Program Kesehatan Gimul Masyarakat
-
Upload
rima-yulianti -
Category
Documents
-
view
12 -
download
6
description
Transcript of Program Kesehatan Gimul Masyarakat
PROGRAM KESEHATAN GIMUL MASYARAKAT
Program yang cocok untuk Indonesia
Jika saya diminta ibu menteri kesehatan untuk membuat program promotif dan preventif bagi kesehatan
gigi dan mulut yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia, maka saya akan melakukan :
1. Dari aspek promotif
Promotif Kesehatan dapat kita lihat dalam konteks Pendekatan Individual maupun Pendekatan
Komunitas. Promotif Kesehatan dalam konteks Pendekatan Individual dapat dilihat dari aspek
Pasien itu sendiri sebagai individu maupun dari segi Dental Profesional dimana Dokter Gigi
maupun Perawat Gigi sebagai pelaksana. Promosi Kesehatan bagi Pasien berupa Rencana Diet,
Kebutuhan Pasien akan Pelayanan Preventif dan Kunjungan Pemeriksaan Kesehatan Gigi
berkala. Sedangkan Upaya Promotif dari Dental Profesional berupa Edukasi Pasien, Program
Kontrol Plak, Konseling Diet, Recall Reinfocement , Test Aktivitas Karies. Sedangkan Upaya
Promotif dalam konteks Pendekatan Komunitas berupa Program DHE, Penelitian Promotif,
Kebijakan dan Undang-undang. Upaya Promotif dalam Konteks Pendekatan Komunitas
membutuhkan interaksi aktif antara beberapa level dan beberapa organisasi dan organisasi
professional kesehatan sebagai komponen penting. Kampanye kesehatan yang dilakukan sering
melibatkan promosi kesehatan dan hubungan masyarakat contohnya kampanye lewat mass media
(televisi). Dilaporkan juga, meningkatnya penerimaan publik dari nilai kesehatan mulut yang baik
dapat meningkatnya pemanfaatan layanan kesehatan gigi. Agar dapat mudah diterima seyogyanya
promosi kesehatan gigi dan mulut harus mengambil pendekatan yang lebih luas untuk menutup
kesenjangan kesehatan gigi antara strata sosial. Promosi kesehatan gigi dan mulut harus
mencakup pendekatan faktor risiko umum, yang membawa kesehatan gigi dan mulut ke
mainstream kesehatan umum (misalnya, tentang penggunaan tembakau, diet, dan kebersihan)
juga terkait untuk kesehatan gigi dan mulut.
Dental Health Education
atau Pendidikan Kesehatan Gigi dan Mulut menerapkan prinsip-prinsip bahwa masyarakat penerima
pesan pendidikan kesehatan harus dapat menafsirkan pesan-pesan tersebut melalui nilai, keyakinan dan
sikap dari mereka sendiri. Agar Pendidikan Kesehatan Gigi dan Mulut sukses perlu memaksimalkan
keterlibatan dari peserta. Program pendidikan kesehatan gigi dapat meningkatkan pengetahuan dan untuk
sementara meningkatkan kebersihan mulut tetapi belum menunjukkan efek langsung pada karies.
Perubahan sikap ditunjukkan ketika terjadi keterlibatan peserta dalam pendidikan kesehatan, dan apa yang
diajarkan harus kompatibel dengan adat dan budaya lokal serta dengan pengetahuan ilmiah. Aspek dari
penerima pendidikan untuk mempertimbangkan program pendidikan kesehatan: -
Faktor Sociodemografi (misalnya, usia, jenis kelamin, ras / budaya, pendapatan)
- Nilai, sikap, keyakinan
-Kesiapan untuk mengubah perilaku
-Pendidikan Aspek lingkungan sosial untuk mempertimbangkan Program Pendidikan kesehatan:
-Norma-norma budaya (misalnya, berapa banyak penduduk merokok, berapa banyak orang
menggunakan dental floss)
-Nilai-nilai budaya / harapan (misalnya, keyakinan bahwa gigi anak-anak selalumemiliki bintik-bintik
coklat / karies)
-Bagaimana lingkungan mendukung untuk perubahan perilaku -
Cara yang mungkin untuk menawarkan pendidikan / informasi Program pendidikan kesehatan tidak
hanya terbatas
pada peristiwa tetapi aspek pendidikan saat kegiatan kuratif, preventif, atau promosi kesehatan.
Pemahaman multifaktorial penyebab mengenai penyakit gigi dan interaksinya mereka telah meningkatkan
penekanan proses pendidikan untuk membantu dalam mencapai hasil kesehatan yang diinginkan. Telah
didokumentasikan dalam kedokteran gigi dan kesehatan lainnya informasi atau pengetahuan
kesehatanyang benar saja tidak selalu mengarah pada perilaku kesehatan yang diinginkan.
19
Proses perubahan tingkah laku menekankan pada pendidikan dengan menggunan pendekatan persuasif
dan sugestif. Pendekatan persuasif dan sugestif dalam proses penyuluhan kesehatan gigi merupakan salah
satu alternatif untuk mencapai hasil yang memuaskan. Pendekatan Sugestif berupa Pemberian penjelasan
tidak secara logis, cenderung memberi penekanan dan arahan melalui perasaan dan emosi dengan cara
membujuk orang lain secara langsung/tidak langsung dengan suatu ide atau kepercayaan yang
meyakinkan. Penyuluhan secara sugestif relatif cepat, sangat berhasil pada masyarakat yang pendidikan
dan ekonominya kurang baik. Kelemahannya : mudah melupakan hasil penyuluhan yang telah
dilaksanakan. Agar dapat berhasil dengan baik, perlu dibantu dengan alat peraga edukatif yang
merangsang emosi manusia. Pendekatan Persuasif menurut Simon,1976 menyatakan persuasif adalah
rancangan komunikasi yang berkaitan dengan pendidikan pada manusia untuk mempengaruhi orang lain
dengan memodifikasi kepercayaan, nilai-nilai atau perilaku secara fakta dan logika. Pendekatan Persuasif
menurut Gondhoyoewono, 1991
dasar pendekatan persuasif adalah menunjukkan suatu fakta, menguraikan sebab akibat, menunjukkan
konsekwensi suatu masalah, menjelaskan mengapa harus melakukan perubahan perilaku yang berkaitan
dengan topik masalah dengan peninjauan dari berbagai segi pandang. Keunggulan pendekatan persuasif
adalah perubahan perilaku menetap, lebih berhasil dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan
logika dan perasaan, merasa puas karena ikut berpartisipasi dalam pemecahan masalah Kelemahannya
adalah memerlukan waktu yang terlalu banyak, pada masyarakat
dengan pendidikan dan sosial ekonomi rendah sulit untuk berdialog dan mengerti, dan pada masyarakat
dengan emosional tinggi sulit berhasil. Program pendidikan kesehatan mulut berbasis sekolah, menurut
definisi, ditujukan untuk kelompok yang lebih kohesif daripada di masyarakat luas. Apapun pendekatan
yang akan diadopsi, itu akan memerlukan rencana aksi, dengan keterlibatan yang tepat semua pihak yang
berkepentingan dan batas yang jelas tanggung jawab. Komponen dasar dari program berbasis sekolah
untuk promosi kesehatan mulut telah digambarkan sebagai berikut: -
Pelayanan kesehatan mulut, berarti prosedur pencegahan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,
rujukan, dan tindak lanjut. -
Instruksi Kesehatan, untuk mencakup topik-topik kesehatan pribadi dan masyarakat. -
Lingkungan yang sehat, dengan memperhatikan semua aspek dari lingkungan sekolah yang dapat
mempengaruhi kesehatan siswa. Berdasarkan Penelitian Blake et all, mengenai Intervensi Edukasi yang
berbasis Sekolah menunjukkan Pengetahuan gigi anak-anak meningkat secara signifikan setelah
intervensi, dengan perbaikan jelas pada langsung tindak lanjut dan dibertahan 6 minggu kemudian.
Penelitian telah menunjukkan bahwa fundamental kesalahan dalam banyak kegiatan pendidikan
kesehatan gigi dan mulut adalah asumsi bahwa peningkatan suatu pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
pasien akan membantu mengubah perilaku perawatan gigi. Pendekatan ini, didasarkan pada model hanya
kognitif, mengasumsikan: Pengetahuan
Sikap
Perubahan perilaku. Jika hubungan ini benar, setiap Program pendidikan kesehatan yang meningkatkan
Tingkat pengetahuan gigi peserta dan akan menghasilkan perubahan perilaku yang meningkatkan status
kesehatan mulut atas jangka waktu yang panjang. Sampai saat ini, tidak ada evaluasi program pendidikan
kesehatan mulut dengan hasil tersebut. Untuk mengembangkan pendidikan kesehatan mulut yang efektif,
pendidik harus menyadari kekuatan interaksi pada peserta didik. Pendidik harus terlebih dahulu menilai
pelajar atau peserta didik untuk mengembangkan dan menerapkan rasional program pendidikan yang
akan menghasilkan perubahan perilaku yang berkelanjutan. Upaya Promotif dari Dental Profesional
berupa Edukasi Pasien.
Dental Health Education
Pada Pasien dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
-
Menunjukkan adanya plak dengan larutan disklosing Pada tahap ini, gigi-gigi dapat diulasi dengan larutan
disklosing dan plak yang melekat pada gigi diperlihatkan pada pasien. Dengan cara ini, daerah-daerah
yang terlewat dapat diperlihatkan. Plak dibuang dari gigi dengan sisi probe untuk menunjukkan betapa
mudah untuk menghilangkan plak secara mekanis. -
Memotivasi pasien melalui penjelasan Sifat plak dan gaya perlekatannya pada gigi. Peranan plak pada
keries dan penyakit periodontal juga harus diterangkan.
Dengan penjelasan tersebut, pasien tanpa diterangkan cara menyikat gigi, tetap akan dapat diperbesar
motivasinya. -
Mengurangi pembentukan plak Setelah memperlihatkan adanya plak, maka dokter gigi bertanggung
jawab untuk menghilangkannya, meyakinkan pasien bahwa ia dapat menghilangkannya dan mencegah
terbentuknya plak dan memperbaiki anatomi mulut dan gigi, untuk menghalangi pertumbuhan dan
penimbunan bakteri. -
Meng-edukasi Pasien tentang sikat gigi dan manfaatnya, bagaimana pemilihan sikat gigi, metode
penyikatan (Teknik roll, Teknik bass, Teknik charter). Pasta gigi, Alat-alat pembersih yang lain (Dental
floss dan teknik penggunaan floss), Sikat interdental , Cara membersihkan lidah. melarang pengunaan
tusuk gigi, -
Pemeriksaan. Setelah dilkakukan pengajaran, pasien diminta untuk menyikat giginya dengan cara
tersebut, dan dokter gigi atay hygienist dapat membantu dengan menempatkan sikat pada posisi yang
tepat dan menuntut gerak tangan atau lengan. Setelah ini, dapat digunakan larutan disklosing dan
diperlihatkan jumlah plak yang masih tersisa. -
Prosedur yang sama juga harus dilakukan pada kunjungan berikut kira-kira 1 minggu kemudian, dengan
menggunakan discklosing plak untuk menunjukkan daerah-daerah yang terlewatkan. Harus tetap
diberikan penjelasan lebih lanjut, diperlukan waktu 3
–
4 kunjungan agar pasien benar-benar menguasai cara pengkontrolan plak.
Selain mengedukasi mengenai cara pengkontrolan plak dengan sikat gigi, pasien juga harus diingatkan
bahwa penyebab karies adalah multifaktorial, sehingga diperlukan Kunjungan pemeriksaan gigi yang
berkala. Dokter gigi juga harus mampu melakukan Konseling Diet bagi pasiennya, Pemanggilan berkala
untuk penguatan (
Recall Reinfocement
) dan Test Aktivitas/ Resiko Karies. Test Resiko Karies dilakukan untuk mengetahui factor resiko apa
yang dominan pada pasien. Faktor yang berkontribusi pada Pemeriksaan Resiko Karies dapat dilihat pada
tabel. Pemeriksaan Faktor Resiko Karies dapat berupa pemeriksaan intra oral dengan melihat banyaknya
karies yang ada dan resiko karies yang akan datang dari anatomi gigi dengan pit dan fissure yang dalam,
adanya akar yang terekspos, atau pemakaian alat orthodontik. Perilaku menjaga kebersihan gigi terlihat
dari plak yang banyak pada permukaan gigi. Evaluasi pH saliva melalui pengukuran pH saliva, laju aliran
saliva dan pen ggunaan obat yang dapat mempengaruhi sekresi saliva. Evaluasi Frekuensi ngemil diantara
jam makan dan konsumsi makanan manis. Evaluasi dengan kultur bakteri streptococcus mutan dan
Lactobacilus juga dapat dilakukan. Edukasi kepada Pasien sebaiknya dilakukan menurut dengan faktor
resiko yang ada pada pasien tersebut,
sehingga rencana promotif dan preventif dapat tepat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pasien. 2.
Dari aspek preventif
Preventif dentistry
adalah sebagai keseluruhan tindakan pelayanan kedokteran gigi yang di dalam tindakan pelayanan
tersebut melibatkan peran perorangan maupun komunitas dalam upaya untuk meningkatkan status
kesehatan gigi dan mulut. Adapun program preventif yang cocok untuk Indonesia adalah 1.
Melakukan pendataan kadar fluor di seluruh Indonesia kemudian melakukan ujicoba water fluridasi pada
beberapa wilayah dengan kadar dibawah standar 2.
Program pasta gigi berfluoride untuk daerah-daerah pedalaman yang masih menggunakan bahan-bahan
alam untuk menyikat gigi, jika dianggap pasta gigi bertentangan dengan keyakinan dapat menggunakan
siwak yang juga mengandung fluoride atau bahan alam lain yang mengandung fluorie 3.
Milk fluoridation di sekolah-sekolah seperti yang dilakukan oleh Negara Thailand 4.
Aplikasi topical fluor oleh dokter gigi pada kasus dengan indikasi tertentu 5.
Menjalankan program konseling dan kontrol diet terutama makanan yang mengandung gula, pemakaian
tembakau dan jenis2 makanan lain yang merusak kesehatan mulut baik serta penerapan pola makan yang
sehat dan seimbang terutama makanan- makanan yang baik untuk kesehatan mulut lewat PUSKESMAS
maupun lewat sekolah dengan UKGS. Salah satu program ungulan yang ingin saya terapkan adalah
program kunya wortel. Yaitu program untuk meningkatkan kesehatan jaringan periodontal pada anak-
anak dan usia remaja di sekolah dengan membiasakan mengunyak wortel sebagai salah satu jenis sayuran
yang berserat dan bervitamin yang baik untuk kesehata gusi. Program ini dapat dilakukan di sekolah
lewat monitoring dokter gigi puskesmas dan para guru setiap bulannya dilakukan seminggu dua kali
pertemuan. Hal ini juga bertujuan untuk mebangun kebiasaan yang positif untuk mencintai makanan
sehat. 6.
Pelaksanaan program UKGS yang berkesinambungan untuk melakukan kontrol kesehatan gigi dan mulut
pada siswa-siswa sekolah. UKGS di Indonesia belum berjalan dengan optimal terutama di sekolah-
sekolah tingkat lanjut seperti SMP dan SMA. 7.
Program kesehatan gigi dan mulut harus berintegrasi dengan program-program lain di puskesmas
misalnya program KIA dan gizi. Dengan demikian aspek kesehatan gigi dan mulut dapat dengan lebih
mudah diterima oleh masyarakat karena menyagkut aspek kesehtan yang lain. Misalnya program
preventif BBLR pada ibu hamil dengan pemeriksaan rutin kesehatan jaringan periodontal di buku KIA.
8.
Kegiatan-kegiatan Pelatihan dan pemberdayaan masyarakat untuk ikut serta melakukan tindakan
preventif seperti training Camp untuk para ibu-ibu kader tentang cara membuat daftar makanan dan pola
makan yang benar untuk bayi, balita dan anak-anak yang bukan hanya memperbaiki tumbuh kembang
dan mencegah malnutrisi namun juga menurunkan resiko karies dari pola makan yang salah.
Menurut WHO (1987,cit.Sriyono, 2007), tindakan pencegahan karies gigi dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Tindakan masyarakat
Berupa fluoridasi air minum, fluoridasi air minum sekolah, fluoridasi garamdapur,
fluoridasi minuman susu, dan peningkatan diet yang sehat
2. Tindakan perseorangan
1. Tindakan sendiri di bawah supervisi
Kumur-kumur F
Tablet fluor
Menyikat gigi dengan cairan F, jeli dan pasta profilaksis
2. Tindakan aplikasi topikal oleh profesional
Aplikasi topikal F
Profilaksis F pasta
Pit dan fisur silen
Profilaksis dan pengambilan plak.
3. Kombinasi antara tindakan sendiri dibawah supervisi dan tindakan oleh profesional
4. Tindakan pencegahan sendiri
Pemakaian pasta F
Kontrol diet oleh individu
Kumur-kumur F dan penggunaan F tablet di rumah
o Kegiatan kuratif
Upaya kuratif yang dilaksanakan di UKGS adalah pengobatan darurat
untuk menghilangkan rasa sakit, pelayanan medik dasar baik berdasarkan
permintaanmaupun sesuai kebutuhan, dan rujukan bagi siswa yang memerlukan
perawatan(Depkes RI, 1996)
Tahap-tahap UKGS
Menurut Depkes RI (1996) terdapat tiga tahap UKGS berdasarkankeadaan tenaga dan fasilitas
kesehatan gigi di Puskesmas, yaitu:
1. UKGS Tahap I (paket minimal UKS)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkautenaga dan fasilitas
kesehatan gigi yang meliputi:
a. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru sesuaidengan
Kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994 (BukuPendidikan Kesehatan).
b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI yaitu sikat gigimasal minimal
untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai pasta gigiyang mengandung fluor minimal
1 kali/bulan.
c. Untuk siswa SLTP/SLTA disesuaikan dengan program UKS daerah masing-masing.
2. UKGS tahap II ( paket standar UKS)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga dan fasilitas
kesehatan gigi yang terbatas. Paket standar UKS yaitu UKGS tahap II meliputi seluruh
paket minimal UKS atau UKGS tahap Iditambah dengan:
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi (terintegrasi)
b. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan pencabutan gigi sulung
yang sudah waktunya tanggal
c. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit
d. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I sampai dengankelas VI (care on
demand )
e. Rujukan bagi yang memerlukan
3. UKGS tahap III (paket optimal UKS)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkautenaga dan fasilitas
kesehatan gigi yang sudah memadai. UKGS tahap IIImemakai sistem inkremental dengan
pemeriksaan ulang setiap 2 tahun untuk gigi tetap. Paket optimal UKS yaitu UKGS Tahap
III meliputi seluruh paketstandar UKS atau UKGS Tahap II ditambah dengan pelayanan
medik gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan (treatment need ).
Sasaran UKGS
Menurut Departemen Kesehatan RI (1996) sasaran progam UKGS adalah semua murid usia
sekolah yang dalam lingkup wilayah kerja puskesmas yaitu :
1. 100% SD melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
sesuaikurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Minimal 80% SD/MI melaksanakan sikat gigi massal.
3. Minimal 50% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan(care on
demand ).
4. Minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi atas dasar kebutuhan perawatan
(treatment need ).
Dalam Departemen Kesehatan RI tahun 2000 juga dijelaskan bahwa :
1. Frekuensi pembinaan UKGS ke SD minimal 2 kali per tahun
2. Minimal 75% murid SD mendapatkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
3. Minimal 80% murid SD mendapatkan perawatan medik gigi dasar, dari seluruh murid SD
yang telah terjaring untuk mendapatkan perawatan lanjutan
Sasaran kegiatan UKGS yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di bagian IKGP dan
IKGM FKG UGM angkatan 58 adalah siswa kelas 3B(7 siswa)dan kelas 6B (6 siswa) SD
Kanisius Sengkan, Kecamatan Depok, Sleman,Yogyakarta yang telah menjalin kerjasama
dengan FKG UGM.
Tujuan UKGS
Tujuan UKGS menurut Departemen Kesehatan RI (1996) meliputi :
1. Tujuan Umum :
Tujuan umum dari UKGS adalah tercapainya kesehatan gigi dan mulutsiswa yang optimal
dengan mengacu pada Visi Indonesia Sehat 2010, yaituuntuk target tahun 2010 indeks
DMF-T anak kelompok usia 12 tahun ≤ 2, danPTI (Performed Treatment Indeks) sebesar
20% (Depkes RI, 2000). Selain itukegiatan UKGS ini bertujuan untuk meningkatkan
persentase murid SekolahDasar/Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Sleman yang telah
mendapat pemeriksaan gigi dan mulut menjadi 100% mengacu pada Visi Indonesia
Sehat2015 (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011).
2. Tujuan khusus :
a. Siswa mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
b. Siswa mempunyai sikap/kebiasaan memelihara diri terhadapkesehatan gigi dan mulut.
c. Siswa binaan UKS paket standar dan paket optimal mendapatkan pelayanan medik gigi
dasar atas permintaan.
d. Siswa binaan UKS paket optimal pada jenjang kelas terpilih mendapatkan pelayanan
medik gigi dasar yang diperlukan.
Manfaat UKGS
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan UKGS adalah:
1. Meningkatnya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa
2. Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut siswa
3. Meningkatnya sikap/kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut siswa
4. Siswa mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan (care ondemand)
Menurut Nasution (2010), UKGS dapat menjadikan anak sekolah mampumenjaga dirinya sendiri
dengan mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut, sertamampu mengambil tindakan yang
tepat untuk mencari pengobatan apabiladiperlukan. Hal ini dapat membantu tercapainya derajat
kesehatan gigi dan mulutyang harmonis dan optimal, dan dengan demikian anak dapat tumbuh
dan berkembang secara maksimal.
Tenaga Pelaksana UKGS
Tenaga pelaksana UKGS terdiri dari : tenaga pelaksana di sekolah meliputi guru olahraga dan
dokter kecil yang telah dilatih tentang kesehatan gigi dan mulut,serta tenaga pelaksana di
puskesmas meliputi dokter dan perawat gigi/ tenagakesehatan lain yang telah dilatih (DepKes RI,
1996)
1. Tenaga yang berasal dari sekolah yaitu :
a.Kepala Sekolah / Guru SD
Peran guru SD dalam kegiatan UKGS antara lain :
1. Membantu tenaga kesehatan gigi dalam pengumpulan data (screening) yaitu
pemeriksaan seluruh murid secara berkala.
2. Pendidikan kesehatan gigi pada murid seperti penyuluhan tentangkesehatan gigi dan
mulut pada waktu pelajaran Orkes.
3. Pembinaan dokter kecil.
4. Latihan gosok gigi.
5. Merujuk murid ke puskesmas untuk dilakukan perawatan bilamenemukan murid
dengan keluhan penyakit gigi.
6. Membina kerjasama dengan petugas kesehatan dalam kesehatanlingkungan dan
makanan yang dijual di lingkungan sekolah.
7. Membantu guru dalam sikat gigi bersama
b.Dokter kecil
Peran Dokter kecil dalam kegiatan UKGS antara lain :
1. Membantu guru dalam memberi dorongan agar murid berani untuk diperiksa
giginya.
2. Membantu guru dalam memberikan penyuluhan kesehatan gigi.
3. Memberi petunjuk kepada murid mengenai tempat berobat gigi (klinik gigi).
2. Tenaga dari Puskesmas yaitu
a. Kepala Puskesmas
Peran kepala puskesmas dalam kegiatan UKGS antara lain :
1. Sebagai koordinator pelaksanaan UKGS.
2. Sebagai pembimbing dan motivator.
3. Bersama dokter gigi melakukan perencanaan kesehatan gigi dan mulut.
b. Dokter gigi
Peran dokter gigi dalam kegiatan UKGS antara lain :
1. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan operasional UKGS.
2. Bersama kepala puskesmas dan perawat gigi menyusun rencana kegiatan,
memonitoring program, dan evaluasi.
3. Membina integrasi dengan unit terkait di tingkat Kecamatan, Dati IIdan Dati I
4. Memberi bimbingan dan pengarahan kepada tenaga perawat gigi,UKS, guru SD, dan
dokter kecil.
5. Dapat bertindak sebagai pelaksana UKGS jika tidak ada perawatgigi.
c. Perawat gigi
Peran perawat gigi dalam kegiatan UKGS antara lain :
1. Bersama dokter gigi menyusun rencana UKGS dan pemantauan SD.
2. Membina kerjasama dengan tenaga UKS dan Depdikbud.
3. Melakukan persiapan atau lokakarya mini untuk menyampaikanrencana kepada
pelaksana terkait.
4. Pengumpulan data yang diperlukan dalam UKGS berupa data sosiodemografis dan
data epidemiologis.
5. Melakukan kegiatan analisis teknis dan edukatif, seperti:a)Pengarahan kepada
tenaga UKS, Guru SD, dokter kecil,dan orang tua murid. b)Pembersihan karang
gigi.c)Pelayanan medik gigi (menerima rujukan dari guru dan petugas kesehatan
lainnya).
6. Monitoring pelaksanaan UKGS.
7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
8. Evaluasi program.
d. Petugas UKS
Peran Petugas UKS dalam kegiatan UKGS antara lain :
1. Terlibat secara penuh dalam penentuan SD, pembinaan guru dandokter kecil,
monitoring program, dan hubungan dengan Depdikbud.
2. Pemeriksaan murid (screening).
3. Melaksanakan rujukan.
4. Menunjang tugas perawat gigi dalam penyuluhan dan pendidikankesehatan gigi