Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005
-
Author
varda-aqeela-a -
Category
Documents
-
view
186 -
download
2
Embed Size (px)
Transcript of Proposal Hibah Bersaing Lansia 2005

1. URAIAN UMUM
1.1. Judul Usul Penelitian : Preferensi Masyarakat dan Model Standar Pusat
Aktifitas Harian Lansia (Day Care Aging) di
Wilayah Perkotaan Indonesia
1.2. Ketua Peneliti
Nama Lengkap : Afri Erisman, SE, M.Si, Ph.D
Bidang Keahlian : Urban and Regional Planning
Jabatan : Lektor
Unit Kerja : Fak, Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Bengkulu (UMB), Jl.Bali PO. Box 118 Kota
Bengkulu, 38119, Telp.(0736) 22765
1.3. TIM PENELITI
No Nama dan Gelar
Akademik
Bidang
Keahlian
Instansi Alokasi Waktu
(Jam/Mingu)
1. Drs. Kasmirudin, M.Si Biologi FKIP Biologi
UMB
10
Jam/Perminggu
2. Drs. Taufik, MM Manajemen
Sumber Daya
Manusia
FE - UMB 10
Jam/Perminggu
1.4. SUBYEK PENELITIAN
No Subyek Penelitian Aspek Penelitian
1. Preferensi Masyarakat Kota
Terhadap Kepedulian Kepada
Lansia
Memperkanalkan salah satu
fasilitas perkotaan dalam
pengelolaan lansia kepada
masyarakat
Menemukan permintaan
(demand) terhadap fasilitas Pusat
Aktifitas Harian Lansia dari
masyarakat perkotaan.
Membuat Model Standar elemen

32
2. Mengembangkan Model Standar
Pusat Aktifitas Harian Lansia di
Perkotaan
pada kawasan-kawasan dalam
perkotaan yang Membutuhkan
Pusat Aktifitas Harian Lansia.
Penentuan lokasi pengembangan
Pusat Aktifitas harian lansia pada
kawasan-kawasan-kawasan
berpotensi dalam perkotaan.
Membuat prototipe dari aspek
manajemen, budaya, biologi dan
kesehatan dari Pusat Aktifitas
Harian Lansia.
1.5. PERIODE PELAKSANAAN
Mulai : 2005/2006
Berakhir : 2007/2008
1.6. Jumlah Anggaran yang diusulkan untuk Tahun Pertama Rp. 38.300.000
1.7. Jumlah Anggaran yang diusulkan untuk seluruh program Rp. 118.300.000
1.8. Lokasi Penelitian, Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu, Kota Palembang
Propinsi Sumatera Selatan dan Kota Jakarta DKI Jakarta.
1.9. Perguruan Tinggi Pengusul : Universitas Muhammadiyah Bengkulu
1.10. Instansi Lain yang terlibat : Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, Palembang
dan Jakarta.
1.11. Penanggung Jawab Program : Ketua LPPM Univ. Muhammadiyah
Bengkulu
2. ABSTRAK RENCANA PENELITIAN

32
Penelitian ini berfokus kepada permasalahan permberdayaan kategori masyarakat berumur lanjut (lansia) di perkotaan yaitu pengembangan salah satu fasilitas yang telah banyak disediakan di luar Indonesia. Kajian ini lebih diarahkan kepada preference masyarakat perkotaan terhadap fasilitas tersebut dan menghasilkan model standarnya.Fasilitas yang dimaksudkan adalah Pusat Aktifitas Harian Lansia atau yang dikenal dengan “Center Of day care aging ” yang memfasilitasi masyarakat lansia berkategori ekonomi menengah keatas pada kawasan di perkotaan.
Orentasi penelitian ini adalah bentuk kepedulian terhadap lansia (lanjut usia) khusus lansia yang tidak di fasilitasi oleh pemerintah yaitu lansia yang tinggal dan hidup di wilayah kota yang relatif mempunyai kemampuan ekonomi. Kategori ini kurang mendapat perhatian dalam program-program sosial kemasyarakatan yang cenderung mengutamakan lansia yang tidak memiliki kemampuan ekonomi yang terimplementasi dari program perawatan rumah dan panti jompo. Namun, di lain pihak, warga masyarakat dalam kategori lansia di wilayah perkotaan yang sebelumnya adalah orang-orang yang mampu secara ekonomi dan mempunyai pekerjaan yang memadai, setelah tua atau pensiun lebih banyak hidup terasing dalam rumah. Akibatnya muncul yang di kenal dengan gejala physikologi seperti Post Power Syndrom, gejala Home Sick dan lain-lainya yang berimplikasi kepada penurunan fungsi-fungsi biologis terhadap lansia tersebut. Objek yang menjadi perhatian adalah keluarga perkotaan, yang cenderung sibuk dalam memenuhi kebutuhan, waktu lebih banyak di gunakan untuk mendapatkan pendapatan. Hali lainnya, semakin besarnya peluang wanita untuk bekerja diwilayah perkotaan, membuat waktu untuk keluarga semakin berkurang. Akibatnya, keluarga kota sadar atau tidak sadar seringkali mengabaikan orang-tuanya yang berkategori lansia dirumah sendirian yang dalam beberapa kajian di kenal dengan konflik antara waktu bekerja dan penjagaan lansia. Seringkali terjadi kecelakaan akibat tidak penuhnya perhatian dalam penjagaan lansia tersebut.
Salah sata cara untuk meminimalisasinya adalah dengan menyediakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan fisik dan physkologi lansia tersebut, di perlukan alternatif yaitu Pusat aktifitas Harian Lansia (Day Care Aging) dimana tempat ini hanya merupakan tempat berkumpul lansia perkotaan pada siang hari dan diwaktu sora atau senja lansia tersebut dapat kembali lagi ke rumahnya dan berkumpul bersama keluarganya. Model fasilitas ini sementara ini dianggap paling efektif untuk lansia-lansia di wilayah kota di negara-negara eropa dan amerika. Untuk itu dirasa perlu system tersebut di adpsi dan diaplikasikan dalam bentuk penelitan yang menghasilkan model standar dan membuat perencanaanya dengan penyesusian sosiologi dan budaya setempat. Untuk menghasilkan model standar pusat aktifitas harian lansia ini, maka diperlukan kajian kebutuhan dengan melihat ada atau tidaknya permintataan (demand) dalam bentuk preferensi terhadap model pusat aktifitas lansia ini. Analisis demand harus mewakali kategori 3 kota yaitu kota besar, menangah dan kecil. Dalam penelitian ini di rencanakan diambil 3 kota sebagai sampel yaitu Bengkulu sebagai kota kecil, Palembang sebagai kota menengah dan Jakarta sebagai Kota besar.
Setelah mengetahui adanya demand maka di lakukan analisis lokasi pada masing-masing kota, hal ini bertujuan mendapatkan lokasi paling ideal dimana fasilitas pusat aktifitas lansia tersebut di kembangkan dan menentukan berapa buah pusat aktifiti harian lansia ini akan di kembangkan dalam masing-masing

32
kota.. Setelah mendapat lokasi, langkah akhir adalah membuat model standar dan syarat minimal kota di indonesia yang bisa dikembangkan fasilitas tersebut, model ini akan mengghasilkan bagaimana pengelolaan dari fasilitas Pusat Aktifiti Harian Lansia ini berdasarkan aspek sosial, budaya, manajemen, dan biologis lansia indonesia.
3. TUJUAN KHUSUS
Tahun Tujuan
Pertama Memperkenalkan Model Pusat Aktifitas Harian Lansia
Kepada Masyarakat Perkotaan
Membuktikan bahwa terjadi konflik antara waktu
bekerja keluarga perkotaan dengan waktu yang harus
disediakan untuk menjaga lansia
Menguji ada tidaknya permintaan masyarakat pada
beberapa kawasan Perkotaan terhadap Pusat Aktifitas
Harian Lansia.
Kedua Menemukan lokasi-lokasi potensi penempatan Pusat
Aktifitas Harian Lansia di 3 Kota Sampel.
Menetapkan kawasan pengembangan awal Pusat
Aktifitas Harian Lansia
Menetukan model standar atau syarat minim sebuah
kawasan perkotaan yang perlu di rancang Pusat
Aktifitas Harian Lansia
Ketiga Merancang protipe contoh Pusat aktifitas Harian Lansia
pada masing kawasan kota yang berpotensi di
kembangkannya Pusat Aktifiti Harian Lansia.
Menetapkan standar pengelolaan dengan penyesuaian
sosial dan budaya masyarakat serta fasilitas biologis dan
kesehatan yang harus ada pada masing-masing Pusat
Aktifitas Harian Lansia
4. PENTINGNYA ATAU KEUTAMAAN RENCANA PENELITIAN

32
Tidak ada definisi yang tepat tentang siapakah yang berkategori lansia
(lanjut usia). Hoebel (1998) berpendapat bahwa lansia (lanjut usia) adalah orang
yang berusia setelah 75 tahun. Kemudian Harrison (1999) mengatakan orang
lanjut umur ialah orang yang umurnya melebihi 60 tahun. Blazar (2001)
berpendapat bahwa lansia tidak bias didasarkan berdasarkan kepada umur saja,
kerana umur tidak mencerminkan keadaan fisikal seseorang individu.
Tiga pendapat di atas adalah berbeda sama sekali,maka, apakah yang
seharusnya dijadikan sebagai dasar kepada definisi lansia itu ?. Jadi, bersesuaian
dengan konteks penelitian umumnya, lansia akan difinisikan sebagai mereka yang
telah berumur 55 tahun ke atas. Definisi ini adalah berdasarkan kepada definisi
yang telah dibuat oleh US Social Security Agency (2002)
Berdasarkan definisi yang telah dinyatakan di atas, Becker (2002)
menyatakan bahwa lansia terbagi kepada dua kelompok. Kelompok pertama
merupakan kategori yang secara relatifnya tidak mempunyai keamampuan dari
sisi ekonomi untuk membiayai hidup dan menyediakan kebutuhan dasartermasuk
kebutuhan kesehatan. Dalam situasi begini, kehidupan lansia akan memerlukan
sedikit bantuan dari anak-anak, saudara-saudara, masyarakat atau pemerintah.
Kelompok kedua adalah kategori lansia yang secara relatifnya mempunyai
mempunyai kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.
Secara umum Lansia tersebut dapat dapat memenuhi syarat minimum seperti
dapat memenuhi kebutuhan makanan, perumahan dan kesehatan. Kategori ini
biasanya masih berkerja atau pensiunan yang relatif tidak memerlukan bantuan
dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Dengan kemampuan ekonomi yang
dimiliki, kategori ini dapat memilih untuk terus tinggal dirumah, bergabung
dengan anak-anaknya ataupun di pusat rawatan intensif untuk orang-orang tua.
Mereka tetap masih bisa menjalani sisa-sisa hidupnya bersama lansia lainnya.
Kebanyakan kategori lansia ini hidup dan tinggal di kawasan Kota baik sendirian
atau bersama keluarganya.
Sehubungan dengan kategori lansia yang mempunyai kemampuan
ekonomi (economic ability ) tersebut dan bercermin kepada proses pembangunan
dan pertumbuhan di kawasan perkotaan, secara sadar atau tidak sadar relatif
banyak terjadi unsur pengabaian dalam penjagaan lansia tersebut. Unsur-unsur
pengabaian ini akan menyebabkan kemungkinan terjadinya masalah-masalah yang

32
tidak diingini yang bermuara kepada kecederaan bahkan kematian. Tidak sedikit
berita-berita yang menyatakan kematian lansia akibat sengatan listrik, tergelincir
dikamar mandi dan lain-lainnya.
Pengabaian dan ketidakpedulian terhadap penjaagan lansia perkotaan ini
merupakan fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Sesungguh
hal demikian merupakan masalah klasik dalam analisis sosial di perkotaan.
Menurut Goode dalam becker (2002), perubahan ke arah modernisasi perkotaan
dan perubahan keluarga merupakan proses searah (parrallel), yang dipengaruhi
oleh perubahan sosial. Ada 3 bahagian yang merupakan sumber utama perubahan,
yaitu kemajuan ekonomi (ideology of economic progress), keluarga konjugal
(ideology of conjugal family), dan persamaan darjat (ideology of egalitarian).
Pandangan tersebut menganggap lansia perkotaan sebagai penghalang
perkembangan modernisasi, dan bukan lagi sebagi aset yang penting. Bahkan
lebih radikalnya ada anggapan bahwa lansia dalam institusi keluarga dapat
menganggu kehidupan keluarga lainnya dalam bentuk ekonomi, privasi dan
pekerjaan.
Penyelesaian untuk masalah tersebut akhirnya direkomendasikan sebuah
fasilitas perkotaan yaitu panti dan rumah jompo serta tempat rehabilitasi atau
pemulihan. Pilihan hidup di panti jompo adalah alternatif yang terbaik yang dapat
dipilih untuk meneruskan sisa hidup lansia bersama dengan kelompok lansia
yang lainnya dengan kemampuan norma-norma modern.
Namun demikian banyak sekali kontroversi tentang keberadaan panti-
panti jompo ini di wilayah perkotaan, faktor budaya timur adalah argumentasi
kokoh atas penolakan penempatan lansia perkotaan di panti jompo tersebut.
Waktu yang di gunakan oleh keluarga perkotaan terfokus kepada kesibukan
bekerja, akibatnya waktu untuk penjagaan anggota keluarga yang tua dan
peningkatan kualiti hidup menurun di perkotaan. Dengan demikina perlu sebuah
alternatif yang sesuai dengan budaya dan tidak mengurangi waktu bekerja pada
keluarga di kota, dan salah satu alternatif itu yang telah diaplikasikan oleh banyak
negara adalah Pusat Aktifitas Harian Lansia (Day Care Aging)
Sehubungan dengan lansia perkotaan, menilik kepada jumlah lansia Jumah
lansia di indonesia terjadi peningkatan yang significant, Biro Pusat Statistik
(2000) kategori lansia berumur 60 tahun ke atas di Indonesia lebih kurang 11.1

32
% atau 30.8 juta jumlah penduduk indonesia. Menjelang tahun 2020 adalah
diperkirakan jumlah penduduk lansia (lanjut usia) dalam lingkungan umur
tersebut akan meningkat kepada 12.3 % atau 46.7 juta orang. Sedangkan untuk
angka lansia yang hidup diperkotaan diperkirakan mencapai 30% dari total lansia
yang ada atau sebesar 9.24 juta pada tahun 2000 dan 14.01 juta pada tahun 2020.
Sebaliknya peningkatan jumlah lansia perkotaan ini tidak di barangi
dengan kepedulian terhadap lansia tersebut, kondisi perkotaan yang serba sibuk
dengan tingkat stress yang tinggi membuat lansia luput dari perhatian. Lansia
perkotaan seperti pensiunan setelah tidak bekerja lagi menjadi kehilangan kontrol
yang menciptakan syndrom power dan depresi. Salah satu implikasi yang muncul
akibat tekanan-tekanan psykologi tersebut berpengaruh kepada penurunan fungsi
fisik, stroke dan kepikunan.
Untuk itu, alternatif Pusat Harian Lansia (Day Care Aging) diharapkan
dapat meminmilkan tekanan-tekan physologi perkotaan bagi lansia tersebut.
Alternatif fasilitas tersebut juga dapat mengurangi beban keluarga perkotaan yang
sangat sibuk yang mempunyai lansia untuk di jaga dan di rawat. Penjagan
terhadap lansia dapat terus dijalankan dan waktu bekerja. Pada pagi hari, lansia
efektif berada dan di letakkan pada pusat harian yang telah disediakan, sebaliknya
pada sore hari atau malamnya mereka akan kembali ke rumah. Alternatif ini lebih
kepada tempat penjagaan sementara pada siang hari saja atau dikenal dengan
dengan tempat aktifitas harian lansia . Selanjutnya dapat juga dikemukakan,
alternatif ini sangat efektif dan lebih peduli serta berbudaya dibandingkan dengan
meletakkan lansia di rumah dan panti jompo.
Hasil yang di harapkan daripada penelitian ini adalah untuk mendapatkan
syarat dasar kuantitatif dan kulitatif dalam penubuhan sebuah pusat aktifitas
harian lansia dalam kawasan kota. Dalam hal ini ianya dimanfaatkan oleh lansia
pada ketegori lansia (lanjut usia) yang mempunyai kemampuan ekonomi. Hal ini
dapat dijelaskan pada frame work seperti berikut :
Lansia (Berumur Lebih dari 55 Tahun)
Tidak MemiTliki Kemampuan Ekonomi/Sakit Sick/Cronic
Memiliki Abilitas EkonomiRelativelly Weel

32
Ket : 1. ----- bukan sasaran
Gambar :1 Sasaran Pengguna Pusat Aktifitas Harian Lansia
5. STUDI PUSTAKA/HASIL YANG SUDAH DICAPAI DAN STUDI
PENDAHULUAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN
5.1. Penelitian Sebelumnya
Bentuk penelitian ini merupakan implementasi dan adopsi dari ide yang
belum ada di Indonesia, dengan demikian penelitian ini hanya disandarkan pada
penelitian yang telah dilakukan di luar Indonesia sebelumnya. Penelitian pertama
adalah tentang pembagian waktu kerja dan oleh masyarakat dan penjagaan lansia
diwilayah perkotaan yang dilakukan oleh Verbeck dan Vella (1996).,
menggunakan model statistik mengenai hubungan keluarga perkotaan yang
memberi penjagaan terhadap lansia. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa
terjadi kecenderungan berkurangnya waktu bekerja keluarga karena proses
penjagaan lansia. Penggunaan waktu penjagaan oleh keluarga perkotaan dengan
sendirinya berimplikasi kepada memnurunnya pendapatan yang dianggap suatu
yang negatif.
Penelitian tersebut menggunakan panel data. Panel data untuk mengontrol
pengaruh faktor lainnya yang memberi penguruh menunrunya supply tenaga kerja
dan pemberian penjagaan informal lansia, Dengan menggunakan cross-sectional
estimation membuat terjadi kesalahan tafsir dari error term terhadap informal
care variable. Hasilnya, cross sectional estimates untuk hubungan di antara jam
Tergantung Pada PemerintahState dependent
Punya Pendapatan SendiriOn Their Own
Tanggungan KelurgaFamily Support
Panti Jompo Perawat Ke Rumah
Rumah Sakit Pusat Aktifitas Harian

32
bekerja dan pemberian penjagaan informal berkemungkinan menjadi tidak
significant.
Persamaan yang memperlihatkan hubungkait dari verbeck dan vella adalah
sebagai berikut :
itiititit xCareWork 111"111
* (1.1)
(1.2)
di mana t mewakili time period dan i mewakili individuals. Model umum
penelitian ini membenarkan panel data tidak seimbang bagi individu, dan
diwakilkan dengan variabel endogenous adalah seperti berikut:-
(1.3)
(1.4)
di mana Care merupakan fungsi untuk waktu penjagaan lansia oleh
keluarga, maka nilai positif variabel-variabel latent diperhatikan sepenuhnya
untuk jam bekerja dan menetapkan petunjuk variabel pemberian penjagaan
terhadap lansia. Persamaan Verbeck dan Vella (1996) terlalu memkasakan nilai
kualitas menjadi kuantitas yang berakibat bias nya koefisein pada variabel.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian
verbeck dan vella adalah konsep caregiving, di mana Verbeck dan Vella (1996)
hanya berfokus kepada variable waktu kerja saja tetapi di dalam penelitian yang
akan dilakukan ini akan diterangkan faktor-faktor lain yaitu faktor-faktor
ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu, dalam persamaan Verbeck dan Vella ,
(1996) data bersifat time series terhadap penjagaan lansia tetapi dalam penelitian
ini akan mengunakan data cross-section dan tujuan dalam kajian Verbeck dan
Vella (1996) hanya untuk mendapatkan jumlah supply tenaga kerja yang
diimplementasikan ke dalam jumlah waktu kerja. Sedangkan penelitian yang akan
dilakukan berfokus kepada kepedulian terhadap lansia perkotaan dalam bentuk
preference yang akan menghasilkan permintaan terhadap satu fasilitas untuk
lansia.

32
Verbeck dan Vella (1996) mencoba membuktikan kembali apa yang
didapati dalam teori klasik ekonomi tentang waktu yang tidak digunakan untuk
mendapatkan pendapatan (leisure time) yang diaplikasikan kepada penjagaan
lansia. Verbeck berhasil mendapati model statistik yang sebelumnya belum
ditemui dan mampu menghitung share antara waktu bekerja dan penjagaan
terhadap lansia. Namun demikian Verbeck dan Vella (1996) hanya menggunakan
anggapan bahwa leisure time hanya akan digunakan untuk penjagaan lansia, dan
melupakan faktor lain yang saling berkaitan dengan waktu kerja.
Walaubagaimanpun persamaan-persamaan Verbeck dapat dijadikan bukti dalam
penelitian ini di mana waktu bekerja dapat memberikan permintaan berbeda
terhadap caregiving dalam bentuk fasilitas yang akan diberikan kepada lansia.
Penelitian lainnya yang berkaitan adalah menganai kualitas pusat aktifitas
harian lansia di Negara irlend yang di lakukan oleh The Eastern Health and Social
Services Board (EHSB) dimana Fasilitas di bawah institusi National Health
Service (NHS).Kawasan geografi kajian EHSSB meliputi kawasan besar Belfast
norts irland dan juga sebahagian Country Down. Terdapat empat komunitas yang
menggunakan fasilitas Pusat aktifitas harian lansia dalam 20 kawasan perumahan
yang berdekatan, dalam penelitiannya maka dinamakan mereka sebagai A,B,C
dan D. Dua daripadanya memberikan fasilitas di kawasan-kawsan perkotaan
(Department of Health and Social Security,1993),
Sejumlah besar penduduk di Belfast adalah boleh diklasifikasikan daripada
kelas berpendapatan menengah keatas, EHSB sebagai pengelolal fasilitas pusat
aktifitas harian lansia tersebut yang memberi informasi yang spesifik bagi setiap
elemen yang ingin digunakan oleh konsumen. Kesemua spesifikasi elemen ini
meliputi satu kualitas yang menerangkan bahwa jasa yang dilanggan akan diuji
berdasarkan nilai-nilai berdasarkan aspek kesehatan dan biologis pelangaannya.
Penelitian yang dilakukan EHSB mampu merumuskan permintaan model Pusat
Aktifitas Harian Lansia
Konsep lansia yang mereka gunakan adalah mereka berumur 65 sedangkan
penelitian ini memakai standart 55 tahun, hasil dari penelitian mereka salah
satunya mendapatkan hubungan yang jelas antara tingkat umur yang lanjut
dengan pertambahan permintaan fasilitas untuk lansia. Hasil penelitian tersebut

32
membuktikan terdapat demand yang tinggi, terdapat banyak orang tua yang
meninginkan fasilitas yang disediakan pemerintah, swasta dan NGO.
5.2 Beberapa Teori Proses Penuaan
Tua tidak merupakan suatu penyakit, sebaliknya ia adalah proses
degeneration yang dialami oleh setiap orang. Apabila memasuki umur tua, orang
akan mengalami kemunduran fisik tetapi ini tidak bermakna ia tidak sedia ada
berguna lagi (Andrew, Et.al,1986). Ini bermakna lansia merupakan anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban. Hak mereka adalah dirawat atau
dijaga, sedangkan kewajiban mereka mempersiapkan diri untuk sadar dengan
masa kematian.
Sebelum mendalami lebih jauh pembahasan tentang permintaan terhadap
pusat aktifitas harian untuk lansia terlebih dahulu dijelaskan beberapa teori proses
penuaan seperti berikut :
a. Teori Kesalahan Genetik
Teori ini diciptakan oleh Dr. Leslie Orgell, dari Institut La Lolla,
California. Menurut Orgell dalam Kart (1978) proses menjadi tua disebabkan oleh
tumpukan kesalahan sel genetik DNA, hal ini terjadi ketika sel belahan kedua
terbentuk. Dr. Orgell mendasari teori ini atas kenyataan bahwa gen (zat pembawa
sifat keturunan) dari sel yang terdapat di dalam kromosom, memperbanyakkan
diri sendiri sebelum terjadi pembelahan sel, yaitu sebelum terjadinya generasi
baru. Menurut hukum alam, sel-sel ini memperbanyakkan diri sendiri dan setiap
sel baru yang terbentuk mewarisi sifat keturunan induknya secara tepat.
Seandainya setiap kali perbanyakan/pembelahan sel itu hanya 99% dari molekul
DNA berhasil terbentuk tanpa kesalahan [DNA membentuk genetik], dimana 1%
lagi diciptakan dengan sesuatu kesalahan pada setiap kali pembelahan. Molekul
DNA yang salah itu akan terus bertambah, sehingga pada akhir 10 generasi akan
ada 10 molekul dengan kesalahan DNA itu. Penghambatan pembentukan sel-sel
baru itulah yang membuat seseorang itu menjadi tua.
b. Teori Radikal - Bebas
Radikal - bebas adalah sebuah molekul terbesar yang mempunyai sifat
kimia yang sangat reaktif, kerana molekul radikal bebas itu mempunyai kelebihan
atau kekurangan elektron ataupun mengandungi elektron dengan kekuatan yang
lebih tinggi. Dowling, G.A., Mastick, J.M (2001) mengemukakn Radikal–bebas

32
dapat terbentuk kerana penyinaran. Proses penuaan mungkin disebabkan oleh
penimbunan radikal – bebas di dalam jaringan yang sangat reaktif secara kimia
dan berkeliaran di seluruh tubuh sambil merosakkan sel-sel tubuh manusia.
c. Gejala dan Hayflick
Teori lain tentang proses penuaan adalah fakta tentang gejala Hayflick
yang berasal dari Dr. Leonard Hayflick dalam Dowling, G.A., Mastick, J.M
(2001), seorang profesor dalam mikrobiologi dari California. Teori ini didasarkan
daripada pengamatan Dr. Alexis Carrel bahwa apabila jaringan tubuh
dikembangbiakkan di dalam lingkungan yang tepat akan dapat terus hidup tanpa
batasan. Pengamatan Dr. Alexis Carrel, yaitu seorang ahli bedah dan ilmuan dari
Institut Rockefeller, telah membiakkan jaringan – ikat jantung anak ayam ke
dalam kultur jaringan yang diberi kemudahan makanan, suhu, keasidan yang
sesuai dan oksigen yang cukup jumlahnya manakala sisa metabolisme yang terjadi
akan dibuang secara teratur. Ternyata kultur/biakan itu tumbuh dan berkembang
dengan sangat baik., tetapi setelah biakan itu tumbuh beberapa kali ternyata
setengah dari kultur itu mati, sedangkan sisanya berkembang dengan baik.
Berdasarkan kepada gejala itu, Dr. Hayflick membuat percubaan lain dengan
membiakkan jaringan ikat – fibroblas yang berasal dari paru-paru janin manusia
yang keguguran, ternyata Dr Hayflick mendapati hasil biakannya hampir sama
dengan apa yang didapati oleh Dr. Alexis yaitu jaringan fibroblast, yaitu paru itu
tumbuh dengan sangat subur sebanyak 50 generasi (50 kali pembelahan sel
jaringan). Namun, setengah daripada biakannya telah mati, sedangkan setengah
lainnya berhasil tumbuh dengan subur.
Dr. Hayflick telah menyelidiki bentuk dari sel-sel yang berkembang secara
tetap itu secara teliti, dilihatnya bahwa kromosom sel yang hidup itu bukan
diploid (23 x 2 atau 46) lagi seperti lazimnya terdapat pada sel manusia. Tetapi sel
yang sedia ada sekarang ini adalah jenis triploid (23 x 3 atau 69) terdapat juga
jenis polyploid dengan 100 atau 150 kromosom dengan beberapa sel mempunyai
kandungan yang banyak. Namun, beberapa dari sel itu tumbuh membesar dan
berkembang secara liar sebanyak 50 kali pembelahan sel seterusnya tumbuh liar
menjadi sel kanker pula. Proses inilah yang dikaitkan dengan proses penuaan bagi
orang lanjut usia.
5.3. Jenis-Jenis Pusat Penjagaan Untuk Lansia

32
Kebudayaan negara Asia masih menuntut anak-anak supaya lebih fokus
dalam penjagaan golongan yang lanjut usia. Pada saat ini banyak orang telah tua
yang merasa kesepian tinggal di rumah yang besar, di mana anak terlalu sibuk
dengan kerja yang memerlukan waktu dan komitmen yang lebih banyak. Untuk
mengatasi keadaan tersebut, selain pemerintah yang menyediakan perumahan
untuk panti-panti jompo dan jenis-jenis perawatan dan penjagaan lansia, pihak
swasta juga terlibat yang tentunya dengan orientasi keuntungan, dari yang agak
sederhana ataupun mewah. Terdapat empat jenis tempat perawatan atau
penjagaan untuk lansia ini yaitu seperti berikut :
a. Panti Jompo (Panti Weda)
Keadaan suatu negara jelas mempunyai hubungan langsung dengan
keadaan warganya, khususnya bagi kelompok lansia. Di Indonesia, dalam usaha
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi para lansia, pemerintah belum bertidak
bijak untuk membantu para lansia, baik dalam panti Jompo atau panti weda
maupun di luar. Pemberian bantuan kepada lansia di dalam rumah jompo
ditujukan kepada para lansia yang keadaan fisiknya maupun ekonominya agak
lemah. Selain itu bantuan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan rumah
jompo berupa rehabilitasi fisik, peralatan, dan bantuan usaha produktif.
Ketidakmampuan anak dan sanak keluarga dalam memberikan komitmen
kepada anggotanya yang berusia lanjut, telah mendorong masyarakat dan
pemerintah untuk mengambil alih tanggungjawab tersebut. Namun, diseaari
bahwa dana yang cukup besar dan tenaga yang profesional diperlukan, ditambah
lagi, jumlah kelompok ini semakin meningkat dengan meningkatnya harapan
hidup (life expectancy) mereka.
Panti Jompo terbentuk di atas dasar rasa kasih sayang pihak lain terhadap
para lansia yang tidak merasakan kasih sayang dari keluarganya maupun warga
masyarakat. Pemerintah Indonesia sendiri menerima usaha ini sebagai suatu suatu
sarana pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia yang terlantar akibat penyakit,
kemiskinan, ketidakmampuan secara fisik ataupun ekonomi.
Hasil penelitian Rianto (1982) menunjukan bahwa 20% penghuni rumah-
rumah perawatan di Jakarta merasa bahagia tinggal di panti. Tetapi ini tidak dapat
digunakan sebagai bukti bahwa rumah panti Jompo merupakan tempat yang
paling ideal bagi para usia lanjut. Hal ini, kerana, kebahagiaan itu sendiri

32
merupakan fenomena yang sangat luas yang sulit untuk diukur dan berbeda-beda
dari waktu ke waktu. Terdapat penghuni yang meluahkan rasa bahagia dan
nyaman ketika berada di panti kerana mereka merasa bebas. Sebahagian lagi
berpendapat bahwa di panti jompo mereka tidak pernah merasa lapar dan
mendapat layanan, tempat tidur yang nyaman dan sebahagian yang lainnya pula
tidak mempunyai pilihan yang lebih baik daripada tinggal di rumah perawatan.
Namun, terdapat juga sebahagian besar penghuni rumah perawatan
merasa tidak nyaman tinggal di panti jompo. Para lansia ini merasa bahwa panti
jompo merupakan tempat pengasingan sebelum kematian. Terdapat juga mereka
yang terpaksa tinggal di panti jompo ini kerana dipaksa oleh anak sendiri kerana
dirasakan tidak sanggup lagi menguruskan mereka lagi. Anak-anak dari golongan
ini berpendapat yang mereka lebih sanggup mengeluarkan uanga untuk membayar
panti jompo dibanding harus mengurus lansia di rumah sendiri. Hasil Penelitian
pun menunjukkan 80% responden yang masih mempunyai anak atau saudara
menyatakan bahwa lansia ini lebih sesuai tinggal di rumah mereka sendiri atau
keluargannya.
Hasil kajian Tachman (1999) baru-baru ini terhadap perawat lansia
menunjukan bahwa tempat yang baik bagi usia lanjut adalah tempat tinggal
sendiri dengan anggota keluarga lainnya. Sebahagian besar responden
berpendapat bahwa pihak yang selayaknya bertanggungjawab terhadap lansia
adalah anak dan keluarga. Rata-rata mereka menyatakan bahwa tempat yang
terbaik bagi para usia lanjut untuk mendapatkan perawatan adalah tempat tinggal
sendiri bersama anggota keluarga lainnya . Perawatan yang dilakukan oleh anak
sendiri dipercayai lebih memberikan rasa nyaman dan aman kerana mereka lebih
memahami tentang perilaku keluargasendiri dibanding daripada orang lain.
b. Rumah Sakit Lansia
Penyelanggaraan rumah Sakit ini sama dengan rumah sakit lain, cuma di
rumah sakit ini penghuninya terdiri dari orang lanjut umur saja. Rumah sakit ini
diselenggarakan oleh pemerintah dan terdapat juga pengelolaannya oleh pihak
swasta. Pada umumnya orang tua yang dijaga di sini menderita kerana penyakit
dan memerlukan pejagaan yang agak lama. Sebagai contohnya, bagi mereka yang
lumpuh akibat serangan jantung atau pembuluh darah otak yang pecah, perlu

32
disediakan perawatan fisioterapi supaya otot-otot yang lumpuh tadi dapat kembali
normal (Lieberman & Fisher, L, 2001)
c. Rumah Perawatan Sementara Untuk Lanjut Umur
Usaha masyarakat dan pemerintah mendirikan rumah perawatan
merupakan salah satu penyelesaian masalah yang dihadapi oleh kelompok lansia
dalam melalui hari-hari akhir kehidupannya. Meskipun demikian, usaha ini masih
ditentang oleh sebahagian orang yang merasakan bahwa orang tua adalah
tanggung jawab anak dan mendorong kembali kepada sikap budaya berhimpun
dalam keluarga besar (extended family).
Dengan alasan tersebut munculah beberapa tempat perawatan sementara
untuk para lansia, yang umumnya terdapat pada negara-negara yang telah maju.
Orang tua yang berada di rumah pada umumnya akan diletakkan pada siang
harinya saja, di mana pada waktu sori hari atau malamnya dijemput oleh keluarga
masing-masing. Di dalam ruangannya haruslah dilengkapi dengan fasilitas
televisi, radio, internet dan fasilitas lainnya. Untuk meraka yang jatuh sakit
selama masa penjagaan telah disediakan dokter dan bagi mereka yang perlukan
perawatan intensif akan dikirim ke rumah sakit. Rumah penjagaan ini sebaiknya
dikembangkan berdekatan dengan rumah sakit umum (Lieberman, M.A. & Fisher,
L, 2001).
d. Hotel Lansia
Hotel jenis ini kebiasannya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang
disesuaikan dengan keperluan dan keadaan fisikal penghuninya. Setiap tempat
tidur yang disediakan hanya boleh diisi oleh 2 orang saja, dilengkapi dengan alat
komunikasi yang digunakan untuk memanggil pejaga dan karyawan hotel apabila
memerlukan bantuan. Ciri-ciri dasar hotel ini ditandai dengan fasilitas-fasilitas
adalah cukup lengkap seperti yang ada di hotel mewah. Layanan dan penjagaan
dilakukan oleh pegawai hotel yang profesional. Namun, disediakan juga dokter-
dokter yang akan memeriksa kesehatan golongan lansia yang menetap di sini,
Tentu saja, biaya menginap di hotel lansia tentu sekali lebih mahal dari hotel biasa
lazimnya (Lieberman, M.A. & Fisher, L, 2001).
5.3. Hasil yang Ingin di Capai

32
Dari uraian pentingnya penelitian dan studi pustaka sebelumnya maka
dapat disimpulan beberapa obejektif atau tujuan yang hendak di capai dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
i. Memeperkenalkan fasilitas perkotaan yaitu Pusat Aktifitas Harian Lansia
(day care aging) yang belum ada di Indonesia kepada masyarakat
kota dengan kota sampel adalah Kota Bengkulu, Palembang dan
Jakarta
ii. Menemukan preferensi masyarakat kota terhadap fasilitas perkotaan
tersebut dalam bentuk permintaan masyarakat terhadap pusat
aktifitas harian lansia tersebut dan sekaligus menentukan faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap pusat aktifitas
harian yang akan dijadikan kriteria standar dalam perancangannya.
iii. Mendapatkan lokasi-lokasi potensi dalam 3 kota sampel untuk
pengembangan Pusat Aktifitas Harian Lansia dan merumuskan
model standar/syarat minimal kawasan dalam perkotaan yang
memerlukan fasilitas perkotaan tersebut.
iv. Mendifinikan kriteria fasilitis minimal yang akan di gunakan didalam
pusat aktifitas harian lansia.
Untuk menyederhanakan dan lebih fokusnya hasil yang diharapkan dalam
penelitian ini dapat di buat kerangka dan alur pemikiran sebagai berikut

32
6. METODE PENELITIAN
TAHUN PERTAMA (10 BULAN)
6.1. Preferensi Masyarakt Kota Terhadap Pusat Aktifitas Harian Lansia
Sesuai dengan hasil yang hendak dicapai penelitian yang ingin di dapati
dalam penelitian ini, maka akan disusun kaedah-kaedah penelitian sehingga
objektif yang di perlukan tercapai. Yang dibagi kepada 4 tujuan dasar. Pertama
adalah mengesan dan mengetahui adanya permintaan terhadap pusat aktifitas
harian ini yang di dahului dengan memperkenalkan jenis fasilitas perkotaan ini.
Dengan menggunakan konsep elasticity, permintaan terhadap pendapatan yang
merupakan axioma dasar dari teori permintaan maka tujuan untuk mengetahui
sama ada terdapat atau tidaknya permintaan tersebut akan diketahui. Adapun
langkah-langkanya adalah sebegai berikut :
i. Penyebaran angket (quetioner) ; kepada keluarga perkotaan di masing-
masing kota sampel. Jumlah sampel keluarga perkotaan di seluruh kota
sampel,dengan pendekatan proposive random sampling dengan
kepedulian Terhadap Lansia Perkotaan
Preferensi Masyarakat Pusat Aktifitas Harian Lansia
Permintaan Terhadap Fasilitas Kota Lainnya
Permintaan Terhadap Pusat Aktifitas Harian Lansia
Kawasan Pengembangan Pus. Aktifitas Harian Lansia
Perancanaan Kemasyarakatan dan Kabajikan Sosial Kota
Pengelolaan dari sisi Manag, sosial dan biologis Kota
Perancangan Fisikal Jasa Sosial lain

32
formulasi n = N / 1 + [ N x σ], n = Sampel N = Populasi, waktu
pelaksanaan di perkiraan 6 Bulan
ii. Verifikasi data ; merakapitulasi dan memverifikasi jumlah data pada
kota sampel waktu perkiraan untuk kegiatan ini adalah 1 Bulan.
iii. Pengolahan data angket melalui system komputasi dengan entry dan
proses data yang telah di verifikasi, waktu untu kegiatan ini di
perkirakan 1 bulan.
iv. Analisis data dan merumuskan kawasan-kawasan perkotaan yang
adanya permintaan, waktu untuk kegiatan ini adalah 2 bulan
Sedangkan alat analisis yang di gunakan ada elastisitas pendapatan yang
memenuhi formulasi sebagai berikut :
= Q/Y x Y/Q ln Q = α + β ln Y M/N = [1/Q x Q] / [1/Y x Y]
= (1/Q)(Y/1) x (Q/Y)
M/N =Y/Q x Q/Y
Jadi β =
Y = Pendapatan ; Q = Permintaan dan = elastsitas pendapatan
H0 : < 0 dan > 1 : Tidak Terdapat permintaan (preferensi masyarakat
rendah)
H1 : 0 < < 1 : Terdapat Permintaan (preferensi masyarakat
tinggi)
TAHUN KEDUA (10 BULAN)
6.2. Penentuan Lokasi Pontensial Pengembangan Pusat Aktifitas Harian
Lansia
Untuk menerangkan distribusi fasilitas pusat aktifitas harian lansia 3 kota
sampel, teori tempat pusat (Central Place Theory) dapat di pakai yang
dihubungkan dengan daerah yang mempunyai potensi permintaan yang telah
didapatkan dengan penghitungan preferensi sebelumnya. Dengan demikian hal
pertama adalah mengembangkan fasilitas aktifitas harian lansia pada daerah pusat.
Untuk lebih jelasnya maka urutan distribusinya adalah sebagai berikut :
i. Menetapkan kawasan awal fasilitas aktifitas harian lansia,
penetapatan kawasan harus menghitung alur transportasi dan analsis

32
maping serta foto udara kota sampel, untuk kegiatan ini di perkirakan
memakan waktu sekitar 6 bulan
ii. Menetapkan daerah kompetitif spasial antara fasilitas aktifitas harian
lansia yang ada di daereh pusat dan daerah lingkaran kedua, untuk
kegiatan ini di perlukan waktu sekitar 3 bulan, alat dan visual yang
di pakai sama dengan langkah awal yaitu map dan photo udara.
TAHUN KETIGA (10 BULAN
6.3. Prototipe Dalam Pusat Aktifiti Harian Lansia dan Pembentukan Model
i. Penentuan prototipe adalah menentukan apakah fasilitas-fisilitas
minimal yang terdapat dalam pusat aktifitas lansia, telah diajukan
beberapa pertanyaan ke dalam quesioner. Dengan membuat tabel
Frekuensi dan menghitung persentase masing-masing mengenai
fasilitas yang diberikan kepada responden.
ii. Prosentase jawaban responden akan menentukanperlu atau tidaknya
penyediaan fasilitas-fasilitas di pusat harian lansia ini. Hal, ini
tergantung kepada jawaban yang diperoleh dari responden, bearti
jika suatu fasilitas mempunyai prosentase yang dianggap perlu oleh
responden, maka fasilitas tersebut dimasukkan dalam kriteria
fasilitas standar. Fakta-fakta dari jawaban itu akan diuraikan secara
menyeluruh dan teliti sesuai dengan hasil yang di harapakan yang
didapati yaitu standar dari fasilitas yang harus eksis dalam pusat
aktifitas harian tersebut yang berdasarkan kepada aspek sosial,
budaya dan biologis. Untuk dua kegiatan (i) dan (ii) di perkirakan
memakan waktu 5 bulan
iii. Mengolah data faktor-fator sosial, budaya dan ekonomi sehingga
menghasilkan sebuah model standar di kawasan dan di kota yang
memerlukan pusat aktifitas harian lansia, waktu yang di perkirakan
adalah 5 bulan, alat yang di perlukan adalah data quesioner dan
wawancara pada kawasan potensi di dalam kota sampel. Adapun
faktor-faktor sosial ekonomi yang di jelaskan dalam quesioner
meliputi : X1 ; umur .,X2 Jenis kelamin X3 ; agama X4 ; tingkat
pendidikan X5 ; status perkawinan X6 ; jum;ah keluarga, X7 ;

32
pendapatan yang X9 ; adalah jam kerja. Faktor-faktor ini di
perkirakan akan berkembang dan di sesuaikan dengan kebutuhan
hasil penelitian nantinya sedang model standar tersebut mengkuti
model sebagai berikut :
ln Y = ln α + 1 lnX1 + 2 lnX2 + 3 lnX3 . + n lnXn + e
Y = Preferency masyarakat
x1-n = Faktor sosial, budaya ekonomi setempat
e =Disturbance factor
7. ANGGARAN PENELITIAN
JENIS PENGELUARAN
RINCIAN ANGGARAN YANG DIUSULKAN UNTUKTAHUN I TAHUN II TAHUN III
Pelaksana (Gaji dan Upah)
Rp. 11.300.000,- Rp. 11.300.000,- Rp. 11.300.000,
Peralatan Rp. 7.500.000,- Rp. 18.000.000,- Rp. 15.000.000,-
Material Penelitian Rp. 3.000.000,- Rp. ---- Rp. 2.000.000,-
Perjalanan Rp. 8.500.000,- Rp. 4.700.000,- Rp. 6.000.000,-
Konsumsi Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.000,-
Seminar Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.000,-,- Rp. 1.500.000,-
Laporan/Publikasi Rp.1.500.000,- Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.000,-
Lain-Lain/Perizinan
Rp. 500.000,- Rp. Rp.
Total Anggaran Rp. 38.300.000,- Rp. 40.000.000,- Rp. 40.000.000,-
Total keseluruhan anggaran
Rp. 118.300.000,-
8. PUSTAKA ACUAN

32
Allen, SM, Allen, JG, Weekly, J.(2002) The impact of a practicum on aging and reminiscence on gifted students’ attitudes toward the elderly. Roeper Review 9(2).
Andrews, GR. (1987) “Ageing in Asia and the Pacific. A multidimensional cross-national study in four countries”. Comparative Gerontology. 1: 24-32. 1987
Arno, Peter S., Carol Levine, and Margaret M. Memmott. (2003). “The Economic Value of Informal Caregiving.” Health Affairs 18(2): 182-88.
Barbara Steinberg Schone, (1999), “Intergenerational Household Formation, Female Labor Supply and Informal Caregiving: A Bargaining Approach,” Journal of Human Resources 34 (3): 475503;
Becker Garry. S (2002),”Dying Away From Home:Quanderies Of Mingration for elders in two etnich groups” Journal of Gerontology: Social Science, 57b:S79-S95
Beregi, E. and Klinger (1989) ,“A. Health and living conditions of centenarians in Hungary”. International Psychogeriatrics, 1 (2):195-200. 1989.
Biro Pusat Statistik (2000). “Komposisi Kependudukan Indonesia”, Biro Pusat Statistik, Jakarta.
Blazer D.G at al (2001).”Depresion In Diabetes And Obsesity:Racial/etnich/gender issues in oldert adult.” Journal Od Pdychometric research, 52:1-4.
Dentinger, Emma, and Marin Clarkberg. (1999). “Informal Caregiving Effects on Retirement Timing: A Life Course Approach.” BLCC Working Paper No. 99-14. Ithaca, NY: Cornell University.
Department of Health and Social Security (1993) Performance Indicators for the National Health Service, Guidance for Users, DHSS, London
Ermishch, J.H, Friendly, J and Gibb, K (1996) “The elasticity of housing demand in braitain, London.
Ettner, Susan L. (1996). “The Opportunity Costs of Elder Care.” Journal of Human Resources 31(1): 189-205.
Gilford, DM (1988), “The Aging Population in the Twenty-First Century: Statistcs for Health Policy”. National Academy Press. Washington, D.C.
Goode, William J.(terjemahan) (1983). “Sosiologi Keluarga”, Bina Aksara, Jakarta
Goodman, AC., (1988), “An Aconomic Model Of Housing Price”, Jounal of Urban Economic, 23, 327

32
Goodman, AC, (1999) “ Replicative Evidence on the Demand for owner–occpied And rental Housing”, Southen Economic Journal 50(4)1036-7
Graycar, Adam.(1986). “The Dimensions of Aging”, makalah pada Third National Conference, Australian Population Association: Adelaide, 4th December.
Harrington, C (2000) “Designing a Report Card For Nursing Facilities: What is Needed and Why. Confrence at the Paper Institute Aging and Public Policy sponsored by the Nationl Institute on Aging and the Robert Wood Johnson Foundation on March 02-21,
Harrison.(1999). Principles of Internal Medicine, Second edition, Mc Graw-Hill, Asian Students’s Edition
Hoebel, Et.al .(1998), Antropology and The Human Experience, Fifth edition, Mc Graw-Hill.
Hunt-McCool, J, Kiker B.F And Ng Y.C (1994) “Estimates of The Demand for Medical Care Under Different Functional Form, Journal od Applied Econometric 9,2001-18
Hutter, Mark. (1981). “The Changing Family, Comperative Perspectives”. New York. John Wiley & Sons
Institute old Medicine (2001) “Extending Life, Enchancing Life:A National Research Agenda on Aging , National Academy Press:Washington, D.C
Jendrek, MP (1994). “Grandparents who parent their grandchildren: Circumstances and decisions”. Gerontologist. 34 (2),1994.
Kiel, K.A. (1994) “The Impact od House Price Appreciation on Household Mobility,” Journal of Housing Economic 3(2),92.
ational Center for Health Statistics. (1998). “Health, United States, 1998”. DHHS Publication No. (PHS) 98-1232. Hyattsville, Md.: U.S. Department of Health and Human Services.
National Institute on Ageing (1989). “Research for a New Age”.NIH Publication No. 93-129, National Sample survey Organization, India.
National Institute on Ageing (1994). “Alzhemiere a Diseasse:Unravelling the Mistery”.NIH Publication No. 95-3782,
Newey, Whitney K. 1987. “Efficient Estimation of Limited Dependent Variable Models with Endogenous Explanatory Variables.” Journal of Econometrics 36(3): 231-50.
Oldman, Christine. 1990. Moving In Old Age: New Directions In Housing Policies. London. HMSO.

32
Pavalko, Eliza K., and Julie E. Artis. 1997. “Women’s Caregiving and Paid Work: Causal Relationships in Late Midlife.” Journal of Gerontology: Social Sciences 52B(4): S170-79.
Peterson, R.A. and Wilson W.R., “Measuring customer satisfaction: fact and artifact”, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 20 No. 1, Winter 1992, pp. 61-71.
Pezzin, Liliana E., and Barbara Steinberg Schone. 1999. “Intergenerational Household Formation, Female Labor Supply, and Informal Caregiving: A Bargaining Approach.”Journal of Human Resources 34(3): 475-503.
Report of the Royal Commission on the National Health Service, HMSO, London, 1979.
Reschovsky, J.D, (1992) “ An Emperical Investagation into Homeowner Demand for Home Up Keep and Improvement, Journal of Real Estate Finance and Economic 5, 55-71.
Rianto, Adi. 1982. The Aged in The Homes for the Aged in Jakarta: Status and Perceptions, Jakarta : Pusat Penelitian Unika Atma Jaya.
Rianto, Adi. 1998. “Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut oleh Masyarakat di Propinsi Jawa Timur”, makalah pada Pertemuan Perumusan Model Pelayanan Kesehatan Usia Lnjut oleh Masyarakat, Departemen Kesehatan, Bandung, 11-14 Januari.
Richard, W. Jhonson and Anthony T. Lo Sasso (2000), “The Trade-Off Between Hours of Paid Emplyment anf Time Assitance to elderly Parents at Midlife”, Urban Intitute, New York.
Samoulson (1980) “Economics, Mc Graw Hill Intnational Bookl Company, New York.
Smergalia, V.L. dan Deimingling G.T. (1997).”Care ralated decision Making Satisfied and Caregiver well-being in families caring for older members, The Gerontogist, Vol 37,5, Washington.
Smith, A.M., “Elderly consumers’ evaluation of service quality”, Marketing Intelligence and Planning, Vol. 11 No. 4, 1993, pp. 13-9.
Smith, P (1993). “Outcome related performance indicators and organizational control in the public sector”, British Journal of Management, Vol. 4, 1993, pp. 135-51.
Soldo, Beth J., and Martha S. Hill. (1995). “Family Structure and Transfer Measures in the Health and Retirement Study.” Journal of Human Resources 30(supp): S108-37.

32
Stein, Peter J., Judith Richman, dan Natalie Hannon. 1977. The Family:Functions, Conflicts, and Symbols. Addison-Wesley Publishing Company.
Stern, Steven, (1995), “Estimating Long-Term Care Decisions in the Presence of Endogenous Child Characteristics,” Journal of Human Resources 30 (3): 55180;
Stone, Robyn I., and Pamela F. Short. 1990. “The Competing Demands of Employment and Informal Caregiving to Disabled Elders.” Medical Care 28(6): 513-26.
Strieb, Gordon F; LaGraca, Anthony J; Folts, Williem E. Retirement Communities: People, Planning, Prospects. 1986. dalam Housing An Aging Society. New York. Van Nostrand Reinhold Company.
Tachman, Tata. 1999. ”Peran Perawat Untuk Lansia di Indonesia:, makalah Seminar Struktur Rumah Tangga Penduduk Lansia di Indonesia, 6 Maret. Jakarta: Lembaga Demografi FE-UI.
Tangdilintin, Paulus. 1990. Pengaruh Tiga Adicita Modernisasi Terhadap Kegiatan Ekonomi Keluarga Perkotaan. Jakarta. Universitas Indonesia
Technical Report Series 706. 1984. The Uses of Epidemiology In The Study of The Elderly,WHO, Geneva.
Technical Report Series 779. (1989). Health of Elderly, WHO, Geneva
Technical Report Series 709. (1984).”The Uses of Epidemiology In The Study of The elderly, WHO, Geneva.
Tobin, James. 1958. “Estimation of Relationships for Limited Dependent Variables.” Econometrica 26(1).
U.S. Administration on Aging (1997) “ Statistical Information on The Aging-online data.
U.S. Bureau of the Census (1996) .”65+ in the United States”. Current Population Reports, Special Studies, P23-190. Washington, D.C.: U.S.
U.S. Bureau of the Census (1998) .”International Program center” International Data Base, Chapter Idemograpic Underpinnings, P23-190. Washington
U.S. National Center for Health Statistics (1995). “Deaths and death rates for the 10 leading causes of death in specified age groups”, United States, preliminary 1995.
U.S. Senate Special Committee on Aging. Aging America: Trends and Projections. 1991 Edition. DHHS Publication No. (FCoA) 91-2801.
U.S. Social Security Agency (2002). Fast Facts and Figures About Social Security, 2002 Edition.

32
United Nations Department of International Economic and Social Affairs, (2003). U.S. Administration on Aging. Statistical Information on the Aging-Online Data.
Verbeck Marno And Vella Francis. (1994). “A Simple Estimator for Simultaneous Models with Censored Endogenous Regressors.” International Economic Review 34(2): 441-57.
Verbeek Marno And Vella Francis. (1996). “Two-Step Estimation of Panel Data Models with Censored Endogenous Variables and Selection.” Unpublished manuscript. Wolf, Douglas A., and Beth J. Soldo. 1994. “Married Women’s Allocation of Time to Employment and Care of Elderly Parents.” Journal of Human Resources 29(3): 1259-76.
Wilson, L., Brown, Js, Shin, G.P, (2001). “ Annual Direct cost of urineray Incontinance”, Obstet Gynecol, 02:398-406.
Wirth, Louis. 1938. Urbanism As a Way Life dalam The American Journal Of Sociology, XLIV, Juli.
Wong, Aline K dan Kuo, Eddy C.Y. 1979. The Urban Kinsip Network In Singapore. Singapore. Singapore University Press.
Woodruff, Diana.S. 1988. Psykologi And Aging. Englewood Cliff, New Jersey. Prentice Hall.

32

32
LAMPIRAN1. JUSTIFIKASI ANGGARANTAHUN PERTAMA (10 BULAN)1. Anggaran Untuk pelaksana
No Nama Keahlian Peran Dalam Penelitian
Alokasi Waktu
Gaji (Rp)
1. Afri Erisman, SE,M.Si, Ph.D
Urban and Regional Planning
Peneliti Utama
4x10x15 Jam
4.500.000
2. Drs. Kasmiruddin, M.Si
Biologi Anggota 4x10x10 Jam
2.400.000
3. Drs. Taufik, M.M Manajemen SDM
Anggota 4x10x10 Jam
2.400.000
4. Martawansyah, SE Akuntansi Pembantu 4x10x10 Jam
1.000.000
5. Lia Kian, SE Manajemen Pembantu 4x10x10 Jam
1.000.000
Sub Total 11.300.0001.2. Anggaran untuk komponen peralatanNo Nama Alat Kegunaan dalam
PenelitianHarga Seluruhnya (Rp)
1. Handycam Rekaman Aktifitas 3.000.000,-2. GPS Posisi Lokasi 3.000.000,-3. Beli Kamera Foto lokasi 1.500.000,-
Sub Total 7.500.000,-1.3. Anggaran Material PenelitianNo Nama Alat Kegunaan dalam
PenelitianHarga Seluruhnya (Rp)
1. Pembuatan Angket Pengumpulan data 3.000.000,-Sub Total 3.000.000,-
1.4. Anggaran Untuk PerjalananNo Tujuan Keperluan Pelaksana Biaya (Rp)1. Bengkulu-Jakarta pp Survey pengumpulan
dataTim Peneliti 4.000.000,-
2. Bengkulu- Palembang Survei pengumpulan data
Tim Peneliti 3.500.000,-
3. Kota Bengkulu Survey Pengumpulan data
Tim peneliti 1.000.000,-
SubTotal 8.500.000,-1.5.Anggaran Untuk KonsumsiNo Uraian Pelaksana Harga (Rp)1 Konsumsi Survei Lapangan
pengumpulan data selama 6 bulanTim Peneliti 3.000.000,-
Sub total 3.000.000,-1.6.Pengeluaran LainNo Jenis Pengeluaran Biaya Seluruhnya (Rp)1. Seminar hasil penelitian dan Publikasi 1.500.0000,-2. Fotocopi Bahan pustaka dan laporan 1.500.000,-3. Perizinan 500.000,-
Sub Total 3.000.000,-

32
Total biaya penelitian tahun pertama: Rp.38.300.000,
Terbilang: Tiga Puluh Delapan juta tiga ratus ribu rupiah
TAHUN KEDUA (10 BULAN):
1.1. Anggaran Untuk pelaksana:
No Nama Keahlian Peran Dalam Penelitian
Alokasi Waktu
Gaji (Rp)
1. Dr. Afri Erisman Peneliti Utama
4x10x15 Jam
4.500.000
2. Drs. Kasmiruddin, M.Si
Biologi Anggota 4x10x10 Jam
2.400.000
3. Drs. Taufik, M.M Manajemen SDM
Anggota 4x10x10 Jam
2.400.000
4. Martawansyah, SE Akuntansi Pembantu 4x10x10 Jam
1.000.000
5. Lia Kian, SE Manajemen Pembantu 4x10x10 Jam
1.000.000
Sub Total 11.300.000
1.2. Anggaran untuk komponen peralatan
No Nama Alat Kegunaan dalam Penelitian
Harga Seluruhnya (Rp)
1. Foto Udara 3 kota Menetapkan Kawasan 9.000.000,-2. Data base Kota (3 kota) Pendukung 6.000.000,-3. Maping Peta Lokasi 3.000.000,-
Sub Total 18..000.000,-
1.3.Anggaran Untuk PerjalananNo Tujuan Keperluan Pelaksana Biaya (Rp)1. Bengkulu-Jakarta pp Survey pengumpulan
dataTim Peneliti 4.700.000
SubTotal 4.700.000
1.4. Anggaran Untuk Konsumsi
No Uraian Pelaksana Harga (Rp)1 Konsumsi Survei Lapangan
pengumpulan data selama 6 bulanTim Peneliti 3.000.000,-
Sub total 3.000.000,-1.5.Pengeluaran Lain
No Jenis Pengeluaran Biaya Seluruhnya (Rp)1. Seminar hasil penelitian dan Publikasi 1.500.000,-2. Fotocopi Bahan pustaka dan laporan 1.500.000,-3. Perizinan
Sub Total 3.000.000,-Total biaya penelitian tahun kedua: Rp. 40.000.000Terbilang : Empat puluh Juta Rupiah
2.

32
TAHUN KETIGA (10 BULAN):1.1. Anggaran Untuk pelaksana:No Nama Keahlian Peran Dalam
PenelitianAlokasi Waktu
Gaji (Rp)
1. Dr. Afri Erisman Peneliti Utama
4x10x15 Jam
4.500.000
2. Drs. Kasmiruddin, M.Si
Biologi Anggota 4x10x10 Jam
2.400.000
3. Drs. Taufik, M.M Manajemen SDM
Anggota 4x10x10 Jam
2.400.000
4. Martawansyah, SE Akuntansi Pembantu 4x10x10 Jam
1.000.000
5. Lia Kian, SE Manajemen Pembantu 4x10x10 Jam
1.000.000
Sub Total 11.300.0001.2. Anggaran untuk komponen peralatanNo Nama Alat Kegunaan dalam
PenelitianHarga Seluruhnya (Rp)
1. Laptop Komputer Membuat Model 12.000.000,-2. GIS Mendukung model 3.000.000.-
Sub Total 15.000.000,-1.3. Anggaran Material PenelitianNo Nama Alat Kegunaan dalam
PenelitianHarga Seluruhnya (Rp)
1. Pembuatan Angket Pengumpulan data 2.000.000,-Sub Total 2.000.000,-
1.4. Anggaran Untuk PerjalananNo Tujuan Keperluan Pelaksana Biaya (Rp)1. Bengkulu-Jakarta pp Survey pengumpulan
dataTim Peneliti 3.000.000,-
2. Bengkulu- Palembang Survei pengumpulan data
Tim Peneliti 2.000.000,-
3. Kota Bengkulu Survey Pengumpulan data
Tim peneliti 1.000.000,-
SubTotal 6.000.000,-1.5. Anggaran Untuk KonsumsiNo Uraian Pelaksana Harga (Rp)1 Konsumsi Survei Lapangan
pengumpulan data selama 6 bulanTim Peneliti 3.000.000,-
Sub total 3.000.000,-1.6.Pengeluaran Lain
No Jenis Pengeluaran Biaya Seluruhnya (Rp)
1. Seminar hasil penelitian dan Publikasi 1.500.000,-2. Fotocopi Bahan pustaka dan laporan 1.500.000,-3. Perizinan
Sub Total 3.000.000,-Total biaya penelitian tahun ketiga: Rp. 40.000.000Terbilang : Empat Puluh Juta Rupiah

32
2. DUKUNGAN TERHADAP PELAKSANA PENELITIAN
Dukungan dana terhadap para peneliti utama baik dari dalam maupun dari
luar negeri termasuk dana yang sedang berjalan, yang sedang dalam pertimbangan
dan baru diusulkan TIDAK ADA
3. SARANA
3.1. Laboratorium : Lab. Komputer dengan fasilitas
Internet milik Universitas Muhammadiyah Bengkulu

32
4. BIOGRAFI/DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KETUA PENELITI4. 1. Nama Lengkap dan gelar Tempat/Tanggal Lahir
Afri Erisman SE., M.Si Medan, 1 Oktober 1972
4. 2. Pendidikan
UNIVERSITAS/INSTITUT
DAN LOKASI
GELAR TAHUN
SELESAI
BIDANG STUDI
Universitas Andalas Sarjana/SE 1995 Studi Pembangunan
Universitas Andalas Magister /MSi 1998 Perencanaan Pembangunan
University Teknologi Malaysia (UTM)
Ph.D 2004 Regional Planning
4..3. Pengalaman kerja dalam penelitian dan pengalaman profesional serta kedudukan saat ini
INSTITUSI JABATAN PERIODE KERJAUniversitas Muhammadiyah Bengkulu
Staf Pengajar 1999- sekarang
Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Ketua Puskom UMB 2003
4. 4. Daftar publikasi yang relevan dengan proposal penelitian yang diajukan
1. Analisis Permintaan dan kriteria Piawai Pusat Aktiviti Warga Tua. FAB-
UTM Johor Malaysia.
Bengkulu, 14 Maret 2005
Afri Erisman, SE., M.Si, Ph. D

32
ANGGOTA PENELITI
4.1. Nama Lengkap dan gelar Tempat/Tanggal Lahir
Drs. Kasmiruddin, M.Si Pelalawan (Riau) 3 April 1967
4.2. Pendidikan
UNIVERSITAS/INSTITUT
DAN LOKASI
GELAR TAHUN
SELESAI
BIDANG STUDI
Universitas Riau Sarjana/Drs 1992 Biologi
IPB Magister /MSi 1998 Biologi/Zoologi
4.3. Pengalaman kerja dalam penelitian dan pengalaman profesional serta kedudukan saat ini
INSTITUSI JABATAN PERIODE KERJAUniv. Muhammadiyah Bengkulu
Staf Pengajar 1993- sekarang
Univ. Muhammadiyah Bengkulu
Ketua Prog. Studi Biologi
1994-1995
Univ. Muhammadiyah Bengkulu
Kepala Lab. Dasar 1998-1999
Univ. Muhammadiyah Bengkulu
Pembantu Dekan III FKIP
1999-2000
Univ. Muhammadiyah Bengkulu
Pembantu Dekan I FKIP
2000 - Sekarang
4.4. Daftar publikasi yang relevan dengan proposal penelitian yang diajukan(Tidak Ada)
Bengkulu, 14 Maret 2005
Drs. Kasmiruddin, M.Si

32
ANGGOTA PENELITI
4.1. Nama Lengkap dan gelar Tempat/Tanggal Lahir
Drs. Taufik, M.M Padang Lawas, 18 April 1961
4.2. Pendidikan
UNIVERSITAS/INSTITUT
DAN LOKASI
GELAR TAHUN
SELESAI
BIDANG STUDI
IKIP PADANG Sarjana/Drs 1984 Teknologi
Pendidikan
UNMUH Malang (UMM) Magister /MM 1999 SDM
4.3. Pengalaman kerja dalam penelitian dan pengalaman profesional serta kedudukan saat ini
INSTITUSI JABATAN PERIODE KERJAUniv. Muhammadiyah Bengkulu
Staf Pengajar 1993- sekarang
Univ. Muhammadiyah Bengkulu
Dekan Fak. Ekonomi 2000-2004
4.4. Daftar publikasi yang relevan dengan proposal penelitian yang diajukan(Tidak Ada)
Bengkulu, 14 Maret 2005
Drs. Taufik , M.M