Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak...

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas dalam pembangunan. Idealisme ini sejalan dengan paradigma sehat, bahwa orang sehat diharapkan tetap sehat sedangkan yang sakit lekas sembuh ini disadari oleh pemerintah bahwasanya pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pembangunan nasional. Lagi pula sangat gamblang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ), yaitu kesehatan menyangkut semua segi kehidupan, baik dimasa lalu, sekarang, maupun yang akan datang. Itikad baik pemerintah ini semuanya bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang sehat, produktif dan mempunyai daya saing yang tinggi. (anonym 2009). Alkohol adalah derivate hidrokarbon yang molekulnya mengandung satu gugus hidroksil (-OH) atau lebih sebagai ganti atau hydrogen. Alkohol tersederhana diturunkan dari alkana dan mengandung hanya satu gugus hidroksil per molekul, senyawa ini mempunya rumus molekul umum ROH, dengan R adalah gugus alkali dengan susunan CnH2n+1. Penggunaan alkohol secara berlebihan dapat memberikan efek farmakologi terhadap berbagai organ

Transcript of Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak...

Page 1: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Status kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas

dalam pembangunan. Idealisme ini sejalan dengan paradigma sehat, bahwa orang

sehat diharapkan tetap sehat sedangkan yang sakit lekas sembuh ini disadari oleh

pemerintah bahwasanya pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dan pembangunan nasional. Lagi pula sangat gamblang digariskan

dalam Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ), yaitu kesehatan menyangkut semua

segi kehidupan, baik  dimasa lalu, sekarang, maupun yang akan datang. Itikad

baik  pemerintah ini semuanya bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia

yang sehat, produktif dan mempunyai daya saing yang tinggi. (anonym 2009).

Alkohol adalah derivate hidrokarbon yang molekulnya mengandung satu

gugus hidroksil (-OH) atau lebih sebagai ganti atau hydrogen. Alkohol

tersederhana diturunkan dari alkana dan mengandung hanya satu gugus hidroksil

per molekul, senyawa ini mempunya rumus molekul umum ROH, dengan R

adalah gugus alkali dengan susunan CnH2n+1.

Penggunaan alkohol secara berlebihan dapat memberikan efek

farmakologi terhadap berbagai organ tubuh seperti system saraf, terhadap system

cardiovaskuler, saluran pencernaan dan gangguan pada fungsi hati (Lebuang

Regina, 2011)

Dibalik kenikmatan sesaat setelah mengkomsumsi minuman beralkohol,

tubuh akan mengalami serangkaian perubahan. Hal ini karena alkohol yang

masuk kedalam tubuh akan langsung diserap dan menyebar melewati organ –

organ tubuh melalui aliran darah dan sisanya masuk ke saluran pencernaan, mulai

dari kerongkongan, lambung, sampai ke usus untuk dialirkan ke seluruh tubuh

melalui peredaran darah. Jantung akan memompa darah bercampur alkohol ke

seluruh bagian tubuh, sampai ke otak, dan terakhir di hati (liver) akan membakar

atau menghancurkan alkohol dibantu dengan enzim khusus untuk dikeluarkan

melalui air seni dan keringat. (http://efekalkoholmerusakorgan-organdalamtubuh)

Organ yang paling bekerja keras untuk mengeluarkan racun alkohol

didalam tubuh adalah organ hati. Karena kerja yang terlalu berat, maka hati

Page 2: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

mengalami gangguan seperti penumpukan lemak di hati serta penyakit sirosis

hati. Sirosis hati merupakan jaringan parut atau bekas luka yang menggantikan

sel-sel hati yang sehat sehingga kerja dan fungsi hati terganggu (Narto, 2011).

Dalam pemeriksaan darah khususnya yaitu bilirubin direk, atau

pemeriksaan kimia darah ini memegang peranan penting dalam diagnosis suatu

penyakit, karena bilirubin merupakan pemeriksaan kimia darah untuk mengetahui

tes fungsi hati. Tes bilirubin darah merupakan tes yang sering dilakukan di

laboratorium. Dan biasanya diminta oleh klinis sebagai bagian dari tes fungsi hati.

(Goel DK. Routine biochemical tests, 1988).

Tujuan dari tes bilirubin adalah mengevaluasi hepatobilier dan

eritropoetik, mendiferensial diagnosis ikterus serta memonitor progresifitasnya.

Hasil tes laboratorium yang tepat sangat bermanfaat bagi klinis dalam

menegakkan diagnosis, menyingkirkan suatu dugaan diagnosis/ penyakit,

meramalkan prognosis, monitoring terapi dan sebagai tes saring untuk mendeteksi

penyakit. (Henry JB dkk. methods. gth ed.2007).

Pada stadium rendah, bilirubin sebagai pigmen kuning yang menyebabkan

empedu berwarna kuning, menyebabkan feses berwarna putih keabu-abuan

sebagai akibat dan penyumbatan bilirubin secara total oleh empedu (Joyce 2002).

Namun apabila jumlah bilirubin yang dibentuk lebih cepat dan yang dieksresikan,

maka terjadi penimbulan bilirubin pada tubuh Dampaknya pun makin tinggi yaitu

timbulnya ikterus, sebuah kondisi dimana tubuh pasien tampak kuning. Warna ini

tampak jelas pada bagian mata. Pada keadaan ini, pasien terindikasi mengalami

gangguan fungsi hati.

Plasma dan serum walaupun keduanya merupakan cairan darah yang

bebas dari sel dan sama-sama berwarna kuning jernih namun terdapat perbedaan

yang jelas oleh karena itu plasma diperoleh dengan mencegah penggumpalan

darah dan serum didapat dengan membiarkan proses tersebut, plasma

mengandung senyawa yang seharusnya dapat menggumpalkan darah Senyawa

tersebut mestinya sudah tidak ada lagi dalam serum. Senyawa tersebut adalah

fibrinogen yaitu suatu protein darah yang berubah menjadi jaring dan serat-serat

fibrin pada peristiwa penggumpalan. Dengan demikian di dalam serum tidak ada

lagi fibrinogen, karena protein sudah berubah menjadi jaring fibrin dan

menggumpal bersama unsur figutait yang berupa sel. Sebaiknya, di dalam plasma

Page 3: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

masih tetap terdapat fibrinogen, yang tidak dapat berubah menjadi fibrin karena

adanya antikoagulan yang ditambahkan.(Sadikin M. 2001 ).

Pemeriksaan bilirubin pada serum dan plasma merupakan  pemeriksaan

laboratorium yang sangat penting dan ikut memberikan gambaran tentang

keadaan kesehatan tubuh seseorang. Keakuratan suatu hasil tes sangat ditentukan

oleh kualitas specimen yang akan dites (tahap pra artalitk) disamping hasil

pengamatan tahap analitik dan pasca analitik. Oleh karena itu perhatian terhadap

proses tahap pra analitik sangat besar artinya terhadap mutu hasil tes. Identifikasi

pasien, persiapan pasien, pengambilan dan pengumpulan specimen, penanganan

specimen, penyimpanan, pengemasan dan pengiriman specimen merupakan

faktor-faktor yang sangat penting dalam tahap pra analitik yang dapat

mempengaruhi keakuratan hasil suatu lab. (Hendrawati T. 1995).

B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan atas uraian pada latar belakang masalah diatas, maka dapat

dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah ada perbandingan hasil pemeriksaan bilirubin direk pada pengkomsumsi

alkohol dan yang tidak mengkomsumsi alkohol?

C.   Tujuan Penelitian

1.    Tujuan umum

Untuk mengetahui perbandingan hasil  pemeriksaan bilirubin direk pada

pengkomsumsi alkohol dan yang tidak mengkomsumsi alkohol.

2.    Tujuan khusus

Untuk mengetahui seberapa besar perbandingan hasil pemeriksaan bilirubin direk

pada pengkomsumsi alkohol dan yang tidak mengkomsumsi alkohol.

D.   Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1.    Tenaga laboratorium, hasil penelitian ini kiranya menjadi informasi tambahan atau

menjadi referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan

profesionalisme kerja.

2.    Civitas academica Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, khususnya

fakultas analis kesehatan. Hasil  penelitian ini kiranya menjadi satu sumbangan

untuk memperluas wawasan analisis-medical mereka, baik  pada tingkat teoritis

maupun pada tingkat praktek

Page 4: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

3.    Peneliti. Selain memperluas wawasan pengetahuan dan pengembangan daya kerja

penulis, hasil  studi ini juga member orientasi dalam menganalisis darah pasien.

Page 5: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   Tinjauan Umum

Pemahaman yang komperhensif akan apa yang merupakan masalah dalam

penelitian tidak terlepas dari pemahaman yang baik  akan landasan teoritis

penelitian itu sendiri. Oleh karena itu, sebelum memetakan kerangka berpikir,

peneliti terlebih dahulu membahas konsep-konsep yang terkait dengan masalah

penelitian.

1.     Hati

Hati merupakan parenkim yang paling besar. Organ yang paling

bertanggung jawab atas lebih dan 500 aktifitas metabolisme ini memiliki dua

peran sentral, yaitu mempertahankan hidup dan membentuk dan mengeksresikan

empedu.

Fungsi hati dalam membentuk dan mengeksresi empedu dimulai dari

proses pengangkutan empedu melalui saluran empedu sampai ke kandung

empedu untuk selanjutnya disimpan dan disekresikan ke usus halus sesuai

kebutuhan. Volume empedu yang dieksresikan pun amat banyak, yaitu berkisar

antara 500 hingga 1000 ini empedu kuning per hari.

Empedu yang terkomposisi atas air elektrolit, garam empedu, dan

fosfolipid (terutama esitin) ini, berperanan dalam mengabsorpsi lemak dalam usus

halus setelah diubah oleh bakteri usus halus. Namun demikian, garam empedu

yang diabsorpsi dalam illium mengalami sirkulasi ke hati yang kemudian di

sekresi lagi oleh hati.

Akhirnya, bilirubin atau pigmen empedu menjadi hasil akhir dari proses

sekresi metabolisme itu. Pigmen empedu tersebut meski secara fisiologis tidak

penting, namun ia merupakan petunjuk akan adanya penyakit. Demikian halnya

saluran empedu, ia penting karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan kontak

lainnya ( Price dan Wilson, 2006).

2.    Pengertian Bilirubin

Bilirubin adalah pigmen empedu yang terbentuk dari  pemecahan

eritrosit tua dalam system monosit makrofag. Seperti diketahui, masa hidup rata-

rata eritrosit adalah 120 hari dan setiap hari dihancurkan sekitar 50 ml untuk

menghasilkan 250-350 mg bilirubin. Ia merupakan konstituen utama empedu.

Page 6: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

Meski ia tidak berperan dalam pencernaan, tetapi merupakan salah satu produksi

sisa yang dieksresikan dalam empedu. Empedu terdiri dari cairan alkali encer

(serupa dengan sekresi NaHCO2 pankreas ) dan beberapa konstituen organic

seperti garam-garam empedu, kolesterol, lesitin, dan bilirubin. Empedu penting

untuk proses pencernaan dan penyerapan lemak, terutama melalui aktifitas garam

empedu.

Bilirubin terdiri atas dua jenis yaitu 1) bilirubin terkonjugasi yaitu

bilirubin yang dapat bereaksi langsung larut dalam air, dan 2) bilirubin tak

terkonjugasi yaitu bilirubin yang memiliki reaksi tidak langsung atau bilirubin

yang membentuk ikatan protein. Korelasi keduanya pada kondisi kisaran normal

Di mana, jika bilirubin total maka kadar bilirubin langsung dan tidak langsung

perlu dianalisis, namun jika hanya satah satu nilai dilaporkan maka nilai tersebut

mewakili bilirubin total.

Bilirubin darah normal terikat sebagian besar ke albumin yang sifatnya

tidak larut. Proses ini bermula dan set retikuloendental sebelum dan hati,

kemudian di dalam plasma interkonjugasi yang larut di dalam air masuk ke dalam

darah. Karena kebocoran minor pada hepatosit, ia menjauhi dalam pembentukan,

dan eksresi empedu. Jumlah total dan fraksi bilirubin yang terkonjugasi dan yang

tidak terkonjugasi sangat bermanfaat dalam diagnosis ikterus dan penyakit hati.

Sementara bilirubin pascahepatik terkonjugasi bereaksi cepat pada berbagai

percobaan. Karena kelarutan laheren zat inilah sehingga Ia disebut sebagai zat

yang bereaksi langsung.

Jika dikategorikan, maka bilirubin di dalam darah dibagi atas dua bentuk,

yaitu bilirubin direk dan bilirubin indirek. Hal yang membedakan keduanya

adalah sifat kelarutannya. Karakter utama dari  biIirubin direk adalah Ia larut

dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin. Sedangkan karakter utama dari

bilirubin indirek adalah tidak larut dalam air dan terikat pada albumin. Jika

kemudian kedua bilirubin ini digabungkan, maka disebut bilirubin total. Atau

dalam rumusan lain, bilirubin total merupakan penjumlahan dari bilirubin direk

dan indirek.

Adanya kadar peningkatan bilirubin direk menunjukan adanya penyakit

hati (liver) atau saluran empedu. Sedangkan peningkatan bilirubun indirek jarang

terjadi pada penyakit hati (liver).

Page 7: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

Pemeriksaan bilirubin dilakukan dengan cara mereaksikan bilirubin

dengan Diazotized Sulfanilic Acid sampai membentuk azobilirubin berwarna, Dari

reaksi tersebut, biasanya diketahui bahwa hanya bilirubin direk yang larut (dalam

air) dan yang mampu bereaksi dengan reagen. Dengan demikian, untuk

mendapatkan nilai bilirubin total diperoleh dengan melepas bilirubin indirek dan

ikatan dengan albumin sehingga larut dalam air

(http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/bilirubin-serum.)

3.     Metabolisme Bilirubin

Proses metabolisme bilirubin bermula dan proses katabolisme

hemoglobin terutama terjadi di dalam limfa. Dimana globulin mula-mula

dipisahkan dan hem. Setelah itu, hem diubah menjadi biliverdin. Biliverdin adalah

pigmen kehijauan yang dibentuk melalui oksidasi bilirubin. Bilirubin yang tak

terkonjugasi, yang berkarakter larut dalam lemak tetapi tidak larut dalam air

serata tidak dapat disekresiakan dalam empedu atau urin bilirubin, membentuk

ikatan dengan albumin dalam satu ikatan kompleks larut dalam air yang kemudian

diangkut oleh darah ke set-sel hati (Price dan Wilson, 2006).

Proses metabolisme Bilirubin pun di bagi atas tiga fase, yaitu prehepatik,

intrahepatik, dan pascahepatik. Ketiga fase ini kemudian diperluas lagi dengan

due fase baru .sehingga menjadi lima fase, yaitu fase pembentukan bilirubin,

transport plasma, liver uptake konjugasi, dan eksresi bilier. Namun demikian,

peneliti hanya membahas pembagian pertama karena pembagian kedua sudah

tercakup dalam pembahasan ketiga fase tersebut. Berikut penjelasan lanjutan atas

ketiga fase tersebut;

A.   Fase Prahepatik

Fase prahepatik atau hemolitik adalah tahapan menyangkut jaundice yaitu

hal-hal yang disebabkan oleh meningkatnya hemolisis (rusaknya sel darah

merah). Pada tahap ini terjadi dua proses yaitu pembentukan bilirubin dan

transport plasma.

1)    Pembentukan bilirubin, sekitar 250 sampai 350 mg bilirubin atau sekitar 4 mg/kg

berat badan terbentuk setiap harinya dan 70 sampai 80% berasal dan pemecahan

sel darah merah matang. Sedangkan sisanya 20 sampai 30% dating dan protein

heme lainnya yang berada di dalam sum-sum tulang dan hati. Meningkatnya

Page 8: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

hemolisiz sel darah merah tersebut merupakan penyebab utama peningkatan

pembentukan billrubin.

2)    Transport Plasma, bilirubin tidak larut dalam air sehingga bilirubin transportnya

dalam plasma yang terikat dengan albumin Ia juga tidak dapat melalui membrane

glomerolus sehingga tidak muncul dalam air seni.

B.   Fase Intrahepatik

Fase intrahepatik yaitu tahap dimana terjadinya peradangan atau adanya

kelainan pada hati yang biasanya mengganggu proses pembuangan bilirubin. Pada

tahap ini terjadi beberapa proses yaitu liver uptake dan konjugasi.

1). Liver uptake, proses pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh hati secara

rind belum jelas. Demikian halnya dalam peningkatan protein seperti ligandin

atau protein Y. pengambilan bilirubin pun begitu aktif dan berjalan cepat namun

tidak termasuk dalam proses pengambilan albumin.

2). Konjugasi, bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati mengalami

konjugasi dengan asam glukoronik sehingga membentuk bilirubin diglukuronida)

bilirubin konjugasil bilirubin direk.

Karena bilirubin yang tidak terkonjugasi merupakan bilirubin yang tidak

larut dalam air, kecuali bila jenis bilirubin terikat sebagai kompleks dengan

molekul amfipatik seperti albumin dan tidak terdapat dalam empedu, maka

bilirubin harus dikonversikan menjadi deavate yang larut dalam air sebelum

dieksresikan oleh system biller. Proses ml terutama dilaksanakan oleh konjugasi

bilirubin pada asam glukoronat hingga terbentuk bilirubin glukoronid. Reaksi

konjugasi terjadi di dalam retikulum endoplasmah hepatosit dan dikatalis oleh

enzim bilirubin glukoronosil transferase dalam reaksi dua tahap.

C.   Fase Pascahepatik

organik atau obat-obatan. Untuk itu, bilirubin perlu dieksresi secara

konjugasi yang dikeluarkan lewat kanalikyus bersama bahan lainnya. Pada usus

flora, bakteri mendekonjugasi dan mereduksi bilirubin menjadi sterkobilinogen

dan mengeluarkannya sebagian besar kedalam tinja yang berwarna coklat

Sementara path bilirubin yang tak terkonjugasi yang bersifat tidak larut

dalam air namun larut dalam lemak, akan melewati bailer darah otak atau masuk

ke dalam plasenta. Sedangkan dalam sel hati, bilirubin tak terkonjugasi

mengalami proses konjugasi dengan gula melalui enzim glukurontransferase den

Page 9: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

larut dalam empedu cair.

(http://freshlifegreen.blogspot.com/2011/03/metabolisme-bilirubin.html).

4.    Patofisiologi Bilirubin

Bilirubin adalah produk penguraian hem yang sebagian besar terjadi

dan penguraian hemoglobin dan sebagian kecil dan senyawa lain seperti

mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haploglobin dengan

hematobin yang telah dibebaskan dan set darah merah. Sel-sel ini kemudian

mengeluarkan besi dari  hem sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan

memutuskan cincin hem untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin hem

untuk menghasilkan tetrapisol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang

tidak larut dalam air (bilirubin tidak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan

ini, bilirubin dalam plasma terikat ke albumin dan diangkat dalam medium air

sewaktu beredar dalam tubuh dan melewati lobules hati Kemudian hepatosit

melepas bilirubin dan albumin sehingga terlarut air dan mengakibatkan bilirubin

ke asam glukoronat yaitu ke bilirubin konjugasi direk (Sacher RA, 2004).

Bilirubin sebagai pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna

kuning, mengalami modifikasi di dalam saluran pencernaan oleh enzim-enzim

bakteri yang kemudian menyebabkan feses berwarna coklat. Jauh dan itu, apabila

duktur bilirubin tersumbat secara total oleh empedu, maka feses akan berwarna

putih keabu-abuan. Pada kondisi normal, sejumlah kecil bilirubin diabsobpsi oleh

usus untuk kembali ke darah dan akhirnya di keluarkan bersama urin. Bilirubin

itulah penyebab utama warna kuning pada air kemih. Sementara ginjal baru

mampu mengeksresikan bilirubin apabila zat ini telah di modifikasi dari hati dan

usus (Sherwood, 1996).

Pada bilirubin langsung atau terkonjugasi kerap muncul akibat ikterus

obstruktif, baik yang bersifat ekstrahepatika yaitu akibat pembentukan batu atau

tumor maupun yang bersifat intrahepatika. Bilirubin terkonjugasi tidak dapat

keluar dan empedu menuju usus sehingga kembali diabsorbsi oleh darah. Sel hati

yang rusak dapat menyebabkan hambatan sinosit empedu sehingga meningkatkan

kadar bilirubin langsung maupun tidak langsung (Joice, 2002).

Apabila jumlah bilirubin yang dibentuk lebih cepat dan pada

dieksresikan, maka terjadi penimbulan bilirubin pada tubuh. Efeknya adalah

ikterus, yaitu tubuh pasien tampak kuning. Warna ini tampak jelas pada bagian

mata.

Page 10: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

Ikterus sendiri ditimbulkan oleh tiga mekanisme, yaitu 1) ikterus

prahepatik atau hemolik yaitu ikterus yang disebabkan oleh penguraian

(hemolisis) berlebihan sel darah merah sehingga hati lebih banyak bilirubin dan

pada kemampuan normalnya. 2) ikterus hakpatik yaitu ikterus yang terjadi jika

hati sakit sehingga tidak mampu menangani beban normal bilirubin. 3) ikterus

pascahepatik atau obstruktif yaitu ikterus yang terjadi jika duktus bitaris

tersumbat.

5.    Mekanisme Patofisiologi Kondisi Hiperbilirubinemia dan ikterik

Ada empat mekanisme umum untuk bias menentukan terjadinya

hiperbilirubinemia dan ikterus, yaitu 1) pembentukan bilirubin secara berlebihan.

2) gangguan pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh hati. 3) gangguan

konjugasi bilirubin. Dan 4) penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi dalam

empedu akibat faktor intrahepatik dan ekstrahepatik yang bersifat obstruksi

fungsional atau mekanik.

Terjadinya hiperbilirubinemia tak terkonjugasi disebabkan oleh

mekanisme pertama, kedua, dan ketiga. Sedangkan hiperbilirubinemia

terkonjugasi disebabkan oleh mekanisme Re empat (Widman Frances K, 1995).

6.     Pembentukan Bilirubin Secara Berilebihan

Penyakit hemolitik atau peningkatan kecepatan destruksi sel darah

merah merupakan penyebab utama pembentukan bilirubin yang berlebihan.

Kondisi ini bermula saat terjadi konjugasi dan transfer pigmen empedu yang

berdampak pada bilirubin tak terkonjugasi melampaui kemampuan hati.

Akibatnya, kadar bilirubin serum jarang melebihi 5mg/100ml pada penderita

hemolitik berat dan ikterus yang timbul bersifat ringan, berwarna kuning pucat.

Selanjutnya, karena bilirubin tidak terkonjugasi tidak larut dalam air,

maka Ia tidak dapat diekskresikan ke dalam kemih yang berdampak bilirubinuria

tidak terjadi. Tetapi peningkatan urobilinogen menjadi meningkat sebagai akibat

peningkatan beban bilirubin terhadap hati dan peningkatan konjugasi dan

ekskresi, selanjutnya mengakibatkan peningkatan ekskresi dalam feces dan

kemih. Ini tampak pada perubahan warna kemih dan feces yaitu berwarna gelap

(Sacher RA, 2004).

Ada beberapa penyebab terjadinya ikterus hemolitik, antara lain : 1)

hemoglobin abnormal (hemoglobin S pada anemia sel sabit). 2) sel darah merah

Page 11: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

abnormal (sferositosis herediter). 3) antibody dalam serum (Rh atau

inkompatibilitas tranfusi atau sebagian akibat penyakit hemoiltik autoimun). 4)

pemberIan beberapa obat-obatan. 5) beberapa limfoma (pembesaran limfa dan

peningkatan hernotitis). 6) peningkatan destruksi sel darah merah atau

prekursornya dalam sum-sum tulang (thalasemia,  anemia pernisiosa, dan

porfiria). Penyebab terakhir ini dikenal sebagai eritropoesis tak efektif (Sacher

RA, 2004).

Pada orang dewasa, pembentukan bilirubin secara berlebihan dan

sifatnya kronik dapat mengakibatkan pembentukan batu empedu yang banyak

mengandung bilirubin. Di luar itu, hiperbilirubinemia ringan umumnya tidak

membahayakan. Akan tetapi bilirubin yang tidak terkonjugasi yang melebihi

20mg/100ml pada bayi dapat mengakibatkan kernikterus. Kita dilakukan

pengobatan, maka tujuannya hanya untuk memperbaiki penyakit hemolitik.

7.    Gangguan Pengambilan Bilirubin

Pengambilan bilirubin tidak terkonjugasi yang terikat albumin oleh sel-

sel hati, dilakukan dengan cara meningkatkan protein penerima sehingga Ia

terpisah dan albumin. Proses ini membias dengan bantuan beberapa obat yang

terbukti menunjukan pengaruh terhadap pengambilan bilirubin oleh sel-sel hati

seperti asam flesvapidat (dipakai untuk mengobati cacing pita), novobiosom, dan

beberapa zat warna kolesisgrafik.

Sementara hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi dan ikterus biasanya

hilang bila obat yang menjadi penyebab dihentikan. Dahulu, ikterus neonatal dan

beberapa kasus sindrom gilbert dianggap disebabkan oleh defisisensi protein

penerima dan gangguan dalam pengambilan oleh hati. Namun pada kebanyakan

kasus demikian telah ditemukan efisiensi glukorenil transferase, sehingga keadaan

ini terutama dianggap sebagai cacat konjugasi bilirubin (Price dan Wilson, 2006).

8.    Tinjauan umum serum dan plasma

Plasma yaitu penggumpalan unsure figurative dalam tabung dapat

dicegah dengan senyawa tertentu, yang secara umum dinamai antikoagulan Dan,

serum adalah darah yang diambil dan vena dengan menggunakan sempit dan

jarum suntik yang steril dan kering. Setelah beberapa waktu, dibiarkan dalam

suhu ruangan, darah tersebut akan terpisah menjadi dua bagian utama, kedua

bagian tersebut dapat dilihat dengan langsung dengan mata, untuk lebih jelas lagi

tabung tersebut dipusing dengan bantuan alat pemusing (centrifuge) setelah

Page 12: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

pengeraman beberapa waktu tadi, akan tampak gumpalan darah yang tidak

beraturan bila penggumpalan berlangsung sempurna, gumpalan darah tersebut

akan terlepas atau dengan mudah dapat dilepaskan dan darah. Gumpalan darah

tersebut terdiri atas seluruh unsur figurative darah yang telah mengalami proses

penggumpalan atau koagulasi spontan, sehingga terpisah dari  unsur yang

berwarna (Sadikin M, 2001).

Plasma darah merupakan komponen cairan darah yang meliputi 55%

dan seluruh volume darah, 91-99% terdiri dari  air yang berperan sebagai medium

transport, gumpalan darah terdiri atas unsure figurative darah yang telah

mengalami proses penggumpalan atau koagulasi spontan, sehingga terpisah dan

unsur larutan berwarna kuning jernih. Unsur larutan yang diperoleh dengan

membiarkan penggumpalan spontan dan unsur figurative disebut serum dan

bagian larutan dapat dilakukan lebih cepat dan sempurna bila tabung yang berisi

darah langsung disentrifugasi Hasil  akan diperoleh dua bagian yaitu endapan sel-

sel yang membentuk unsure figurative, serta cairan jernih yang juga berwarna

kuning jernih yang disebut juga sebagai serum

Antara plasma dan serum keduanya merupakan cairan darah yang bebas

dan sel dan sama-sama berwarna kuning jernih. Tetapi terdapat perbedaan yang

jelas, plasma diperoleh dengan mencegah proses penggumpalan darah, sedangkan

serum didapat dengan membiarkan proses tersebut. Pada plasma mengandung

senyawa fibninogen, suatu protein darah yang berubah menjadi faring dan serat-

serat fibrin dan penggumpalan, sedangkan pada serum tidak terdapat fibrinogen

karena fibrinogen sudah menjadi jaring fibrin yang menggumpal bersama unsur

figurative yang berupa sell sebaiknya didalam plasma masih tetap terdapat

fibrinogen yang tidak berubah menjadi fibrin karena adanya antikoagulan yang

ditambahkan.

Dalam pembuatan serum sel-sel darah menggumpal dan terjebak dalam

suatu anyaman yang luas dan kontraktif dan jaringan serat-serat fibrin. Sel-sel ini

tidak dapat dilihat secara terpisah-pisah melalui mikroskop. Sebaiknya dalam

penyimpanan plasma, sel-sel darah merah terendapkan dengan jelas didasar

tabung seperti penendapan plasma menghasilkan perusakan sel berdasarkan massa

jenis menjadi dua bagian. Sel-sel darah dengan cara seperti ini akan terpisah

menjadi lapisan eritrosit atau set darah merah yang merupakan lapisan tebal yang

dapat mencapai hampir seluruh volume darah. Dan terdapat lapisan tipis dan putih

Page 13: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

diatas lapisan eritrosit yang terjadi diatas sel-sel leukosit dan sejumlah trombosit

atau keping darah (Sadikin M, 2001).

9.    Spektofotometer

a.    Pengertian

Spektofotometer adalah suatu instrument yang digunakan untuk mengukur

transmitan atau absorbans Media ini sering digunakan dalam mengukur panjang

gelombang. Dengan media tersebut, maka panjang gelombang tunggal dapat

dideteksl biasanya, alat ini bisa dioperasi secara manual.

b.    Prinsip Dasar

Prinsip dasar dalam mekanisme pemeriksaan dengan spektofotometer

adalah jika suatu hem dikenakan pada suatu larutan molekul atom, maka sebagian

energy radiasi tersebut ada yang diserap dan ada pula yang dikeluarkan.

c.    Mekanisme Pemeriksaan Spektofotometer

1.    Komponen

Ada empat komponen dasar dan mekanisme pemeriksaan spektofotometer, yaitu :

a)    Sumber cahaya;

b)    Monochromator

c)    Kuvet;

d)    Photodetector.

2.    Pengukuran

Zat yang diukur diidentifikasi (berupa atom atau molekul), kemudian

dibuat interaksi antara radiasi elektromagnetik pada suatu panjang gelombang

dengan jenis zat tersebut. Informasi dari  zat kemudian ditransmisikan ke

photodetektor yang bertindak sebagai transducer yang merubah besaran tersebut

menjadi besaran listrik agar mudah diidentifikasi. Dengan kata lain, secara

kuantitatif energy yang diserap oleh zat akan identik dengan jumlah zat per

kandungan zat tersebut, sedangkan secara kualitatif panjang gelombang dimana

energy dapat diserap akan menunjukan jenis zatnya (www.xains-

info.blocispot.com/2008)

3.    Pompa calibrasi

System kerja pompa kalibrasi adalah sebagai berikut:

a)    Tekan on untuk menyalakan alat;

b)    Tekan jenis program;

c)    Tekan pompa;

Page 14: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

d)    Tekan pompa kalibrasi;

e)    Tekan cud, biarkan alat mengisap udara;

f)     Pipet aquadest dengan tepat, kemudian alat akan mengisap;

g)    Tekan ok

h)   Muncul air;

i)     Ok

4.    Cara membaca spektofotometer 5010

Ada beberapa langkah untuk membaca spektofotometer, yaitu :

a)    Tekan pengukuran dengan metode;

b)    Pilih no metode;

c)    Tekan enter 2 kali;

d)    Tekan ok 2 kali;

e)    Muncul di Iayar ukur blanko;

f)     Tekan nol lalu isap aquadest;

g)    Jika muncul reagen isap reagen;

h)   Jika muncul sampel isap sampel;

i)     Lalu tekan ok

B.   Kerangka Pikir

Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh manusia. Beratnya sekitar 1500 gr

atau 2% dan berat badan. Pada orang sehat, posisi normal dan hati adalah pada

kuba kanan diagfragma dan sebagian dan kuba kiri. Adapun fungsi hati yaitu

metabolisme dan mensintesis bilirubin.

Pemeriksaan bilirubin merupakan salah satu uji diagnostik fungsi hati.

Berikut matriks kerangka berpikir penulis dalam menelaah masalah pokok

penelitian ini.

E.   Hipotesis

Terdapat 2 hipotesis yang coba ditegakkan:

1.            Hipotesis nol (HO); yang merupakan HO dalam penelitian ini adalah tidak

ada perbandingan hasil  pemeriksaan bilirubin direk pada pengkomsumsi alkohol

dan yang tidak mengkomsumsi alkohol”.

2.            Hipotesis alternative (Ha); Penulis menetapkan Ha dan penelitian ini yaitu,

“ada perbandingan hasil  pemeriksaan bilirubin direk pada pengkomsumsi alkohol

dan yang tidak mengkomsumsi alkohol”.

Page 15: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.           Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui

perbandingan hasil pemeriksaan bilirubin direk pada pengkomsumsi alkohol

dan yang tidak mengkomsumsi alkohol.

B.           Populasi dan Sampel

1.    Populasi

Populasi dalam penelitian adalah serum pada mahasiswa  pengkomsumsi

alkohol dan yang tidak mengkomsumsi alkohol.

2.    Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah darah pada mahasiswa pengkomsumsi

alkohol dan yang tidak mengkomsumsi alkohol sebanyak 20 orang.

3.    Kriteria sampel

Dalam penelitian ini terdapat kriteria tertentu, karena yang di gunakan

adalah serum pengkomsumsi alkohol secara aktif dan yang tidak

mengkomsumsi alkohol pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Palangka Raya.

C.        Pengumpulan Data

1.    Tujuan untuk mengetahui adanya gangguan eksresi pada fungsi hati dan

membantu dalam mendiferensial diagnose ikterus.

2.    Metode pemeriksaan

Metode pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

langsung.

3.    Prinsip pemeriksaan

Bilirubin bereaksi dengan Diazitied Sulphanilic Acid (DSA) dengan

adanya cafein akan membentuk zat warna azo. Sedangkan pada penentuan

Bilirubin Direk tidak digunakan. Absorbant zat warna ini pada 546 nm,

sebanding dengan konsentrasi bilirubin dalam sampel. Glukoronides

bilirubin yang larut dalam air bereaksi langsung dengan DSA, yang mana

albumin yang terkonjugasi dalam bilirubin indirek hanya akan bereaksi

dengan DSA yang dibantu oleh accelerator (zat warna), seperti bilirubin

direk + bilirubin indirek.

Page 16: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

4.    Sampel pemeriksaan

Specimen yang diambil adalah serum. Peneliti berusaha sedemikian rupa

agar bahan pemeriksaan yang akan digunakan dalam keadaan segar (< 2

jam dari pengambilan sampel). Hal yang perlu diketahui bahwa bilirubin

dalam serum tetap stabil selama 3 bulan disimpan pada suhu 2O°.

D.           Definisi Operasional

1.    Alkohol adalah senyawa organik antara karbon hyrogen dan oksigen yang

molekulnya mengandung satu atau lebih radikal hidoksil (OH-) yang terikat

pada atom karbon.

2.    Darah adalah bahan atau specimen darah diambil dari vena.

3.    Serum adalah bagian cair dan darah yang tidak mengandung jaring fibrin

dan menggumpal bersama unsur viguratif yang berupa sel.

4.    Plasma adalah bagian cairan darah yang mengandung fibrinogen yang tidak

dapat berubah menjadi fibrin karena adanya antikoagulan yang

ditambahkan.

5.    Bilirubin adalah pigmen empedu yang terbentuk dari pemecahan eritrosit

tua dalam system monosit makrofag.

6.    Bilirubin direk adalah pemeriksaan bilirubin secara langsung.

7.    Spektofotometer adalah suatu instrument yang digunakan untuk mengukur

transmitan atau absorbans.

E.           Waktu dan lokasi Penelitian

1.    Waktu Penelitian

Penelitian ini akan direncanakan pada bulan April – Mei 2016

2.    Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Program Studi D-III

Analis Kesehatan Muhammadiyah Palangka Raya

F.         Variabel Penelitian

Ada dua variable yang ditetapkan pada penelitian ini yaitu, variable bebas

dan variable terikat.

1.    Variable bebas

Page 17: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

Yang merupakan variabel bebas pada penelitian ini adalah pemeriksaan

bilirubin direk pada pengkomsumsi alkohol dan yang tidak mengkomsumsi

alkohol yang menggunakan serum.

2.    Variable terikat

Yang merupakan variable terikat pada penelitian ini adalah hasil

pemeriksaan bilirubin direk pada peminum alkohol dan yang tidak

mengkomsumsi alkohol dengan menggunakan specimen serum.

H.           Prosedur Kerja

Alat dan Bahan

a.     Alat :

1.    Spektofotometer, Hg. 546 nm, tebal kuvet 1 cm.

2.    Klinipet 1000µI, 100µl, dan l0µl

3.    Tabung reaksi

4.    Rak tabung

5.    Tips warna kuning dan biru

6.    Stopwatch

b.     Reagensia Bilirubin

1.    Reagen 1      : Sulfanilac acid                   29 mmol/l

: HCl                                       0,17 N

2.    Reagen 2      : Sodium Nitrate                   25 mmol/l

3.    Reagen 3      : Cafein                                  0,25 mol/l

: Sodium bensoat                 0,62 mol/l

4.    Reagen 4      : Tartrate                                 0,93 mol/l

: NaOH                                   1,9 mol/l

: Larutan NaCl                      0,9%

c.     Specimen

1. Serum segar

2. Hindari sinar matahari langsung dan sinar lainnya

3. Hemolisis dan lipemik mengganggu pemeriksaan

d.     Cara kerja

1.    siapkan 2 buah tabung yang bersih dan steril dan diberi label (blanko dan

sampel)

Page 18: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

2.    Masing-masing tabung dimasukkan reagen 1 (sulfanilac acid) sebanyak

200µI

3.    Kedalam tabung sampel diisi dengan reagen 2 (sodium nitrate) sebanyak

50µl

4.    Pipet reagen 4 (Nacl 0,9%) sebanyak 2000µl dan masukan kedalam tabung

blanko dan sampel

5.    Pipet serum sebanyak 200µI, lalu masukkan kedalam tabung bianko dan

sampel

6.    Dihomogenkan

7.    Diinkubaasi selama 5 sampai 10 menit pada suhu kamar ±20°C sampai

dengan 25°C

8.    Baca hasilnya pada alat spektophotometer dengan panjang gelombang 546

nm (530-555 nm), tebal kuvet 1 cm.

9.    Dicatat hasilnya.

e.     Nilai Normal :Sampai dengan 227 mmol/l (0,05 – 0,3 mg/dl

I.              Analisis Data

Seluruh hasil pemeriksaan akan direkap ke dalam untuk mengetahui ada

perbedaan atau tidak atas bilirubin direk dalam darah pada peminum

alkohol dan yang tidak mengkomsumsi alcohol, akan dihitung statistic T.

dengan menggunakan komputerisasi SPSS.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.

T hitung :                    X1 + X2

              

                                       n1              n2

Keterangan:

X1        = Nilai rata-rata sampel 1

X2        = Nilai rata-rata sampel 2

n1        = Jumlah Sampel 1

n2        = Jumlah Sampel 2

S1        = Standar Deviasi Sampel 1

S2        = Standar Deviasi Sampel 2

Kriteria

Th > Tt = Ada perbandingan

Th <Tt = Tidak ada perbandingan.

Page 19: Proposal Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bilirubin Direk Pada Pengkomsumsi Alkohol Dan Yang Tidak Mengkomsumsi Alkohol

DAFTAR PUSTAKA

Ditulis oleh Jim Clark,diposting pada 28-10-2007

http://info-narkotika.blogspot.com/2011/05/pengertian-alskohol.html diakses pada

tanggal 03 maret 2012

Ditulis oleh Jim Clark,diposting pada 28-10-2007

http://www.chem-is-ateri_kimia/sifat_senyawa_organik/alkohol

diakses pada tanggal 05 maret 2012

Posted on 07 April 2011.Reviewed by: Narto,

http://efekalkoholmerusakorgan-organdalamtubuh diakses pada tanggal 05 maret

2012

Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009

            www.scribd.com/ihallatu/d/50198425-Bilirubin

diakses pada tanggal 10 maret 2012

Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009

http://artikelkedokteran.bilirubin.net.laboratoriumkesehatan

diakses pada tanggal 10 maret 2012

Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009

http://freshlifegreen.blogspot.com/2011/03/metabolisme-bilirubin.html

diakses pada tanggal 15 maret 2012

Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009

http://yayanakhyar.wordpress.com/2010/04/06/sedikit-mengenai-metabolisme-

bilirubin/ http://www.hi-lab.co.id/node/188

diakses pada tanggal 15 maret 2012

Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009

http://obstetriginekologi.com/artikel/

patofisiologi+mekanisme+pembentukan+bilirubin.html diakses pada tanggal 16

maret 2012

Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009

http://obstetriginekologi.com/artikel/patofisiologi+bilirubin.html

Ditulis oleh Susy, diposting pada 23-11-2009

Diakses pada tanggal 7 Januari 2015