Paguyuban Karl May Indonesia Menyebarkan Kekuatan Imajinasi · Karl May. Pembicaraan tentang...

1
Mereka percaya buku-buku Karl May bisa jadi sarana belajar kepahlawanan dan perbedaan. Maka bukan sekadar membaca, mereka juga menerbitkannya kembali. Bintang Krisanti Pop Komunitas | 15 JUMAT, 31 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Menyebarkan Kekuatan Imajinasi kini, setelah lebih dari satu abad karya-karya Karl May diterbitkan, masih banyak orang tergila-gila dengan buah tulisannya. Pada acara ulang tahun itu pun mereka asyik berbagi imajinasi. Beberapa orang yang sangat menggemari kisah-kisah dari penulis asal Jerman itu kemu- dian mendirikan Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI). “Kami ingin menghidupkan kembali Karl May di Indonesia. Buku-buku Karl May bagus, maka kami yakin bisa jadi alter- natif bacaan yang baik,” kata Pandu Ganesa, Ketua PKMI yang juga salah satu penggagas berdirinya paguyuban itu. Pendiri lainnya, Ivan Guna- wan, menuturkan ide awal paguyuban itu muncul dalam sebuah obrolan di mailing list (milis) musik rock. Beberapa anggota milis itu ternyata juga menyukai karya Karl May. Pembicaraan tentang Winnetou dan Ben Nemsi pun kadang jadi lebih ‘keras’ dari- pada musik rock itu sendiri. Para pencinta Karl May yang menyebut diri sebagai ‘Mayis’ ini pun membuat milis Karl May dan lalu pada 23 Desem- ber 2000 mendirikan paguyub- an. Sekarang anggota PKMI sudah mencapai 800 orang da- lam milis. Mereka datang dari berbagai K EHEBATAN Kara Ben Nemsi menak- lukkan para penjahat di tanah-tanah tan- dus di Timur Tengah menancap lekat dalam benak Ahmad Anhar. Bagi anak usia SMP seperti dirinya ketika itu, kehi- dupan petualangan alam liar seperti yang dilalui Ben Nemsi adalah kehidupan idaman di kala besar nanti. Memang, jalan hidup Ahmad kemudian berbeda jauh dengan Ben Nemsi. Tidak seperti tokoh idolanya, ‘petualangan’ Ahmad terus dilanjutkan di balik tem- bok sekolah dan gedung kuliah. Ahmad juga tidak ‘bermain’ dengan dua pistol kesayangan, seperti yang dilakukan Ben Nemsi. Kini, di usia 45 tahun, ia ‘ber- main’ dengan pasal-pasal undang-undang sesuai dengan profesinya sebagai pengacara. “Tapi cerita petualangan Kara Ben Nemsi menginspirasi saya sampai sekarang. Waktu kuliah dulu pun saya bergabung de- ngan pencinta alam karena ki- sah itu,” kata Ahmad yang datang di acara 60 Tahun Karl May di Indonesia, yang ber- langsung di Goethe Institut, Jakarta, Selasa (21/12). Ahmad tidak sendiri. Hingga profesi dan usia. Bukan saja orang dewasa seperti Ahmad dan Ivan, melainkan juga anak belasan tahun. Juga tidak hanya pria-pria penggemar petualang- an, tapi juga para wanita. Mereka menyelami imajinasi Karl May bersama. Sandi Taruni, salah seorang anggota mengaku juga makin mengenal karya-karya Karl May lewat paguyuban tersebut. Wanita yang berprofesi seba- gai pelatih kegiatan luar ruang ini mengenal trilogi Winnetou setelah bergabung dengan PKMI. Namun nostalgia mereka itu tidak mesti dengan kumpul langsung. Mereka mengaku sebagai ‘manusia cyber’ hingga pertemuan lebih banyak di- lakukan di dunia maya. Menikmati tipuan Karl May Paguyuban ini nyatanya bu- kan hanya memupuk kecintaan kepada Karl May, namun bagi sebagian orang seperti mem- buka ‘sisi gelapnya’. Banyak anggota yang ternyata tidak menyadari bahwa karya-karya mantan narapidana ini adalah ksi. Akibatnya, ada beberapa pembaca yang jadi merasa se- perti dikelabui. Salah satunya penulis Seno Gumira Ajidarma, yang hari itu hadir sebagai pembicara. Tapi bagi mereka yang me- mang telanjur cinta, kata me- ngelabui terlalu jahat. Mereka lebih memilih menikmati dunia Karl May, tanpa harus memu- singkan soal benar atau salah Ivan Gunawan Salah satu pendiri dan anggota PKMI Paguyuban Karl May Indonesia caranya bercerita. “Saya baru tahu kalau cerita- cerita itu hanya khayalan dia (Karl May) setelah bergabung dengan PKMI. Tapi tidak ma- salah, saya enggak memperma- salahkan itu. Karena ceritanya banyak mengandung unsur pelajaran hidup,” kata Emelia Yanti, salah seorang anggota. Para pendiri PKMI sendiri mengajak para anggota menye- lami lebih dalam kisah-kisah Karl May. Di balik aksi-aksi petualangan, mereka banyak me nemukan nilai kemanu- siaan. Ketiadaan unsur agama juga dianggap membuat cerita-cerita itu lebih universal. Nilai-nilai budi pekerti terasa lebih mudah dicerna karena tanpa batasan kelompok. KOMUNITAS KARL MAY INDONESIA: Banyak anggota yang ternyata tidak menyadari bahwa karya-karya mantan narapidana ini adalah fiksi. FOTO-FOTO: MI/SUMARYANTO Menerbitkan kembali Selain menjadi wadah komu- nikasi dan informasi, pagu- yuban ini juga mempunyai misi lain, yakni menyebarkan buku- buku Karl May pada generasi sekarang. Namun, sudah langkanya buku-buku Karl May di pasar- an membuat mereka harus bergerak sendiri. Mereka pun akhirnya mem- buat usaha penerbitan sendiri. Selanjutnya, usaha penerbitan ini seperti dua sisi mata uang bagi PKMI. Menerbitkan kembali buku- buku Karl May bukan hanya untuk melestarikan karyanya, tapi juga untuk kelangsungan paguyuban sendiri. Untuk me- mulai penerbitan ini terlebih dahulu anggota PKMI mem- buat saweran sebagai modal awal. Sebanyak Rp27 juta berhasil mereka kumpulkan, yang ke- mudian dipergunakan untuk membayar penerjemah, perce- takan, dan ilustrasi buku. Hingga kini sudah 19 buku Karl May berhasil dicetak kem- bali. Namun jumlah ini masih cukup jauh dari target PKMI sebanyak 40 buku. PKMI juga membuat mer- chandise untuk para anggota. “Kaus, seragam, buku yang baru terbit akan diberikan ke- pada anggota secara gratis. Ini yang membuat mereka berse- mangat. Kalau enggak, mati nanti komunitas ini,” kata Pandu. Buku-buku hasil terbitan PKMI kini dijual melalui situs tokowinnetou.com. Dengan be- gini mereka berharap dapat terus menyebarkan imajinasi dan nilai-nilai kemanusiaan Karl May di Indonesia. Bentuk-bentuk penyebarluas- an pun tampaknya akan sema- kin berkembang. Ivan telah menggagas penyebaran buku- buku cerita ksi itu ke sekolah- sekolah. Bentuk ringkasan cerita tengah dipersiapkan. Bentuk yang lebih sederhana ini dipilih agar lebih mudah merangkul pembaca-pembaca pemula. Dengan bacaan yang ringkas diharapkan mereka akan gemar membaca Karl May sebagaima- na membaca komik. Ivan bermimpi karya-karya Karl May akan kembali dige- mari seperti buku-buku serial Harry Potter yang sekarang mendunia. Menurutnya, karya-karya petualangan yang sarat pelajar- an hidup ini dapat membantu mengembangkan pola pikir yang baik kepada anak muda. Ya, berimajinasi sekaligus bela- jar. (*/Big/M-2) [email protected] Emelia Yanti Anggota PKMI

Transcript of Paguyuban Karl May Indonesia Menyebarkan Kekuatan Imajinasi · Karl May. Pembicaraan tentang...

Page 1: Paguyuban Karl May Indonesia Menyebarkan Kekuatan Imajinasi · Karl May. Pembicaraan tentang Winnetou dan Ben Nemsi pun kadang jadi lebih ‘keras’ dari-pada musik rock itu sendiri.

Mereka percaya buku-buku Karl May bisa jadi sarana belajar kepahlawanan dan perbedaan. Maka bukan sekadar membaca, mereka juga menerbitkannya kembali.

Bintang Krisanti

Pop Komunitas | 15JUMAT, 31 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Menyebarkan Kekuatan Imajinasikini, setelah lebih dari satu abad karya-karya Karl May diterbitkan, masih banyak orang tergila-gila dengan buah tulisannya. Pada acara ulang tahun itu pun mereka asyik berbagi imajinasi.

Beberapa orang yang sangat menggemari kisah-kisah dari penulis asal Jerman itu kemu-dian mendirikan Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI).

“Kami ingin menghidupkan kembali Karl May di Indonesia. Buku-buku Karl May bagus, maka kami yakin bisa jadi alter-natif bacaan yang baik,” kata Pandu Ganesa, Ketua PKMI yang juga salah satu penggagas berdirinya paguyuban itu.

Pendiri lainnya, Ivan Guna-wan, menuturkan ide awal paguyuban itu muncul dalam sebuah obrolan di mailing list (milis) musik rock.

Beberapa anggota milis itu ternyata juga menyukai karya Karl May. Pembicaraan tentang Winnetou dan Ben Nemsi pun kadang jadi lebih ‘keras’ dari-pada musik rock itu sendiri.

Para pencinta Karl May yang menyebut diri sebagai ‘Mayis’ ini pun membuat milis Karl May dan lalu pada 23 Desem-ber 2000 mendirikan paguyub-an. Sekarang anggota PKMI sudah mencapai 800 orang da-lam milis.

Mereka datang dari berbagai

KEHEBATAN Kara Ben Nemsi menak-lukkan para penjahat di tanah-tanah tan-

dus di Timur Tengah menancap lekat dalam benak Ahmad Anhar. Bagi anak usia SMP seperti dirinya ketika itu, kehi-dupan petualangan alam liar seperti yang dilalui Ben Nemsi adalah kehidupan idaman di kala besar nanti.

Memang, jalan hidup Ahmad kemudian berbeda jauh dengan Ben Nemsi. Tidak seperti tokoh idolanya, ‘petualangan’ Ahmad terus dilanjutkan di balik tem-bok sekolah dan gedung kuliah. Ahmad juga tidak ‘bermain’ dengan dua pistol kesayangan, seperti yang dilakukan Ben Nemsi.

Kini, di usia 45 tahun, ia ‘ber-main’ dengan pasal-pasal undang-undang sesuai dengan profesinya sebagai pengacara. “Tapi cerita petualangan Kara Ben Nemsi menginspirasi saya sampai sekarang. Waktu kuliah dulu pun saya bergabung de-ngan pencinta alam karena ki-sah itu,” kata Ahmad yang datang di acara 60 Tahun Karl May di Indonesia, yang ber-langsung di Goethe Institut, Jakarta, Selasa (21/12).

Ahmad tidak sendiri. Hingga

profesi dan usia. Bukan saja orang dewasa seperti Ahmad dan Ivan, melainkan juga anak belasan tahun. Juga tidak hanya pria-pria penggemar petualang-an, tapi juga para wanita.

Mereka menyelami imajinasi Karl May bersama. Sandi Taruni, salah seorang anggota me ngaku juga makin mengenal karya-karya Karl May lewat paguyuban tersebut.

Wanita yang berprofesi seba-gai pelatih kegiatan luar ruang ini mengenal trilogi Winnetou setelah bergabung dengan PKMI.

Namun nostalgia mereka itu tidak mesti dengan kumpul langsung. Mereka mengaku sebagai ‘manusia cyber’ hingga pertemuan lebih banyak di-lakukan di dunia maya.

Menikmati tipuan Karl May

Paguyuban ini nyatanya bu-kan hanya memupuk kecintaan kepada Karl May, namun bagi sebagian orang seperti mem-buka ‘sisi gelapnya’. Banyak anggota yang ternyata tidak menyadari bahwa karya-karya mantan narapidana ini adalah fi ksi.

Akibatnya, ada beberapa pem baca yang jadi merasa se-perti dikelabui. Salah satunya penulis Seno Gumira Ajidarma, yang hari itu hadir sebagai pembicara.

Tapi bagi mereka yang me-mang telanjur cinta, kata me-ngelabui terlalu jahat. Mereka lebih memilih menikmati dunia Karl May, tanpa harus memu-singkan soal benar atau salah

Ivan Guna wanSalah satu pendiri dan anggota PKMI

Paguyuban Karl May Indonesia

caranya bercerita.“Saya baru tahu kalau cerita-

cerita itu hanya khayalan dia (Karl May) setelah bergabung dengan PKMI. Tapi tidak ma-salah, saya enggak memperma-salahkan itu. Karena ceritanya banyak mengandung unsur pelajaran hidup,” kata Emelia Yanti, salah seorang anggota.

Para pendiri PKMI sendiri mengajak para anggota menye-lami lebih dalam kisah-kisah Karl May. Di balik aksi-aksi petualangan, mereka banyak me nemukan nilai kemanu-siaan.

Ketiadaan unsur agama juga dianggap membuat cerita- cerita itu lebih universal. Nilai-nilai budi pekerti terasa lebih mudah dicerna karena tanpa batasan kelompok.

KOMUNITAS KARL MAY INDONESIA: Banyak anggota yang ternyata tidak menyadari bahwa karya-karya mantan narapidana ini adalah fiksi.FOTO-FOTO: MI/SUMARYANTO

Menerbitkan kembaliSelain menjadi wadah komu-

nikasi dan informasi, pagu-yuban ini juga mempunyai misi lain, yakni menyebarkan buku-buku Karl May pada generasi sekarang.

Namun, sudah langkanya buku-buku Karl May di pasar-an membuat mereka harus ber gerak sendiri.

Mereka pun akhirnya mem-buat usaha penerbitan sendiri. Selanjutnya, usaha penerbitan ini seperti dua sisi mata uang bagi PKMI.

Menerbitkan kembali buku-buku Karl May bukan hanya untuk melestarikan karyanya, tapi juga untuk kelangsungan paguyuban sendiri. Untuk me-mulai penerbitan ini terlebih dahulu anggota PKMI mem-buat saweran sebagai modal awal.

Sebanyak Rp27 juta berhasil mereka kumpulkan, yang ke-mudian dipergunakan untuk membayar penerjemah, perce-takan, dan ilustrasi buku.

Hingga kini sudah 19 buku Karl May berhasil dicetak kem-bali. Namun jumlah ini masih cukup jauh dari target PKMI sebanyak 40 buku.

PKMI juga membuat mer-chandise untuk para anggota. “Kaus, seragam, buku yang baru terbit akan diberikan ke-pada anggota secara gratis. Ini

yang membuat mereka berse-mangat. Kalau enggak, mati nanti komunitas ini,” kata Pandu.

Buku-buku hasil terbitan PKMI kini dijual melalui situs tokowinnetou.com. Dengan be-gini mereka berharap dapat terus menyebarkan imajinasi dan nilai-nilai kemanusiaan Karl May di Indonesia.

Bentuk-bentuk penyebarluas-an pun tampaknya akan sema-kin berkembang. Ivan telah menggagas penyebaran buku-buku cerita fi ksi itu ke sekolah-sekolah. Bentuk ringkasan cerita tengah dipersiapkan.

Bentuk yang lebih sederhana ini dipilih agar lebih mudah merangkul pembaca-pembaca pemula.

Dengan bacaan yang ringkas diharapkan mereka akan gemar membaca Karl May sebagaima-na membaca komik.

Ivan bermimpi karya-karya Karl May akan kembali dige-mari seperti buku-buku serial Harry Potter yang sekarang mendunia.

Menurutnya, karya-karya petualangan yang sarat pelajar-an hidup ini dapat membantu mengembangkan pola pikir yang baik kepada anak muda. Ya, berimajinasi sekaligus bela-jar. (*/Big/M-2)

[email protected]

Emelia YantiAnggota PKMI