Proposal Penyuluhan

25
PROPOSAL PENYULUHAN KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI Disusun oleh: KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA ISLAM JAKARTA 2013 0

description

Penyuluhan

Transcript of Proposal Penyuluhan

Page 1: Proposal Penyuluhan

PROPOSAL PENYULUHAN

KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI

Disusun oleh:

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA ISLAM JAKARTA

2013

0

Page 2: Proposal Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. IDENTITAS

Topik :

Sub Topik : fobia

Hari/Tanggal : …../…. November 2013

Waktu : 10.00-11.00 WIB

Sasaran : Pasien dan keluarga pasien yang berkunjung ke poliklinik

Tempat : Ruang tunggu poliklinik

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya mengetahui

tentang fobia, diharapkan pasien dan keluarga pasien yang merupakan sasaran dari

penyuluhan ini memahami tanda-tanda dan gejala dari fobia.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan para peserta dapat:

1. Memahami tentang fobia

2. Memahami gejala fobia dan tindakan yang akan dilakukan

IV. MATERI (TERLAMPIR)

V. MEDIA

1. Laptop

2. LCD

3. Microphone

4. Leaflat

VI. METODE

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Tanya jawab

1

Page 3: Proposal Penyuluhan

KEGIATAN PENYULUHAN

N

O

Kegiatan Penyuluhan Audiance Waktu

1. Pembukaan Mengucapkan salam

Memperkenalkan diri

Menjawab salam

Memperhatikan

5 menit

2. Isi Menyampaikan

pengetahuannya

Mendengarkan dan

memperhatikan

penyampaian materi

45 menit

3. Penutup Menyimpulkan materi

Memberikan

kesempatan peserta

untuk bertanya

Menutup dan

mengucapkan salam

Mendengarkan dan

memperhatikan

Aktif mengajukan

pertanyaan

Menjawab salam

10 menit

2

Page 4: Proposal Penyuluhan

FOBIA

I. PENDAHULUAN

Rasa takut merupakan reaksi manusiawi yang secara biologis merupakan mekanisme

perlindungan bagi seseorang pada saat menghadapi bahaya. Ketakutan adalah emosi yang

muncul pada saat orang menghadapi suatu ancaman yang membahayakan hidup atau salah satu

bidang kehidupan tertentu. Ketakutan biasa disebut dengan tanda peringatan terhadap hidup,

peringatan agar berhenti, melihat atau mendengarkan.

Setiap manusia dihadapkan pada peringatan serta ancaman yang sangat menuntut

perhatian. Rasa takut betul-betul memperlambat dan mengendalikan sejumlah besar emosi

psikosomatis. Salah satu tujuan dari pengendalian adalah untuk membantu seseorang untuk

menghindarkan diri dari bahaya dan mengatasinya. Bila seseorang diliputi rasa takut,

kebahagiaan maupun sukses kita terancam, orang itu sering mengalami rasa nyeri pada perut,

telapak tangan berkeringat, jantung berdenyut kencang, malas bergerak, gagap bicara dan lain

sebagainya. Pada saat menghadapi bahaya tertentu orang merasa takut dan tingkat ketakutan itu

biasanya sebanding dengan besar-kecilnya bahaya. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa

penyebab obyektif dari rasa takut itu justru dilupakan seseorang, sehingga reaksinya terasa lebih

berat, lebih cepat dan lalu menimbulkan kepanikan. Rasa takut yang sedemikian hebat ini sangat

tidak sebanding dengan penyebabnya. Inilah reaksi neurotik murni. Ketakutan inilah yang kita

sebut dengan fobia.1

Fobia adalah kecemasan luar biasa, yang terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon

terhadap keadaan eksternal tertentu. Penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa

memicu terjadinya kecemasan atau menjalaninya dengan penuh tekanan. Penderita menyadari

bahwa kecemasan yang timbul adalah berlebihan dan karena mereka sadar bahwa kecemasan

yang timbul adalah kelebihan dan karena itu mereka sadar bahwa memiliki masalah.2

II. PEMBAHASAN

3

Page 5: Proposal Penyuluhan

A. DEFINISI FOBIA

Fobia adalah rasa takut yang kuat dan menetap serta tidak sesuai dengan stimulus, tidak

rasional bahkan bagi penderita sendiri, yang menyebabkan penghindaran objek maupun situasi

yang ditakuti tersebut. Apabila cukup menimbulkan penderitaan dan ketidakmampuan maka

disebut sebagai gangguan fobia. Rasa takut yang umum, ringan, sering muncul, tetapi bersifat

sementara (misal, takut pada kegelapan, ketinggian, ular) tidak didiagnosis sebagai fobia. Fobia

dapat menjadi lebih parah dan dapat berkurang hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun

walaupun dapat menghilang secara tiba-tiba. Akan tetapi, pada kasus berat, fobia dapat berlanjut

terus hingga puluhan tahun dan secara perlahan berubah menjadi gangguan depresi. Rasa takut

pada fobia dapat menyeluruh pada tahap perkembangannya (misal, takut pada toko,

digeneralisasikan dengan takut pada jalan di depan toko, kemudian digeneralisasi lagi menjadi

takut pada seluruh areal perbelanjaan).3

Fobia juga didefinisikan timbulnya rasa kecemasan yang berlebihan ketika seseorang

terpapar oleh situasi spesifik atau objek atau ketika berusaha mengantisipasi paparan situasi

maupun objek. Derajat tingkat penghindaran membantu dalam menentukan tingkat beratnya

gangguan. Gangguan fobia menjadi 3 kelompok utama yaitu fobia spesifik, agrofobia, dan social

fobia. DSM-IV-TR menekankan bahwa kemungkinan serangan panik dapat dan sering terjadi

pada pasien dengan fobia spesifik dan fobia social, tetapi serangan panic diperkirakan mungkin

terjadi pada serangan pertama. Kebanyakan serangan panik tidak beragam terhadap paparan

stimulus fobia atau antisipasi pada orang yang punya kemungkinan untuk itu. Seseorang dengan

fobia didefinisikan sebagai terhadap mereka yang menghindari stimulus fobia, beberapa diantara

mereka memiliki masalah besar untuk menghindari situasi yang menyebabkan kecemasan.

Disamping itu untuk menghindari stresor dari stimulus fobia, banyak orang fobia memiliki

gangguan substance-related, terutama seperti penggunaan alcohol. Lebih lanjut, diperkirakan 1

dari 3 pasien social fobia memiliki gangguan depresi mayor.1,4,5

B. EPIDEMIOLOGI

4

Page 6: Proposal Penyuluhan

Gangguan fobia sering terjadi pada masyarakat umum. Survei epidemiologi terbaru.

Memperkirakan angka kejadian dalam setahun dan prevalensi seumur hidup, berturut-turut: fobia

spesifik—5.5% dan 11.3%; fobia sosial—4.5% dan 13.3%; dan agoraphobia—2.3% dan 6.7%.

Wanita memiliki kemungkinan 1.5–2 kali lebih besar dibanding laki-laki. Onset fobia terjadi

ketika masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa, dan perjalanan fobia yang terjadi hingga

dewasa adalah kronik dan seumur hidup.6

C. PENGGOLONGAN

1. Agorafobia

Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik. Fobia multiple disertai anxietas kronis

terutama rasa takut akan ruangan terbuka dan/atau tertutup, tempat yang tidak dikenal,

kesendirian, dan yang lebih umum adalah kehilangan rasa aman. Beragam rasa takut

dan hipokondriasis dapat muncul juga, demikian pula beberapa gejala lain termasuk

pingsan, pikiran obsesif, depersonalisasi (merasa dirinya tidak nyata, terpisah), dan

derealisasi (merasa sekelilingnya tidak nyata). Depresi merupakan hal yang lazim

muncul, dan hal ini paling banyak menimbulkan ketidakmampuan pada pasien

gangguan fobia.

Gangguan panic dengan agoraphobia. Fobia tipe ini mugkin merupakan bagian

dari gangguan panic karena kebanyakan pasien agoraphobia pada umumnya memiliki

serangan panic. Pasien dengan kombinasi ini secara khas mengembangkan

agoraphobia sebagai perluasan dari gangguan panic, missal, serangan panic yang tidak

terduga menyebabkan mereka menghindari tempat umum karena takut mengalami

serangan (ansietas antisipatorik) yang kemudian akan mendorong perilaku panic

(penghindaran fobik). Kombinasiini bahkan lebih menimbulkan ketidakmampuan

daripada agoraphobia itu sendiri, dan umumnya berkembang pada usia 20-an

(perempuan : laki-laki = 2 : 1). Faktor genetic serupa dengan gangguan panic (10%

atau lebih tampak pada keluarga dan derajat pertama).3

2. Fobia Sosial

5

Page 7: Proposal Penyuluhan

Perasaan takut akan diperhatikan dengan seksama oleh orang lain ketika

berbicara didepan umum, ketika menggunakan kamar mandi umum, dsb. Khususnya

dimulai pada usia remaja dan ditemukan pada 3-4% populasi (perempuan:laki-laki

2:1). Beberapa pasien terganggu dengan aktivitas social yang spesifik dan terbatas,

sedangkan yang lain menderita akibat pajanan social apapun. Cemas menyeluruh yang

jelas. Umumnya terdapat pada kasus yang parah. Pasien mengendalikan rasa takutnya

dengan cara menghindar, dapat menimbulkan hendaya social. Pada beberapa kasus

dihubungkan dengan penyalahgunaan zat dan depresi.3

3. Fobia Spesifik

Monofobia terhadap binatang, badai, ketinggian darah, jarum dsb. Biasanya

dimulai pada masa kecil, ditemukan pada 10% atau lebih pada populasi (lebih banyak

pada wanita), dan memiliki beberapa gejala atau sindrom terkait.3

Beberapa jenis fobia spesifik4 :

- Acrophobia : Ketakutan terhadap ketinggian

- ailurophobia : Ketakutan terhadap kucing

- hydrophobia : Ketakutan terhadap air

- claustrophobia : Ketakutan terhadap tempat sempit

- cynophobia : Ketakutan terhadap anjing

- mysophobia : Ketakutan terhadap kotoran dan kuman

- pyrophobia : Ketakutan terhadap api

- xenophobia : Ketakutan terhadap orang asing

- zoophobia : Ketakutan terhadap hewan

D. ASPEK DINAMIKA FOBIA

6

Page 8: Proposal Penyuluhan

Beberapa pendapat mengenai terjadinya fobia :

Trauma dan stress :

Suatu trauma yang mendadak dapat diikuti terjadinya fobia terhadap objek yang

berhubungan dengan kejadian tersebut. Ada waktu tenggang “the lag phase” dari

beberapa hari sampai permulaan gangguan fobik, yang kemudian akan berkembang

dengan intensitas penuh. Tidaklah begitu jelas apa yang terjadi selama waktu senggang

tersebut, kemungkinan selama periode tersebut pasien mengulang trauma tersebut di

dalam pikirannya dan membangun asosiasi emosi yang meningkat dan akhirnya emosi

tersebut menjadi pelatuk terjadinya fobia.7

Modelling peneladanan :

Cara ini kadang-kadang mempengaruhi terbentuknys fobis. Banyak anak-anak

mendapat fobia menetap karena tingkah laku orang tuanya. Pasien agoraphobia sering

mempunyai saudara dekat yang menderita agoraphobia, walau sebagian besar

agoraphobia tidak semuanya mempunyai saudara yang agoraphobia. Pengalaman dari

cara teladan orang lain jelas ada tetapi bukanlah sebagai peran utama dalam pembentukan

fobia.7

Asosiasi sensorik :

Asosiasi sensorik berperan penting dalam seleksi atau pemilihan objek fobik. Jika

ada suatu ketakutan hebat yang terjadi dalam suatu keadaan sensorik khusus, maka

cenderung untuk tampil kembali di kemudian haripada situasi-situasi yang mirip. Dari

sudut psikoanalitik, Freud membahas adanya asosiasi sensorik, ini sering terdapat pada

agoraphobia, dan ternyata ketakutan yang timbul adalah pengulangan atau repetisi suatu

serangan mendadak dalam kondisi khusus yang ia anggap bahwa ia tidak akan sanggup

meloloskan diri dari situasi tersebut. 7

Simbolisasi pada fobia :

7

Page 9: Proposal Penyuluhan

Fobia mengikat dan memusatkan kecemasan mengambang (free floating anxiety)

kepada simbolik objek yang dapat dan enak dipakai, dan mudah dihindari, hal ini

melindungi pasien dari kecemasan yang lebih hebat. 7

E. GAMBARAN KLINIS

Pasien mengalami rasa cemas dan panik yang terkait dengan objek, kegiatan atau

situasi yang spesifik. Pada fobia sosial focus dari takutnya itu ialah pada peristiwa

dipermalukan seseorang di tempat ramai; sedangkan agoraphobia fokus takutnya ialah

ketidakmampuan untuk melarikan diri. Fobia spesifik ialah rasa takut yang tak sesuai

kenyataan terhadap stimuli spesifik seperti laba-laba, ular, hewan, tempat tinggi,

halilintar, penyakit, cedera, kesendirian, kematian, dan ketularan penyakit.

Gejala fobik dapat disebabkan oleh intoksikasi stimulansia atau halusinogen, dan

jarang oleh sebab organic, seperti tumor otak kecil atau serebrovaskular. Penyebab

tersebut biasanya dapat dikenali dengan melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Pasien skizofrenia mungkin mengidap rasa takut akibat waham tentang suatu

ransangan yang spesifik, tetapi mereka tidak menyadari bahwa rasa takut itu sebenarnya

tidak berdasarkan kenyataan, dan mereka biasanya menunjukkan gejala skizofrenia

lainnya.

Kecemasan hebat pada seorang pasien dengan fobia dapat mengakibatkan gejala

faali, juga psikologik. Manifestasi kecemasan itu termasuk gelisah, diare, pusing,

palpitasi, hiperhidrosis, tremor, sinkope, takikardia, dan gejala pada air seni. Beberapa

pasien menunjukkan perilaku yang justru bertentangan terhadap fobianya itu, misalnya

dengan sengaja mencari rengsangan yang menimbulkan rasa takut itu dan dihadapi secara

berulang dalam usaha untuk mengatasi rasa takutnya.8

F. DIAGNOSIS

8

Page 10: Proposal Penyuluhan

Kriteria diagnostik DSM-IV untuk Fobia adalah sebagai berikut :

Kriteria diagnosis DSM-IV untuk Agarophobia :

Kode gangguan tertentu untuk Agoraphobia (300.21 Gangguan panik misalnya dengan

Agoraphobia atau 300.22 Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik).

1. Kecemasan tentang berada di tempat atau situasi di mana melarikan diri mungkin sulit (atau

memalukan) atau di mana bantuan mungkin tidak tersedia dalam peristiwa mengalami

serangan panik tak terduga atau situasional cenderung panik atau gejala seperti.

Agoraphobia takut biasanya melibatkan kelompok karakteristik situasi yang meliputi berada

di luar rumah saja: berada di kerumunan atau berdiri di baris, berada di sebuah jembatan:

dan bepergian dalam, kereta mobil bus, atau. Catatan: mempertimbangkan diagnosis Phobia

khusus jika penghindaran terbatas pada satu atau hanya beberapa situasi tertentu atau Fobia

Sosial jika penghindaran terbatas pada situasi sosial.

2. Situasi dihindari (misalnya perjalanan dibatasi) atau yang lain yang mengalami kesusahan

dengan ditandai atau dengan kecemasan tentang memiliki serangan panik atau panik seperti

gejala, atau memerlukan kehadiran pendamping.

3. Kecemasan atau penghindaran fobia ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental

lain, seperti fobia sosial (misalnya penghindaran terbatas pada situasi sosial karena takut

malu), fobia spesifik (penghindaran terbatas pada satu situasi seperti elevator), Obsesif

Kompulsif Disorder (menghindari misalnya kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang

pencemaran), Posttraumatic stress Disorder (penghindaran misalnya rangsangan yang

berhubungan dengan stressor yang parah) atau Gangguan Kecemasan Pemisahan

(egavoidance meninggalkan rumah atau kerabat).

Kriteria diagnosis DSM-IV untuk 300.22 Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik :

9

Page 11: Proposal Penyuluhan

1. Kehadiran Agoraphobia terkait dengan takut gejala panik seperti berkembang (misalnya

pusing atau diare).

2. Kriteria tidak pernah bertemu untuk Panic Disorder.

3. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya

penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum.

4. Jika kondisi medis umum terkait hadir, ketakutan dijelaskan dalam kriteria A jelas lebih dari

yang biasanya berhubungan dengan kondisi.

Ringkasan DSM-IV kriteria diagnostik 300.01 Panic Disorder tanpa Agoraphobia dan 300.21

Panic Disorder dengan Agoraphobia

1. Kedua (1) dan (2)

- Berulang Panic Attacks tak terduga

- Setidaknya salah satu serangan telah diikuti oleh setidaknya satu bulan sebagai berikut:

o Persistent keprihatinan tentang memiliki serangan tambahan

o Khawatir tentang implikasi dari serangan atau konsekuensinya (misalnya

kehilangan kontrol, mengalami serangan jantung, atau gila)

o Perubahan yang signifikan dalam perilaku yang berhubungan dengan serangan

2. Kriteria ini berbeda untuk Panic Disorder dengan dan tanpa Agoraphobia sebagai berikut:

Untuk 300,21 Panic Disorder dengan agoraphobia: kehadiran Agoraphobia. Untuk 300,01

Panic Disorder tanpa Agoraphobia: tidak adanya Agoraphobia.

3. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya

penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme).

4. Serangan panik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti fobia sosial

(misalnya terjadi pada paparan takut situasi sosial), Phobia khusus, (misalnya pada paparan

situasi fobia), Obsesif Kompulsif Disorder (misalnya pada paparan kotoran di seseorang

dengan obsesi tentang pencemaran), Posttraumatic stress Disorder, (misalnya dalam

menanggapi rangsangan yang berhubungan dengan stres yang parah), atau pemisahan

Anxiety Disorder (misalnya dalam menanggapi berada jauh dari rumah dan kerabat dekat).

10

Page 12: Proposal Penyuluhan

DSM-IV kriteria diagnostik 300.23 Fobia Sosial :

1. Sebuah ketakutan ditandai dan gigih dari satu atau lebih situasi sosial atau kinerja di

mana orang tersebut terkena orang asing atau pengawasan yang mungkin oleh orang lain.

Individu kekhawatiran bahwa ia akan bertindak dengan cara (atau menunjukkan gejala

kecemasan) yang akan memalukan atau memalukan. Catatan: Pada anak-anak, harus ada

bukti dari kapasitas sesuai dengan usia hubungan sosial dengan orang-orang akrab dan

kecemasan harus terjadi pada pengaturan sebaya, tidak hanya dalam interaksi dengan

orang dewasa.

2. Paparan situasi sosial ditakuti hampir selalu memprovokasi kecemasan, yang dapat

mengambil bentuk Panic Attack situasional terikat atau situasional cenderung. Catatan:

Pada anak-anak, kecemasan dapat dinyatakan dengan menangis, mengamuk, pembekuan,

atau menyusut dari situasi sosial dengan orang-orang asing.

3. Orang mengakui bahwa rasa takut berlebihan atau tidak masuk akal. Catatan: Pada anak-

anak, fitur ini mungkin tidak ada.

4. Situasi sosial atau kinerja takut dihindari atau yang lain yang mengalami kecemasan

intens atau distress.

5. Penghindaran, antisipasi cemas, atau tekanan dalam situasi sosial atau kinerja takut

mengganggu secara signifikan dengan rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, atau

kegiatan sosial atau hubungan, atau ada ditandai marabahaya tentang memiliki fobia.

6. Pada individu di bawah usia 18 tahun, durasi minimal 6 bulan.

7. Ketakutan atau penghindaran tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu

zat (misalnya, penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum dan tidak lebih baik

dijelaskan oleh gangguan mental lain (misalnya, Panic Disorder Dengan atau Tanpa

Agoraphobia , Pemisahan Anxiety Disorder, tubuh dismorfik Disorder, sebuah Disorder

Perkembangan Pervasif, atau Schizoid Personality Disorder).

8. Jika kondisi medis umum atau gangguan mental lain hadir, ketakutan dalam Kriteria A

tidak berhubungan dengan itu, misalnya, rasa takut ini bukan dari Gagap, gemetar dalam

penyakit Parkinson, atau menunjukkan perilaku makan abnormal pada Anorexia nervosa

atau Bulimia Nervosa.

11

Page 13: Proposal Penyuluhan

Ditetapkan jika:

Secara umum: jika ketakutan termasuk situasi yang paling sosial, juga mempertimbangkan

diagnosis tambahan Avoidant Personality Disorder.

DSM-IV kriteria untuk 300.29 Spesifik fobia :

1. Ditandai takut dan gigih yang berlebihan atau tidak masuk akal, cued oleh kehadiran atau

antisipasi suatu objek atau situasi tertentu (misalnya terbang, ketinggian, binatang,

menerima suntikan, melihat darah)

2. Paparan terhadap stimulus fobia hampir selalu memprovokasi respon kecemasan

langsung, yang dapat mengambil bentuk serangan panik situasional terikat atau

situasional pra dibuang. Catatan: pada anak-anak, kecemasan dapat dinyatakan dengan

menangis, mengamuk, pembekuan atau menempel.

3. Orang mengakui bahwa rasa takut yang berlebihan dan tidak masuk akal. Catatan: pada

anak-anak fitur ini mungkin tidak ada.

4. Situasi fobia dihindari atau bertahan dengan kecemasan intens atau distress.

5. Penghindaran, antisipasi cemas, atau tekanan dalam situasi yang ditakuti mengganggu

secara signifikan dengan rutinitas seseorang, pekerjaan (atau akademik) berfungsi, atau

kegiatan sosial atau hubungan atau ada marabahaya ditandai tentang memiliki fobia.

6. Pada individu di bawah usia 18 tahun durasi minimal 6 bulan.

7. Serangan panik kecemasan atau penghindaran fobia yang berhubungan dengan objek

tertentu atau situasi yang tidak lebih baik dijelaskan oleh kelainan mental seperti OCD

(misalnya takut kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang pencemaran), posting

gangguan stres traumatik (misalnya menghindari sekolah) , fobia sosial, gangguan panik

dengan agorafobia atau agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik).

From American Psychiatric Association : Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disordered, 4th edition, Washington, DC 1994.9

Menurut buku PPDGJ-III diagnosis terhadap gangguan anxietas fobia dibagi menjadi 3

kelompok utama yaitu agoraphobia dengan kode diagnosis F40.0 yang dibagi menjadi 2

kode diagnosis F40.00 untuk agorafobia tanpa gangguan panic, F40.01 untuk kode

12

Page 14: Proposal Penyuluhan

diagnosis agoraphobia dengan gangguan panik, fobia sosial dengan kode diagnosis F40.1,

dan Fobia khas dengan kode diagnosis F40.2.10

G. DIAGNOSIS BANDING

Gangguan fobik kadang sulit dibedakan dari gangguan obsesif-kompulsif, pasien

mengidap sebuah pikiran yang obsesif tentang stimulusnya, lalu menimbulkan perilaku

kompulsif untuk meringankan anxietasnya.8

H. PENATALAKSANAAN

1. Terapi kognitif-perilaku3

Terapi ini amat penting pada ketiga tipe fobia. Kunci pengobatan adalah

dilakukan pemajanan pada objek atau situasi yang ditakuti disertai dengan pembalikan

dari kepercayaan (kognisi) bahwa sesuatu yang menakutkan dan tidak diharapkan akan

terjadi di masa datang. Desensitisasi sistematik (dengan inhibisi respirokal)

menggunakan hirarki bertingkat dalam pemberian stimulus yang menakutkan, dimulai

dari yang kurang ditakuti hingga yang paling ditakuti, melatih pasien meningkatkan

keberaniannya untuk menghadapi objek yang ditakuti. Pada teknik pembanjiran

(flooding) pasien menghadapi objek atau situasi ditakuti secara langsung. Sedangkan

pada teknik pemberondongan (implosion), pemajanan berupa ide dari objek yang

ditakuti atau gambaran jelas mengenai konsekuensi buruk yang akan terjadi dari objek

atau situasi tersebut. Penatalaksanaan seperti ini mungkin membutuhkan (atau dapat

ditingkatkan dengan) terapi suportif atau obat ansietas.

2. Terapi Farmakologi7

a. Benzodiazepine

Efektif mengontrol dan mengobati anxietas. Obat ini menurunkan anxietas yang

menyeluruh dan mengurangi “anticipatory anxiety”. Dengan demikian memodifikasi

dan mencegah serangan panic.

b. Antidepresi Trisiklik

Obat ini menolong untuk menghambat serangan panic yang datangnya secara

spontan dan berguna pula untuk mengurangi tingkatan dari anxietas. Tetapi belum

13

Page 15: Proposal Penyuluhan

diketahui secara pasti apakah ini hasil dari efek antidepresi atau memang karena

memiliki efek spesifik pada gangguan panic dan agoraphobia. Golongan trisiklik yang

kelihatannya paling efektif adalah Imipramine dan Comipramine, dalam dosis 50-100

mg sehari.

c. Inhibitor Monoamine Oksidase

Obat ini efektif untuk mengatasi serangan panic dan agoraphobia. Tetapi

penggunaan obat ini sebaiknya ditangani oleh orang yang ahli yang dapat memberikan

nasihat sebelum memulai pengobatan dengan obat ini.

3. Terapi lainnya7

a. Relaksasi

Ini dengan mudah dapat dipelajari melalui pita-pita rekaman atau dalam

session terapeutik. Teknik yang umumnya dipakai adalah relaksasi progresif

dari otot-otot.

b. Hyperventilation

Banyak penderita agoraphobia melakukan pernafasan secara berlebihan tanpa

ia sadari dan hal ini sering tidak kelihatan oleh dokter maupun pasien sendiri.

Salah satu tanda hiperventilasi adalah perasaan geli pada ujung-ujung jari

tangan maupun kaki sekitar mulut. Karena hiperventilasi dapat menyebabkan

serangan panic, maka pasien harus diajarkan untuk mendeteksi keadaan ini

pada dirinya dan belajar mengontrol pernafasan dengan frekuensi satu kali

nafas tiap 6 detik.

c. Distraction (mengalihkan perhatian)

Setiap pikiran dan aktivitas yang dapat mengalihkan perhatian dari symptom-

simptom somatic yang merupakan preokupasi pasien, dapat mengurangi

anxietas. Meskipun sederhana, tetapi teknik ini amat efektif.

I. PROGNOSIS

14

Page 16: Proposal Penyuluhan

Fobia spesifik punya prognosis yang paling baik. Fobia sosial cenderung

meningkat secara berangsur-angsur dan agoraphobia yang paling buruk prognosisnya

disbanding kelompok fobia lainnya, karena cenderung kea rah kronik..5

KESIMPULAN

Fobia juga didefinisikan timbulnya rasa kecemasan yang berlebihan ketika seseorang

terpapar oleh situasi spesifik atau objek atau ketika berusaha mengantisipasi paparan situasi

maupun objek. Derajat tingkat penghindaran membantu dalam menentukan tingkat beratnya

gangguan. Gangguan fobia menjadi 3 kelompok utama yaitu fobia spesifik, agrofobia, dan social

fobia.4,5

Fobia sosial focus dari takutnya itu ialah pada peristiwa dipermalukan seseorang

di tempat ramai; sedangkan agoraphobia fokus takutnya ialah ketidakmampuan untuk melarikan

diri. Fobia spesifik ialah rasa takut yang tak sesuai kenyataan terhadap stimuli spesifik seperti

laba-laba, ular, hewan, tempat tinggi, halilintar, penyakit, cedera, kesendirian, kematian, dan

ketularan penyakit.8

Ada beberapa cara dalam pendekatan dalam pengobatan yang dipakai untuk

menanggulangi fobia. Jika cara-cara ini dikombinasikan akan memberikan banyak manfaat pada

penderitaan fobia. Para ahli yang bekerja di bidang kesehatan jiwa yang mempunyai orientasi

deskriptif dan dinamik, menyadari bahwa keduanya saling melengkapi dan menambah relevansi

klinik dari gejala-gejala yang ditampilkan pasien. Ditinjau dari aspek dinamik tentunya setiap

pasien mempunyai ciri khas masing-masing, dan dari aspek deskriptif kita menemukan gejala

yang terlihat saat itu. Dengan memberikan tempat yang wajar pada kedua pandangan itu serta

penanggulangannya iyang tepat, maka diharapkan penderita akan mendapatkan terapi yang tepat

dan adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

1. www.duniapsikologi.com. 2012. Rasa Takut, Apakah Anda Fobia?.

2. www.medicastor.com. 2004. Penyakit Keturunan (Fobia).

15

Page 17: Proposal Penyuluhan

3. Dafit, A. Tomb MD. Psikiatri (Psychiatry). Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. James S, Benjamin MD. Alcott S, Virginia MD. Synopsis of psychiatry 9th edition.

New York.

5. Puri, Basant K. Laking, Paul J, Treaseden. 2002. Text Book of Psychiatry 2nd edition.

Churchill Livingstone . London.

6. Rubin, Eugene H MD, PhD, Charles F Zomanski, MD. 2005. Adult Psychiatry 2nd edition.

Blackwell Publishing. Victoria. Australia.

7. Budiman, Richard. 1987. Neurosis Fobik dan Cara Penanggulangannya in Indonesian

Psychiatric Quarterly. Yayasan Kesehatan Jiwa Dharmawangsa. Jakarta.

8. Harold I. Kaplan, M.D. Benjamin J. Sadock, M.D. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat.

Widya Medika

9. Diagnostic and Statical Manual of Mental Disorder. Fourth Edition DSM-IV.

10. Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III. PT. Nuh Jaya. Jakarta.

16