Proposal Nana,REVISI 2
-
Upload
lungguhan-siregar -
Category
Documents
-
view
229 -
download
1
Transcript of Proposal Nana,REVISI 2
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
1/18
1
A. JUDUL
GAMBARAN SWAMEDIKASI ( SELF MEDICATION ) PADA MAHASISWA
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia telah dikaruniai naluri alamiah untuk mempertahankan hidupnya,
misalnya ketika sakit ia cendrung berusaha untuk mencari penyembuhan dengan cara
mengobati dirinya sendiri. Tanpa tubuh dan jiwa yang sehat, seseorang tidak dapat
menjalankan kehidupan dengan normal, sehingga setiap orang selalu mengupayakan
agar dirinya sehat (Subaryanti, 1993).
Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pengobatan sendiri atau
dikenal dengan swamedikasi. Swamedikasi adalah tindakan pemilihan dan
penggunaan obat, baik obat modern maupun obat tradisional oleh individu untuk
mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri. Dengan kata lain
swamedikasi merupakan tindakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh
masyarakat atas inisiatif mereka sendiri (WHO, 1998).
Dalam upaya pemeliharaan kesehatan, swamedikasi merupakan upaya pertama dan terbanyak dilakukan mahasiswa untuk mengatasi keluhan kesehatannya
seperti batuk, sakit kepala, flu, demam dan diare dengan alasan mudah, murah dan
praktis, sehingga peranannya tidak dapat diabaikan dalam kehidupan. Mahasiswa
memperoleh informasi pengobatan dari buku kesehatan, pengalaman terdahulu,
keluarga, teman, dan media informasi yang tersedia (Almasdy dan azmy, 2011).
Seseorang yang sakit biasanya akan mendiagnosa penyakitnya sendiri dan
membeli obat yang dikiranya dapat menyembuhkan penyakitnya itu, tanpamempertimbangkan efek-efek obat yang dapat merugikan (Indrawati, 1995). Adapun
faktor yang berperan pada perilaku swamedikasi antara lain adalah persepsi tentang
sakit, ketersediaan obat yang dijual bebas, serta ketersediaan informasi mengenai
penggunaan obat tersebut (Suryawati, 1997).
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
2/18
2
Dari data World Health Organization (WHO), di banyak negara sampai 80%
penyakit dicoba diobati sendiri oleh penderita (Suryawati, 1997). Berdasarkan hasil
Susenas tahun 2009, BPS mencatat bahwa terdapat 66% orang sakit di Indonesia
yang melakukan swamedikasi ( Kartajaya, 2011 ).
Persentase terbesar penduduk Indonesia yang menggunakan obat dalam
swamedikasi adalah kelompok usia sekolah dan usia kerja 51%. Hal ini mungkin
menunjukkan bahwa penduduk pada kelompok usia sekolah dan usia kerja lebih
menyukai swamedikasi untuk menanggulangi keluhan sakit karena dapat menghemat
waktu dan biaya (Supardi, 1997). Hasil penelitian Worku (2003) juga menyatakan
yang paling banyak melakukan pengobatan sendiri adalah usia dibawah 30 tahun
59,5%.
Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan Zuriana (2002) pada mahasiswa
farmasi tahun tiga Universitas Andalas Padang, terdapat 87% mahasiswa yang
melakukan swamedikasi. Sebesar 70% sumber informasi yang digunakan mahasiswa
dalam swamedikasi adalah iklan dan 57% alasan mahasiswa melakukan
swamedikasi adalah mudah.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentanggambaran swamedikasi ( self medication) pada mahasiswa Universitas Andalas
Padang.
C. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran perilaku
swamedikasi pada mahasiswa Universitas Andalas Padang ?
D. TUJUAN
1. Umum : Mengetahui gambaran perilaku swamedikasi pada mahasiswa
Universitas Andalas Padang.
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
3/18
3
2. Khusus :
a. Mengetahui sumber informasi obat yang digunakan.
b. Mengetahui alasan mahasiswa melakukan swamedikasi.
c. Mengetahui dimana mahasiswa mendapatkan obat.
d. Mengetahui persepsi mahasiswa terhadap efektifitas pengobatan.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Dapat memberikan gambaran penggunaan obat dalam swamedikasi pada mahasiswa
Universitas Andalas Padang.
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat secara umum
Menghasilkan data informasi yang dapat digunakan untuk menyusun kebijakan
dalam upaya meningkatkan dan promosi kesehatan pada lingkungan remaja
khususnya lingkungan kampus.
2. Manfaat bagi pendidikan
Untuk menambah pengetahuan, khususnya mengenai gambaran penggunaan obat
dalam swamedikasi pada mahasiswa.
3. Manfaat bagi peneliti / mahasiswa
Mengembangkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang gambaran
penggunaan obat dalam swamedikasi serta acuan untuk penelitian selanjutnya.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. SWAMEDIKASI
1.1. Definisi
Swamedikasi adalah tindakan pemilihan dan penggunaan obat, baik obatmodern maupun obat tradisional oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala
yang dapat dikenali sendiri. Dengan kata lain swamedikasi merupakan tindakan
penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka
sendiri (WHO, 1998).
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
4/18
4
Sedangkan menurut The International Pharmaceutical Federation (FIP) yang
dimaksud dari swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat non resep
oleh seseorang atas inisiatif sendiri (FIP, 1999). Menurut Supardi (2005),
Swamedikasi adalah upaya pengobatan yang mengacu pada kemampuan sendiri,
tanpa petunjuk dokter atau tenaga medis, untuk mengatasi sakit atau keluhan
penyakit ringan dengan menggunakan obat-obat yang di rumah atau membeli
langsung ke toko obat atau apotek.
Swamedikasi boleh dilakukan pada kondisi penyakit ringan, umum dan tidak
akut. Penyakit yang umum dihadapi pada swamedikasi antara lain sakit kepala,
batuk, sakit mata, konstipasi, diare, sakit perut, sakit gigi, penyakit pada kulit seperti
panu, sakit pada kaki dan lain sebagainya (Edwards & stillman, 2000).
2.2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Swamedikasi
Menurut WHO, faktor yang mempengaruhi swamedikasi diakibatkan oleh
beberapa faktor berikut ini (WHO, 1998) :
1. Faktor Sosial ekonomi.
Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat, semakin tinggi tingkat
pendidikan dan semakin mudah akses untuk mendapatkan informasi.
Dikombinasikan dengan tingkat ketertarikan individu terhadap masalah kesehatan,
sehingga terjadi peningkatan untuk dapat berpartisipasi langsung terhadap
pengambilan keputusan dalam masalah kesehatan.
2. Kemudahan memperoleh produk obat
Saat ini pasien dan konsumen lebih memilih kenyamanan membeli obat yang
bisa diperoleh dimana saja, dibandingkan harus menunggu lama di rumah sakit atau
klinik.
3. Ketersediaan produk
Banyaknya tersedia produk obat baru dan obat yang dikenal sejak lama
mempunyai indeks keamanan yang baik yang sesuai untuk swamedikasi,membuat
pilihan produk obat untuk swamedikasi semakin banyak.
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
5/18
5
Swamedikasi akan berjalan dengan baik dan terus meningkat. Beberapa faktor
berperan dalam peningkatan tersebut, yaitu (Widayati, 2006) :
1.
Pengetahuan masyarakat tentang penyakit ringan dan berbagai gejala serta pengobatannya.
2. Motivasi masyarakat untuk mencegah atau mengobati penyakit ringan yang
mampu dikenali sendiri.
3. Ketersediaan dan kemudahan mendapatkan obat-obat yang dapat dibeli bebas
tanpa resep dokter secara luas dan terjangkau untuk mengatasi penyakit ringan
atau gejala yang muncul, serta
4. Diterimanya pengobatan tradisional sebagai bagian dari sistem kesehatan.
Mahasiswa yang mempersepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan
cenderung untuk memilih swamedikasi ( self medication ) dengan membeli obat di
toko obat atau apotek. Mahasiswa yang mengganggap penyakit mereka serius,
apabila dalam tiga hari sampai seminggu tidak sembuh maka mereka cenderung
untuk memilih pergi ke dokter atau pelayanan kesehatan lain (Suryawati, 1997).
Salah satu faktor penentu yang berperan dalam tindakan swamedikasi ( self
medication ) yaitu tersedianya sumber informasi tentang obat dan pengobatan.
Ketersedian sumber informasi tentang obat dapat menentukan keputusan dalam
pemilihan obat (Sukasediati, 1992). Sumber informasi utama untuk melakukan
swamedikasi umumnya berasal dari media massa.Mahasiswa mutlak memerlukan
informasi yang jelas dan terpecaya agar penentuan kebutuhan jenis atau jumlah obat
dapat diambil berdasarkan alasan yang rasional (Suryawati, 1997).
Secara keseluruhan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
penggunaan obat dalam swamedikasi yaitu pendidikan, pekerjaan, persepsi sakit,
pengetahuan tentang obat, waktu, biaya, kepraktisan, masalah privasi, jarak tempuh,
kurang puas terhadap pelayanan kesehatan dan dorongan sosial (Almasdy dan Azmi,
2011, Supardi, 2003).
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
6/18
6
2.3. Keuntungan dan Kerugian Swamedikasi
Dewasa ini mahasiswa sudah lebih menyadari tanggung jawabnya atas
kesehatan diri. Dimana dirasakan kebutuhan akan penyuluhan yang jelas dan tepat
mengenai penggunaan secara aman dari obat-obatan yang dapat dibeli bebas di
Apotek guna melakukan swamedikasi. Praktik swamedikasi memiliki keuntungan
dan kerugian tersendiri (Tan, dkk., 1993).
Beberapa keuntungan dalam penerapan swamedikasi, yaitu (Holt, 1989) :
1. Hemat biaya dan waktu karena tidak harus ke rumah sakit atau profesi kesehatan.
2. Lebih mudah karena pengobatan dilakukan sendiri menggunakan obat-obatan.
3. Kualitas pengobatan terjamin karena dilakukan sendiri, secara tidak sadar pasien
akan mengupayakan yang terbaik bagi dirinya sendiri.
4. Aman, apabila obat yang dipakai adalah obat yang telah melewati serangkaian
pengujian dan digunakan sesuai aturan.
5. Menghindari rasa malu atau stress apabila harus menampakkan bagian tubuh
tertentu dihadapan tenaga kesehatan
6. Suatu kepuasan karena ikut berperan aktif dalam pengambilan keputusan terapi
dan berperan serta dalam sistem pelayanan kesehatan
7. Membantu pemerintah untuk mengatasi keterbatasan jmlah tenaga kesehatan pada masyarakat.
Obat merupakan senyawa kimia. Disamping manfaat yang besar, obat
berpotensi untuk mendatangkan malapetaka. Bila digunakan secara benar, obat
bebas dan obat bebas terbatas seharusnya bisa sangat membantu dalam pengobatan
sendiri secara aman dan efektif (Ari, 2007 ). Karena itu semakin lengkap
pengetahuan tentang obat dan bagaimana cara menggunakannya secara tepat dan
aman, akan lebih banyak memperoleh manfaatnya (Holt, 1989).
Namun obat dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan
atau bila digunakan secara tidak tepat atau disalahgunakan (Kulinegara,
2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Supardi (2005), pengetahuan orang
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
7/18
7
yang melakukan swamedikasi umumnya masih rendah dan kesadaran untuk
membaca label pada kemasan obat juga masih kecil.
Beberapa kerugian dalam penerapan swamedikasi, yaitu ( Holt, 1989) :1. Obat dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan
aturan.
2. Pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat.
3. Kemungkinan kecil dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya
sensitivitas, efek samping atau resistensi.
4. Penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap dari iklan
obat.
5. Berkemungkinan terjadinya kesalahan dalam diagnosa dan pemilihan obat
sehingga tidak efektif, dan
6. Sulit bertindak objektif karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman
menggunakan obatdi masa lalu dan lingkungan sosialnya.
2.4. Kesalahan dalam swamedikasi
Swamedikasi memiliki beberapa keuntungan, diantaranya murah, mudah dan
cepat. Namun, tidak semua orang mampu menerapkan praktik swamedikasi secara
benar, sehingga pengobatan menjadi tidak rasional.
Beberapa kesalahan yang lazim dilakukan dalam swamedikasi (Wibowo, 2012 ) :
1. Mengobati flu, batuk, pilek dengan antibiotika. Flu, pilek dan disertai batuk
disebabkan oleh virus bukan oleh bakteri, sedangkan antibiotik ditujukan sebagai
anti bakteri sehingga tidak ada relevansinya antibiotik untuk mengobati virus.
2. Penggunaan vitamin melebihi dosis. Sebenarnya tubuh hanya memerlukanvitamin dalam dosis sangat kecil tiap harinya daripada dosis vitamin yang
beredar dipasaran seperti vitamin C 1000 mg.
3. Menyisakan obat antibiotik, aturan dasar penggunaan antibiotik adalah diminum
sesuai dosis dan diminum sampai habis walaupun sudah merasa penyakit
http://farmatika.blogspot.com/2012/03/swamedikasi.htmlhttp://farmatika.blogspot.com/2012/03/swamedikasi.html -
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
8/18
8
membaik. Kesalahan ini dapat berakibat pada lama waktu sembuh pasien dan
menyebabkan resistensi bakteri.
4. Menggunakan obat orang lain.
5. Membeli obat keras tanpa resep dokter. Akses mendapatkan obat di Indonesiatergolong sangat mudah. Bahkan obat yang seharusnya hanya dapat dibeli
dengan resep dokter, dapat dengan mudah didapatkan di apotek bahkan di toko
obat.
6. Mengobati sendiri penyakit berat, sampai saat ini masih ada sebagian masyarakat
yang lebih percaya pengobatan alternatif daripada pergi ke dokter, khususnya
dalam mengobati penyakit berbahaya misalnya, kanker.
7.
Penggunaan Obat Herbal/Jamu berlebihan, Semua tanaman herbal dapatmenimbulkan efek samping yang membahayakan jika dikosumsi dalam dosis
yang berlebihan seperti halnya obat kimia. Namun, jika diminum dengan aturan
dosis yang sesuai maka efek samping yang timbul dapat dihindari.
2.5. Peran apoteker dalam swamedikasi
Sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan, apoteker memiliki peran dan
tanggungjawab yang besar pada swamedikasi. Menurut WHO, fungsi atau tanggung
jawab apoteker dalam swamedikasi adalah sebagai komunikator ( communicator ),
penyedia obat yang berkualitas ( quality drug supplier ), pengawas dan pelatih
(trainer and supervisor ), kolaborator ( collaborator ), dan promotor kesehatan ( health
promoter ) (Nita, 2008).
Sebagai komunikator, salah satu tugas yang harus dilakukan oleh apoteker
adalah memberikan informasi yang obyektif tentang obat kepada pasien agar pasien
dapat menggunakan obat secara rasional (WHO, 1998). Informasi yang seharusnya
diberikan oleh apoteker meliputi informasi mengenai bentuk sediaan obat, efek
terapi, cara penggunaan, dosis, frekuensi penggunaan, dosis maksimum, lama
penggunaan, efek samping yang mungkin timbul, makanan dan aktivitas serta obat
lain yang harus dihindari selama penggunaan obat, penyimpanan obat, hal-hal yang
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
9/18
9
harus dilakukan apabila lupa meminum obat, pembuangan obat yang telah
kadaluarsa, dan tujuan penggunaan obat (WHO, 1998; Jepson, 1990).
Strategi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas penggunaan obat
yang tepat, aman dan rasional khususnya pada pengobatan sendiri dapat ditempuh
melalui peningkatan komunikasi (konseling) antara pasien dengan tenaga kesehatan
serta melakukan penilaian individu, kondisi sosial dan ekonomi yang mencerminkan
gaya hidup pasien (Lofholm & Katzung, 1997).
Strategi-strategi tersebut sangat penting dilakukan mengingat berhasilnya
suatu terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan pemilihan obat yang tepat,
tetapi juga oleh kepatuhan pasien untuk mengikuti terapi yang telah ditentukanApabila peran dan tanggungjawab ini dijalankan dengan benar oleh apoteker, maka
diharapkan permasalahan atau kesalahan yang sering terjadi dalam swamedikasi
tersebut dapat diatasi, sehingga terwujudlah suatu upaya pengobatan yang rasional
dan akhirnya dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia menuju arah
yang lebih baik ( WHO, 1989).
H. METODE PELAKSANAAN
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Andalas Padang. Waktu
penelitian akan dilakukan pada bulan Desember 2013.
2. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional .
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara kuesioner.
3. Populasi dan sampel
Populasi penelitian adalah mahasiswa Universitas Andalas Padang yang
berjumlah 23.504 mahasiswa. Berdasarkan perhitungan rumus Solvin dengan
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
10/18
10
penambahan 10%, sampel penelitian diambil sebanyak 432 mahasiswa dengan
menggunakan teknik convenience sampling (Riduwan, 2005).
4. Subjek PenelitianMahasiswa Universitas Andalas Padang yang melakukan swamediaksi 3 bulan
terakhir dan bersedia menjadi responden.
5. Pengumpulan data
Data diambil di Universitas Andalas Padang dengan menggunakan kuesioner
yang diberikan kepada mahasiswa yang melakukan swamedikasi 3 bulan
terakhir. Data yang diperlukan : Obat yang dikonsumsi serta kegunaannya, alasan
melakukan swamedikasi, sumber obat, sumber informasi, persepsi mahasiswa
terhadap efektifitas obat, tindakan responden.
6. Analisis Data
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dari hasil kuesioner diolah secara deskriptif
menggunakan SPSS. Hasil disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
6. Definisi Operasional Swamedikasi
Swamedikasi adalah tindakan pengobatan yang mengacu pada inisiatif sendiri
untuk mengatasi sakit atau keluhan penyakit dengan menggunakan obat tanpa
resep dokter yang dapat dibeli di toko obat atau apotek.
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
11/18
11
I. JADWAL PELAKSANAAN
No
Kegiatan
Bulan ke
1 22 3 4 5 6
1 Persiapan/ Pelaksanaan
Penelitian
2 Pengolahan Data
3 Penulisan Skripsi/ Makalah
Seminar
4 Persiapan Seminar Hasil
5 Penyempurnaan Skripsi dan
Persiapan Ujian Akhir
6 Ujian Akhir
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
12/18
12
Lampiran 1
Skema Kerja Penelitian
MAHASISWA
Mengisi kuesioner
Bersedia Jadi Responden
Menyebarkan kuesioner kekafe kafe yang ada di UNAND
Melakukan Swamedikasi 3 bulanTerakhir
Tidak Melakukan Swamedikasi 3 BulanTerakir
Tidak Bersedia Menjadi
Responden
Mengumpulkan data
Mengolah data dg SSPS
HASIL
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
13/18
13
Lampiran 2
GAMBARAN SWAMEDIKASI ( SELF MEDI CATION ) PADA MAHASISWAUNIVERSITAS ANDALAS
Swamedikasi ( Self medication ) adalah tindakan pengobatan yang mengacu
pada inisiatif sendiri untuk mengatasi sakit atau keluhan penyakit dengan
menggunakan obat tanpa resep dokter yang dapat dibeli di toko obat atau apotek .
Berikut adalah beberapa pertanyaan terkait dengan praktik swamedikasi yang
dilakukan.
Berilah tanda silang pada jawaban yang anda anggap sesuai.
1.
Apakah anda melakukan swamedikasi ( self medication ) 3 bulan terakhir ini?a. Ya b. Tidak2. Jika YA silahkan nyatakan obat apa yang anda gunakan dalam melakukan
swamedikasi serta kegunaannya dalam table berikut.
3. Berikut adalah beberapa alasan swamedikasi. Silahkan urutkan 1-4 berdasarkan prioritas kenapa anda melakukan swamedikasi.a. Mudah
b. Murahc. Penyakit tidak beratd. Pengalaman sebelumnya
No. Nama Obat Kegunaannya
1.
2.
3.
4.
5.
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
14/18
14
4. Dimanakah anda membeli obat- obatan tersebut ?
a. Warung / Kedai
b. Toko obat berizin
c. Apotikd. ..
5. Dari manakah anda memperoleh informasi tentang obat- obatan tersebut ?
a. Buku
b. Brosur Obat / Kemasan
c. Iklan tv , koran, internet
d. Dari orang tua, saudara, teman
e.
6. Apakah anda membaca aturan pakai obat yang terdapat pada pembungkus obat
atau pada brosur yang terdapat pada obat ?
a. Tidak pernah b. Jarang c. Sering d. Selalu
7. Apakah anda sembuh setelah melakukan swamedikasi ?
a. Sembuh b. Ada perbaikan c. Tidak sembuh
8. Jika sakit tidak sembuh setelah melakukan swamedikasi, apa yang akan anda
lakukan ?
a. Dibiarkan saja
b. Membeli obat yang lain
c. Konsultasi dengan apoteker di apotik
d. Konsultasi dengan dokter
e.
Tentang Responden
Jenis Kelamin :
Fakultas/jurusan :
Tahun masuk :
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
15/18
15
PROPOSAL PENELITIAN
GAMBARAN SWAMEDIKASI ( SELF ME DI CATI ON ) PADA
MAHASISWA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
Diusulkan Oleh:
NANA HASTUTI
1011014064
SENIN, 25 NOVEMBER 2013
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
16/18
16
DAFTAR PUSTAKA
Ari, suci Kristina, dkk. 2007. Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada
Masyarakat. Berita Kedokteran Masyarakat . Vol. 23, No. 4, Desember 2007
Almasdy, Dedy dan Azmi Sharrif. Self-Medication Practice With Nonprescription
Medication among University Students : a review of the literature. Archives
of pharmacy practice. 2011; 2(3) pp 95-100
Edwards dan stillman. 2000. Minor Illness or Mayor Disease?- Responding to
symptoms in the pharmacy, 3rd Ed . London : Pharmaceutical Press.
FIP, 1999. Joint Statement By The International Pharmaceutical Federation and TheWorld Self-Medication Industry: Responsible Self-Medication . FIP & WSMI,
p.1-2.
Holt, Gary A. & Edwin L. Hall. 1986. The Pros and Cons of Self medication.Dalam
Journal of Pharmacy Technology . September : 213-218.
Indrawati, Sri dan Aziz Said Nahdi. Apa yang Ingin Diketahui Konsumen Mengenai
Obat. Badan penelitian dan pengembangan , Desember1995, 19-21
Jepson, M.H. 1990. Patient Compliance and Counselling. In: D.M. Collett and M.E.
Aulton (Eds.). Pharmaceutical Practice . Edinburgh: Churchill Livingstone.
p.339-341.
Kartajaya, H et al. 2011 . Self-Medication Who Benefits and Who Is at Loss?.
Indonesia: MarkPlus Insight.
Kulinegara. (2008). Masih Rendahnya Peresepan yang Rasional .
http://kulinegara.blogspot.com/2008/12/masih-rendahnya-peresepan yang-
rasional.html. diakses September 2013
http://kulinegara.blogspot.com/2008/12/masih-rendahnya-peresepan%20yang-rasional.htmlhttp://kulinegara.blogspot.com/2008/12/masih-rendahnya-peresepan%20yang-rasional.htmlhttp://kulinegara.blogspot.com/2008/12/masih-rendahnya-peresepan%20yang-rasional.htmlhttp://kulinegara.blogspot.com/2008/12/masih-rendahnya-peresepan%20yang-rasional.html -
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
17/18
17
Lofholm, P.W., Katzung, B.G. (1997). Peresepan Rasional dan Penulisan Resep.
Dalam : Katzung, B.G (Editor). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi
Keenam. Penerjemah : Staf Dosen Farmakologi FK Universitas Sriwijaya.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal. 1015
Nita Y., et.al. Kinerja Apotek dan Harapan Pasien Terhadap Pemberian Informasi
Obat Pada Pelayanan Swamedikasi di Beberapa Apotek di Surabaya.
Majalah Farmasi Airlangga. Vol.6 No.2, Oktober 2008
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula . Bandung : Alfabeta.
Subaryanti, dkk. Pengaruh Iklan Obat Bebas Dalam Upaya Pengobatan Sendiri.
Jurnal Kedokteran dan Farmasi, No.4, 30 april 1993; 38
Sukasediati, Nani dkk. Temuan Beberapa Faktor Penentu yang dapat Dimanfaatkan
untuk Meningkatkan Mutu Pengobatan Sendiri dari Beberapa Desa di
Kabupaten Lamongan dan Lombok Barat. Majalah Kesehatan Masyarakat
Indonesia. 1992;45: 14-1 9.
Supardi, Sudibyo, dkk. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Obat atau Obat
Tradisional dalam Upaya Pengobatan Sendiri di Pedesaan. Buletin Penelitian
Kesehatan. Vol. 25 (38~4) 1997
Supardi, Sudibyo, dkk. 2003. Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan
Penggunaan Obat Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia.
Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 31, No.1, 2003: 25-32
Supardi, S., dan Notosiswoyo, M. 2005. Pengobatan sendiri sakit kepala, demam,
batuk dan pilek pada masyarakat desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Majalah Ilmu Kefarmasian . Vol. 2, 134-144
-
8/10/2019 Proposal Nana,REVISI 2
18/18
18
Suryawati, S. 1997. Menuju Swamedikasi Yang Rasiona l. Jogjakarta: Pusat Studi
Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat Universitas Gadjah Mada.
Tan, H.T. & K. Rahardja. 1993. Swamedikasi: Cara-cara Mengobati Gangguan
Sehari-hari dengan Obat-obat Bebas Sederhana Edisi I Cetakan I.
WHO, 1998. The Role of The Pharmacist in Self-Care and Self-Medication . The
Hague, The Netherlands: WHO, p.1-11.
Wibowo, A. 2012. Kesalahan Swamedikasi yang Sering Terjadi di Masyarakat .
http://blogspot.com/2012/03/kesalahan-swamedikasi-yang-sering.html.
diakses pada November 2013
Widayati. 2006. Kajian Perilaku Swamedikasi Menggunakan Obat Anti Jamur Vaginal
(keputihan) Oleh Wanita Pengunjung Apotek di Kota Yogyakarta Tahun 2006 . Fakultas
Farmasi, Minat Farmasi Klinis dan Komunitas Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Worku, S., dan Abebe, G. 2003. Practice of self-medication in Jimma Town. Ethiop.
J. Health Dev , 17, 111-116
Zuriana, Dini. 2002. Pengobatan Sendiri Oleh Mahasiswa Jurusan Farmasi
Universitas Andalas . Skripsi . Padang : Fakultas Kedokteran Unand