda diagnostik yang penting. Dapat ditemukan

pula badan inklusi Halber Statter-Prowazeck di dalam sel epitel, yang tampak sebagai

massa sitoplasma biru atau ungu gelap yang menutupi inti dari sel epitel (berbentuk

cungkup yang seakan-akan menggenggam nukleus).

Komplikasi yang sering terjadi adalah terbentuknya parut di konjungtiva. Keberadaan

parut ini dapat merusak duktuli kelenjar lakrimal tambahan dan menutupi muara kelenjar

lakrimal. Hal ini akan mengurangi produksi air mata dan produksi mukus karena

hilangnya sebagian sel goblet (xerosis/ keratitis sika). Luka parut ini juga dapat

mengubah bentuk palpebra hingga melipat ke dalam dan menyebabkan bulu mata

bersentuhan dengan kornea (trikiasis/ enteropion). Pergesekkan yang lama dapat

mengakibatkan ulserasi kornea, infeksi bakterial kornea, dan parut pada kornea.

Pengobatan trachoma dapat menggunakan tetrasiklin salep, 1-1,5 g/ hari, dalam 4 dosis,

selama 3-4 minggu, doksisiklin, 100 mg, dalam 2 dosis, selama 3 minggu, atau

eritromisin, 1 g/ hari, dalam 4 dosis, selama 3-4 minggu. Kadang diperlukan pengobatan

berulang agar benar-benar sembuh. Efek terapi maksimum biasanya dicapai setelah 10-12

minggu sejak dimulainya terapi. Oleh karena itu, tetap adanya folikel pada tarsus superior

Page 10: Konjungtivitis Dp

setelah beberapa minggu pengobatan, tidak dapat digunakan untuk menilai kegagalan

terapi. Sulfonamid diberikan bila ada penyulit. Koreksi trikiasis/ enteropion melalui

bedah. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi, makanan bergizi, dan higiene yang baik.

Konjungtivitis Inklusi (blenorrhea inklusi, paratrachoma)

Konjuntivitis inklusi sering terjadi bilateral dan biasanya terdapat pada orang muda yang

seksual aktif. Biasanya agen klamidia menginfeksi uretra pria dan serviks wanita secara

asimptomatik. Transmisi ke mata orang dewasa biasanya karena praktek seksual oro-

genital atau transmisi dari tangan ke mata. Transmisi tidak langsung pernah dilaporkan

terjadi di kolam renang yang kurang klor. Pada neonatus, agen ini ditularkan sewaktu

lahir melalui kontaminasi langsung konjungtiva dengan sekret serviks. Profilaksis Crede

hanya memberi proteksi sebagian terhadap konjungtivitis inklusi.

Gejala klinik pada neonatus muncul 2-5 hari setelah lahir, memberikan gambaran

konjungtivitis papiler, purulen sedang, serta pseudomembran yang dapat menimbulkan

parut. Folikel tidak terbentuk karena neonatus belum memiliki jaringan limfoid, namun

bila infeksi berlangsung 2-3 bulan, akan timbul gambaran folikel seperti anak besar dan

orang dewasa. Sedangkan pada orang dewasa, tampak papila dan folikel pada kedua

konjungtiva tarsus, terutama tarsus inferior. Pseudomembran jarang terjadi pada orang

dewasa.

Pada pemeriksaan histopatologi, secara morfologik agen konjungtivitis inklusi mirip

dengan agen trachoma, namun keduanya dapat dibedakan secara serologik dengan

mikroimunofluorescens. Konjungtivitis inklusi disebabkan oleh C. trachomatis serotipe

D-K, sedang trachoma disebabkan oleh serotipe A, B, Ba, atau C.

Pengobatan pada orang dewasa menggunakan obat dengan regimen yang sama dengan

trachoma. Pada bayi, diberikan suspensi eritromisin 40 mg/kg/hari, dalam 4 dosis, selama

sekurang-kurangnya 14 hari. Obati pula kedua orang tuanya.

Konjungtivitis virus

Page 11: Konjungtivitis Dp

Dapat menyerang berbagai golongan usia. Terbagi atas keratokonjungtivitis adenovirus,

konjungtivitis herpes simpleks, konjungtivitis moluskum kontagiosum, dan konjungtivitis

akibat virus lain seperti virus varicella-zoster dan campak.

Penyebab tersering adalah adenovirus, sedangkan herpes simpleks merupakan

penyebab yang banyak menimbulkan masalah. Sering kali berlangsung lebih lama dari

konjungtivitis bakterial hingga 2-4 minggu.

1. Keratokonjungtivitis adenovirus

Penyakit ini sangat menular. Penularan melalui sekret pernafasan/mata. Biasanya

penularan terjadi melalui handuk atau alat yang terkontaminasi. Masa inkubasi dari virus

ini sekitar 4-10 hari. Untuk mencegah penularan penyakit ialah dengan mencuci tangan

dan desinfeksi peralatan. Terdapat 2 macam bentuk berdasarkan agen penyebab, yaitu :

a. Demam faringokonjungtiva

Diakibatkan oleh adenovirus tipe 3,4,7 dan 5(jarang). Transmisi melalui droplet dan

mengenai anak-anak yang juga mengalami infeksi saluran pernapasan atas. Keratitis

terjadi pada 30% kasus yang berat.

b. Keratokonjungtivitis epidemika

Diakibatkan oleh adenovirus tipe 8.19. Transmisi melalui tangan, kontak mata,

peralatan, dan cairan. Tidak menimbulkan gejala sistemik Keratitis terjadi pada 80%

kasus yang berat.

Manifestasi klinis :

Gejala : onset akut

mata berair

merah

rasa tidak nyaman

fotofobia

mengenai kedua bola mata.

Tanda : edema palpebra

sekret berair

kemosis

folikel

Page 12: Konjungtivitis Dp

perdarahan subkonjungtiva

pseudomembran (pada kasus berat)

limfadenopati yang nyeri

Tatalaksana :

Terapi hanya bersifat simptomatik dan suportif. Penyembuhan secara spontan terjadi

dalam 2 minggu. Antivirus tidak efektif dan steroid topikal harus dihindari kecuali jika

inflamasi yang terjadi sangat berat.

2. Konjungtivitis herpes simplek

Biasa ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun yang disertai dengan

ginggivostomatitis. Disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1.

Manifestasi klinis

Vesikel-vesikel herpes unilateral pada kelopak mata dan kulit sekitar mata

Hipertropi papil

Respon folikular ipsilateral atau pseudomembranosa pada konjungtiva

Limfadenopati preaurikuler yang nyeri tekan.

Keratitis (dendritik)

Tatalaksana

Jika terjadi pada anak diatas 1 tahun atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri

dan mungkin tidak perlu diterapi. Namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan

untuk mencegah terkenanya kornea. Antivirus topikal diberikan 7-10 hari : trifluridine

setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vidarabine 5 kali sehari atau idoxuridine 0,1% 1

tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Dapat juga

digunakan asiklovir oral 400 mg lima kali sehari selama 7 hari. Pemberian steroid

merupakan kontraindikasi mutlak.

3. Konjungtivitis moluskum kontagiosum

Merupakan suatu virus yang menimbulkan lesi yang khas pada kulit dan terkadang pada

membrane mukosa. Penyebarannya melalui kontak erat. Penyakit ini menyerang anak-

anak dan remaja. Sering terjadi pada penderita AIDS.

Manifestasi klinis

Nodul umbilikata pada margin palpebra

Page 13: Konjungtivitis Dp

Sekret ringan dan mukoid

Respon folikel ipsilateral lesi palpebra

Pada penderita imunokompromis akan timbul nodus moluscum pada konjungtiva

bulbar.

Keratitis epitelial (pada kasus lama)

Tatalaksana

Menghancurkan lesi dan mengeluarkan isinya (eksisi, krioterapi, kauterisasi)

4. Konjungtivitis akibat virus lain seperti virus varicella-zoster dan campak

Konjungtivitis Ricketsia

Semua ricketsia dianggap patogen bagi manusia, dapat menyerang konjungtiva.

Demam Q disertai hiperemi konjungtiva yang hebat. Pengobatan dengan tetrasiklin atau

kloramfenikol sistemik dapat menyembuhkan.

Demam Marseilles sering disertai konjungtivitis ulseratif atau granulomatosa dan

limfonodus preaurikuler yang tampak jelas.

Tifus endemik berkaitan dengan tanda-tanda konjugtiva yang umumnya ringan dan

bervariasi.

Konjungtivitis Jamur

Konjungtivitis akibat jamur jarang terjadi, yang tersering disebabkan oleh Candida

albicans. Umumnya tampak sebagai bercak putih. Keadaan ini dapat timbul pada

penderita diabetes mellitus atau pasien imunokompromis. Kerokan menunjukkan reaksi

radang sel PMN. Infeksi ini berespon terhadap amfoterisin B, 3-8 mg/mL, dalam larutan

air (bukan garam) atau terhadap pemakaian nystatin krim 100.000 unit/g, dalam 4-6 dosis

per hari.

Konjungtivitis parasitik

Page 14: Konjungtivitis Dp

Konjungtivitis akibat parasit jarang terjadi.

Etiologi : Onchocerca volvulus (Amerika Tengah, Afrika)

Thelazia californiensis

Loa-loa

Ascaris lumbrocoides

Trichinella spiralis

Schistosoma haematobium

Taenia solium

Pthirus pubis

Larva lalat

Konjungtivitis Imunologik

Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung

- Konjungtivitis Demam Jerami

Demam jerami (rinitis alergika) umumnya disertai radang konjungtiva non spesifik

ringan. Biasanya terdapat riwayat alergi rumput, bulu hewan, dll. Pasien mengeluh

gatal, mata merah, berair, dan terdapat tahi mata. Sulit ditemukan eosinofil pada

kerokan konjungtiva. Bila alergen menetap, timbul konjungtivitis papiler.

Pengobatan dengan meneteskan vasokonstriktor lokal selama tahap akut. Kompres

dingin membatu mengurangi gatal.

- Keratokonjungtivitis Vernalis

Adalah penyakit alergi bilateral yang jarang, biasanya mulai dalam tahun-tahun

pubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Lebih banyak terdapat pada perempuan. Pasien

kadang menampakan manifestasi alergi lainnya.

Pasien umumnya mengeluh gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat.

Biasanya terdapat riwayat alergi pada keluarga. Konjungtiva tampak putih seperti

susu dan terbanyak papila halus di konjungtiva tarsalis inferior. Bintik-bintik Tranta

adalah bintik putih yang terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan

konjungtivitis vernal selama fase aktif dari penyakit ini. Banyak eosinofil terdapat

dalam sediaan hapus yang terpulas giemsa dari eksudat konjungtiva. Sering tampak

Page 15: Konjungtivitis Dp

mikro pannus pada keratokonjungtivitis vernal plapebra dan limbus. Mungkin timbul

ulkus kornea superfisial dan dapat berakibat parut ringan pada kornea

Merupakan peyakit yang sembuh sendiri, sehingga medikasi hanya menghilangkan

gejala yang ada. Steroid topikal atau sistemik yang mengurangi gatal, hanya sedikit

mempengaruhi kornea ini, dan efek sampingnya dapat sangat merugikan.

Vasokonstriktor, kompres dingin, tidur di ruang sejuk akan menyamankan pasien.

Gejala berat seorang pasien yang sangat fotofobik sehingga tidak dapat berbuat apa-

apa, dapat ditolong dengan steroid topikal atau sistemik, diikuti dengan

vasokonsrikror, kompres dingin, dan tetes mata cromolyn.

- Keratokonjungtivitis Atopik

Sering diderita pasien dermatitis atopi. Tanda dan gejala berupa sensasi terbakar,

mata bertahi , berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian palpebra eritematosa dan

konjungtiva tampak seperti susu.

Biasanya ada riwayat alergi pada pasien dan keluarganya. Kebanyakan pasien pernah

menderita dermatitis atopi sejak bayi. Seperti dernatitisnya, keratokonjungtivitas

atopik berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi serta remisi.

Kerokan konjungtiva menampakan eosinofil ,tetapi tidak sebanyak pada

keratokonjungtivitis vernal.

Setiap infeksi sekunder harus diobati. Harus diusahakan kontrol lingkungan. Anti

histamin oral, obat anti radang steroid dan non steroid dapat bermanfaat.

- Konjungtivitis Papilaris Raksasa

Tanda dan gejala mirip konjungtivitis vernal, dapat timbul pada pasien yang

menggunakan mata buatan dari plastik atau lensa kontak.

Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat

- Phylctenulosis

Adalah respon hipersensitivitas tipe lambat terhadap protein mikroba, termasuk

protein dari basil tuberkel, Staphylococcus spp, Candida albicans, dll.

Page 16: Konjungtivitis Dp

Phyvtenule conjunctive mulai berupa lesi kecil yang keras, merah, menimbul, dan

dikelilingi zona hiperemi. Di limbus sering berbentuk segitiga, dengan apeks

mengarah ke kornea. Di sini terbentuk pusat putih-kelabu yang segera menjadi ulkus

dan mereda dalam 10-12 hari.

Phynectulosis sering dipicu oleh blefaritis aktif, konjungtivitis bakterial akut, dan

defisiensi diet.

Pengobatan harus ditijukan kepada penyakit penyebab, dan steroid, bila efektif,

dipakai untuk mengatasi gejala akut dan parut kornea yang menetap.

- Konjungtivitis ringan sekunder terhadap blefaritis kontak

Blefaritis kontak yang disebabkan atropin, neomisin, antibiotik spektrum luas, dan

medikasi obat topikal lain, sering diikuti oleh konjungtivitis infiltratif ringan yang

menimbulkan hiperemi, hipertrofi papiler ringan, bertahi mata mukoid ringan, dn

sedikit iritasi. Pengobatan diarahkan pada penemuan agen penyebab dan

menghilangkannya.

Konjungtivitis akibat Penyakit Autoimun

- Keratokonjungtivitis Sicca

Sindrom sjogren penyakit sistemik yang ditandai trias gangguan :

keratokonjungtivitis sicca, xerostomia, dan artritis. Sedikitnya ada dua dari trias

tersebut untuk menegakan diagnosis. Lebih banyak ditemukan pada wanita

menjelang atau sesudah menopause. Kelenjar lakrimal diinfiltrasi limfosit dan

kadang-kadang sel plasma, berakibat trofi dan destruksi sel-sel kelenjar.

Keratokonjungtivitis sicca ditandai hiperemi konjungtiva bulbi dan gejala iritasi yang

jauh lebih berat daripada radang yang terlihat. Sakit makin terasa menjelang malam

hari.

Diagnosis ditegakan dengan memperlihatkan adanya infiltrasi limfositik dan sel

plasma pada kelenjar liur tambahan pada biopsi bibir yang diperoleh dengan prosedur

sederhana.

Pengobatan ditujukan untuk mempertahankan dan mengganti film air mata.

Page 17: Konjungtivitis Dp

- Pemphigoid Sikatrikal

Biasanya mulai sebagai konjungtivitis menahun non-spesifik yang resisten terhadap

terapi. Konjungtivitis berakibat parut progresif, penutupan forniks, dan entropion

dengan trikiasis.

Pasien mengeluh sakit, iritasi, dan penglihatan kabur. Pemfigod sikatrikal khas

penyakit usia pertengahan. Pada wanita dapat berlanjut sampai berakibat kebutaan

dalam satu tahun atau kurang.

Dapsone oral dan terapi imunosupresif ternyata efektif pada beberapa kasus.

Pengobatan harus selalu dimulai pada tahap duni, sebelum terjadi parut yang berarti.

Umumnya prognosis buruk dengan hasil terakhir kebutaan akibat symblepharon total

dan pengeringan kornea.

Konjungtivitis Kimia atau Iritatif

Asam, alkali, asap, angin, dan hampir setiap substansi iritan yang masuk ke sakus

konjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan yang umum adalah

pupuk, sabun, deodoran, hair spray, tembakau, bahan make-up, serta berbagai asam dan

alkali.

Asam memiliki efek mengubah sifat protein jaringan secara langsung, sedangkan basa

tidak merubah sifat protein serta cepat menyusup dan menetap di dalam jaringan

konjungtiva. Alkali lebih memungkinkan terjadinya perlekatan antara konjungtiva bulbi

dan palpebra (symblefaron) dan leukoma kornea. Gejala utama luka akibat bahan kimia,

baik asam maupun alkali, adalah rasa sakit, pelebarah pembuluh darah, fotofobia, dan

blefarospasme.

Pembilasan segera dengan air atau larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat

harus disingkirkan secara mekanik. Tindakan simptomatik umum adalah kompres dingin

selama 20 menit setiap jam dan beri analgetika sistemik bila perlu.

Page 18: Konjungtivitis Dp

Konjungtivitis dengan penyebab tidak diketahui

Folikulosis

Konjungtivitis folikuler menahun (konjungtivitis Axenfeld)

Rosasea okuler

Psoriasis

Sindroma Steven-Johnson

Dermatitis herpetiformis

Epidermolisis bulosa

Sindroma Reiter

Penyakit Kawasaki

Konjungtivitis yang Berhubungan dengan Penyakit Sistemik

- Konjungtivitis pada Penyakit Tiroid

Pada penyakit graves orbital, kinjungtiva mungkin merah dan pasien mengeluh banyak

air mata. Terapi diarahkan pada pengendalian penyakit tiroid dan segala usaha

dikerahkan untuk melindungi konjungtiva dan kornea.

- Konjungtivitis Gout

Pasien sering mengeluh mata panas selama serangan. Pada pemeriksaan ditemukan

konjungtivitis ringan. Pengobatan diarahkan pada pengendalian serangan gout.

- Konjungtivitis Karsinoid

Konjungtiva kadang mengalami kongesti dan sianotik akibat disekresinya serotonin oleh

sel-sel kromafin di saluran gastrointestinal. Pasien mungkin mengeluhkan mata panas

saat serangan demikian.

Page 19: Konjungtivitis Dp

Konjungtivitis Sekunder

Konjungtivitis pada Dakriosistitis

Konjungtivitis yang sering terjadi pada dakriosistitis adalah konjungtivitis yang

diakibatkan oleh pneumokokus dan streptokokus beta hemolitikus. Sifat dan sumber

konjungtivitis keduanya sering terlewatkan sampai sistem lakrimalnya diteliti.

Konjungtivitis pada Kanalikulitis

Kanalikulitis akibat infeksi kanalikuler oleh Actinomyces israelli atau Candida sp dapat

menyebabkan konjungtivitis mukopurulen unilateral, sering menahun. Sumber keadaan

ini sering tidak diketahui sehingga terlihat punctum mencebik dan hiperemis khas.

Kerokan konjungtiva menapakkan banyak sekali sel PMN, hasil biakan biasanya negatif.