Revisi Proposal Penelitian 2012

57
A. LATAR BELAKANG Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan pemerintah daerah. Pemerintah daerah bisa lebih mudah untuk mengembangkan diri dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah, sebagai penerapan (implementasi) tuntutan globalisasi yang sudah seharusnya lebih memberdayakan daerah dengan cara diberikan kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab. Terutama dalam mengatur, 1

description

Menghitung PDRB guna mengetahui sektor-sektor yang potensial

Transcript of Revisi Proposal Penelitian 2012

Page 1: Revisi Proposal Penelitian 2012

A. LATAR BELAKANG

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus penting dalam rangka memperbaiki

kesejahteraan masyarakat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah

daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Ini merupakan kesempatan yang

sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan

kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh

kemampuan dan kemauan pemerintah daerah. Pemerintah daerah bisa lebih mudah untuk

mengembangkan diri dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar

ketentuan perundang-undangan.

Pelaksanaan otonomi daerah, sebagai penerapan (implementasi) tuntutan globalisasi yang

sudah seharusnya lebih memberdayakan daerah dengan cara diberikan kewenangan yang lebih

luas, lebih nyata dan bertanggung jawab. Terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan

menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing.

Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah antara lain adalah membantu

pemerintah pusat untuk beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan daerah. Dengan

demikian pusat berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan

global dan mengambil manfaat daripadanya. Pada saat yang sama pemerintah pusat diharapkan

lebih mampu berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro (luas atau yang bersifat umum

dan mendasar) nasional yang bersifat strategis. Di lain pihak, dengan desentralisasi daerah akan

1

Page 2: Revisi Proposal Penelitian 2012

mengalami proses pemberdayaan yang optimal. Kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah

daerah akan terpacu, sehingga kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi di

daerah akan semakin kuat.

Didalam UU No. 32 Tahun 2004 Kewenangan provinsi menurut pasal 13 dapat diuraikan

sebagai berikut :

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah propinsi meliputi :

a) perencanaan dan pengendalian pembangunan

b) perencanaan, pemanfaatan, dan pengwasan tata ruang

c) penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

d) penyediaan sarana dan prasarana umum

e) penanganan bidang kesehatan

f) penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial

g) penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota

h) pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/ kota

i) fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah termasuk lintas

kabupaten/kota

j) pengendalian lingkungan hidup

k) pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/ kota

2

Page 3: Revisi Proposal Penelitian 2012

l) pelayanan kependudukan, dan catatan sipil

m) pelayanan administrasi umum pemerintahan

n) pelayanan administrasi penanaman modal, termasuk lintas kabupaten/kota

o) penyelenggraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh

kabupaten/kota, dan

p) urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 Kewenangan kabupaten/kota diatur dalam pasal 14

yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a) perencanaan dan pengendalian pembangunan

b) perencanaan, pemanfaatan, dan pengwasan tata ruang

c) penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat

d) penyediaan sarana dan prasarana umum

e) penanganan bidang kesehatan

f) penyelenggaraan pendidikan

g) penanggulangan masalah sosial

h) pelayanan bidang ketenagakerjaan

3

Page 4: Revisi Proposal Penelitian 2012

i) fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah

j) pengendalian lingkungan hidup

k) pelayanan pertanahan

l) pelayanan kependudukan, dan catatan sipil

m) pelayanan administrasi umum pemerintahan

n) pelayanan administrasi penanaman modal,

o) penyelenggraan pelayanan dasar lainnya dan

p) urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan

Berdasarkan uaraian Kewenangan pemerintah Provinsi dan pemerintah Kabupaten yang

tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004 di atas, ada beberapa kewenangan yang berhubungan

dengan perencanaan dan pengendalian pembangunan dan pelayanan dibidang ketenagakerjaan,

penanggulangan masalah sosial dan penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya

manusia potensial.

Pertumbuhan ekonomi daerah sangat dipengaruhi oleh kuantitas maupun kualitas

sumberdaya yang dimilikinya, baik sumberdaya fisik (kekayaan alam) maupun sumberdaya

manusia. Sumberdaya manusia tidak hanya jumlah penduduk dan tingkat pendidikannya, namun

juga pandangan hidup mereka, tingkat kebudayaan, sikap atau penilaian mereka terhadap

4

Page 5: Revisi Proposal Penelitian 2012

pekerjaan dan besar kecilnya keinginan untuk memperbaiki diri secara kreatif dan otonom

(Todaro, 2000, 46).

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap

sebagai faktor yang positif dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang

lebih besar berarti menambah jumlah tenaga produktif dan pertumbuhan penduduk yang lebih

besar berarti makin besar ukuran pasar domestiknya. Namun demikian, pertumbuhan penduduk

baik positif maupun negatif bagi pembangunan ekonomi tergantung pada kemampuan sistem

perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan

tenaga kerja tersebut. Oleh karena itu, informasi mengenai kesempatan kerja secara sektoral

sangat diperlukan dalam menyusun perencanaan pembangunan ekonomi daerah (Purwanti,2009,

PIRAMIDA Vol V No. 1)

1.Permasalahan

Jumlah Penduduk Kabupaten Kulon Progo tahun 2009 menurut Hasil Proyeksi Survei

Penduduk Antar Sensus (SUPAS 2005) sebanyak 374.921 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki

183.892 jiwa (49,05 persen) dan penduduk perempuan 191.029 jiwa (50,95 persen).

Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 1980, jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo

tercatat sebesar 380.685 jiwa. Sex rasio sebesar 95, yang artinya terdapat 95 penduduk laki-laki

di setiap 100 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 58.627,54 km2, maka kepadatan

penduduk Kabupaten Kulon Progo tahun 1980 sebesar 649 jiwa per km2.

5

Page 6: Revisi Proposal Penelitian 2012

Pada Sensus Penduduk 1990 penduduk Kabupaten Kulon Progo turun menjadi 372.309

jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk -0,22. Rasio jenis kelamin tercatat 96 dan kepadatan

penduduknya menjadi 635 jiwa per km2. Dengan laju pertumbuhan -0,04, penduduk Kabupaten

Kulon Progo menurut Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000 tercatat sebanyak 370.944 jiwa. Sex

rasio sebesar 97 dan kepadatan penduduknya mencapai 633 jiwa per km2.

Penduduk merupakan modal penting dalam pelaksanaan pembangunan. Namun bila laju

pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan. Oleh karena

itu, masalah pengendalian laju pertumbuhan penduduk menjadi perhatian pemerintah.

Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan jumlah penduduk yang

masuk dalam pasar kerja. Jumlah pencari kerja baru pada tahun 2009 sebanyak 6.912 orang

dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 508 orang (4,75 persen), setingkat SLTP 1.153 orang

(10,78 persen), SLTA sederajat 5.467 orang (51,12 persen), Diploma 1.823 orang (17,05 persen),

dan sarjana 1.744 orang (16,31 persen). Secara total, jumlah pencari kerja baru pada tahun 2009

ini mengalami peningkatan cukup drastis sebesar 54,73 persen pada tahun sebelumnya (jumlah

pencari kerja tahun 2008 hanya sebesar 6.912 orang).

Yang dimaksud dengan penduduk usia kerja menurut Survei Angkatan kerja Nasional

(sakernas) adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dirinci menjadi penduduk yang termasuk

angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Pada tahun 2009 jumlah penduduk usia kerja sebesar

303.722 orang yang dirinci sebanyak 146.381 penduduk laki-laki dan 157.341 penduduk

6

Page 7: Revisi Proposal Penelitian 2012

perempuan. Di antara penduduk usia kerja tersebut, mereka yang tergolong sebagai angkatan

kerja tercatat 222.551 orang, 212.963 orang dengan status bekerja dan 9.588 orang merupakan

pengangguran. Dari jumlah penduduk yang bekerja (212.963 orang) sebanyak 46,01 persen

bekerja pada sektor pertanian, 18,99 persen penduduk usia bekerja bekerja pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran, 12,01 persen bekerja pada sektor industri, sebanyak 22,99

persen penduduk usia kerja tersebar pada enam sektor yang lain yaitu sektor pertambangan dan

penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi,sektor pengangkutan dan

komunikasi, sektor lembaga keuangan dan sektor jasa-jasa.

Dari latar belakang ini peneliti akan menganalisis lebih dalam tentang analisis

ketersediaan tenaga kerja pada sektor unggulan di Kabupaten Kulon Progo dengan mengangkat

judul:

“ANALISIS KETERSEDIAAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR UNGGULAN

DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2006 – 2009 “

(Mengunakan Metode Employment Surplus Index, Location Quotient and Shift Share)

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka pertanyaan penelitian yang dapat diberikan adalah :

a. Berapakah kesempatan kerja nyata di Kabupaten Kulon Progo yang dipengaruhi oleh laju

pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi DIY, bauran industri dan keunggulan

kompetitif yang dimiliki?

7

Page 8: Revisi Proposal Penelitian 2012

b. Sektor-sektor manakah sebagai sektor basis atau sektor unggulan di Kabupaten Kulon

Progo?

c. Berapakah kekurangan atau kelebihan tenaga kerja yang ada pada sektor-sektor Unggulan

di Kabupaten Kulon Progo?

d. Sektor-sektor apakah yang masih kurang potensial dalam perekonomian Kab.Kulon

Progo dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja yang tersedia?

e. Strategi apakah yang harus diambil untuk meningkatkan sector perekonomian yang masih

kurang potensial?

3. Keaslian Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “ANALISIS KETERSEDIAAN TENAGA KERJA PADA

SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2006 – 2009

“(Mengunakan Metode Employment Surplus Index, Location Quotient and Shift Share) ini

menyajikan hasil analisis yang diolah menggunakan beberapa metode analisis yang dipadukan

dan berdasarkan data ketenagakerjaan Kabupaten Kulon Progo tahun 2006-2009 dan

sepengetahuan peneliti belum ada yang melakukan penelitian ini dengan judul dan tahun yang

sama di Kabupaten Kulon Progo. Berikut ini tabel perbandingan penelitian ini dengan pene litian

terdahulu.

No Nama

Peneliti

Judul

Penelitian

Tahun

Penelitian

Metode yang

digunakan

Hasil Penelitian

1 Ike Yuli Andjani & Adi Irawan

Analisis Ketersediaan tenaga kerja pada sektor unggulan diKabupaten Kulon Progo tahun 2006-

2012 Kualitatif menggunakan Metode Employment Surplus Index, Location Quotient and Shift Share

1. Diketahuinya kesempatan kerja nyatadi Kabupaten Kulon Progo yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi DIY, bauran industri dan keunggulan kompetitif yang dimiliki.

8

Page 9: Revisi Proposal Penelitian 2012

2009 2. Diketahuinya sektor basis atau sektor unggulan di Kabupaten Kulon Progo.

3. Diketahuinya kekurangan atau kelebihan tenaga kerja yang ada pada sektor-sektor Unggulan di Kabupaten Kulon Progo.

4. Diketahuinya sektor yang masih kurang potensial dalam perekonomian Kab.Kulon Progo dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja yang tersedia.

5. Diketahuinya strategi yang harus diambil untuk meningkatkan sector perekonomian yang masih kurang potensial

2 Puri Wuryandari

Analisis Potensi Ekonomi Sektoral Propinsi Jawa Tengah Tahun 1993 – 2000

2003 Metode Kuantitatif menghitung potensi ekonomi Propinsi Jawa Tengah dengan alat analisis Locational Quotient ( LQ ) dan Shift Share ( SSA )

Sektor basis di Jawa Tengah:

1. Ditinjau dari sisi PDRB adalah Pertanian, Industri Pengolahan, Perdagangan, hotel dan restoran, jasa- jasa,

2. Sementara jika ditinjau dari sisi tenaga kerja maka yang menjadi sektor basis adalah Industri Pengolahan, Perdagangan,hotel dan restoran serta sektor Jasa-jasa.

3. Propinsi Jawa Tengah mulai beralih dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri

3 Handayani Astuti

Analisis potensi sektor ekonomi kota dan kabupaten di

Menghitung potensi ekonomi dengan metode perhitungan

Dari hasil analisis data diketahui bahwa:

1. Pertumbuhan ekonomi sektoral Kota Yogyakarta dan

9

Page 10: Revisi Proposal Penelitian 2012

propinsi daerah Istimewa Yogyakarta dalam pelaksanaan pembangunan di era otonomi daerah tahun 1998-2001

basis Kabupaten Sleman mendapat kontribusi terbesar dari Sektor Pedagangan, Hotel, dan Restoran, dan laju pertumbuhan tertinggi di Sektor Industri Pengolahan.

2. Kontribusi terbesar Kabupaten Bantul berasal dari Sektor Pertanian, sedangkan laju pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.

3. Kabupaten Gunung Kidul mendapat kontribusi terbesar dari Sektor Pertanian, dan laju pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Jasa-jasa.

4. Kontribusi terbesar Kabupaten Kulon Progo diperoleh dari Sektor Pertanian, dan laju pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Industri Pengolahan.

4 Ike Yuli Andjani & Adi Irawan

Perbandingan Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Bantu dengan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2006-2009

2011 Metode Kuantitatif dengan menghitung potensi ekonomi Kabupaten Bantul dan Kulon Progo berdasarkan PDRB harga konstan dengan alat analisis Shift Share, Location Quotient dan Tipologi Klasen.

Dari penelitian ini kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:1. Perkembangan potensi

ekonomi di Kabupaten Bantul maupun Kabupaten Kulon Progo dari tahun ketahun terus meningkat, namun tidak pada semua sektor ataupun sub sector

2. Perbandingan potensi ekonomi antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon Progo menggunakan tiga metode yaitu dapat disimpulkan bahwa sektor unggulan Kabupaten Bantul adalah sektor industri pengolahan dan sektor Pertanian. Sedangkan untuk Kabupaten Kulon Progo adalah sektor pertanian dan industri pengolahan. Untuk sektor yang

10

Page 11: Revisi Proposal Penelitian 2012

bukan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Bantul adalah sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Untuk kabupaten Kulon Progo adalah sektor kontruksi.

4.Faedah yang Diharapkan

a. Sebagai bahan informasi kepada pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo untuk

dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun rencana pembangunan dan kebijakan

dalam bidang ketenagakerjaan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.

b. Sebagai bahan informasi untuk peneliti lain ataupun pembaca maupun pihak yang

berkepentingan dalam permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui besar kesempatan kerja nyata di Kabupaten Kulon Progo yang

dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi DIY, bauran industri

dan keunggulan kompetitif Kabupaten Kulon Progo.

2) Untuk mengetahui sektor- sektor basis atau sektor unggulan di Kabupaten Kulon Progo.

11

Page 12: Revisi Proposal Penelitian 2012

3) Untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan tenaga kerja yang ada pada sektor-sektor

Unggulan di Kabupaten Kulon Progo

4) Untuk mengetahui sektor yang masih kurang potensial dalam perekonomian Kab.Kulon

Progo dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja yang tersedia

5) Untuk mengetahui Strategi apakah yang harus diambil untuk meningkatkan sector

perekonomian yang masih kurang potensial.

C. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu yaitu penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui: potensi perekonomian, sektor perekonomian basis, sektor

perekonomian yang masih kurang potensial dan strategi apakah yang akan digunakan untuk

meningkatkan sektor perekonomian yang kurang potensial menjadi sektor perekonomian

andalan suatu daerah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menghitung

seberapa besar :

a) Kesempatan kerja nyata di Kabupaten Kulon Progo yang dipengaruhi oleh laju

pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi DIY, bauran industri dan keunggulan

kompetitif yang dimiliki.

12

Page 13: Revisi Proposal Penelitian 2012

b) Kekurangan atau kelebihan tenaga kerja yang ada pada sektor-sektor Unggulan di

Kabupaten Kulon Progo.

Berikut hasil penelitian terdahulu yang menjadi tinjauan pustaka bagi penelitian ini :

1. Puri Wuryandani (2003)

Penelitian berjudul “ Analisis Potensi Ekonomi Sektoral Propinsi Jawa Tengah Tahun

1993 – 2000 “, yang berisi perhitungan untuk menentukan potensi ekonomi daerah khususnya

daerah Jawa Tengah yang menggunakan data sekunder dengan runtut waktu ( time series ) mulai

tahun 1993 sampai dengan tahun 2000.

Adapun data yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto ( PDB ), Produk

Domestik Regional Bruto ( PDRB ), data tenaga kerja di Jawa Tengah dan data tenaga kerja di

Indonesia. Penggunaan dua jenis data PDRB dan tenaga kerja dalam perhitungan potensi

ekonomi daerah ditujukan untuk melihat potensi sektor di Propinsi Jawa Tengah ditinjau dari sisi

PDRB dan tenaga kerjanya. Dari data yang diperoleh dianalisis dengan alat analisis Locational

Quotient ( LQ ) dan Shift Share ( SSA ) yang kemudian keduanya digabungkan.

Hasil penelitian tersebut menuujukkan bahwa yang menjadi sektor basis di Jawa

Tengah ditinjau dari sisi PDRB adalah Pertanian, Industri Pengolahan, Perdagangan,hotel dan

restoran, jasa- jasa, sementara jika ditinjau dari sisi tenaga kerja maka yang menjadi sektor basis

adalah Industri Pengolahan, Perdagangan,hotel dan restoran serta sektor Jasa-jasa.

Berdasarkan hasil analisis data, saran-saran yang dapat digunakan adalah karena sektor

pertanian semakin lama kontribusinya semakin kecil baik dari sisi PDRB maupun tenaga kerja

maka diperlukan perhatian yang serius dan diperlukan pembenahan terutama dalam hal teknologi

yang berkaitan dengan sektor pertanian, sementara sektor Industri Pengolahan semakin lama

13

Page 14: Revisi Proposal Penelitian 2012

kontribusinya semakin meningkat terutama dalam hal penyerapan tenaga kerjanya. Hal ini

menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Tengah mulai beralih dari masyarakat agraris menuju

masyarakat industri.( http://diligib.uns.ac.id/upload/dokumen)

2. Handayani Astuti

Dengan judul penelitian Analisis potensi sektor ekonomi kota dan kabupaten di propinsi

daerah Istimewa Yogyakarta dalam pelaksanaan pembangunan di era otonomi daerah. Tujuan

dari penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui gambaran kontribusi sektoral terhadap

PDRB dan laju pertumbuhan PDRB secara sektoral dari tahun 1998-2001, yang kedua untuk

mengetahui sektor-sektor yang menjadi basis perekonomian di masing-masing kota dan

kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam melaksanakan pembangunan di era

otonomi daerah ditinjau dari PDRB, dan yang ketiga untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi

potensial, agar mampu dikembangkan menjadi sector basis oleh masing-masing kota dan

kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini

yaitu selain agar dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran dan bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan oleh instansi-instansi terkait, juga diharapkan dapat dijadikan bahan

perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Dari hasil analisis data diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi sektoral Kota Yogyakarta

dan Kabupaten Sleman mendapat kontribusi terbesar dari Sektor Pedagangan, Hotel, dan

Restoran, dan laju pertumbuhan tertinggi di Sektor Industri Pengolahan. Kontribusi terbesar

Kabupaten Bantul berasal dari Sektor Pertanian, sedangkan laju pertumbuhan sektoral tertinggi

berada di Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. Kabupaten Gunung Kidul mendapat kontribusi

terbesar dari Sektor Pertanian, dan laju pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Jasa-jasa.

14

Page 15: Revisi Proposal Penelitian 2012

Kontribusi terbesar Kabupaten Kulon Progo diperoleh dari Sektor Pertanian, dan laju

pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Industri Pengolahan. Menjawab permasalahan

kedua diketahui bahwa Kota Yogyakarta memiliki basis perekonomian pada: (i) Sektor Listrik,

Gas, dan Air Bersih; (ii) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; (iii) Sektor Pengangkutan dan

Komunikasi; (iv) Sektor Keuangan; (v) Sektor Jasa-jasa. Kabupaten Sleman memiliki basis

perekonomian pada: (i) Sektor Industri Pengolahan; (ii) Sektor Bangunan; (iii) Sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (iv) Sektor Keuangan.Kabupaten Bantul memiliki basis

perekonomian pada: (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Industri Pengolahan, (iii) Sektor Bangunan;

(iv) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Kabupaten Gunung Kidul memiliki basis

perekonomian pada: (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Pertambangan dan Galian; (iii) Sektor

Bangunan. Kabupaten Kulon Progo memiliki basis perekonomian pada Sektor Pertanian dan

Sektor Jasa-jasa. Sedangkan sektor-sektor potensial yang dapat dikembangkan di Kota

Yogyakarta adalah Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Bangunan. Sektor-sektor potensial di

Kabupaten Sleman adalah : (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Jasa-jasa; (iii) Sektor Listrik, Gas,

dan Air Bersih; (iv) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (v) Sektor Pertambangan dan Galian.

Sektor potensial Kabupaten Bantul berada di (i) Sektor Pertambangan dan Galian; (ii) Sektor

Jasa-jasa; (iii) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (iv) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi;

(v) Sektor Keuangan. Sektor-sektor potensial yang dapat dikembangkan di Kabupaten Gunung

Kidul adalah : (i) Sektor Industri Pengolahan; (ii) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (iii) Sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (iv) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (v) Sektor

Keuangan, (vi) Sektor Jasa-jasa. Sektor-sektor potensial yang ada di Kabupaten Kulon Progo

adalah : (i) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, (ii) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran;

(iii) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (iv) Sektor Keuangan.

15

Page 16: Revisi Proposal Penelitian 2012

Saran yang dapat diberikan guna tercapainya tujuan pembangunan di kota dan kabupaten

di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu: pengoptimalisasian pengembangan sektor-sektor

potensia tanpa mengabaikan sektor basis yang telah ada, kedua mempromosikan potensi masing-

masing daerah guna menarik investor baik dari luar negeri ataupun dari luar daerah, yang ketiga

adalah penerangan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pembangunan di era otonomi

daerah, dan mengarahkan masyarkat untuk lebih aktif dalam usaha- usaha yang berada di lingkup

sektor basis dan sektor potensial, dan yang kekempat yaitu perlu adanya penelitian yang lebih

lengkap dengan analisis yang lebih canggih. (digilib.uns.ac.id/abstrak.pdf.)

3. Ike Yuli Andjani & Adi Irawan (2011)

Dengan Judul “ Perbandingan Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Bantul dengan

Kabupaten Kulon Progo Tahun 2006-2009” Menggunakan pendekatan Analisis Shift Share,

Location Quotient dan Tipologi Klasen.

Tujuan Penelitian ini adalah

1) perkembangan potensi ekonomi kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.

2) Sektor-sektor unggulan antara kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.

3) Sektor-sektor perekonomian yang masih kurang potensial untuk lebih ditingkatkan.

4) perbandingan potensi ekonomi antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon Progo.

Data yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto ( PDB ), Produk Domestik Regional

Bruto ( PDRB ) Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Provinsi DIY. Penggunaan data

16

Page 17: Revisi Proposal Penelitian 2012

PDRB ketiga daerah dalam perhitungan potensi ekonomi daerah ditujukan untuk melihat potensi

sektor di Kabupaten Bantul dan Kulon Progo ditinjau dari sisi PDRB. Dari data yang diperoleh

dianalisis dengan alat analisis Locational Quotient ( LQ ) dan Shift Share ( SSA ) dan Tipologi

Klasen yang kemudian digabungkan.

Dari penelitian ini kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan potensi ekonomi di Kabupaten Bantul maupun Kabupaten Kulon Progo dari

tahun ketahun terus meningkat, namun tidak pada semua sektor ataupun sub sektor,

2. Sektor unggulan Kabupaten Bantul dan Kabuparen Kulon Progo

a. Metode Shift Share

Dari hasil analisis menggunakan metode Shift Share di Kabupaten Bantul dan Kabupaten

Kulon Progo menunjukkan sektor yang memiliki keunggulan/daya saing paling

competitive adalah:

Kabupaten Bantul

1. Sektor Industri Pengolahan pada sub.sektor industri bukan migas pada kelompok sub.

Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki serta sub. Industri kayu dan barang

kayu lainya.

2. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran pada sub.sektor restoran .

3. Sektor Pengangkutan dan komunikasi pada sub.sektor pengangkutan sub.angkutan

jalan raya nilai

4. Sektor Pertanian pada sub.sektor tanaman bahan pangan serta sub.sektor peternakan

dan hasil-hasilnya

Kabupaten Kulon Progo:

1. Sektor Pertanian pada sub.sektor tanaman bahan pangan

17

Page 18: Revisi Proposal Penelitian 2012

2. Sektor Industri Pengolahan pada sub. Industri kayu dan barang kayu lainya.

b. Metode Location Quotient

Dari hasil analisis menggunakan metode Location Quotient menunjukkan bahwa :

Kabupaten Bantul memiliki sub.sektor basis pada beberapa sektor yang ada. Dari

sektor pertanian sub.sektor yang merupakan sektor basis adalah sub.sektor tanaman

bahan makanan, tanaman perkebunan serta peternakan dan hasil-hasilnya. Pada Sektor

Pertambangan dan penggalian sub.sektor penggalian yang merupakan sub.sektor basis.

Untuk sektor Industri bukan migas sub.sektor yang merupakan sub.sektor basis paling

tinggi adalah sub.sektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, kemudian disusul

sub.sektor makanan, minuman dan tembakau, selanjutnya ada sub sektor pupuk, kimia

dan barang dari karet, Semen dan barang galian bukan logam dan yang terakhir adalah

kayu dan barang dari kayu lainnya. Selanjutnya sektor kontruksi pun merupakan sektor

basis di Kabupaten Kulon Progo. Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran hanya

sub.sektor perdagangan besar dan eceran yang merupakan sektor basis di Kabupaten

Bantul. Serta sektor keuangan, persewaan dan jasa penunjang pada sub.sektor lembaga

keuangan bukan bank.

Pada Kabupaten Kulon Progo dari hasil analisis menggunakan metode Location

Quotient sub.sektor yang berada pada sektor pertanian semuanya merupakan sektor basis.

Sub. Sektor penggalian pun menjadi sektor basis di Kabupaten Kulon Progo. Kemudian

pada Sektor Insudri pengalahan yang merupaka sektor basis adalah makanan minuman

dan tembakau, Kayu dan barang dari kayu lainnya, pupuk kimia dan barang dari karet,

Semen dan barang galian bukan logam, serta alat angkutan mesin dan peralatannya. Pada

18

Page 19: Revisi Proposal Penelitian 2012

sekteor perdagangan, hotel dan restoran hanya sub.sektor perdagangan besar dan eceran

yang merupakan sektor basis. Untuk sektor pengangkutan dan komunikasi yang

merupakan sub.sektor basis di Kabupaten Kulon Progo adalah Angkutan jalan rel dan

jasa penunjang komunikasi. Sektor keuangan, persewaan dan jasa penunjang pada

sub.sektor bank, serta sektor jasa-jasa pada sub.sektor administrasi pemerintah dan

pertahanan, jasa pemerintah lainnya.

c. Metode Tipologi Klassen

Dari analisis menggunakan metode Tipologi Klassen dapat disimpulkan bahwa sub.sektor

yang maju dan dapat berkembang dengan pesat adalah sub.sektor peternakan dan hasil-

hasilnya (sektor pertanian), sub.sektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, sub.sektor

kayu dan barang dari kayu lainnya (sektor Industri Pengolahan). Kemudian ada sektor

kontruksi yang juga merupakan sektor maju dan tumbuh dengan pesat di Kabupaten

Bantul serta sub.sektor lembaga keuangan bukan bank.

Pada Kabupaten Kulon Progo sub.sektor yang merupakan sub.sektor maju dan tumbuh

dengan pesat adalah tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-

hasilnya, Kehutanan (sektor pertanian), penggalian (sektor pertambangan dan

penggalian), kayu dan barang dari kayu lainnya, pupuk kimiadan barang dari karet,

semen dan barang galian bukan logam, alat angkutan mesin dan peralatannya (sektor

industri pengolahan), dan yang terakhir adalah sub.sektor angkutan jalan raya.

19

Page 20: Revisi Proposal Penelitian 2012

3. Sektor-sektor perekonomian yang masih kurang potensial dari kedua kabupaten tersebut

adalah:

a. Metode Analisis Shift Share

Dari analisis menggunakan metode shift share pada Kabupaten Bantul sektor - sektor

yang kurang kompetitive adalah Sektor Industri Pengolahan pada sub.sektro Industri

makanan, minuman dan tembakau, sub.sektor Industri pupuk, kimia dan barang dari

karet, kemudian Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Untuk Kabupaten Kulon Progo sektor sektor yang kurang kompetitive adalah Sektor

Industri Pengolahan pada sub.sektor Industri makanan, minuman dan tembakau dan

sub.sektor Industri pupuk, kimia dan barang dari karet, kemudian sektor Keuangan,

Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta sektor Jasa-jasa.

b. Metode Analisis Location Quotient

Hasil analisis menggunakan metode Location Quotient di Kabupaten Bantul yang

merupakan sub.sektor non basis adalah sub.sektor Kehutanan, perikanan (Sektor

pertanian), Kertas dan barang cetakan, alat angkutan mesin dan peralatannya, barang

lainnya (sektor industri pengolahan), air bersih (sektor listrik, gas dan air bersih), hotel,

restoran (sektor perdagangan, hotel dan terstoran) kemudian sektor pengangkutan dan

komunikasi di Kabupaten Bantul bukan merupakan sektor basis. Sektor Keuangan,

persewaan dan jasa penunjang serta sektor jasa jasa juga merupaka sektor non basis di

kabupaten bantul.

Pada Kabupaten Kulon Progo menunjukkan sub.sektor non basis antara lain tekstil barang

dari kulit dan alas kaki, kertas dan barang cetakan, barang lainnya (sektor Industri

20

Page 21: Revisi Proposal Penelitian 2012

Pengolahan), sektor Listrik, gas dan air bersih, sektor kontruksi, sektor perdagangan,

hotel dan restoran pada sub.sektor hotel dan restoran, kemudian sektor pengangkutan dan

komunikasi pada sub.sektor angkutan rel, jasa penunjang angkutan dan pos dan

telekomunikasi. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada sub.sektor

lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, real estat, jasa perusahaan.

Sektor jasa-jasa pada jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, jasa

perorangan dan rumah tangga.

c. Metode Analisis Tipologi Klassen

Hari hasil menggunakan analisis tipologi klassen sub.sektor yang relatif masih tertinggal

di Kabupaten Bantul adalah sub.sektor kertas dan barang cetakan, barang lainnya, listrik,

hotel, restoran, pos dan telekomunikasi, bank, real estat, serta jasa hiburan dan rekreasi.

Pada kabupaten Kulon Progo sektor yang berada pada Kuadran IV yaitu sub.sektor yang

relatif tertinggal adalah sektor kontruksi, sub.sektor restoran, Jasa penunjang angkutan,

pos dan telekomunikasi, serta jasa perusahaan.

4. Perbandingan potensi ekonomi antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon Progo

menggunakan tiga metode yaitu metode dapat disimpulkan bahwa sektor unggulan Kabupaten

Bantul adalah sektor industri pengolahan dan sektor Pertanian. Sedangkan untuk Kabupaten

Kulon Progo adalah sektor pertanian dan industri pengolahan. Untuk sektor yang bukan

merupakan sektor unggulan di Kabupaten Bantul adalah sektor Keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Untuk kabupaten Kulon Progo adalah sektor kontruksi.

21

Page 22: Revisi Proposal Penelitian 2012

D. LANDASAN TEORI

I. Pembangunan Ekonomi

1.Proses Pembangunan Ekonomi

Proses pembangunan ekonomi dibagi menjadi 4 (empat) tahap sebagai berikut ( Arsyad,

1997: 24 ) :

Tahap pertama adalah proses perencanaan (ekonomi). Ditetapkan dan diterjemahkan

kedalam target kuantitatif untuk pertumbuhan, penciptaan kesempatan kerja, distribusi

pendapatan, pengurangan kemiskinan, dan lainnya.

Tahap kedua adalah mengukur ketersediaan sumber daya yang langka selama periode

perencanaan tersebut, misalnya: tabungan, bantuan luar negeri, penerimaan pemerintah,

penerimaan eksport, tenaga kerja yang terlatih, dan lainnya. Kesemuanya itu bersama

keterbatasan administrasi dan organisasi, merupakan kendala (constraints) yang mengendalai

kemampuan perekonomian tersebut untuk mencapai target – targetnya.

Tahap ketiga, hampir semua dari upaya ekonomi ditujukan untuk memilih berbagai cara

(kegiatan dan alat) yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan nasional. Pada tahap ini

ditetapkan proyek – proyek investasi, seperti jalan raya, jaringan irigasi, pabrik – pabrik,

pusat – pusat kesehatan. Yang termasuk perencanaan nasional : kebijaksanaan – kebijaksanaa

harga, seperti nilai kurs, tingkat suku bunga, upah, pengaturan pajak, atau subsidi yang

semuanya ini merangsang perusahaan– perusahaan swasta untuk mengembangkan tujuan–

tujuan pembangunan nasional, dan perubahan keuangan (perbankan) atau penataan kembali

sektor pertanian, yang bisa mengurang hambatan – hambatan untuk mengubah dan

mendukung kegiatan–kegiatan pembangunan lainnya.

22

Page 23: Revisi Proposal Penelitian 2012

Tahap keempat, perencanaan mengerjakan proses pemilihan kegiatan–kegiatan yang

mungkin dan penting untuk mencapai tujuan nasional (welfare function) tanpa terganggu

oleh adanya kendala– kendala sumber daya dan organisasional. Hasil dari proses ini adalah

strategi pembangunan (development strategy) atau rencana yang mengatur kegiatan–kegiatan

yang akan dilakukan selama beberapa tahun (biasanya 5 tahun). (Arsyad, 1997: 24)

2. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian pembangunan ekonomi sangat luas, bukan hanya sekedar bagaimana

menaikan GNP per tahun saja. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan –

kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

hidup masyarakat. Berdasarkan batasan tersebut maka pembangunan ekonomi dapat

didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu

negara dapat meningkat dalam jangka panjang. Maka dari definisi tersebut, pembangunan

ekonomi mempunyai 3 sifat penting, yaitu bahwa pembangunan ekonomi merupakan :

1. Suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus.

2. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan per – kapita.

3. Kenaikan pendapatan per – kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai proses agar saling berkaitan dan

saling mempengaruhi antara faktor–faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi

sehingga dapat dilihat dan dianalisis. Dengan cara tersebut bisa diketahui deretan peristiwa

yang timbul dan akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan

masyarakat dari satu tahap ke tahap berikutnya (Arsyad, 1997:11).

23

Page 24: Revisi Proposal Penelitian 2012

Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan ekonomi, karena

pertumbuhan hanya meliputi kenaikan output produksi yang menyebabkan kenaikan pada

pendapatan, tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada

tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau

tidak. Jadi pembangunan selalu dibarengi dengan adanya pertumbuhan, sedangkan

pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan. Dengan demikian suatu

perekonomian dapat dikatakan sedang berkembang apabila pendapatan per–kapita

menunjukkan kecenderungan (trend) jangka panjang yang meningkat. Namun demikian tidak

berarti bahwa pendapatan per – kapita akan mengalami kenaikan terus menerus. Adanya

resesi ekonomi, kekacauan politik, dan penurunan ekspor misalnya, dapat mengakibatkan

suatu perekonomian mengalami penurunan tingkat kegiatan ekonominya. Jika keadaan

demikian hanya bersifat sementara, dan kegiatan ekonomi secara rata – rata meningkat dari

tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapat dikatakan mengalami pembangunan

ekonomi.

Pengertian pembangunan ekonomi secara tidak langsung menyatakan bahwa untuk

melihat laju pembangunan suatu negara dan perkembangan tingkat kesejahteraan

masyarakatnya, maka tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan

merupakan salah satu syarat utama.

3. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi

1. Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Dalam pertumbuhan regional tidaklah semua sama dengan apa yang dikemukakan pada

pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini di sebabkan pada analisa pertumbuhan ekonomi

24

Page 25: Revisi Proposal Penelitian 2012

regional lebih ditekankan pada pengaruh perbedaan karakteristik daerah terhadap

pertumbuhan ekonomi. Tetapi pertumbuhan ekonomi regional dan pertumbuhan ekonomi

nasional juga mempunyai ciri yang sama, yaitu memberi tekanan pada unsur waktu yang

merupakan faktor penting dalam analisa pertumbuhan ekonomi.

Pada pembangunan ekonomi regional memberikan tekanan pada unsur region, maka

faktor-faktor yang mejadi perhatian juga berbeda dengan apa yang ada pada pertumbuhan

ekonomi nasional. Pada teori pertumbuhan ekonomi nasional faktor-faktor yang perlu

diperhatikan adalah modal, lapangan pekerjaan dan kemajuan teknologi. Akan tetapi pada

teori pertumbuhan ekonomi regional faktor-faktor yang mendapat perhatian utama adalah

keuntungan lokasi, aglomerasi dan arus lalu lintas modal antar wilayah. Karena perbedaan

faktor-faktor tersebut maka analisa pertumbuhan ekonomi regional berbeda dengan teori-

teori dalam menganalisaatumbuhan ekonomi nasional.

Teori-teori yang dapat digunakan dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi regional

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Teori lokasi

Terdapat tiga kelompok dalam pemaparan tentang teori lokasi. Kelompok pertama

sering dinamakan sebagai pembela prinsip-prinsip Least Cost Theory, yang menekankan

analisa pada aspek produksi dan mengabaikan unsur pasar dan permintaan. Analisa dari

aliran Least Cost Theory didasarkan pada asumsi pokok antara lain : a) lokasi pasar dan

sumber bahan baku telah tertentu, b) sebagai bahan baku adalah Localized materials, c) tidak

terjadi perubahan teknologi, d) ongkos transport tetap untuk setiap kesatuan produksi

dan jarak. Kelompok kedua dinamakan Market Area Theory dimana faktor permintaan lebih

penting artinya dalam pemilihan lokasi. Teori ini disusun atas dasar beberapa asumsi utama

25

Page 26: Revisi Proposal Penelitian 2012

yaitu: a) konsumen tersebar secara merata ke seluruh tempat, b) bentuk persamaan

permintaan dianggap sama, c) ongkos angkut untuk setiap kesatuan produksi dan jarak

adalah sama. Kelompok yang ketiga dinamakan Bid Rent Theory, dimana pemilihan lokasi

perusahaan industri lebih banyak ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menyewa

tanah. Teori ini lebih banyak berlaku di daerah perkotaan yang harga sewa dan tanah sangat

tinggi. Teori ini juga disusun atas dasar beberapa asumsi tertentu yaitu : a) terdapat seluas

tanah yang dapat dimanfaatkan dan tingkat kesuburan yang sama, b) ditengah tanah tersebut

terdapat sebuah pusat produksi dan konsumsi, c) ongkos angkut sama untuk setiap kesatuan

jarak produksi, d) harga barang produksi juga sama untuk setiap jenis produksi, e) tidak

terjadi perubahan teknologi (Esmara, 1985 : 327 ).

Teori lokasi ini pada intinya mengemukakan tentang pemilihan lokasi yang dapat

meminimumkan beaya. Lokasi optimum dari suatu perusahaan industri pada umumnya

terletak di mana permintaan terkonsentrasi (pasar) atau pada sumberbahan baku. Alasan ini

adalah bila suatu perusahaan industri memilih lokasi pada salah satu kedua tempat tersebut,

maka ongkos angkut untuk bahan baku atau hasil produksi akan dapat diminimumkan dan

keuntungan aglomerasi yang timbul dari adanya konsentrasi perusahaan pada suatu lokasi

akan dapat dirasakan manfaatnya (Arysad,1999:117 ).

b. Teori Basis Ekonomi

Teori ini didasari dari sudut teori lokasi, yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi suatu

daerah akan banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi yang selanjutnya dapat

digunakan oleh daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi tersebut

umumnya berbeda-beda setiap daerah tergantung pada letak geografis daerah yang

bersangkutan. Hal ini berarti untuk dapat meningkatkan pertumbuhan suatu daerah, strategi

26

Page 27: Revisi Proposal Penelitian 2012

pembangunannya harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak

harus dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.

Model basis ekonomi menyederhanakan perekonomian menjadi dua sektor, yaitu sektor

basis dan bukan basis. Kegiatan sektor basis adalah kegiatan yang mengekspor barang dan

jasa keluar perekonomian atau memasarkan barang dan jasa kepada mereka yang datang dari

luar perekonomian yang bersangkutan.

Dengan demikian sektor basis berperan sebagai faktor penggerak utama, dimana setiap

perubahan yang terjadi dalam aktivitas ekonomi tersebut akan menimbulkan dampak

multiplier terhadap pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Disisi lain sektor non basis

adalah kegiatan sektor yang menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan aleh masyarakat

atau oleh sektor ekonomi basis yang berada dalam batas perekonomian wilayah.

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menurut model basis ekonomi ditentukan oleh

kemampuan suatu daerah tersebut melakukan ekspor berupa barang atau jasa termasuk

tenaga kerja.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan maju mundurnya sektor basis. Kemajuan

antara lain disebabkan oleh perkembangan jaringan transportasi, perkembangan permintaan

dan pendapatan dari wilayah lain, perkembangan teknologi dan prasarana lainnya.

Sedangkan kemunduran sektor basis disebabkan oleh perubahan permintaan dari luar

wilayah, habisnya cadangan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan

dari perkembangan teknologi (Yasri, 1994: 9 ).

Strategi pembangunan yang dapat dilaksanakan adalah penekanan terhadap arti penting

bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional.

27

Page 28: Revisi Proposal Penelitian 2012

Kebijakannya mencakup pengurangan hambatan dan batasan terhadap perusahaan-

perusahaan yang beorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.

Faktor-faktor penentu utama dalam pertumbuhan ekonomi regional adalah berhubungan

langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-

industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk

diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999 :

116 ).

c. Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral menganggap bahwa ada semacam hirarki tempat. Setiap tempat

sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang memyediakan sumberdaya

(industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang

menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral ini

bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik didaerah perkotaan maupun

didaerah pedesaan (Arysad, 1999 : 117 ).

Dampak dari adanya tempat sentral ini adalah aglomerasi industri. Keuntungan dari

adanya aglomerasi industri ini adalah : pertama yaitu semacam keuntungan yang dapat

timbul karena pusat pengembangan memungkinkan perusahaan industri yang tergabung di

dalamnya beroperasi dengan skala besar, karena adanya jaminan sumber bahan baku dan

pasar. Kedua, yaitu adanya saling keterkaitan antar industri sehingga kebutuhan bahan baku

dan pemasaran dapat di penuhi dengan mengeluarkan ongkos angkut yang minimum.

28

Page 29: Revisi Proposal Penelitian 2012

Ketiga, yaitu timbulnya fasilitas sosial dan ekonomi dapat digunakan secara bersama-sama

sehingga pembebanan ongkos untuk masing-masing perusahaan industri dapat dilakukan

serendah mungkin (Esmara,1985:336 ).

Untuk mempelajari apakah suatu sektor ekonomi merupakan sektor basis atau non basis

dalam suatu wilayah dapat digunakan metode pengukuran langsung metode pengukuran

tidak langsung ( Glasson, 1974 dalam Yasri, 1994 : 9 ). Metode pengukuran langsung

dilakukan melalui survey secara langsung dalam mengidentifikasi sektor mana yang basis

dan mana yang non basis. Melalui pendekatan ini dapat ditentukan sektor basis maupun non

basis secara tepat, tetapi dalam pelaksanaannya memerlukan dana dan sumber daya yang

besar. Atas dasar ini para pakar ekonomi regional merekomendasikan penggunaan metode

pengukuran tidak langsung yaitu menggunakan kuosien lokasi ( Locational Quotient ).

d. Teori Ekonomi Neo Klasik

Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan

daerah, karena teori ini tidak memiliki dimensi spesial yang signifikan. Teori ini memberi

dua konsep dalam pembanguna ekonomi daerah yaitu keseimbangan dan mobilitas faktor

produksi. Artinya system perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiah jika modal

bisa mengalir tanpa pembatasan. Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang

tinggi menuju ke daerah yang berupak rendah (Arysad, 1999 ; 116 ).

e. Teori Kausasi Kumulatif

Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar dari

tesis kausasi kumulatif ini. Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan

antar daerah-daerah tersebut. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan

kompetitif dibanding daerah-daerah lain (Arysad,1999:117 ).

29

Page 30: Revisi Proposal Penelitian 2012

f.Model Daya Tarik

Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak

digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah suatu masyarakat

dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan

intensif (Arsyad, 1999 : 188 ).

II. Otonomi Daerah

1. Hakekat Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. ( UU No.32 Tahun

2004)

2. Pelaksanaan Otonomi daaerah

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus penting dalam rangka

memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh

pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Ini merupakan

kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya

dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu

daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan pemerintah daerah. Pemerintah

30

Page 31: Revisi Proposal Penelitian 2012

daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja

dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan.

III. Metode analisis

a. Metode Analisis Shift Share

Teknik analisis ini adalah teknik analisis kuantitatif yang biasa digunakan untuk

menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah

administrative yang lebih tinggi sebagai pembanding. Dalam teknik ini terdapat 3

komponen: Pertama, pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional yang

menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian

daerah. Kedua, pergeseran proporsional, yang menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu

sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi atau nasional.

Ketiga, pergeseran diferensial yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh

daya saing industri daerah dengan perekonomian yang dijadikan referensi.

Ketiga hubungan komponen tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut

Shift Share Analysis (SSA)

SSA = (Xtt(1) /Xtt(0) – 1) + (Xtj(1) /Xtj(0) – Xtt(1) /Xtt(0) ) + (Xij(1) /Xij(0) –

Xtj(1) /Xtj(0))

a b c

Keterangan :

SSA = Shift Share Analysis

31

Page 32: Revisi Proposal Penelitian 2012

a = komponen share (menyatakan laju pertumbuhan total wilayah pada dua titik

waktu yang menunjuk-kan dinamika)

b = komponen proportional shift (menyatakan pertum-buhan total aktivitas tertentu

secara relatif dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah

yang menunjukkan dinamika sektor/aktivitas total dalam wilayah

c = komponen differential shift (menjelaskan bagaimana daya kompetisi suatu

aktivitas tertentu dibandingkan dengan total sektor atau aktivitas dalam wilayah.

Komponen ini menggambarkan dinamika (keung-gulan atau ketidakunggulan) suatu

sektor atau aktivitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktivitas tersebut di

wilayah lain.

Xij(1) = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah kabupaten ke-i pada

tahun akhir

Xij(0) = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah Kabupaten ke-i pada

tahun awal

Xtj(1) = jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi pada

tahun akhir

Xtj(0 )= jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi pada

tahun awal

Xtt(1) = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah

Provinsi pada tahun akhir

Xtt(0) = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah

Provinsi pada tahun awal.

b. Metode Analysis Location Quotient ( L Q )

32

Page 33: Revisi Proposal Penelitian 2012

Pada dasarnya metode ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan sektor

di daerah yang diamati dengan kemampuan sektor yang sama di daerah yang lebih luas

(tingkat nasional). Variabel yang digunakan dalam analisis ini berupa nilai tambah serta

jumlah tenaga kerja. Adapun dalam analisis ini dicoba memahami Location Quotient (LQ)

dengan menggunakan nilai tambah bruto sebagai variabel yang ada dalam PDRB menurut

harga konstan. Secara matematis Location Quotient (LQ) dirumuskan sebagai berikut

LQ = Xij/Xit

Xtj/Xtt

Keterangan :

LQ = Location Quotient

Xij = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah kabupaten ke-i

Xit = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah

kabupaten ke-i

Xtj = jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi

Xtt = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah Provinsi

LQ < 1 berarti sektor yang bersangkutan produksinya belum dapat memenuhi

kebutuhan daerah sendiri, disebabkan oleh kurangnya peranan sektor tersebut

dalam perekonomian daerah karena tidak mempunyai keunggulan komparatif

dan dikategorikan sektor non basis.

LQ > 1 atau LQ = 1 Berarti sektor yang bersangkutan produksinya sudah dapat

memenuhi kebutuhan daerah tersebut bahkan mengekspor. Oleh karena itu daerah

33

Page 34: Revisi Proposal Penelitian 2012

tersebut diakatakan mempunyai keunggulan komparatif di sektor tersebut dan

dikatakan sebagai sektor basis. (http://diligib.uns.ac.id/upload/dokumen)

c. Employment Surplus Index (ESI)

ESIa = Xij – (Xit/Xtt)Xtj (Keterangan : ESIa = ESI model absolut)

ESIr = [Xij – (Xit/Xtt) Xtj] / Xit x 100 % (Keterangan : ESIr = ESI model relatif)

Keterangan:

Xij = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah Kabupaten ke-i

Xit = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah

Kabupaten ke-i

Xtj = jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi

Xtt = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah Provinsi

E. CARA PENELITIAN

a. Data yang akan dianalisis

Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu:

1) Data PDRB Provinsi DIY tahun 2006-2009

2) Data PDRB Kabupaten Kulon Progo tahun 2006-2009

3) Data ketenagakerjaan Provinsi DIY tahun 2006-2009

4) Data ketenagakerjaan Kabupaten Kulon Progo tahun 2006-2009

b. Metode Pengumpulan data, data yang digunakan merupakan data sekunder sehingga

untuk pengumpulan datanya peneliti menggunakan buku Jogja dalam angka 2010 dan

Kulon Progo dalam angka 2010 yang diterbitkan oleh BPS sebagai acuan, untuk data

yang lebih rinci peneliti bekerjasama dengan BPS DIY dan BPS Kulon Progo

34

Page 35: Revisi Proposal Penelitian 2012

c. Alat analisis, dalam penelitian ini ada dua analisis utama yaitu analisis potensi

perekonomian dan analisis ketenagakerjaan Kabupaten Kulon Progo. Untuk analisis

potensi perekonomian digunakan alat analisis Shift Share dan Analysis Location

Quotient ( L Q ) dan untuk analisis ketenagakerjaan digunakan metode Employment

Surplus Index (ESI) untuk mengetahui surplus atau defisit jumlah tenaga kerja pada

sektor-sektor unggulan yang ada di Kabupaten Kulon Progo.

F. JADWAL PENELITIAN

Tahap KegiatanBulan Ke

1 2 3 4 5 6

Persiapan

1. Pengumpulan data

Pelaksanaan

1. Pengolahan data

2. Analisis data

3. Pengambilan kesimpulan dan hasil

penelitian

Penyelesaian

35

Page 36: Revisi Proposal Penelitian 2012

1. Penyusunan laporan draf

2. Penyusunan laporan akhir

PERSONALIA PENELITIAN

1. Peneliti I

a. Nama Lengkap : Dra. Ike Yuli Andjani, M.Si

b. NIP : 19650716 199003 2 001

c. Pangkat/Golongan : III/b

d. Jabatan Sekarang : Asisten Ahli

e. Tempat penelitian/alamat : Kabupaten Kulon Progo

f. Waktu yang disediakan : 2 jam/ hari

2. Peneliti II

a. Nama Lengkap : Adi Irawan.S.SE

36

Page 37: Revisi Proposal Penelitian 2012

b. NIP : -

c. Pangkat/Golongan : -

d. Jabatan Sekarang : -

e. Tempat Penelitian/alamat : Kabupaten Kulon Progo

f. Waktu yang disediakan : 2 jam/hari

3. Pembantu Peneliti : 1 orang

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Yogyakarta. 2010. Jogja dalam Angka 2010. BPS: Provinsi DIY

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo. 2010. Kulon Progo dalam Angka 2010. BPS:

Kulon Progo.

Lincolin Arsyad. 1993. Pengantar Perencanaan Ekonomi. PT. Media Widya Mandala:

Yogyakarta.

Lincolin Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE

UGM: Yogyakarta.

Hendra Esmara. 1985. Memelihara Momentum Pembangunan. Gramedia: Jakarta

37

Page 38: Revisi Proposal Penelitian 2012

38