Proposal 1
-
Upload
rini-mafulatun-nisa -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of Proposal 1
BAB 1PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi.
Slogan tersebut selalu tercantum pada setiap kemasan susu
formula karena memang pada dasarnya hal tersbut adalah benar
adanya. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman
terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan karena mengandung unsur gizi
yang dibutuhkan guna perlindungan, pertumbuhan dan
perkembangan bayi. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja
tanpa makanan- lain sampai bayi berusia 6 bulan,
kemudian pemberian ASI harus tetap dilanjutkan sampai
bayi berusia 2 tahun walaupun bayi sudah makan. Sampai dengan
usia 4 bulan, ASI yang diberikan sudah cukup memenuhi
kebutuhan bayi tanpa harus ditambah dengan makanan lain
(Prawirohardjo, 2008).
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
menunjukkan, tahun 2002 pemberian ASI masih 40% dan pada
2007 turun menjadi 32%. Bahkan, pada tahun 2010, cakupan
pemberian ASI eksklusif bayi 0-5 bulan sebesar 27,2 persen. Jika
dilihat lebih detail, pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 5
bulan bahkan hanya 15,3 persen (Riskesdas, 2010). Berdasarkan
data dari Kabupaten/Kota diketahui bahwa cakupan bayi yang
1
2
mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur sebesar 30,72%.
Cakupan tersebut menurun dibandingkan tahun 2009 dan
belum dapat mencapai target yang ditetapkan sebesar 80%
(Dinkes Jatim, 2010). Di Kabupaten Situbondo, cakupan
pemberian ASI eksklusif pada tahun 2004 adalah sebesar 53,16%
(www.jatimprov.go.id), sedangkan pada tahun 2006 menurun
menjadi 38,73% (www.docstoc.com). Sementara itu melalui studi
pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Melati, Desa Balung,
Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, dari 39 ibu yang
memiliki balita pada tahun 2011, hanya sebanyak 12 ibu (30,8%)
yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan oleh
banyak hal, salah satunya karena kurangnya pemahaman petugas
terhadap ASI-Eksklusif 0-6 bln, sehingga masih banyak
bayi dengan ASI-Eksklusif yang belum tercatat dan tidak
terlaporkan. Selain itu juga karena masih adanya kebiasaan di
masyarakat kurang mendukung pemberian ASI ekslusif tersebut
antara lain pemberian nasi atau pisang sebelum berumur 6 bulan
ataupun karena ibu bekerja di luar rumah (Dinkes Jatim, 2010).
Beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI
eksklusif adalah struktur masyarakat dan keluarga, kemudahan
yang didapat sebagai hasil kemajuan, iklan produksi makanan
3
bayi, aktifitas atau kesibukan ibu, status sosial ekonomi, dan
pengetahuan ibu (superbidanhapsari.wordpress.com).
Menurut Judarwanto (2006), faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan ASI adalah (1) (32%) disebabkan
kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, (2) 28%
disebabkan oleh ibu bekerja sehingga ibu-ibu menghentikan
pemberian ASI Eksklusif karena harus kembali bekerja, (3) (16%)
disebabkan oleh gencarnya promosi susu formula, dimana ibu-ibu
menghentikan pemberian ASI karena pengaruh iklan susu
formula. Sedangkan lainnya (24%) disebabkan oleh (4) faktor
sosial budaya yang meliputi nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat
yang menghambat keberhasilan ibu dalam pemberian ASI
Eksklusif, (5) faktor dukungan dari petugas kesehatan dimana
kegagalan pemberian ASI Eksklusif disebabkan kurangnya
dukungan dari petugas kesehatan yang dianggap paling
bertanggung jawab dalam keberhasilan keberhasilan penggalakan
ASI dan (6) faktor dari keluarga dimana banyak ibu yang gagal
memberikan ASI Eksklusif karena orang tua, nenek atau Ibu
mertua mendesak ibu untuk memberikan susu tambahan formula
(bangnesdotcom.bulanogspot.com). Di sisi lain, pemberian ASI
eksklusif sangat bermanfaat bagi bayi. Anak yang tidak diberi
ASI ekslusif lebih cepat terserang penyakit kronis seperti kanker,
jantung, hipertensi, dan diabetes setelah dewasa,.kemungkinan
4
anak menderita kekurangan gizi dan obesitas (Amiruddin, 2007).
Selain itu, ASI sebagai makanan bayi yang mengandung laktosa
didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang
bermanfaat sebagai zat antibodi, menghambat pertumbuhan
bakteri yang bersifat pathogen, ASI tidak mengandung beta
lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi. Oleh karena itu,
bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai 17 kali lebih besar
mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan
terkena infeksi saluran pernafasan (ISPA) salah satu faktor adalah
karena buruknya pemberian ASI (Dep.Kes,RI, 2005).
Agar bayi terhindar dari berbagai penyakit sebagaimana
tersebut di atas, perlu digalakkan kembali program pemberian
ASI eksklusif sebagaimana pernah dicanangkan oleh Presiden
pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990. Upaya untuk
peningkatan cakupan harus terus dilakukan dengan
peningkatan penyuluhan dan upaya promosi kesehatan yang
lebih intensif, baik kepada perorangan maupun institusi
pemberi pelayanan kesehatan tentang keunggulan ASI Eksklusif
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur). Untuk mendukung
tercapainya tujuan tersebut, harus dikaji kembali faktor-faktor
yang menjadikan ibu gagal dalam memberikan ASI eksklusif
sehingga dapat dicari solusinya.
5
Atas dasar pertimbangan tersebut, penulis bermaksud
meneliti hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung, Kecamatan Kendit,
Kabupaten Situbondo.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Adakah hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung, Kecamatan Kendit,
Kabupaten Situbondo?
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung,
Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu di Posyandu Melati,
Desa Balung,, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo.
b. Mengidentifikasi tingkat pemberian ASI eksklusif di
Posyandu Melati, Desa Balung,, Kecamatan Kendit,
Kabupaten Situbondo.
c. Menganalisa hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian
ASI eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung,
Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
6
Penelitian ini diharapkan akan membuka wawasan
masyarakat akan pentingnya pemberian ASI eksklusif.
2. Manfaat Teoritis
Menambah khazanah dan pustaka materi-materi yang
dapat diteliti oleh peneliti selanjutnya.
3. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini mampu menggerakkan
kembali petugas kesehatan untuk melakukan kunjungan
rumah, terutama untuk melakukan asuhan bayi baru lahir
karena penyuluhan saja kadang belum cukup untuk
mempertahankan perilaku kesehatan yang baik oleh ibu balita.
BAB 2KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
obyek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, raba, dan rasa (Notoatmojo,2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan unsur yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over
behaviour). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmojo,2003).
b. Tingkat Pengetahuan
Dalam bukunya, Notoatmojo,2003 merumuskan
tingkatan penegtahuan sebagai berikut :
1) Tahu atau Know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang diterima sebelumnya. Yang termasuk dalam
tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan pelajaran atau
7
8
rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkatan
pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami atau Comprehension
Memahami berarti suatu kemampuan
menjelaskan tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi, dapat menjelaskan,
mengumpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi atau Aplication
Aplikasi sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yan telah dipelajari pada situasi
atau kondisi yang sebenarnya.Dengan kata lain, aplikasi
dapat diartikan sebgai pengguanaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip sebagaimana dalam konteks atau
situasi yang lain.
4) Analisis atau Analyse
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu obyek ke dalam komponen, tetapi
masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitan dengan yang lain.
5) Sintesis atau Synthesis
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau mrnghubungkan bagian-bagian ke
9
dalam suatu eseluruhan yang baru. Sintesis adalah
kemampuan untuk menyususn formulasi yang baru dari
formulasi yang ada.
6) Evaluasi atau Evaluation
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
obyek pengkuran berdasarkan kriteria yang sudah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menyatakan suatu hal
materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden yang disesuaikan dengan tingkatan di atas.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Faktor Internal
a) Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan lebih baik pengetahuannya. Dari segi
kepercayaan, seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya masyarakat daripada orang yang belum
cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat
10
dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Nursalam
dan Pariani,2001).
Suratun, 2008 membagi kelompok usia
menjadi 3 (tiga), yaitu:
(1) Masa menunda kehamilan, yaitu < 20 tahun
(2) Masa reproduktif atau masa subur, yaitu usia 20
tahun sampai dengan 35 tahun
(3) Masa mengakhiri kehamilan, yaitu usia > 35
tahun.
b) Paritas
Menurut IBG Manuaba,1998, paritas dibagi
menjadi tiga, yaitu:
(1) Primipara
Adalah wanita yang telah melahirkan bayi
aterm sebanyak satu kali.
(2) Multipara
Adalah wanita yang telah pernah
melahirkan anak hidup beberapa kali dimana
persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.
(3) Grandemultipara
Adalah wanita yang telah melahirkan
janin aterm lebih dari lima kali.
11
Notoatmojo, 2003 menjelaskan bahwa apabila
seseorang sudah pernah hamil sebelumnya, dalam
hamil anak kedua kalinya dan seterusnya, umumnya
mempunyai pengetahuan yang baik karena mereka
telah memperolah pengalaman dan informasi.
c) Intelegensi
Istilah intelegensi atau dalm bahasa inggris
“intelligence” berasal dari kata “inteliligere” yang
artinya menghubungkan atau menyatukan satu sama
lain.
Merupakan kemampuan seseorang untuk
berpikir abstrak (Sukardi, 1997). Menurut Binet,
sebagaimana dikutip oleh Winkel (1987)
menyebuntukan bahwa “intelegensi adalah
kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan
suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam
rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis
terhadap diri sendiri” (Sukardi, 1997).
Thorndike mengatakan bahwa “intelegensi
adalah hal yang dapat dinilai sebagai kemampuan
untuk mennetukan ketidaklengkapan kemungkinan-
kemungkinan dalam perjuangan hidup individu”
(Notoatmodjo, 1997).
12
Pendapat David Wechler yang dikutip oleh
Sarlito Wirawan Sarwono (2000) menyebuntukan
bahwa “intelegensi adalah kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah
dan menguasai lingkungan secara efektif”.
d) Motivasi
Menurut Nancy Stevenson (2001), “Motivasi
adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang
membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai
respons. Sedang menurut Sarwono, S.W. (2000), “
motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk
situasi yang mendorong yang timbul dalam diri
individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi
tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau
perbuatan”.
2) Faktor Eksternal
a) Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
mudah menerima informasi sehingga semakin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya,
pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang
baru diperkenalkan (Nursalam dan Pariani,2001).
13
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus
dilakukan untuk menunjang kehidupan dan kehidupan
keluarganya. Dengan bekerja, seseorang dapat berbuat
sesuatu yang bernilai, bermanfaat, dan memperoleh
berbagai pengalaman (Notoatmojo,2003).
c) Sumber Informasi
Mulyana,2000:7 mengatakan bahwa
pelaksanaan kegiatan komunikasi social yang menjadi
kunci dalam penyadaran dan ajakan kepada
masyarakat untuk terlibat dalam program
pembangunan tidak berlangsung dengan baik.
Kegiatan ini seringkali dilakukan tanpa
memperhatikan kondisi dan budaya masyarakat
setempat sehingga hasil yang dicapai puj kurang
maksimal. Fakta membuktikan bahwa kelompok
budaya atau subkultur-subkultur yang ada dalam suatu
budaya memiliki perangkat norma yang berlainan
(http://www.infeksi.com/data/newsin.xmi).
d) Sosial Budaya
Kebiasaan dari tradisi yang telah melekat
dalam suatu masyarakat akan sangat mempengaruhi
14
seseorang dalam menerima sesuatu pengetahuan yang
baru.
d. Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan pengetahuan (Notoatmojo,2003).
Arikunto, 1998 mengklasifikasikan pengetahuan
menjadi tiga, yaitu:
1) Baik bila menjawab benar 10-12 pertanyaan. Jawaban
benar 10 adalah baik, sebesar 83% yang berarti > 76%,
2) Cukup bila menjawab benar 7-9 pertanyaan. Jawaban
benar 7 adalah cukup, sebesar 58% yang berarti > 56%,
3) Kurang bila menjawab benar 0-6 pertanyaan. Jawaban
benar 6 adalah kurang, sebesar 50% yang berarti ≤
55%.
2. ASI Eksklusif
a. Pengertian
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan
dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai
enam bulan (Depkes RI, 2004).
15
b. Proses Terbentuknya ASI
Tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses laktasi
mencakup :
1) Mammogenesis : Terjadi pertumbuhan payudara baik
dari ukuran maupun berat dari payudara mengalami
peningkatan.
2) Laktogenesis :
a) Tahap 1 (kehamilan akhir) : Sel alveolar berubah
menjadi sel sekretoris
b) Tahap 2 (hari ke-3 hingga ke-8 kelahiran) : Mulai
terjadi sekresi susu, payudara menjadi penuh dan
hangat. Kontrol endokrin beralih menjadi autokrin.
3) Galaktopoiesis
4) Involution
c. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya ASI
1) Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang
dalam masa menyusui tidak secara langsung
mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang
dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat
gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu
diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus
tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu
16
pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam
buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan
sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap
produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur
gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir
telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah
kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter
ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan
makanan tambahan disamping untuk keperluan dirinya
sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir
telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak
mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi
kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jikapada
masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi.
Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang
sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan
walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam
jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan
makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-
kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga
17
diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin
dalam ASI.
2) Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh
faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah,
kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam
menyusui bayinya.
d. Manfaat ASI Eksklusif
1) Untuk Bayi
a) Melindungi dari infeksi gastrointestinal
b) Bayi yang ASI ekslusif selama enam bulan tingkat
pertumbuhannya sama dengan yang ASI eksklusif
hanya empat bulan.
c) ASI eksklusif enam bulan ternyata tidak
menyebabkan kekurangan zat besi
d) Saat bayi berumur 6 bulan keatas, sistem
pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap
menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein
seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase,
dan sebagainya baru akan diproduksi sempurna pada
saat ia berumur 6 bulan.
e) Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada
makanan. Saat bayi berumur < 6 bulan, sel-sel di
18
sekitar usus belum siap untuk kandungan dari
makanan. Sehingga makanan yang masuk dapat
menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
f) Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan
melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari.
Proses pemecahan sari-sari makanan yang belum
sempurna. Pada beberapa kasus yang ekstrem ada
juga yang perlu tindakan bedah akibat pemberian
MPASI terlalu dini. Dan banyak sekali alasan lainnya
mengapa MPASI baru boleh diperkenalkan pada anak
setelah ia berumur 6 bulan.
2) Untuk Ibu
a) Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca
melahirkan, sehingga
b) Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias
menunda kehamilan berikutnya
c) Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui
tidak membutuhkan zat besi sebanyak ketika
mengalami menstruasi
d) Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan
bahwa ibu menyusui enam bulan lebih langsing
setengah kilogram dibanding ibu yang menyusui
empat bulan.
19
e) Lebih ekonomis
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
pemberian ASI eksklusif adalah:
1) Struktur masyarakat dan keluarga,
2) Kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan,
3) Iklan produksi makanan bayi,
4) Aktifitas atau kesibukan ibu,
5) Status sosial ekonomi, dan pengetahuan ibu
(superbidanhapsari.wordpress.com).
Menurut Judarwanto (2006), faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah:
1) Sebanyak 32% disebabkan kurangnya pengetahuan ibu
tentang ASI Eksklusif; ibu-ibu menghentikan pemberian
ASI karena produksi ASI kurang. Sebenarnya hal ini
tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI
yang cukup melainkan karena kurangnya pengetahuan
ibu.
2) Sebanyak 28% disebabkan oleh ibu bekerja sehingga
ibu-ibu menghentikan pemberian ASI Eksklusif karena
harus kembali bekerja.
20
3) Sebanyak 16% disebabkan oleh gencarnya promosi susu
formula, dimana ibu-ibu menghentikan pemberian ASI
karena pengaruh iklan susu formula.
4) Sebanyak 24% disebabkan oleh faktor sosial budaya
yang meliputi nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat yang
menghambat keberhasilan ibu dalam pemberian ASI
Eksklusif, faktor dukungan dari petugas kesehatan
dimana kegagalan pemberian ASI Eksklusif disebabkan
kurangnya dukungan dari petugas kesehatan yang
dianggap paling bertanggung jawab dalam keberhasilan
keberhasilan penggalakan ASI dan faktor dari keluarga
dimana banyak ibu yang gagal memberikan ASI
Eksklusif karena orang tua, nenek atau Ibu mertua
mendesak ibu untuk memberikan susu tambahan formula
(dikutip dari bangnesdotcom.bulanogspot.com).
f. Cara-Cara Mencapai ASI Eksklusif
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-
langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI
eksklusif:
1) Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran
2) Menyusui secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak
ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih
sekalipun.
21
3) Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand),
sesering yang bayi mau, siang dan malam.
4) Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.
5) Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah
dengan tangan, disaat tidak bersama anak.
6) Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang
B. Kerangka Konseptual
(Notoatmodjo, 2002 dan bangnesdotcom.bulanogspot.com)
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
usia, paritas, intelegensi, motivasi, pekerjaan, pendidikan, sosial
Faktor yang berpengaruh:
2. Aktifitas dan kesibukan ibu
3. Media massa (iklan susu formula)
4. Sosial budaya5. Lingkungan
(dukungan keluarga dan petugas kesehatan)
Pemberian ASI eksklusif
Faktor yang berpengaruh:1. Usia2. Paritas3. Intelegensi4. Motivasi5. Sosial budaya6. Pekerjaan7. Pendidikan8. Sumber
Informasi
1. Pengetahuan
22
budaya, dan sumber informasi. Akan tetapi, factor-faktor tersebut
tidak diteliti oleh penulis. Penulis hanya meneliti pengetahuan ibu
sebagai faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif. Namun, factor yang berhubungan pemberian ASI
eksklusif tidak hanya pengetahuan ibu, tetapi juga aktifitas dan
kesibukan ibu, media massa (iklan susu formula yang sangat
gencar), social budaya di masyarakat, serta factor lingkungan
(dukungan dari keluarga maupun petugas kesehatan).
BAB 3METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancang-Bangun Penelitian
Rancang bangun penelitian merupakan rencana penelitian
yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat
memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi,
2007). Penelitian ini mempergunakan jenis penelitian
observasional analitik, dalam hal ini cross sectional study).
Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang bertujuan
untuk mencari hubungan antar variabel tanpa memberikan
perlakuan apapun (Setiadi, 2007).
B. Framework
Gambar 3.1. Kerangka Kerja Hubungan antara pengetahuan ibu dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif
23
Pengetahuan ibu
Variabel tergantung
Pemberian ASI eksklusif
Variabel Perancu
1. Aktifitas dan kesibukan ibu2. Media massa3. Social budaya4. Lingkungan (dukungan
keluarga dan petugas kesehatan)
Variable bebas
24
C. Hipotesis Penelitian
Menurut La Biondo-Wood dan haber (1994) dalam
Nursalam (2003), hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan
tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan
bias menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian.
H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
kegagalan pemberian ASI eksklusif di Posyandu Melati,
Desa Balung, Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo
H1 : Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kegagalan
pemberian ASI eksklusif di Posyandu Melati, Desa
Balung, Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo
D. Variabel
Variabel adalah obyek penelitian, atas apa yang terjadi
titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002).
1. Jenis Variabel
Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) jenis variabel,
yaitu 1 (satu) variabel bebas dan 1 (satu) vaiabel tergantung.
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya
menentukan variabel lain (Nursalam, 2003). Dalam penelitian
ini, variabel bebasnya adalah pengetahuan.
Variabel tergantung adalah variabel yang nilainya
ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel
25
tergantung dalam penelitian ini adalah kegagalan pemberian
ASI eksklusif.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsure penelitian yang
menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan
mengukur suatu variabel (Setiadi, 2007).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung, Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo Tahun 2012
Variabel DO Kriteria Skala
Bebas:Pengetahuan Tingkatan
pengetahuan yang dimiliki ibu balita tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ASI eksklusif, dinilai berdasarkan jawaban yang diberikan ibu melalui kuesioner dengan pertanyaan meliputi:a. Pengertian
ASI eksklusif
b. Manfaat ASI eksklusif
1. Baik bila menjawab benar 10-12 pertanyaan. Jawaban benar 10 adalah baik, sebesar 83% yang berarti > 76%
2. Cukup bila menjawab benar 7-9 pertanyaan. Jawaban benar 7 adalah cukup, sebesar 58% yang berarti > 56%
3. Kurang bila menjawab benar 0-6 pertanyaan. Jawaban benar 6 adalah kurang, sebesar 50% yang berarti ≤ 55%
Ordinal
26
Variabel DO Kriteria Skala
c. Proses terbentuknya ASI
d. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI
e. Cara menyusui yang benar
f. Cara mencapai ASI eksklusif
Tergantung:Pemberian ASI eksklusif
Pemberian cukup ASI saja pada saat bayi berusia 0 sampai dengan 6 bulan, dinilai berdasarkan pengakuan responden melalui kuesioner
1. Diberikan, apabila bayi diberi ASI saja sampai dengan usia 6 bulan
2. Tidak diberikan, apabila bayi sudah diberi MP-ASI pada saat usia < 6 bulan, termasuk di dalamnya susu formula
Nominal
E. Populasi
Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu
batas tertentu (Budiarto, 2001). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu dari balita di Posyandu Melati, Desa Balung,
Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, yaitu 41 orang.
27
F. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo,
1993). Obyek yang dapat dijadikan sample dalam penelitian ini
adalah yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu karakteristik umum
subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang
akan diteliti (Nursalam dan Pariani, 2001) Adapun kriteria inklusi
yang dimaksud adalah:
1. Pada saat dilakukan penelitian, bayi sudah melewati masa ASI
eksklusif (beruasia > 6 bulan sampai dengan 5 tahun)
2. Ibu bisa membaca dan menulis
3. Bersedia untuk diteliti dan menandatangani lembar informed
consent untuk menjadi responden.
Sebaliknya, populasi yang memiliki kriteria eksklusi tidak
dapat menjadi sampel penelitian. Kriteria eksklusi adalah
menghilangkan/mengeluarkan subyek yang memnuhi kriteria
inklusi dan studi karena pelbagai sebab (Nursalam dan Pariani,
2001: 66). Yang menjadi kriteria eksklusi adalah:
1. Ibu sedang dalam keadaan sakit
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
tabel Krejcie dan Morgan bahwa dengan populasi 41 orang, besar
sampelnya adalah 36 orang. Sampel tersebut diambil dengan
menggunakan teknik non probability sampling, yaitu consecutive
28
sampling, adalah pemilihan sampel dengan menetapkan subyek
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian
sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang
diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro dan Ismail, 1995).
G. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di
Posyandu Melati, Desa Balung, Kecamatan Kendit, Kabupaten
Situbondo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini memerlukan waktu kira-kira 2 (dua)
bulan, dengan pertimbangan bahwa kegiatan posyandu
dilaksanakan sebulan sekali.
H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan sesudah penulis mendapatkan ijin
dari Kepala Puskesmas Kendit. Semua data yang digunakan
adalah data primer karena dikumpulkan oleh penulis sendiri
melalui kuesioner yang diberikan langsung oleh penulis
kepada ibu. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan dari ibu yang ditandai dengan penandatanganan
Informed Consent sebagai responden oleh ibu.
29
2. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk variabel pengetahuan, diberikan kuesioner yang
berisi 15 pertanyaan dengan pilihan ganda, meliputi:
g. Pengertian ASI eksklusif
h. Manfaat ASI eksklusif
i. Proses terbentuknya ASI
j. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI
k. Cara menyusui yang benar
l. Cara mencapai ASI eksklusif
Kuesioner untuk variabulane kegagalan pemberian ASI
eksklusif berisi dichotomy questions dan pilihan ganda yang
menunjukkan diberikannya MP-ASI atau tidak pada saat bayi
berusia 0-6 bulan.
I. Teknik Analisis Data
Karena data yang digunakan adalah data ordinal untuk
variabel pengetahuan dan data nominal untuk variabel kegagalan
pemberian ASI eksklusif, maka diputuskan untuk melakukan
analisa data dengan mempergunakan teknik Chi Square dengan
rumus:
Keterangan :
fo : frekuensi hasil observasi
fh : frekuensi yang diharapkan
30
Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara
membandingkan harga χ 2 hitung dengan harga χ 2 berdasarkan
tabel chi square pada derajat kesalahan atau α yang sudah
ditentukan, yaitu 0,05. Apabila nilai χ 2 hitung ≤ χ 2 tabel, maka H0
diterima yang berarti tidak ada hubungan hubungan antara
pengetahuan ibu dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif di
Posyandu Melati, Desa Balung, Kecamatan Kendit Kabupaten
Situbondo. Namun sebaliknya, apabila nilai χ2 hitung > nilai χ 2
tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti ada hubungan
hubungan antara pengetahuan ibu dengan kegagalan pemberian
ASI eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung, Kecamatan
Kendit Kabupaten Situbondo.
J. Etika Penelitian
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan diberikan dan dijelaskan kepada
responden yang akan diteliti dan telah memenuhi kriteria
inklusi. Lembar persetujuan harus disertai judul penelitian
serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat
mengerti maksud dan tujuan penelitian.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti
tidak akan mencantumkan pada lembar pengumpulan data
31
yang diisi subyek, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode
tertentu.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai
hasil penelitian.
(Hidayat,2003)
K. Keterbatasan
Penelitian ini menerapkan desain observasional analitik –
cross sectional study—dimana variabel bebas maupun tergantung
diukur dan dikumpulkan dalam satu kali waktu. Hal ini berarti
tidak ada follow up dalam penelitian ini.