Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

48
1. URAIAN UMUM 1.1. Judul Usul Penelitian : Preferensi Masyarakat dan Model Standar Pusat Aktifitas Harian Lansia (Day Care Aging) di Wilayah Perkotaan Indonesia 1.2. Ketua Peneliti Nama Lengkap : Afri Erisman, SE, M.Si, Ph.D Bidang Keahlian : Urban and Regional Planning Jabatan : Lektor Unit Kerja : Fak, Ekonomi Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB), Jl.Bali PO. Box 118 Kota Bengkulu, 38119, Telp.(0736) 22765 1.3. TIM PENELITI N o Nama dan Gelar Akademik Bidang Keahlian Instansi Alokasi Waktu (Jam/Mingu) 1. Drs. Kasmirudin, M.Si Biologi FKIP Biologi UMB 10 Jam/Permin ggu 2. Drs. Taufik, MM Manajemen Sumber Daya Manusia FE - UMB 10 Jam/Permin ggu 1.4. SUBYEK PENELITIAN No Subyek Penelitian Aspek Penelitian 1. Preferensi Masyarakat Kota Terhadap Kepedulian Kepada Lansia Memperkanalkan salah satu fasilitas perkotaan dalam pengelolaan lansia kepada masyarakat Menemukan permintaan (demand) terhadap fasilitas Pusat Aktifitas Harian Lansia dari masyarakat

Transcript of Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

Page 1: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

1. URAIAN UMUM

1.1. Judul Usul Penelitian : Preferensi Masyarakat dan Model Standar Pusat

Aktifitas Harian Lansia (Day Care Aging) di

Wilayah Perkotaan Indonesia

1.2. Ketua Peneliti

Nama Lengkap : Afri Erisman, SE, M.Si, Ph.D

Bidang Keahlian : Urban and Regional Planning

Jabatan : Lektor

Unit Kerja : Fak, Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Bengkulu (UMB), Jl.Bali PO. Box 118 Kota

Bengkulu, 38119, Telp.(0736) 22765

1.3. TIM PENELITI

No Nama dan Gelar

Akademik

Bidang

Keahlian

Instansi Alokasi Waktu

(Jam/Mingu)

1. Drs. Kasmirudin, M.Si Biologi FKIP Biologi

UMB

10

Jam/Perminggu

2. Drs. Taufik, MM Manajemen

Sumber Daya

Manusia

FE - UMB 10

Jam/Perminggu

1.4. SUBYEK PENELITIAN

No Subyek Penelitian Aspek Penelitian

1. Preferensi Masyarakat Kota

Terhadap Kepedulian Kepada

Lansia

Memperkanalkan salah satu

fasilitas perkotaan dalam

pengelolaan lansia kepada

masyarakat

Menemukan permintaan

(demand) terhadap fasilitas Pusat

Aktifitas Harian Lansia dari

masyarakat perkotaan.

Membuat Model Standar elemen

Page 2: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

2. Mengembangkan Model Standar

Pusat Aktifitas Harian Lansia di

Perkotaan

pada kawasan-kawasan dalam

perkotaan yang Membutuhkan

Pusat Aktifitas Harian Lansia.

Penentuan lokasi pengembangan

Pusat Aktifitas harian lansia pada

kawasan-kawasan-kawasan

berpotensi dalam perkotaan.

Membuat prototipe dari aspek

manajemen, budaya, biologi dan

kesehatan dari Pusat Aktifitas

Harian Lansia.

1.5. PERIODE PELAKSANAAN

Mulai : 2005/2006

Berakhir : 2007/2008

1.6. Jumlah Anggaran yang diusulkan untuk Tahun Pertama Rp. 38.300.000

1.7. Jumlah Anggaran yang diusulkan untuk seluruh program Rp. 118.300.000

1.8. Lokasi Penelitian, Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu, Kota Palembang

Propinsi Sumatera Selatan dan Kota Jakarta DKI Jakarta.

1.9. Perguruan Tinggi Pengusul : Universitas Muhammadiyah Bengkulu

1.10. Instansi Lain yang terlibat : Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, Palembang

dan Jakarta.

1.11. Penanggung Jawab Program : Ketua LPPM Univ. Muhammadiyah

Bengkulu

2. ABSTRAK RENCANA PENELITIAN

Page 3: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

Penelitian ini berfokus kepada permasalahan permberdayaan kategori masyarakat berumur lanjut (lansia) di perkotaan yaitu pengembangan salah satu fasilitas yang telah banyak disediakan di luar Indonesia. Kajian ini lebih diarahkan kepada preference masyarakat perkotaan terhadap fasilitas tersebut dan menghasilkan model standarnya.Fasilitas yang dimaksudkan adalah Pusat Aktifitas Harian Lansia atau yang dikenal dengan “Center Of day care aging ” yang memfasilitasi masyarakat lansia berkategori ekonomi menengah keatas pada kawasan di perkotaan.

Orentasi penelitian ini adalah bentuk kepedulian terhadap lansia (lanjut usia) khusus lansia yang tidak di fasilitasi oleh pemerintah yaitu lansia yang tinggal dan hidup di wilayah kota yang relatif mempunyai kemampuan ekonomi. Kategori ini kurang mendapat perhatian dalam program-program sosial kemasyarakatan yang cenderung mengutamakan lansia yang tidak memiliki kemampuan ekonomi yang terimplementasi dari program perawatan rumah dan panti jompo. Namun, di lain pihak, warga masyarakat dalam kategori lansia di wilayah perkotaan yang sebelumnya adalah orang-orang yang mampu secara ekonomi dan mempunyai pekerjaan yang memadai, setelah tua atau pensiun lebih banyak hidup terasing dalam rumah. Akibatnya muncul yang di kenal dengan gejala physikologi seperti Post Power Syndrom, gejala Home Sick dan lain-lainya yang berimplikasi kepada penurunan fungsi-fungsi biologis terhadap lansia tersebut. Objek yang menjadi perhatian adalah keluarga perkotaan, yang cenderung sibuk dalam memenuhi kebutuhan, waktu lebih banyak di gunakan untuk mendapatkan pendapatan. Hali lainnya, semakin besarnya peluang wanita untuk bekerja diwilayah perkotaan, membuat waktu untuk keluarga semakin berkurang. Akibatnya, keluarga kota sadar atau tidak sadar seringkali mengabaikan orang-tuanya yang berkategori lansia dirumah sendirian yang dalam beberapa kajian di kenal dengan konflik antara waktu bekerja dan penjagaan lansia. Seringkali terjadi kecelakaan akibat tidak penuhnya perhatian dalam penjagaan lansia tersebut.

Salah sata cara untuk meminimalisasinya adalah dengan menyediakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan fisik dan physkologi lansia tersebut, di perlukan alternatif yaitu Pusat aktifitas Harian Lansia (Day Care Aging) dimana tempat ini hanya merupakan tempat berkumpul lansia perkotaan pada siang hari dan diwaktu sora atau senja lansia tersebut dapat kembali lagi ke rumahnya dan berkumpul bersama keluarganya. Model fasilitas ini sementara ini dianggap paling efektif untuk lansia-lansia di wilayah kota di negara-negara eropa dan amerika. Untuk itu dirasa perlu system tersebut di adpsi dan diaplikasikan dalam bentuk penelitan yang menghasilkan model standar dan membuat perencanaanya dengan penyesusian sosiologi dan budaya setempat. Untuk menghasilkan model standar pusat aktifitas harian lansia ini, maka diperlukan kajian kebutuhan dengan melihat ada atau tidaknya permintataan (demand) dalam bentuk preferensi terhadap model pusat aktifitas lansia ini. Analisis demand harus mewakali kategori 3 kota yaitu kota besar, menangah dan kecil. Dalam penelitian ini di rencanakan diambil 3 kota sebagai sampel yaitu Bengkulu sebagai kota kecil, Palembang sebagai kota menengah dan Jakarta sebagai Kota besar.

Setelah mengetahui adanya demand maka di lakukan analisis lokasi pada masing-masing kota, hal ini bertujuan mendapatkan lokasi paling ideal dimana fasilitas pusat aktifitas lansia tersebut di kembangkan dan menentukan berapa buah pusat aktifiti harian lansia ini akan di kembangkan dalam masing-masing

Page 4: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

kota.. Setelah mendapat lokasi, langkah akhir adalah membuat model standar dan syarat minimal kota di indonesia yang bisa dikembangkan fasilitas tersebut, model ini akan mengghasilkan bagaimana pengelolaan dari fasilitas Pusat Aktifiti Harian Lansia ini berdasarkan aspek sosial, budaya, manajemen, dan biologis lansia indonesia.

3. TUJUAN KHUSUS

Tahun Tujuan

Pertama Memperkenalkan Model Pusat Aktifitas Harian Lansia

Kepada Masyarakat Perkotaan

Membuktikan bahwa terjadi konflik antara waktu

bekerja keluarga perkotaan dengan waktu yang harus

disediakan untuk menjaga lansia

Menguji ada tidaknya permintaan masyarakat pada

beberapa kawasan Perkotaan terhadap Pusat Aktifitas

Harian Lansia.

Kedua Menemukan lokasi-lokasi potensi penempatan Pusat

Aktifitas Harian Lansia di 3 Kota Sampel.

Menetapkan kawasan pengembangan awal Pusat

Aktifitas Harian Lansia

Menetukan model standar atau syarat minim sebuah

kawasan perkotaan yang perlu di rancang Pusat

Aktifitas Harian Lansia

Ketiga Merancang protipe contoh Pusat aktifitas Harian Lansia

pada masing kawasan kota yang berpotensi di

kembangkannya Pusat Aktifiti Harian Lansia.

Menetapkan standar pengelolaan dengan penyesuaian

sosial dan budaya masyarakat serta fasilitas biologis dan

kesehatan yang harus ada pada masing-masing Pusat

Aktifitas Harian Lansia

4. PENTINGNYA ATAU KEUTAMAAN RENCANA PENELITIAN

Page 5: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

Tidak ada definisi yang tepat tentang siapakah yang berkategori lansia

(lanjut usia). Hoebel (1998) berpendapat bahwa lansia (lanjut usia) adalah orang

yang berusia setelah 75 tahun. Kemudian Harrison (1999) mengatakan orang

lanjut umur ialah orang yang umurnya melebihi 60 tahun. Blazar (2001)

berpendapat bahwa lansia tidak bias didasarkan berdasarkan kepada umur saja,

kerana umur tidak mencerminkan keadaan fisikal seseorang individu.

Tiga pendapat di atas adalah berbeda sama sekali,maka, apakah yang

seharusnya dijadikan sebagai dasar kepada definisi lansia itu ?. Jadi, bersesuaian

dengan konteks penelitian umumnya, lansia akan difinisikan sebagai mereka yang

telah berumur 55 tahun ke atas. Definisi ini adalah berdasarkan kepada definisi

yang telah dibuat oleh US Social Security Agency (2002)

Berdasarkan definisi yang telah dinyatakan di atas, Becker (2002)

menyatakan bahwa lansia terbagi kepada dua kelompok. Kelompok pertama

merupakan kategori yang secara relatifnya tidak mempunyai keamampuan dari

sisi ekonomi untuk membiayai hidup dan menyediakan kebutuhan dasartermasuk

kebutuhan kesehatan. Dalam situasi begini, kehidupan lansia akan memerlukan

sedikit bantuan dari anak-anak, saudara-saudara, masyarakat atau pemerintah.

Kelompok kedua adalah kategori lansia yang secara relatifnya mempunyai

mempunyai kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.

Secara umum Lansia tersebut dapat dapat memenuhi syarat minimum seperti

dapat memenuhi kebutuhan makanan, perumahan dan kesehatan. Kategori ini

biasanya masih berkerja atau pensiunan yang relatif tidak memerlukan bantuan

dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Dengan kemampuan ekonomi yang

dimiliki, kategori ini dapat memilih untuk terus tinggal dirumah, bergabung

dengan anak-anaknya ataupun di pusat rawatan intensif untuk orang-orang tua.

Mereka tetap masih bisa menjalani sisa-sisa hidupnya bersama lansia lainnya.

Kebanyakan kategori lansia ini hidup dan tinggal di kawasan Kota baik sendirian

atau bersama keluarganya.

Sehubungan dengan kategori lansia yang mempunyai kemampuan

ekonomi (economic ability ) tersebut dan bercermin kepada proses pembangunan

dan pertumbuhan di kawasan perkotaan, secara sadar atau tidak sadar relatif

banyak terjadi unsur pengabaian dalam penjagaan lansia tersebut. Unsur-unsur

pengabaian ini akan menyebabkan kemungkinan terjadinya masalah-masalah yang

Page 6: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

tidak diingini yang bermuara kepada kecederaan bahkan kematian. Tidak sedikit

berita-berita yang menyatakan kematian lansia akibat sengatan listrik, tergelincir

dikamar mandi dan lain-lainnya.

Pengabaian dan ketidakpedulian terhadap penjaagan lansia perkotaan ini

merupakan fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Sesungguh

hal demikian merupakan masalah klasik dalam analisis sosial di perkotaan.

Menurut Goode dalam becker (2002), perubahan ke arah modernisasi perkotaan

dan perubahan keluarga merupakan proses searah (parrallel), yang dipengaruhi

oleh perubahan sosial. Ada 3 bahagian yang merupakan sumber utama perubahan,

yaitu kemajuan ekonomi (ideology of economic progress), keluarga konjugal

(ideology of conjugal family), dan persamaan darjat (ideology of egalitarian).

Pandangan tersebut menganggap lansia perkotaan sebagai penghalang

perkembangan modernisasi, dan bukan lagi sebagi aset yang penting. Bahkan

lebih radikalnya ada anggapan bahwa lansia dalam institusi keluarga dapat

menganggu kehidupan keluarga lainnya dalam bentuk ekonomi, privasi dan

pekerjaan.

Penyelesaian untuk masalah tersebut akhirnya direkomendasikan sebuah

fasilitas perkotaan yaitu panti dan rumah jompo serta tempat rehabilitasi atau

pemulihan. Pilihan hidup di panti jompo adalah alternatif yang terbaik yang dapat

dipilih untuk meneruskan sisa hidup lansia bersama dengan kelompok lansia

yang lainnya dengan kemampuan norma-norma modern.

Namun demikian banyak sekali kontroversi tentang keberadaan panti-

panti jompo ini di wilayah perkotaan, faktor budaya timur adalah argumentasi

kokoh atas penolakan penempatan lansia perkotaan di panti jompo tersebut.

Waktu yang di gunakan oleh keluarga perkotaan terfokus kepada kesibukan

bekerja, akibatnya waktu untuk penjagaan anggota keluarga yang tua dan

peningkatan kualiti hidup menurun di perkotaan. Dengan demikina perlu sebuah

alternatif yang sesuai dengan budaya dan tidak mengurangi waktu bekerja pada

keluarga di kota, dan salah satu alternatif itu yang telah diaplikasikan oleh banyak

negara adalah Pusat Aktifitas Harian Lansia (Day Care Aging)

Sehubungan dengan lansia perkotaan, menilik kepada jumlah lansia Jumah

lansia di indonesia terjadi peningkatan yang significant, Biro Pusat Statistik

(2000) kategori lansia berumur 60 tahun ke atas di Indonesia lebih kurang 11.1

Page 7: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

% atau 30.8 juta jumlah penduduk indonesia. Menjelang tahun 2020 adalah

diperkirakan jumlah penduduk lansia (lanjut usia) dalam lingkungan umur

tersebut akan meningkat kepada 12.3 % atau 46.7 juta orang. Sedangkan untuk

angka lansia yang hidup diperkotaan diperkirakan mencapai 30% dari total lansia

yang ada atau sebesar 9.24 juta pada tahun 2000 dan 14.01 juta pada tahun 2020.

Sebaliknya peningkatan jumlah lansia perkotaan ini tidak di barangi

dengan kepedulian terhadap lansia tersebut, kondisi perkotaan yang serba sibuk

dengan tingkat stress yang tinggi membuat lansia luput dari perhatian. Lansia

perkotaan seperti pensiunan setelah tidak bekerja lagi menjadi kehilangan kontrol

yang menciptakan syndrom power dan depresi. Salah satu implikasi yang muncul

akibat tekanan-tekanan psykologi tersebut berpengaruh kepada penurunan fungsi

fisik, stroke dan kepikunan.

Untuk itu, alternatif Pusat Harian Lansia (Day Care Aging) diharapkan

dapat meminmilkan tekanan-tekan physologi perkotaan bagi lansia tersebut.

Alternatif fasilitas tersebut juga dapat mengurangi beban keluarga perkotaan yang

sangat sibuk yang mempunyai lansia untuk di jaga dan di rawat. Penjagan

terhadap lansia dapat terus dijalankan dan waktu bekerja. Pada pagi hari, lansia

efektif berada dan di letakkan pada pusat harian yang telah disediakan, sebaliknya

pada sore hari atau malamnya mereka akan kembali ke rumah. Alternatif ini lebih

kepada tempat penjagaan sementara pada siang hari saja atau dikenal dengan

dengan tempat aktifitas harian lansia . Selanjutnya dapat juga dikemukakan,

alternatif ini sangat efektif dan lebih peduli serta berbudaya dibandingkan dengan

meletakkan lansia di rumah dan panti jompo.

Hasil yang di harapkan daripada penelitian ini adalah untuk mendapatkan

syarat dasar kuantitatif dan kulitatif dalam penubuhan sebuah pusat aktifitas

harian lansia dalam kawasan kota. Dalam hal ini ianya dimanfaatkan oleh lansia

pada ketegori lansia (lanjut usia) yang mempunyai kemampuan ekonomi. Hal ini

dapat dijelaskan pada frame work seperti berikut :

Lansia (Berumur Lebih dari 55 Tahun)

Tidak MemiTliki Kemampuan Ekonomi/Sakit Sick/Cronic

Memiliki Abilitas EkonomiRelativelly Weel

Page 8: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

Ket : 1. ----- bukan sasaran

Gambar :1 Sasaran Pengguna Pusat Aktifitas Harian Lansia

5. STUDI PUSTAKA/HASIL YANG SUDAH DICAPAI DAN STUDI

PENDAHULUAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN

5.1. Penelitian Sebelumnya

Bentuk penelitian ini merupakan implementasi dan adopsi dari ide yang

belum ada di Indonesia, dengan demikian penelitian ini hanya disandarkan pada

penelitian yang telah dilakukan di luar Indonesia sebelumnya. Penelitian pertama

adalah tentang pembagian waktu kerja dan oleh masyarakat dan penjagaan lansia

diwilayah perkotaan yang dilakukan oleh Verbeck dan Vella (1996).,

menggunakan model statistik mengenai hubungan keluarga perkotaan yang

memberi penjagaan terhadap lansia. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa

terjadi kecenderungan berkurangnya waktu bekerja keluarga karena proses

penjagaan lansia. Penggunaan waktu penjagaan oleh keluarga perkotaan dengan

sendirinya berimplikasi kepada memnurunnya pendapatan yang dianggap suatu

yang negatif.

Penelitian tersebut menggunakan panel data. Panel data untuk mengontrol

pengaruh faktor lainnya yang memberi penguruh menunrunya supply tenaga kerja

dan pemberian penjagaan informal lansia, Dengan menggunakan cross-sectional

estimation membuat terjadi kesalahan tafsir dari error term terhadap informal

care variable. Hasilnya, cross sectional estimates untuk hubungan di antara jam

Tergantung Pada PemerintahState dependent

Punya Pendapatan SendiriOn Their Own

Tanggungan KelurgaFamily Support

Panti Jompo Perawat Ke Rumah

Rumah Sakit Pusat Aktifitas Harian

Page 9: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

bekerja dan pemberian penjagaan informal berkemungkinan menjadi tidak

significant.

Persamaan yang memperlihatkan hubungkait dari verbeck dan vella adalah

sebagai berikut :

itiititit xCareWork 111"111

* (1.1)

(1.2)

di mana t mewakili time period dan i mewakili individuals. Model umum

penelitian ini membenarkan panel data tidak seimbang bagi individu, dan

diwakilkan dengan variabel endogenous adalah seperti berikut:-

(1.3)

(1.4)

di mana Care merupakan fungsi untuk waktu penjagaan lansia oleh

keluarga, maka nilai positif variabel-variabel latent diperhatikan sepenuhnya

untuk jam bekerja dan menetapkan petunjuk variabel pemberian penjagaan

terhadap lansia. Persamaan Verbeck dan Vella (1996) terlalu memkasakan nilai

kualitas menjadi kuantitas yang berakibat bias nya koefisein pada variabel.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian

verbeck dan vella adalah konsep caregiving, di mana Verbeck dan Vella (1996)

hanya berfokus kepada variable waktu kerja saja tetapi di dalam penelitian yang

akan dilakukan ini akan diterangkan faktor-faktor lain yaitu faktor-faktor

ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu, dalam persamaan Verbeck dan Vella ,

(1996) data bersifat time series terhadap penjagaan lansia tetapi dalam penelitian

ini akan mengunakan data cross-section dan tujuan dalam kajian Verbeck dan

Vella (1996) hanya untuk mendapatkan jumlah supply tenaga kerja yang

diimplementasikan ke dalam jumlah waktu kerja. Sedangkan penelitian yang akan

dilakukan berfokus kepada kepedulian terhadap lansia perkotaan dalam bentuk

preference yang akan menghasilkan permintaan terhadap satu fasilitas untuk

lansia.

Page 10: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

Verbeck dan Vella (1996) mencoba membuktikan kembali apa yang

didapati dalam teori klasik ekonomi tentang waktu yang tidak digunakan untuk

mendapatkan pendapatan (leisure time) yang diaplikasikan kepada penjagaan

lansia. Verbeck berhasil mendapati model statistik yang sebelumnya belum

ditemui dan mampu menghitung share antara waktu bekerja dan penjagaan

terhadap lansia. Namun demikian Verbeck dan Vella (1996) hanya menggunakan

anggapan bahwa leisure time hanya akan digunakan untuk penjagaan lansia, dan

melupakan faktor lain yang saling berkaitan dengan waktu kerja.

Walaubagaimanpun persamaan-persamaan Verbeck dapat dijadikan bukti dalam

penelitian ini di mana waktu bekerja dapat memberikan permintaan berbeda

terhadap caregiving dalam bentuk fasilitas yang akan diberikan kepada lansia.

Penelitian lainnya yang berkaitan adalah menganai kualitas pusat aktifitas

harian lansia di Negara irlend yang di lakukan oleh The Eastern Health and Social

Services Board (EHSB) dimana Fasilitas di bawah institusi National Health

Service (NHS).Kawasan geografi kajian EHSSB meliputi kawasan besar Belfast

norts irland dan juga sebahagian Country Down. Terdapat empat komunitas yang

menggunakan fasilitas Pusat aktifitas harian lansia dalam 20 kawasan perumahan

yang berdekatan, dalam penelitiannya maka dinamakan mereka sebagai A,B,C

dan D. Dua daripadanya memberikan fasilitas di kawasan-kawsan perkotaan

(Department of Health and Social Security,1993),

Sejumlah besar penduduk di Belfast adalah boleh diklasifikasikan daripada

kelas berpendapatan menengah keatas, EHSB sebagai pengelolal fasilitas pusat

aktifitas harian lansia tersebut yang memberi informasi yang spesifik bagi setiap

elemen yang ingin digunakan oleh konsumen. Kesemua spesifikasi elemen ini

meliputi satu kualitas yang menerangkan bahwa jasa yang dilanggan akan diuji

berdasarkan nilai-nilai berdasarkan aspek kesehatan dan biologis pelangaannya.

Penelitian yang dilakukan EHSB mampu merumuskan permintaan model Pusat

Aktifitas Harian Lansia

Konsep lansia yang mereka gunakan adalah mereka berumur 65 sedangkan

penelitian ini memakai standart 55 tahun, hasil dari penelitian mereka salah

satunya mendapatkan hubungan yang jelas antara tingkat umur yang lanjut

dengan pertambahan permintaan fasilitas untuk lansia. Hasil penelitian tersebut

Page 11: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

membuktikan terdapat demand yang tinggi, terdapat banyak orang tua yang

meninginkan fasilitas yang disediakan pemerintah, swasta dan NGO.

5.2 Beberapa Teori Proses Penuaan

Tua tidak merupakan suatu penyakit, sebaliknya ia adalah proses

degeneration yang dialami oleh setiap orang. Apabila memasuki umur tua, orang

akan mengalami kemunduran fisik tetapi ini tidak bermakna ia tidak sedia ada

berguna lagi (Andrew, Et.al,1986). Ini bermakna lansia merupakan anggota

masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban. Hak mereka adalah dirawat atau

dijaga, sedangkan kewajiban mereka mempersiapkan diri untuk sadar dengan

masa kematian.

Sebelum mendalami lebih jauh pembahasan tentang permintaan terhadap

pusat aktifitas harian untuk lansia terlebih dahulu dijelaskan beberapa teori proses

penuaan seperti berikut :

a. Teori Kesalahan Genetik

Teori ini diciptakan oleh Dr. Leslie Orgell, dari Institut La Lolla,

California. Menurut Orgell dalam Kart (1978) proses menjadi tua disebabkan oleh

tumpukan kesalahan sel genetik DNA, hal ini terjadi ketika sel belahan kedua

terbentuk. Dr. Orgell mendasari teori ini atas kenyataan bahwa gen (zat pembawa

sifat keturunan) dari sel yang terdapat di dalam kromosom, memperbanyakkan

diri sendiri sebelum terjadi pembelahan sel, yaitu sebelum terjadinya generasi

baru. Menurut hukum alam, sel-sel ini memperbanyakkan diri sendiri dan setiap

sel baru yang terbentuk mewarisi sifat keturunan induknya secara tepat.

Seandainya setiap kali perbanyakan/pembelahan sel itu hanya 99% dari molekul

DNA berhasil terbentuk tanpa kesalahan [DNA membentuk genetik], dimana 1%

lagi diciptakan dengan sesuatu kesalahan pada setiap kali pembelahan. Molekul

DNA yang salah itu akan terus bertambah, sehingga pada akhir 10 generasi akan

ada 10 molekul dengan kesalahan DNA itu. Penghambatan pembentukan sel-sel

baru itulah yang membuat seseorang itu menjadi tua.

b. Teori Radikal - Bebas

Radikal - bebas adalah sebuah molekul terbesar yang mempunyai sifat

kimia yang sangat reaktif, kerana molekul radikal bebas itu mempunyai kelebihan

atau kekurangan elektron ataupun mengandungi elektron dengan kekuatan yang

lebih tinggi. Dowling, G.A., Mastick, J.M (2001) mengemukakn Radikal–bebas

Page 12: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

dapat terbentuk kerana penyinaran. Proses penuaan mungkin disebabkan oleh

penimbunan radikal – bebas di dalam jaringan yang sangat reaktif secara kimia

dan berkeliaran di seluruh tubuh sambil merosakkan sel-sel tubuh manusia.

c. Gejala dan Hayflick

Teori lain tentang proses penuaan adalah fakta tentang gejala Hayflick

yang berasal dari Dr. Leonard Hayflick dalam Dowling, G.A., Mastick, J.M

(2001), seorang profesor dalam mikrobiologi dari California. Teori ini didasarkan

daripada pengamatan Dr. Alexis Carrel bahwa apabila jaringan tubuh

dikembangbiakkan di dalam lingkungan yang tepat akan dapat terus hidup tanpa

batasan. Pengamatan Dr. Alexis Carrel, yaitu seorang ahli bedah dan ilmuan dari

Institut Rockefeller, telah membiakkan jaringan – ikat jantung anak ayam ke

dalam kultur jaringan yang diberi kemudahan makanan, suhu, keasidan yang

sesuai dan oksigen yang cukup jumlahnya manakala sisa metabolisme yang terjadi

akan dibuang secara teratur. Ternyata kultur/biakan itu tumbuh dan berkembang

dengan sangat baik., tetapi setelah biakan itu tumbuh beberapa kali ternyata

setengah dari kultur itu mati, sedangkan sisanya berkembang dengan baik.

Berdasarkan kepada gejala itu, Dr. Hayflick membuat percubaan lain dengan

membiakkan jaringan ikat – fibroblas yang berasal dari paru-paru janin manusia

yang keguguran, ternyata Dr Hayflick mendapati hasil biakannya hampir sama

dengan apa yang didapati oleh Dr. Alexis yaitu jaringan fibroblast, yaitu paru itu

tumbuh dengan sangat subur sebanyak 50 generasi (50 kali pembelahan sel

jaringan). Namun, setengah daripada biakannya telah mati, sedangkan setengah

lainnya berhasil tumbuh dengan subur.

Dr. Hayflick telah menyelidiki bentuk dari sel-sel yang berkembang secara

tetap itu secara teliti, dilihatnya bahwa kromosom sel yang hidup itu bukan

diploid (23 x 2 atau 46) lagi seperti lazimnya terdapat pada sel manusia. Tetapi sel

yang sedia ada sekarang ini adalah jenis triploid (23 x 3 atau 69) terdapat juga

jenis polyploid dengan 100 atau 150 kromosom dengan beberapa sel mempunyai

kandungan yang banyak. Namun, beberapa dari sel itu tumbuh membesar dan

berkembang secara liar sebanyak 50 kali pembelahan sel seterusnya tumbuh liar

menjadi sel kanker pula. Proses inilah yang dikaitkan dengan proses penuaan bagi

orang lanjut usia.

5.3. Jenis-Jenis Pusat Penjagaan Untuk Lansia

Page 13: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

Kebudayaan negara Asia masih menuntut anak-anak supaya lebih fokus

dalam penjagaan golongan yang lanjut usia. Pada saat ini banyak orang telah tua

yang merasa kesepian tinggal di rumah yang besar, di mana anak terlalu sibuk

dengan kerja yang memerlukan waktu dan komitmen yang lebih banyak. Untuk

mengatasi keadaan tersebut, selain pemerintah yang menyediakan perumahan

untuk panti-panti jompo dan jenis-jenis perawatan dan penjagaan lansia, pihak

swasta juga terlibat yang tentunya dengan orientasi keuntungan, dari yang agak

sederhana ataupun mewah. Terdapat empat jenis tempat perawatan atau

penjagaan untuk lansia ini yaitu seperti berikut :

a. Panti Jompo (Panti Weda)

Keadaan suatu negara jelas mempunyai hubungan langsung dengan

keadaan warganya, khususnya bagi kelompok lansia. Di Indonesia, dalam usaha

mewujudkan kesejahteraan sosial bagi para lansia, pemerintah belum bertidak

bijak untuk membantu para lansia, baik dalam panti Jompo atau panti weda

maupun di luar. Pemberian bantuan kepada lansia di dalam rumah jompo

ditujukan kepada para lansia yang keadaan fisiknya maupun ekonominya agak

lemah. Selain itu bantuan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan rumah

jompo berupa rehabilitasi fisik, peralatan, dan bantuan usaha produktif.

Ketidakmampuan anak dan sanak keluarga dalam memberikan komitmen

kepada anggotanya yang berusia lanjut, telah mendorong masyarakat dan

pemerintah untuk mengambil alih tanggungjawab tersebut. Namun, diseaari

bahwa dana yang cukup besar dan tenaga yang profesional diperlukan, ditambah

lagi, jumlah kelompok ini semakin meningkat dengan meningkatnya harapan

hidup (life expectancy) mereka.

Panti Jompo terbentuk di atas dasar rasa kasih sayang pihak lain terhadap

para lansia yang tidak merasakan kasih sayang dari keluarganya maupun warga

masyarakat. Pemerintah Indonesia sendiri menerima usaha ini sebagai suatu suatu

sarana pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia yang terlantar akibat penyakit,

kemiskinan, ketidakmampuan secara fisik ataupun ekonomi.

Hasil penelitian Rianto (1982) menunjukan bahwa 20% penghuni rumah-

rumah perawatan di Jakarta merasa bahagia tinggal di panti. Tetapi ini tidak dapat

digunakan sebagai bukti bahwa rumah panti Jompo merupakan tempat yang

paling ideal bagi para usia lanjut. Hal ini, kerana, kebahagiaan itu sendiri

Page 14: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

merupakan fenomena yang sangat luas yang sulit untuk diukur dan berbeda-beda

dari waktu ke waktu. Terdapat penghuni yang meluahkan rasa bahagia dan

nyaman ketika berada di panti kerana mereka merasa bebas. Sebahagian lagi

berpendapat bahwa di panti jompo mereka tidak pernah merasa lapar dan

mendapat layanan, tempat tidur yang nyaman dan sebahagian yang lainnya pula

tidak mempunyai pilihan yang lebih baik daripada tinggal di rumah perawatan.

Namun, terdapat juga sebahagian besar penghuni rumah perawatan

merasa tidak nyaman tinggal di panti jompo. Para lansia ini merasa bahwa panti

jompo merupakan tempat pengasingan sebelum kematian. Terdapat juga mereka

yang terpaksa tinggal di panti jompo ini kerana dipaksa oleh anak sendiri kerana

dirasakan tidak sanggup lagi menguruskan mereka lagi. Anak-anak dari golongan

ini berpendapat yang mereka lebih sanggup mengeluarkan uanga untuk membayar

panti jompo dibanding harus mengurus lansia di rumah sendiri. Hasil Penelitian

pun menunjukkan 80% responden yang masih mempunyai anak atau saudara

menyatakan bahwa lansia ini lebih sesuai tinggal di rumah mereka sendiri atau

keluargannya.

Hasil kajian Tachman (1999) baru-baru ini terhadap perawat lansia

menunjukan bahwa tempat yang baik bagi usia lanjut adalah tempat tinggal

sendiri dengan anggota keluarga lainnya. Sebahagian besar responden

berpendapat bahwa pihak yang selayaknya bertanggungjawab terhadap lansia

adalah anak dan keluarga. Rata-rata mereka menyatakan bahwa tempat yang

terbaik bagi para usia lanjut untuk mendapatkan perawatan adalah tempat tinggal

sendiri bersama anggota keluarga lainnya . Perawatan yang dilakukan oleh anak

sendiri dipercayai lebih memberikan rasa nyaman dan aman kerana mereka lebih

memahami tentang perilaku keluargasendiri dibanding daripada orang lain.

b. Rumah Sakit Lansia

Penyelanggaraan rumah Sakit ini sama dengan rumah sakit lain, cuma di

rumah sakit ini penghuninya terdiri dari orang lanjut umur saja. Rumah sakit ini

diselenggarakan oleh pemerintah dan terdapat juga pengelolaannya oleh pihak

swasta. Pada umumnya orang tua yang dijaga di sini menderita kerana penyakit

dan memerlukan pejagaan yang agak lama. Sebagai contohnya, bagi mereka yang

lumpuh akibat serangan jantung atau pembuluh darah otak yang pecah, perlu

Page 15: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

disediakan perawatan fisioterapi supaya otot-otot yang lumpuh tadi dapat kembali

normal (Lieberman & Fisher, L, 2001)

c. Rumah Perawatan Sementara Untuk Lanjut Umur

Usaha masyarakat dan pemerintah mendirikan rumah perawatan

merupakan salah satu penyelesaian masalah yang dihadapi oleh kelompok lansia

dalam melalui hari-hari akhir kehidupannya. Meskipun demikian, usaha ini masih

ditentang oleh sebahagian orang yang merasakan bahwa orang tua adalah

tanggung jawab anak dan mendorong kembali kepada sikap budaya berhimpun

dalam keluarga besar (extended family).

Dengan alasan tersebut munculah beberapa tempat perawatan sementara

untuk para lansia, yang umumnya terdapat pada negara-negara yang telah maju.

Orang tua yang berada di rumah pada umumnya akan diletakkan pada siang

harinya saja, di mana pada waktu sori hari atau malamnya dijemput oleh keluarga

masing-masing. Di dalam ruangannya haruslah dilengkapi dengan fasilitas

televisi, radio, internet dan fasilitas lainnya. Untuk meraka yang jatuh sakit

selama masa penjagaan telah disediakan dokter dan bagi mereka yang perlukan

perawatan intensif akan dikirim ke rumah sakit. Rumah penjagaan ini sebaiknya

dikembangkan berdekatan dengan rumah sakit umum (Lieberman, M.A. & Fisher,

L, 2001).

d. Hotel Lansia

Hotel jenis ini kebiasannya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang

disesuaikan dengan keperluan dan keadaan fisikal penghuninya. Setiap tempat

tidur yang disediakan hanya boleh diisi oleh 2 orang saja, dilengkapi dengan alat

komunikasi yang digunakan untuk memanggil pejaga dan karyawan hotel apabila

memerlukan bantuan. Ciri-ciri dasar hotel ini ditandai dengan fasilitas-fasilitas

adalah cukup lengkap seperti yang ada di hotel mewah. Layanan dan penjagaan

dilakukan oleh pegawai hotel yang profesional. Namun, disediakan juga dokter-

dokter yang akan memeriksa kesehatan golongan lansia yang menetap di sini,

Tentu saja, biaya menginap di hotel lansia tentu sekali lebih mahal dari hotel biasa

lazimnya (Lieberman, M.A. & Fisher, L, 2001).

5.3. Hasil yang Ingin di Capai

Page 16: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

Dari uraian pentingnya penelitian dan studi pustaka sebelumnya maka

dapat disimpulan beberapa obejektif atau tujuan yang hendak di capai dalam

penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

i. Memeperkenalkan fasilitas perkotaan yaitu Pusat Aktifitas Harian Lansia

(day care aging) yang belum ada di Indonesia kepada masyarakat

kota dengan kota sampel adalah Kota Bengkulu, Palembang dan

Jakarta

ii. Menemukan preferensi masyarakat kota terhadap fasilitas perkotaan

tersebut dalam bentuk permintaan masyarakat terhadap pusat

aktifitas harian lansia tersebut dan sekaligus menentukan faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap pusat aktifitas

harian yang akan dijadikan kriteria standar dalam perancangannya.

iii. Mendapatkan lokasi-lokasi potensi dalam 3 kota sampel untuk

pengembangan Pusat Aktifitas Harian Lansia dan merumuskan

model standar/syarat minimal kawasan dalam perkotaan yang

memerlukan fasilitas perkotaan tersebut.

iv. Mendifinikan kriteria fasilitis minimal yang akan di gunakan didalam

pusat aktifitas harian lansia.

Untuk menyederhanakan dan lebih fokusnya hasil yang diharapkan dalam

penelitian ini dapat di buat kerangka dan alur pemikiran sebagai berikut

Page 17: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

6. METODE PENELITIAN

TAHUN PERTAMA (10 BULAN)

6.1. Preferensi Masyarakt Kota Terhadap Pusat Aktifitas Harian Lansia

Sesuai dengan hasil yang hendak dicapai penelitian yang ingin di dapati

dalam penelitian ini, maka akan disusun kaedah-kaedah penelitian sehingga

objektif yang di perlukan tercapai. Yang dibagi kepada 4 tujuan dasar. Pertama

adalah mengesan dan mengetahui adanya permintaan terhadap pusat aktifitas

harian ini yang di dahului dengan memperkenalkan jenis fasilitas perkotaan ini.

Dengan menggunakan konsep elasticity, permintaan terhadap pendapatan yang

merupakan axioma dasar dari teori permintaan maka tujuan untuk mengetahui

sama ada terdapat atau tidaknya permintaan tersebut akan diketahui. Adapun

langkah-langkanya adalah sebegai berikut :

i. Penyebaran angket (quetioner) ; kepada keluarga perkotaan di masing-

masing kota sampel. Jumlah sampel keluarga perkotaan di seluruh kota

sampel,dengan pendekatan proposive random sampling dengan

kepedulian Terhadap Lansia Perkotaan

Preferensi Masyarakat Pusat Aktifitas Harian Lansia

Permintaan Terhadap Fasilitas Kota Lainnya

Permintaan Terhadap Pusat Aktifitas Harian Lansia

Kawasan Pengembangan Pus. Aktifitas Harian Lansia

Perancanaan Kemasyarakatan dan Kabajikan Sosial Kota

Pengelolaan dari sisi Manag, sosial dan biologis Kota

Perancangan Fisikal Jasa Sosial lain

Page 18: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

formulasi n = N / 1 + [ N x σ], n = Sampel N = Populasi, waktu

pelaksanaan di perkiraan 6 Bulan

ii. Verifikasi data ; merakapitulasi dan memverifikasi jumlah data pada

kota sampel waktu perkiraan untuk kegiatan ini adalah 1 Bulan.

iii. Pengolahan data angket melalui system komputasi dengan entry dan

proses data yang telah di verifikasi, waktu untu kegiatan ini di

perkirakan 1 bulan.

iv. Analisis data dan merumuskan kawasan-kawasan perkotaan yang

adanya permintaan, waktu untuk kegiatan ini adalah 2 bulan

Sedangkan alat analisis yang di gunakan ada elastisitas pendapatan yang

memenuhi formulasi sebagai berikut :

= Q/Y x Y/Q ln Q = α + β ln Y M/N = [1/Q x Q] / [1/Y x Y]

= (1/Q)(Y/1) x (Q/Y)

M/N =Y/Q x Q/Y

Jadi β =

Y = Pendapatan ; Q = Permintaan dan = elastsitas pendapatan

H0 : < 0 dan > 1 : Tidak Terdapat permintaan (preferensi masyarakat

rendah)

H1 : 0 < < 1 : Terdapat Permintaan (preferensi masyarakat

tinggi)

TAHUN KEDUA (10 BULAN)

6.2. Penentuan Lokasi Pontensial Pengembangan Pusat Aktifitas Harian

Lansia

Untuk menerangkan distribusi fasilitas pusat aktifitas harian lansia 3 kota

sampel, teori tempat pusat (Central Place Theory) dapat di pakai yang

dihubungkan dengan daerah yang mempunyai potensi permintaan yang telah

didapatkan dengan penghitungan preferensi sebelumnya. Dengan demikian hal

pertama adalah mengembangkan fasilitas aktifitas harian lansia pada daerah pusat.

Untuk lebih jelasnya maka urutan distribusinya adalah sebagai berikut :

i. Menetapkan kawasan awal fasilitas aktifitas harian lansia,

penetapatan kawasan harus menghitung alur transportasi dan analsis

Page 19: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

maping serta foto udara kota sampel, untuk kegiatan ini di perkirakan

memakan waktu sekitar 6 bulan

ii. Menetapkan daerah kompetitif spasial antara fasilitas aktifitas harian

lansia yang ada di daereh pusat dan daerah lingkaran kedua, untuk

kegiatan ini di perlukan waktu sekitar 3 bulan, alat dan visual yang

di pakai sama dengan langkah awal yaitu map dan photo udara.

TAHUN KETIGA (10 BULAN

6.3. Prototipe Dalam Pusat Aktifiti Harian Lansia dan Pembentukan Model

i. Penentuan prototipe adalah menentukan apakah fasilitas-fisilitas

minimal yang terdapat dalam pusat aktifitas lansia, telah diajukan

beberapa pertanyaan ke dalam quesioner. Dengan membuat tabel

Frekuensi dan menghitung persentase masing-masing mengenai

fasilitas yang diberikan kepada responden.

ii. Prosentase jawaban responden akan menentukanperlu atau tidaknya

penyediaan fasilitas-fasilitas di pusat harian lansia ini. Hal, ini

tergantung kepada jawaban yang diperoleh dari responden, bearti

jika suatu fasilitas mempunyai prosentase yang dianggap perlu oleh

responden, maka fasilitas tersebut dimasukkan dalam kriteria

fasilitas standar. Fakta-fakta dari jawaban itu akan diuraikan secara

menyeluruh dan teliti sesuai dengan hasil yang di harapakan yang

didapati yaitu standar dari fasilitas yang harus eksis dalam pusat

aktifitas harian tersebut yang berdasarkan kepada aspek sosial,

budaya dan biologis. Untuk dua kegiatan (i) dan (ii) di perkirakan

memakan waktu 5 bulan

iii. Mengolah data faktor-fator sosial, budaya dan ekonomi sehingga

menghasilkan sebuah model standar di kawasan dan di kota yang

memerlukan pusat aktifitas harian lansia, waktu yang di perkirakan

adalah 5 bulan, alat yang di perlukan adalah data quesioner dan

wawancara pada kawasan potensi di dalam kota sampel. Adapun

faktor-faktor sosial ekonomi yang di jelaskan dalam quesioner

meliputi : X1 ; umur .,X2 Jenis kelamin X3 ; agama X4 ; tingkat

pendidikan X5 ; status perkawinan X6 ; jum;ah keluarga, X7 ;

Page 20: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

pendapatan yang X9 ; adalah jam kerja. Faktor-faktor ini di

perkirakan akan berkembang dan di sesuaikan dengan kebutuhan

hasil penelitian nantinya sedang model standar tersebut mengkuti

model sebagai berikut :

ln Y = ln α + 1 lnX1 + 2 lnX2 + 3 lnX3 . + n lnXn + e

Y = Preferency masyarakat

x1-n = Faktor sosial, budaya ekonomi setempat

e =Disturbance factor

7. ANGGARAN PENELITIAN

JENIS PENGELUARAN

RINCIAN ANGGARAN YANG DIUSULKAN UNTUKTAHUN I TAHUN II TAHUN III

Pelaksana (Gaji dan Upah)

Rp. 11.300.000,- Rp. 11.300.000,- Rp. 11.300.000,

Peralatan Rp. 7.500.000,- Rp. 18.000.000,- Rp. 15.000.000,-

Material Penelitian Rp. 3.000.000,- Rp. ---- Rp. 2.000.000,-

Perjalanan Rp. 8.500.000,- Rp. 4.700.000,- Rp. 6.000.000,-

Konsumsi Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.000,-

Seminar Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.000,-,- Rp. 1.500.000,-

Laporan/Publikasi Rp.1.500.000,- Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.000,-

Lain-Lain/Perizinan

Rp. 500.000,- Rp. Rp.

Total Anggaran Rp. 38.300.000,- Rp. 40.000.000,- Rp. 40.000.000,-

Total keseluruhan anggaran

Rp. 118.300.000,-

8. PUSTAKA ACUAN

Page 21: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

Allen, SM, Allen, JG, Weekly, J.(2002) The impact of a practicum on aging and reminiscence on gifted students’ attitudes toward the elderly. Roeper Review 9(2).

Andrews, GR. (1987) “Ageing in Asia and the Pacific. A multidimensional cross-national study in four countries”. Comparative Gerontology. 1: 24-32. 1987

Arno, Peter S., Carol Levine, and Margaret M. Memmott. (2003). “The Economic Value of Informal Caregiving.” Health Affairs 18(2): 182-88.

Barbara Steinberg Schone, (1999), “Intergenerational Household Formation, Female Labor Supply and Informal Caregiving: A Bargaining Approach,” Journal of Human Resources 34 (3): 475503;

Becker Garry. S (2002),”Dying Away From Home:Quanderies Of Mingration for elders in two etnich groups” Journal of Gerontology: Social Science, 57b:S79-S95

Beregi, E. and Klinger (1989) ,“A. Health and living conditions of centenarians in Hungary”. International Psychogeriatrics, 1 (2):195-200. 1989.

Biro Pusat Statistik (2000). “Komposisi Kependudukan Indonesia”, Biro Pusat Statistik, Jakarta.

Blazer D.G at al (2001).”Depresion In Diabetes And Obsesity:Racial/etnich/gender issues in oldert adult.” Journal Od Pdychometric research, 52:1-4.

Dentinger, Emma, and Marin Clarkberg. (1999). “Informal Caregiving Effects on Retirement Timing: A Life Course Approach.” BLCC Working Paper No. 99-14. Ithaca, NY: Cornell University.

Department of Health and Social Security (1993) Performance Indicators for the National Health Service, Guidance for Users, DHSS, London

Ermishch, J.H, Friendly, J and Gibb, K (1996) “The elasticity of housing demand in braitain, London.

Ettner, Susan L. (1996). “The Opportunity Costs of Elder Care.” Journal of Human Resources 31(1): 189-205.

Gilford, DM (1988), “The Aging Population in the Twenty-First Century: Statistcs for Health Policy”. National Academy Press. Washington, D.C.

Goode, William J.(terjemahan) (1983). “Sosiologi Keluarga”, Bina Aksara, Jakarta

Goodman, AC., (1988), “An Aconomic Model Of Housing Price”, Jounal of Urban Economic, 23, 327

Page 22: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

Goodman, AC, (1999) “ Replicative Evidence on the Demand for owner–occpied And rental Housing”, Southen Economic Journal 50(4)1036-7

Graycar, Adam.(1986). “The Dimensions of Aging”, makalah pada Third National Conference, Australian Population Association: Adelaide, 4th December.

Harrington, C (2000) “Designing a Report Card For Nursing Facilities: What is Needed and Why. Confrence at the Paper Institute Aging and Public Policy sponsored by the Nationl Institute on Aging and the Robert Wood Johnson Foundation on March 02-21,

Harrison.(1999). Principles of Internal Medicine, Second edition, Mc Graw-Hill, Asian Students’s Edition

Hoebel, Et.al .(1998), Antropology and The Human Experience, Fifth edition, Mc Graw-Hill.

Hunt-McCool, J, Kiker B.F And Ng Y.C (1994) “Estimates of The Demand for Medical Care Under Different Functional Form, Journal od Applied Econometric 9,2001-18

Hutter, Mark. (1981). “The Changing Family, Comperative Perspectives”. New York. John Wiley & Sons

Institute old Medicine (2001) “Extending Life, Enchancing Life:A National Research Agenda on Aging , National Academy Press:Washington, D.C

Jendrek, MP (1994). “Grandparents who parent their grandchildren: Circumstances and decisions”. Gerontologist. 34 (2),1994.

Kiel, K.A. (1994) “The Impact od House Price Appreciation on Household Mobility,” Journal of Housing Economic 3(2),92.

ational Center for Health Statistics. (1998). “Health, United States, 1998”. DHHS Publication No. (PHS) 98-1232. Hyattsville, Md.: U.S. Department of Health and Human Services.

National Institute on Ageing (1989). “Research for a New Age”.NIH Publication No. 93-129, National Sample survey Organization, India.

National Institute on Ageing (1994). “Alzhemiere a Diseasse:Unravelling the Mistery”.NIH Publication No. 95-3782,

Newey, Whitney K. 1987. “Efficient Estimation of Limited Dependent Variable Models with Endogenous Explanatory Variables.” Journal of Econometrics 36(3): 231-50.

Oldman, Christine. 1990. Moving In Old Age: New Directions In Housing Policies. London. HMSO.

Page 23: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

Pavalko, Eliza K., and Julie E. Artis. 1997. “Women’s Caregiving and Paid Work: Causal Relationships in Late Midlife.” Journal of Gerontology: Social Sciences 52B(4): S170-79.

Peterson, R.A. and Wilson W.R., “Measuring customer satisfaction: fact and artifact”, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 20 No. 1, Winter 1992, pp. 61-71.

Pezzin, Liliana E., and Barbara Steinberg Schone. 1999. “Intergenerational Household Formation, Female Labor Supply, and Informal Caregiving: A Bargaining Approach.”Journal of Human Resources 34(3): 475-503.

Report of the Royal Commission on the National Health Service, HMSO, London, 1979.

Reschovsky, J.D, (1992) “ An Emperical Investagation into Homeowner Demand for Home Up Keep and Improvement, Journal of Real Estate Finance and Economic 5, 55-71.

Rianto, Adi. 1982. The Aged in The Homes for the Aged in Jakarta: Status and Perceptions, Jakarta : Pusat Penelitian Unika Atma Jaya.

Rianto, Adi. 1998. “Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut oleh Masyarakat di Propinsi Jawa Timur”, makalah pada Pertemuan Perumusan Model Pelayanan Kesehatan Usia Lnjut oleh Masyarakat, Departemen Kesehatan, Bandung, 11-14 Januari.

Richard, W. Jhonson and Anthony T. Lo Sasso (2000), “The Trade-Off Between Hours of Paid Emplyment anf Time Assitance to elderly Parents at Midlife”, Urban Intitute, New York.

Samoulson (1980) “Economics, Mc Graw Hill Intnational Bookl Company, New York.

Smergalia, V.L. dan Deimingling G.T. (1997).”Care ralated decision Making Satisfied and Caregiver well-being in families caring for older members, The Gerontogist, Vol 37,5, Washington.

Smith, A.M., “Elderly consumers’ evaluation of service quality”, Marketing Intelligence and Planning, Vol. 11 No. 4, 1993, pp. 13-9.

Smith, P (1993). “Outcome related performance indicators and organizational control in the public sector”, British Journal of Management, Vol. 4, 1993, pp. 135-51.

Soldo, Beth J., and Martha S. Hill. (1995). “Family Structure and Transfer Measures in the Health and Retirement Study.” Journal of Human Resources 30(supp): S108-37.

Page 24: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

Stein, Peter J., Judith Richman, dan Natalie Hannon. 1977. The Family:Functions, Conflicts, and Symbols. Addison-Wesley Publishing Company.

Stern, Steven, (1995), “Estimating Long-Term Care Decisions in the Presence of Endogenous Child Characteristics,” Journal of Human Resources 30 (3): 55180;

Stone, Robyn I., and Pamela F. Short. 1990. “The Competing Demands of Employment and Informal Caregiving to Disabled Elders.” Medical Care 28(6): 513-26.

Strieb, Gordon F; LaGraca, Anthony J; Folts, Williem E. Retirement Communities: People, Planning, Prospects. 1986. dalam Housing An Aging Society. New York. Van Nostrand Reinhold Company.

Tachman, Tata. 1999. ”Peran Perawat Untuk Lansia di Indonesia:, makalah Seminar Struktur Rumah Tangga Penduduk Lansia di Indonesia, 6 Maret. Jakarta: Lembaga Demografi FE-UI.

Tangdilintin, Paulus. 1990. Pengaruh Tiga Adicita Modernisasi Terhadap Kegiatan Ekonomi Keluarga Perkotaan. Jakarta. Universitas Indonesia

Technical Report Series 706. 1984. The Uses of Epidemiology In The Study of The Elderly,WHO, Geneva.

Technical Report Series 779. (1989). Health of Elderly, WHO, Geneva

Technical Report Series 709. (1984).”The Uses of Epidemiology In The Study of The elderly, WHO, Geneva.

Tobin, James. 1958. “Estimation of Relationships for Limited Dependent Variables.” Econometrica 26(1).

U.S. Administration on Aging (1997) “ Statistical Information on The Aging-online data.

U.S. Bureau of the Census (1996) .”65+ in the United States”. Current Population Reports, Special Studies, P23-190. Washington, D.C.: U.S.

U.S. Bureau of the Census (1998) .”International Program center” International Data Base, Chapter Idemograpic Underpinnings, P23-190. Washington

U.S. National Center for Health Statistics (1995). “Deaths and death rates for the 10 leading causes of death in specified age groups”, United States, preliminary 1995.

U.S. Senate Special Committee on Aging. Aging America: Trends and Projections. 1991 Edition. DHHS Publication No. (FCoA) 91-2801.

U.S. Social Security Agency (2002). Fast Facts and Figures About Social Security, 2002 Edition.

Page 25: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

United Nations Department of International Economic and Social Affairs, (2003). U.S. Administration on Aging. Statistical Information on the Aging-Online Data.

Verbeck Marno And Vella Francis. (1994). “A Simple Estimator for Simultaneous Models with Censored Endogenous Regressors.” International Economic Review 34(2): 441-57.

Verbeek Marno And Vella Francis. (1996). “Two-Step Estimation of Panel Data Models with Censored Endogenous Variables and Selection.” Unpublished manuscript. Wolf, Douglas A., and Beth J. Soldo. 1994. “Married Women’s Allocation of Time to Employment and Care of Elderly Parents.” Journal of Human Resources 29(3): 1259-76.

Wilson, L., Brown, Js, Shin, G.P, (2001). “ Annual Direct cost of urineray Incontinance”, Obstet Gynecol, 02:398-406.

Wirth, Louis. 1938. Urbanism As a Way Life dalam The American Journal Of Sociology, XLIV, Juli.

Wong, Aline K dan Kuo, Eddy C.Y. 1979. The Urban Kinsip Network In Singapore. Singapore. Singapore University Press.

Woodruff, Diana.S. 1988. Psykologi And Aging. Englewood Cliff, New Jersey. Prentice Hall.

Page 26: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

Page 27: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

LAMPIRAN1. JUSTIFIKASI ANGGARANTAHUN PERTAMA (10 BULAN)1. Anggaran Untuk pelaksana

No Nama Keahlian Peran Dalam Penelitian

Alokasi Waktu

Gaji (Rp)

1. Afri Erisman, SE,M.Si, Ph.D

Urban and Regional Planning

Peneliti Utama

4x10x15 Jam

4.500.000

2. Drs. Kasmiruddin, M.Si

Biologi Anggota 4x10x10 Jam

2.400.000

3. Drs. Taufik, M.M Manajemen SDM

Anggota 4x10x10 Jam

2.400.000

4. Martawansyah, SE Akuntansi Pembantu 4x10x10 Jam

1.000.000

5. Lia Kian, SE Manajemen Pembantu 4x10x10 Jam

1.000.000

Sub Total 11.300.0001.2. Anggaran untuk komponen peralatanNo Nama Alat Kegunaan dalam

PenelitianHarga Seluruhnya (Rp)

1. Handycam Rekaman Aktifitas 3.000.000,-2. GPS Posisi Lokasi 3.000.000,-3. Beli Kamera Foto lokasi 1.500.000,-

Sub Total 7.500.000,-1.3. Anggaran Material PenelitianNo Nama Alat Kegunaan dalam

PenelitianHarga Seluruhnya (Rp)

1. Pembuatan Angket Pengumpulan data 3.000.000,-Sub Total 3.000.000,-

1.4. Anggaran Untuk PerjalananNo Tujuan Keperluan Pelaksana Biaya (Rp)1. Bengkulu-Jakarta pp Survey pengumpulan

dataTim Peneliti 4.000.000,-

2. Bengkulu- Palembang Survei pengumpulan data

Tim Peneliti 3.500.000,-

3. Kota Bengkulu Survey Pengumpulan data

Tim peneliti 1.000.000,-

SubTotal 8.500.000,-1.5.Anggaran Untuk KonsumsiNo Uraian Pelaksana Harga (Rp)1 Konsumsi Survei Lapangan

pengumpulan data selama 6 bulanTim Peneliti 3.000.000,-

Sub total 3.000.000,-1.6.Pengeluaran LainNo Jenis Pengeluaran Biaya Seluruhnya (Rp)1. Seminar hasil penelitian dan Publikasi 1.500.0000,-2. Fotocopi Bahan pustaka dan laporan 1.500.000,-3. Perizinan 500.000,-

Sub Total 3.000.000,-

Page 28: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

Total biaya penelitian tahun pertama: Rp.38.300.000,

Terbilang: Tiga Puluh Delapan juta tiga ratus ribu rupiah

TAHUN KEDUA (10 BULAN):

1.1. Anggaran Untuk pelaksana:

No Nama Keahlian Peran Dalam Penelitian

Alokasi Waktu

Gaji (Rp)

1. Dr. Afri Erisman Peneliti Utama

4x10x15 Jam

4.500.000

2. Drs. Kasmiruddin, M.Si

Biologi Anggota 4x10x10 Jam

2.400.000

3. Drs. Taufik, M.M Manajemen SDM

Anggota 4x10x10 Jam

2.400.000

4. Martawansyah, SE Akuntansi Pembantu 4x10x10 Jam

1.000.000

5. Lia Kian, SE Manajemen Pembantu 4x10x10 Jam

1.000.000

Sub Total 11.300.000

1.2. Anggaran untuk komponen peralatan

No Nama Alat Kegunaan dalam Penelitian

Harga Seluruhnya (Rp)

1. Foto Udara 3 kota Menetapkan Kawasan 9.000.000,-2. Data base Kota (3 kota) Pendukung 6.000.000,-3. Maping Peta Lokasi 3.000.000,-

Sub Total 18..000.000,-

1.3.Anggaran Untuk PerjalananNo Tujuan Keperluan Pelaksana Biaya (Rp)1. Bengkulu-Jakarta pp Survey pengumpulan

dataTim Peneliti 4.700.000

SubTotal 4.700.000

1.4. Anggaran Untuk Konsumsi

No Uraian Pelaksana Harga (Rp)1 Konsumsi Survei Lapangan

pengumpulan data selama 6 bulanTim Peneliti 3.000.000,-

Sub total 3.000.000,-1.5.Pengeluaran Lain

No Jenis Pengeluaran Biaya Seluruhnya (Rp)1. Seminar hasil penelitian dan Publikasi 1.500.000,-2. Fotocopi Bahan pustaka dan laporan 1.500.000,-3. Perizinan

Sub Total 3.000.000,-Total biaya penelitian tahun kedua: Rp. 40.000.000Terbilang : Empat puluh Juta Rupiah

2.

Page 29: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

TAHUN KETIGA (10 BULAN):1.1. Anggaran Untuk pelaksana:No Nama Keahlian Peran Dalam

PenelitianAlokasi Waktu

Gaji (Rp)

1. Dr. Afri Erisman Peneliti Utama

4x10x15 Jam

4.500.000

2. Drs. Kasmiruddin, M.Si

Biologi Anggota 4x10x10 Jam

2.400.000

3. Drs. Taufik, M.M Manajemen SDM

Anggota 4x10x10 Jam

2.400.000

4. Martawansyah, SE Akuntansi Pembantu 4x10x10 Jam

1.000.000

5. Lia Kian, SE Manajemen Pembantu 4x10x10 Jam

1.000.000

Sub Total 11.300.0001.2. Anggaran untuk komponen peralatanNo Nama Alat Kegunaan dalam

PenelitianHarga Seluruhnya (Rp)

1. Laptop Komputer Membuat Model 12.000.000,-2. GIS Mendukung model 3.000.000.-

Sub Total 15.000.000,-1.3. Anggaran Material PenelitianNo Nama Alat Kegunaan dalam

PenelitianHarga Seluruhnya (Rp)

1. Pembuatan Angket Pengumpulan data 2.000.000,-Sub Total 2.000.000,-

1.4. Anggaran Untuk PerjalananNo Tujuan Keperluan Pelaksana Biaya (Rp)1. Bengkulu-Jakarta pp Survey pengumpulan

dataTim Peneliti 3.000.000,-

2. Bengkulu- Palembang Survei pengumpulan data

Tim Peneliti 2.000.000,-

3. Kota Bengkulu Survey Pengumpulan data

Tim peneliti 1.000.000,-

SubTotal 6.000.000,-1.5. Anggaran Untuk KonsumsiNo Uraian Pelaksana Harga (Rp)1 Konsumsi Survei Lapangan

pengumpulan data selama 6 bulanTim Peneliti 3.000.000,-

Sub total 3.000.000,-1.6.Pengeluaran Lain

No Jenis Pengeluaran Biaya Seluruhnya (Rp)

1. Seminar hasil penelitian dan Publikasi 1.500.000,-2. Fotocopi Bahan pustaka dan laporan 1.500.000,-3. Perizinan

Sub Total 3.000.000,-Total biaya penelitian tahun ketiga: Rp. 40.000.000Terbilang : Empat Puluh Juta Rupiah

Page 30: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

2. DUKUNGAN TERHADAP PELAKSANA PENELITIAN

Dukungan dana terhadap para peneliti utama baik dari dalam maupun dari

luar negeri termasuk dana yang sedang berjalan, yang sedang dalam pertimbangan

dan baru diusulkan TIDAK ADA

3. SARANA

3.1. Laboratorium : Lab. Komputer dengan fasilitas

Internet milik Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Page 31: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

4. BIOGRAFI/DAFTAR RIWAYAT HIDUP

KETUA PENELITI4. 1. Nama Lengkap dan gelar Tempat/Tanggal Lahir

Afri Erisman SE., M.Si Medan, 1 Oktober 1972

4. 2. Pendidikan

UNIVERSITAS/INSTITUT

DAN LOKASI

GELAR TAHUN

SELESAI

BIDANG STUDI

Universitas Andalas Sarjana/SE 1995 Studi Pembangunan

Universitas Andalas Magister /MSi 1998 Perencanaan Pembangunan

University Teknologi Malaysia (UTM)

Ph.D 2004 Regional Planning

4..3. Pengalaman kerja dalam penelitian dan pengalaman profesional serta kedudukan saat ini

INSTITUSI JABATAN PERIODE KERJAUniversitas Muhammadiyah Bengkulu

Staf Pengajar 1999- sekarang

Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Ketua Puskom UMB 2003

4. 4. Daftar publikasi yang relevan dengan proposal penelitian yang diajukan

1. Analisis Permintaan dan kriteria Piawai Pusat Aktiviti Warga Tua. FAB-

UTM Johor Malaysia.

Bengkulu, 14 Maret 2005

Afri Erisman, SE., M.Si, Ph. D

Page 32: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

ANGGOTA PENELITI

4.1. Nama Lengkap dan gelar Tempat/Tanggal Lahir

Drs. Kasmiruddin, M.Si Pelalawan (Riau) 3 April 1967

4.2. Pendidikan

UNIVERSITAS/INSTITUT

DAN LOKASI

GELAR TAHUN

SELESAI

BIDANG STUDI

Universitas Riau Sarjana/Drs 1992 Biologi

IPB Magister /MSi 1998 Biologi/Zoologi

4.3. Pengalaman kerja dalam penelitian dan pengalaman profesional serta kedudukan saat ini

INSTITUSI JABATAN PERIODE KERJAUniv. Muhammadiyah Bengkulu

Staf Pengajar 1993- sekarang

Univ. Muhammadiyah Bengkulu

Ketua Prog. Studi Biologi

1994-1995

Univ. Muhammadiyah Bengkulu

Kepala Lab. Dasar 1998-1999

Univ. Muhammadiyah Bengkulu

Pembantu Dekan III FKIP

1999-2000

Univ. Muhammadiyah Bengkulu

Pembantu Dekan I FKIP

2000 - Sekarang

4.4. Daftar publikasi yang relevan dengan proposal penelitian yang diajukan(Tidak Ada)

Bengkulu, 14 Maret 2005

Drs. Kasmiruddin, M.Si

Page 33: Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

32

ANGGOTA PENELITI

4.1. Nama Lengkap dan gelar Tempat/Tanggal Lahir

Drs. Taufik, M.M Padang Lawas, 18 April 1961

4.2. Pendidikan

UNIVERSITAS/INSTITUT

DAN LOKASI

GELAR TAHUN

SELESAI

BIDANG STUDI

IKIP PADANG Sarjana/Drs 1984 Teknologi

Pendidikan

UNMUH Malang (UMM) Magister /MM 1999 SDM

4.3. Pengalaman kerja dalam penelitian dan pengalaman profesional serta kedudukan saat ini

INSTITUSI JABATAN PERIODE KERJAUniv. Muhammadiyah Bengkulu

Staf Pengajar 1993- sekarang

Univ. Muhammadiyah Bengkulu

Dekan Fak. Ekonomi 2000-2004

4.4. Daftar publikasi yang relevan dengan proposal penelitian yang diajukan(Tidak Ada)

Bengkulu, 14 Maret 2005

Drs. Taufik , M.M