Proposal revisi

90
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi Akuntan Publik adalah profesi kepercayaan masyarakat dan pengguna laporan keuangan. Dari profesi akuntan publik, masyarakat dan pengguna laporan keungan mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang di sajikan oleh manajemen perusahaan dalam pelaporan keuangan Mulyadi (2010:30 ). Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAPI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam 1

Transcript of Proposal revisi

Page 1: Proposal revisi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Profesi Akuntan Publik adalah profesi kepercayaan masyarakat dan

pengguna laporan keuangan. Dari profesi akuntan publik, masyarakat dan

pengguna laporan keungan mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak

memihak terhadap informasi yang di sajikan oleh manajemen perusahaan dalam

pelaporan keuangan Mulyadi (2010:30 ).

Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor

dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang

ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAPI), yakni standar umum, standar

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Sedangkan standar pekerjaan

lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data

dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta

mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang

diauditnya secara keseluruhan.

Profesi auditor harus bersifat independen dan berkomitmen dalam melayani

kepentingan publik. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, aset

utama, yang harus di miliki oleh sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah

tenaga kerja profesional agar dapat bertanggung jawab pada publik, para auditor

1

Page 2: Proposal revisi

harus berupaya untuk meningkatkan kemampuan atau kinerja dalam

menjalankan profesinya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, yaitu

pengetahuan dan pengalaman. Dalam melakukan tugas pengauditan, auditor

memerlukan pengetahuan pengauditan dan pengetahuan mengenai bidang

auditing dan akuntansi.

Akuntan publik atau auditor dalam tugasnya mengaudit perusahaan klien

memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan

perusahaan klien yaitu ketika akuntan publik mengembangkan tugas dan

tanggung jawab dari manajemen (agen) untuk mengaudit laporan keuangan

perusahaan yang di ke lolanya. Dalam ini manajemen ingin supaya kinerjanya

terlihat selalu baik dimana pihak eksternal perusahaan yang telah di biayainya.

Dari uraian di atas terlihat adanya suatu kepentingan yang berbeda antara

manjemen dan pemakai laporan keuangan (Lingga dan Meythi, 2011)

Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan yang di

berikan oleh akuntan publik inilah pada akhirnya mengharuskan auditor

memperhatikan kualitas audit yang di hasilkan. Ada pun pertanyaan atau

keraguan dari masyarakat tentang kualitas audit yang di hasilkan oleh akuntan

publik setelah terjadinya banyak skandal yang melibatkan akuntan publik.

Seperti kasus KAP ”Eddy Pianto & Rekan, dalam kasus ini laporan audit PT.

Telkom tidak di akui oleh Securities Exchange Commision/SEC (pemegang

otoritas pasar modal di Amerika Serikat. Kasus ini bermula terjadi karena

keengganan KAP Hadi Susanto dan rekan sabagai terlapor yang mengaudit

2

Page 3: Proposal revisi

keuangan PT. Telkomsel tahun buku 2002 untuk berkerjasama dengan KAP

Eddy Pianto dan Rekan. Tindakan KAP Hadi Susanto dan Rekan tersebut

mengakibatkan rusaknya kualitas audit yang dilakukan oleh KAP Eddy Pianto

atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom 2002 sehingga menhalangi

KAP Eddy Pianto untuk bersaingan dengan Terlapor sehubung dengan

penyediaan layanan audit ke perusahaan-perusahaan besar yang tercatat di lantai

bursa (Tempo, 2002).

Banyak kasus perusahaan yang “jatuh” karena kegagalan bisnis yang di

kaitkan dengan ke gagalan auditornya, hal ini mengancam kreabilitas laporan

keuangan. Ancaman ini selanjutnya mempengaruhi presepsi masyarakat,

khususnya para pemakai laporan keuangan atas kualitas audit.

Kualitas audit menurut De Angelo yang di kutip Alim dkk (2007) adalah

sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan

pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Probabilitas untuk menemukan

pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis dan probabilitas melaporkan

pelanggaran tergantung pada independensi auditor.

Audit yang berkualitas akan mampu mengurangi faktor ketidak pastian

yang berkaitan dengan laporan keuangan yang di sajikan oleh pihak

manajemen. Oleh karena itu wajar jika kemudian kualitas audit menjadi topik

yang selalu memperoleh perhatian mendalam dari profesi akuntan.

Moize (1986) dalam Elfarini (2007:) menyatakan bahwa “pengukuran

kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan

kepatuhan pada standar yang telah digariskan. Kualitas audit merupakan hal

3

Page 4: Proposal revisi

yang sangat penting, karena dengan mempunyai kualitas audit yang tinggi akan

menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya dalam pengambilan

keputusan

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara lain

pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor

memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan

mengenai bidang auditing, akuntansi, dan industri klien. Pencapaian keahlian

dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan

praktek audit (IAPI, 2012). Selain itu auditor harus menjalani pelatihan teknis

yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum.

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun

non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa

seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

Purnamasari (2005) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan

yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam

beberapa hal diantaranya: 1)  mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan

dan 3) mencari penyebab  munculnya kesalahan.

Pengalaman merupakan cara pembelajaran yang baik bagi auditor untuk

menjadikan auditor kaya akan teknik audit. Semakin tinggi pengalaman auditor,

maka semakin mampu dan mahir auditor mengusai tugasnya sendiri maupun

aktivitas yang diauditnya. Pengalaman juga membentuk auditor mampu

menghadapi dan menyelesaikan hambatan maupun persoalan dalam pelaksanaan

4

Page 5: Proposal revisi

tugasnya, serta mampu mengendalikan kecenderungan emosional terhadap

pihak yang diperiksa. Selain pengetahuan dan keahlian, pengalaman auditor

memberi kontribusi yang relevan dalam meningkatkan kompetensi auditor.

Seorang auditor sangat membutuhkan kompetensi dalam

melakukan  audit. Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang  baik,

pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya  Rai (2008:63).

Hal ini bisa dapat di wujudkan memalui pelatihan dan  pengalaman dalam

melaksanakan audit.     

Lastanti (2005) mengartikan kompetensi sebagai seseorang yang memiliki

pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam

pengalaman audit. Sehingga dapat diartikan bahwa kompetensi auditor adalah

auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit

dapat melakukan audit secara objektif, cermat, dan seksama.

Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang

dimiliki akuntan publik. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus

menjalani pelatihan teknis yang cukup mecakup aspek teknis maupun

pendidikan umum.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “independensi adalah suatu keadaan

atau posisi dimana kita tidak terikat dengan pihak manapun. Artinya keberadaan

kita adalah mandiri, tidak mengusung kepentingan pihak tertentu atau organisasi

tertentu.

Menurut Boyton (2006) indenpendensi merupakan dasar dari struktur

filosofi profesi. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan audit dan

5

Page 6: Proposal revisi

jasa atestasi lainnya pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi

independensi.

Agar seorang auditor dapat di percaya masyarakat atas independensinya

bagi kepentingan perkembangan profesi akuntan publik, maka auditor harus

bebas dari setiap kewajiban klien, tidak mempunyai kepentingan dengan klien.

Semakin independen seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya , maka

semakin baik kualitas audit yang di hasilkan.

Audior memiliki peran sebagai pengontrol dan menjaga kepentingan

publik terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit,

mereka bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan audit guna

memperoleh keyakinan apakah laporan keuangan bebas dari salah saji maerial.

Menurut Suwandi (2005), dalam konteks organisasi, motivasi adalah

pemaduan antara kebutuhan organisasi dengan kebutuhan personil. Hal ini akan

mencegah terjadinya ketegangan / konflik sehingga akan membawa pada

pencapaian tujuan organisasi secara efektif.

Motivasi merupakan hal yang di perlu dimiliki seseorang dalam mencapai

kesuksesan. Fred Luthans (2006) menyatakan motivasi adalah proses yang di

mulai dengan definisi fisiologis atau psikologis yang menggerakan perilaku atau

dorongan yang di tujukan atau instensif. Dengan adanya motivasi maka

seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan

memenuhi standar yang ada.

Menurut Maryani dan Ludigdo (2001) mendefinisikan etika sebagai

seperangkat aturan atau pedoman yang mengatur perilaku manusia baik yang

6

Page 7: Proposal revisi

harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok

atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi. Seorang akuntan publik

harus mempunyai pemahaman, pengetahuan dan menerapkan etika secara

memadai dalam pekerjaan profesionalnya dan melandaskan pada standar moral

dan etika tertentu. Hal ini di perlukan agar tidak terjadinya pelanggaran etika

yang dilakukan oleh para akuntan.

Pentingnya penerapan etika profesi akuntan publik merupakan pedoman

yang penting dalam berperilaku yang baik dalam suatu profesi. Belakangan ini

banyak sekali pelanggaran dan kecurangan yang timbul akibat penerapan etika

profesi yang tidak maksimal. Banyak kecurangan kecurangan yang timbul

karena terkikisnya kejujuran dan kebijaksanaan dalam berperilaku. Hal ini

menyebabkan kualitas hasil auditan yang dikeluarkan oleh auditor menjadi

rendah..

Sukriah dkk (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengalaman

kerja, independensi, objektifitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas

audit pada pegawai negri sipil (PNS). Hasil penelitian menunjukan bahwa

indenpendensi tidak berpengaruh signifikan sedangkan pengalaman kerja dan

kompetensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit.

Rosnidah (2010) melakukan penelitian tentang dampak motivasi dan

profesionalisme tehadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukan bahwa

motivasi tidak berpengaruh signifikan tergadap kualitas audit.

Efendy MT (2010) melakukan penelitain tentang pengaruh kompetensi,

independensi dan motivasi terhadap kualitas audit pada aparat inspektorat

7

Page 8: Proposal revisi

daerah gorontalo. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi dan motivasi

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan independensi tidak

berpengaruh signifikan.

Metha dan shidiq (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh

pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas, kompetensi dan

komitmen organisasi terhadap kualitas audit. Penelitian ini mengambil populasi

pada KAP di Semarang. Dari penelitian tersebut di simpulkan bahwa

pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit sedangkan

independensi dan kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit.

Fahdi (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh pengalaman kerja,

independensi, obyektifitas, integritas, kompetensi dan motivasi terhadap kualitas

audit. Hasil dari penelitian tersebut di simpulkan pengalaman kerja dan

kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit sedangkan

independensi dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Penelitian yang di lakukan oleh Alim dkk (2007) tentang pengaruh

kompetensi, independensi terhadap kualitas audit dengan etika sebagai variabel

moderating. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa kompetensi berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit interaksi kompetensi dan etika auditor tidak

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Samsi dkk (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh

pengalaman,kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika

sebagai variabel moderating. Hasil penelitian tersebut adalah Pengalaman kerja

8

Page 9: Proposal revisi

berpengaruh negatif terhadap kualitas pemeriksaan, Independensi berpengaruh

positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan, Interaksi pengalaman kerja dan

kepatuhan etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan,

Interaksi independensi dan kepatuhan etika auditor berpengaruh negative

terhadap kualitas pemeriksaan dan kompetensi dan Interaksi kompetensi dan

kepatuhan etika auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

pendekatan kontijensi ini dilakukan dengan cara ditetapkan variabel etika

auditor sebagai variabel moderasi yang mungkin akan mempengaruhi secara

kuat atau lemah hubungan antara pengalaman, kompetensi, independensi, dan

kualitas audit. Peneliti mengembangkan penelitian sebelumnya yang di lakukan

oleh Samsi dkk (2013).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dengan

menambahkan variabel motivasi Serta dalam penelitian ini menggunakan subyek

yang berbeda yaitu Kantor Akuntan Publik di Pekanbaru, Padang dan Batam dan

menambah variabel motivasi, alasan di tambahkan variabel motivasi adalah

dengan adanya motivasi seorang auditor akan mampu lebih baik menghasilkan

kualitas audit yang lebih baik lagi.

Berdasarkan penelitian-penelitian, terlihat bahwa kualitas audit tidak bisa di

ukur secara pasti sehingga hasil penelitian berbeda-beda. Berdasarkan hal

tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Pengalaman Kerja, Kompetensi, Independensi, dan Motivasi terhadap

Kualitas Audit Dengan Etika sebagai variabel Moderating”

9

Page 10: Proposal revisi

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan maka dapat

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit ?

2. Apakah interaksi pengalaman dan etika berpengaruh terhadap

kualitas audit ?

3. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit ?

4. Apakah interaksi kompetensi dan etika berpengaruh terhadap kualitas

audit ?

5. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ?

6. Apakah interaksi independensi dan etika berpengaruh terhadap

kualitas audit ?

7. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kualitas audit ?

8. Apakah interaksi motivasi dan etika berpengaruh terhadap kualitas

audit ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman terhadap kualitas audit.

2. Untuk mengatahui pengaruh interaksi pengalaman dan etika terhadap

kualitas audit.

10

Page 11: Proposal revisi

3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kualitas.

4. Untuk mengetahui pengaruh interaksi kompetensi dan etika terhadap

kualitas audit.

5. Untuk mengetahuui pengaruh independensi terhadap kualitas audit.

6. Untuk mengetahui pengaruh interaksi independensi dan etika

terhadap kualitas audit.

7. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadapa kualitas audit.

8. Untuk mengetahui pengaruh interaksi motivas dan etika terhadap

kualitas audit

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini di harapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi pemegang kebijakan, dalam hal ini di harapkan dapat

memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi

kualitas audit pada kantor akuntan publik, sehingga dapat di

manfaatkan upaya peningkatan kualitas audit khususnya di

Kota Pekanbaru, Padang dan Batam

2. Bagi Akademis penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan

bagi pimpinan Kantor Akuntan Publik

3. Untuk menambah dan memperdalam wawasan dan

pengetahuan penulis tentang apa yang telah penulis lakukan

dan sebagai refensi untuk penelitian selanjutnya.

11

Page 12: Proposal revisi

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis membuat sistematika penulisan skripsi ini

adalah :

BAB I Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,    perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penelitian

BAB II Bab ini menguraikan mengenai landasan teori penelitian, penelitian

terdahulu,kerangka pemikiran serta hipotesis yang disajikan dalam

penelitian ini.

BAB III Bab ini terdiri atas populasi dan sampel, jenis dan sumber data,

metode pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi

operasional variabel serta metode penelitian.

BAB IV Dalam bab ini di sajikan data-data yang di kumpulkan untuk

penelitian dan pembahasan hasil analisis data-data tersebut.

BAB V Bab ini merupakan bagian terakhir yang berisikan  kesimpulan dari

penelitian dan saran-sara

12

Page 13: Proposal revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Kualitas Audit

Hingga saat belum ada definisi yang pasti mengenai apa bagaimana kualitas yang

baik. Kualitas audit merupakan sebuah kompleks dan sulit di pahami, sehingga sehingga

sering kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitas.

De angelo (1981) dalam Alim dkk. (2007) mendefenisikan kualitas audit sebagai

probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu

pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan

menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompentensi)

sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada indenpendensi auditor.

Menurut Rosnidah (2011) kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang di lakukan

sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila

terjadinya pelanggaran yang di lakukan klien. Kualitas audit menurut Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa audit yang di lakukan auditor di

katakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu.

Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi akan

menghasilkan laporan keuangan yang dapat di percaya sebagai dasar pengambilan

keputusan. Selain adanya kekhawatiran akan merebaknya skandal keuangan, dapat

mengkis kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi akuntan

13

Page 14: Proposal revisi

publik. Dari pengertian tentang kualitas audit tersebut bahwa auditor di tuntut untuk

memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang di sajikan oleh

manajemen perusahaan, supaya seseorang auditor dapat menjalankan kewajibannya.

Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus

memegang prinsip- prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) Ada 8 prinsip yang

harus di patuhi akuntan publik yaitu:

1. Tanggung jawab profesi

Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional

dalam semua kegiatan yang di lakukannya.

2. Kepentingan publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan

menunjukan komitmen atas profesionalisme.

3. Integritas

Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan

integritas setinggi mungkin.

4. Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan

kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5. Kompentensi dan kehati-hatian profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati,

kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk

mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional

14

Page 15: Proposal revisi

6. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang di peroleh

selama melalukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau

mengungkapkan informasi tersebut tanpa pengecualian

7. Prilaku profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi

yang baik dan menjauhi tindakajan yang dapat mendiskreditkan profesi.

8. Standar teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesional dengan standar teknis

dan standar profesional yang relevan.

Audit yang berkualitas adalah audit yang dapat di tindak lanjuti oleh auditee.

Kualitas ini harus di bangun sejak awal pelaksanaan audit hingga pelaporan dan

pemberian rekomedasi.

2.1.2 Etika Auditor

Auditor harus mematuhi Kode Etik yang ditetapkan. Pelaksanaan audit harus

mengacu kepada Standar Audit ini, dan auditor wajib mematuhi kode etik yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit. Kode etik ini dibuat

bertujuan untuk mengatur hubungan antara Auditor dengan rekan sekerjanya, Auditor

dengan atasannya, Auditor dengan objek pemeriksanya, dan Auditor dengan masyaraka.

Etika berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana akan berperilaku terhadap

sesamanya (Kell et al,. 2002). Menurut Maryani dan Ludigdo (2001), mendefinisikan

etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur tentang

15

Page 16: Proposal revisi

perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang

dianut oleh sekelompok atau masyarakat profesi. Auditor juga harus mematuhi Kode

Etik yang telah ditetapkan. Pelaksanaan audit harus mengacu pada Standar Audit dan

Kode Etik yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari standar audit.

Etika auditor merupakan ilmu tentang penilaian hal yang baik dan hal yang buruk,

tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Guna meningkatkan kinerja auditor, maka

auditor dituntut untuk selalu menjaga standar perilaku etis. Kewajiban untuk menjaga

standar perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntutan masyarakat terhadap peran

profesi akuntan, khususnya atas kinerja akuntan publik.

Kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntutan

masyarakat terhadap peran profesi akuntan, khususnya atas kinerja akuntan publik.

Masyarakat sebagai pengguna jasa profesi membutuhkan akuntan professional. Label

profesional disini mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi

pada kepentingan klien dan keinginan tulus dalam membantu permasalahan yang

dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat

Selain itu, auditor didalam melaksanakan audit harus mentaati kode etik sebagai

akuntan. Menurut Jaafar (2008) dalam Sari (2011) kode etik auditor merupakan aturan

perilaku auditor sesuai dengan tuntutan profesi dan organisasi serta standar audit yang

merupakan ukuran mutu minimal yang harus dicapai oleh auditor independen dalam

melaksanakan tugas auditnya, apabila aturan ini tidak dipenuhi berarti auditor bekerja

dibawah standar dan dapat dianggap melakukan malpraktek. Akan tetapi, ketaatan

terhadap kode etik hanya dihasilkan dari program pendidikan terencana yang mengatur

16

Page 17: Proposal revisi

diri sendiri untuk meningkatkan pemahaman kode etik (Devis, 2008 dalam Anitaria,

2011).

2.1.3 Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal

atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu

pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman kerja secara langsung maupun tidak

langsung akan menambah keahlian auditor dalam menjalankan tugasnya. Pengalaman

merupakan cara pembelajaran yang baik bagi auditor internal untuk menjadikan auditor

kaya akan teknik audit. Semakin tinggi pengalaman auditor, maka semakin mampu dan

mahir auditor mengusai tugasnya sendiri maupun aktivitas yang diauditnya.

Pengalaman juga membentuk auditor mampu menghadapi dan menyelesaikan

hambatan maupun persoalan dalam pelaksanaan tugasnya, serta mampu mengendalikan

kecenderungan emosional terhadap pihak yang diperiksa. Selain pengetahuan dan

keahlian, pengalaman auditor memberi kontribusi yang relevan dalam meningkatkan

kompetensi auditor.

Pengalaman menurut Mulyadi (2010:25) yaitu pengalaman auditor merupakan

akumulasi gabungan dari semua yang di peroleh melalui interaksi. Jika seseorang ingin

memasuki karier sebagai akuntan publik, ia harus terlebih dahulu mencari pengalaman

profesi di bawah pengawasan akuntan senior yang lebih pengalaman.

Purnamasari (2005) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang

memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal

17

Page 18: Proposal revisi

diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari

penyebab munculnya kesalahan.

Pengalaman kerja seseorang menunjukan jenis-jenis pekerjaan yang pernah di

lakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk

melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang,

semakin terampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap

dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan (puspaningsih, 2004)

Pengalaman kerja mempengaruhi kemampuan kerja, semakin sering seseorang

bekerja dan melakukan pekerjaan yang sama, maka akan semakin terampil orang

tersebut dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Agar menghasilkan laporan audit yang berkualitas dan dapat di andalkan oleh

pemakainya, maka seorang auditor harus selalu meningkankan kompetensi dan

keahliannya seiring dengan perkembangan zaman, untuk sampai pada suatu pernyataan

pendapat dalam pelaksanaan auditnya, seorang auditor senantiasa bertindak sebagai ahli

dalam bidang akuntansi dan auditing.

Menurut Widhi (2006) pengetahuan dapat mempengaruhi kualitas suatu audit karena

dengan tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi kualitas suatu audit karna dengan

tingkat pengetahuan yang berbeda tentu berbeda pula cara bagaimana seorang auditor

tersebut menyelesaikan tugasnya. Jadi, auditor dengan tingkatan pengalaman yang

sama, belum tentu pengetahuan yang dimiliki sama pula.

18

Page 19: Proposal revisi

2.1.4 Kompetensi

Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang di butuhkan oleh auditor untuk

melaksanakan audit dengan benar. Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang

baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya Rai (2008:63).

Kompetensi berkaitan dengan kahlian profesional yang dimiliki auditor sebagai hasil

dari pendidikan formal, ujian profesional, maupun keikut sertaan dalam pelatihan dan

seminar.

Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan

harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan

guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Elfarini (2007:24)

mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat

digunakan untuk melakukan audit secara objektif.

Kompetensi seorang auditor juga dapat di ukur melalui ijazah atau sertifikat yang

dimiliki oleh auditor. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki oleh auditor dan semakin

sering mengikuti seminar di harapkan auditor bersangkutan semakin cakap dalam

melakukan audit.

Webster ninth new collegiate dictionary (1983) dalam sri lastanti (2005)

menjelaskan kompetensi sebagai keahlian dan keterampilan dari seorang ahli. Dimana

ahli di definisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau

19

Page 20: Proposal revisi

pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang di peroleh dari pelatihan dan

pengalaman.. Adapun Bedard (1986) dalam Sri lastanti (2005) mengartikan keahlian

atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan

prosedural yang luas yang di tunjukan dalam pengalaman audit.

Berdasarkan dari uraian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kompetensi

adalah pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang di butuhkan auditor untuk dapat

melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Hayes-roth mendefinisikan

keahlian sebagai pengetahuan tentang suatu lingkungan tersebut serta keterampilan

untuk memecahkan permasalahan tersebut. (Mayangsari, 2003)

Kompetensi yang di perlukan dalam proses audit tidak hanya berupa penguasaan

terhadap standar akuntansi dan auditing, namun juga penguasaan terhadap objek audit.

2.1.5 Independensi

Menurut Boyton (2006:56) indenpendensi merupakan dasar dari struktur filosofi

profesi. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi

lainnya, pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi independensi. Sedangkan

menurut Sedangkan Mulyadi (2010:27) mendefinisikan independensi sebagai berikut:

"keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak

tergantung pada orang lain" dan akuntan publik yang independen haruslah          akuntan

publik yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai          kekuatan yang

berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta          yang dijumpainya

dalam pemeriksaan.

20

Page 21: Proposal revisi

Kode Etik Profesi menjelaskan dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus

selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa

professional sebagaimana diatur dalam standar professional akuntan publik (SPAP)

yang diterbitkan oleh IAPI .

Dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, akuntan publik memperoleh

kepercayaan diri dari klien dan para pemakai laporan keuangan yang disusun dan di

sajikan oleh klien. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran

laporan keuangan yang di periksa harus bersikap independen terhadap kepentingan

klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu

sendiri Indah (2010)

Pemeriksa harus mempunyai sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari

terjadinya konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan

pekerjaan yang telah di kerjakannya. Auditor harus memiliki sikap objektif dalam

melaksanakan audit. Prinsipnya objektifitas harus mensyaratkan auditor dalam

melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas.

Sikap auditor yang independen akan sangat mempengaruhi kepercayaan masyarakat

umum dan hal ini sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Ada enam

faktor yang mempengaruhi independensi menurut presepsi akuntan pemeriksaan dan

pihak-pihak yang menggunakan jasa-jasanya, yaitu:

1. Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan

para kliennya.

2. Persaingan dalam menyediakan jasa audit diantara KAP

3. Jasa non audit yang di berikan oleh kantor akuntan publik

21

Page 22: Proposal revisi

4. Hubungan audit yang lama antara suatu kantor akuntan dengan klien tertentu

5. Ukuran KAP

6. Besarnya “fee”audit (Supriyono,1988)

Agar di percaya masyarakat atas independensinya bagi kepentingan

perkembangan profesi akuntan publik, auditor harus bebas dari setiap kewajiban

klien, tidak mempunyai suatu kepentingan dengan klien. Auditor independen tidak

hanya berkewajiban mempertahankan fakta bawa ia independen, namun auditor

harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan

sikap indepensinya. Bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis auditor jika auditor

memihak salah satu kepentingan makan dia tidak bisa mempertahankan kebebasan

pendapatnya, ia kehilangan sikap tidak memihak, bearti auditor tidak memiliki sikap

mental indepen.

Oleh karena itu, independensi merupakan dasar bagi akuntan publik untuk

merumuskan dan menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di periksa.

Apabila akuntan publik tetap memelihara independensinya selama melaksanakan

pemeriksaan maka laporan keuangan yang di hasilkan bertambah kreabilitasnya dan

dapat di andalkan bagi pihak berkepentingan.

2.1.6 Motivasi

Samsudin (2005) memberikan definisi motivasi sebagai proses mempengaruhi

atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau

melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Mangkunegara

(2005:61) Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan

22

Page 23: Proposal revisi

yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental

karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi

kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal.

Motivasi sangat penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,

menyalurkan dan mendukung perilaku manusia agar bekerja giat dan antusias untuk

mencapai tujuan yg optimal.

Menurut Moekijat (2005), dalam konteks organisasi, motivasi adalah pemaduan

antara kebutuhan organisasi dengan kebutuhan personel. Hal ini akan mencegah

terjadinya ketegangan / konflik sehingga akan membawa pada pencapaian tujuan

organisasi secara efektif.

Motivasi mencerminkan 4 hal yaitu:

1) Tingkat Aspirasi

Keterlibatan semua komponen yang terlibat dalam melakukan

pemeriksaan untuk berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada

mereka ngajukan ide-ide, rekomendasi dalam pemeriksaan.

2) Ketangguhan

Seorang auditor yang tangguh akan melporkan temua-temuan sekecil

apapun dan akan selalu mempertahankan pendapat yang menurutnya

benar.

23

Page 24: Proposal revisi

3) Keuletan

Merupakan sikap dari seseorang yang tabah, tahan dan tangguh dalam

menjalankan tugasnya.

4) Konsisten

Merupakan keteguhan sikap mempertahankan sesuatu. Dalam hal audit

yaitu konsisten untuk melaksanakan tugas pemeriksaan sesuai dengan

standar. (Efendi,2010)

2.2 Penelitian terdahulu

Variabel-variabel dalam penelitian sebelumnya sudah di teliti oleh beberapa

peneliti terdahulu. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat sebagai berikut:

Tabel 2.2 Penelitian terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1. Sukriah, dkk (2009)

Pengaruh Pengalaman kerja,Independensi, Obyektivitas,Integritas, dan Kompetensi terhadap kualitas hasil audit

Pengalaman kerja (X1), Independensi (X2), Obyektifitas(X3), Integritas(X4), dan kompetensi (X5) Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y)

Pengalaman kerja,Obyektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan untuk independensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas

24

Page 25: Proposal revisi

hasil audit2. Metha Kartika,

Shiddiq Nur Raharjo (2012)

Pengaruh Pengalaman kerja,Independensi, Obyektivitas,Integritas, Kompetensi dan Komitmen Organisasi terhadap Kualitas Audit

Pengalaman kerja (X1),Independensi (X2), Obyektivitas (X3), Integritas(X4),Kompetensi(X5), Komitmen organisasi(X6) Kualitas Audit (Y)

Pengalaman kerja, Obyektifitas, Integritas dan komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap Kualitas audit sedangkan Independensi dan kompetensi tidak berpengaruh positif terhadap kulitas audit

3. Nur samsi dkk (2013)

Pengaruh Pengalaman, Independensi dan Kompetensi terhadap kualitas dengan etika sebagai variabel moderating

Pengalaman (X1), Kompetensi (X2), Independensi (X3), Motivasi (X4), Etika sebagai variabel moderating (X5), Kualitas audit (Y)

Pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit sedangkan independen berpengaruh dan interaksi pengalaman dan etika berpengaruh sedangkan independensi berpengaruh serta interaksi independensi dan etika tidak berpengaruh.

4. Muh.Taufiq Efendy (2010)

Pengaruh Kompetensi, independensi, dan motivasi terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan daerah (studi empiris pada pemerintah Gorontalo)

Kompetensi (X1), Independensi (X2), Motivasi (X3), Kualitas audit (Y)

Kompetensi dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan independensi tidak berpengaruh signifikan

5. Alim dkk (2007) Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi

Kompetensi (X1), independensi (X2), Etika (X3), sebagai variabel moderating , Kualitas Audit

kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit sedangkan interaksi

25

Page 26: Proposal revisi

(Y) kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit sedangkan interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

6. Nur Aini (2009) Pengaruh independensi auditor, pengalaman auditor dan etika auditor terhadap kualitas audit

Independensi (X1), Pengalaman (X2), Etika (X3), Kualitas Audit (Y)

Independensi, pengalaman dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

7. ST. Nur Irawati (2011)

Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit pada kantor akuntan publik di Makassar

Kompetensi (X1), independendi (X2), Kualitas adit (Y)

Kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap independen sedangkan independen berpengarh signifikan terhadap kualitas audit

Sumber: Data Olahan

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Pengaruh pengalaman terhadap kualitas audit

26

Page 27: Proposal revisi

Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik

bahwa auditor di syaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi

yang di tekuninya, serta di tuntut memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman

dalam bidang industri yang di geluti kliennya Arens dkk (2006: )

Dalam profesi auditor, pengalaman akan terus meningkat seiring dengan

semakin banyaknya untuk melakukan audit serta semakin kompleksnya transaksi

keuangan yang diaudit agar memperluas pengetahuan dibidangnya. Dan dapat

dikatakan, jika seseorang auditor yang mempunyai lama masa kerja dan

pengalaman yang dimilikinya maka akan semakin baik dan meningkat pula

kualitas audit (Alim, 2007).

Pengalaman juga merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non

formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang

kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa

semakin lama masa kerja maka semakin baik dan semakin meningkat pula

kualitas audit yang di hasilkannya. Hasil penelitian Sukriah dkk (2009)

menunjukan bahwa pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil

penelitian ini di dukung penelitian selanjutnya yang di lakukan oleh Metha dan

Shiddiq (2012) dan Aini (2009)

Menurut saya pengalaman adalah jika semakin lama masa kerja seseorang

dan pengalaman yang di miliki oleh auditor maka semakin baik dan semakin

meningkat pula kualitas audit yang di hasilkannya.

27

Page 28: Proposal revisi

2.3.2 Pengaruh interaksi pengalaman dan etika terhadap kualitas audit

Pengalaman menurut Mulyadi (2010:30) yaitu pengalaman auditor

merupakan akumulasi gabungan dari semua yang di peroleh melalui interaksi. Jika

seseorang ingin memasuki karier sebagai akuntan publik, ia harus terlebih dahulu

mencari pengalaman profesi di bawah pengawasan akuntan senior yang lebih

pengalaman Etika berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan

berperilaku terhadap sesamanya (Kell et al., 2002). Pengalaman merupakan suatu

proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku

baik dari pendidikan formal maupun non formal. Menurut Maryani dan Ludigdo

(2001), mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau

pedoman yang mengatur tentang perilaku manusia, baik yang harus dilakukan

maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau masyarakat

profesi. Auditor juga harus mematuhi Kode Etik yang telah ditetapkan.

Herliansyah dkk. (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat

diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau

tugas (job) . Penelitian yang dilakukan Zoraifi,R. (2003) dalam menyimpulkan

bahwa ternyata lamanya kerja mempengaruhi perilaku etika auditor. Auditor yang

mempunyai pengalaman kerja lebih lama mempunyai perilaku lebih etika

dibanding auditor yang mempunyai pengalaman kerja yang singkat.

Menurut saya seorang auditor yang memiliki pengalaman yang tinggi dan

patuh terhadap etika yang berlaku maka akan menghasilkan kualitas audit yang

28

Page 29: Proposal revisi

baik pula. Dalam penelitian saya ini sebagai peneliti mempunyai pemikiran yang

mana pengalaman dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit

2.3.3 Kompetensi terhadap kualitas audit

Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang

memadai, serta keahlian khusus di bidangnya Rai (2008:63). Kompetensi

berkaitan dengan kahlian profesional yang dimiliki auditor sebagai hasil dari

pendidikan formal, ujian profesional, maupun keikut sertaan dalam pelatihan dan

seminar.

Kompetensi merupakan kemampuan auditor untuk mengaplikasikan

pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dalam melakukan audit sehingga

auditor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat dan obyektif dengan hal itu

auditor menjadi mampu memahami kondisi keuangan kliennya dan akan

menghasilkan kualitas audit yang baik.

Dalam melaksanakan perannya sebagai auditor, auditor harus bertanggung

jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan

yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material.

Seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai

akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah yang secara lebih

mendalam dan mudah mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam

lingkungan audit kliennya.

29

Page 30: Proposal revisi

Menurut Indah (2010) menyatakan kompetensi memiliki pengaruh terhadap

kualitas audit akuntan publik hasil penelitian ini juga di dukung dengan

Septriatari dan Sujana (2013), Sukriah dkk (2007) dan juga Effendi (2010)

Menurut saya kompetensi merupakan kemampuan dan keahlian seseorang

dalam melaksanakan tugas yang di berikan. Dalam penelitian saya ini sebagai

peneliti mempunyai pemikiran yang mana kompetensi berpengaruh terhadap

kualitas audit.

2.3.4 Pengaruh interaksi kompetensi dan etika terhadap kualitas audit

Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang

memadai, serta keahlian khusus di bidangnya Rai (2008:63). Etika berkaitan

dengan  pertanyaan tentang bagaimana orang akan berperilaku terhadapsesamanya

(Kell et al., 2002)

Seorang auditor yang memiliki kompetensi tinggi didalam melaksanakan audit

akan selalu taat pada prinsip audit serta patuh terhadap kode etik yang berlaku

untuk dapat menghasilkan kualitas audit yang tinggi. Benh et. al (1997) dalam

Alim dkk, (2007) mengembangkan atribut kualitas audit yang salah satu

diantaranya adalah standar etika yang tinggi, sedangkan atribut-atribut lainnya

terkait dengan kompetensi auditor.

Dalam menghasilkan laporan yang memiliki kualitas audit yang tinggi seorang

auditor harus mentaati etika auditor yang telah ditetapkan. Semakin tinggi auditor

mentaati etika auditor maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin tinggi.

Sehingga kompetensi dan etika auditor dapat mempengaruh kualitas audit yang

30

Page 31: Proposal revisi

dihasilkan tergantung dari situasi yang dialami oleh seorang auditor dalam

melakukan audit. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya yang memberikan

bukti bahwa kompetensi dan etika auditor dalam melakukan audit mempunyai

pengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Menurut saya apabila seorang auditor memiliki kompetensi yang baik dan

juga menaati etika yang telah di tetapkan maka kualitas audit yang akan di

hasilkan pun akan baik karna kompetensi dan etika sangat berpengaruh terhadap

kualitas audit yang di hasilkan.

2.3.5 Pengaruh Independensi terhadap kualitas audit

Independensi adalah sikap auditor yang tidak memihak, tidak mempunyai

kepentingan pribadi, dan tidak mudah di pengaruhi oleh pihak-pihak yang

berkepentingan dalam memberikan pendapat atau simpulan, sehingga dengan

demikian pendapat atau simpulan yang di berikan tersebut berdasarkan integritas

dan objektivitas yang tinggi.

Independensi merupakan sikap bebas dari bujukan, pengaruh, atau

pengendalian pihak yang di periksa. Jika auditor kehilangan independensinya

maka laporan audit yang di hasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada

sehingga tidak dapat di gunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dengan

tingginya independensi maka audit yang dilaksanakan akan berkualitas.

Independensi merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi sebuah

profesionalisme seorang akuntan dalam membentuk integritas yang tinggi. Hasil

31

Page 32: Proposal revisi

dari penelitian (Metha dan Shiddiq, 2012 ) menunjukkan bahwa semakin tinggi

independensi seorang auditor maka semakin meningkat kualitas auditnya.

Untuk menghasilkan audit yang berkualitas di perlukan sikap independen dari

auditor. Karna jika seorang auditor kehilangan independensinya maka laporan

audit yang di hasilkannya tidak sesuai dengan kenyataan.

Dari hasil penelitian Septriatari dan Sujana (2013) menunjukan bahwa

independensi berpengaruh signifikan dan penelitian ini di dukung pula dengan

penelitian selanjutnya yang di teliti oleh Aini (2009) dan Indah (2010).

Menurut saya independensi merupakan suatu sikap tegas dan tidak mudah

berpengaruh terhadap apapun dan tidak mudah juga di kendalikan oleh pihak

mana pun. Dari penelitian saya berpemikiran bahwa independensi berpengaruh

terhadap kualitas audit karna kualitas audit di tentukan juga oleh sikap

independen seseorang.

2.3.6 Pengaruh interaksi independen dan etika terhadap kualitas audit

Penelitian yang dilakukan oleh Alim dkk, (2007) menemukan bahwa ketika

auditor dan manajemen tidak mencapai kata sepakat dalam aspek kinerja, maka

kondisi ini mendorong manajemen untuk memaksa auditor melakukan tindakan

yang melawan standar, termasuk dalam pemberian opini. Kondisi ini akan

sangat menyudutkan auditor sehingga kemungkinan bahwa auditor akan

melakukan apa yang diinginkan oleh manajemen.

32

Page 33: Proposal revisi

Seseorang auditor yang dalam pelaksanaan audit mendapatkan tekanan yang

sangat besar dari klien sehingga menyebabkan auditor tersebut menyebabkan

auditor tersebut melakukan tindakan yang melawan pada standar profesional

merupakan hal yang telah melanggar hukum. Nugrahiningsih (2005)

menyatakan bahwa kemampuan untuk dapat mengidentifikasi perilaku etis dan

tidak etis sangat berguna bagi semua profesi termasuk auditor. Auditor harus

dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan

keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen

(Sukriah dkk., 2009) Apabila seorang auditor telah melawan standar profesional

yang telah di tetapkan, maka kualitas audit yang di hasilkan oleh auditor tersebut

akan sangat rendah. Namun semakin tinggi auditor menaati etika maka kualitas

audit yang di hasilkan akan semankin tinggi, sehingga hubungan antara

independensi dan etika auditor dapat mempengaruhi kualitas audit yang di

hasilkan tergantung dari situasi yang di alami oleh seorang auditor dalam

melakukan audit.

Menurut pendapat saya sebagai peneliti seorang auditor harus memiliki

sikap independensi yang baik serta harus di dukung pula dengan sikap etika,

apabila seorang auditor tersebut patuh terhadap etika maka kualitas audit yang di

hasilkan akan baik pula.

2.3.7 Pengaruh motivasi terhadap kualitas audit

Motivasi kerja adalah sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang

membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu. Memotivasi

33

Page 34: Proposal revisi

orang adalah menunjukkan arah tertentu kepada mereka dan mengambil

langkah-langkah yang perlu untuk memastikan bahwa mereka sampai ke suatu

tujuan. ( Michael Amstrong 1994 dalam Sri Lastanti, 2005 ). Dengan kata lain,

motivasi akan mendorong seseorang termasuk auditor, untuk berprestasi

komitmen terhadap kelompok serta memiliki optimisme yang tinggi.

Kualitas audit akan tinggi apabila keinginan dan kebutuhan auditor yang

menjadikan motivasi kerjanya dapat terpenuhi. Kompensasi dari organisasi

berupa penghargaan (reward) sesuai profesinya, akan menimbulkan kualitas

audit karena mereka merasa bahwa organisasi telah memperhatikan kebutuhan

dan pengharapan kerja mereka.

Seorang Auditor yang memiliki motivasi di dalam dirinya akan memiliki

keuletan dalam melaksanakan tugas dan akan memiliki ketangguhan dalam

mempertahankan argumennya. Selain itu seorang auditor yang memiliki

motivasi dalam mempertahankan argumennya akan selalu berusaha belajar dan

memperdalam kemampuan yang dimilikinya.

Oleh karena saya sebagai peneliti berpikir bahwa motivasi berpengaruh

terhadap kualitas audit karena motivasi sangat di butuhkan oleh para auditor

dalam melakukan pemeriksaan dalam melakukan tugasnya.

2.3.8 Pengaruh interaksi motivasi dan etika terhadap kualitas audit

Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan

suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku

para anggotanya. (Herawati dan Susanto, 2009). Sedangkan motivasi adalah

34

Page 35: Proposal revisi

sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak atau

berperilaku dalam cara-cara tertentu (Trisnaningsih, 2003).

Agar auditor dapat menerapkan etika secara nyata dalam menjalankan

tugasnya, tentu dibutuhkan motivasi yang mendalam dari diri mereka sendiri

untuk mengetahui dan memahami keterikatannya atas etika. Dengan adanya

kode etik pada seseorang, akan menimbulkan motivasi untuk bekerja sebaik-

baiknya pada suatu organisasi sebagai upaya mewujudkan tujuan bersama,

sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang baik. penelitian yang

dilakukan oleh Lubis (2009) mengenai hubungan etika dengan kualitas audit,

menunjukkan hasil yang signifikan dan penelitian yang di lakukan oleh Efendi

(2010) menunjukan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit.

Menurut pendapat saya sebagai peneliti sikap motivasi dan etika harus ada

pada auditor karna dengan adanya etika pada seseorang, akan menimbulkan

motivasi untuk bekerja sebaik-baiknya pada suatu organisasi sebagai upaya

mewujudkan tujuan bersama, sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang

baik

35

Page 36: Proposal revisi

2.4 Model Penelitian

Kerangka pemikiran di atas jika di susun dalam suatu model

penelitian maka dapat di lihat sebagai berikut:

2.5 Hipotesis

H1 = Pengalaman berpengaruh terhadap kualitasn audit

H2 = Interaksi pengalaman dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit

H3 = Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit

H4 = Interaksi kompetensi dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit

H5 = Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit

36

Pengalaman (X1)

Kompetensi (X1)

Independensi (X3)

Motivasi (X4)

Etika (X5) Kualitas Audit (Y)

Page 37: Proposal revisi

H6 = Interaksi independensi dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit

H7 = Motivasi berpengaruh terhadap kualitas audit

H8 = Interaksi motivasi dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit

37

Page 38: Proposal revisi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah himpunan unit biasanua berupa orang, obyek,

transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya

(Kuncoro, 2001:22). Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil

melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu,

jelas dan lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi (Sugiono

2008:116)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja

pada Kantor Akuntan Publik (KAP) dan terdaftar pada direktori

Akuntan Publik Indonesia (IAPI) di wilayah Pekanbaru, Padang dan

Batam. Kuesioner yang akan di sebarkan oleh peneliti pada setiap

Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Pekanbaru, Padang dan

Batam adalah sebanyak 5. Jumlah, kuesioner yang di sebarkan sekitar

100 buah. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik total sampling. Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 119 orang.

Berikut adalah nama-nama KAP yang menjadi sampel bagi peneliti ini:

38

Page 39: Proposal revisi

Tabel 3.1 Nama-nama KAP di Pekanbaru,Padang dan Batam

No. Nama KAP Kota

1. Griselda, Wisnu & Arum (CAB) Pekanbaru

2. Hadibroto & Rekan Pekanbaru

3. Drs. Hardi & Rekan Pekanbaru

4. Drs. Katio & Rekan Pekanbaru

5. Khairul Pekanbaru

6. Drs. Martha NG. Ak Pekanbaru

7. Drs. Selamat Sinuraya & Rekan Pekanbaru

8. Armada & Ernita Padang

9. Eka Masni, Bustaman & Rekan Padang

10. Drs. Gafar Salim & Rekan (Pusat) Padang

11. Indra, Sumijono & Rekan (CAB) Padang

12. Drs. Juswar & Rekan (CAB) Padang

13. Drs. Rinaldi Munaf Padang

14. Riza, Adi, Syahril & Rekan (CAB) Padang

15. Sayuti Gazali Padang

16. Charles & Nurlena (CAB) Batam

17. Idris & Sudiharti (CAB) Batam

18. Jamaludin, Ardi, Sukimto, &

Rekan (CAB)

Batam

19. Riyanto, SE.,Ak Batam

Sumber: Direktory IAPI 2014

3.2 Jenis dan Sumber Data

39

Page 40: Proposal revisi

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach) yaitu

penelitian yang di lakukan dengan cara survei kuesioner guna memperoleh

gambaran tentang pengaruh pengalaman, independensi, kompetensi, motivasi

dan komitmen organisasi. Penelitian ini termasuk jenis pengujian hipotesis.

Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini bersifat penjelasan

(eksplonatory research) karena menjelaskan hubungan antar variabel melalui

pengujian hipotesis.

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian adalah data primer yang

berhubungan dengan presepsi atau opini responden mengenai variabel yang di

teliti. Data Primer adalah peneliti melakukan pengambilan data dengan turun

langsung ke lapangan serta membagikan kuesioner tertulis langsung kepada

responden yang menjadi sampel. Data sekunder adalah sumber penelitian yang

di peroleh secara tidak langsung memalui media pelantara (inriantoro dan

Bambang Sepeno, 1999) data yang di kumpulkan dari media internet, jurnal,

atau buku. Sumber data dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja

pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Pekanbaru, Padang dan

Batam.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga metode yang di gunakan untuk mengumpulkan data yaitu data

primer dan Mail Questionnaris. Mail Questionnaries adalah penelitian

melakukan pengambilan data dengan cara mengirim kuesioner tertulis lewat

40

Page 41: Proposal revisi

email pos kepada pemimpin-pemimpin KAP tertentu dan meminta bantuan dari

pimpinan KAP untuk memberikan kepada auditor-auditornya.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Data

Variabel independen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

Pengalaman kerja, Independen, Kompetensi dan Motivasi sedangkan variabel

dependennya adalah Kualitas Audit.

3.4.1 Variabel Dependen

1. Kualitas Audit

Kualitas audit adalah sebagai probabilitas dimana seorang auditor

menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem

akuntansi kliennya, defenisi ini mengacu kepada De Angelo (1981) dalam Alim

dkk (2007).

Indikator yang di gunakan untuk mengukur variabel kualitas audit adalah :

1. Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit

2. Kualitas laporan hasil pemeriksaan

Instrumen yang di gunakan untuk mengukur kualitas audit terdiri dari

pertanyaan yang diadopsi dari Sukriah dkk (2009) dengan modifikasi, maka

pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju),

skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju).

Skala tinggi menunjukan kualitas jasa yang tinggi dan skala rendah

menunjukkan kualitas jasa yang rendah.

41

Page 42: Proposal revisi

3.4.2 Variabel Independen

2. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non

formal atau bisa di artikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang

kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman merupakan atribut

yang penting yang dimiliki oleh audit, hal ini terbukti dengan tingkat kesalahan

yang di buat auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak di bandingkan

dengan auditor yang berpengalaman, definisi ini mengacu pada Purnamasari

(2005). Indikator yang dapat di ukur dari pengalaman kerja adalah:

1. Dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor

2. Banyaknya tugas pemeriksaan yang telah di lakukan

Instrumen yang di gunakan untuk mengukur pengalaman kerja terdiri

dari pertanyaan yang di adopsi dari Sukriah dkk (2009) dengan modifikasi, maka

pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju),

skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju).

3. Kompetensi

Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang

memmadai, serta keahlian khusus dibidangnya. Kompetensi auditor di ukur

melalui banyaknya ijazah atau sertifikat yang dimiliki serta jumlah/banyaknya

keikut sertaan yang bersangkutan dalam pelatihan-pelatihan, seminar dan lain-

lain., definisi ini mengacu kepada Suraida (2005).

42

Page 43: Proposal revisi

Indikator yang di gunakan untuk mengukur variabel kompetensi adalah :

1. Mutu personal

2. Pengetahuan umum

3. Keahlian khusus

Instrumen yang di gunakan untuk mengukur kompetensi terdiri atas

pertanyaan yang di adopsi dari Sukriah dkk (2009) dengan modifikasi, maka

pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju),

skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju).

4. Independensi

Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak di

kendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga

berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan

adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam

merumuskan dan menyatakan pendapatnya, definisi ini mengacu pada Mulyadi

(2002).

Indikator yang di gunakan untuk mengukur independensi adalah:

1. Independensi penyusunan program

2. Independensi pelaksanaan pekerjaan

3. Independensi pelaporan

Instrumen yang di gunakan untuk mengukur independensi terdiri atas

pertanyaan yang di adopsi dari Sukriah dkk (2009) dengan modifikasi, maka

43

Page 44: Proposal revisi

pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju),

skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat

setuju).

5. Motivasi

Motivasi merupakan tuntutan atau dorongan terhadap pemenuhan

kebutuhan individu dan tuntutan atau dorongan yang berasal dari lingkungan,

kemudian di implementasikan dalam bentuk prilaku. Instrumen yang digunakan

untuk mengukur motivasi merupakan instrumen yang di gunakan Effendi MT

(2010).

Indikator yang di gunakan dalam mengukur motivasi adalah:

1. Tingkat aspirasi

2. ketangguhan

3. keuletan

4. konsistensi

Dengan modifikasi, maka pengukuran ini menggunakan skala likert

dengan skala 1 (sangat tidak setuju), skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral),

skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju).

44

Page 45: Proposal revisi

6. Variabel Moderating

Variabel moderating yaitu variabel yang dapat memperkuat atau

memperlemah hubungan variabel dependen dan variabel independen. Variabel

moderating dalam peneilitian ini adalah Etika.

7. Etika

Etika berarti nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan karakteristik nilai-nilai

sebagian besar dihubungkan dengan perilaku etis, integritas mematuhi janji,

loyalitas, keadilan, kepedulian kepada orang lain, mengahargai orang lain, dan

menjadi warga yang bertanggung jawab (Firdaus, 2005:38)

Maryani dan ludigdo (2001) Alim, dkk (2007) mengembangkan beberapa

faktor dari penelitian sebelumnya yang memungkinkan berpengaruh terhadap

perilaku etis akuntan. faktor-faktor tersebut dalam penelitian ini digunakan

sebagai indikator dalam pertanyaan, yaitu

(1) imbalan yang diterima

(2) organisasional,

(3) lingkungan keluarga,

(4) emotional quotient (EQ).

45

Page 46: Proposal revisi

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif memberikan gambaran-gambaran atau deskriptif suatu

data, yang di lihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, nilai

maksimum dan nilai minimum (Ghozali, 2013). Statistik deskriptif umumnya di

gunakan oleh penelitian untuk memberikan informasi mengenai karakteristik

variabel penelitian yang utama dan demografi responden (jika ada). Ukuran yang

di gunakan dalam statistik deskriptif tergantung tipe skala pengukuran construct

yang di gunakan dalam penelitian (Indriantoro, 2002)

3.6 Metode Pengujian kualitas Data

Hasil penelitian atau kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atau

pemecahan masalah penelitian, di buat berdasarkan proses pengujian data yang

meliputi pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Untuk itu akan di lakukan uji

validasi data dan realibilitas data sebagai berikut :

3.6.1 Uji Validasi Data

Pengujian validasi di lakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang

ada (disusun) valid atau tidak (Ghozali, 2013). Hasil pengujian validaitas di

tunjukankan oleh suatu indeks yang menjelaskan seberapa jauh suatu alat ukur

benar-benar mengukur apa yang perlu di ukur. Dengan kata lain suatu kuesioner

di katakan valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut. Uji validasi bertujuan

melihat ketepatan instrumen pengukur dalam penelitian. Pengujian ini untuk

mengetahui ketepatan instrumen penelitian agar dapat memberikan informasi

46

Page 47: Proposal revisi

yang akurat tentang hal yang di ukur. Uji validitas di lakukan dengan cara

melihat korelasi antara skor butir pertanyaan dengan skor total variabel melalui

program SPSS. Dasar pengambilan keputusan adalah jika nilai r hitung > dari r

variabel. Teknik yang di gunakan untuk pengujian validitas dilakukan dengan

menggunakan korelasi Product moment pearson.

3.6.2 Uji Reliabilitas Data

Pengujian realibilitas di lakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan

yang telah melalui pengujian validitas, dan yang dinyatakan valid. Pengujian ini

untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran terhadap item-item pertanyaan

apakah tetap konsisten bila di lakukan pengukuran dua atau lebih terhadap

gejala yang sama dengan alat ukur yang sama. Hasil pengujian reabilitas di

tunjukkan dalam suatu indeks yang menjelaskan seberapa jauh suatu alat ukur

dapat di percaya atau diandalkan. Teknik yang di gunakan untuk pengujian

reabilitas adalah Cronbach Alpha. Teknik ini di kembangkan oleh cronbach

untuk menghasilkan korelasi reabilitas alpha, dan merupakan teknik pengujian

konsistensi reabilitas antara item-item yang terpopuler, serta menunjukan indeks

konsistensi yang sempurna. Dasar pengambilan keputusan apabila nila Alpha

cronbach lebih besar dari 0,6

.

47

Page 48: Proposal revisi

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu di lakukan

pengujian asumsi klasik, pengujian ini di lakukan untuk mendeteksi

terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier (Sekaran,2007).

Pengujian asumsi klasik terdiri uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan

uji normalitas.

3.6.4 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana variabel lain

(Independen) saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. Persamaan regresi

linier yang baik adalah persamaan yang bebas dari adanya multikolinieritas

antara variabel independen dengan cara melihat angka collinerity statistics yang

di tunjukan oleh nilai variance factor (VIF). Jika VIF tidak lebih dari 10 dan

nilai tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat di katakan

bebas dari multokolinieritas. VIF=1/Tolerance, jika VIF=10 maka tolerance

1/10=0,1 ( Ghozali, 2013)

3.6.5 Uji Autokorelasi

Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan

variabel pengganggu pada variabel sebelumnya. Untuk mendeteksi ada atau

tiadak autokorelasi dapat di lakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson

menurut (Ghozali, 2006) dalam Rinaldi (2013)

48

Page 49: Proposal revisi

a. Bila nilainya < -2 : autokorelasi positif

b. Bila nilainya antara -2 sampai +2 : tidak ada korelasi

c. Bila nilainya > 2 : autokorelasi negative

3.6.6 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi

ketidak samaan varians dari residual, dari satu pengamatan kepengamatan lain.

Jika varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka

disebut homokesdastisitas.Cara memprediksi ada tidaknya heteroskesdastisitas

pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model (Ghozali,

2013)

3.6.7 Uji Normalitas

Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi

memenuhi asumsi normalitas atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai

distribusi data yang normal. Normal atau tidaknya berdasar patokan distribusi

normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Uji normalitas ini

dapat di lakukan dengan grafik histogram dan grafik normal P-Plot dimana

prinsip dari normalisasi di tujukan dengan tingkat penyebaran data pada sumbu

diagonal grafik atau dengan histogram dari residualnya. Jika data menyebar di

sekitar garis diagonal dan mengikat arah garis diagonal maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas, namun jika data menyebar jauh dari garis diagonal

dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

49

Page 50: Proposal revisi

3.6.8 Pengujian Hipotesis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu di lakukan

pengujian model. Pengelolaan data penelitian ini Regresi Linier Berganda

dengan bantuan SPSS (Statistik Product Service Regression).

Setelah mendapat model penelitian yang baik, maka dilakukan pengujian

terhadap hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini. Hipotesis yang akan di

uji dalam penelitian terdiri dari 8 hipotesis di uji dengan persamaan regresi

linier sebagai berikut:

1. Hipotesis pertama (H1), pengalaman berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi

sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + e

2. Hipotesis kedua (H2), kompetensi berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai

berikut:

Y = α + β2X2 + e

3. Hipotesis ketiga (H3) independensi berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai

berikut:

Y = α + β3X3 + e

4. Hipotesis keempat (H4) motivasi berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai                  

berikut:

50

Page 51: Proposal revisi

Y = α + β4X4 + e

5. Hipotesis kelima (H5), etika profesi memoderasi hubungan

pengalaman terhadap kualitas audit, akan di uji dengan

persamaan regresi sebagai berikut:

Y= α + β1X1 + β5X5 + β6 (X1*X5) + e

6. Hipotesis keenam (H6), etika profesi memoderasi hubungan

kompetensi terhadap kualitas audit, akan di uji dengan           persamaan

regresi sebagai berikut:

Y= α + β2X2 + β5X5 + β7 (X2*X5) + e

7. Hipotesis ketujuh (H7), etika profesi memoderasi hubungan

independensi terhadap kualitas audit, akan di uji dengan

persamaan regresi sebagai berikut:

Y= α + β3X3 + β5X5 + β8 (X3*X5) + e

8. Hipotesis kedelapan (H8), etika profesi memoderasi hubungan

motivasi terhadap kualitas audit, akan di uji dengan         persamaan

regresi sebagai berikut:

Y= α + β4X4 + β5X5 + β9 (X4*X5) + e

Keterangan :

Y : Kualitas audit di Kantor Akuntan Publik (Pekanbaru, Padang dan

Batam

α : Konstanta

51

Page 52: Proposal revisi

β1,β2,...., β9 : Koefisien regresi parsial untuk variabel bebas yang menunjukanbesar

pengaruh salah satu variabel bebas terhadap variabel tidak bebas,

bila  variabel bebas yang  lain  konstanta

X1 : Pengalaman

X2 : Kompentensi

X3 : Independensi

X4 : Motivasi

X5 : Etika

X1*X5 : Interaksi antara pengalaman dan etika terhadap kualitas audit

X2*X5 : Interaksi antara kompetensi dan etika terhadap kualitas audit

X3*X5 : Interaksi antara independensi dan etika terhadap kualitas audit

X4*X5 : Interaksi antara motivasi dan etika terhadap kualitas audit

e : Error

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji t di gunakan untuk menguji signifikan pengaruh parsial     variabel

independen terhadap variabel dependen. Uji parsial di   lakukan dengan

membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika thitung > ttabel atau  nilai signifikan t <

0,05.

52

Page 53: Proposal revisi

b. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya sebuah koefisien yang

menunjukkan persentase semua pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Persentase tersebut menunjukan seberapa besar variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen. Dengan demikian

persamaan regresi yang di hasilkan, baik untuk mengestimasi nilai variabel

dependen (Ghozali, 2013)

53

Page 54: Proposal revisi

DAFTAR PUSTAKA

Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi Dan

Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai

Variabel Moderasi. Jurnal SNA X. Makassar.

Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Evaluasi

Kinerja. Bandung: Refika Aditama

Arens, Alvin A., Randal J.E dan Mark S.B. 2004. Auditing dan Pelayanan Verifikasi,

Pendekatan Terpadu. Jilid 1, Edisi Kesembilan.Indeks. Jakarta

Asih, D. A. T. 2006. Jurnal. Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian

Auditor Dalam Bidang Auditing. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas

Islam Indonesia. Yogyakarta

Boynton, William C. and Raymond N. Johnson. 2006. Modern Auditing: Assurance

Services and the Integrity of Financial Reporting. Eighth Edition.

USA: John Wiley and  Sons, Inc

Carolita, K. Metha dan Raharjo, N. Shiddiq. 2012.“Pengaruh Pengalaman Kerja,

Independensi Objektifitas, Integritas, Kompetensi, dan Komitmen Organisasi

Hasil Audit”.Diponegoro Journal of AccountingVolume 1, Nomor 2, Tahun

2012, Halaman1-11.Semarang

De Angelo, LE. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure

Regulation. Juornal of Accounting and Economics 3 August p. 113-127.

Efendy, M. T. 2010. Pengaruh Kompetensi, Indepedensi, Dan Motivasi

Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan

Daerah. Tesis.

54

Page 55: Proposal revisi

Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor

Terhadap Kualitas Audit : Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di

Jawa Tengah. Jurnal Universitas Negeri Semarang.

Fahdi, Muhammad. 2013. Pengaruh Pengalaman kerja, independensi, Objektifitas,

Integritas, Komptetensi dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit. Skripsi S1

Universitas Riau, Pekanbaru

Firdaus. 2005. Auditing. Pendekatan Pemahaman Secara Konprehensif. Graha Ilmu.

Yogyakarta

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang:

BP  Undip

Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS. Semarang:

Penerbit Universitas Diponerogo

Goleman, Daniel. 2001. Working White Emotional intelligence. (terjemahan Alex Tri

Kantjono W). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Ika Sukriah, Akram, Biana A,I., 2009 “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,

Obyektif, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil

Pemeriksaan”. Jurnal SNA Palembang

Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba

Empat.

Indah, Siti Nur Mawar. 2010. Pengaruh Kompetensi dan Independensi

Auditor Terhadap Kualitas Audit: Studi Empiris Pada Auditor Kap di

Semarang. Skripsi Program sarjana Universitas Diponegoro, Semarang

55

Page 56: Proposal revisi

Irawati, Nur ST, (2011). Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap

Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Makassar, Skripsi, Fakultas

Ekonomi, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Kartika Widhi, Frianty. 2006. Pengaruh Faktor-Faktor Keahlian dan Independensi

Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris: KAP di Jakarta). Skripsi

S1: Universitas Diponegoro, Semarang (Tidak Dipublikasikan).

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi I. Erlangga,

Jakarta.

Lastanti, Sri Hexana. 2005. Tinjauan terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan

Publik: Refleksi atas Skandal Keuangan. Jurnal Media Riset Akuntansi,

Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005 Hal 85-97.

Lingga, Ita salsalina dan Meythi, 2011. Pengaruh Kompetensi dan Independensi

Terhadap kualitas Audit. Skripsi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi, (Alih Bahasa V.A Yuwono, dkk) ,Edisi

Bahasa Indonesia, Yogyakarta: ANDI.

Maryani, T. dan U. Ludigdo. 2001. Jurnal. Survei Atas Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan. TEMA. Volume II Nomor

1. Maret. p. 49-62.

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh keahlian dan independensi terhadap pendapat

audit : Sebuah kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.6,

(No.1): 1-2

Moekijat. 2005. Dasar-Dasar Motivasi, Pioner Jaya, Jakarta

56

Page 57: Proposal revisi

Mulyadi 2010. Auditing dan pendekatan terpadu. Edisi 6. Jilid 1 Jakarta: Salemba

Empat.

Purnamasari, Dian Indri, 2005. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Hubungan

Partisipatif Dengan Efektifitas Sistem Informasi. Jurnal Riset

Akuntansi Keuangan.

Rai, Agung. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat

Restiyani R, 2014. Pengaruh Pengalaman Auditor dan Independensi Auditor Terhadap

Kualitas Audit Yang dihasilkan. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rosdinah, Ida. Rawi dan Kamarudin. 2010. Analisi Dampak Motivasi dan

Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Pengawasan

keuangan daerah. Jurnal Akuntansi. Bandung

Samsi, Nur dkk. 2013. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, dan Kompetensi

terhadap Kualitas Audit: Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Jurnal

Ilmu dan Riset Akuntasi. Maret 2013 Vol. 1 No. 2: 207-226

Simamora, Henry.2002. Auditing. Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Singgih & Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional

Care dan Akuntanbilitas Terhadap kualitas Audit. Jurnal SNA XIII,

Purwokerto.

Sugiono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif kualifikasi dan R&D. Bandung Alfabeta

Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing): Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta:

Salemba Empat

Suraida, I. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit Dan Risiko Audit

Terhadap Skeptisme Profesional Auditor Dan Ketepatan Pemberian Opini

57

Page 58: Proposal revisi

Akuntan Publik. Sosiohumaniora, Jurnal Vol. 7, No. 3, November, 186 -

202.

Suwandi. 2005. Pengaruh Kejelassan Peran dan Motivasi Kerja terhadap

Efektivitas Pelaksanaan Tugas Jabatan Kepala Sub Bagian di Lingkungan

Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Timur. Tesis Universitas Airlangga

Surabaya.

Http://www.Google. Com/IAPI.or.id (diakses Februari 2015)

58