Proposal PTK_Nuri Istifah Khasanah_K2312055_P.Fisika (B) 2012

34
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN ANTUSIASME SISWA DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA OLEH: NURI ISTIFAH KHASANAH (K2312055) PENDIDIKAN FISIKA (B) 2012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Transcript of Proposal PTK_Nuri Istifah Khasanah_K2312055_P.Fisika (B) 2012

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA

UNTUK MENINGKATKAN ANTUSIASME SISWA

DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA

OLEH:

NURI ISTIFAH KHASANAH

(K2312055)

PENDIDIKAN FISIKA (B) 2012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan

proposal penelitian mengenai “Penggunaan Metode Eksperimen Pada

Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Antusiasme Siswa Ditinjau Dari

Hasil Belajar Siswa” ini. Adapun pembuatan proposal ini adalah sebagai tugas

individu yang diberikan oleh dosen dalam mata kuliah Pengembangan Profesi

Guru.

Proposal ini membahas tentang bagaimana pengaruh penggunaan metode

eksperimen pada pembelajaran fisika terhadap antusiasme siwa yang ditinjau dari

hasil belajarnya siswa tersebut. Terdapat prosedur-prosedur tertentu yang harus

dilakukan agar penelitian ini dapat berlangsung dengan baik serta memperoleh

data sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.

Dengan selesainya proposal ini, kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun selalu saya harapkan demi kemajuan dalam hal penyusunan

makalah di kemudian hari.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Tidak lupa

juga saya mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.

selaku dosen mata kuliah Pengembangan Profesi Guru yang telah membimbing

saya. Sekian.

Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4

Latar Belakang Masalah ..................................................................................4

Identifikasi Masalah..........................................................................................5

Pembatasan Masalah.........................................................................................6

Perumusan Masalah..........................................................................................6

Tujuan Penelitian..............................................................................................6

Manfaat Penelitian............................................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................8

Kajian Teori......................................................................................................8

Penelitian yang Relevan...................................................................................16

Kerangka Berpikir............................................................................................16

Hipotesis...........................................................................................................16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................17

Tempat dan Waktu............................................................................................17

Metode Penelitian.............................................................................................17

Subjek Penelitian..............................................................................................19

Instrumen Penelitian.........................................................................................19

Teknik Analisis Data........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di bidang pendidikan yang dilakukan oleh bangsa

Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dan mencerdaskan

kehidupan bangsa nampaknya perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius,

baik oleh pemerintah, pengelola pendidikan, maupun masyarakat. Berkenaan

dengan hal tersebut, sudah seharusnya peningkatan kualitas pendidikan

dilaksanakan dalam semua jenjang pendidikan, termasuk di dalamnya

pendidikan di SMA. Untuk meningkatkan kualitas siswa, proses pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya fisika termasuk salah satu unsur

yang memerlukan penanganan dengan baik.

Berdasarkan informasi guru fisika kelas XI IPA 3 SMA N 1 Kuala

Tungkal tahun pelajaran 2012/2013, nilai ulangan harian siswa kelas tersebut

pada materi fisika belum seperti yang diharapkan, dimana ketuntasan kelas

yang dicapai sebesar 63,89%. Kenyataan ini menunjukkan masih rendahnya

tingkat pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan

upaya lebih lanjut dalam mengoptimalkan pembelajaran yang ada sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Materi fisika merupakan materi yang tergolong banyak sehingga

akan menyita banyak waktu apabila guru tidak tepat dalam memilih media

pembelajaran yang akan digunakan. Dalam hal ini, guru siswa kelas XI IPA 3

SMA N 1 Kuala Tungkal memilih menggunakan media buku paket dalam

proses pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti merasa bahwa

penggunaan media buku paket dalam penyampaian materi fisika sangat kurang

efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan penyampaian materi dalam media buku

paket terkesan bertele-tele sehingga dikhawatirkan siswa akan kesulitan dalam

menemukan dan memahami hal-hal penting dalam materi tersebut. Selain itu,

antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran juga sangat kurang, terlihat

dari ketika diberi materi fisika kebanyakan siswa merasa bosan, tidak mengerti,

4

mengantuk, dan sebagainya. Untuk itu, meteri lebih tepat disajikan dengan

menggunakan metode yang bervariasi yang dalam hal ini digunakan metode

eksperimen. Dengan metode ini diharapkan antusiasme siswa semakin tinggi

terhadap materi fisika.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Metode Eksperimen Pada

Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Antusiasme Siswa Ditinjau Dari

Hasil Belajar Siswa”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan, peneliti menemukan adanya

beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran fisika oleh siswa

kelas XI IPA 1 SMA N 1 Kuala Tungkal, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Aktivitas Belajar didalam kelas masih kurang, dilihat dari hanya sekitar 2-3

siswa yang aktif menjawab pertanyaan maupun yang menyanggah jawaban

yang diberikan oleh guru. Selain itu, metode pembelajaran yang diterapkan

oleh guru adalah metode ceramah, jadi membuat suasana kelas jadi tenang

namun menyebabkan aktivitas siswa sendiri menjadi kurang, disamping itu

kebanyakan siswa malas untuk mendengarkan penjelasan yang diberikan

oleh guru karena menurut mereka metode ceramah yang diterapkan guru ini

membuat suasana kelas sepi dan menyebabkan ngantuk para siswa.

2. Kemampuan dalam mengerjakan soal kurang, dilihat dari tidak adanya

siswa yang mau maju apabila diminta oleh guru untuk mengerjakan soal

dipapan tulis, disamping itu soal yang diberikan saat pelajaran mudah untuk

dikerjakan tetapi saat diadakan ulangan soal yang diberikan benar-benar

susah, kurangnya latihan mengerjakan soal juga menjadi permasalahan yang

dihadapi siswa dalam pembelajaran fisika.

3. Dari kedua permasalahan diatas aktivitas belajar yang masih rendah dan

kemampuan untuk menyelesaikan soal yang masih sangat kurang sehingga

menyebabkan hasil belajar siswa pun tergolong rendah.

5

C. BATASAN MASALAH

Agar penulisan ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang

semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi

yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan sebagai berikut:

Penggunaan metode eksperimen yang dilakukan hanya dibatasi pada materi

fisika yang memungkinkan adanya eksperimen saja, tidak memaksakan untuk

semua materi fisika harus dilakukan eksperimen, dan yang diperhatikan adalah

perkembangan antusiasme siswa yang ditinjau dari hasil belajar siswa setelah

mengkuti pembelajaran fisika.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Apakah penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan antusiasme siswa

kelas XI IPA 3 SMA N 1 Kuala Tungkal dalam pembelajaran fisika?

E. TUJUAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Meningkatkan antusiasme siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Kuala Tungkal

melalui penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran fisika

F. MANFAAT

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan bermanfaat bagi

siswa, guru, dan sekolah untuk menambah referensi dan literatur, khususnya

tentang penggunaan metode eksperimen yang dapat meningkatkan antusiasme

belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA N 1 Kuala Tungkal dalam pembelajaran

fisika.

1. Bagi siswa

Melalui penelitian tindakan kelas ini, siswa diharapkan dapat meningkatkan

antusiasme belajar terhadap materi fisika.

6

2. Bagi guru

Melalui penelitian tindakan kelas ini, guru mengetahui tentang metode

eksperimen yang dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran

fisika.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk perbaikan dalam proses

pembelajaran dan peningkatan mutu sekolah.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK FISIKA

Semua kegiatan dari manusia dimanapun tempatnya, kapanpun

kegitan itu dilakukan, dan apapun macam kegiatan selalu berpatokan pada

sains. Nama sains sendiri memiliki gambaran yang beraneka warna sesuai

dengan jenis kegiatan yang dilakukan.para ilmuwan sepakat menyatakan

bahwa sins adalah suatu bentuk metoda yang berpangkal pada pembuktian

hipotesa.

Sebagian para filosof yang segala sesuatunya dibahas berdasarkan

hakekat menyatakan bahwa pada hakekatnya sains adalah jalan unruk

mendapatkan kebenaran dari apa yang telah kita ketahui. Semua pandangan

yang diketahui manusia dapat dipertanggungjawabkan, tetapi yang dapat

ditampilkan hanya definisi bagian dari sains itu sendiri.

Dengan cara bersama-sama para filosof dapat mendefinisikan sains

secara menyeluruh dimana sains merupakan suatu cara berpikir untuk

memahami suatu gejala alam, suatu cara untuk menyelidiki gejala alam, dan

sebagai batang tubuh keilmuwan yang diperoleh dari suatu penyelidikan.

Menurut Teller (dalam Supriyadi, 2010: 2) menyatakan bahwa

tinjauan yang penting dari sains adalah studi tentang alam dan

pengertiannya dapat dipakai sebagai dasar munculnya suatu pengetahuan

baru yang didasari atas kekuatannya di dalam meramalkan dan

keterpakaiannya di dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, sains dapat

didefinisikan sebagai ilmu yang dirumuskan, dlam artian keilmuan yang

diperoleh dengan aturan main terstandar yang baku. Sains termasuk fisika,

merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam. Oleh

karena itu, untuk mempelajari fisika munculadanya aktivitas dalam bentuk

pengamatan atau eksperimen.

8

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, fisika adalah ilmu

tentang zat dan energy (seperti panas, cahaya, dan bunyi). Ada beberapa

fisikawan mendefinisikan fisika sebagai ilmu pengetahuan yang tujuannya

mempelajari bagin dari alam dan interaksi yang terjadi diantara bagian

tersebut termasuk menerangkan sifat-sifatnya dan juga gejala lainnya yang

dapat diamati.

Fisika adalah bagian dari sains. Sains berasal dari kata scientia yang

berarti pengetahuan. Menurut Supriyono Koes (2003:4) membicarakan

hakikat fisika sama halnya dengan membicarakan hakikat sains karena

fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sains. Oleh karena itu,

karakteristik fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik sains pada

umumnya.

Kaitannya dalam pembelajaran fisika, objek yang diajarkan adalah

fisika. Sedangkan fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik sains pada

umumnya, maka dalam belajar fisika tidak terlepas dari penguasaan konsep-

konsep dasar fisika, teori, atau masalah baru yang memerlukan jawaban

melalui pemahaman sehingga ada perubahan dalam diri siswa. Untuk

mendapatkan suatu konsep maka diperlukan suatu cara yaitu metode ilmiah

atau scientific methods.

Menurut Percy Bridgman’s (dalam Supriyadi, 2010: 5) menyatakan

bahwa scientific methods lebih dari sekedar metode biasa dimana dengan

metode ilmiah ini kita dapat mengerjakan lebih dari satu pengertian dan

tanpa adanya rintangan untuk dapat menyelesaikan segala permasalahan

yang timbul. Adanya masalah akan muncul jawaban sementara atau hipotesa

setelah adanya pemikiran-pemikiran dari kajian teori atau pengalaman

lainnya. Dengan melakukan percobaan atau observasi, dan meneliti tentang

fenomena maka akan mendapatkan fakta yang akurat.

Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa karakteristik fisika

tidak terlepas dari adanya karakteristik sains pada umumnya. Karakteristik

sains itu sendiri adalah penyelidikan berdasarkan masalah untuk memahami

suatu gejala alam sehingga didapatkan sebuah hukum, teori, konsep atau

9

masalah baru untuk diteliti lebih lanjut. Sedangkan untuk mendapatkan

suatu konsep maka diperlukan adanya scientific methods atau metode

ilmiah.

2. TEORI-TEORI BELAJAR FISIKA

Ungkapan berikut kiranya dapat digunakan sebagai bahan renungan

yang cukup berharga untuk mengawali pembahasan bab ini, yakni : “You

know you can’t enjoy a game unless you know its rules-whether it’s a ball

game, a computer game, or simply a party game. Likewise, you can’t fully

appreciate your surroundings untill you understand the rules of nature”

(Paul G. Hewitt, 1993).

Sebenarnya, belajar adalah merupakan persoalan setiap manusia.

Hampir semua pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap

seseorang itu terbentuk dan berkembang karena belajar. Kegiatan belajar

terjadi tidak saja pada situasi formal di sekolah akan tetapi juga di luar

sekolah seperti di lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan di tengah-

tengah masyarakat.

Para ahli pendidikan maupun ahli psikologi pada umumnya

sependapat bahwa dalam pengertian belajar terkandung beberapa unsur.

Adapun unsur-unsur pokok yang terkandung di dalam pengertian belajar

adalah : 1) belajar sebagai proses, 2) perolehan pengetahuan dan

keterampilan, 3) perubahan tingkah laku, dan 4) aktivitas diri. Berdasarkan

uraian tersebut, maka pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai proses

diperolehnya pengetahuan atau keterampilan serta perubahan tingkah laku

melalui aktivitas diri.

Menurut pandangan teori kognitif Gestalt, manusia sebagai sumber

dari semua kegiatan dan dia bebas membuat pilihan dalam setiap situasi.

Teori ini menganggap bahwa tingkah laku manusia hanyalah ekspresi dari

kondisi kejiwaan seseorang. Implikasi teori Gestalt pada pengembangan

pendekatan pembelajaran Fisika di kelas adalah lebih menekankan pada

aspek pemahaman, kemampuan berpikir, dan aktivitas siswa.

10

Dari uraian tersebut berarti apabila teori kognitif ini digunakan

sebagai dasar pijakan dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran

Fisika di kelas, maka aspek pemahaman merupakan inti dari proses belajar.

Belajar yang sebenarnya haruslah memberikan pemahaman, artinya kunci

utamanya adalah dimengertinya hal-hal yang dipelajari. Adapun ciri-ciri

belajar menurut teori Gestalt adalah sebagai berikut :

1. Tergantung pada kemampuan dasar

2. Tergantung pada pengalaman masa lalu

3. Tergantung pada pengaturan situasi yang dihadapi

4. Pemecahan soal yang dilandasi pemahaman dapat diulangi dengan

mudah

5. Sekali pemahaman diperoleh, maka dapat digunakan pada situasi-situasi

lain yang sejenis.

Teori Piaget menyatakan bahwa seorang anak menjadi tahu dan

memahami lingkungannya melalui jalan berinteraksi dan beradaptasi dengan

lingkungan tersebut. Menurut teori ini, siswa harus membangun

pengetahuannya sendiri melalui observasi, eksperimen, diskusi, dan lain-

lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa

melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan proses asimilasi, siswa

mencoba untuk memahami lingkungannya menggunakan struktur kognitif

atau pengetahuan yang sudah ada tanpa mengadakan perubahan-perubahan.

Melalui proses akomodasi, siswa mencoba memahami lingkungannya

dengan terlebih dulu memodifikasi struktur kognitif yang sudah ada untuk

membentuk struktur kognitif baru berdasarkan rangsangan yang

diterimanya.

Jelaslah bahwa proses konstruksi pengetahuan dalam diri seseorang

melibatkan pengetahuan yang sudah dimiliki. Pendapat tersebut sejalan

dengan pengertian belajar menurut perspektif konstruktivisme yang

mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses dapat dimengertinya

pengalaman oleh seseorang berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki.

Seseorang berinteraksi dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang

11

terjadi di lingkungan sekitarnya melalui penggunaan pancaindera yang tak

mungkin terpisah dari pengetahuan yang sudah ada termasuk keyakinan-

keyakinan dan kesan-kesan.

Menurut Ausubel, belajar akan mempunyai makna bagi siswa apabila

dapat diperoleh pengetahuan baru. Lebih lanjut dikatakan bahwa proses

belajar bermakna adalah terhubungnya ide-ide baru dengan struktur kognitif

untuk membentuk pengetahuan baru. Jadi, adanya pengetahuan yang

relevan sangat diperlukan agar terjadi proses belajar bermakna.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelaslah kiranya bahwa

kemampuan seseorang untuk membangun pengetahuan dalam dirinya sangat

dipengaruhi oleh antara lain faktorfaktor usia dan pengalaman. Berdasarkan

teori Piaget tentang perkembangan kognitif, siswa SMA telah berada pada

taraf berpikir formal yang berarti sudah mampu berpikir hipotetis,

proporsional, reflektif, logis, sintesis, imajinatif, probabilistik,

kombinasional, etis, dan verbal serta telah mampu memahami operasi-

operasi yang bersifat abstrak. Implikasi-implikasi teori Piaget terhadap

pembelajaran sains termasuk Fisika, adalah bahwa guru harus memberikan

kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk berpikir dan

menggunakan akalnya. Mereka dapat melakukan hal ini dengan jalan

terlibat secara langsung dalam berbagai kegiatan seperti diskusi kelas,

pemecahan soal-soal, maupun bereksperimen. Dengan kata lain, siswa

jangan hanya dijadikan objek yang pasif dengan beban hafalan berbagai

macam konsep dan rumus-rumus Fisika. Selanjutnya, Fisika harus dijadikan

mata pelajaran yang menarik sekaligus bermanfaat bagi siswa.

Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami aturan-aturan alam

yang begitu indah dan dengan rapih dapat dideskripsikan secara matematis.

Matematik dalam hal ini berfungsi sebagai bahasa komunikasi sains

termasuk Fisika. Sains dan kehidupan manusia selama empat abad terakhir

ini menunjukkan kemajuan yang sangat dramatis berkat keberhasilan

manusia dalam menganalisis dan mendeskripsikan alam secara matematis.

12

Ada beberapa kemampuan kognitif yang sangat berperanan dalam

meningkatkan keberhasilan siswa dalam pemecahan soal-soal Fisika yaitu

kemampuan mengidentifikasi serta menginterpretasi secara tepat konsep-

konsep dan prinsip-prinsip Fisika, kemampuan membuat deskripsi serta

mengorganisasi pengetahuan Fisika secara efektif.

Pengetahuan Fisika terdiri dari banyak konsep dan prinsip yang pada

umumnya sangat abstrak. Kesulitan yang banyak dihadapi oleh sebagian

besar siswa adalah dalam menginterpretasi berbagai konsep dan prisip

Fisika sebab mereka dituntut harus mampu menginterpretasi pengetahuan

Fisika tersebut secara tepat dan tidak samar-samar atau tidak mendua arti.

Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan menginterpretasi

konsepkonsep Fisika jelas merupakan prasyarat penting bagi penggunaan

konsep-konsep untuk membuat inferensi-inferensi yang lebih kompleks atau

untuk pemecahan soal Fisika yang berkaitan dengan konsep-konsep

tersebut.

Situasi soal sebenarnya dapat dideskripsikan dengan berbagai cara,

seperti menggunakan kata-kata, gambar, diagram vektor, ataupun simbol-

simbol matematik. Namun, kita sebaiknya mengetahui cara mana yang

paling cocok untuk menggambarkan situasi soal yang kita hadapi. Deskripsi

pengetahuan diperlukan untuk menginterpretasi prinsip Fisika yang lebih

kompleks dan berkaitan dengan beberapa konsep. Oleh karena itu,

kemampuan siswa dalam membuat deskripsi pengetahuan Fisika sangat

berperanan dalam keberhasilan menginterpretasi suatu prinsip Fisika yang

melibatkan beberapa konsep.

Kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan Fisika

tergantung pada seberapa efektif pengetahuan tersebut terorganisasi.

Selanjutnya, pemecahan soal Fisika menjadi semakin mudah jika banyak

tersedia informasi yang diperlukan. Oleh karena itu, penting sekali untuk

diperhatikan bahwa pengetahuan Fisika yang terorganisasi secara efektif

akan memudahkan dalam pemecahan soal-soal Fisika. Kenyataan yang kita

jumpai seringkali justru mengindikasikan bahwa siswa pada umumnya

13

cenderung mengelompokkan pengetahuan Fisika yang mereka peroleh

menjadi bagian-bagian yang seolah-olah tidak saling berkaitan.

3. EKSPERIMEN

Pengertian Metode Eksperimen

Proses belajar-mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara

guru dengan siswa dalam situasi pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang

ditetapkan. Demi mencapai tujuan tersebut, seorang guru dituntut untuk

mampu menggunakan berbagai metode mengajar. Metode mengajar

merupakan cara-cara yang dapat ditempuh guru untuk menciptakan suasana

pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi

kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.

Salah satu metode satu dari metode mengajar yang dapat digunakan guru

adalah metode eksperimen.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1996), yang

dimaksud metode eksperimen adalah “Cara penyajian pelajaran, di mana

siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri

suatu yang dipelajari.” Sedang menurut Roestiyah N.K (2001) metode

eksperimen atau percobaan diartikan sebagai “salah satu mengajar cara

mengajar, dimana siswa melakukan percobaan tentang sesuatu hal;

mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil

pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi guru”.

Berdasarkan beberapa pengertian yang disampaikan, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode eksperimen atau

percobaan adalah suatu teknik mengajar yang menekankan pada pelibatan

secara langsung peserta didik untuk mengalami proses dan membuktikan

sendiri hasil percobaan. Metode ini merupakan suatu metode mengajar

yang termasuk yang paling sesuai untuk pembelajaran fisika.

14

Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen

Penggunaan metode eksperimen dalam kegiatan belajar-mengajar

mempunyai tujuan: 1) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari

berbagai fakta, informasi,atau data yang diperoleh melalui pengamatan

pada proses ekperimen; 2) Melatih siswa merancang, mempersiapkan,

melaksanakan, dan melaporkan percobaan; 3)Melatih siswa menggunakan

logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi,

atau data yang terkumpul melalui percobaan.

Keunggulan dan Kekurangan Metode Eksperimen

Keunggulan dari metode eksperimen yang digunakan dalam kegiatan

belajarmengajar adalah: 1) Membuat siswa percaya pada kebenaran

kesimpulan percobaannya sendiri, tidak hanya menerima begitu saja

perkataan guru atau buku; 2) Peserta didik terlibat aktif dalam

mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan melalui

percobaan; 3) Mampu melatih siswa untuk menggunakan dan

melaksanakan prosedur metode ilmiah serta berpikir ilmiah, sehingga

terlatih untuk membuktikan ilmu secara ilmiah; 4) Memperkaya

pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis, dan

menghilangkan verbalisme; 5) Hasil belajar akan bertahan lebih lama pada

diri siswa. Selain memiliki keunggulan, juga memiliki kekurangan. antara

lain: 1) Memerlukan peralatan, bahan, dan atau sarana eksperimen yang

mencukupi bagi setiap siswa atau sekelompok siswa. Bila hal ini tidak

terpenuhi maka akan mengurangi kesempatan siswa untuk dapat melakukan

eksperimen; 2) Dapat menghambat laju pembelajaran apabila dalam

pelaksanaannya ternyata ada eksperimen yang memerlukan waktu lama; 3)

Kekurangan pengalaman guru maupun siswa dalam melaksanakan

eksperimen, akan menimbulkan kesulitan tersendiri pada pelaksanaan

kegiatan belajar-mengajar; 4) Kegagalan atau kesalahan dalam eksperimen

akan mengakibatkan perolehan hasil belajar (berupa informasi, fakta, atau

data) yang salah atau menyimpang.

15

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini

adalah penelitian yang dilakukan oleh Dwi Kurnia Apriyani (2012) tentang

pengaruh penggunaan metode eksperimen terhadap motivasi belajar siswa yang

ditinjau dari hasil belajar siswa. Beliau melakukan penelitian ini

dilatarbelakangi oleh nilai siswa pada materi fisika rata-rata dibawah KKM.

Metode yang digunakan sebelumnya adalah metode ceramah, untuk itu beliau

melakukan penelitian terhadap penggunaan metode eksperimen dalam

pembelajaran fisika. Dan hasilnya pun ada perubahan terhadap hasil belajar

siswa. Siswa lebih bersemangat dan termotivasi saat pembelajaran fisika.

C. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan kajian teori, dengan metode eksperimen yang digunakan

dalam pembelajaran fisika dapat membuat siswa lebih aktif dan antusias ketika

melakukan eksperimen mengenai suatu materi fisika.

D. HIPOTESIS

Penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran fisika dapat

meningkatkan antusiasme siswa yang ditinjau dari hasil belajar siswa.

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kuala Tungkal yang berlokasi

di Jalan Jendral Sudirman No.172 Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat,

Jambi.

Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari sampai bulan Mei 2015 pada

semester genap Tahun Ajaran 2014/2015.

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan, dan refleksi.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang bersifat

kolaboratif dan didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam proses

pembelajaran, yang dalam hal ini adalah pada pembelajaran fisika.

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam bentuk

siklus, tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. dan

hasil refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.

Pada Setiap akhir siklus dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui

peningkatan antusiasme dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar

setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.

Secara rinci, prosedur penelitiannya mengacu pada model penelitian

tindakan kelas yang dirinci sebagai berikut :

1. Perencanaan (plan)

Pada kegiatan perencanaan, peneliti dan guru bersama-sama membuat

desain penelitian yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Peneliti mengenalkan metode eksperimen dengan Ibu Rinjani, S.Pd.

setelah memahami manfaat dan kelebihan metode eksperimen, beliau

bersedia untuk menerapkan metode eksperimen untuk meningkatkan

antusiasme dan hasil belajar siswa dalam

17

pembelajaran fisika.

b. Setelah peneliti dan guru fisika menetapkan metode eksperimen, langkah

selanjutnya yaitu membuat rencana pembelajaran untuk dilaksanakan

dalam tahap pelaksanaan tindakan berupa RPP, soal pre-tes dan soal pos-

tes. Peneliti dan guru fisika bersama-sama membuat RPP untuk setiap

sklusnya.

c. Guru mensosialisasikan kepada siswa tentang mekanisme dan aturan-

aturan dalam penggunaan metode eksperimen

d. Peneliti dan guru bersama-sama membagi siswa menjadi beberapa

kelompok yang heterogen kemudian membuat Lembar Kerja Siswa

(LKS) untuk pegangan siswa selama proses pembelajaran berlangsung;

e. Peneliti dan guru bekerjasama membuat lembar observasi guru dan

observasi siswa;

2. Pelaksanaan tindakan (acting)

Guru melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun dengan menggunakan metode

eksperimen. Penelitian ini bersifat kolaboratif, yaitu peneliti berperan

sebagai observer dan guru berperan sebagai pengajar dalam proses

pembelajaran, atau bisa bergantian sesuai kebutuhan yang diinginkan.

Langkah pembelajaran pada pertemuan pertama terdiri dari pre-tes,

presentasi kelas, dan diskusi. Langkah-langkah pembelajaran pada

pertemuan yang kedua meliputi presentasi kelas, diskusi, turnamen dan pos-

tes. Langkah yang dilakukan untuk setiap siklusnya sama.

3. Observasi (observing)

Pada tahap ini dilaksanakan observasi oleh peneliti terhadap

pelaksanaan tindakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode

eksperimen yaitu dengan menggunakan lembar observasi yang telah

dipersiapkan (lembar observasi siswa dan lembar observasi guru). Dalam

penelitian ini observer terdiri dari dua orang yaitu pertama mahasiswa yang

sedang melakukan penelitian yang mengobservasi aktivitas guru dalam

proses pembelajaran meliputi membimbing dan mengkondisikan siswa

18

dalam melaksanakan diskusi kelompok, permainan dan turnamen diukur

menggunakan lembar observasi. Observer yang kedua adalah pengampu

mata pelajaran fisika Ibu Dian Adila, S.Pd. mengobservasi aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran yang meliputi diskusi kelompok, permainan dan

turnamen diukur menggunakan lembar observasi.

4. Refleksi (reflecting)

Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi dan evaluasi

dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil analisis, apabila guru dan

peneliti menemukan kesalahan atau kelemahan pada proses pembelajaran

tersebut maka, guru dapat melakukan refleksi diri tentang langkah

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti dan guru

dapat mengetahui besarnya tingkat partisipasi siwa dan pemahaman konsep

dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil

refleksi ini dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang

dilakukan guru, sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan

siklus berikutnya

C. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA 3

SMA Negeri 1 Kuala Tungkal.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Teknik Tes

Menurut Riduwan, (2008: 105), tes sebagai instrumen pengumpul data

adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

keterampilan pengetahuan, intelgensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki

oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini peneliti akan

mengadakan pre-tes dan pos-tes pada setiap siklusnya. Tujuan diadakannya

tes untuk siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kuala Tungkal adalah untuk

mendapat informasi tentang kemampuan siswa dalam mengikuti dan

memahami isi pelajaran selama proses pembelajaran. Tes dilaksanakan dua

19

kali setiap siklusnya yaitu pre-tes pada awal siklus dan pos-tes setiap akhir

siklus. Tujuan Pretes adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa

pada materi, sedangkan pos-tes bertujuan untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa setelah proses pembelajaran. Teknik tes untuk

mendapatkan data hasil belajar siswa sebelum dan sesudah proses

pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa agar lebih siap

menghadapi materi selanjutnya.

2. Observasi

Menurut Riduwan, (2008: 104), Observasi yaitu melakukan

pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat

kegiatan yang dilakukan. Untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan

maka dilakukan observasi. Kegiatan obsrevasi dilakukan oleh peneliti

untuk memperoleh gambaran secara objektif kondisi selama proses

pembelajaran berlangsung serta mengamati aktivitas siswa (antusiasme

siswa) dan aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran dengan

menyediakan lembar observasi.

3. Angket

Menurut Riduwan, (2008: 99), angket adalah daftar pertanyaan yang

diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden)

sesuai dengan permintaan pengguna. Angket ini dimaksudkan untuk

memperoleh informasi tentang diri responden dalam hal ini adalah siswa,

yaitu mengenai respon siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika melalui

metode eksperimen. Angket ini diberikan pada akhir siklus III (pada

pertemuan terakhir).

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah dicapai oleh siswa

melalui tes, observasi dan angket siswa, yang selanjutnya hasil dari analisis

pada siklus I digunakan untuk merencanakan siklus berikutnya.

1. Tes

20

Data yang diperoleh melalui tes ditujukan untuk melihat kemampuan

siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diberikan dengan

menggunakan metode eksperimen. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)

pada kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Kuala Tungkal adalah sebesar 6,5

dengan ketuntasan klasikal sebesar 85% dari keseluruhan siswa.

Untuk menentukan nilai akhir belajar masing-masing siswa dengan

menentukan nilai rata-rata kelas ketuntasan belajar siswa.

2. Observasi

Data yang diperoleh dengan observasi yaitu dengan melihat aktivitas

guru dan siswa di kelas selama berlangsungnya penelitian tindakan tersebut.

Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah dicapai oleh siswa melalui

observasi maupun tes. Hasil pada siklus I digunakan untuk kegiatan siklus

selanjutnya.

3. Angket

Menurut Arikunto (1998: 140) angket adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam

arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket yang

digunakan adalah angket tertutup, yaitu angket disusun dengan

menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga hanya tinggal memberi

tanda pada jawaban yang dipilih. Pemberian angket diharapkan bisa

mengetahui minat siswa atau seberapa besar keberhasilan penerapan

pembelajaran menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas XI IPA 3

SMA Negeri 1 Kuala Tungkal.

Data yang diperoleh melalui angket ditujukan untuk melihat berapa

banyak siswa yang paham dan antusias terhadap materi yang sudah

disampaikan.

21

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Briggs. 1982. Evaluationg the Quality of Learning : the SOLO Taxonomy. New

York : Academic Press.

Brown. 1973. A First Language : The Early stage. Cambridge, MA : Harvard

University Press.

Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Oemar Hamalik. 1994. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru.

Schramm. 1977. Azas-azas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : LP3ES.

Slameto. 2003. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS).

Jakarta : Bumi Aksara.

Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Prospect.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha

Nasional.

Sudjana, N. 1999. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung : Sinar Baru.

22