Program Kesehatan Gimul Masyarakat

19
PROGRAM KESEHATAN GIMUL MASYARAKAT Program yang cocok untuk Indonesia Jika saya diminta ibu menteri kesehatan untuk membuat program promotif dan preventif bagi kesehatan gigi dan mulut yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia, maka saya akan melakukan : 1. Dari aspek promotif Promotif Kesehatan dapat kita lihat dalam konteks Pendekatan Individual maupun Pendekatan Komunitas. Promotif Kesehatan dalam konteks Pendekatan Individual dapat dilihat dari aspek Pasien itu sendiri sebagai individu maupun dari segi Dental Profesional dimana Dokter Gigi maupun Perawat Gigi sebagai pelaksana. Promosi Kesehatan bagi Pasien berupa Rencana Diet, Kebutuhan Pasien akan Pelayanan Preventif dan Kunjungan Pemeriksaan Kesehatan Gigi berkala. Sedangkan Upaya Promotif dari Dental Profesional berupa Edukasi Pasien, Program Kontrol Plak, Konseling Diet, Recall Reinfocement , Test Aktivitas Karies. Sedangkan Upaya Promotif dalam konteks Pendekatan Komunitas berupa Program DHE, Penelitian Promotif, Kebijakan dan Undang-undang. Upaya Promotif dalam Konteks Pendekatan Komunitas membutuhkan interaksi aktif antara beberapa level dan beberapa organisasi dan organisasi professional kesehatan sebagai komponen penting. Kampanye kesehatan yang dilakukan sering melibatkan promosi kesehatan dan hubungan masyarakat contohnya kampanye lewat mass media (televisi). Dilaporkan juga, meningkatnya penerimaan publik dari nilai kesehatan mulut yang baik dapat meningkatnya pemanfaatan layanan kesehatan gigi. Agar dapat mudah diterima seyogyanya

description

b

Transcript of Program Kesehatan Gimul Masyarakat

PROGRAM KESEHATAN GIMUL MASYARAKAT

Program yang cocok untuk Indonesia

Jika saya diminta ibu menteri kesehatan untuk membuat program promotif dan preventif  bagi kesehatan

gigi dan mulut yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia, maka saya akan melakukan :

1. Dari aspek promotif

Promotif Kesehatan dapat kita lihat dalam konteks Pendekatan Individual maupun Pendekatan

Komunitas. Promotif Kesehatan dalam konteks Pendekatan Individual dapat dilihat dari aspek

Pasien itu sendiri sebagai individu maupun dari segi Dental Profesional dimana Dokter Gigi

maupun Perawat Gigi sebagai pelaksana. Promosi Kesehatan bagi Pasien berupa Rencana Diet,

Kebutuhan Pasien akan Pelayanan Preventif dan Kunjungan Pemeriksaan Kesehatan Gigi

berkala. Sedangkan Upaya Promotif dari Dental Profesional berupa Edukasi Pasien, Program

Kontrol Plak, Konseling Diet, Recall Reinfocement , Test Aktivitas Karies. Sedangkan Upaya

Promotif dalam konteks Pendekatan Komunitas berupa Program DHE, Penelitian Promotif,

Kebijakan dan Undang-undang. Upaya Promotif dalam Konteks Pendekatan Komunitas

membutuhkan interaksi aktif antara beberapa level dan beberapa organisasi dan organisasi

professional kesehatan sebagai komponen penting. Kampanye kesehatan yang dilakukan sering

melibatkan promosi kesehatan dan hubungan masyarakat contohnya kampanye lewat mass media

(televisi). Dilaporkan juga, meningkatnya penerimaan publik dari nilai kesehatan mulut yang baik

dapat meningkatnya pemanfaatan layanan kesehatan gigi. Agar dapat mudah diterima seyogyanya

promosi kesehatan gigi dan mulut harus mengambil pendekatan yang lebih luas untuk menutup

kesenjangan kesehatan gigi antara strata sosial. Promosi kesehatan gigi dan mulut harus

mencakup pendekatan faktor risiko umum, yang membawa kesehatan gigi dan mulut ke

mainstream kesehatan umum (misalnya, tentang penggunaan tembakau, diet, dan kebersihan)

juga terkait untuk kesehatan gigi dan mulut.

 

Dental Health Education

 atau Pendidikan Kesehatan Gigi dan Mulut menerapkan  prinsip-prinsip bahwa masyarakat penerima

pesan pendidikan kesehatan harus dapat menafsirkan pesan-pesan tersebut melalui nilai, keyakinan dan

sikap dari mereka sendiri. Agar Pendidikan Kesehatan Gigi dan Mulut sukses perlu memaksimalkan

keterlibatan dari peserta. Program pendidikan kesehatan gigi dapat meningkatkan  pengetahuan dan untuk

sementara meningkatkan kebersihan mulut tetapi belum menunjukkan efek langsung pada karies.

Perubahan sikap ditunjukkan ketika terjadi keterlibatan peserta dalam pendidikan kesehatan, dan apa yang

diajarkan harus kompatibel dengan adat dan budaya lokal serta dengan pengetahuan ilmiah. Aspek dari

penerima pendidikan untuk mempertimbangkan program pendidikan kesehatan: -

 

Faktor Sociodemografi (misalnya, usia, jenis kelamin, ras / budaya,  pendapatan)

 

- Nilai, sikap, keyakinan

-Kesiapan untuk mengubah perilaku

-Pendidikan Aspek lingkungan sosial untuk mempertimbangkan Program Pendidikan kesehatan:

-Norma-norma budaya (misalnya, berapa banyak penduduk merokok, berapa  banyak orang

menggunakan dental floss)

-Nilai-nilai budaya / harapan (misalnya, keyakinan bahwa gigi anak-anak selalumemiliki bintik-bintik

coklat / karies)

-Bagaimana lingkungan mendukung untuk perubahan perilaku -

 

Cara yang mungkin untuk menawarkan pendidikan / informasi Program pendidikan kesehatan tidak

hanya terbatas

 

 pada peristiwa tetapi aspek  pendidikan saat kegiatan kuratif, preventif, atau promosi kesehatan.

Pemahaman multifaktorial penyebab mengenai penyakit gigi dan interaksinya mereka telah meningkatkan

penekanan proses pendidikan untuk membantu dalam mencapai hasil kesehatan yang diinginkan. Telah

didokumentasikan dalam kedokteran gigi dan kesehatan lainnya informasi atau pengetahuan

kesehatanyang benar saja tidak selalu mengarah pada perilaku kesehatan yang diinginkan.

19

 Proses perubahan tingkah laku menekankan pada pendidikan dengan menggunan  pendekatan persuasif

dan sugestif. Pendekatan persuasif dan sugestif dalam proses  penyuluhan kesehatan gigi merupakan salah

satu alternatif untuk mencapai hasil yang memuaskan. Pendekatan Sugestif berupa Pemberian penjelasan

tidak secara logis, cenderung memberi penekanan dan arahan melalui perasaan dan emosi dengan cara

membujuk orang lain secara langsung/tidak langsung dengan suatu ide atau kepercayaan yang

meyakinkan. Penyuluhan secara sugestif relatif cepat, sangat berhasil pada masyarakat yang pendidikan

dan ekonominya kurang baik. Kelemahannya : mudah melupakan hasil penyuluhan yang telah

dilaksanakan. Agar dapat berhasil dengan  baik, perlu dibantu dengan alat peraga edukatif yang

merangsang emosi manusia. Pendekatan Persuasif menurut Simon,1976 menyatakan persuasif adalah

rancangan komunikasi yang berkaitan dengan pendidikan pada manusia untuk mempengaruhi orang lain

dengan memodifikasi kepercayaan, nilai-nilai atau perilaku secara fakta dan logika. Pendekatan Persuasif

menurut Gondhoyoewono, 1991

 

dasar  pendekatan persuasif adalah menunjukkan suatu fakta, menguraikan sebab akibat, menunjukkan

konsekwensi suatu masalah, menjelaskan mengapa harus melakukan  perubahan perilaku yang berkaitan

dengan topik masalah dengan peninjauan dari  berbagai segi pandang. Keunggulan pendekatan persuasif

adalah perubahan perilaku menetap, lebih berhasil dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan

logika dan  perasaan, merasa puas karena ikut berpartisipasi dalam pemecahan masalah Kelemahannya

adalah memerlukan waktu yang terlalu banyak, pada masyarakat

 

dengan pendidikan dan sosial ekonomi rendah sulit untuk berdialog dan mengerti, dan  pada masyarakat

dengan emosional tinggi sulit berhasil. Program pendidikan kesehatan mulut berbasis sekolah, menurut

definisi, ditujukan untuk kelompok yang lebih kohesif daripada di masyarakat luas. Apapun pendekatan

yang akan diadopsi, itu akan memerlukan rencana aksi, dengan keterlibatan yang tepat semua pihak yang

berkepentingan dan batas yang jelas tanggung jawab. Komponen dasar dari program berbasis sekolah

untuk promosi kesehatan mulut telah digambarkan sebagai berikut: -

 

Pelayanan kesehatan mulut, berarti prosedur pencegahan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,

rujukan, dan tindak lanjut. -

 

Instruksi Kesehatan, untuk mencakup topik-topik kesehatan pribadi dan masyarakat. -

 

Lingkungan yang sehat, dengan memperhatikan semua aspek dari lingkungan sekolah yang dapat

mempengaruhi kesehatan siswa. Berdasarkan Penelitian Blake et all, mengenai Intervensi Edukasi yang

berbasis Sekolah menunjukkan Pengetahuan gigi anak-anak meningkat secara signifikan setelah

intervensi, dengan perbaikan jelas pada langsung tindak lanjut dan dibertahan 6 minggu kemudian.

 

Penelitian telah menunjukkan bahwa fundamental kesalahan dalam banyak kegiatan pendidikan

kesehatan gigi dan mulut adalah asumsi bahwa peningkatan suatu pengetahuan kesehatan gigi dan mulut

pasien akan membantu mengubah  perilaku perawatan gigi. Pendekatan ini, didasarkan pada model hanya

kognitif, mengasumsikan: Pengetahuan

 Sikap

 Perubahan perilaku. Jika hubungan ini  benar, setiap Program pendidikan kesehatan yang meningkatkan

Tingkat pengetahuan gigi peserta dan akan menghasilkan perubahan perilaku yang meningkatkan status

kesehatan mulut atas jangka waktu yang panjang. Sampai saat ini, tidak ada evaluasi  program pendidikan

kesehatan mulut dengan hasil tersebut. Untuk mengembangkan  pendidikan kesehatan mulut yang efektif,

pendidik harus menyadari kekuatan interaksi pada peserta didik. Pendidik harus terlebih dahulu menilai

pelajar atau  peserta didik untuk mengembangkan dan menerapkan rasional program pendidikan yang

akan menghasilkan perubahan perilaku yang berkelanjutan. Upaya Promotif dari Dental Profesional

berupa Edukasi Pasien.

 Dental Health  Education

 Pada Pasien dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

 

-

 

Menunjukkan adanya plak dengan larutan disklosing Pada tahap ini, gigi-gigi dapat diulasi dengan larutan

disklosing dan plak yang melekat pada gigi diperlihatkan pada pasien. Dengan cara ini, daerah-daerah

yang terlewat dapat diperlihatkan. Plak dibuang dari gigi dengan sisi probe untuk menunjukkan betapa

mudah untuk menghilangkan plak secara mekanis. -

 

Memotivasi pasien melalui penjelasan Sifat plak dan gaya perlekatannya pada gigi. Peranan plak pada

keries dan penyakit periodontal juga harus diterangkan.

Dengan penjelasan tersebut, pasien tanpa diterangkan cara menyikat gigi, tetap akan dapat diperbesar

motivasinya. -

 

Mengurangi pembentukan plak Setelah memperlihatkan adanya plak, maka dokter gigi bertanggung

jawab untuk menghilangkannya, meyakinkan pasien bahwa ia dapat menghilangkannya dan mencegah

terbentuknya plak dan memperbaiki anatomi mulut dan gigi, untuk menghalangi pertumbuhan dan

penimbunan bakteri. -

 

Meng-edukasi Pasien tentang sikat gigi dan manfaatnya, bagaimana pemilihan sikat gigi, metode

penyikatan (Teknik roll, Teknik bass, Teknik charter). Pasta gigi, Alat-alat pembersih yang lain (Dental

floss dan teknik penggunaan floss), Sikat interdental , Cara membersihkan lidah. melarang pengunaan

tusuk gigi, -

 

Pemeriksaan. Setelah dilkakukan pengajaran, pasien diminta untuk menyikat giginya dengan cara

tersebut, dan dokter gigi atay hygienist dapat membantu dengan menempatkan sikat pada posisi yang

tepat dan menuntut gerak tangan atau lengan. Setelah ini, dapat digunakan larutan disklosing dan

diperlihatkan jumlah plak yang masih tersisa. -

 

Prosedur yang sama juga harus dilakukan pada kunjungan berikut kira-kira 1 minggu kemudian, dengan

menggunakan discklosing plak untuk menunjukkan daerah-daerah yang terlewatkan. Harus tetap

diberikan penjelasan lebih lanjut, diperlukan waktu 3

 – 

 4 kunjungan agar pasien benar-benar menguasai cara  pengkontrolan plak.

Selain mengedukasi mengenai cara pengkontrolan plak dengan sikat gigi, pasien  juga harus diingatkan

bahwa penyebab karies adalah multifaktorial, sehingga diperlukan Kunjungan pemeriksaan gigi yang

berkala. Dokter gigi juga harus mampu melakukan Konseling Diet bagi pasiennya, Pemanggilan berkala

untuk penguatan (

 Recall Reinfocement 

) dan Test Aktivitas/ Resiko Karies. Test Resiko Karies dilakukan untuk mengetahui factor resiko apa

yang dominan pada pasien. Faktor yang  berkontribusi pada Pemeriksaan Resiko Karies dapat dilihat pada

tabel. Pemeriksaan Faktor Resiko Karies dapat berupa pemeriksaan intra oral dengan melihat banyaknya

karies yang ada dan resiko karies yang akan datang dari anatomi gigi dengan pit dan fissure yang dalam,

adanya akar yang terekspos, atau pemakaian alat orthodontik. Perilaku menjaga kebersihan gigi terlihat

dari plak yang banyak pada permukaan gigi. Evaluasi pH saliva melalui pengukuran pH saliva, laju aliran

saliva dan pen ggunaan obat yang dapat mempengaruhi sekresi saliva. Evaluasi Frekuensi ngemil diantara

jam makan dan konsumsi makanan manis. Evaluasi dengan kultur bakteri streptococcus mutan dan

Lactobacilus juga dapat dilakukan. Edukasi kepada Pasien sebaiknya dilakukan menurut dengan faktor

resiko yang ada pada pasien tersebut,

 

sehingga rencana promotif dan preventif dapat tepat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pasien. 2.

 

Dari aspek preventif

 Preventif dentistry

 adalah sebagai keseluruhan tindakan pelayanan kedokteran gigi yang di dalam tindakan pelayanan

tersebut melibatkan peran perorangan maupun komunitas dalam upaya untuk meningkatkan status

kesehatan gigi dan mulut. Adapun  program preventif yang cocok untuk Indonesia adalah 1.

 

Melakukan pendataan kadar fluor di seluruh Indonesia kemudian melakukan ujicoba water fluridasi pada

beberapa wilayah dengan kadar dibawah standar 2.

 

Program pasta gigi berfluoride untuk daerah-daerah pedalaman yang masih menggunakan bahan-bahan

alam untuk menyikat gigi, jika dianggap pasta gigi  bertentangan dengan keyakinan dapat menggunakan

siwak yang juga mengandung fluoride atau bahan alam lain yang mengandung fluorie 3.

 

Milk fluoridation di sekolah-sekolah seperti yang dilakukan oleh Negara Thailand 4.

 

Aplikasi topical fluor oleh dokter gigi pada kasus dengan indikasi tertentu 5.

 

Menjalankan program konseling dan kontrol diet terutama makanan yang mengandung gula, pemakaian

tembakau dan jenis2 makanan lain yang merusak kesehatan mulut baik serta penerapan pola makan yang

sehat dan seimbang terutama makanan- makanan yang baik untuk kesehatan mulut lewat PUSKESMAS

maupun lewat sekolah dengan UKGS. Salah satu program ungulan yang ingin saya terapkan adalah

program kunya wortel. Yaitu program untuk meningkatkan kesehatan jaringan periodontal pada anak-

anak dan usia remaja di sekolah dengan membiasakan mengunyak wortel sebagai salah satu  jenis sayuran

yang berserat dan bervitamin yang baik untuk kesehata gusi. Program ini dapat dilakukan di sekolah

lewat monitoring dokter gigi puskesmas dan para guru setiap bulannya dilakukan seminggu dua kali

pertemuan. Hal ini  juga bertujuan untuk mebangun kebiasaan yang positif untuk mencintai makanan

sehat. 6.

 

Pelaksanaan program UKGS yang berkesinambungan untuk melakukan kontrol kesehatan gigi dan mulut

pada siswa-siswa sekolah. UKGS di Indonesia belum  berjalan dengan optimal terutama di sekolah-

sekolah tingkat lanjut seperti SMP dan SMA. 7.

 

Program kesehatan gigi dan mulut harus berintegrasi dengan program-program lain di puskesmas

misalnya program KIA dan gizi. Dengan demikian aspek kesehatan gigi dan mulut dapat dengan lebih

mudah diterima oleh masyarakat karena menyagkut aspek kesehtan yang lain. Misalnya program

preventif BBLR  pada ibu hamil dengan pemeriksaan rutin kesehatan jaringan periodontal di buku KIA.

 

8.

 

Kegiatan-kegiatan Pelatihan dan pemberdayaan masyarakat untuk ikut serta melakukan tindakan

preventif seperti training Camp untuk para ibu-ibu kader tentang cara membuat daftar makanan dan pola

makan yang benar untuk bayi,  balita dan anak-anak yang bukan hanya memperbaiki tumbuh kembang

dan mencegah malnutrisi namun juga menurunkan resiko karies dari pola makan yang salah.

Menurut WHO (1987,cit.Sriyono, 2007), tindakan pencegahan karies gigi dapat dilakukan

sebagai berikut:

1. Tindakan masyarakat

Berupa fluoridasi air minum, fluoridasi air minum sekolah, fluoridasi garamdapur,

fluoridasi minuman susu, dan peningkatan diet yang sehat 

2. Tindakan perseorangan

1. Tindakan sendiri di bawah supervisi

Kumur-kumur F

Tablet fluor

Menyikat gigi dengan cairan F, jeli dan pasta profilaksis

2.  Tindakan aplikasi topikal oleh profesional

Aplikasi topikal F

Profilaksis F pasta

Pit dan fisur silen

Profilaksis dan pengambilan plak.

3. Kombinasi antara tindakan sendiri dibawah supervisi dan tindakan oleh profesional

4. Tindakan pencegahan sendiri

Pemakaian pasta F

Kontrol diet oleh individu

Kumur-kumur F dan penggunaan F tablet di rumah

o Kegiatan kuratif 

Upaya kuratif yang dilaksanakan di UKGS adalah pengobatan darurat

untuk menghilangkan rasa sakit, pelayanan medik dasar baik berdasarkan

permintaanmaupun sesuai kebutuhan, dan rujukan bagi siswa yang memerlukan

perawatan(Depkes RI, 1996)

Tahap-tahap UKGS

Menurut Depkes RI (1996) terdapat tiga tahap UKGS berdasarkankeadaan tenaga dan fasilitas

kesehatan gigi di Puskesmas, yaitu:

1. UKGS Tahap I (paket minimal UKS)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkautenaga dan fasilitas

kesehatan gigi yang meliputi:

a. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru sesuaidengan

Kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994 (BukuPendidikan Kesehatan). 

b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI yaitu sikat gigimasal minimal

untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai pasta gigiyang mengandung fluor minimal

1 kali/bulan.

c. Untuk siswa SLTP/SLTA disesuaikan dengan program UKS daerah masing-masing.

2. UKGS tahap II ( paket standar UKS)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga dan fasilitas

kesehatan gigi yang terbatas. Paket standar UKS yaitu  UKGS tahap II meliputi seluruh

paket minimal UKS atau UKGS tahap Iditambah dengan:

a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi (terintegrasi)

b. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan pencabutan gigi sulung

yang sudah waktunya tanggal

c. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit

d. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I sampai dengankelas VI (care on

demand )

e. Rujukan bagi yang memerlukan

3. UKGS tahap III (paket optimal UKS)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkautenaga dan fasilitas

kesehatan gigi yang sudah memadai. UKGS tahap IIImemakai sistem inkremental dengan

pemeriksaan ulang setiap 2 tahun untuk gigi tetap. Paket optimal UKS yaitu UKGS Tahap

III meliputi seluruh paketstandar UKS atau UKGS Tahap II ditambah dengan pelayanan

medik gigi dasar  pada kelas terpilih sesuai kebutuhan (treatment need ).

Sasaran UKGS

Menurut Departemen Kesehatan RI (1996) sasaran progam UKGS adalah semua murid usia

sekolah yang dalam lingkup wilayah kerja puskesmas yaitu :

1. 100% SD melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

sesuaikurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Minimal 80% SD/MI melaksanakan sikat gigi massal.

3. Minimal 50% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan(care on

demand ).

4. Minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi atas dasar kebutuhan perawatan

(treatment need ).

Dalam Departemen Kesehatan RI tahun 2000 juga dijelaskan bahwa :

1. Frekuensi pembinaan UKGS ke SD minimal 2 kali per tahun

2. Minimal 75% murid SD mendapatkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut

3. Minimal 80% murid SD mendapatkan perawatan medik gigi dasar, dari seluruh murid SD

yang telah terjaring untuk mendapatkan perawatan lanjutan

Sasaran kegiatan UKGS yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di bagian IKGP dan

IKGM FKG UGM angkatan 58 adalah siswa kelas 3B(7 siswa)dan kelas 6B (6 siswa) SD

Kanisius Sengkan, Kecamatan Depok, Sleman,Yogyakarta yang telah menjalin kerjasama

dengan FKG UGM.

Tujuan UKGS

Tujuan UKGS menurut Departemen Kesehatan RI (1996) meliputi :

1. Tujuan Umum :

Tujuan umum dari UKGS adalah tercapainya kesehatan gigi dan mulutsiswa yang optimal

dengan mengacu pada Visi Indonesia Sehat 2010, yaituuntuk target tahun 2010 indeks

DMF-T anak kelompok usia 12 tahun ≤ 2, danPTI (Performed Treatment Indeks) sebesar

20% (Depkes RI, 2000). Selain itukegiatan UKGS ini bertujuan untuk meningkatkan

persentase murid SekolahDasar/Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Sleman yang telah

mendapat  pemeriksaan gigi dan mulut menjadi 100% mengacu pada Visi Indonesia

Sehat2015 (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011).

2. Tujuan khusus :

a. Siswa mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.

b. Siswa mempunyai sikap/kebiasaan memelihara diri terhadapkesehatan gigi dan mulut.

c. Siswa binaan UKS paket standar dan paket optimal mendapatkan pelayanan medik gigi

dasar atas permintaan.

d. Siswa binaan UKS paket optimal pada jenjang kelas terpilih mendapatkan pelayanan

medik gigi dasar yang diperlukan.

Manfaat UKGS

Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan UKGS adalah:

1. Meningkatnya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa

2. Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut siswa

3. Meningkatnya sikap/kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut siswa

4. Siswa mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan (care ondemand)

Menurut Nasution (2010), UKGS dapat menjadikan anak sekolah mampumenjaga dirinya sendiri

dengan mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut, sertamampu mengambil tindakan yang

tepat untuk mencari pengobatan apabiladiperlukan. Hal ini dapat membantu tercapainya derajat

kesehatan gigi dan mulutyang harmonis dan optimal, dan dengan demikian anak dapat tumbuh

dan berkembang secara maksimal.

Tenaga Pelaksana UKGS

Tenaga pelaksana UKGS terdiri dari : tenaga pelaksana di sekolah meliputi guru olahraga dan

dokter kecil yang telah dilatih tentang kesehatan gigi dan mulut,serta tenaga pelaksana di

puskesmas meliputi dokter dan perawat gigi/ tenagakesehatan lain yang telah dilatih (DepKes RI,

1996)

1. Tenaga yang berasal dari sekolah yaitu :

a.Kepala Sekolah / Guru SD

Peran guru SD dalam kegiatan UKGS antara lain :

1. Membantu tenaga kesehatan gigi dalam pengumpulan data (screening) yaitu

pemeriksaan seluruh murid secara berkala.

2. Pendidikan kesehatan gigi pada murid seperti penyuluhan tentangkesehatan gigi dan

mulut pada waktu pelajaran Orkes.

3. Pembinaan dokter kecil.

4. Latihan gosok gigi.

5. Merujuk murid ke puskesmas untuk dilakukan perawatan bilamenemukan murid

dengan keluhan penyakit gigi.

6. Membina kerjasama dengan petugas kesehatan dalam kesehatanlingkungan dan

makanan yang dijual di lingkungan sekolah.

7. Membantu guru dalam sikat gigi bersama

 b.Dokter kecil

Peran Dokter kecil dalam kegiatan UKGS antara lain :

1. Membantu guru dalam memberi dorongan agar murid berani untuk diperiksa

giginya.

2. Membantu guru dalam memberikan penyuluhan kesehatan gigi.

3. Memberi petunjuk kepada murid mengenai tempat berobat gigi (klinik gigi).

2. Tenaga dari Puskesmas yaitu

a. Kepala Puskesmas

Peran kepala puskesmas dalam kegiatan UKGS antara lain :

1. Sebagai koordinator pelaksanaan UKGS.

2. Sebagai pembimbing dan motivator.

3. Bersama dokter gigi melakukan perencanaan kesehatan gigi dan mulut. 

b. Dokter gigi

Peran dokter gigi dalam kegiatan UKGS antara lain :

1. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan operasional UKGS.

2. Bersama kepala puskesmas dan perawat gigi menyusun rencana kegiatan,

memonitoring program, dan evaluasi.

3. Membina integrasi dengan unit terkait di tingkat Kecamatan, Dati IIdan Dati I

4. Memberi bimbingan dan pengarahan kepada tenaga perawat gigi,UKS, guru SD, dan

dokter kecil.

5. Dapat bertindak sebagai pelaksana UKGS jika tidak ada perawatgigi.

c. Perawat gigi

Peran perawat gigi dalam kegiatan UKGS antara lain :

1. Bersama dokter gigi menyusun rencana UKGS dan pemantauan SD.

2. Membina kerjasama dengan tenaga UKS dan Depdikbud.

3. Melakukan persiapan atau lokakarya mini untuk menyampaikanrencana kepada

pelaksana terkait.

4. Pengumpulan data yang diperlukan dalam UKGS berupa data sosiodemografis dan

data epidemiologis.

5. Melakukan kegiatan analisis teknis dan edukatif, seperti:a)Pengarahan kepada

tenaga UKS, Guru SD, dokter kecil,dan orang tua murid. b)Pembersihan karang

gigi.c)Pelayanan medik gigi (menerima rujukan dari guru dan petugas kesehatan

lainnya).

6. Monitoring pelaksanaan UKGS.

7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

8. Evaluasi program.

d. Petugas UKS

Peran Petugas UKS dalam kegiatan UKGS antara lain :

1. Terlibat secara penuh dalam penentuan SD, pembinaan guru dandokter kecil,

monitoring program, dan hubungan dengan Depdikbud.

2. Pemeriksaan murid (screening).

3. Melaksanakan rujukan.

4. Menunjang tugas perawat gigi dalam penyuluhan dan pendidikankesehatan gigi