Proposal Angel 2012

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya manusia untuk terap mempertahankan keberadaannya di atas bumi ini, pada hakekatnya manusia bekerja dan berkarya. Hasil kerja yang diwujudkan dalam bentuk barang (goods) dan jasa (sevice) bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan masyarakat serta Negara. Dengankata lain kerja dapat dilihat sebagai tugas dan kewajiban individu untuk mewujudkan cita-cita harapan dan kebahagiaannya (Suma’mur, 1967:45). Menurut Nasional Safety Council –USA (1982) kesehatan kerja sangat berkaitan dengan salah satu atau lebih kondisi di tempat kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan menurunkan produktivitas kerja yang pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi perusahaan yang bersangkuta (Rachman, 1990:3).

Transcript of Proposal Angel 2012

Page 1: Proposal Angel 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam upaya manusia untuk terap mempertahankan keberadaannya di atas

bumi ini, pada hakekatnya manusia bekerja dan berkarya. Hasil kerja yang

diwujudkan dalam bentuk barang (goods) dan jasa (sevice) bermanfaat bagi

dirinya, keluarga dan masyarakat serta Negara. Dengankata lain kerja dapat dilihat

sebagai tugas dan kewajiban individu untuk mewujudkan cita-cita harapan dan

kebahagiaannya (Suma’mur, 1967:45).

Menurut Nasional Safety Council –USA (1982) kesehatan kerja sangat

berkaitan dengan salah satu atau lebih kondisi di tempat kerja yang dapat

menimbulkan penyakit akibat kerja dan menurunkan produktivitas kerja yang

pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi perusahaan yang bersangkuta

(Rachman, 1990:3).

Salah satu faktor fisik yang mempengaruhi kondisi tempat kerja adalah

pencahayaan yang kurang / menyilaukan bias menyebabkan penyakit / gangguan

pada mata (Suma’mur, 1967: 45)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

261/MENKES/SK/II/1998 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja, bahwa

intensitas pencahayaan untuk jenis pekerjaan kasar dan terus menerus diantaranya

pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar tingkat pencahayaannya minimal 200

lux.

1

Page 2: Proposal Angel 2012

Pencahayaan yang kurang atau terlalu terang (menyilaukan) dapat

menyebabkan kelainan penglihatan seperti penglihatan ganda, seperti menglihat

pelangi dan susah melihat jarak dekat dan mengakibatkan terjadinya kecelakaan

kerja. Oleh sebab itu faktor cahaya menjadi sangat penting sehingga tenaga kerja

dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya dengan jelas, aman, nyaman dan

cepat. Pencahayaan yang memenuhi syarat kesehatan akan dapat menciptkana

peningkatan produksi dan menciptkan lingkungan kerja yangmenyenangkan,

sedangkan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan dapat

menciptakan kelelahan mata yang menjadi sebab kelelahan mental, yang fejala

meliputi sakit kepala dan penurunan kemampuan intelektual. Lebih dari itu bila

pekerjaan mendekatkan matanya terhadap objek untuk memperbesar ukuran

benda maka akomodasi lebih dipaksakan dan mungkin terjadi penglihantan

rangkap atau kabur, yang disertai sakit kepala di daerah atas mata (Suma’mur,

1967 : 99).

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud

adalah beban fisik dan beban mental. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan

tersendiri dalam pekerjaaan yang dilakukannya. Sehingga mereka hanya mampu

memikul beban kerja sampai batas tertentu saja. Inilah yang dimaksud dengan

penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaannya. Lamanya seorang

bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam. Sisanya (16-18 jam)

dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur dan

lain-lain (Suma’mur, 1967 : 193).

Kemampuan kerja seseorang berbeda-beda antara satu dengan yang lain

dan sangat tergantung kepada keterampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis

2

Page 3: Proposal Angel 2012

kelamin, usia dan ukuran tubuh. Semakin tinggi keterampilan kerja yang dimiliki,

maka semakin efisien badan dan jiwa bekerja , sehingga beban kerja relatif

sedikit.

Kesegaran jasmani dan rohani adalah penunjang penting produktifitas

seseorang dalam pekerjaannya. Kesegaran tersebut dimulai sejak memasuki

pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja. Kesegaran jasmani dan rohani tidak

saja mencerminkan kesehatan fisik dan mental tetapi juga menggambarkan

keserasian dan penyesuaian diri seseorang dengan pekerjaan yang banyak

dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan dan pengetahuan yang

dimilikinya.

Intensitas pencahayaan adalah kepadatan cahaya yang mengalir dari

sumber cahaya atau banyaknya cahaya yang jatuh menerpa bidang. Untuk

pekerjaan yang tidak memerlukan pengamatan cermat maka intensitas

pencahayaan lebih rendah dari pada intensitas pekerjaan yang memerlukan

pengamatan yang teliti (Silalahi, 1985 : 45).

Berdasarakan survey yang penulis lakukan di lokasi tempat kerja menjahit

pada lantai II Pasar Raya Padang pencahayaannya masih kurang baik karena

rapatnya susunan bangunan maka cahaya yang berasal dari alam maupun cahaya

buatan yang dipakai di tempat kerja jadi terhalang. Wawancara penulis dengan 15

orang pekerja ditemukan 13 orang diantaranya mempunyai keluhan terhadap

matanya.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan intensitas pencahayaan dan lama menjahit terhadap

timbulnya myopia pada tenaga kerja penjahit di Pasar Raya Solok Tahun 2012.

3

Page 4: Proposal Angel 2012

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah “hubungan

intensitas pencahayaan dan lama menjahit terhadap timbulnya myopia pada tenaga

kerja penjahit di Pasar Raya Solok tahun 2012”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

intensitas pencahayaan dan lama menjahit terhadap timbulnya myopia pada tenaga

kerja penjahit di Pasar Raya Solok tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya kejadian myopia pada penjahit di Pasar Raya Solok

tahun 2012.

b. Diketahuinya intensitas pencahayaan ruangan kerja penjahit di Pasar

Raya Solok tahun 2012.

c. Diketahuinya lama menjahit oleh penjahit di Pasar Raya Solok tahun

2012

d. Diketahuinya hubungan intensitas pencahayaan dengan kejadian

myopia pada penjahit di Pasar Raya Solok tahun 2012.

e. Diketahuinya hubungan lama mejahit dengan kejadian myopia pada

penjahit di Pasar Raya Solok tahun 2012.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Sebagai tambahan literatur ilmu dan pengetahuan bagi program studi ilmu

keperawatan fort de kock Bukitinggi.

1.4.2. Sebagai sumbangan fikiran bagi penjahit tentang pencahayaan yang baik.

4

Page 5: Proposal Angel 2012

1.4.3. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintahan Daerah Solok, khususnya bagi

Dinas Tenaga Kerja Kota Solok untuk meningkatkan pelaksanaan dan

pengawasan kesehatan kerja didaerahnya.

1.4.4. Bagi penulis berupa pengalaman dan pengetahuan tentang keselamatan

kerja dalam penulisan karya tulis

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah

hubungan intensitas pencahayaan di ruang kerja dan lama menjahit terhadap

timbulnya myopia pada tenaga kerja penjahit di Pasar Raya Solok tahun 2012.

Variabel pada penelitian ini adalah variabel independen yaitu intensitas

pencahayaan dan lama menjahit (6-8 jam). Sedangkan variabel dependent adalah

terjadinya myopia pada tenaga kerja penjahit di Pasar Raya Solok Tahun 2012

5

Page 6: Proposal Angel 2012

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Cahaya

Cahaya merupakan gelombang elekromagnetis, gelombamng cahaya

tersebut merambat dengan panjang gelombang berlain-lainan. Berkas cahaya yang

terdiri dari gelombang gelombang elekromagnetis dengan satu panjang

gelombang dikatakan berkas cahaya yang monochromatic. Sedangkan berkas

cahaya yang terdiri dari gelombang-gelombang elekromagnetis dengan berbagai

macam panjang gelombnag dikatakan gelombang cahaya yang polychromatis (UI.

1984).

Cahaya yang masuk ke dalam ruangan merupakan cahaya yang berasal

dari cahaya matahari, bulan dan bintang. Cahaya matahari yang putih diuraikan

melalui kaca prisma menjadi beberapa spectrum warna dengan panjang

gelombang yang berbeda. Bila terkena cahaya matahari terlalu banyak dapat

mengakibatkan kanker pada kulit dan bila kurangnya pencahayaan akan

menimbulkan beberapa akibat penyakit pada mata, kurangnya kenyamanan dan

penurunan produktivitas seseorang (Lubis, 1989 : 42)

Cahaya sangat besar manfaatnya bagi tenaga kerja untuk mendapatkan

keselamatan dan kelancaran kerja, oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya

cahaya yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang tidak cukup

mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas, sehingga melakukan pekerjaan

menjadi lambat, banyak mengalami kesalahan dan pada akhirnya menyebabkan

kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan (Sedarmayanti, 1996 : 23).

6

6

Page 7: Proposal Angel 2012

2.1.2 Jenis-Jenis Sistim Pencahayaan

Bagian ini menjelaskan berbagai jenis dan komponen sistim pencahayaan

adalah :

1) Lampu Pijar (GLS)

Lampu pijar bertindak sebagai ‘badan abu-abu’ yang secara selektif

memancarkan radiasi, dan hampir seluruhnya terjadi pada daerah nampak.

2) Lampu Tungsten--Halogen

Lampu halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat

pijar tungsten seperti lampu pijar biasa yang digunakan di rumah, tetapi

bola lampunya diisi dengan gas halogen.Atom tungsten menguap dari

kawat pijar panas dan bergerak naik ke dinding pendingin bolalampu.

3) Lampu Neon

Lampu neon, 3 hingga 5 kali lebih efisien daripada lampu pijar standar dan

dapat bertahan 10 hingga 20 kali lebih awet.

4) Lampu Sodium

Lampu sodium tekanan tinggi (HPS) banyak digunakan untuk penerapan

di luar ruangan dan industri.

5) Lampu Uap Merkuri

Lampu uap merkuri merupakan model tertua lampu HID. Walaupun

mereka memiliki umur yang panjang dan biaya awal yang rendah, lampu

ini memiliki efficacy yang buruk (30 hingga 65 lumens per watt, tidak

termasuk kerugian balas) dan memancarkan warna hijau pucat.

7

Page 8: Proposal Angel 2012

6) Lampu Kombinasi

Lampu kombinasi kadang disebut sebagai lampu two-in-one. Lampu ini

mengkombinasikan dua sumber cahaya yang tertutup dalam satu lampu

yang diisi gas.

7) Lampu Metal Halida

Halida bertindak sama halnya dengan siklus halogen tungsten. Manakala

suhu bertambah maka terjadi pemecahan senyawa halida melepaskan

logam ke pemancar. Halida mencegah dinding kuarsa diserang oleh

logam-logam alkali.

8) Lampu LED

Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber cahaya

yang efisien energinya. Ketika lampu LED memancarkan cahaya nampak

pada gelombang spektrum yang sangat sempit, mereka dapat

memproduksi “cahaya putih”.

2.1.3 Sumber Cahaya

a. Cahaya Alam

Adalah cahaya yang terdapat di alam yang berasal dari matahari,

bulan dan bintang dan matahari merupakan sumber utama cahaya alam.

Bila dipergunakan cahaya alam sebagai sumber cahaya maka jendela dan

dinding kaca tempat dari pada pekerja yang harus selalu bersih, luas kaca

berada sekitar 15 % - 20 % dari lantai ruang kerja. Jendela/dinding kaca

harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan penyebaran cahaya

yang merata. Jika ada penyinaran matahari langsung menimpa para

pekerja, maka harus diadakan tindakan untuk menghalanginya. Bila

8

Page 9: Proposal Angel 2012

jendela itu merupakan satu-satunya jalan cahaya matahari, maka jarak

antara jendela dan lantai tidak boleh melebihi 1,20 meter. Jendela itu harus

ditempatkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan cahaya mencapai

ruang kerja (Soepomo, 1981 : 112).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah cahaya siang

yang memasuki ruangan yaitu : musim, tinggi tempat dari permukaan laut,

waktu/jam berapa siang itu, ada tidaknya embun, kabut, asap dan jauh

dekat tingginya gedung yang bersebelahan serta ukuran dan posisi letak

jendela (Lubis, 1989 : 44).

b. Cahaya Buatan

Adalah cahaya yang menggunakan sumber cahaya bukan alamiah seperti

listrik, lampu minyak tanah, lilin, lampu gas dan lain sebagainya (Lubis,

1985: 47).

Penerangan buatan tidak boleh menyebabkanp panas yang berlebihan atau

yang merusak susunan udara. Apabila penerangan buatan menyebabkan

kenaikan suhu dalam ruangan kerja, suhu ini tidak boleh melebihi 320C.

oleh karena itu harus dilakukan tindakan lain untuk mengurangi pengaruh

kenaikan suhu tersebut (Silalahi, 1995 : 234).

2.1.4 Intensitas Pencahayaan

Intensitas cahaya adalah kepadatan cahaya yang mengalir dari sumber

cahaya atau banyaknya cahaya yang jatuh menerpa bidang. Untuk pekerjaan yang

tidak memerlukan pengamatan cermat maka intentensitas pencahayaan lebih

rendah dari pada intensitas pekerja yang memerlukan pengamatan yang diteliti

(Silalahi, 1985 : 45).

9

Page 10: Proposal Angel 2012

Untuk setiap jenis pekerjaan diperlukan intensitas cahaya yang tertentu

pula. Hal ini dapat terlihat pada keputusan Menteri Kesehatan Repoblik Indonesia

Nomor : 261/MENKES/SK/II/1998 tentang persyaratan kesehatan lingkungan

kerja terdapat ketentuan-ketentuan intensitas cahaya di ruang kerja dimana

pekerjaan kasar dan terus menerus tingkat pencahayaan minimal 200 lux untuk

pekerjaan mesin dan perakitan kasar

2.1.5 Standar Pengukuran Cahaya

Pencahayaan diukur dengan alat yang disebut lux meter. Alat ini bekerja

berdasarkan pengubahan energi yang diubah menjadi tenaga listrik oleh

photoelectriccell (Suwarno, 1985 : 193).

Standar pengukuran cahaya menurut Lubis (1989 : 42) adalah :

a. Standar Candle, yaitu ukuran standar bagi satu lilin yang secara

internasional telah diakui.

b. Foot Candle (fc) yaitu ukuran kuat pencahayaan (iluminasi) yang diterima

di satu titik berjarak satu foot dari sumber cahaya yang berkekuatan satu

lilin.

c. Lumen (Lm) yaitu ukuran jumlah cahaya yang dipancarkan dari satu

sumber yang diterima disebuah bidang / medium.

d. Satu lumen per square (1 m/ft2) yaitu jumlah cahaya yang jatuh pada

bidang seluas satu kaki persegi, dimana setiap titik di bidang itu

mempunyai jarak satu kaki dari sumber cahaya yang berkekuatan satu

lilin.

e. Lux yaitu sama dengan satu lumen persegi meter.

f. Foot lambert (ft-1) yaitu satu ukuran dari luminensi.

10

Page 11: Proposal Angel 2012

2.1.6 Akomodasi dan Faktor yang Mepengaruhinya

Akomodasi adalah kemampuan mata untuk menfokuskan diri kepada

objek pada jarak dari titik terdekat sampai ke titik terjauh, atau dengan mengubah

kelengkungan lensa. Derajat kelengkungan tergantung tingkat pengkerutan dari

otot siliar sehingga objek yang jauh jatuh ke fokus. Kalau kemampuan mata tidak

terfokus maka akan menimbulkan kelelahan pada mata, dan akan merasa pusing.

2.1.7 Pengaruh Cahaya Terhadap Tenaga Kerja

a. Kesilauan (glare)

Silau terjadi karena ada resiko kecerahan (brighness ratio) yang

tinggi antara benda yang dilihat dengan sekitarnya dan menyebabkan

benda-benda yang akan dilihat menjadi tidak jelas serta menyebabkan

perasaan tidak enak pada mata dan menimbulkan banyak kesulitan

(Lubis, 1985 :46).

Silau dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1). Silau langsung

2). Silau Refleksi

Pencegahan kesilauan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

lampu secara tepat yang tidak menjadi perlambangan kedudukan

seseorang, melainkan dimaksudkan untuk penerangan yang baik,

penempatan sumber-sumber cahaya terhadap meja mesin juga

memperhitungkan letak jendela, penggunaan alat-alat pelapis tidak

mengkilat atau dinding, lantai, meja dan lainnya serta penyaringan

sinar matahari langsung (Suma’mur, 1992: 94-95).

11

Page 12: Proposal Angel 2012

b. Lelah visual

Terjadi ketegangan yang intensif pada sebuah fungsi tunggal

dari mata. Kelelahan visual timbul sebagai stress intensif pada fungsi

mata seperti terhadap otot akomodasi pada pekerjaan yang

membutuhkan pengamatan secara teliti terhadap retina sebagai akibat

ketidaktepatan kontras. Kelelahan visual ditandai dengan kurangnya

ransangan dan memerhnya konjungtiva, melihat rangkap, pusing,

kekurangan akomodasi serta menurunnya ketajaman penglihatan

ketepatan kontras dan ketepatan persepsi. Kelelahan visual disebabkan

oleh upaya mata untuk melihat suatu objek, semakin besar objek maka

uapaya yang dibutuhkan semakin kecil sehingga menimbulkan

kelelahan mental. Gejala-gejalanya meliputi pegal di daerah mata,

mata sering berair, penglihatan ganda, tegang pada kelopak mata,

sering merasa mengantuk dan sulit memusatkan fikiran (Suma’mur,

1992: 98).

2.1.8 Pencahayaan dan Produktifitas Kerja

Pencahayaan ditempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang

menerangi benda-benda di tempat kerja. Kebutuhan pencahayaan pada ruang kerja

berbeda antara lingkungan satu dengan lingkungan lain tergantung pada jenis

pekerjaan yang dilakukan.

Pencahayaan yang baik memungkinkan tempat kerja melihat objek-objek

yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanda upaya-upaya yang tidak perlu.

Pencahayaan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik

dan keadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 1992: 93).

12

Page 13: Proposal Angel 2012

Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi

keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang

tepat dan disesuaikan dengan pekerjaan berakibat produksi yang maksimal dan

ketidakefisienan yang minimal, dan dengan begitu secara tidak langsung

mengurangi terjadinya kecelakaan. Dengan hubungan kelelahan sebagai sebab

kecelakaan, pencahayaan yang baik merupakan salah satu upaya preventif.

Pengalaman menunjukan bahwa pencahayaan yang tidak memadai disertai tingkat

kecelakaan yang tinggi (Suma’mur, 1985: 300).

Produktivitas adalah esensial bagi kemajuan karena merupakan

pertumbuhan, kemakmuran dan kemajuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

produktivitas adalah kesehatan, motivasi, disiplin, etos kerja, keterampilan, gizi,

tingkat penghasilan, jaminan sosial, pendidikan, lingkungan dan iklim kerja,

hubungan industrial, teknologi, sarana produksi manajeman dan kesempatan

berprestasi (Rachman, 1990: 10).

Efesiensi produktivitas dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

a. Warna cat

b. Lampu dan alat penerangan

Dalam melakukan suatu kegiatan perlu penerangan yang cukup agar tidak

menimbulkan gangguan kesehatan, adapun secara umum syarat penerangan di

tempat kerja menurut Suma’mur (1985: 98-99) adalah :

a. Setiap tenaga kerja mendapat penerangan yang cukup untuk

melakukan penerangan.

13

Page 14: Proposal Angel 2012

b. Bila ada penyinaran matahari yang langsung yang menimpa para

pekerja maka harus diadakan tindakan-tindakan untuk

menghalanginya.

c. Jika cahaya matahari tidak mencukupi, maka berikan cahaya

tambahan.

d. Untuk pekerjaan yang dilakukan pada malam hari harus diberikan

penerangan yang cukup.

e. Sumber cahaya yang dipergunakan tidak boleh menyebabkan sinar

yang menyilaukan.

Dampak dari pencahayaan yang kurang memadai adalah akan dapat

menciptakan kelelehan mata, sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat

penglihatan, meningkatkan kecelakaan kerja dan pengeluaran energi yang tidak

perlu dalam penglihatan.

Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam,

siangnya dipergunakan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, istirahat, dan

lainnya. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan bisa membuat

penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit

dan kecelakaan. Sebaiknya istirahat setengah jam setelah terus-menerus sangat

baik untuk meningkatkan produktivitas kerja (Suma’mur, 1967: 193).

14

Page 15: Proposal Angel 2012

Tabel 3.1Koefisien Pemantulan dari Berbagai Macam Warna

No Warna Koefisien Pemantulan (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Putih

Krem muda

Jingga muda

Kuning muda

Biru muda

Hijau muda

Abu-abu muda

Biru

Abu-abu

Merah

90-65

74

67

65

61

47

49

36

30

13

Sumber : Lubis, 1985: 44

2.2 Myopia

Miopia adalah bentuk kelainan refraksi di mana sinar-sinar sejajar, pada

mata yang istirahat, akan dibiaskan pada suatu titik di depan retina. Miopia dapat

terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relative panjang dan disebut sebagai

myopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media yang tinggi, atau akibat

indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat, dalam ini disebut sebagai

myopia refraktif (Ilyas, 1981 : 5).

Mata merupakan panca indera yang harus memerlukan perlindungan

terhadap faktor-faktor luar yang berbahaya, karena mata bagian badan yang sangat

peka. Bola mata dibagian depan mempunyai kelengkungan yang lebih tajam

sehingga terdapat bentuk dengan kelengkungan yang berbeda.

15

Page 16: Proposal Angel 2012

Mata secara optis dapat disamakan dengan kamera fotografis biasa,

mempunyai satu sistem lensa, atau sistem tingkap (lobang lensa) yang berubah-

ubah dan retina dapat disamakan denfan film.

Bila sinar masuk ke bola mata normal maka sinar akan difokuskan pada

selaput jala terutama pada daerah yang dinamakan bintik kuning. Selaput sinar

yang masuk ke dalam mata melalui bagian mata yang disebut medi penglihatan

yang terdiri dari selaput bening manik lensa, lensa mata dan badan kaca, sinar

yang diterima bintik dan akan diteruskan otak melalui saraf-saraf yang bergabung

menjadi satu yang disebut saraf optik / saraf penglihatan.

Kerusakan pada saraf penglihatan akan menghambat masuknya bayangan

ke otak akan memberi keluhan penglihatan kurang, yang disebabkan penerangan

yang buruk akan mengakibatkan kelelahan mata akibat berkurangnya daya dan

efisiensi kerja, kelelahan mental, kerusakan indera penglihatan dan terjadinya

kecelakaan. Oleh karena itu diperlukan perawatan kesehatan mata diantaranya

pencahayaan yang digunakan sebaiknya datang dari arah yang tidak

mengakibatkan bahan penglihatan tertutup oleh bayangan tubuh. Hindari

mengerjakan sesuatu dibawah cahaya yang kurang dan penerangan yang langsung

serta rasa silau yang lama, akan menimbulkan kelelahan mata.

Myopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan

sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar datang dibiaskan di depan retina

(bintik kuning) (Sidarta Ilyas, 2001:10).

Pada myopia, titik fokus system optik media penglihatan terletak di depan

amkula lutea. Hal ini disebabkan oleh sistem optik (pembiasan) terlalu kuat,

miopia refraktif atau bola mata yang terlalu panjang, myopia aksial atau sumbu.

16

Page 17: Proposal Angel 2012

2.3 Keluhan Subjektif Penjahit di Pasar Raya

Mata merupakan alat indera yang vital penting yang memerlukan

perlindungan terhadap faktor-faktor yang akan membahayakan kesehatan mata.

Pada bagian depan mata bola mata mempunyai kelengkungan yang tajam. Mata

mempunyai kemampuan mengatur sinar masuk ke dalam mata. Upaya

pencegahan yang dapat dilakukan dalam menjaga kesehatan mata diantaranya

dengan mengatur cahaya dalam ruangan sesuai kerja masing-masing, hindari

mengerjakan sesuatu di bawah penerangan langsung yang terlalu kuat dan rasa

silau yang akan menimbulkan keluhan subjektif pada mata penjahit di Pasar Raya.

Menurut Stephen (1991:210) keluhan yang disebabkan oleh kelelahan

pada mata antara lain :

a. Sakit disekitar mata atau dibelakang mata, pandangan kabur,

pandangan ganda dan jesulitan menfokuskan mata.

b. Peradangan mata, memberi rasa panas, merah, sakit kepala dan berair

pada mata.

c. Sakit kepala (terutama bagian depan kepala), kadang-kadang pusing

atau mual, perasaan lelah dan sifat lekas marah).

Sedangkan menurut Ilyas (2001:20) keluhan utama yang dihadapi

seseorang pada mata antara lain :

a. Penglihatan kurang atau berkabut

b. Mata merah

c. Mata terasa pegal

d. Mata kotor atau belek

e. Mata terasa sakit atau perih

17

Page 18: Proposal Angel 2012

f. Mata seperti melihat pelangi

g. Mata ada percak putih

h. Sakit kepala

i. Mendapat kecelakaan pada mata

j. Melihat ganda atau diplopia

k. Kelopak mata bengkak

Oleh sebab itu diperlukan perawatan mata diantaranya pencahayaan yang

digunakan sebaiknya datang dari arah yang tidak mengakibatkan bahan

penglihatan tertutup oleh bayang tubuh. Hindari mengerjakan sesuatu di bawah

penerangan langsung yang terlalu kuat dan rasa silau yang lama akan

menimbulkan keluhan pada mata berupa kelelahan mata.

2.4 Lama Menjahit

Lama kerja merupakan lamanya waktu seseorang pekerja dalam

menjalankan tugas dan kewajibanya dalam mencapai tujuan organisasi. Banyak

penelitian yang menunjukan bahwa perubahan lamanya waktu kerja menimbulkan

perubahan pula pada efisiensi kerja. Waktu / lama kerja bagi seseorang

menentukan efisiensi dan produktifitas kerja. Standar lamanya karyawan bekerja

dalam sehari maksimumnya 8 jam sehari lebih dari itu tidak baik lagi untuk

kesehatan dan mata.

Perilaku dan sikap karyawan dalam mengambil keputusan untuk

melaksanakan tindakan yang tepat dibutuhkan suatu pengalaman kerja / masa

kerja sehingga menimbulkan kepercayaan diri yang tinggi. Kepercayaan diri yang

tinggi yang ditunjang kecakapan kerja yang baik karena sudah berpengalaman

akan menghasilkan hasil kerja yang lebih baik pula (Musni R, 2000: 334).

18

Page 19: Proposal Angel 2012

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik yaitu untuk mengetahui hubungan

intensitas pencahayaan dan lama menjahit dengan kejadian myopia di Pasar Raya

Solok tahun 2012. dengan pendekatan desain crossectional study, dimana variabel

dependen dan independen diteliti pada waktu yang bersamaan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Raya Solok tahun 2012 pada bulan

Agustus-September 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penjahit yang ada di Pasar

Raya Padang tahun 2007 sebanyak 100 orang penjahit. Semua populasi dijadikan

subjek penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Adapun cara pengumpulan data yaitu dengan wawancara menggunakan

kuesioner kepada responden seperti data identitas, alamat tempat tinggal, lama

kerja dengan melakukan pengamatan langsung ke lingkungan kerja responden dan

hasil pengukuran pencahayaan mengunakan lux meter dengan cara lokal

ilumination yaitu ruangan dibagi secara diagonal diambil 9 titik pengukuran.

19

19

Page 20: Proposal Angel 2012

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Pasar dan pengamatan langsung ke

Pasar Raya Solok berupa jumlah penjahit yang ada tahun 2012.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data di lakukan melalui beberapa tahapan proses. Data di olah

secara komputerisasi dengan tahapan pengolahan sebagai berikut:

3.5.1 Editing

Data yang telah dikumpulkan kemudian diperiksa. Bila terdapat kesalahan

dalam pengumpulan data, data diperbaiki (editing) dengan melengkapi jawaban

yang kurang. Kegiatan editing ini bertujuan untuk menjaga kualitas data agar

dapat diproses lebih lanjut. Proses editing dilaksanakan di tempat pengumpulan

data, sehingga apabila terdapat kesalahan, maka upaya pembetulan dapat segera

dilakukan, misalnya dengan menayakan kembali perihal jawaban yang meragukan

kepada responden.

3.5.2 Coding

Coding (pengkodean) adalah usaha mengklasifikasikan jawaban menurut

kriteria tertentu, dimana jawaban responden diklasifikasikan dengan kode angka.

3.5.3 Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry, apakah

ada kesalahan atau tidak.

3.5.4 Processing

Merupakan kegiatan pengolahan data mentah menjadi data jadi yang siap

dibaca.

20

Page 21: Proposal Angel 2012

3.6 Analisis data

3.6.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dimaksudkan untuk melihat gambaran distribusi

frekuensi dari setiap variabel independen yaitu intensitas pencahyaan dan lama

kerja dan variabel dependen yaitu kejadian myopia pada penjahit dengan

wawancara menggunakan kuesioner.

3.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan hubungan

intensitas pencahayaan dan lama kerja dengan kejadian myopia pada penjahit di

Pasar Raya Solok tahun 2012.

Data yang dikumpulkan tersebut dianalisa dengan uji statistik chi-square

(X2), dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hubungan dikatakan bermakna

apabila P < 0,05.

3.7 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

21

Intensitas Pencahayaan

Lama menjahit

Kejadian Myopia pada Penjahit di Pasar Raya Solok Tahun 2012

Page 22: Proposal Angel 2012

3.8 Definisi Operasional

No Variabel Defenisi OperasionalPengukuran Skala

UkurCara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

1 Kejadian myopia

Kerusakan pada mata Pengamatan Pinhoul 0. Myopia

1. Bukan myopia

Ordinal

2 Pencahayaan Intensitas pencahayaan yang diukur dengan lux meter pada ruangan kerja pekerja penjahit di pasar raya

Obsevasi Lux meter 0. Tidak memenuni syarat apabila < 100 lux – 199 lux

1. Memenuhi syarat apabila > 200 lux – 299 lux

Ordinal

3 Lama Kerja Lama responden bekerja tiap hari

Wawancara Kuesioner 0. Tidak baik > dari 8 jam/ hari

1. Baik apabila ≤ 8 jam/hari

Ordinal

3.9 Hipotesis

3.9.1 Terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas pencahayaan dengan

kejadian myopia pada mata penjahit di Pasar Raya Solok tahun 2012.

3.9.2 Terdapat hubungan yang bermakna antara lama bekerja dengan kejadian

myopia pada mata penjahit di Pasar Raya Solok tahun 2012.

22

Page 23: Proposal Angel 2012

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA MENJAHIT TERHADAP TIMBULNYA MYOPIA PADA TENAGA KERJA PENJAHIT DI PASAR

RAYA SOLOK TAHUN 2012

PROPOSAL PENELITIAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitiandalam Rangka Penulisan Skripsi pada

Program Sarjana stikes fortde kock

Oleh anggel vamila sariNim : 0812401412

STIKES FORT DEKOCKBUKITINGGI

2012

23