Proposal Faktorial Ral
-
Upload
ilalang-gurun -
Category
Documents
-
view
110 -
download
33
description
Transcript of Proposal Faktorial Ral
PROPOSAL PENELITIAN
PERTUMBUHAN BIJI KACANG KEDELAI (Glycine max) PADA VARIETAS DAN PEMBERIAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH YANG
BERBEDA
Oleh :
Dini Prataksita Windriya B1J012013Linda Anita Tristiani B1J012021Surati Dwi Fauziah B1J012023Fita Fatimah B1J012043Risa B1J012055Nurlita Prahastuti B1J012065Liya Mar’atussolikhah B1J012073Gita Rahmayanti B1J012093
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang kedelai merupakan tanaman pangan kaya protein, sosok tanaman ini
berupa semak yang tumbuh tegak. Tanaman ini awalnya berasal dari daerah
Manshukuo (Cina Utara). Varietas kedelai sudah banyak diantaranya Dieng, Lawu,
dan Malabar. Indonesia mulai membudidayakan kacang kedelai abad ke-17 sebagai
tanaman makanan dan pupuk hijau. Kedelai yang kita kenal sekarang adalah Glycine
max yang merupakan kedelai yang diturunkan dari kedelai jenis liar yaitu Glycine
ururiencis (Suhartina, 2005).
Kedelai merupakan makanan sumber protein yang mudah dan terjangkau,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi masyakakat. Kedelai termasuk dalam
tanaman leguminosae yang kaya akan protein nabati, lemak, dan karbohidrat.
Kandungan biji kedelai diantaranya fosfor, besi, kalsium, vitamin B dengan
komposisi asam amino lengkap, sehingga potensial untuk pertumbuhan tubuh
manusia. Tingkat kebutuhan kedelai semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran akan pentingnya protein nabati
(Meirina et al, 2006).
Menurut Badan Pusat Statistik (2012), pada tahun 2012 produktivitas kedelai di
Indonesia rendah hanya berkisar 1,48- 2,5 ton/ha. Rendahnya produktivitas tanaman
kedelai disebabkan oleh kondisi iklim yang kurang optimal bagi pertumbuhan
tanaman kedelai di Indonesia. Kebutuhan tumbuh kedelai yaitu pada panjang hari 14
– 16 jam, akan tetapi iklim tropis di Indonesia hanya memiliki panjang hari yang
hampir konstan yaitu 12 jam. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab rendahnya
produktivitas kedelai di Indonesia (Sumarno dan Mashuri, 2007).
Tumbuhan yang memiliki permasalahan terhadap perbedaan panjang hari
seperti kacang kedelai memerlukan perlakuan khusus untuk mengatasi permasalahan
tersebut, sehingga tidak menghambat produktivitas tanaman. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan yaitu dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sebagai
senyawa organik yang dapat menimbulkan respon fisiologi tumbuhan. Zat pengatur
tumbuh yang dapat diaplikasikan yaitu asam giberelin (Giberelin Acid) (Salisbury
dan Ross, 1995). Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi
juga terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan yang akan memacu
pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji (Widyastuti, 2007).
Menurut Sumarno dan Mashuri (2007), pemberian giberelin dengan
konsentrasi 50 ppm dapat meningkatkan jumlah polong dan jumlah biji pada tanaman
kedelai. Annisa (2009) juga melaporkan bahwa pemberian giberelin pada konsentrasi
100 ppm mampu meningkatkan jumlah biji dan berat biji per tanaman kedelai.
Menurut Widyastuti (2007), proses perkecambahan pada tanaman kacang kedelai
berbeda pada setiap varietas, sehingga dibutuhkan ZPT berupa giberelin dengan
konsentrasi untuk memicu perkecambahan dan pertumbuhan kacang kedelai.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apakah terdapat interaksi antara pemberian GA dan varietas terhadap
perkecambahan kacang kedelai.
2. Pada konsentrasi berapakah GA memberikan pengaruh terhadap perkecambahan
varietas kacang kedelai.
1.3. Tujuan Penelitian
1.Menentukan adanya interaksi antara pemberian GA dan varietas terhadap
perkecambahan kacang kedelai.
2. Menentukan konsentrasi GA yang berpengaruh terhadap perkecambahan varietas
kacang kedelai.
1.4. Hipotesis
H0: Terdapat interaksi antara pemberian GA dan varietas terhadap perkecambahan
kacang kedelai.
1.5 Manfaat
1. Manfaat penelitian ini adalah dapat memberi masukan bagi pengambil kebijakan
dan petani kacang kedelai dalam meningkatkan tingkat perkecambahan kacang
kedelai varietas unggul.
2. Sebagai masukan dalam pengembangan teknologi pertanian nasional
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kacang kedelai varietas Lawu merupakan hasil persilangan Lokon, umur
panen 76 hari, potensi hasil 1,2 ton, tahan terhadap hawar daun, dan agak tahan
terhadap penyakit karat. Kandungan protein dan lemak masing-masing adalah 31,2 %
dan 18,6 %. Warna kulit biji kuning jerami, dengan umur berbunga 29-33 hari.
Karakteristik lainnya yaitu varietas ini tahan rebah, selain itu varietas lawu cocok
ditanam di lahan sawah irigasi pada pola tanam padi-padi-kedelai atau kedelai-padi-
padi. Setelah pemberian giberelin ternyata produksi kedelai meningkat hingga 1,8
ton/ha dan mengandung banyak biji kedelai. Hasil produksi yang diperoleh juga lebih
cepat kurang dari 70 hari dengan bobot biji bertambah 11-13 gram per 100 biji
(Suhartina, 2005).
Varietas Dieng merupakan hasil persilangan antara varietas Manalagi dan
Orba, umur tanaman 76 hari, potensi hasil 1,1 ton, dan tahan terhadap penyakit karat.
Setelah pemberian giberelin 100 ppm mampu meningkatkan berat biji hingga 7,5
gram per 100 biji. Selain itu umur matang juga lebih cepat yaitu kurang 70 hari dan
menghasilkan jumlah biji lebih banyak hingga 2,3 ton/ha. Kandungan protein dan
lemak masing-masing yaitu 37% dan 17%. Umur berbunga 35-38 hari dengan tinggi
tanaman 47-57 cm. Karakteristik lainnya yaitu varietas ini dapat beradaptasi pada
daerah-daerah beriklim basah hingga iklim kering dan dapat mengatasi daerah-daerah
yang mempunyai musim hujan pendek (Suhartina, 2005).
Varietas Malabar merupakan hasil persilangan No. 1592 dan Wilis, umur
tanaman 70 hari dapat mencapai tinggi tanaman 57 cm. Umur berbunga 31 hari,
potensi hasil 1,27 ton, tahan terhadap karat daun. Pemberian giberelin dengan
konsentrasi 100 ppm menghasilkan bobot biji hingga 12 gram per 100 biji dan
mempercepat umur matang kurang dari 70 hari. Kandungan protein dan lemak
masing-masing adalah 37% dan 20%. Varietas ini mempunyai daya adaptasi baik dan
cukup luas. Cocok untuk dataran rendah bekas padi sawah atau lahan tegalan akhir
musim hujan (Suhartina, 2005).
Perkecambahan adalah proses pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan
embrionik di dalam biji yang terhenti untuk menjadi bibit yang baru. Dormansi dapat
dikatakan sebagai suatu fase dimana kulit biji dalam kondisi yang keras menghalangi
penyerapan. Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji menurut Husain
dan Tuiyo (2012) diantaranya yaitu tidak sempurnanya embrio (rudimentary
embryo), embrio yang belum matang secara fisiologis (physiological
immatureembryo), kulit biji yang tebal (tahan terhadap pergerakkan mekanis), kulit
biji impermeable (impermeable seed coat), dan adanya zat penghambat (inhibitor)
untuk perkecambahan.
Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam
konsentrasi rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif
mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Pengaruh dari suatu ZPT
bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap
perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada umumnya
keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT yang akan mengontrol pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan (Widyastuti, 2007).
Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe ZPT yaitu auksin,
sitokinin, giberelin, asam absisat dan etilen. Peranan masing-masing ZPT pada
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan berbeda namun saling mempengaruhi
satu sama lain. Respon terhadap ZPT, biasanya tidak tergantung pada jumlah absolut
ZPT tersebut, akan tetapi tergantung pada konsentrasi relatifnya dibandingkan
dengan ZPT lainnya. Keseimbangan ZPT dapat mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan daripada peran ZPT secara mandiri. Interaksi ini akan
menjadi muncul dalam penyelidikan tentang fungsi ZPT (Widyastuti, 2007).
Giberelin dihasilkan secara alami oleh tumbuhan yang memiliki fungsi
sebagai zat pengatur tumbuh. Saat ini, telah terdapat lebih dari 110 macam senyawa
giberelin. Giberelin dapat diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama pada
tumbuhan dikotil), ujung akar dan tunas, daun muda dan cendawan. Sebagian besar
GA yang diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam bentuk inaktif, tampaknya
memerlukan prekursor untuk menjdi aktif. Peranan giberelin diantaranya yaitu
mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan
pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah,
mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar (Sumiati, 2001).
Pemberian giberelin pada beberapa biji yang memerlukan kondisi lingkungan
khusus untuk berkecambah, misalnya keterbukaan terhadap cahaya atau temperatur
yang dingin diharapkan dapat mematahkan dormansi. Giberelin, membantu
pertumbuhan pada perkecambahan serialia, dengan menstimulasi sintesis enzim
pencerna seperti α-amilase, yang memobilisasi cadangan makanan. Giberelin yang
terdapat dalam biji diduga merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan
proses metabolic yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang
tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada embrio rumput-
rumputan mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan dengan
memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat dalam biji. Giberelin pada beberapa
tanaman akan menunjukan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya, misalnya dengan
asam absisat yang menyebabkan dormansi biji (Yarnia et al, 2012).
Menurut Yennita (2002), ZPT bekerja efektif dengan konsentrasi yang tepat
pada tanaman dan kondisi lingkungan yang sesuai untuk tumbuh. Pemberian
giberelin dengan konsentrasi 50 ppm pada kedelai varietas burungrang dapat
meningkatkan jumlah biji (Sumarno, 2007), dan penggunaan giberelin dengan
konsentrasi 100 ppm pada kedelai varietas tanggamus mampu meningkatkan jumlah
dan berat biji, serta pada konsentrasi 150 ppm mampu meningkatkan tinggi tanaman
(Annisah, 2009).
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini mengunakan3 varietas tanaman kacang kedelai, yaituDieng,
Lawu, dan Malabar.Penelitian dilakukan selama 5 bulan,Januari hingga Mei 2014 di
Purwokerto, Jawa Tengah. Biji kacang kedelaitiap varietas ditumbuhkan dalam
polybag masing-masing sebanyak 10 biji.Konsentrasi GAyang digunakan adalah 0
ppm, 50 ppm, 100 ppm dan 150 ppm.Pengujian pengaruh perlakuan terhadap
perubahan yang diamati dilakukan dengan analisis ragam mengunakan program
Analysis of variance (ANOVA) untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
factorial dengan 3 kali pengulangan, selanjutnya tiap perlakuan yang berpengaruh
dilakukan uji Tukey taraf 5%.
3.1 Materi
Alat :
1. Polybag
2. Penggaris
Bahan :
1. Biji kacang kedelai siap tanam (Dieng, Lawu, dan Malabar)
2. Hormon GA (0 ppm, 50 ppm, 100 ppm dan 150 ppm)
3. Air
4. Tanah bekas ditanami padi rendeng
3.2 Cara Kerja
1. Biji kacang kedelaitiap varietas siap tanam direndam dalam air selama 24 jam.
2. Polybag sebanyak 36 buah disiapkan, diisi dengan tanah sawah bekas ditanami
padi rendeng
3. Biji kacang kedelai tiap varietas siap tanam ditanam pada media tanah, masing-
masing 10 biji untuk setiap polybag.
4. Biji kacang kedelai tiap varietas siap tanam disiram dengan hormon GA (sesuai
dengan label konsentrasi masing-masing) setiap 2 hari sekali pada pagi hari.
5. Setiap hari diamati selama 28 hari, dicatat jumlah biji-biji yang berkecambah dan
tinggi tumbuhan setiap varietas.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
Faktorial (RAL Faktorial), dengan uji lanjut Tukey taraf 5%.
Model sistematis:
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Yijk = pengamatan perkecambahan varietas kacang kedelai yang memperoleh
perlakuan konsentrasi GA
µ = rata-rata umum (populasi)
αi = pengaruh konsentrasiGA ke-i
ßj = pengaruh varietas kedelai ke-j
(αβ)ij = pengaruh taraf ke-I dari konsentrasi GA dan tarak ke-j dari varietas kedelai
e ijk = pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan uj.
Tabel Pengacakan Percobaan Pemberian konsentrasi GA yang berbeda Terhadap Varietas Padi
v3k1 v2k
1
v1k0 v3k3 v2k2 v3k
1
v1k2 v2k1 v3k1 v2k2 v1k
0
V2k3
v3k2 v2k
1
v1k2 v2k3 v3k3 v1k
3
v1k1 v1k3 v3k0 v1k1 v2k
2
v2k0
v1k2 v2k
0
v3k2 v2k0 v1k0 v1k
3
v3k3 v2k3 v3k2 v3k0 v1k
1
v3k3
3.4 Variabel
Variabel yang digunakan adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas berupa varietas padi dan konsentrasi GA,sedangkan variabel tergantung adalah
jumlah biji yang berkecambah dan tinggi tumbuhan.
3.5 Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung selama 5 bulan dengan perincian
sebagai berikut :
No. Stadium penelitian Bulan ke-
I II III IV V
1 Penyusunan proposal
2 Pelaksanaan penelitian
3 Analisis data
4 Penyusunan laporan
DAFTAR PUSTAKA
Annisa. 2009. Perbedaan Pendapatan Petani dengan Pola Tanam kedelai- Kedelai-padi- dengan Pola Tanam Jagung-Jagung-Padi di Kabupaten Asahan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Campbell, N. A., J.B.Reece, L.G. Mitchell.2000. Biologi. Edisi 5 : Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Hernanto, Tricahyo. 2008. Pengaruh Perimbangan Zat Pengatur Tumbuh Kinetin dan NAA Terhadap Eksplan Anthurium plowmanii (Gelombang Cinta) Secara Kultur In Vitro.Laporan Hasil, PenelitianUniversitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Hoesen, D. S. H. dan S. H. Priyono. 2000. Peranan Zat Pengatur Tumbuh IBA, NAA, dan IAA pada Perbanyakan Amarilis Merah (Amaryllidaceae). Prosiding Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional, 334-340.
Husain, Indriati dan R. Tuiyo. 2012. Pematahan Dormansi Benih Kemiri (Aleurites moluccana, L. Willd) yang Direndam dengan Zat Pengatur Tumbuh Organik Basmingro dan Pengaruhnya terhadap Viabilitas Benih. JATT, ISSN.1(2) : 2252-3774.
Isbandi, J. 1983. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Grafindo, Jakarta.
Meirina, Tettrinica., D.Sri., H. Sri. 2006. Produktivitas Kedelai(Glycine max (L.) Merril var. Lokon) yang Diperlakukan dengan Pupuk Organik Cair Lengkap pada Dosis dan Waktu Pemupukan yang Berbeda.
Salisbury, F.B. dan c.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Edisi IV. ITB, Bandung.
Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.
Sumarno dan A. G. Manshuri. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah produksi Kedelai di Indonesia, dalam Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Sumiati, Nani dan Etti Sumiati. 2001. Pengaruh Vernalisasi, Giberelin, dan Auxin terhadap Pembungaan dan Hasil Biji Bawang Merah. Jurnal Holtikultura, 11 (1): 1-8.
Widyastuti, Netty dan Donowati Tjokrokusumo. 2007. Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Tanaman Pada Kultur In Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 3 (1): 55-63.
Yarnia, M., E. Farajzadeh dan M. Tabrizi. 2012.Effect of Seed Priming with Different Concentration of GA3, IAA and Kinetin onAzarshahr Onion Germination and Seedling Growth. Journal Basic. Appl. Sci. Res., 2(3) : 2657-266.
Yennita. 2002. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) trehadap Giberelin Acid (GA3) dan Benzil Amino Purine (BAP) pada Fase Generatif. Repository. Institut Pertanian Bogor.