Proposal Hibah UI 2014
-
Upload
arny-l-wiyardhani -
Category
Documents
-
view
37 -
download
3
description
Transcript of Proposal Hibah UI 2014
Overtraining merupakan permasalahan bagi peningkatan prestasi olahraga karena dapat menurunkan perfoma bagi seorang atlet . Penurunan performa diantaranya disebabkan oleh gangguan fungsi otak seperti pembelajaran dan memori. Sampai saat ini mekanisme yang mendasari gangguan pembelajaran dan memori pada overtraining, serta upaya pencegahannya melalui pemberian Hibiscus Sabdarifa Linn masih belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, pada penelitian ini mengetahui mekanisme dasar overtraining dari tingkat seluler, molekuler dan interaksinya terhadap fungsi sinap dalam proses pembelajaran dan memori di hipokampus.
Overtraining disebabkan oleh keadaan stress oksidatif di tingkat seluler yang akan berdapampak kerusakan oksidatif pada membran sel protein dan bahkan DNA. Untuk mengetahui keadaan stress oksidatif di otak dilakukan pemerikasaan MDA, carbonyl protein dan gluthation. Diduga stres oksidatif pada overtraining akan berdampak pada kerusakan protein yang berperan dalam proses pembelajaran dan memori seperti BDNF dan CREB dan kerusakan DNA yang dapat mengganggu produksi BDNF dan CREB ditingkat molekuler. Oleh karena itu pada penelitian ini akan mengukur kadar BDNF dan CREB di hipokampus serta menilai ekspresi gen BDNF dan CREB. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat menjelaskan mekanisme overtraining dimulai dari tingkat seluler, molekuler sampai interaksinya terhadap fungsi sinap yang berperan dalam pembelajaran dan memori di hipokampus.
Selain itu, penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pemberian Hibiscus Sabdarifa Linn sebagai upaya pencegahan terhadap pembelajaran dan memori.berdasarkan pada stress oksidatifmekanisme yang mendasarinya di tingkat seluler, molekuler dan fungsi sinap. Apakah stresakan Semua itu yang akan mendasari pembelajaran keterampilan teknik. Mekanisme gangguan fungsi otak khususnya proses pembelajaran akibat overtraining masih belum diketahui dengan pasti. Indikator pelatihan yang tepat agar menghasilkan performa maksimal tetapi tidak masuk keadaan overtraining masih belum diketahui. Oleh karena itu perlu upaya pencegahan terjadinya overtraining dengan mengetahui penyebab yang tepat agar upaya yang dilakukan menjadi efektif.
Penyebab pasti overtraining sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa overtraining merupakan gangguan mekanisme pada sistem endokrin berupa penurunan IGFBP 3 akibat gangguan aksis GH/IGF-1 Petetapi masih belum ada meneliti pada fungsi SSP khususnya pada fungsi pembelajaran. struktur dan aktivitas listrik di kanal ion sel saraf. Oleh karena itu, pada penelitian ini ingin mengembangkan patofisiologi overtraining berdasarkan pada struktur dan fungsi aktivitas kelistrikan kanal ion Ca dan Na di SSP saat mengalami overtraining. Hal ini menjadi suatu hal yang perlu untuk diteliti mengingat overtraining berkaitan dengan kelelahan pusat.
Pada awal penelitian akan dilakukan mengenai struktur dan aktivitas listrik yang berkaitan dengan pembelajaran keterampilan teknik yaitu ganglia basalis dan prefrontal kortek. Selanjutnya akan dikembangkan pada bagian otak lainnya yang berkaitan dengan fungsi emosi. Selain itu, pada penelitian ini ingin mengetahui pathogenesis terjadinya gangguan pada struktur dan fungsi kanal ion pada membran presinaps yang di duga oleh stress oksidatif. Dengan diketahuinya penyebab overtraining maka upaya pencegahan terhadap kejadian overtraining. Pemberian antioksidan seperti Hibiscus sabdariffa Linn di duga dapat mencegah terjadinya kelelahan pusat akibat overtraining.
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seorang atlet akan mengalami suatu periode pelatihan yang panjang untuk menghadapi
suatu pertandingan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik dan keterampilan teknik
yang sesuai dengan kecabangannya. Namun apabila beban latihan yang diberikan melebihi
kemampuannya maka seorang atlet dapat mengalami overtraining. Overtraining adalah suatu
sindroma yang ditandai dengan penurunan kapasitas pada aspek fisik, emosi dan imunitas.
Persentase kejadian Overtraining pada atlet cukup tinggi yaitu 6% pada pelari jarak jauh,
21% pada perenang dan lebih dari 50% pada pemain sepakbola. Overtraining akan
berdampak pada penurunan performa seorang atlet diantaranya akibat penurunan fungsi otak.
Penurunan fungsi otak pada overtraining berkaitan dengan gejala yang dialami oleh atlet
berupa gangguan pembelajaran dan memori.
Pembelajaran dan memori diantaranya berperan untuk pembelajaran keterampilan gerak
dan pengeksekusian gerak atas stimulus. Pada keadaan overtraining, atlet mengalami
kesulitan dalam mempelajari keterampilan gerak sehingga sering muncul kesalahan teknik
meski sudah diperbaiki berulang-ulang, hal ini menunjukkan adanya gannguan pada proses
pembelajaran. Selain itu, atlet mengalami penurunan kemampuan reflek bersyarat yang telah
dimiliki sebelumnya, hal ini menunjukkan gangguan pada memori. Keadaan gangguan pada
proses pembelajaran dan memori itulah yang menjadi salah satu penyebab menurunnya
performa suatu atlet dalam suatu pertandingan. Namun, sampai saat ini masih belum
diketahui dengan pasti mekanisme gangguan dari tingkat seluluer, molekuer sehingga berefek
pada penurunan fungsi pembelajaran dan memori pada overtraining.
Overtraining disebabkan oleh keadaan stres oksidatif yaitu peningkatan produksi ROS
yang tidak diimbangi dengan antioksidan tubuh. Produksi ROS yang berlebihan dapat terjadi
pada latihan fisik aerobik yang berat, karena adanya peningkatan konsumsi oksigen. Dampak
konsumsi oksigen yang berlebihan pada mitokondria akan menghasilkan reactive oxygen
species (ROS) yaitu suatu molekul radikal yang mengandung oksigen seperti hydroxyl
radical (OH-), hydrogen peroxidase (H2O2), superoxidase (O2).1 Otak merupakan organ yang
dijaga agar tidak terjadi stres oksidatif, hal itu dilakukan berdasarkan atas tingginya
antioksidan internal pada otak. Antioksidan yang ditemukan di otak diantaranya adalah.........
Stres oksidatif akan menyebabkan kerusakan berupa kerusakan sel membran, kerusakan
protein atau kerusakan DNA. Oleh karena itu perlu diketahui tingkat stres oksidatif di
hipokampus akibat overtraining dengan menilai kerusakan sel membran melalui pemeriksaan
MDA, kerusakan protein melalui pemeriksaan protein carbonyl dan pemeriksaan kadar
GSH/GPX di hipokampus. Pemeriksaan stres oksidatif di otak khususnya hipokampus
sebagai bagian yang berperan dalam pembelajaran dan memori.
Memori merupakan kemampuan menahan, menyimpan dan memanggil kembali
informasi atau sensasi yang diperoleh dari proses belajar. Proses pembelajaran dan memori
terjadi di sinap. Proses pembelajaran akan membuat peningkatan plastisitas sinaps yaitu
kemampuan merubah struktur sinaps. Perubahan pada lempeng prasinaps akan diikuti pula
dengan perubahan pada struktur pasca sinaps. Terdapat faktor pertumbuhan yang berperan
dalam mengatur plastisitas sinap yaitu BDNF.
BDNF utamanya di sintesis di hipokampus suatu area otak yang terlibat dalam proses
pembelajaran dan memori. BDNF merupakan salah satu keluarga pertumbuhan yang
mengatur plastisitas sinap, pertumbuhan syaraf dan kelangsungan hidup neuron. Selain itu
BDNF memfasilitasi transmisi sinap dengan mempercepat proses signaling di otak dan
mengaktivasi kanal ion. Dengan demikian, BDNF berperan dalam plastisitas sinap dan
transmisi sinap sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran dan memori.
BDNF merupakan protein yang berespon terhadap latihan fisik. Pada latihan fisik areobik
dengan intensitas moderat akan meningkatkan ekspresi BDNF sehingga meningkatkan
pembelajaran dan memori. Tetapi masih belum diketahui ekspresi gen BDNF dan protein
BDNF pada keadaan overtraining
BDNF juga akan menginduksi ciclyc AMP response element binding protein (CREB)
suatu faktor transkripsi yang terlibat dalam pembelajaran dan memori. Pada saat latihan fisik
dengan intensitas tinggi akan mengubah ekspresi CREB. Oleh karena itu, perlu diketahui
ekspresi gen CREB dan protein CREB pada keadaan overtraining.
Dengan demikian pada penelitian ini ingin mengetahui mekasime dasar overtraining pada
tingkat seluler, molekuler dan interaksinya terhadap fungsi sinap yang berperan pada
pembelajaran dan memori. Pemeriksaan yang akan dilakukan adalah penilaian stres oksidatif
di hipokampus pada tingkat seluler, pemeriksaan ekspresi gen BDNF dan CREB di
hipokampus pada tingkat molukuler, pemeriksaan protein BDNF dan CREB di hipokampus
untuk menilai fungsi sinap dan pemeriksaan water e maze untuk menilai memori spatial.
Selain itu, penelitian ini ingin mengetahui upaya pencegahan gangguan pembelajaran dan
memori pada overtraining. ROS yang terbentuk pada latihan fisik aerobik hingga
overtraining dapat diantisipasi dengan pemberian antioksidan eksternal sebagai upaya
pencegahan terjadinya overtraining. Sebenarnya, tubuh memproduksi antioksidan internal,
tetapi saat level ROS terlalu tinggi, antioksidan yang diproduksi tidak mencukupi untuk
menangkap ROS. Antioksidan dapat diberikan secara eksternal. Di Indonesia banyak
tumbuh-tumbuhan yang mengandung antioksidan. Salah satu kandungan antioksidan tinggi
adalah Anthocyanin. Tumbuhan yang mengandung anthocyanin yang cukup tinggi adalah
rosela atau Hibiscus sabdariffa Linn, yang disebut juga sebagai Teh Merah. Oleh karena itu
pada penelitian ini ingin mengetahui apakah pemberian Hibiscus sabdariffa Linn
400mg/KgBB/hari pada latihan fisik aerobik overtraining dapat mencegah terjadinya
gangguan pembelajaran dan memori pada tingkat selelur, molekuler dan interaksinya
terhadap fungsi sinap.
Untuk mengetahui mekanisme dasar overtraining dan pengaruh pemberian Hibiscus
Sabdarifa Linn, penelitian ini menggunakan organ otak yang dibekukan dari penelitian
sebelumnya yang berjudul pengaruh pemberian Hibiscus sabdarifa linn terhadap ekspresi gen
IGFBP3, kadar IGFBP 3, IGF 1, GH, MDA dan GPx plasma pada tikus yang mengalami
overtraining.
1.2.Rumusan Masalah
1. Adakah perbedaan pengaruh latihan aerobik overtraining dan latihan aerobik
overtraining dengan Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kgBB/hari terhadap
Malonylaldhide, Carbonyl Protein dan Gluthation di hipokampus.
2. Adakah perbedaan pengaruh latihan aerobik overtraining dan latihan aerobik
overtraining dengan Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kgBB/hari terhadap ekspresi
gen BDNF dan CREB di hipokampus.
3. Adakah perbedaan pengaruh latihan aerobik overtraining dan latihan aerobik
overtraining dengan Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kgBB/hari terhadap protein
BDNF dan CREB di Hipokampus.
1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan aerobik overtraining dan latihan
aerobik overtraining dengan Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kgBB/hari terhadap
Malonylaldhide, Carbonyl Protein dan Gluthation di hipokampus.
2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan aerobik overtraining dan latihan
aerobik overtraining dengan Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kgBB/hari terhadap
ekspresi gen BDNF dan CREB di hipokampus.
3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan aerobik overtraining dan latihan
aerobik overtraining dengan Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kgBB/hari terhadap
protein BDNF dan CREB di Hipokampus.
1.4.Manfaat Penelitian
Memberikan informasi ilmiah mengenai mekanisme dasar overtraining mulai dari
keadaan stress oksidatif di tingkat seluler dan dampaknya terhadap ekspresi gen
BDNF dan CREB di tingkat molekuler, sampai ekspresi proteinnya yang mengatur
plastisitas sinap dalam pembelajaran dan memori di hipokampus.
Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh pemberian Hibiscus sabdariffa
Linn terhadap stress oksidatif di tingkat seluler dan dampaknya terhadap ekspresi gen
BDNF dan CREB di tingkat molekuler, serta ekspresi proteinnya yang mengatur
plastisitas sinap di hipokampus sebagai upaya pencegahan gangguan pembelajaran
dan memori pada overtraining
1. Keluaran:
Publikasi Jurnal Internasional (Minerva Medica)
1. Pengaruh Hibiscus Sabdariffa Linn terhadap MDA, Carbonyl Protein, Gluthation Stres,
ekspresi gen BDNF, CREB serta protein BDNF dan CREB pada hipokampus tikus yang
mengalami oovertraining.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Overtraining
Overtraining adalah suatu kondisi kelelahan dan penurunan performa pada seorang yang
melakukan pelatihan dengan beban latihan yang berat. Hal ini disebabkan adanya kegagalan
tubuh beradaptasi dari beban latihan yang diberikan tersebut. Sebenarnya, tujuan pemberian
latihan dengan meningkatkan beban latihan secara progresi pada seorang atlet adalah untuk
meningkatkan adaptasi tubuhnya. Berdasarkan pada teori Ramp of Progression, maka
semakin besar beban latihan yang diberikan, maka semakin besar pula adaptasi tubuh hingga
suatu saat tertentu (overreacing). Overeaching adalah peride saat beban yang diberikan
melebihi kemampuannya yang ditandai dengan keluhan muscle soreness. Setelah beberapa
hari dari overreaching akan terjadi proses adaptasi yang disebut superkompensasi sehingga
terjadi peningkatan performa. Namun adapula sebagian atlet tidak mengalami
superkompensasi setelah periode overreaching dikarenakan terjadi maladaptasi.2
Angka kejadian overtraining ini sering ditemukan pada seorang atlet, seperti diungkapkan
oleh Smith dkk (2000) ditemukan 6% pada pelari jarak jauh, 21% pada perenang dan lebih
dari 50% pada pemain sepakbola di Australia. Keluhan yang mereka alami adalah penurunan
kemampuannya dari aspek fisik, emosi dan imunitas. Dengan demikian, overtraining
merupakan suatu sindroma yang masih belum diketahui dengan pasti penyebabnya.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa sindroma overtraining merupakan gangguan
mekanisme pada sistem neuroendokrin, imunologi atau sistem fisiologi lainnya. Elloumi
(2005) mengemukakan bahwa terdapat penurunan IGFBP-3 pasca latihan pada atlet yang
mengalami overtraining tetapi tidak ditemukan perubahan kadar IGF-1. Untuk mendukung
mekanisme gangguan endokrin, saya sebagai tim peneliti sudah melakukan penelitian
mengenai pengaruh overtraining terhadap GH, IGF-1, IGFBP-3 dan ekspresi gen IGFBP-3
yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesai dan penelitian ini selesai pada
tahun akhir tahun 2013.
1 Mooren FC, Volker K. Molecular and Cellular exercise physiology. Human Kinetics Publisher, USA. 2005: 31-46
2