Proposal Karya Tulis Isbal

download Proposal Karya Tulis Isbal

of 11

description

ACC

Transcript of Proposal Karya Tulis Isbal

BAB I

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahBerpakaian merupakan ciri khas manusia yang membedakan dengan makhluk lainnya. Mode-modenya pun banyak ragamnya yang disesuaikan dengan latar belakang lingkungan, pendidikan dan budaya yang dianutnya. Islam telah mengatur etika berpakaian secara sempurna, sehingga tentu saja seorang muslim dan muslimah harus senantiasa menataati aturan Allah dan Rasulnya dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh dengan budaya-budaya luar yang akan merusak akhlak manusia.Setiap bangsa kadang mempunyai ciri khas untuk menentukan mode pakaiannya. Model pakaian seperti jas, kemeja, jaket, kaos, sarung, celana dan yang lainya adalah boleh. Demikian juga warna pakaian atau jenis kainya baik itu dari wool, katun, atau yang lainya tidak terdapat larangan dalam Islam. Berikut kaidahnya adalah Asal dalam pakaian adalah boleh, maka tidak haram pakaian apapun kecuali apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasulnya. (Taudhih Ahkam, 7:314). Adapun fungsi pakaian adalah penutup aurat, seperti halnya koteka untuk orang Irian, ada juga sebagai hiasan dan pakaian taqwa.

Islam menganjurkan kita memakai pakaian yang bagus, rapi dan terpuji. At-Tirmidzi telah meriwayatkan; Rasulullah bersabda; Sesesungguhnya Allah itu baik, menyukai kebaikan, Allah itu bersih, menyukai kebersihan, Allah itu mulia, menyukai kemuliaan dan Allah itu dermawan, menyukai kedermawanan, maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah menyerupai orang yahudi. Maka berpakaian yang bagus tidak termasuk sombong tetapi akan menampilkan nikmat Allah yang diberikan kepada kita, juga kita dituntut harus menjauhi kesamaan dengan orang Yahudi.Disisi lain Islam telah melarang agar tidak berlebih-lebihan dalam berpakaian. Allah berfirman; {31}Artinya; Hai anak Adam! pakailah pakaianmu yang indah disetiap memasuki mesjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan. (QS. Al-Araf:31)

Ayat diatas melarang makan, minum dan berpakaian dengan berlebih-lebihan. Berlebih-lebihan disebut juga dengan Israf . Ada macam-macam Israf yaitu:1. Israf Iqtishadi, yaitu berlebih-lebihan dilihat dari sisi ekonomi.2. Israf Urfi, yaitu berlebih-lebihan dari sisi adat atau kebiasaan yang wajar.3. Israf Syari, yaitu berlebih-lebihan menurut ukuran agama.

Selain itu Islam juga telah melarang sombong dalam berpakaian, sabda Rasulullah dari Abdullah bin Masud r.a beliau bersabda; Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada setitik kesombongan. Berkata seseorang; Sesungguhnya seseorang suka memakai pakaian dan sandal yang indah. Nabi bersabda; Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu mengingkari kebenaran dan menghina orang lain. (H.R. Muslim)Hadits ini menunjukan bahwa mencintai pakaian yang bagus atau sepatu yang bagus tidak termasuk sombong. Sombong ialah menolak kebenaran dan menghina seseorang. Sombong juga diartikan dengan; Khulayaa adalah rasa sombong atau angkuh yang timbul dari rasa memiliki kelebihan atau keistimewaan dalam diri seseorang yang ingin dilihat atau diperhatikan orang lain.Dengan demikian, berarti ada sombong yang menolak kebenaran dan menghina orang, ada juga sombong dengan pengertian angkuh dan merasa lebih dari orang lain. Faktor penyebab sombong diantaranya adalah berdasarkan hadits Rasulullah SAW dari Abdullah bin Umar beliau bersabda; Allah tidak akan melihat dihari kiamat kepada orang yang mengulurkan pakaiannya dengan sombong. (H.R. Mutaffaq Alaihi)

Hadits ini menunjukan bahwa mengulurkan lebih dari mata kaki untuk dijaman Nabi Muhammad SAW termasuk ciri-ciri orang yang sombong, sedangkan dimasa sekarang bisa saja sombong karena memakai yang dibawah lutut sedikit atau biasa disebut sontog. Memang penyebab sombong itu banyak, bisa saja sombong karena modenya, kainnya, warnanya, penampilannya atau yang lainya. Maka ciri kesombongan dalam berpakaian bisa saja berubah sesuai jamannya. Dalam hal ini Allah melarang dengan firman-Nya:

....Artinya; Janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong (QS. Al-Isra: 37)

Ayat ini menunjukan jangan berlaku sombong dengan penampilan, seperti dalam gaya jalan kakinya yang menunjukan rasa gagah atau sombong.Mengulurkan pakaian melebihi dua mata kaki itu disebut Isbal. Sekelompok orang yang menamakan dirinya Salafi mengklaim bahwa Isbal hukumnya haram. Bila dilihat kepada realita yang ada dimasyarakat, hanya Salafiyyah saja yang mengharamkan Isbal, sampai-sampai hal ini telah menimbulkan pertentangan anatara beberapa kelompok masyarakat. Dari fenomena diatas penulis merasa tertarik meneliti bagaimana sebenarnya hukum Isbal yang telah menjadi pertentangan berbagai kelompok masyarakat. Dalam tugas karya tulis ini penulis memilih judul tentang Hukum Isbal Menurut Al-Quran dan As-Sunnah.

B. Rumusan MasalahUntuk lebih menspesifikan permasalahan yang akan dibahas, maka penulis merumuskan masalah pada:

1. Apa definisi Isbal?

2. Apa dasar dalil diharamkanya Isbal menurut Salafiyyah?

3. Bagaimana hukum Isbal menurut Quran Sunnah?C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengertian Isbal.

2. Mengetahui dasar dalil diharamkannya Isbal menurut Salafiyyah.

3. Mengetahui hukum Isbal menurut Al-Quran dan As-Sunnah.Adapun manfaatnya adalah secara teoritis penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu mendidik, agama dan memperkaya kepustakaan.

Sedangkan secara praktis penulisan ini dapat membantu masyarakat untuk mendapat kejelasan tentang bagaimana sebenarnya hukum Isbal dan agar para dai dan mubalighah mendapatkan masukan bahan-bahan untuk disampaikan kepada masyarakat luas mengenai kasus pertentangan tentang Isbal.

D. Metode Penulisan

Penulisan karya tulis ini menggunakan metode kepustakaan, yaitu metode yang menggunakan sumber-sumber data yang akan digali berupa naskah-naskah tertulis apakah berbentuk dokumen, koran, majalah, arsip surat, buku dan teks-teks lainya.E. Sistematika PenulisanSistematika penulisan karya tulis yang akan disusun terdiri atas:BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Metode Penulisan

E. Sistematika Penulisan

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Isbal secara UmumB. Kritaeria IsbalC. Pengertian KhulayaaBAB IIIANALISIS HUKUM ISBAL MENURUT AL-QURAN DAN AS-SUNNAHA. Dasar dalil Diharamkannya Isbal Menurut Salafiyyah

C. Hukum Isbal Menurut Al-Quran dan As-SunnahBAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. SaranBAB II

LANDASAN TEORITISA. Pengertian Isbal Secara UmumPakaian merupakan salah satu nikmat yang besar dianatara nikmat-nikmat Allah. Disamping sebagai penutup aurat, melindungi tubuh, pakaianpun berfungsi sebagai yang menambah keelokan dan kecantikan. Dengan pakaian Allah mengingatkan manusia agar mengagungkan nikmat-nikmat-Nya serta menjagadiri dari keburukan.Agar manusia terhindar dari keburukan dalam berpakaian, Allah telah menentapkan peraturan yang jelas dan terperinci melalui sunah Rasul-Nya. Salah satu masalah itu menyangkut Isbal. 1. Pengertian Isbal menurut bahasa

Isbal adalah bentuk masdar dari asbala-yusbilu. Secara wadhi (pembentukan lafal), kata asbala diambil dari as-bal. Kata Majduddin al-Mubarok bin Muhammad (w. 660 H) atau yamh lebih popular dengan sebutan Ibnu Atsir:

As-sabal artinya at-tsiyab al-musbalah (baju yang diturunkan), seperti kata ar-Rasa (bermakna dikirim/dilepas) dan kata an-Nasyar (bermakna yang disyiarkan/dipancarkan). Dikatakan as-sabal adalah jenis baju paling tebal dan yang dibuat dari kapas rami (nama pohon). Lihat, an-Nihayah fi Gharib al-Hadits, II:846.

Berdasarkan penjelasan ini, maka secara wadhi kata isbal memiliki makna khusus, yakni memakai as-sabal memakai baju yang diturunkan

Pada perkembangan selanjutnya, pertkembangan kata isbal secara bahasa dimaknai lebih umum tanpa memperhatikan konteks pembentukannya, artinya menjadi

menurunkan dan memanjangkan

Jamaluddin Muhammad bin Mukarram (w. 771 H) atau yang lebih popular dengan sebutan Ibnu Manzhur mengatakan;

Seseorang dikatakan mengisbalkan bajunya apabila ia memanjangkan pakaian dan melabuhkannya ke tanah. ( Lisan al-Arab, XI:319)

Penjelasan para ahli diatas menunjukan suatu perbuatan dikategorikan isbal secara bahasa dan pelakunya disebut musbil apabila memanjangkan pakaian melabuhkannya hingga tanah. Apabila pakaian itu semata-mata hanya menutupm ata kaki, tanpa berlabuh ke tanah tidak dapat disebut isbal secara bahasa. Selain itu, analisa bahasa tidak mebjadikan motif,misalnya karena sombong, sebagai unsur kategori isbal. 2. Pengertian Isbal Menurut Istilah

Secara istilah isbal memiliki kriteria khusus. Kalimat isbal al-izar atau isbal ats-tsaub artinya menurunkan/melabuhkan izar (pakaian sejenis jubah) atau baju sampai ke tanah ketika berjalan karena sombong. Syekh Ahmad bin Muhammad bin Ziyyad (w.340 H) atau Ibnul Arabi berkata;

Al-Musbil itu ialah orang yang memanjangkan baju dan melabuhkannya hingga tanah apabila berjalan dan ia melakukannnya tiada lain karena sombong dan berlaga menonjolkan diri. (Lisan al-Arab, XI:319; Taj al-Arus Min Jawahir al-Qamus, XXIX:162; an-Nihayah fi Gharib al-Hadits, II:846.

Pernyataan Ibnul Arobi ini dikukuhkan kembali oleh para ulama yang hidup pda generasi selanjutnya, antara lain:

a. Ibn al-Atsir (w. 660 H) dalam an-nihayah fi gharibil hadits, II:846.

b. Abu Zakarya Yahya bin Syarf (w. 676 H) atau Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, II:116. c. Imam Abdurrahman bin Abu Bakar (w. 911 H) atau Imam as-Suyuthi dalam Hasyiah ala Sunan Ibnu Majah, I:160.

d. Muhammad Ali bin Muhammad al-Bakri as-Shadiqi (w. 1057 H) berkata:

Al-Musbil dengan sighah fail, dari kata isbal. Artinya menurunkan pakaiannya lagi menarik/menyeretnya karena sombong. Maka musbil dikhususkan dengan makna itu. (Dalil al-Falihin, VI:78). e. Muhammad Syams al- Haq Abadi (w. 1310 H) berkata:

Al-Isbal itu ialah memanjangkan dan melabuhannya ke tanah apabila berjalan karena sombong. (Aun al Mabud Syarh Sunan Abu Daud, II:240)f. Syekh Ibrahim al-Yazini (w. 1847 H) berkata:

Dikatakan;fulan lewat dalam keadaan isbal, (maknannya) apabila memanjangkan pakaian, melabuhkannya ke tanah, berjalan dalam keadaan sombong dan berlaga menonjolkan diri. (Nuzah ar-Raid wa Syirah al-Warid fi al-Mutaradif wa al-Mutawarid, hal 82).

Berdasarkan rumusan para ulama di atas, dapat dipahami bahwa secara istilah suatu perbuatan dapat dikategorikan Isbal dan pelakunnya disebut musbil apabila memenuhi washfun (sifat) sebagai beikut:

a. Unsur mode, yaitu memanjangkan pakaian dan melabuhkannya hingga tanah.b. Unsur Motif, yaituk arena sombong.

c. Unsur aksi, yaitu idza masya (berjalan).

Karena itu tidak dapat dikategorikan Isbal secara istilah apabila:

a. Melabuhkan pakaian hingga menutup mata kaki/dibawah mata kaki, tanpa berlabuh ke tanah.

b. Melabuhkan pakaian hingga tanah/lantai ketika berdiri atau tanpa berjalan.

c. Melabuhkan pakaian hingga tanah/lantai dan berjalan dihadapan orang lain bukan atas dasar kesombongan.

Dengan demikian, memahami kata isbal atau musbil dengan makna semata-mata melabuhkan pakaian hingga menutup mata kaki/di bawah mata kaki, tidak memiliki landasan ilmiah yang jelas, baik secara bahasa maupun secara istilah.B. Kriteria Isbal

Dalam menjelaskanmasalah Isbal Nabi SAW mengggunakan ungkapan yang berbeda-beda. Dilihat dari aspek ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 bentuk:

1. Ungkapan Isbal dan derivatnya (Musbil Isbal dan Asbala).Dari Abu Dzar Rasulullah SAW bersabda; tiga orang yang tidak akan diajak bicara, tidak akan diperhatikan, tidak akan disucikan oleh allah pada hari kiamat dan mereka mendapat azab yang pedih (Rasulullah mengucapkannya tiga kali) 2. Ungkapan Jar, Yajurru, atau wathia.3. Tanpa Ungkapan Khusus.6