Revisi Proposal Terbaru

55
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teh merupakan minuman yang sudah dikenal sangat luas di dunia, terlebih lagi di Indonesia. Minuman berwarna cokelat ini umumnya menjadi minuman penjamu tamu. Aromanya yang harum serta rasanya yang khas membuat teh banyak dikonsumsi. Selain kelebihan tadi, berdasarkan hasil penemuan ilmu kesehatan terkini telah dibuktikan bahwa teh memiliki kandungan polyfenol yang memiliki khasiat medis, yaitu senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh, juga ampuh mencegah berkembangnya sel kanker dalam tubuh. Teh juga memiliki kandungan vitamin E yang berfungsi menjaga kesehatan jantung dan membuat kulit menjadi halus, serta kandungan vitamin C yang berfungsi sebagai imunitas atau daya tahan bagi tubuh manusia. Studi kesehatan di Boston, USA, menemukan bahwa subyek yang minum satu cangkir (200-250 ml) atau lebih teh hitam per hari memiliki kira-kira setengah risiko dari

Transcript of Revisi Proposal Terbaru

Page 1: Revisi Proposal Terbaru

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teh merupakan minuman yang sudah dikenal sangat luas di dunia, terlebih

lagi di Indonesia. Minuman berwarna cokelat ini umumnya menjadi minuman

penjamu tamu. Aromanya yang harum serta rasanya yang khas membuat teh

banyak dikonsumsi. Selain kelebihan tadi, berdasarkan hasil penemuan ilmu

kesehatan terkini telah dibuktikan bahwa teh memiliki kandungan polyfenol yang

memiliki khasiat medis, yaitu senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan untuk

menangkal radikal bebas dalam tubuh, juga ampuh mencegah berkembangnya sel

kanker dalam tubuh. Teh juga memiliki kandungan vitamin E yang berfungsi

menjaga kesehatan jantung dan membuat kulit menjadi halus, serta kandungan

vitamin C yang berfungsi sebagai imunitas atau daya tahan bagi tubuh manusia.

Studi kesehatan di Boston, USA, menemukan bahwa subyek yang minum satu

cangkir (200-250 ml) atau lebih teh hitam per hari memiliki kira-kira setengah

risiko dari penyakit serangan jantung (kardiovaskuler) dibanding dengan orang

yang tidak minum teh (sumber: http://www.kompas.com/).

Ironisnya, berkaitan dengan dua alasan utama di atas, fakta menunjukkan

terjadi adalah sebaliknya. Dimana AC Nielsen, pelopor konsep “pangsa pasar”

sebagai alat manajemen praktis, melaporkan bahwa produk teh termasuk salah

satu produk yang tingkat pembeliannya paling sedikit dari hampir semua

konsumen di seluruh dunia pada tahun 2005 (sumber :

http://id.nielsen.com/news/20051128.shtml).

Page 2: Revisi Proposal Terbaru

2

Indonesia sendiri, mendapat predikat negara produsen teh curah pada urutan

kelima di dunia setelah India, Cina, Sri Lanka, dan Kenya, bahkan pada tahun

2002 total produksi teh Indonesia mencapai 172.790 ton atau 5,7 persen dari total

produksi teh dunia yang mencapai 3.062.632 ton. Namun, sebagian besar produksi

teh Indonesia (65%) ditujukan untuk pasar ekspor (International Tea

Committee/ITC, 2003). Pada tahun 2000, konsumsi teh per kapita per minggu

pernah mengalami peningkatan sampai tahun 2002 menjadi 14,80 gram

perminggu (http://pujinantoro.blogspot.com/2010/04/teh-tanaman-teh-umumnya-

ditanam- di.html).

Kemudian hingga tahun 2009, apresiasi konsumen domestik terhadap teh

sebagai minuman kesehatan relatif masih rendah, yakni rata-rata baru 330 gram

per kapita per tahun, amat jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan konsumsi

per kapita negara-negara produsen lainnya. Seperti Srilangka 1.290 gram per

kapita per tahun, Maroko 1.220 gram per kapita per tahun, India 660 gram per

kapita per tahun, Irlandia 3.230 gram per kapita per tahun, dan Qatar 2.220 gram

per kapita per tahun. Sumber:

(http://www.disbun.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/berita/

detailberita/36/4).

Hal di atas membuktikan bahwa meskipun jumlah konsumsi teh Indonesia

mengalami kenaikan tiap tahunnya, namun belum memberikan kontribusi yang

signifikan bagi penjualan domestik komoditi teh. Salah satu penyebab rendahnya

tingkat konsumsi teh dalam negeri adalah kurangnya edukasi pasar yang

dilakukan dari berbagai pihak, baik itu dari pemerintah maupun perusahaan

Page 3: Revisi Proposal Terbaru

3

swasta dalam rangka memberikan informasi mengenai manfaat teh bagi kesehatan

tubuh dalam jangka waktu yang panjang melalui perubahan gaya hidup masa kini

(http://www.csrreview-online.com/lihatartikel.php?id=24).

Industri kemasan Teh dalam botol adalah salah satu industri yang tidak luput

dari persaingan. Banyak diantara mereka yang menawarkan keunggulan

berlomba-lomba melakukan inovasi mengeluarkan produk baru sejenis yang lebih

banyak mempunyai variasi dalam rasa. Kemasan pada dasarnya adalah segala

material yang digunakan untuk mengemas suatu benda atau produk agar dapat

diterima oleh konsumen dalam keadaan baik. Fungsi yang paling mendasar dari

kemasan adalah mempertahankan dan melindungi isi produk. ( Nugroho Ari

Wibowo, 2005 ) mengutip jurnal penelitian.

Berbicara tentang produk teh dalam kemasan, selama hampir satu dekade

ada satu nama yang diingat dan melekat kuat dibenak konsumen, yaitu Sosro.

Konstribusi terbesar Sosro datang dari penjualan teh botolnya. Merek teh Botol

Sosro merupakan sebuah merek yang telah dikenal oleh banyak konsumen dan

sudah bertahan puluhan tahun. Seiringnya waktu, merek-merek minuman botol

yang lain bermunculan. Persaingan yang ketat terlihat dari banyaknya teh dalam

kemasan botol yang beredar di pasaran.

Teh Botol Sosro adalah pionir dibisnis teh botol. Sosro diperkenalkan pada

tahun 1974. Pada waktu itu minum teh dalam botol masih merupakan hal yang

baru. Budaya minum teh tanpa cangkir atau gelas belum muncul ketika itu, dan

merupakan tugas berat untuk membudidayakan kebiasaan tersebut. Dengan

mengawali serbuannya diwarung kaki lima. Sosro ingin merebut konsumen yang

Page 4: Revisi Proposal Terbaru

4

kehausan. Cara itu terbukti sukses. Pada akhirnya Sosro tak Cuma berhasil

membudidayakan minum teh dalam botol, tapi juga menguasai pasar. Tentu saja

sukses Sosro segera memancing pengusaha lain masuk kebisnis teh botol. Saat ini

tidak kurang dari 30 merek teh botol beredar dipasar.

Pada masa-masa awal peluncurannya, Teh Botol Sosro tidak banyak dilirik

oleh konsumen, tapi kemudian perlahan tapi pasti produk Teh Botol Sosro mulai

mendapatkan tempat di hati konsumen Indonesia. Terlebih ketika slogan “Apapun

makannya, minumnya Teh Botol Sosro” dimunculkan. Slogan ini tidak saja

mengguncang sesama produk teh namun juga produk minuman secara

keseluruhan. Keunikan dapat dilihat dari metode pemasaran Teh Botol Sosro

adalah pada kekakuan dari produk itu sendiri. Semenjak diluncurkan pada tahun

1974, produk Teh Botol Sosro baik rasa, kemasan, logo maupun penampilan tidak

mengalami perubahan sama sekali, bahkan ketika perusahaan multinational Pepsi

dan Coca-cola masuk melalui produk teh Tekita dan Frestea, Sosro tetap tidak

bergeming.

Bertahannya produk minuman kemasan “Teh Botol Sosro" hingga saat ini,

menunjukkan bahwa produk tersebut mempunyai keunikan tersendiri sehingga

tetap diminati konsumen.

Konsumen Teh Botol Sosro tetap memutuskan membeli Teh Botol Sosro,

yang terutama berasal dari dalam diri konsumen itu sendiri ditengah banyaknya

tawaran produk-produk baru dengan aneka rasa dan kemasan yang unik-unik.

Faktor-faktor perilaku konsumen tersebut diantaranya dapat diuraikan pada faktor

Page 5: Revisi Proposal Terbaru

5

psikologis, meliputi: motivasi, persepsi, pembelajaran dan sikap konsumen dalam

melakukan pengambilan keputusan pembelian.

Sejak tahun 1990-an Teh Botol Sosro juga dikemas dalam kotak 200 ml dan

250 ml.

Dari latar belakang yang dikemukakan maka penelitian ini mencoba untuk

meneliti hal tersebut yaitu dengan mengambil topik yang berkaitan dengan

“PENGARUH KEMASAN PRODUK TERHADAP PEMBELIAN ULANG

PRODUK TEH SOSRO DI KOTA KENDARI” .

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan

pokok dalam penelitian ini adalah apakah kemasan produk berpengaruh terhadap

pembelian ulang.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk

mengetahui pengaruh kemasan produk terhadap pembelian ulang produk Teh

Sosro di Kota Kendari.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti dapat memberikan tambahan wawasan dan lebih mengerti tentang

pengaruh kemasan produk terhadap pembelian ulang produk.

2. Bagi perusahaan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengambil

keputusan dalam melakukan desain kemasan.

Page 6: Revisi Proposal Terbaru

6

3. Bagi pembaca sangat berguna sebagai bahan informasi yang diperoleh dari

penelitian ini dapat dijadikan bahan literatur atau referensi untuk penelitian

selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari dan dibatasi pada pengaruh

kemasan produk terhadap pembelian ulang, untuk menguji ada-tidaknya pengaruh

signifikan diantara kedua variabel tersebut. Dalam hal ini yang mencakup

indikator kemasan produk menurut Shimp (2000:308), yaitu terdiri dari : 1.

Warna, 2. Desain, 3. Bentuk, 4. Ukuran, 5. Material fisik, 6. Informasi dalam

label. Sedangkan variabel pembelian ulang berdasarkan penelitian Waldi &

Santosa (2001) meliputi : 1. Keinginan untuk menggunakan produk, 2. Rencana

menggunakan produk di masa yang akan datang, 3. Kebutuhan untuk

menggunakan produk.

Page 7: Revisi Proposal Terbaru

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan kemasan telah dilakukan oleh Hanna

Sormin (2008) dengan judul Pengaruh Kemasan Sunsilk Terhadap Minat

Pembelian Ulang Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist

Indonesia.

Hasil analisis data dengan analisis regresi linier berganda menunjukkan

bahwa variabel warna, desain, bentuk, ukuran, material fisik, informasi dalam

label secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat

pembelian ulang pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist

Indonesia dengan Fhitung diperoleh 6,867 lebih besar dari nilai Ftabel (2,68).

Penelitian mengenai kemasan juga dilakukan oleh Mandasari (2004) dengan

judul “Pengaruh Kemasan Cup Produk Susu KPBS terhadap Proses Keputusan

Pembelian di Wilayah Pangalengan (Studi Kasus Pada Konsumen Produk Susu

KPBS Kemasan Cup di Wilayah Pangalengan)”. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kemasan cup produk susu KPBS

melalui dengan proses keputusan pembelian di wilayah pangalengan.

Page 8: Revisi Proposal Terbaru

8

Penelitian yang juga berkaitan dengan kemasan telah dilakukan oleh Manaf

(2005) dengan judul “Pengaruh Kemasan terhadap Proses Keputusan Pembelian

Konsumen Extra Joss pada PT.Bintang Toedjoe (Studi Kasus Pada Mahasiswa

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung, Angkatan 2001-

2004)”. Berdasarkan hasil penelitian ini variabel kemasan yang diukur

berdasarkan ukuran, label, bentuk, bahan, warna, gambar, dan merek dagang

berpengaruh positif dan signifikan terhadap proses keputusan pembelian

konsumen extra joss pada PT.Bintang Toedjoe dengan koefisien determinasi

sebesar22,56%.

Page 9: Revisi Proposal Terbaru

9

Tabel 2.1 Maping penelitian penelitian terdahulu

No Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Hanna Sormin

(2008)Pengaruh Kemasan Sunsilk Terhadap Minat Pembelian Ulang Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia.

Hasil analisis data dengan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel warna, desain, bentuk, ukuran, material fisik, informasi dalam label secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat pembelian ulang pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia dengan Fhitung

diperoleh 6,867 lebih besar dari nilai Ftabel (2,68).

Adapun persamaan dengan penelitian ini yaitu terdapat pada variabel kemasan, dimana indikator yang digunakan memiliki kesamaan.

Perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada obyek penelitian serta lokasi penelitian

Page 10: Revisi Proposal Terbaru

10

2. Manaf (2005) Pengaruh Kemasan terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Extra Joss pada PT.Bintang Toedjoe (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung, Angkatan 2001-2004)

variabel kemasan yang diukur berdasarkan ukuran, label, bentuk, bahan, warna, gambar, dan merek dagang berpengaruh positif dan signifikan terhadap proses keputusan pembelian konsumen extra joss pada PT.Bintang Toedjoe dengan koefisien determinasi sebesar 22,56%.

Keduanya sama-sama meneliti tentang kemasan produk. Dan terdapat kesamaan beberapa indikator kemasan yang digunakan.

Manaf melakukan penelitian tentang pengaruh kemasan terhadap proses keputusan pembelian, sedangkan peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh kemasan terhadap pembelian ulang. Perbedaan juga terletak pada obyek penelitian.

3. Mandasari (2004) Pengaruh Kemasan Cup Produk Susu KPBS terhadap Proses Keputusan Pembelian di Wilayah Pangalengan (Studi Kasus Pada Konsumen Produk Susu KPBS Kemasan Cup di Wilayah Pangalengan)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kemasan cup produk susu KPBS melalui dengan proses keputusan pembelian di wilayah pangalengan.

Keduanya sama-sama meneliti tentang kemasan produk.

Mandasari melakukan penelitian tentang pengaruh kemasan terhadap proses keputusan pembelian, sedangkan peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh kemasan terhadap pembelian ulang. Perbedaan juga terletak pada obyek penelitian.

Page 11: Revisi Proposal Terbaru

11

2.2 KEMASAN

2.2.1 Pengertian Kemasan

Menurut Kotler (1995 : 200) pengemasan adalah kegiatan merancang dan

memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk.

Swatha mengartikan (1980 : 139) pembungkusan (packaging) adalah

kegiatan-kegiatan umum dan perencanaan barang yang melibatkan penentuan

desain pembuatan bungkus atau kemasan suatu barang.

Menurut Saladin (1996 : 28) kemasan adalah wadah atau bungkus. Jadi

beberapa pendapat para ahli tersebut dapat di simpulkan kemasan adalah suatu

kegiatan merancang dan memproduksi bungkus suatu barang yang meliputi desain

bungkus dan pembuatan bungkus produk tersebut.

Menurut Saladin (1996 : 25) wadah atau bungkus terdiri dari :

a. Kemasan dasar (primer Package) yaitu bungkus langsung dari suatu produk

b. Kemasan tambahan (Secondary Package) yaitu bahan yang melindungi

kemasan dasar dan di buang bila produk tersebut di gunakan.

c. Kemasan pengiriman (shipping package) yaitu setiap kemasan yang di perlukan

waktu penyimpanan dan pengangkutan.

2.2.2 Fungsi Kemasan

Menurut Winardi (1993 : 203) fungsi kemasan adalah :

a. Untuk melindungi benda perniagan yang bersangkutan terhadap kerusakan-

kerusakan dari saat di produksinya sampai saat benda tersebut di konsomsi

Page 12: Revisi Proposal Terbaru

12

b. Untuk memudahkan pengerjaan dan penyimpanan benda-benda perniagaan

tersebut oleh para perantara dan para konsumen, guna menjual produk yang

bersangkutan.

2.2.3 Syarat-Syarat Kemasan

Menurut Winardi (1993 : 204) pertanyaan yang perlu di pertimbangkan

dalam hubungannya dengan pengemasan antaranya adalah :

a. Dari sejumlah besar bahan kemasan yang tersedia bahan manakah yang paling

baik di gunakan untuk menonjolkan wajah produk yang dihasilkan.

b. Warna, desain, bentuk serta ukuran-ukuran kemasan yang harus digunakan.

c. Rancangan sebuah kemasan yang dapat mempermudah penggunaan produk

oleh konsumen.

d. Apakah dapat di rancang sebuah kemasan di lihat dari fungsi sehingga

kemasasn itu dapat dipakai untuk tujuan lain setelah barang yang ada dalam

kemasan itu habis di konsumsi.

e. Pertimbangan perancangan kemasan untuk momen tertentu misalnya untuk

hadiah ulang tahun dan momen tertentu lainnya.

2.2.4 Bahan Kemasan

Bahan yang dipergunakan untuk membuat kemasan akan sangat

berpengaruh terhadap desain dan bentuk kemasan yang akan dibuat sekaligus

berpengaruh terhadap kemasan produk yang dikemas, misalnya: suatu produk

yang berupa cairan tidak akan aman atau dapat dikemas dalam bentuk kertas,

produk-produk yang tidak tahan terhadap sinar ultra violet, tidak akan baik bila

dikemas dalam plastik atau kaca transparan.

Page 13: Revisi Proposal Terbaru

13

Menurut Syarief dan Irawati (1988:35) membagi kemasan menjadi beberapa

golongan sebagai berikut:

a. Gelas

Mudah pecah, transparan (sehingga tidak cocok untuk produk yang tidak

tahan pada sinar ultra violet).

b. Metal

Biasanya dibuat dari alumunium. Kemasan dari logam mempunyai kekuatan

yang tinggi sehingga cocok untuk mengemas produk-produk yang membutuhkan

kemasan yang muat, misalnya: untuk mengemas produk yang membutuhkan

tekanan udara yang cukup ini untuk pendorong keluarnya produk tersebut dari

kaleng kemasannya.

c. Kertas

Kemasan dari kertas ini tidak tahan terhadap kelembaban dan air jadi mudah

rusak, jadi kemasan kertas tidak cocok untuk mengemas produk-produk yang

memiliki kadar air tinggi atau dalam keadaan cair.

d. Plastik

Kemasan ini dapat berbentuk film, kantung, wadah dan bentuk lainnya

seperti botol kaleng, stoples dan kotak. Penggunaan plastik sebagai kemasan

semakin luas karena ongkos produksinya relatif murah, mudah dibentuk dan

dimodifikasi.

Page 14: Revisi Proposal Terbaru

14

2.2.5 Daya Tarik Kemasan

Daya tarik kemasan sangat penting guna tertangkapnya stimulus oleh

konsumen yang di sampaikan ke produsen sehingga diharapkan konsumen tertarik

pada produk tersebut.

Menurut Wirya (1999:10) daya tarik visual kemasan dapat digolongkan

menjadi dua yaitu: daya tarik visual dan daya tarik praktis.

a. Daya Tarik Visual

Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan atau lebel suatu

produk mencakup warna, bentuk, merk, ilustrasi, teks, tata letak (Wirya, 1999:28-

30)

1. Warna

Warna adalah suatu mutu cahaya yang dapat dipantulkan dari suatu objek ke

mata manusia. Warna terbagi dalam kategori terang (mudah), sedang, gelap (tua).

Fungsi dari pemilihan warna :

a. Untuk identifikasi produk sehingga berbeda dengan produk pesaing.

b. Untuk menarik perhatian, warna terang atau cerah kan memantulkan cahaya

lebih jauh dibandingkan dengan warna gelap.

c. Untuk menimbulkan pengaruh, misalnya untuk meningkatkan selera konsumen

terhadap produk makanan.

d. Untuk mengembangkan asosiasi tertentu terhadap produknya.

e. Untuk menciptakan suatu citra dalam mengembangkan produknya.

f. Untuk menghiasi produk.

Page 15: Revisi Proposal Terbaru

15

g. Untuk memastikan keterbacaan yang maksimum dalam penggunaan warna

kontras.

h. Untuk mendorong tindakan.

i. Untuk proteksi terhadap cahaya yang membahayakan.

j. Untuk mengendalikan temperatur barang didalamnya.

k. Untuk membangkitkan minat dalam mode.

2. Bentuk

Bentuk kemasan disesuaikan dengan produknya pertimbangan yang

digunakan adalah pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, perkembangan

penjualan, pemejangan dan cara-cara penggunaan kemasan tersebut.

a. Bentuk yang sederhana lebih disukai daripada yang rumit

b. Bentuk yang teratur memiliki daya tarik lebih

c. Bentuk harus seimbang agar menyenangkan

d. Bentuk bujur sangkar lebih disukai dari pada persegi panjang

e. Bentuk cembung lebih disukai daripada bentuk cekung

f. Bentuk bulat lebih disukai wanita, sedang pria lebih menyukai

bentuk siku

g. Bentuk harus mudah terlihat bila dipandang dari jauh.

3. Merk/logo

Tanda-tanda identifikasi seperti merek dengan logo perusahaan adalah

meningkatkan daya tarik konsumen. Merek atau logo ini di pandang dapat

menaikkan gengsi atau status seorang pembeli.

Page 16: Revisi Proposal Terbaru

16

Syarat-syarat logo yang baik adalah :

a. Mengandung keaslian

b. Mudah dibaca atau di ucapkan

c. Mudah di ingat

d. Sederhana dan ringkas

e. Tidak mengandung konotasi yang negatif

f. Tidak sulit digambarkan

4. Ilustrasi

Merupakan alat komunikasi sebuah kemasan bahasa universal yang dapat

menembus rintangan perbedaaan bahasa. Ilustrasi ini termasuk fotografi dan

gambar-gambar untuk menarik konsumen.

5. Topografi

Topografi adalah teks pada kemasan yang berupa pesan-pesan kita untuk

menjelaskan produk yang di tawarkan sekaligus menyerahkan konsumen untuk

bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen.

6. Tata letak

Tata letak adalah paduan semua unsur garfis meliputi warna, bentuk, merek

ilustrasi, topografi, menjadi suatu kesatuan baru yang disusun dan di tempatkan

pada halaman kemasan. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pengaturan tata

letak adalah :

a. Keseimbangan

b. Titik pandang dengan menjadikan satu unsur yang paling menarik

c. Perbandingan ukuran yang serasi

Page 17: Revisi Proposal Terbaru

17

d. Tata urutan alur keterbatasan yang sesuai

b. Daya Tarik Praktis

Daya tarik praktis ini merupakan efektifitas efesiensi suatu kemasan yang

ditujukan kepada konsumen maupun distributor atau pengecer. Daya tarik

kemasan menurut Wirya (1999 : 15) antara lain :

1) Kemasan yang menjamin dapat melindungi produk

2) Kemasan yang mudah di buka atau di tutup kembali untuk disimpan

3) Kemasan dengan porsi yang sesuai

4) Kemasan yang dapat di gunakan kembali

5) Kemasan yang mudah di bawah, di pegang dan dijinjing.

6) Kemasan yang memudahkan pemakaian dalam menghabiskan dan mengisinya

kembali.

Menurut Shimp (2000:308), suatu kemasan mengkomunikasikan makna

tentang merek melalui beragam simbolik yaitu:

1. Warna

Warna memiliki kemampuan mengkomunikasikan pada para pembeli

tentang suatu produk. Warna berperan dalam mempengaruhi panca indera dan

emosional seseorang.

2. Desain

Desain memberi informasi dan membawa makna pada konsumen tentang

apa yang tersirat dalam kemasan.

Page 18: Revisi Proposal Terbaru

18

3. Bentuk

Bentuk yang unik dan memudahkan identifikasi konsumen terhadap suatu

produk yang nantinya akan memperkuat identifikasi merek tersebut.

4. Ukuran

Ukuran ditujukan untuk memuaskan kebutuhan konsumen dari beragam

segmen pasar, untuk mewakili suatu pemanfaatan yang berbeda dan juga untuk

memperoleh ruang pajang di gerai-gerai eceran.

5. Material fisik

Mareial fisik atau bahan dapat membangkitkan emosi konsumen, khususnya

emosi bawah sadar. Berbagai kemasan dikonstruksi dari bahan yang dapat

menimbulkan perasaan tertentu dibenak konsumen.

6. Informasi dalam label

Informasi merujuk pada kata-kata kunci pada kemasan, informasi pada

panel/ permukaan dibagian belakang, bahan-bahan, peringatan, gambar-gambar

serta ilustrasi.

2.2.6 Etika Kemasan

Dalam menentukan kebijakan dalam pengemasan suatu produk produsen

hendaknya memperhatikan etika pemasaran McCharty (1993 :199-202) yaitu

dengan membuat kemasan yang dapat di pertanggung jawabkan secara sosial

misalnya dengan membuat kemasan yang dapat di daur ulang atau kemasan yang

dapat dipakai kembali sehingga tidak merusak lingkungan. Disamping itu

produsen dalam kemasannya harus mencantumkan tanggal kadaluwarsa produk

tersebut agar konsumen tidak di rugikan oleh barang-barang yang tidak ia

Page 19: Revisi Proposal Terbaru

19

perlukan dan berbahaya bagi merek dan perlu juga di cantumkan tentang

informasi harga barang tersebut pada konsumen produk tersebut.

Kemasan (packaging): aktivitas atau kegiatan dalam merancang dan

memproduksi wadah atau bungkus suatu produk (Kotler, 2004; Keller, 1998).

Kemasan mempunyai peranan  yang sangat penting dalam menarik perhatian

konsumen, karena hal yang pertama kali dilihat oleh konsumen untuk

mendeskripsikan suatu produk yaitu kemasan. Secara umum kemasan dapat

dihubungkan dengan perilaku konsumen terutama pada penciptaan kualitas yang

menarik (attractive quality) dari sebuah produk, keputusan pembelian (purchase

decision) serta niat membeli (purchase intention)

2.3 Minat Membeli Ulang

Minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana

pelanggan merespons positif terhadap kulitas pelayanan suatu perusahaan dan

berniat melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk

perusahaan tersebut (Cronin, dkk. 1992). Niat berkaitan dengan keinginan

terhadap suatu hal yang biasanya diikuti oleh tingkah laku yang mendukung

keinginan tersebut. Menurut Fishbein dan Kotler (www.digilib.petra.ac.id, 2010),

niat adalah kecenderungan untuk melakukan tindakan atau perilaku atau sesuatu

yang segera mendahului tingkah laku pembelian yang sebenarnya. Peneliti lainnya

juga menyatakan bahwa kepuasan pelanggan akan mempengaruhi intensi perilaku

untuk membeli jasa dari penyedia jasa yang sama (Woodside dkk. 1989).

Sementara itu Fornell (1992) menyatakan bahwa konsumen atau pelanggan yang

Page 20: Revisi Proposal Terbaru

20

puas akan melakukan kunjungan ulang pada waktu yang akan datang dan

memberitahukan kepada orang lain atas jasa yang dirasakannya.

Sementara itu minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan

dimana pelanggan merespon positif terhadap kulitas pelayanan suatu perusahaan

dan berniat melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk

perusahaan tersebut (Cronin, dkk. 1992). Peneliti lainnya juga menyatakan

bahwa kepuasan pelanggan akan mempengaruhi intensi perilaku untuk membeli

jasa dari penyedia jasa yang sama (Woodside dkk. 1989). Sementara itu Fornell

(1992) menyatakan bahwa konsumen atau pelanggan yang puas akan melakukan

kunjungan ulang pada waktu yang akan datang dan memberitahukan kepada

orang lain atas jasa yang dirasakannya.

Model lain dikemukakan oleh Bentler dan Spencer (dalam Heru 1999) yaitu

adanya perilaku masa lampau yang dapat mempengaruhi minat secara langsung

dan perilaku mengkonsumsi ulang pada waktu yang akan datang. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Howard dan Sheth (dalam Heru 1999) memperlihatkan

adanya variabel tanggapan (response variabel) yaitu keputusan untuk membeli,

dimana konsumen yang puas akan melakukan konsumsi ulang pada waktu yang

akan datang dan memberitahukan orang lain atas kinerja produk atau jasa yang

dirasakannya.

Oliver dkk. (1993) mengatakan bahwa dalam banyak penelitian yang

membahas mengenai kepuasan konsumen atau pelangan terlihat adanya

hubungan yang positif antara kepuasan dan pembelian ulang, dimana apabila

Page 21: Revisi Proposal Terbaru

21

konsumen memperoleh kepuasan akan pelayanan dan jasa yang dikonsumsi maka

akan cenderung untuk melakukan konsumsi ulang.

Penelitian sebelumnya dari Howard dan Sheth (1969) pun menyatakan

bahwa jika suatu merek mampu memberikan kepuasan, maka potensi merek

dalam memenuhi alasan keinginan membeli tersebut pasti akan meningkat,

dengan demikian kemungkinan pembeli membeli merek tersebut juga akan

meningkat. Dengan pembelian yang berulangkali terhadap satu atau lebih merek

dan merek tersebut memuaskan maka kemungkinan besar pembeli tersebut akan

menunjukkan satu proses keputusan pembelian yang rutin, yang dalam tahap

tahap pembelian selanjutnya akan terstruktur dengan baik, sehingga mendorong

percepatan proses pengambilan keputusan membeli.

Pembelian yang dilakukan oleh konsumen, menurut Schiffman-Kanuk dalam

Suwandi (2007:3) terdiri dari dua tipe, yaitu pembelian percobaan dan pembelian

ulang. Jika konsumen membeli suatu produk dengan merek tertentu untuk pertama

kalinya, maka disebut pembelian percobaan. Jadi, pembelian percobaan merupakan

tahap penyelidikan dari perilaku pembelian dimana konsumen berusaha mengevaluasi

produk dengan langsung mencoba. Jika suatu produk dibeli dengan percobaan

ternyata memuaskan atau lebih memuaskan dari merek sebelumnya; maka konsumen

berkeinginan untuk membeli ulang, tipe pembelian semacam ini disebut pembelian

ulang.

2.3.1 Variabel Pembelian Ulang

Dimensionalisasi variabel pembelian ulang dalam penelitian ini mengacu

pada penelitian dari Grewal dkk. (1998) dan Waldi & Santosa (2001). Ada tiga

indikator yang digunakan untuk mengukur pembelian ulang ini, yaitu: keinginan

Page 22: Revisi Proposal Terbaru

22

untuk menggunakan produk, rencana menggunakan produk di masa yang akan

datang, dan kebutuhan untuk menggunakan produk.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Ulang

Thamrin, (2003) menyatakan bahwa minat beli ulang suatu produk

dipengaruhi langsung oleh kepuasan pelanggan pada merek yang diakumulasikan

melalui waktu.

Anderson et al (1994) menyatakan bahwa apabila pelanggan puas terhadap

produk atau layanan yang diberikan,akan menimbulkan kesetiaan pelanggan

sehingga membuat pelanggan melakukan pembelian ulang (repurchase) di masa

yang akan datang, menurunkan elastisitas harga, menghambat pesaing menarik

pelanggan karena pelanggan enggan berpindah (switching), menurunkan biaya

dan waktu transaksi berikutnya, menurunkan biaya penanganan ketidaksesuaian

produk/jasa, menurunkan biaya pencarian pelanggan baru karena pelanggan akan

cenderung menginformasikan kepada calon pelanggan lainnya, karena

perusahaan memiliki produk dan layanan yang memuaskan, sehingga reputasi

perusahaan turut terangkat.

Menurut Winkel (www.digilib.petra.ac.id, 2010), niat beli seseorang juga

dapat timbul karena adanya perasaan senang yang diperkuat oleh sikap positif.

Hal ini berarti bila seseorang senang dengan suatu produk maka niat beli

konsumen dapat meningkat. Proses timbulnya niat ini dapat dilihat dalam urutan

psikologis sebagai berikut:

Perasaan senang → Sikap positif → Niat

Page 23: Revisi Proposal Terbaru

23

Jadi, proses terjadinya niat beli dipahami sebagai proses yang didahului oleh

adanya kesadaran akan kebutuhan, adanya perhatian terhadap suatu produk yang

disertai dengan perasaan tertarik dan adanya perasaan senang atau sikap positif

terhadap suatu produk yang diperoleh melalui proses sensasi dan persepsi.

Dalam konsep pembelian kembali ada dua konsep yang banyak dibahas

yaitu intensitas membeli ulang (repurchase intentions) dan perilaku membeli

ulang yang aktual (actual repurchase behavior) (www.digilib.petra.ac.id)

Perilaku pembelian ulang seringkali dihubungkan dengan loyalitas. Menurut

Tjiptono (2005:386), perbedaannya adalah, loyalitas mencerminkan komitmen

psikologis terhadap merek atau produk tertentu, sedangkan perilaku pembelian

ulang semata-mata menyangkut pembelian merek tertentu yang sama secara

berulang kali. Pembelian ulang bisa merupakan hasil dominasi pasar oleh suatu

perusahaan yang berhasil membuat produknya menjadi satu-satunya alternatif

yang tersedia. Konsekuensinya, pelanggan tidak memiliki peluang untuk memilih.

Pembelian ulang dapat pula merupakan hasil dari upaya promosi terus-

menerus dalam rangka memikat dan membujuk palanggan untuk membeli

kembali merek yang sama. Bila tidak ada dominasi pasar atau usaha promosi

intensif tersebut, maka pelanggan bersangkutan mungkin beralih merek.

Sebaliknya, pelanggan yang setia pada merek tertentu cenderung “terikat” pada

merek tersebut dan akan membeli produk yang sama lagi sekalipun tersedia

banyak alternatif lainnya. (Hanna Sormin: 2008)

Menurut Schiffman dan Lanuk dalam www.dspace.widyatama.ac.id,

pembelian ulangan biasanya menandakan bahwa produk memenuhi persetujuan

Page 24: Revisi Proposal Terbaru

24

konsumen dan bahwa ia bersedia memakainya lagi dan dalam jumlah yang lebih

besar.

2.4 Keputusan Pembelian

Komponen keputusan pembelian menurut Swastha DH dan Irwan

(2003:118) adalah :

1. Keputusan tentang jenis produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk

atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini, perusahaan

harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat

membeli sebuah produk serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan.

2. Keputusan tentang bentuk produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk produk

tertentu. Keputusan tersebut menyangkut ukuran, mutu, corak, dan

sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus melakukan risetpemasaran

untuk mengetahui kesukaan konsumen tentang produk bersangakutan, agar

dapat memaksimumkan daya tarik mereknya.

3. Keputusan tentang merek

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan

dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal

ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah

merek.

Page 25: Revisi Proposal Terbaru

25

4. Keputusan tentang penjualannya

Konsumen harus mengambil keputusan dimana produk tersebut akan

dibeli. Dalam hal ini, produsen harus mengetahui bagaiman monsumen

memilih penjual tertentu.

5. Keputusan tentang jumlah produk

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk

yang akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini perusahaan harus

mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-

beda dari para pembeli.

6. Keputusan tentang waktu pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan

pembelian. Oleh karena itu, perusahaan mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan konsumen dalam waktu pembelian. Dengan

demikian, perusahaan dapat mengatur produksi dan kegiatan

pemasarannya.

7. Keputusan tentang cara pembayarannya

Konsumen harus megambil keputusan tentang metode pembayaran produk

yang dibeli, apakah secara tunai atau dengan cicilan. Keputusan tersebut

akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah pembelian.

Tahap-tahap proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh

konsumen dapat digambarkan seperti dibawah ini :

Page 26: Revisi Proposal Terbaru

26

Skema 2.1 Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian

Sumber : Kotler (2002 :204)

Adapun penjelasan skema tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau

kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal

dan eksternal.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari

informasi yang lebih banyak. Sumber informasi konsumen dapat

digolongkan ke dalam empat kelompok :

a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, dan kenalan.

b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di

toko.

c. Sumber publik : organisasi penentu peringkat konsumen.

d. Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.

3. Evaluasi Alternatif

Beberapa konsep dasar akan membentuk dalam memahami proses evaluasi

konsumen. Pertama, konsumen berusaha untuk memenuhi suatu

kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.

Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pasca Pembelian

Page 27: Revisi Proposal Terbaru

27

sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam

memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

4. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian untuk memodifikasi, menunda atau menghindari

suatu keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang dirasakan.

Besarnya resiko yang dirasakan berbeda-beda menurut besarnya uang

yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut dan besarnya

kepercayaan diri konsumen. Dalam melaksanakan niat pembelian,

konsumen dapat membuat lima sub keputusan pembelian : keputusan

merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan

keputusan metode pembayaran.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah melakukan pembelian, konsumen akan mengalami level kepuasan

atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk

dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Pemasar

harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian,

dan pemakaian produk pasca pembelian.

a. Kepuasan pasca pembelian

Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan

pembeli atau suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas

produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan,

pelanggan akan kecewa. Jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan

puas. Jika melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.

Page 28: Revisi Proposal Terbaru

28

b. Tindakan pasca pembelian

Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan

mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan

menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali

produk tersebut. Para peanggan yang tidak puas, akan bereaksi

sebaliknya.

c. Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian

Pemasar juga harus memantau bagaimana pembeli memakai dan

membuang produk. Jika konsumen menyimpan produk tersebut

kedalam lemari, produk tersebut mungkin tidak begitu memuaskan dan

kabar dari mulut tidak akan gencar. Jika konsumen menjual atau

mempertukarkan produk tersebut, penjualan produk baru akan

menurun. Jika konsumen membuang produk, pemasar harus

mengetahui bagaimana mereka membuangnya, terutama jika produk

tersebut dapat merusak lingkungan.

2.5 Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran yang dibangun dalam penelitian ini adalah pembelian

ulang produk Teh Sosro yang dilakukan konsumen pada suatu produk yang

dipengaruhi oleh kemasan produk yang ditawarkan produsen dan akan

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan konsumen dalam

pembelian ulang produk tersebut. Sehingga pada akhirnya kemasan merupakan

salah satu keputusan atau pertimbangan orang dalam memilih dan membeli ulang

produk tersebut.

Page 29: Revisi Proposal Terbaru

29

Variabel terikat adalah Pembelian Ulang (Y) dan variabel bebasnya yaitu

variabel Kemasan Produk (X). Alat analisis yang digunakan adalah uji regresi

sederhana dengan uji t untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Sedangkan untuk mendapatkan suatu keyakinan tentang sejauh mana alat

ukur yang digunakan sesuai dengan apa yang diukur, maka perlu dilakukan uji

kesahihan butir pertanyaan dengan uji validitas serta uji reabilitas untuk

mengetahui sampai sejauh mana hasil dari pengukuran tersebut diandalkan

kemantapan, ketepatan dan homoginitasnya.

Page 30: Revisi Proposal Terbaru

30

Skema 2.2

Kerangka Pikir Penelitian

Kesimpulan

Regresi Sederhana

Pembelian Ulang (Y) :

1. Keinginan untuk

menggunakan produk.

2. Rencana menggunakan

produk di masa yang

akan datang.

3. Kebutuhan untuk

menggunakan produk.

Waldi & Santosa (2001)

Kemasan (X) :

1. Warna

2. Desain

3. Bentuk

4. Ukuran

5. Material fisik

6. Informasi dalam label

Shimp (2000:308)

KonsumenTeh Sosro

Page 31: Revisi Proposal Terbaru

31

2.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah kemasan produk berpengaruh signifikan terhadap

pembelian ulang produk Teh Sosro di Kota Kendari.

Page 32: Revisi Proposal Terbaru

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Kendari.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau sesuatu

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh

penelitian untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya

(Sugiono.1999.57). Sedangkan menurut Arikunto populasi adalah keseluruhan

dari obyek penelitian atau sasaran penelitian.

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah masyarakat Kota

Kendari dengan karakteristik pendidikan minimal SMA, telah mencapai umur 17

tahun ke atas, serta pernah menggunakan produk Teh Sosro.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiono.2001).

Karena penelitian ini jumlah populasi tidak diketahui secara pasti (invinite),

maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

Karena dalam penelitian ini memiliki lima indikator maka jumlah anggota sampel

= 10 x 5 = 50. Oleh karena itu jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan 50

orang. (Roscoe dalam Sugiyono,2001)

Page 33: Revisi Proposal Terbaru

33

Tehnik sampling yang digunakan adalah Accidental sampling karena

keterbatasan waktu, biaya dan tenaga. Tehnik Accidental sampling yaitu tehnik

penentuan sampel calon responden berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang

secara kebetulan bertemu dengan peneliti, dapat dijadikan sebagai sampel.

(Sugiyono, 2006:96)

Adapun kriteria responden yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

a. Pendidikan minimal SMA dengan alasan memahami apa yang dimaksud dalam

pertanyaan yang diajukan.

b. Telah mencapai umur ≥ 17 tahun dengan asumsi mereka sudah dapat

menentukan keputusan yang akan diambilnya.

c. Pernah menggunakan produk Teh Sosro

3.3 Jenis Dan Sumber Data

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Dalam penelitian

ini, data primer diperoleh dari jawaban responden yang disebar melalui kuesioner

mengenai persepsi terhadap kemasan dalam melakukan pembelian ulang produk

Teh Sosro.

2. Data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber literatur-literatur yang ada

hubungannya dengan penelitian ini, yang berupa media cetak dan media online.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data yaitu :

1. Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan lembaran pertanyaan

sesuai kebutuhan penelitian.

Page 34: Revisi Proposal Terbaru

34

2. Wawancara, yaitu dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan atau tanya

jawab kepada responden pengguna produk Teh Sosro.

3. Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang telah didokumentasikan oleh

berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistika

inferensial dengan regresi linear sederhana, dengan rumus regresi populasi

(Supranto J., 1986:244) sebagai berikut :

Y = a + bX + e

Di mana :

Y = Pembelian ulang

b = Koefisien regresi

a = Constanta

X = Kemasan produk

e = Kesalahan penganggu

Hasil perhitungan regresi selanjutnya di uji dengan menggunakan uji t pada

tingkat keyakinan 0,95 atau taraf nyata α = 0,05 derajat kebebasan n – 2. Kriteria

pengujian ditetapkan sebagai berikut :

Jika t hitung > t tabel maka hipotesis pertama diterima

Jika t hitung < t tabel maka hipotesis pertama ditolak

Page 35: Revisi Proposal Terbaru

35

3.6 Uji validitas Dan Uji Reabilitas

3.6.1 Uji Validitas

Pengujian validitas item-item pertanyaan dalam kuesioner bertujuan

mengetahui apakah item-item tersebut benar-benar mengukur konsep-konsep yang

dimaksudkan dalam penelitian ini dengan tepat. Butir-butir pengukuran yang

digunakan dalam penelitian ini dari kuesioner yang digunakan dalam penelitian

ini dan dipadukan dengan penjabaran atas definisi teoritis dari variabel yang

digunakan dalam penlitian ini. Hal ini memberikan dukungan bahwa butir-butir

pengukuran yang dijadikan indikator konstruk terbukti memiliki validitas isi

(content validity) yaitu butir-butir pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang

mencukupi dan representative yang telah sesuai dengan konsep teoritis (Cooper

dan Schindler, 2006: 318).

Dalam penelitian ini, variabel laten (konseptual) yang akan di ukur adalah

kemasan dan pembelian ulang produk. Uji validitas dalam penelitian ini

digunakan taraf kepercayaan (significance level) sebesar α = 0,05. Uji validitas

digunakan model analisis korelasi product moment person. Sedangkan untuk

menghasilkan indeks atau angka koefisien validitas akan digunakan program

SPSS versi 13,0. Suatu instrumen dikatakan valid jika telah memenuhi syarat

minimal atau sebesar 0,3 (Solimun. 2002:26).

3.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks

kepercayaan yang baik jika diujikan berulang. Dalam penelitian ini uji reabilitas

sehubungan dengan pertanyaan apakah alat ukur (instrumen) yang digunakan

Page 36: Revisi Proposal Terbaru

36

dalam mengukur kemasan dan pembelian ulang dapat digunakan oleh peneliti lain

secara berulang-ulang dengan hasil pengukuran yang sama. Uji realibilitas

instrumen dalam penelitian ini digunakan taraf kepercayaan (significance level)

sebasar α = 0,05. Uji reabilitas instrumen menggunakan model analisis korelasi

product moment person. Sedangkan untuk menghasilkan indeks atau angka

koefisien validitas akan digunakan program SPSS 13,0. Suatu instrumen

dikatakan reliabel, jika telah memenuhi syarat alpha minimal 0,6 (Malhotra.

1999:282).

3.7 Definisi Oprasioanal Variabel

a) Variabel Kemasan (X), adalah suatu kegiatan merancang dan

memproduksi bungkus suatu barang yang meliputi desain bungkus dan pembuatan

bungkus produk tersebut.

Dimana dalam penelitian ini, diukur dengan menggunakan skala likert

melalui indikator menurut Shimp (2000:308) :

1. Warna

Warna memiliki kemampuan mengkomunikasikan pada para pembeli

tentang suatu produk. Warna berperan dalam mempengaruhi panca indera dan

emosional seseorang.

2. Desain

Desain memberi informasi dan membawa makna pada konsumen tentang

apa yang tersirat dalam kemasan.

Page 37: Revisi Proposal Terbaru

37

3. Bentuk

Bentuk yang unik dan memudahkan identifikasi konsumen terhadap suatu

produk yang nantinya akan memperkuat identifikasi merek tersebut.

4. Ukuran

Ukuran ditujukan untuk memuaskan kebutuhan konsumen dari beragam

segmen pasar, untuk mewakili suatu pemanfaatan yang berbeda dan juga untuk

memperoleh ruang pajang di gerai-gerai eceran.

5. Material fisik

Mareial fisik atau bahan dapat membangkitkan emosi konsumen, khususnya

emoi bawah sadar. Berbagai kemasan dikonstruksi dari bahan yang dapat

menimbulkan perasaan tertentu dibenak konsumen.

6. Informasi dalam label

Informasi merujuk pada kata-kata kunci pada kemasan, informasi pada

panel/ permukaan dibagian belakang, bahan-bahan, peringatan, gambar-gambar

serta ilustrasi.

b) Variabel Pembelian Ulang (Y)

Dalam penelitian ini, diukur dengan menggunakan skala likert melalui

indikator menurut Waldi & Santosa (2001) : 1. keinginan untuk menggunakan

produk, 2. rencana menggunakan produk di masa yang akan datang, dan 3.

kebutuhan untuk menggunakan produk.