Proposal PTK_Nuri Istifah Khasanah_K2312055_P.Fisika (B) 2012
-
Upload
nuriistifahkhasanah -
Category
Documents
-
view
220 -
download
5
Transcript of Proposal PTK_Nuri Istifah Khasanah_K2312055_P.Fisika (B) 2012
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA
UNTUK MENINGKATKAN ANTUSIASME SISWA
DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA
OLEH:
NURI ISTIFAH KHASANAH
(K2312055)
PENDIDIKAN FISIKA (B) 2012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
proposal penelitian mengenai “Penggunaan Metode Eksperimen Pada
Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Antusiasme Siswa Ditinjau Dari
Hasil Belajar Siswa” ini. Adapun pembuatan proposal ini adalah sebagai tugas
individu yang diberikan oleh dosen dalam mata kuliah Pengembangan Profesi
Guru.
Proposal ini membahas tentang bagaimana pengaruh penggunaan metode
eksperimen pada pembelajaran fisika terhadap antusiasme siwa yang ditinjau dari
hasil belajarnya siswa tersebut. Terdapat prosedur-prosedur tertentu yang harus
dilakukan agar penelitian ini dapat berlangsung dengan baik serta memperoleh
data sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Dengan selesainya proposal ini, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu saya harapkan demi kemajuan dalam hal penyusunan
makalah di kemudian hari.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Tidak lupa
juga saya mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Pengembangan Profesi Guru yang telah membimbing
saya. Sekian.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4
Latar Belakang Masalah ..................................................................................4
Identifikasi Masalah..........................................................................................5
Pembatasan Masalah.........................................................................................6
Perumusan Masalah..........................................................................................6
Tujuan Penelitian..............................................................................................6
Manfaat Penelitian............................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................8
Kajian Teori......................................................................................................8
Penelitian yang Relevan...................................................................................16
Kerangka Berpikir............................................................................................16
Hipotesis...........................................................................................................16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................17
Tempat dan Waktu............................................................................................17
Metode Penelitian.............................................................................................17
Subjek Penelitian..............................................................................................19
Instrumen Penelitian.........................................................................................19
Teknik Analisis Data........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan di bidang pendidikan yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dan mencerdaskan
kehidupan bangsa nampaknya perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius,
baik oleh pemerintah, pengelola pendidikan, maupun masyarakat. Berkenaan
dengan hal tersebut, sudah seharusnya peningkatan kualitas pendidikan
dilaksanakan dalam semua jenjang pendidikan, termasuk di dalamnya
pendidikan di SMA. Untuk meningkatkan kualitas siswa, proses pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya fisika termasuk salah satu unsur
yang memerlukan penanganan dengan baik.
Berdasarkan informasi guru fisika kelas XI IPA 3 SMA N 1 Kuala
Tungkal tahun pelajaran 2012/2013, nilai ulangan harian siswa kelas tersebut
pada materi fisika belum seperti yang diharapkan, dimana ketuntasan kelas
yang dicapai sebesar 63,89%. Kenyataan ini menunjukkan masih rendahnya
tingkat pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
upaya lebih lanjut dalam mengoptimalkan pembelajaran yang ada sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Materi fisika merupakan materi yang tergolong banyak sehingga
akan menyita banyak waktu apabila guru tidak tepat dalam memilih media
pembelajaran yang akan digunakan. Dalam hal ini, guru siswa kelas XI IPA 3
SMA N 1 Kuala Tungkal memilih menggunakan media buku paket dalam
proses pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti merasa bahwa
penggunaan media buku paket dalam penyampaian materi fisika sangat kurang
efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan penyampaian materi dalam media buku
paket terkesan bertele-tele sehingga dikhawatirkan siswa akan kesulitan dalam
menemukan dan memahami hal-hal penting dalam materi tersebut. Selain itu,
antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran juga sangat kurang, terlihat
dari ketika diberi materi fisika kebanyakan siswa merasa bosan, tidak mengerti,
4
mengantuk, dan sebagainya. Untuk itu, meteri lebih tepat disajikan dengan
menggunakan metode yang bervariasi yang dalam hal ini digunakan metode
eksperimen. Dengan metode ini diharapkan antusiasme siswa semakin tinggi
terhadap materi fisika.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Metode Eksperimen Pada
Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Antusiasme Siswa Ditinjau Dari
Hasil Belajar Siswa”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan, peneliti menemukan adanya
beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran fisika oleh siswa
kelas XI IPA 1 SMA N 1 Kuala Tungkal, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas Belajar didalam kelas masih kurang, dilihat dari hanya sekitar 2-3
siswa yang aktif menjawab pertanyaan maupun yang menyanggah jawaban
yang diberikan oleh guru. Selain itu, metode pembelajaran yang diterapkan
oleh guru adalah metode ceramah, jadi membuat suasana kelas jadi tenang
namun menyebabkan aktivitas siswa sendiri menjadi kurang, disamping itu
kebanyakan siswa malas untuk mendengarkan penjelasan yang diberikan
oleh guru karena menurut mereka metode ceramah yang diterapkan guru ini
membuat suasana kelas sepi dan menyebabkan ngantuk para siswa.
2. Kemampuan dalam mengerjakan soal kurang, dilihat dari tidak adanya
siswa yang mau maju apabila diminta oleh guru untuk mengerjakan soal
dipapan tulis, disamping itu soal yang diberikan saat pelajaran mudah untuk
dikerjakan tetapi saat diadakan ulangan soal yang diberikan benar-benar
susah, kurangnya latihan mengerjakan soal juga menjadi permasalahan yang
dihadapi siswa dalam pembelajaran fisika.
3. Dari kedua permasalahan diatas aktivitas belajar yang masih rendah dan
kemampuan untuk menyelesaikan soal yang masih sangat kurang sehingga
menyebabkan hasil belajar siswa pun tergolong rendah.
5
C. BATASAN MASALAH
Agar penulisan ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang
semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan sebagai berikut:
Penggunaan metode eksperimen yang dilakukan hanya dibatasi pada materi
fisika yang memungkinkan adanya eksperimen saja, tidak memaksakan untuk
semua materi fisika harus dilakukan eksperimen, dan yang diperhatikan adalah
perkembangan antusiasme siswa yang ditinjau dari hasil belajar siswa setelah
mengkuti pembelajaran fisika.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Apakah penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan antusiasme siswa
kelas XI IPA 3 SMA N 1 Kuala Tungkal dalam pembelajaran fisika?
E. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Meningkatkan antusiasme siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Kuala Tungkal
melalui penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran fisika
F. MANFAAT
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan bermanfaat bagi
siswa, guru, dan sekolah untuk menambah referensi dan literatur, khususnya
tentang penggunaan metode eksperimen yang dapat meningkatkan antusiasme
belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA N 1 Kuala Tungkal dalam pembelajaran
fisika.
1. Bagi siswa
Melalui penelitian tindakan kelas ini, siswa diharapkan dapat meningkatkan
antusiasme belajar terhadap materi fisika.
6
2. Bagi guru
Melalui penelitian tindakan kelas ini, guru mengetahui tentang metode
eksperimen yang dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran
fisika.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk perbaikan dalam proses
pembelajaran dan peningkatan mutu sekolah.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK FISIKA
Semua kegiatan dari manusia dimanapun tempatnya, kapanpun
kegitan itu dilakukan, dan apapun macam kegiatan selalu berpatokan pada
sains. Nama sains sendiri memiliki gambaran yang beraneka warna sesuai
dengan jenis kegiatan yang dilakukan.para ilmuwan sepakat menyatakan
bahwa sins adalah suatu bentuk metoda yang berpangkal pada pembuktian
hipotesa.
Sebagian para filosof yang segala sesuatunya dibahas berdasarkan
hakekat menyatakan bahwa pada hakekatnya sains adalah jalan unruk
mendapatkan kebenaran dari apa yang telah kita ketahui. Semua pandangan
yang diketahui manusia dapat dipertanggungjawabkan, tetapi yang dapat
ditampilkan hanya definisi bagian dari sains itu sendiri.
Dengan cara bersama-sama para filosof dapat mendefinisikan sains
secara menyeluruh dimana sains merupakan suatu cara berpikir untuk
memahami suatu gejala alam, suatu cara untuk menyelidiki gejala alam, dan
sebagai batang tubuh keilmuwan yang diperoleh dari suatu penyelidikan.
Menurut Teller (dalam Supriyadi, 2010: 2) menyatakan bahwa
tinjauan yang penting dari sains adalah studi tentang alam dan
pengertiannya dapat dipakai sebagai dasar munculnya suatu pengetahuan
baru yang didasari atas kekuatannya di dalam meramalkan dan
keterpakaiannya di dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, sains dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang dirumuskan, dlam artian keilmuan yang
diperoleh dengan aturan main terstandar yang baku. Sains termasuk fisika,
merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam. Oleh
karena itu, untuk mempelajari fisika munculadanya aktivitas dalam bentuk
pengamatan atau eksperimen.
8
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, fisika adalah ilmu
tentang zat dan energy (seperti panas, cahaya, dan bunyi). Ada beberapa
fisikawan mendefinisikan fisika sebagai ilmu pengetahuan yang tujuannya
mempelajari bagin dari alam dan interaksi yang terjadi diantara bagian
tersebut termasuk menerangkan sifat-sifatnya dan juga gejala lainnya yang
dapat diamati.
Fisika adalah bagian dari sains. Sains berasal dari kata scientia yang
berarti pengetahuan. Menurut Supriyono Koes (2003:4) membicarakan
hakikat fisika sama halnya dengan membicarakan hakikat sains karena
fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sains. Oleh karena itu,
karakteristik fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik sains pada
umumnya.
Kaitannya dalam pembelajaran fisika, objek yang diajarkan adalah
fisika. Sedangkan fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik sains pada
umumnya, maka dalam belajar fisika tidak terlepas dari penguasaan konsep-
konsep dasar fisika, teori, atau masalah baru yang memerlukan jawaban
melalui pemahaman sehingga ada perubahan dalam diri siswa. Untuk
mendapatkan suatu konsep maka diperlukan suatu cara yaitu metode ilmiah
atau scientific methods.
Menurut Percy Bridgman’s (dalam Supriyadi, 2010: 5) menyatakan
bahwa scientific methods lebih dari sekedar metode biasa dimana dengan
metode ilmiah ini kita dapat mengerjakan lebih dari satu pengertian dan
tanpa adanya rintangan untuk dapat menyelesaikan segala permasalahan
yang timbul. Adanya masalah akan muncul jawaban sementara atau hipotesa
setelah adanya pemikiran-pemikiran dari kajian teori atau pengalaman
lainnya. Dengan melakukan percobaan atau observasi, dan meneliti tentang
fenomena maka akan mendapatkan fakta yang akurat.
Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa karakteristik fisika
tidak terlepas dari adanya karakteristik sains pada umumnya. Karakteristik
sains itu sendiri adalah penyelidikan berdasarkan masalah untuk memahami
suatu gejala alam sehingga didapatkan sebuah hukum, teori, konsep atau
9
masalah baru untuk diteliti lebih lanjut. Sedangkan untuk mendapatkan
suatu konsep maka diperlukan adanya scientific methods atau metode
ilmiah.
2. TEORI-TEORI BELAJAR FISIKA
Ungkapan berikut kiranya dapat digunakan sebagai bahan renungan
yang cukup berharga untuk mengawali pembahasan bab ini, yakni : “You
know you can’t enjoy a game unless you know its rules-whether it’s a ball
game, a computer game, or simply a party game. Likewise, you can’t fully
appreciate your surroundings untill you understand the rules of nature”
(Paul G. Hewitt, 1993).
Sebenarnya, belajar adalah merupakan persoalan setiap manusia.
Hampir semua pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap
seseorang itu terbentuk dan berkembang karena belajar. Kegiatan belajar
terjadi tidak saja pada situasi formal di sekolah akan tetapi juga di luar
sekolah seperti di lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan di tengah-
tengah masyarakat.
Para ahli pendidikan maupun ahli psikologi pada umumnya
sependapat bahwa dalam pengertian belajar terkandung beberapa unsur.
Adapun unsur-unsur pokok yang terkandung di dalam pengertian belajar
adalah : 1) belajar sebagai proses, 2) perolehan pengetahuan dan
keterampilan, 3) perubahan tingkah laku, dan 4) aktivitas diri. Berdasarkan
uraian tersebut, maka pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai proses
diperolehnya pengetahuan atau keterampilan serta perubahan tingkah laku
melalui aktivitas diri.
Menurut pandangan teori kognitif Gestalt, manusia sebagai sumber
dari semua kegiatan dan dia bebas membuat pilihan dalam setiap situasi.
Teori ini menganggap bahwa tingkah laku manusia hanyalah ekspresi dari
kondisi kejiwaan seseorang. Implikasi teori Gestalt pada pengembangan
pendekatan pembelajaran Fisika di kelas adalah lebih menekankan pada
aspek pemahaman, kemampuan berpikir, dan aktivitas siswa.
10
Dari uraian tersebut berarti apabila teori kognitif ini digunakan
sebagai dasar pijakan dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran
Fisika di kelas, maka aspek pemahaman merupakan inti dari proses belajar.
Belajar yang sebenarnya haruslah memberikan pemahaman, artinya kunci
utamanya adalah dimengertinya hal-hal yang dipelajari. Adapun ciri-ciri
belajar menurut teori Gestalt adalah sebagai berikut :
1. Tergantung pada kemampuan dasar
2. Tergantung pada pengalaman masa lalu
3. Tergantung pada pengaturan situasi yang dihadapi
4. Pemecahan soal yang dilandasi pemahaman dapat diulangi dengan
mudah
5. Sekali pemahaman diperoleh, maka dapat digunakan pada situasi-situasi
lain yang sejenis.
Teori Piaget menyatakan bahwa seorang anak menjadi tahu dan
memahami lingkungannya melalui jalan berinteraksi dan beradaptasi dengan
lingkungan tersebut. Menurut teori ini, siswa harus membangun
pengetahuannya sendiri melalui observasi, eksperimen, diskusi, dan lain-
lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa
melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan proses asimilasi, siswa
mencoba untuk memahami lingkungannya menggunakan struktur kognitif
atau pengetahuan yang sudah ada tanpa mengadakan perubahan-perubahan.
Melalui proses akomodasi, siswa mencoba memahami lingkungannya
dengan terlebih dulu memodifikasi struktur kognitif yang sudah ada untuk
membentuk struktur kognitif baru berdasarkan rangsangan yang
diterimanya.
Jelaslah bahwa proses konstruksi pengetahuan dalam diri seseorang
melibatkan pengetahuan yang sudah dimiliki. Pendapat tersebut sejalan
dengan pengertian belajar menurut perspektif konstruktivisme yang
mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses dapat dimengertinya
pengalaman oleh seseorang berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki.
Seseorang berinteraksi dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang
11
terjadi di lingkungan sekitarnya melalui penggunaan pancaindera yang tak
mungkin terpisah dari pengetahuan yang sudah ada termasuk keyakinan-
keyakinan dan kesan-kesan.
Menurut Ausubel, belajar akan mempunyai makna bagi siswa apabila
dapat diperoleh pengetahuan baru. Lebih lanjut dikatakan bahwa proses
belajar bermakna adalah terhubungnya ide-ide baru dengan struktur kognitif
untuk membentuk pengetahuan baru. Jadi, adanya pengetahuan yang
relevan sangat diperlukan agar terjadi proses belajar bermakna.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelaslah kiranya bahwa
kemampuan seseorang untuk membangun pengetahuan dalam dirinya sangat
dipengaruhi oleh antara lain faktorfaktor usia dan pengalaman. Berdasarkan
teori Piaget tentang perkembangan kognitif, siswa SMA telah berada pada
taraf berpikir formal yang berarti sudah mampu berpikir hipotetis,
proporsional, reflektif, logis, sintesis, imajinatif, probabilistik,
kombinasional, etis, dan verbal serta telah mampu memahami operasi-
operasi yang bersifat abstrak. Implikasi-implikasi teori Piaget terhadap
pembelajaran sains termasuk Fisika, adalah bahwa guru harus memberikan
kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk berpikir dan
menggunakan akalnya. Mereka dapat melakukan hal ini dengan jalan
terlibat secara langsung dalam berbagai kegiatan seperti diskusi kelas,
pemecahan soal-soal, maupun bereksperimen. Dengan kata lain, siswa
jangan hanya dijadikan objek yang pasif dengan beban hafalan berbagai
macam konsep dan rumus-rumus Fisika. Selanjutnya, Fisika harus dijadikan
mata pelajaran yang menarik sekaligus bermanfaat bagi siswa.
Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami aturan-aturan alam
yang begitu indah dan dengan rapih dapat dideskripsikan secara matematis.
Matematik dalam hal ini berfungsi sebagai bahasa komunikasi sains
termasuk Fisika. Sains dan kehidupan manusia selama empat abad terakhir
ini menunjukkan kemajuan yang sangat dramatis berkat keberhasilan
manusia dalam menganalisis dan mendeskripsikan alam secara matematis.
12
Ada beberapa kemampuan kognitif yang sangat berperanan dalam
meningkatkan keberhasilan siswa dalam pemecahan soal-soal Fisika yaitu
kemampuan mengidentifikasi serta menginterpretasi secara tepat konsep-
konsep dan prinsip-prinsip Fisika, kemampuan membuat deskripsi serta
mengorganisasi pengetahuan Fisika secara efektif.
Pengetahuan Fisika terdiri dari banyak konsep dan prinsip yang pada
umumnya sangat abstrak. Kesulitan yang banyak dihadapi oleh sebagian
besar siswa adalah dalam menginterpretasi berbagai konsep dan prisip
Fisika sebab mereka dituntut harus mampu menginterpretasi pengetahuan
Fisika tersebut secara tepat dan tidak samar-samar atau tidak mendua arti.
Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan menginterpretasi
konsepkonsep Fisika jelas merupakan prasyarat penting bagi penggunaan
konsep-konsep untuk membuat inferensi-inferensi yang lebih kompleks atau
untuk pemecahan soal Fisika yang berkaitan dengan konsep-konsep
tersebut.
Situasi soal sebenarnya dapat dideskripsikan dengan berbagai cara,
seperti menggunakan kata-kata, gambar, diagram vektor, ataupun simbol-
simbol matematik. Namun, kita sebaiknya mengetahui cara mana yang
paling cocok untuk menggambarkan situasi soal yang kita hadapi. Deskripsi
pengetahuan diperlukan untuk menginterpretasi prinsip Fisika yang lebih
kompleks dan berkaitan dengan beberapa konsep. Oleh karena itu,
kemampuan siswa dalam membuat deskripsi pengetahuan Fisika sangat
berperanan dalam keberhasilan menginterpretasi suatu prinsip Fisika yang
melibatkan beberapa konsep.
Kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan Fisika
tergantung pada seberapa efektif pengetahuan tersebut terorganisasi.
Selanjutnya, pemecahan soal Fisika menjadi semakin mudah jika banyak
tersedia informasi yang diperlukan. Oleh karena itu, penting sekali untuk
diperhatikan bahwa pengetahuan Fisika yang terorganisasi secara efektif
akan memudahkan dalam pemecahan soal-soal Fisika. Kenyataan yang kita
jumpai seringkali justru mengindikasikan bahwa siswa pada umumnya
13
cenderung mengelompokkan pengetahuan Fisika yang mereka peroleh
menjadi bagian-bagian yang seolah-olah tidak saling berkaitan.
3. EKSPERIMEN
Pengertian Metode Eksperimen
Proses belajar-mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara
guru dengan siswa dalam situasi pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang
ditetapkan. Demi mencapai tujuan tersebut, seorang guru dituntut untuk
mampu menggunakan berbagai metode mengajar. Metode mengajar
merupakan cara-cara yang dapat ditempuh guru untuk menciptakan suasana
pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi
kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.
Salah satu metode satu dari metode mengajar yang dapat digunakan guru
adalah metode eksperimen.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1996), yang
dimaksud metode eksperimen adalah “Cara penyajian pelajaran, di mana
siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
suatu yang dipelajari.” Sedang menurut Roestiyah N.K (2001) metode
eksperimen atau percobaan diartikan sebagai “salah satu mengajar cara
mengajar, dimana siswa melakukan percobaan tentang sesuatu hal;
mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi guru”.
Berdasarkan beberapa pengertian yang disampaikan, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode eksperimen atau
percobaan adalah suatu teknik mengajar yang menekankan pada pelibatan
secara langsung peserta didik untuk mengalami proses dan membuktikan
sendiri hasil percobaan. Metode ini merupakan suatu metode mengajar
yang termasuk yang paling sesuai untuk pembelajaran fisika.
14
Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen
Penggunaan metode eksperimen dalam kegiatan belajar-mengajar
mempunyai tujuan: 1) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari
berbagai fakta, informasi,atau data yang diperoleh melalui pengamatan
pada proses ekperimen; 2) Melatih siswa merancang, mempersiapkan,
melaksanakan, dan melaporkan percobaan; 3)Melatih siswa menggunakan
logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi,
atau data yang terkumpul melalui percobaan.
Keunggulan dan Kekurangan Metode Eksperimen
Keunggulan dari metode eksperimen yang digunakan dalam kegiatan
belajarmengajar adalah: 1) Membuat siswa percaya pada kebenaran
kesimpulan percobaannya sendiri, tidak hanya menerima begitu saja
perkataan guru atau buku; 2) Peserta didik terlibat aktif dalam
mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan melalui
percobaan; 3) Mampu melatih siswa untuk menggunakan dan
melaksanakan prosedur metode ilmiah serta berpikir ilmiah, sehingga
terlatih untuk membuktikan ilmu secara ilmiah; 4) Memperkaya
pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis, dan
menghilangkan verbalisme; 5) Hasil belajar akan bertahan lebih lama pada
diri siswa. Selain memiliki keunggulan, juga memiliki kekurangan. antara
lain: 1) Memerlukan peralatan, bahan, dan atau sarana eksperimen yang
mencukupi bagi setiap siswa atau sekelompok siswa. Bila hal ini tidak
terpenuhi maka akan mengurangi kesempatan siswa untuk dapat melakukan
eksperimen; 2) Dapat menghambat laju pembelajaran apabila dalam
pelaksanaannya ternyata ada eksperimen yang memerlukan waktu lama; 3)
Kekurangan pengalaman guru maupun siswa dalam melaksanakan
eksperimen, akan menimbulkan kesulitan tersendiri pada pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar; 4) Kegagalan atau kesalahan dalam eksperimen
akan mengakibatkan perolehan hasil belajar (berupa informasi, fakta, atau
data) yang salah atau menyimpang.
15
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Dwi Kurnia Apriyani (2012) tentang
pengaruh penggunaan metode eksperimen terhadap motivasi belajar siswa yang
ditinjau dari hasil belajar siswa. Beliau melakukan penelitian ini
dilatarbelakangi oleh nilai siswa pada materi fisika rata-rata dibawah KKM.
Metode yang digunakan sebelumnya adalah metode ceramah, untuk itu beliau
melakukan penelitian terhadap penggunaan metode eksperimen dalam
pembelajaran fisika. Dan hasilnya pun ada perubahan terhadap hasil belajar
siswa. Siswa lebih bersemangat dan termotivasi saat pembelajaran fisika.
C. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan kajian teori, dengan metode eksperimen yang digunakan
dalam pembelajaran fisika dapat membuat siswa lebih aktif dan antusias ketika
melakukan eksperimen mengenai suatu materi fisika.
D. HIPOTESIS
Penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran fisika dapat
meningkatkan antusiasme siswa yang ditinjau dari hasil belajar siswa.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kuala Tungkal yang berlokasi
di Jalan Jendral Sudirman No.172 Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat,
Jambi.
Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari sampai bulan Mei 2015 pada
semester genap Tahun Ajaran 2014/2015.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang bersifat
kolaboratif dan didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam proses
pembelajaran, yang dalam hal ini adalah pada pembelajaran fisika.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam bentuk
siklus, tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. dan
hasil refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
Pada Setiap akhir siklus dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui
peningkatan antusiasme dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.
Secara rinci, prosedur penelitiannya mengacu pada model penelitian
tindakan kelas yang dirinci sebagai berikut :
1. Perencanaan (plan)
Pada kegiatan perencanaan, peneliti dan guru bersama-sama membuat
desain penelitian yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Peneliti mengenalkan metode eksperimen dengan Ibu Rinjani, S.Pd.
setelah memahami manfaat dan kelebihan metode eksperimen, beliau
bersedia untuk menerapkan metode eksperimen untuk meningkatkan
antusiasme dan hasil belajar siswa dalam
17
pembelajaran fisika.
b. Setelah peneliti dan guru fisika menetapkan metode eksperimen, langkah
selanjutnya yaitu membuat rencana pembelajaran untuk dilaksanakan
dalam tahap pelaksanaan tindakan berupa RPP, soal pre-tes dan soal pos-
tes. Peneliti dan guru fisika bersama-sama membuat RPP untuk setiap
sklusnya.
c. Guru mensosialisasikan kepada siswa tentang mekanisme dan aturan-
aturan dalam penggunaan metode eksperimen
d. Peneliti dan guru bersama-sama membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang heterogen kemudian membuat Lembar Kerja Siswa
(LKS) untuk pegangan siswa selama proses pembelajaran berlangsung;
e. Peneliti dan guru bekerjasama membuat lembar observasi guru dan
observasi siswa;
2. Pelaksanaan tindakan (acting)
Guru melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun dengan menggunakan metode
eksperimen. Penelitian ini bersifat kolaboratif, yaitu peneliti berperan
sebagai observer dan guru berperan sebagai pengajar dalam proses
pembelajaran, atau bisa bergantian sesuai kebutuhan yang diinginkan.
Langkah pembelajaran pada pertemuan pertama terdiri dari pre-tes,
presentasi kelas, dan diskusi. Langkah-langkah pembelajaran pada
pertemuan yang kedua meliputi presentasi kelas, diskusi, turnamen dan pos-
tes. Langkah yang dilakukan untuk setiap siklusnya sama.
3. Observasi (observing)
Pada tahap ini dilaksanakan observasi oleh peneliti terhadap
pelaksanaan tindakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen yaitu dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan (lembar observasi siswa dan lembar observasi guru). Dalam
penelitian ini observer terdiri dari dua orang yaitu pertama mahasiswa yang
sedang melakukan penelitian yang mengobservasi aktivitas guru dalam
proses pembelajaran meliputi membimbing dan mengkondisikan siswa
18
dalam melaksanakan diskusi kelompok, permainan dan turnamen diukur
menggunakan lembar observasi. Observer yang kedua adalah pengampu
mata pelajaran fisika Ibu Dian Adila, S.Pd. mengobservasi aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran yang meliputi diskusi kelompok, permainan dan
turnamen diukur menggunakan lembar observasi.
4. Refleksi (reflecting)
Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi dan evaluasi
dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil analisis, apabila guru dan
peneliti menemukan kesalahan atau kelemahan pada proses pembelajaran
tersebut maka, guru dapat melakukan refleksi diri tentang langkah
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti dan guru
dapat mengetahui besarnya tingkat partisipasi siwa dan pemahaman konsep
dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil
refleksi ini dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru, sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan
siklus berikutnya
C. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA 3
SMA Negeri 1 Kuala Tungkal.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Teknik Tes
Menurut Riduwan, (2008: 105), tes sebagai instrumen pengumpul data
adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan pengetahuan, intelgensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini peneliti akan
mengadakan pre-tes dan pos-tes pada setiap siklusnya. Tujuan diadakannya
tes untuk siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kuala Tungkal adalah untuk
mendapat informasi tentang kemampuan siswa dalam mengikuti dan
memahami isi pelajaran selama proses pembelajaran. Tes dilaksanakan dua
19
kali setiap siklusnya yaitu pre-tes pada awal siklus dan pos-tes setiap akhir
siklus. Tujuan Pretes adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa
pada materi, sedangkan pos-tes bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa setelah proses pembelajaran. Teknik tes untuk
mendapatkan data hasil belajar siswa sebelum dan sesudah proses
pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa agar lebih siap
menghadapi materi selanjutnya.
2. Observasi
Menurut Riduwan, (2008: 104), Observasi yaitu melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat
kegiatan yang dilakukan. Untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan
maka dilakukan observasi. Kegiatan obsrevasi dilakukan oleh peneliti
untuk memperoleh gambaran secara objektif kondisi selama proses
pembelajaran berlangsung serta mengamati aktivitas siswa (antusiasme
siswa) dan aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran dengan
menyediakan lembar observasi.
3. Angket
Menurut Riduwan, (2008: 99), angket adalah daftar pertanyaan yang
diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden)
sesuai dengan permintaan pengguna. Angket ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang diri responden dalam hal ini adalah siswa,
yaitu mengenai respon siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika melalui
metode eksperimen. Angket ini diberikan pada akhir siklus III (pada
pertemuan terakhir).
E. TEKNIK ANALISIS DATA
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah dicapai oleh siswa
melalui tes, observasi dan angket siswa, yang selanjutnya hasil dari analisis
pada siklus I digunakan untuk merencanakan siklus berikutnya.
1. Tes
20
Data yang diperoleh melalui tes ditujukan untuk melihat kemampuan
siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diberikan dengan
menggunakan metode eksperimen. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
pada kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Kuala Tungkal adalah sebesar 6,5
dengan ketuntasan klasikal sebesar 85% dari keseluruhan siswa.
Untuk menentukan nilai akhir belajar masing-masing siswa dengan
menentukan nilai rata-rata kelas ketuntasan belajar siswa.
2. Observasi
Data yang diperoleh dengan observasi yaitu dengan melihat aktivitas
guru dan siswa di kelas selama berlangsungnya penelitian tindakan tersebut.
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah dicapai oleh siswa melalui
observasi maupun tes. Hasil pada siklus I digunakan untuk kegiatan siklus
selanjutnya.
3. Angket
Menurut Arikunto (1998: 140) angket adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket yang
digunakan adalah angket tertutup, yaitu angket disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga hanya tinggal memberi
tanda pada jawaban yang dipilih. Pemberian angket diharapkan bisa
mengetahui minat siswa atau seberapa besar keberhasilan penerapan
pembelajaran menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas XI IPA 3
SMA Negeri 1 Kuala Tungkal.
Data yang diperoleh melalui angket ditujukan untuk melihat berapa
banyak siswa yang paham dan antusias terhadap materi yang sudah
disampaikan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Briggs. 1982. Evaluationg the Quality of Learning : the SOLO Taxonomy. New
York : Academic Press.
Brown. 1973. A First Language : The Early stage. Cambridge, MA : Harvard
University Press.
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Oemar Hamalik. 1994. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
Schramm. 1977. Azas-azas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : LP3ES.
Slameto. 2003. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS).
Jakarta : Bumi Aksara.
Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Prospect.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha
Nasional.
Sudjana, N. 1999. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Sinar Baru.
22