Proposal Analisis Sosiologi Sastra Karl Marx Dalam Novel Mamo Zein

24
PROPOSAL رل لك ة ي ب ادا ة ي ع ما ت ج ا ة ي ل ي ل ح ت دراسة( ي ط و ب لن" ا ا$ ض م د ر ي ع س ل" ن ي$ و ر م م ة رواي) س ك ر مProposal Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Diseminarkan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Seminar Skripsi. Disusun Oleh: Nor Qoidatun Nikmah 11110155 Pembimbing: Prof. Dr. Bermawy Munthe, MA.

description

Analisis Sastra

Transcript of Proposal Analisis Sosiologi Sastra Karl Marx Dalam Novel Mamo Zein

PROPOSAL ( )

Proposal Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Diseminarkan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Seminar Skripsi.Disusun Oleh: Nor Qoidatun Nikmah11110155 Pembimbing:Prof. Dr. Bermawy Munthe, MA.

Jurusan Bahasa dan Sastra ArabFakultas Adab dan Ilmu BudayaUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta2015

Riwayah Mamo-Zein Li Said Ramadhan el-Bouthy (Dirosah Tahliliyah Ijtimaiyah Adabiyah li Karl Marx) A. Latar belakang

Novel merupakan karya sastra berbentuk prosa yang panjang serta menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Dimana di dalam sebuah novel terdapat ekpresi yang menyeluruh meliputi pribadi pengarang dan latar belakang budayanya baik berupa ideologi, gagasan-gagasan, dan nilai-nilai yang digunakan manusia untuk menghidupi masyarakatnya dalam berbagai masa[footnoteRef:1]. Dalam perspektif sosiologi hal tersebut menandakan bahwa novel tidak hanya terlahir dari kekosongan sosial belaka, melainkan sebuah cerminan terhadap dunia nyata, dimana terdapat reaksi-reaksi keadaan. Reaksi-reaksi keadaan menurut Umar Yunus ada dua jenis yaitu reaksi spontan yang dilakukan bersamaan dengan terjadinya suatu cerita dan reaksi yang dipikirkan terlebih dahulu yaitu dengan cara menunjuk langsung kepada suatu peristiwa dan mengkonkritkannya dalam suatu karya. Dengan kata lain Masyarakat merupakan faktor apa yang harus ditulis seseorang, bagaimana menulisnya, untuk apa karya itu ditulis serta apa tujannya. Disisi lain karya sastra, juga merupakan fenomena budaya yang mana budaya merupakan fenomena manusia, yakni terkait dengan manusia, maka objek yang terkait dengannya pastilah komunitas manusia.[footnoteRef:2] Seperti halnya novel Mamo-Zein karya Said Ramadhan el-Bouthy ini. [1: Lihat Terry Eagleton, Marxisme dan Kritik Sastra (Yogyakarta: Sumbu, 2002) Hlm. 4. Sebagai pembanding lihat pula Bermawy Munthe dalam Wanita Menurut Najib Mahfuz; Telaah Strukturalisme Genetik. (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008) ] [2: Mohamed Abed Aljabiri, Problem Peradaban, Penelusuran kebudayaan Arab, Islam dan Timur. (Yogyakarta: Penerbit belukar, 2004) Hlm. 24]

Novel Mamo-zein ini menceritakan peristiwa pada tahun 1393 M di Pulau Buton. Tepatnya di masa pertengahan Daulah Utsmaniyah, yang dipimpin oleh Amir Zainuddin. Kisah Mamo-Zein ini merupakan kisah cinta yang tidak bisa bersatu karena terdapat perbedaan kelas. Putri Zein yang merupakan adik kesayangan sang raja tidak diizinkan menikah dengan Mamo yang statusnya merupakan bawahan raja.Novel ini pertama kali berbentuk puisi karya seorang penyair Ahmad Khani dengan bahasa Kurdi dikarang pada tahunn 1692 dan dicetak pertama kali pada tahun 1919 di Istanbul dan dijadikan novel oleh Said Ramadhan el-Bouty pada tahun 2010. Said Ramadhan el-Bouthy sendiri ini lebih dikenal sebagai seorang ulama ketimabang seorang sastrawan, karya-karya beliau banyak tentang fiqh, filsafat serta sufisme serta biografi ayahnya. Satu-satunya karya sastra yang ditulis oleh beliau adalah novel Mamo zein ini. Hal ini menarik karena dalam jangka waktu yang lumayan panjang novel ini terlahir kembali. Sehingga pasti ada perbedaan karangan pada abad pertengahan dengan abad modern terlebih masyarakat yang melingkupinya. Disinilah penulis ingin mengkaji novel Mamo-Zein ini, disamping sangat menarik dan novel ini tepat jika dikaji dengan pisau analisis sosiologi sastra. Terlebih teori sosialnya Karl Marx. Sosiologi sastra Marx meyakini bahwa situasi dan kondisi sosial manusia sangat dipengaruhi oleh aspek material produksi. Sehingga Marx membaginya kedalam dua struktur. Pertama, Infrastruktur (basis ekonomi) dan superstruktur (produk pikiran dan perasaan). Infrastruktur merupakan struktur yang menjadi arsitek (determinasi) yang merupakan dan menentukan kehidupan manusia, terutama pikiran dan perasaannya. Sedangkan superstruktur merupakan hasil yang diciptakan oleh infrastruktur yang terdiri atas lembaga-lembaga sosial dan ideologi yang berkembang di masyarakat.[footnoteRef:3] Namun suatu kesalahan jika menganggap hubungan sastra dengan superstruktur hanya pada tataran hubungan yang di determinasi secara pasif oleh infrastruktur, sastra bukan hanya cerminan pasif dari basis ekonomi melainkan elemen aktif dalam perubahan.[footnoteRef:4] Hubungan infrastuktur dengan superstuktur tersebut bersifat determinasi sehingga struktur sosial masyarakat ditentukan oleh kondisi-kondisi produksi masyarakat dan Marx mengidentifikasi menjadi dua kelas yaitu kelas bawah dan kelas atas yang didasarkan alat-alat produksi pada zamannya. [3: Abercrombie, The penguin dictionary of sociology. (penguin Books, 2011) Hlm. 38] [4: lihat Terry Eagleton, Marxisme dan Kritik Sastra.(Yogyakarta: Sumbu, 2002) Hlm. 19-31. Engels menolak anggapan yang menyatakan bahwa ada hubungan mekanis, korespondensi satu-satu antara basis dan superstruktur; elemen superstruktur secara terus menerus memberi reaksi dan mempengaruhi basis ekonomi. Teori materialis sejarah menolak anggapan bahwa seni pada dirinya sendiri dapat mengubah jalannya sejarah, namun teori materialisme sejarah menegaskan bahwa seni dapat menjadi elemen aktif dalam perubahan tersebut. dan ketika Marx menganalisis antara basis dan superstruktur, adalah seni yang ia pilih sebagai contoh dari kompleksitas dan adanya hubungan yang tidak langsung. Yang berarti pencapaian artistik terbesar tidak tergantung pada perkembangan tertinggi dari kekuatan-kekuatan produktif. Sebagai pembanding lihat juga Karl Marx, The German Ideology (Yogyakarta: Hasta Mitra, 1845) ]

Oleh karenanya, dengan mengkaji novel Mamo-Zein dengan perspektif teori Sosiologi Sastra Marx diperlukan dua tahap yaitu menganalisis unsur intrinsik yang meliputi struktur- struktur dalam novel seperti tokoh, alur, setting, tema dan sebagainya, serta analisis unsur ekstrinsiknya yang menyangkut sastra dengan aspek-aspek luar yang menyertai terciptanya sebuah karya. seperti mengahasilkan sturktur kelas sosial, relasi antara struktur kelas sosial sastra dengan struktur kelas sosial masyarakat. dan dapat juga mengidentifikasi ideologi kelas sosial pengarang. Disisi lain, teori sosiolgi sastra Marx masih sangat jarang ditemukan untuk menganalisa karya sastra Arab yang notabennya Islam. Sehingga dengan analisis ini diharapkan dapat menjadi tambahan bahan rujukan untuk analisis berikutnya dalam mengkaji karya sastra arab dengan teori Karl Marx.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat kita simpulkan batasan permasalahan sebagaimana berikut ini1. Bagaimana struktur novel Mamo-Zein karya Said Ramadhan el- Bouthy?2. Bagaimana struktur kelas sosial dalam novel Mamo-Zein karya Said Ramadhan el- Bouthy?3. Bagaimana Relasi Stuktur kelas dalam novel Mamo-Zein dengan struktur kelas masyarakatnya?4. Apa ideologi kelas Sosial pengarangnya?

C. Tujuan dan Manfaat PenelitianTujuan penelitian ini adalah Pertama, menemukan struktur kelas sosial dan ideologi dalam novel Mamo-Zein. Kedua, menemukan relasi struktur kelas sosial dalam novel dengan realitas sosial masyarakatnya. Ketiga, mengidentifikasi kelas sosial dan ideologi pengarang.Adapun manfaat penelitian ini Pertama, menambah kajian pustaka terhadap analisis karya sastra Arab khususnya dalam analisis sosiologi sastra Marx serta memudahkan pembaca dalam memahami struktur kelas sosial dan ideologi dalam sebuah karya sastra.

D. Kajian pustakaKajian Pustaka dalam penelitian diperlukan untuk mengidentifikasi penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya sehingga penulis dapat melakukan pembedaan antara penelitiannya dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Berikut adalah beberapa penelitian yang digunakan penulis sebagai kajian pustakaPertama, Skripsi berjudul Riwayah Mamo-Zein li Said Ramadhan el-Bouthy; Dirosah Niswiyah. Ditulis oleh Siti Rodhiatussholihah, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta, tahun 2014. Peneliti memfokuskan penelitiannya pada feminisme dalam novel Mamo-Zein, yaitu bagaimana perempuan di dalam masyarakat serta perempuan menurut pengarang.Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam novel Mamo-Zein karya Said Ramadhan el Bouthy ini adalah bahwa adanya semangat feminisme dalam tokoh utama untuk memperjuangkan hak-hak yang seharusnya ia dapatkan.[footnoteRef:5] [5: Siti Rodhiatussholihah, Riwayah Mamo-Zein li Said Ramadhan el-Bouthy; Dirosah niswiyah. (Jakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Syarifhidayatuallah, 2014) ]

Kedua, Tesis berjudul Pertentangan Antarkelas dalam Novel Germinal karya Emile Zola Ditulis oleh Suluh Edi Wibowo, mahasiswa magister Ilmu Susastera jurusan Sastra Indonesia, Universitas Diponegoro Semarang, tahun 2010. Peniliti memfokuskan penelitiannya pada sudut pandang pertentangan antarkelas yang terjadi di Prancis pada abad ke 19. Dengan tujuan menjelaskan novel Germinal sebagai refleksi kondisi sosial masyarakat Prancis pada abad ke 19. Menjelaskan peran kapitalisme sebagai pemicu utama munculnya dua kelas yang saling beroposisi dalam konteks marxisme yakni proletar dan borjuis, menjelaskan proses hegemonisasi kapitalisme dan marxisme di kalangan para buruh, menjelaskan pertentangan kelas dengan bertolak pokok 6 pikiran Karl Marx. yaitu keterasingan manusia dari pekerjaan dan sesamanya, hak milik pribadi, dikotomi kelas atas dan kelas bawah, individu-kepentingan kelas- revolusi, negara kelas, dan ideologi, serta menjelaskan relaitas konflik sebagai manifestasi dari pertentangan antarkelas. pertentangan antarkelas dalam tesis ini dibahas melalu pendekatan sastra marxisme yang berada di bawah naungan sosiologi sastra. dalam menghubungkan teori sosiologi sastra dan teori marxis, konsep relisme-sosialis akan dipakai sebagai perantara. Hegemoni sebagai penyebab prinsipil terjadinya pertentangan antarkelas dalam novel ini ditinjau melalui teori hegemoni Gramsci. Sedangkan konflik sebagai imbas lanjut dari pertentangan antara proletar dan borjuis dianalisis melalui teori konflik yang dikemukakan oleh Ralf Dahrendorf. dan Dean G. Pruitt Jefferey Z.Rubin. metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. metode ini dilaksanakan dengan mengetengahkan deskripsi fakta-fakta yang ada dalam karya sastra dalam hal ini terhadapa fakta-fakta tersebut. dari hasil analisis terhadap Germinal, diketahui bahwa konflik antara kaum buruh dan batu bara dan majikan yang bernaung di bawah la Comagnie des Mines de Montsou meletus akibat adanya prosos hegemonisasi yang melibatkan para intelektual organik/ hegemon marxisme.[footnoteRef:6] [6: Suluh Edi Wibowo, Pertentangan Antrkelas dalam Novel Germinal karya Emile Zola. (Semarang: Undip, 2010) ]

Berdasarkan kajian pustaka diatas telah ada penelitian yang sama objek materialnya, akan tetapi dikaji dengan pendektan femenisme sedangkan yang penulis lakukan adalah mendekati objek formal dengan pendekatan analisis sosiologi sastra Marx. Adapun secara obhek formal ada sedikit persamaan pada analisis antarkelas menggunakan sosiologi sastranya Marx, akan tetapi yang dikaji oleh peneliti tersebut pada novel Germinal karya Emile Zola, novel ini berlatar belakang masyarakat Eropa yaitu Prancis, sedangakan yang penulis teliti ini adalah novel Timur Tengah yang pasti mempunyai masyarakat dengan segala kebudayaanya yang berbeda.

E. Kerangka TeoriDalam meneliti karya sastra sebagai objek kajian, paling tidak ada dua pendekatan, yaitu pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik di dasarkan pada teori bahwa karya sastra merupakan objek otonom. Yaitu objek yang mengatur dan memenuhi dirinya sendiri. Pendekatan ekstrinsik berangkat dari pemahaman yang didasarkan pada asumsi bahwa karya sastra meruapakan objek yang terikat atau tidak lepas dari pengarang, realitas dan audiennya. Atau yang lebih dikenal sebagai pendekatan ekspresif, mimetik dan pragmatik.[footnoteRef:7] Teori sosiologi sastra merupakan bentuk kritik terhadap sastra yang mengagap sastra mempunyai otonom sendiri. Sosiologi sastra berangkat dengan menyatakan bahwa sastra merupakan produk budaya yang berupa tulisan bermedia bahasa yang tidak bisa lepas dengan genetisnya.[footnoteRef:8] Sastra eksis karena ada manusia yang menulisnya( penulis). Dan penulis hidup di dalam sistem sosial masyarakat yang menjadi objek kajian utama sosiologi. Oleh karena itu sastra slalu hidup dan di hidupi oleh masyarakat sebagai produk budaya. [7: Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai Postmodernisme (Yogayakarta: Pustaka Pelajar, 2013) Hlm. 57 sebagai pembanding lihat juga Rene Wellek dan Austin Warren, Teori sastra (Jakarta: Gramedia, 1995) Hlm. 58 ] [8: Heru Kurniawan, Teori, Metode dan Aplikasi Sosiologi Sastra (yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) Hlm. 6 Sebagai pembanding lihat juga Sapardi Djoko Damono dalam Sosiologi Satra sebagai Pengantar Ringkas (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979) lihat juga Bermawy Munthe, Wanita menurut Najib Mahfuz; Telaah Strukturalisme Genetik. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008) ]

Hal ini menunjukkan bahwa karya sastra hakikatnya dalah sebuah bentuk refleksi keadaan, nilai dan kehidupan masyarakat yang menghidupi penulisnya, atau paling tidak mempengaruhi penulisnya. Dengan melihat fakta ini sosiologi sastra dikembangkan dalam berbagai persepsi dimana sosiologi sastra sering diorientasikan untuk menelaah ideologi atau pandangan dunia pengarang terhadap kondisi masyarakat yang ada. Di antara pengembangan teori sosiologi itu adalah persepsi teori sosialnya Marx. Teori sosial Marx dalam relasinya dengan sastra menduduki posisi yang dominan. Karena Marx merupakan seorang sastrawan pada mulanya, yang tentu Marx memahami sastra tidak hanya dari aspek interioritas kesastraannya melainkan juga dari eksterioritas kemasyarakatannya. Dengan arti Marx mengangap sastra sebagai struktur yang otonom, yang sebelum mengkajinya dalam pendekatan teori sosial, sastra perlu dipahami sebagai suatu dunia yang mengatur dirinya sendiri secara otonom melalui struktur-strukturnya.[footnoteRef:9] [9: Heru kurniawan, Teori, Metode dan Aplikasi Sosiologi Sastra. (Yogyakarta: Graha Ilmu 2012) Hlm. 40]

Selain itu, dalam teori sosial Marx terbangun suatu totalitas kehidupan sosial integral dan sistematik dimana kesusasteraan ditempatkan sebagai suatu lembaga sosial yang tidak berbeda dari lembaga sosial lainnya seperti ilmu pengetahuan, agama, politik dan sebagainya yang semuanya tergolong dalam satu kategori sosial, yaitu aktivitas mental yang dipertentangkan dengan aktivitas material manusia.[footnoteRef:10] [10: Faruk. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2010) Hlm. 6]

Marx menyatakan bahwa kegiatan manusia yang paling penting adalah kegiatan ekonomi yang mana konkretivitas kegiatan ekonomi ini berwujud kerja sebagai usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi Marx kerja tidak dibatasi pada aktivitas ekonomi saja, melainkan mencakup tindakan-tindakan produktif manusia dalam mengubah dan mengolah alam material untuk tujuan manusia, yaitu menjaga kehidupan. Aktivitas ekonomi-material-produksi merupakan dasar dari kehidupan manusia yang dengan itu maka manusia hidup dan ruang kehidupan ini menjadikan manusia memproduksi pikiran dan perasaannya. Hal ini menegaskan bahwa ekonomi kemudian menjadi faktor determinasi produksi pikiran dan kesadaran manusia.Marx meyakini bahwa situasi dan kondisi sosial manusia sangat dipengaruhi oleh aspek material-produksi. Implikasinya Marx membagi masyarakat dalam dua struktur: Infrastruktur (basis ekonomi) dan superstruktur (produk pikiran dan perasaan). Infrastruktur merupakan struktur yang menjadi arsitek (determinasi) yang merancang dan menentukan kehidupan manusia, terutama pikiran dan perasaannya. Sedangkan superstruktur merupakan kategori sisa atau hasil yang diciptakan oleh infrastruktur yang terdiri atas lembaga-lembaga sosial dan ideologi yang berkembang di masyarakat[footnoteRef:11] [11: Abercrombie. The penguin dictionary of sociology. (Penguin Books, 2011) Hlm. 38]

Fakta bahwa struktur sosial masyarakat dideterminasi oleh kegiatan produksi, maka Marx mengidentifikasi struktur sosial masyarakat menjadi dua kelas: kelas atas dan kelas bawah, yang faktor utamanya di dasarkan pada penguasaan alat-alat produksi.[footnoteRef:12] Dengan mendasarkan struktur sosial masyarakat pada dua kelas sosial yang ditentukan oleh determinasi ekonomi, maka menurut Marx sejarah manusia adalah rangkaian-rangkaian kontradiksi yang terjadi antar kelas sosial. Marx menyebut perjuangan kelas adalah motor sejarah.[footnoteRef:13] [12: Heru kurniawan. Teori, Metode dan Aplikasi Sosiologi Sastra. (Yogyakarta: Graha Ilmu 2012) Hlm. 42] [13: Abercrombie. The penguin dictionary of sociology. (Penguin Books, 2011) Hlm. 332 ]

Perubahan sejarah itulah yang mengambil bentuk-bentuk yang sifatnya suksesi masyarakat yang didominasi oleh berbagai mode produksi, misalnya feodalisme atau kapitalisme. Konflik dan kontradiksi dalam feodalisme melibatkan tuan dengan pelayan. Dalam Kapitalisme melibatkan majikan dengan Buruh.Dalam hal ini, Marx meyakini bahwa konflik yang terjadi karena adanya perbedaan ideologi kelas. Ideologi ini tercipta karena pada tingkatan ide hubungan antara infrastruktur dan superstruktur jelas menonjolnya dalam hal keyakinan-keyakinan tertentu pada setiap masa yang juga mendukung organisasi produksi. Pada masyarakat terdapat aktivitas produksi barang yang melibatkan eksploitasi banyak penduduk, yang membuat mereka tidak setara dan tidak beruntung. Oleh karena itu, kelas atas perlu menanamkan keyakinan-keyakinan kepada kelas bawah. Menurut Marx cara terbaik untuk menjadikan kelas bawah tunduk adalah dengan melalui pikiran dan kesadaran mereka, yakni dengan mempengaruhi mereka melalui sistem gagasan dan keyakinan. Oleh karena itu, bagi Marx, ideologi slalu mempresentasikan sistem gagasan dan keyakinan yang (1) melegitimasi sistem produksi berbasis kelas yang membuat seolah-olah benar dan adil (2) mengaburkan realitas atas konsekuensi-konsekuensi dari kesadaran seseorang.[footnoteRef:14] [14: Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial. Terj. Achmad Fedyani Saifuddin.( jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009) Hlm. 85-86 ]

Dengan demikian Marx mengidentifikasi dua bentuk ideologi sebagai hasil kesadaran manusia. Pertama, Ideologi kesadaran kelas yaitu yang dimiliki kelas sosial, misal kelas subordinat dalam memandang realitas sebagai sesuatu yang semu atau salah, yang akan menimbulkan kesadaran pada dirinya tentang eksistensinya sebagai suatu kelas. Kedua, Ideologi kesadaran semu, yang merupakan kesadaran yang tidak akan muncul bebas dari kondisi ekonomi.[footnoteRef:15] [15: Ibid. Hlm. 92]

F. Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dialektika. Secara etimologis dialektika berasal dari kata dialectica, bahasa latin, berarti cara membahas. Mekanisme kerjanya terdiri atas tesis, antitesis, dan sintesis. Dalam Nyoman Kutha Ratna, , harus lebur kedalam unsur yang lain, individualitas justru dipertahankan disamping interpendensinya. Kontradiksi tidak dimakusdkan untuk menguntungkan secara sepihak, sintesis bukanlah hasil yang pasti, tetapi justru merupakan awal penelusuran gejala berikutnya. Sehingga proses terjadi secara terus menerus[footnoteRef:16] [16: Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013) Hlm. 52-53]

Sedangkan menurut tempat yang dipakai dalam penelitian iniadalah bentuk penelitian perpustakaan (library research). Penelitian bentuk ini digunakan sebagai langkah dalam pengumpulan data pustaka, membaca, menelaah atau memeriksa bahan-bahan kepustakaan yang sesuia dan mendukung penelitian.Adapun sumber data dalam penelitian ini penulis bedakan menjadi dua. Pertama, Data primer yaitu Riwayah Mamo Zein Li Said Ramadhan el Bouthy. Novel ini di cetak oleh Darul fikr, Damaskus: Syiria. Serta buku-buku tentang sosiologi sastra Marx serta teori sosial Marx. Kedua, Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sejumlah referensi yang mendukung pelaksanaan penelitian dengan cara membaca tulisan-tulisan, artikel, makalah, jurnal, skripsi, tesis, desertasi ataupun referensi lainnya yang relevan dengan penelitian.Dalam Penelitian ini, Berikut langkah-langkah yang akan ditempuh:a. Membaca secara berulang-ulang novel yang akan dikaji dalam penelitian ini secara struktural.b. Menganalisis novel dengan teori sosialogi sastra Marx dengan cara kerja menganalisanya dari struktur kelas sosial dalam novel yaitu berkaitan dengan analisis unsur-unsur pembangun cerita. Dengan melihat sastra sebagai dunia yang dimediakan dengan kata, maka fokus analisis sosiologi sastra adalah pada relasi antar tokoh dalam konteks latar sosial dan alur sebagai peristiwa. Dari relasi ketiga unsur ini (tokoh, latar, alur) maka aspek sosiologi yang berfokus pada relasi tokoh sebagai individu kolektif yang bertindak sosial dapat diidentifikasi.c. Kemudian setelah dilakuakan analisis struktur kelas sosial dalam sastra, maka hasil temuannya menjadi bahasan untuk direalisasikan dengan struktur kelas sosial masyarakat yang menjadi acuannya.d. Dengan dua tahap metodologis diatas, maka analisis ditingkatkan pada tahap mengidentifikasi ideologi kelas sosial pengarang. Analisis pengarang ini dilakukan secara tidak langsung, dengan menggunakan kajian pustaka mengenai karya-karya yang membahas pengarang yang menjadi fokus penelitian. Baik karya yang ditulis oleh orang lain maupun dirinya sendiri.

G. Sistematika PembahasanPenelitian skripsi ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:Pada Bab I diuraikan latar belakang secara umum, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustakan, kerangka teori, metode penelitian dan beberapa sub bab yang konsepsional.Bab II menguraikan data mengenai masyarakat yang melatar belakanginya dan juga karya-karya pengarang novelnya.Bab III menguraikan analisis struktur intrinksik dalam novel, struktur kelas sosial dalam novel, Bab VI menguraikan analisis relasi struktur kelas sosial dalam novel dengan masyarakatnya serta identifikasi ideologi kelas pengarang.Bab V menguraikan penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil penelitian serta implikasi. Pada bab ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka serta lampiran.

DAFTAR PUSTAKA

Abercrombie. The Penguin Dictionary of sociology. Penguins Books. 2011Aljabiri, Mohamed Abed. Problem Peradaban Penelusuran Kebudayaan Arab, Islam dan Timur. Yogyakarta: Penerbit Belukar. 2004Badcock, Christopher R. Levi Strauss : Strukturalisme dan Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.Eagleton, Terry. Marxisme dan Kritik Sastra. Yogyakarta: Sumbu 2002El-Bouthy, Said Ramadhan. Riwayah Mamo-Zein. Damaskus-Syiria: Darul Fikr. 2010Fromm, Erich. Konsep Manusia Menurut Marx. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2014Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik Sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013Jones, Pip. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2009Lucacs, George. Dialektika Marxis Sejarah dan Kesadaran Kelas. Yogyakarta: Arruz Media. 2010Marx, Karl. Kemiskinan Filsafat. Yogyakarta: Hasta Mitra. 2004Marx, Karl. Kapital. Yogyakarta: Hasta Mitra. 2004Munthe, Bermawy. Wanita menurut Najib Mahfuz; Telaah Strukturalisme Genetik. Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008Kurniawan, Heru. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013.Ratna, Nyoman Kutha. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013.Rodhiatussolihah, Siti. Riwayah Mamo Zein li Said Ramadhan El-Bouthy; Dirosah Niswiyah. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarifhidayatuallah. 2014.Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusasteraan. Terjm. Melani Budianta, Jakarta: Gramedia Utama, 1995.Wibowo, Suluh Edi. Pertentangan Kelas dalam Novel Germinal Karya Emile Zola. Semarang: Universitas Diponegoro, 2010.Yunus, Umar. Persepsi Sastra. Yogyakarta: Gramedia. 1985