Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

61
PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA 26-55 TAHUN YANG BERADA DI DESA PURWODADI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015 Oleh : Dokter Muda Kelompok II Pembimbing Operasional : Indawan Setyono H. SPd., MM Pembimbing Akademik : Atika SSi. MKes i

description

penelitian

Transcript of Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

Page 1: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN

HIPERTENSI PADA WANITA USIA 26-55 TAHUN YANG BERADA DI

DESA PURWODADI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN

PASURUAN TAHUN 2015

Oleh :

Dokter Muda Kelompok II

Pembimbing Operasional :

Indawan Setyono H. SPd., MM

Pembimbing Akademik :

Atika SSi. MKes

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN

KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2015

i

Page 2: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN

HIPERTENSI PADA WANITA USIA 26-55 TAHUN YANG BERADA DI

DESA PURWODADI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN

PASURUAN TAHUN 2015

Oleh :

Dokter Muda Kelompok II

Pembimbing Operasional :

Indawan Setyono H. SPd., MM

Pembimbing Akademik :

Atika SSi. MKes

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN

KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2015

ii

Page 3: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN

HIPERTENSI PADA WANITA USIA 26-55 TAHUN DI DESA

PURWODADI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN PASURUAN

TAHUN 2015

Oleh :

Ridwan Yasin 011011020

Andriyanto Sutanto 011011077

Wahyu Nur Faizah 011011117

Tiara Ayu Pratiwi 011011147

Fitria Nur Wahyuningsih 011011204

Telah disetujui dan disahkan pada

tanggal : .............................................

Pembimbing Akademik Pembimbing Operasional

Atika Ssi., M.Kes Indawan Setyono H., S.Pd., MM

iii

Page 4: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan berkatNya sehingga tugas penyusunan laporan penelitian kegiatan

kepaniteraan di UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat Murnajati – Lawang dapat

terselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan merupakan upaya untuk memahami

penyusunan dan pembuatan penelitian kemasyarakatan sebagai bekal bagi dokter

muda di masa mendatang.

Ucapan terima kasih kepada :

1. Kepala UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat Murnajati Kutut

Priyambada, SKM., SH., M.Ko

2. Indawan Setyono H., S.Pd., MM, selaku pembimbing operasional

3. Sulistiawati, dr., M.Kes., selaku pembimbing akademik

4. Atika SSi MKes., selaku pembimbing akademik

5. Semua pihak yang telah membantu.

Kritik dan saran diharapkan untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga

penelitian yang dilaksanakan dapat bermanfaat bagi segenap pihak.

Surabaya, 6 April 2015

Penulis

iv

Page 5: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ii

Kata Pengantar iii

Daftar Isi iv

Daftar Tabel vi

Daftar Gambar vii

Daftar Bagan viii

Daftar Lampiran ix

BAB 1 : PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Tujuan Penelitian 2

1.3.1. Tujuan Umum 2

1.3.2. Tujuan Khusus 2

1.4. Manfaat Penelitian 3

1.4.1 Manfaat Keilmuan 3

1.4.2 Manfaat Institusional 3

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat 3

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Indeks Massa Tubuh 5

2.2. Tekanan Darah 6

2.2.1. Hipertensi 7

2.2.1.1. Epidemiologi 8

2.2.1.2. Etiologi 13

2.2.1.3. Patofisiologi 13

2.2.1.4 Gejala 16

2.2.1.5. Cara Mengukur 16

2.2.1.6. Komplikasi 17

2.2.1.7. Klasifikasi kelompok resiko 18

2.2.1.8. Penatalaksanaan dan Terapi 19

BAB 3 : KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 23

v

Page 6: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

3.1. Kerangka Konseptual 23

3.2. Hipotesis Penelitian 24

BAB 4 : METODE PENELITIAN 25

4.1. Rancangan Penelitian 25

4.2. Lokasi Penelitian 25

4.3. Waktu Penelitian 25

4.4. Populasi dan Sampel Penelitian 25

4.4.1. Populasi Penelitian 25

4.4.2. Sampel Penelitian 25

4.4.3. Besar Sampel 26

4.4.4. Teknik Pengambilan Sampel 27

4.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian 27

4.6. Pengumpulan Data 30

4.7. Instrumen Penelitian 30

4.8. Pengolahan dan Analisis Data 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 44

vi

Page 7: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi berat badan yang diusulkan berdasarkan indeks

massa tubuh pada penduduk asia dewasa (IOTF, WHO 2000) 5

Tabel 2.2. Klasifikasi JNC-7 6

Tabel 4.1. Definisi operasional 26

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin masyarakat Puskesmas

Ardimulyo 31

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi umur masyarakat Puskesmas Ardimulyo 31

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi pendidikan masyarakat Puskesmas

Ardimulyo 32

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi pekerjaan masyarakat Puskesmas

Ardimulyo 32

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi berat badan masyarakat Puskesmas

Ardimulyo 33

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi tinggi badan masyarakat Puskesmas

Ardimulyo 34

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi Indeks Massa Tubuh masyarakat Puskesmas

Ardimulyo 35

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi pengukuran sistole pada wanita

Puskesmas Ardimulyo 35

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi pengukuran diastole pada wanita

Puskesmas Ardimulyo 36

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi pengukuran tekanan darah pada wanita

Puskesmas Ardimulyo 36

vii

Page 8: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Komplikasi hipertensi 17

viii

Page 9: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Patofisiologi hipertensi 14

Bagan 3.1. Kerangka konseptual 22

ix

Page 10: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuisioner 46

Lampiran 2 : Output SPSS 48

x

Page 11: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan kasus multifaaktorial dengan banyak

komplikasi. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tahun

2012 jumlah penderita hipertensi diperkirakan sebanyak 600 juta orang

dengan 3 juta kematian setiap tahun. WHO menyebutkan terdapat sekitar

20 % populasi dewasa (umur 20 tahun ke atas) menderita hipertensi

(WHO, 2013). Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan

besar di Indonesia. Hal ini dikarenakan hipertensi merupakan masalah

kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai

dengan data Riskesdas 2013. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang

didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen

(Riskesdas, 2013). Angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak

dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak

penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan  kesehatan, baik

disebabkan sulitnya penemuan kasus maupun penatalaksanaan pengobatan

yang jangkauannya masih sangat terbatas. Selain itu, sebagian  besar

penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan (Riskesdas, 2013).

Hipertensi dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah

obesitas (Tesfaye, 2007). Penilaian obesitas bisa dinilai dari Body Mass

Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Banyak penelitian

1

Page 12: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

membuktikan adanya hubungan antara Indeks Massa Tubuh Dengan

Hipertensi dan diduga peningkatan berat badan memiliki peranan penting

pada mekanisme timbulnya tekanan darah. Framingham Study

berpendapat bahwa kurang lebih 46% pasien dengan Indeks Massa Tubuh

27 adalah penderita hipertensi (Tesfaye, 2007).

Peneliti melakukan survei pendahuluan terkait hasil-hasil

penelitian tersebut kepada wanita yang berada di Desa Purwodadi

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan pada tanggal 6 April 2015 dan

didapatkan hasil 13 dari 30 penduduk menderita prehipertensi dan

hipertensi stage 1 dan 2. dan 9 diantaranya mempunyai Indeks Massa

Tubuh melebihi normal.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan antara Indeks

Massa Tubuh (IMT) Dengan Hipertensi terutama pada usia 26-55 tahun

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT)

Dengan Hipertensi pada wanita usia 26-55 tahun yang berada di DESA

PURWODADI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN

PASURUAN TAHUN 2015.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Menganalisis hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT)

Dengan Hipertensi pada wanita usia 26-55 tahun yang berada di DESA

2

Page 13: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

PURWODADI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN

PASURUAN TAHUN 2015.

Tujuan Khusus :

1. Mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) pada wanita usia 26-55 tahun

yang berada di Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi Kabupaten

Pasuruan tahun 2015.

2. Mengukur tekanan darah pada wanita usia 26-55 tahun yang berada di

Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan tahun

2015.

3. mengetehahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh Dengan

Hipertensi pada wanita usia 26-55 tahun yang berada di Desa

Purwodadi, Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tambahan kepada petugas kesehatan dan instansi terkait tentang

hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Hipertensi.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai hubungan

antara Indeks Massa Tubuh Dengan Hipertensi.

b. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

masyarakat untuk hidup sehat.

3

Page 14: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu pengukuran

antropometri yang menunjukkan hubungan antara berat badan (kilogram)

dan tinggi badan (meter).

Indeks Massa Tubuh tidak dapat digunakan bagi :

Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan

Wanita hamil

Orang yang sangat berotot, contohnya atlet

Indeks Massa Tubuh dapat digunakan sebagai alat skrining untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan yang berkaitan dengan berat badan.

Indeks Massa Tubuh bukan merupakan alat diagnostik. Seseorang

mungkin mempunyai IMT yang tinggi, namun perlu dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut termasuk pengukuran tebal lemak kulit, evaluasi

diet, riwayat keluarga, dan pemeriksaan lain yang sesuai. Berat badan

adalah salah satu elemen dari Indeks Massa Tubuh yang bisa dinaikkan

atau diturunkan, dimana penurunan berat badan menjadi dasar manajemen

sindroma hipertensi yang bisa dicapai dengan cara diet, olahraga, obat,

atau kombinasi ketiganya.

Cara mengukur Indeks Massa Tubuh :

4

Page 15: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

Seseorang dikatakan obesitas bila mempunyai Indeks Massa Tubuh

di atas 25 dan membutuhkan pengobatan bila di atas 30.

Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan yang Diusulkan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

Kategori IMT (kg/m2) Risk of Co-morbidities

Underweight < 18.5 kg/m2 Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-masalah klinis lain meningkat)

Batas Normal 18.5 - 22.9 kg/m2

Overweight: > 23

At Risk 23.0 – 24.9 kg/m2

Obese I 25.0 - 29.9kg/m2

Obese II > 30.0 kg/m2

2.2. Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan hasil dari dua faktor yaitu pembuluh

darah dan volume darah

Tingginya tekanan darah hampir selalu diakibatkan tahanan

pembuluh darah perifer yang meningkat sebab volume darah konstan

kecuali pada kelebihan cairan, misalnya pada gagal ginjal kronik.

Cara pengukuran tekanan darah yang benar menurut WHO :

1. Posisi duduk atau berbaring, dalam keadaan tenang dan rileks, bagian

lengan yang diukur pada posisi lurus, pasang manset yang sesuai

dengan besarnya lengan dengan lilitan yang pas, tidak longgar dan

tidak boleh ditekan, tepi manset 2-3 cm di atas fosa kubiti, pipa udara

di atas fosa kubiti dan tidak boleh ada benda atau baju yang

mengganjal.

5

Page 16: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

2. Tentukan tekanan sistole palpasi di fossa kubiti untuk menghindari gap

auskultasi (tidak terdengar ketukan saat darah mulai mengalir /

Korotkoff-1 sehingga yg terukur lebih rendah dari seharusnya).

3. Pompa dan naikkan tekanan 20-30mmHg di atas tekanan sistole

palpasi, letakkan stetoskop diafragma di atas fossa kubiti, turunkan

tekanan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik, dengarkan saat pertama

kali ketukan paling lemah (Korotkoff-1), mulai jelas (Korotkoff -2) ,

paling keras (Korotkoff-3), mulai melemah (Korotkoff-4) sampai

mulai menghilang (Korotkoff-5).

4. Tekanan sistole adalah Korotkoff-1, diastole adalah Korotkoff-5,

kecuali pada kasus adanya perbedaan tekanan sistol-diastol yang

mencolok (insufisiensi aorta, hipertiroid. anaemi, beri-beri) dipakai

Korotkoff-4 dan yang dicantumkan 2 angka Korotkoff 4/5

(mis.160/60-0 mmHg)

Tabel 2.2. Klasifikasi JNC 7Klasifikasi Tekanan

DarahSistole (mmHg) Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80Prehipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi Stage 1 140-159 Atau 90-99Hipertensi Stage 2 ≥160 Atau ≥100

2.2.1. Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan / tahanan vaskuler perifer

melebihi normal yang menimbulkan manifestasi meningkatnya

pengukuran tekanan darah.

6

Page 17: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

2.2.1.1 Epidemiologi

Menurut distribusi epidemiologi, penyebab penyakit hipertensi terdiri dari:

1.      Host

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi

dilihat dari segi orang (Kumar, 2005) :

a. Usia

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia.

50-60% pasien yang berusia di atas 60 tahun mempunyai tekanan

darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini

merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi akibat pertambahan

usia. Pertambahan usia menyebabkan tekanan darah meningkat.

Setelah usia 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan

karena penumpukan zat kolagen pada lapisan otot. Tekanan darah

sitolik akan meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar

berkurang pada penambahan usia sampai dekade ketujuh,

sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade

kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun.

Peningkatan usia menyebabkan beberapa perubahan fisiologis.

Pada usia lanjut akan terjadi peningkatan resistensi perifer dan

aktivitas simpatik. Sensitivitas pengaturan tekanan darah (refleks

baroreseptor) pada usia lanjut berkurang. Selain itu, fungsi ginjal

juga mengalami penurunan, dimana aliran darah ginjal dan fungsi

glomerolus menurun.

7

Page 18: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

b. Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.

Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause karena dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan

dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).

Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung

dalam mencegah terjadinya proses arterosklerosis. Efek

perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya

imunitas wanita pada usia premenopause. Pada usia premenopause,

wanita sedikit demi sedikit kehilangan hormon estrogen yang

selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini

terus berlanjut, dimana hormon estrogen tersebut berubah

kuantitasnya sesuai dengan usia wanita secara alami yang

umumnya mulai terjadi pada wanita usia 45-55 tahun.

c. Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu menyebabkan

keluarga itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini

berkaitan dengan peningkatan sodium intraseluler dan rendahnya

rasio potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua yang

menderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk

menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai

keluarga dengan riwayat hipertensi.

8

Page 19: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

d. Ras

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang kulit hitam daripada

yang berkulit putih. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti

penyebabnya. Namun pada orang berkulit hitam ditemukan kadar

renin yang lebih rendah dan sensitifitasnya terhadap vasopresin

lebih besar.

e. Obesitas

Obesitas terjadi karena adanya  kelebihan energi yang disimpan

dalam bentuk jaringan lemak. Pada orang yang memiliki kelebihan

lemak (hiperlipidemia), dapat terjadi penyumbatan darah sehingga

mengganggu suplai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh.

Penyempitan dan sumbatan lemak ini memacu jantung untuk

memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan

darah ke jaringan. Akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah,

maka terjadilah hipertensi. Dikatakan obesitas atau kegemukan jika

indeks massa tubuh > 27, yang merupakan salah satu faktor risiko

terhadap timbulnya hipertensi.

2. Agent

a. Obat-obatan, kopi, alkohol, asupan garam, makanan berlemak

Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (kortison)

dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang

(anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat

meningkatkan tekanan darah seseorang. Tekanan darah dapat

meningkat jika seseorang sering minum kopi. Kafein dalam kopi

9

Page 20: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

memacu kerja jantung dalam memompa darah. Peningkatan

tekanan dari jantung ini juga diteruskan pada arteri, sehingga

tekanan darah meningkat. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh

asupan garam. Hipertensi lebih banyak berkembang pada

kelompok atau masyarakat yang mempunyai masukan garam yang

cukup tinggi, melampaui 5,8 gram setiap hari. Sedangkan pada

orang yang mempunyai kebiasaan makan makanan berlemak dapat

menyebabkan kelebihan lemak (hiperlipidemia) dan dapat

menyebabkan penyumbatan darah sehingga mengganggu suplai

oksigen dan zat makanan ke organ tubuh. Penyempitan dan

sumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih

kuat lagi, agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan.

Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat, maka terjadilah

hipertensi (mancia, 2007).

b. Kontrasepsi Hormonal

Hormon yang mempengaruhi tekanan darah adalah hormon

estrogen dan hormon progesteron sintesis. Fungsi estrogen yang

menonjol adalah inhibisi sekresi FSH dan progesteron inhibisi

pelepasan LH. Pengukuran FSH dan LH dalam sirkulasi

menunjukkan bahwa kombinasi keduanya menekan kedua hormon.

Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh

akan memacu terjadinya gangguan pada pembuluh darah dan

kondisi pembuluh darah yang dimanifestasikan dengan kenaikan

tekanan darah.

10

Page 21: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

c. Merokok

Rokok mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi tubuh,

seperti tar, nikotin dan gas karbon monoksida. Tar merupakan

bahan yang dapat meningkatkan kekentalan darah sehingga

memaksa jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin

dapat memacu pengeluaran zat catecholamine tubuh seperti

hormon adrenalin. Hormon adrenalin memacu kerja jantung untuk

berdetak 10 sampai 20 permenit dan meningkatkan tekanan

darah 10 sampai 20 skala. Hal ini mengakibatkan volume darah

meningkat dan jantung menjadi cepat lelah. Karbon monoksida

(CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah sehingga darah

menjadi lebih kental dan menempel di dinding pembuluh darah.

Penyempitan pembuluh darah memaksa jantung memompa darah

lebih kuat sehingga tekanan darah meningkat. Menurut suatu

penelitian oleh dr. Thomas. S. Bowman dari Bringmans and

Womans Hospital Massachussetts, tekanan darah terbanyak terjadi

pada individu dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang

perhari.

3. Environment

a. Pola hidup

Individu dengan pola hidup pasif atau kurang olah raga cenderung

menderita hipertensi, apalagi jika ditambah dengan pola makan

yang berlebih.

11

Page 22: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

b. Stress

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan

curah jantung, sehingga akan merangasang aktivitas saraf simpatis.

Adapun stres ini berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial,

ekonomi dan karakteristik personal.

2.2.1.2 Etiologi

1. Primer / esensial

Penyebab tidak diketahui, merupakan jenis terbanyak (95 %) dan

biasanya dipengaruhi faktor keturunan. Didapatkan sekitar 70-80 %

kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalan keluarga.

2 . Sekunder

Akibat faktor / penyakit lain, antara lain :

- Obat kontrasepsi

- Penyakit parenkim ginjal (glomerulonefritis, gagal ginjal

akut, pielonefritis, ginjal polikistik, trauma/radiasi, hidronefrosis,

nefropati)

- Aterosklerosis, displasia fibrosis

- Wilm’s tumor

- Penyakit kelenjar adrenal (aldosteronisme, Cushing,

Pheokromositoma)

- Koartasio aorta

- Kehamilan (eklampsia)

(Kumar dkk, 2007)

12

Page 23: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

2.2.1.3 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin 2 dari angiotensin 1 oleh angiotensin 1 converting enzyme

(ACE). ACE memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur

tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di

hati. Selanjutnya oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah

menjadi angiotensin1. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin 1

diubah menjadi angiotensin 2. Angiotensin 2 inilah yang memiliki peranan

kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama, yaitu

meningkatkan sekresi hormon antidiuretik dan menstimulasi sekresi

aldosteron dari korteks adrenal.

Aksi utama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik

(ADH) dan rasa haus, ADH diproduksi di hipothalamus (kelenjar pituitari)

dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolaritas dan volume urine.

Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urine yang diekskresikan

keluar tubuh (anti diuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolaritasnya. Untuk mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan

ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.

Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan

meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan

penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,

aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara

13

Page 24: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler

yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah

(Kumar dkk, 2007).

Berikut secara singkat patofisiologi di atas digambarkan dalam

bentuk bagan sebagai berikut :

Bagan 2.1. Patofisiologi hipertensi (10)

Renin

Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme

(ACE)

Angiotensin II

↑ sekresi hormon ADH Stimulasi sekresi aldosteron

(rasa haus) dari korteks adrenal

Urine sedikit pekat dan ↓ ekskresi NaCl (garam) dengan

↑ osmolaritas mereabsorpsinya di tubulus ginjal

mengentalkan ↑ konsentrasi NaCl di pembuluh darah

Menarik cairan intraseluler diencerkan dengan ↑ volume

ekstraseluler ekstraseluler

volume darah ↑ volume darah ↑

tekanan darah ↑ tekanan darah ↑

2.2.1.4 Gejala

14

Page 25: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan

gejala. Tetapi jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa

timbul gejala berikut :

sakit kepala

kelelahan

mual

muntah

sesak nafas

gelisah

pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan

pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat dapat mengalami penurunan

kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan

ini disebut ensefalopati hipertensif.

2.2.1.5 Cara mengukur

Cara pengukuran tekanan darah standar adalah sebagai berikut (Eugene,

2012):

1. Pengukuran tekanan darah (cara standar) dilakukan 2 x atau lebih

dengan selang waktu 2 menit. Posisi pasien dapat berbaring atau

duduk. Pengukuran dilakukan 2 menit segera setelah berdiri dari duduk

pada pengukuran pertama kali, terutama bila penderita tersebut adalah

orang tua, penderita yang sedang dalam pengaruh preparat tertentu

15

Page 26: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

atau penderita diabetes melitus untuk mendeteksi adanya hipotensi

ortostatik.

2. Pengukuran lengan kontralateral saat pertama kali pengukuran. Hal ini

penting untuk menentukan etiologi penyempitan pembuluh darah

perifer / koarktasio aorta.

3. Jika tekanan darah penderita perlu dipantau setiap beberapa waktu,

dapat digunakan pengukur otomatis berupa ambulatory blood pressure

monitoring (ABPM) selama 24 jam.

2.2.1.6 Komplikasi

Organ target hipertensi meliputi jantung, pembuluh darah, otak,

mata dan ginjal (Kumar, 2005).

a. Jantung

Penyakit jantung koroner dengan segala manifestasinya.

Penyakit jantung hipertensif yang ditandai dengan dilatasi atrium

kiri, hipertrofi ventrikel kiri atau perubahan aksis EKG.

Aritmia

Mati mendadak terutama akibat LVH disertai aritmia

Diastolic dysfunction sampai sembab paru akut / Acute left heart

failure / Acute lung oedema (ALO) akibat tekanan darah yang

meningkat mendadak diikuti meningkatnya tegangan dinding dan

menurunnya elastisitas ventrikel kiri sehingga fungsi

dilatasi/pengisian menurun.

Kardiomiopati bila sangat lanjut oleh karena terjadi kongesti berat

akibat ikut andilnya perubahan di paru dan bagian kanan jantung

16

Page 27: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

b. Otak

Ensefalopati

Transient Ischaemic Attack

Infark dan Perdarahan otak

c. Ginjal

Nefrosklerosis

d. Mata

Retinopati hipertensif sesuai dengan Keith – Wagner

2.2.1.7 Klasifikasi kelompok risiko

Terjadinya ”major cardiovascular event” (MCE) yang

menimbulkan kematian atau ketidakmampuan penderita dibagi menjadi

empat kategori (chobanian, 2003), yaitu :

I. Risiko rendah (kurang dari 15% mengalami MCE dalam 10 tahun)

yakni laki-laki dibawah 55 tahun atau wanita dibawah 65 tahun dengan

hipertensi derajat 1 tanpa disertai faktor risiko lainnya.

II. Risiko sedang (MCE 15-20% dalam 10 tahun) pada penderita

hipertensi ringan dan hanya 1-2 faktor risiko, meningkat persentasenya

bila hipertensi sedang disertai 1-2 faktor risiko.

III. Risiko tinggi (MCE 20-30% dalm 10 tahun) yakni penderita hipertensi

ringan dengan 3 atau lebih faktor risiko, hipertensi sedang dengan 1-2

faktor risiko, hipertensi berat walau tanpa faktor risiko

17

Page 28: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

IV. Risiko sangat tinggi (> 30% MCE dlm 10 tahun) yakni semua

hipertensi berat yang disertai faktor risiko atau semua hipertensi

disertai manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler dan ginjal

2.2.1.8 Penatalaksanaan dan terapi

Penatalaksanaan hipertensi adalah : pemeriksaan fisik  yang

meliputi pengukuran tekanan darah pada kedua lengan, pemeriksaan

fundus okuli, penghitungan Indeks Massa Tubuh, evaluasi adanya bruit

pada arteri carotis, abdominal dan femoral, palpasi tiroid, pemeriksaan

jantung paru, palpasi abdomen untuk evaluasi adanya massa, pembesaran

ginjal, pemeriksaan edema tungkai serta pemeriksaan neurologi.

Pemeriksaan laboratorium yang direkomendasikan adalah

urinalisis, pemeriksaan gula darah, hematokrit, serum kalium dan kalsium,

kreatinin untuk estimasi GFR, profil lemak termasuk HDL kolesterol,

LDL kolesterol dan trigliserida, pemeriksaan EKG, kalau memungkinkan

juga disertakan pemeriksaan albumin urine atau rasio albumin/ kreatinin.

Pada keadaan tertentu atau jika tekanan darah sukar dikendalikan mungkin

diperlukan pemeriksaan tambahan.

Menurut JNC 7 yang bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan

mortalitas penyakit jantung kardiovaskuler dan ginjal, menurunkan

tekanan darah hingga < 140 / 90 mmHg. Sedangkan tujuan khususnya

adalah menurunkan tekanan darah hingga pada level 130 / 80 mmHg pada

penderita dengan diabetes atau penyakit ginjal kronik. Serta mencapai

18

Page 29: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

tekanan darah sistolik yang optimal terutama pada orang berusia > 50

tahun.

Obat penurun tekanan darah yang umum dikenal hingga saat ini

adalah penghambat ACE (ACEI), antagonis angiotensin (ARB), antagonis

Ca (CCB), penyekat beta (BB), dan diuretika. Diuretik golongan thiazide

dianjurkan sebagai terapi awal hipertensi. Bisa digunakan sebagai obat

tunggal atau kombinasi, karena golongan ini meningkatkan efikasi obat

anti hipertensi lain. Kombinasi dua obat yang ternyata efektif dan dapat

ditoleransi dengan baik misalnya adalah diuretik dengan beta blocker,

diuretik dengan ACEI atau ARB, Ca antagonist (dehidropiridin) dengan

beta blocker, Ca antagonist dengan ACEI atau ARB, Ca antagonist dan

diuretik, serta alfa blocker dan beta blocker.

Pada umumnya penderita hipertensi memerlukan dua atau lebih

obat anti hipertensi untuk mencapai target tekanan darah. Pada tekanan

darah 20/10 mmHg di atas tekanan darah optimal atau hipertensi stage 2

(JNC 7) pengobatan awal dipertimbangkan untuk menggunakan dua

macam kelas obat sebagai kombinasi tetap atau masing-masing tetap

diberikan tersendiri. Pemberian kombinasi obat anti hipertensi lebih cepat

mencapai target tekanan darah, namun harus tetap diwaspadai

kemungkinan terjadinya hipotensi ortostatik, terutama pada penderita

diabetes, disfungsi saraf otonom dan penderita geriatrik. Jika sudah terjadi

efek samping hipotensi ortostatik.

Penderita harus dievaluasi setiap bulan untuk penyesuaian obat

agar target tekanan darah tercapai. Evaluasi bisa dilakukan tiap tiga bulan

19

Page 30: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

jika target telah tercapai. Sebaliknya pada penderita diabetes dan payah

jantung memerlukan evaluasi yang lebih sering.

European Society of Hypertension – European Society of

Cardiology Guidelines for the Management of Arterial Hypertension (ESH

– ESC) tahun 2003 menekankan perlunya penggunaan statin pada

penderita usia lanjut, riwayat jantung koroner, stroke iskemik, DM tipe-2

dan penyakit pembuluh darah perifer, terutama jika kolesterol total > 135

mg/dl. Aspirin dosis rendah diperlukan pada penderita hipertensi dengan

riwayat kejadian kardiovaskuler.

Pengobatan farmakologis saja tentunya tidak cukup dalam terapi

hipertensi. Perlu perubahan dan modifikasi kebiasaan hidup sehingga

dapat membantu menurunkan faktor risiko kardiovaskuler dan bermanfaat

pula dalam menurunkan tekanan darah secara murah. Faktor risiko

tersebut di antaranya adalah hipertrofi ventrikel kiri, kelainan EKG, DM

tipe 2, penyakit arteri perifer, riwayat stroke atau transient ischemic attack,

jenis kelamin pria, umur >55 tahun, mikroalbuminuria, proteinuria,

merokok, rasio kolesterol dan HDL > 6, serta riwayat keluarga penyakit

jantung koroner prematur.

Indeks Massa Tubuh diusahakan mencapai normal yaitu sekitar

18,5 – 24,9 kg/m2 dengan cara :

1. Menurunkan tekanan darah sistolik (TDS) 5 – 20 mmHg / 10 kg

penurunan berat badan.

2. Menyeimbangkan diet dengan asupan kalium dan kalsium yang cukup

dengan cara mengkonsumsi makanan yang kaya buah, sayur, rendah

20

Page 31: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

lemak hewani dan mengurangi asam lemak jenuh sehingga TDS dapat

menurun 8 – 14 mmHg.

3. Mengurangi konsumsi natrium dengan takaran tidak lebih dari 100

mmol/hari (setara 6 gram NaCl) yang diharapkan dapat menurunkan

tekanan darah sistolik 2-8 mmHg.

4. Aktivitas fisik yang ditingkatkan dengan berjalan minimal 30 menit

per hari bisa menurunkan tekanan darah sistolik 4 – 9 mmHg.

5. Berhenti merokok

6. Mengurangi konsumsi alkohol.

21

Page 32: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Keterangan : diteliti

tidak diteliti

Kerangka Konsep :

Pada kerangka konseptual di atas dapat dijelaskan faktor-faktor

yang mempengaruhi tekanan darah yang ditinjau dari segitiga

epidemiologi antara lain host (umur, jenis kelamin, genetik, ras, dan

indeks massa tubuh), agent (diet, kontrasepsi hormonal dan merokok) dan

environment (pola hidup, seperti kurang berolahraga serta stress).

Variabel yang diteliti adalah Indeks Massa Tubuh, sedangkan

variabel yang tidak diteliti adalah umur, jenis kelamin, genetik, konsumsi

22

Hipertensi

Usia

Jenis Kelamin

IMT

Genetik

Ras

Diet

Obat-obatan

Kontrasepsi Hormonal

Merokok

Lifestyle

Stress

HOST AGENT ENVIRONMENT

Page 33: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

kopi, konsumsi alkohol, konsumsi obat-obatan, konsumsi makanan

berlemak, asupan garam, kontrasepsi hormonal, merokok, pola hidup yang

kurang berolahraga, dan stress.

3.2. Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan

Hipertensi pada wanita usia 26-55 tahun yang berada di Desa Purwodadi.

23

Page 34: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik observasional

dengan pendekatan cross sectional, yaitu variabel penelitian dikumpulkan

dalam waktu bersamaan pada satu kali pengambilan atau pengukuran.

Variabel independen yaitu Indeks Massa Tubuh dan variabel dependen

yaitu tekanan darah pada wanita usia 26-55 tahun yang berada di DESA

PURWODADI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN

PASURUAN TAHUN 2015

4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Purwodadi Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Pasuruan. Pada tanggal 5 April 2015 sampai 10 April 2015.

4.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

4.3.1. Populasi Penelitian

Masyarakat usia 26-55 tahun yang yang berada di Desa Purwodadi

april 2015

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah seluruh populasi (total populasi), yaitu masyarakat

usia 26-55 tahun yang yang berada di Desa Purwodadi Kabupaten

Pasuruan

A. Kriteria Inklusi

1. Bersedia menjadi responden.

24

Page 35: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

n = Z 2 pq d2

2. Tidak hamil

B. Kriteria Eksklusi

1. Orang yang sangat berotot, misal atlet.

2. Pasien dengan komplikasi hipertensi.

4.4.3. Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil

menggunakan rumus:

Di mana :

Z : nilai distribusi normal yang nilainya tergantung pada α. Bila

α=5%, maka nilai Z=1,96

p : proporsi kejadian di lapangan (P=43,3%)

d : kesalahan yang masih dapat ditolerir, dalam penelitian ini

d=10%=0,1

Q : 1-P

n = 1,96 2 . 0,43.0,57 0,12

= 94.1

Jadi, sampel minimal yang digunakan pada penelitian ini

berjumlah sekitar 95 orang

4.4.4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan cluster

random sampling yaitu peneliti mendaftar banyaknya kelompok

25

Page 36: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

yang ada dalam populasi. Kemudian mengambil beberapa sampel

berdasarkan kelompok-kelompok tersebut. Kelompok yang

dimaksud adalah masing-masing desa di Kecamatan Purwodadi,

kemudian diambil beberapa responden di masing-masing desa

tersebut. Jumlah sampel minimal pada penelitian ini adalah 95.

Karena ada 4 dusun, maka jumlah sampel di masing-masing dusun

adalah 24 responden

4.4. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

PENELITIAN

Variabel penelitian :

Variabel independen : Indeks Massa Tubuh

Variabel dependen : Tekanan darah

26

Page 37: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

Tabel 4.1. Definisi Operasional

VARIABEL INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL INSTRUMENCARA

MENGUKURSKALA UKUR DAN

KRITERIA PENGUKURAN

Indeks massa tubuh (IMT)

Berat Badan dan Tinggi

Badan

Perbandingan antara nilai berat badan (dalam satuan kilogram) dan tinggi badan (dalam satuan meter) yang dikuadratkan. Satuan IMT adalah kg/m2.

Rumus IMT Menghitung

Skala OrdinalUnderweight : <18,5 kg/m2

Normal : 18,5-22,9 kg/m2

At risk : 23-24,9 kg/m2

Obese I : 25-29,9 kg/m2

Obese II : ≥ 30 kg/m2

HipertensiSistole dan

DiastoleJNC 7

Sistole: Suara detak yang pertama kali terdengar di stetoskop saat memeriksa tekanan darah dengan menggunakan tensimeter yang mansetnya dipasang dua jari di atas lipatan siku.

Diastole : Suara detak yang terakhir kali terdengar di stetoskop saat memeriksa tekanan darah dengan menggunakan tensimeter yang mansetnya dipasang dua jari di atas lipatan siku.

Klasifikasi JNC 7

Klasifikasi

Skala OrdinalNormal : sistole ≤ 120 mmHg dan diastole ≤ 80 mmHgPre-Hipertensi : sistole 120-139 mmHg atau diastole 80-89 mmHgHipertensi stage 1 : sistole 140-159 mmHg atau diastole 90-99 mmHgHipertensi stage 2 : sistole ≥ 160 mmHg atau diastole ≥ 100 mmHg

27

Page 38: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

4.5. PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan survei, yaitu dengan cara

mewawancarai dan memeriksa masyarakat yang ada 4 dusun di Desa

Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan. Data primer

diperoleh dari pemeriksaan yang dilakukan langsung oleh peneliti.

Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah untuk mengetahui

tekanan darah responden dan melakukan pengukuran berat badan dan

tinggi badan. Dari jumlah responden yang menjadi sampel penelitian

diharapkan dapat memenuhi harapan peneliti sehingga data primer tersebut

dapat diolah.

4.6. INSTRUMEN PENELITIAN

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner dan

melakukan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan berat badan dengan

menggunakan timbangan injak, pemeriksaan tinggi badan dengan

menggunakan meteran dan pemeriksaan tekanan darah yang menggunakan

beberapa instrumen, yaitu tensimeter dan stetoskop.

4.7. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Untuk mempersiapkan pengolahan data, setelah data dikumpulkan

dilakukan pengkodean yang dilanjutkan dengan pembersihan dan entry

data menggunakan program SPSS versi 17. Data diolah untuk mengetahui

frekuensi dan persentase, yang disajikan secara deskriptif dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi. Kemudian data diuji secara analitik dengan

Page 39: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

terlebih dahulu melakukan uji normalitasnya dengan menggunakan

Kolmogorov Smirnov. Jika datanya normal maka digunakan uji statistik

Pearson dan jika datanya tidak normal digunakan uji statistik Spearman

Rho Test.

Page 40: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

DAFTAR PUSTAKA

Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. (December 2003). "Seventh report

of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,

and Treatment of High Blood Pressure". Hypertension 42 (6): 1206–52.

doi:10.1161/01.HYP.0000107251.49515.c2. PMID 14656957.

Depkes, 2011. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa. Disitasi

6 April 2015 pukul 20.02 di

http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/10/ped-praktis-stat-

gizi-dewasa.doc.

Eugene Braunwald [et al.] 2012. Harrison’s principles of internalmedicine 18th

ed./editors, p. cm. The McGraw-Hill Companies, Inc., for manufacture

and export.

JNC 7. 2004. National High Blood Pressure Education Program. The seventh

report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Department of

Health and Human Services. hal. 12.

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. 2005. Dalam:

Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7 th edition. Philadelphia:

Elsevier Saunders. p528-529.

Mancia G, De Backer G, Dominiczak A, et al. 2007. "2007 ESH-ESC Practice

Guidelines for the Management of Arterial Hypertension: ESH-ESC

Task Force on the Management of Arterial Hypertension". J.

Hypertens. 25 (9): 1751–62. doi:10.1097/HJH.0b013e3282f0580f.

PMID 17762635.

National Clinical Guidance Centre (August 2011). "7 Diagnosis of

Hypertension, 7.5 Link from evidence to recommendations".

Hypertension (NICE CG 127). National Institute for Health and Clinical

Excellence. hlm. 102. Diakses 6 April 2015

RISKESDAS. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Diakses di

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil

%20Riskesdas%202013.pdf pada 6 April 2015

Page 41: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

Tesfaye dkk. 2007. Association between body mass index and blood pressure

across three populations in Africa and Asia. Nature Publishing Group.

Diakses di http://www.who.int/chp/steps/EthiopiaSTEPSPaper.pdf pada

6 April 2015

WHO. 2013. A global brief on hypertension Silent killer, global public health

crisis. Diakses di http://www.who.int/cardiovascular_diseases/

publications/global_brief_hypertension/en/ pada 6 April 2015

Page 42: Proposal Murnajati 2015 IMT SAJA

Lampiran 1

Tabel Ghant Chart

No KegiatanApril Tanggal

6 7 8 9 10 111. Survey Pendahuluan2. Menetapkan Tema Penelitian3. Penyusunan Proposal Penelitian4. Seminar Proposal Penelitian5. Pengumpulan Data6. Penyuluhan7. Entry Data8. Pengolahan dan Analisis Data9. Penyusunan Laporan Penelitian10. Seminar Laporan Penelitian