Produksi Calon Induk Unggul Ikan Lele

9
Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20 12 PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas., A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma Abstrak Perkembangan akuakultur diyakini bergantung pada beragam faktor, diantaranya kebutuhan pasar, pengembangan dan transfer teknologi terapan, ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, dorongan investasi serta penyediaan infrastruktur. Namun perkembangan tersebut masih jarang memanfaatkan program pemuliaan ikan yang efisien dan sistemamatik yang dapat mendukung peningkatan produksi. dengan target peningkatan produksi yang cukup tinggi tersebut memerlukan penyelarasan teknologi yang lebih inovatif agar usaha budidaya lele menjadi lebih efisien. Inovasi budidaya dapat dilakukan baik melalui mendekatan genetic, lingkungan maupun pakan. Pendekatan secara genetic perlu diarahkan pada produksi induk dan benih yang memiliki karakter unggul. Produksi induk dapat dilakukan baik melalui peningkatan mutu genetic maupun dengan perbanyakan. Melakukan produksi perbanyakan calon induk lele Sangkuriang yang dapat didistribusikan kepada para pembudidaya atau stake holder lainnya. Menghasilkan calon induk lele Sangkuriang sebanyak 4.500 ekor ukuran 500-600 gram/ekor. Dari kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2011 maka diperoleh calon induk sebanyak 500 paket (5000 ekor betina, 2500 ekor jantan) melebihi dari target yang ditentukan sebanyak 4500 ekor. PENDAHULUAN Latar belakang Perkembangan akuakultur diyakini bergantung pada beragam faktor, diantaranya : kebutuhan pasar, pengembangan dan transfer teknologi terapan, ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, dorongan investasi serta penyediaan infrastruktur. Namun perkembangan tersebut masih jarang memanfaatkan program pemuliaan ikan yang efisien dan sistemamatik yang dapat mendukung peningkatan produksi, mengurangi biaya operasional, perbaikan resistensi terhadap penyakit, perbaikan pemanfaatan sumber pakan dan perbaikan kualitas produksi (Gjedrem, 2005). Faktanya, menurut Gjedrem (2005), lebih dari 90% proses produksi akuakultur masih menggunakan induk yang tidak diperbaiki secara genetic. Pada kasus akuakultur Indonesia, penerapan program pemuliaan masih sangat terbatas pada beberapa spesies ikan budidaya sehingga pembudidaya umumnya memanfaatkan induk yang bukan dari hasil perbaikan mutu dengan penggunaa yang tidak terkontrol. Hal tersebut telah semakin mendorong terjadinya penurunan mutu ikan sehingga dapat menyebabkan penurunan efisiensi produksi. Contoh kasus penurunan mutu ikan telah dilaporkan Rustisja (1998) pada ikan lele dumbo. Dengan ketersediaan pasar yang tinggi dan keunggulan komparatif

description

Produksi Calon Induk Unggul Ikan Lele

Transcript of Produksi Calon Induk Unggul Ikan Lele

  • Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20

    12

    PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE

    A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas.,

    A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma

    Abstrak

    Perkembangan akuakultur diyakini bergantung pada beragam faktor, diantaranya kebutuhan

    pasar, pengembangan dan transfer teknologi terapan, ketersediaan sumber daya alam dan sumber

    daya manusia, dorongan investasi serta penyediaan infrastruktur. Namun perkembangan tersebut

    masih jarang memanfaatkan program pemuliaan ikan yang efisien dan sistemamatik yang dapat

    mendukung peningkatan produksi. dengan target peningkatan produksi yang cukup tinggi tersebut

    memerlukan penyelarasan teknologi yang lebih inovatif agar usaha budidaya lele menjadi lebih

    efisien. Inovasi budidaya dapat dilakukan baik melalui mendekatan genetic, lingkungan maupun

    pakan.

    Pendekatan secara genetic perlu diarahkan pada produksi induk dan benih yang memiliki

    karakter unggul. Produksi induk dapat dilakukan baik melalui peningkatan mutu genetic maupun

    dengan perbanyakan. Melakukan produksi perbanyakan calon induk lele Sangkuriang yang dapat

    didistribusikan kepada para pembudidaya atau stake holder lainnya. Menghasilkan calon induk lele

    Sangkuriang sebanyak 4.500 ekor ukuran 500-600 gram/ekor. Dari kegiatan yang telah dilakukan

    pada tahun 2011 maka diperoleh calon induk sebanyak 500 paket (5000 ekor betina, 2500 ekor

    jantan) melebihi dari target yang ditentukan sebanyak 4500 ekor.

    PENDAHULUAN

    Latar belakang

    Perkembangan akuakultur diyakini

    bergantung pada beragam faktor,

    diantaranya : kebutuhan pasar,

    pengembangan dan transfer teknologi

    terapan, ketersediaan sumber daya alam dan

    sumber daya manusia, dorongan investasi

    serta penyediaan infrastruktur. Namun

    perkembangan tersebut masih jarang

    memanfaatkan program pemuliaan ikan yang

    efisien dan sistemamatik yang dapat

    mendukung peningkatan produksi,

    mengurangi biaya operasional, perbaikan

    resistensi terhadap penyakit, perbaikan

    pemanfaatan sumber pakan dan perbaikan

    kualitas produksi (Gjedrem, 2005). Faktanya,

    menurut Gjedrem (2005), lebih dari 90%

    proses produksi akuakultur masih

    menggunakan induk yang tidak diperbaiki

    secara genetic.

    Pada kasus akuakultur Indonesia,

    penerapan program pemuliaan masih sangat

    terbatas pada beberapa spesies ikan budidaya

    sehingga pembudidaya umumnya

    memanfaatkan induk yang bukan dari hasil

    perbaikan mutu dengan penggunaa yang tidak

    terkontrol. Hal tersebut telah semakin

    mendorong terjadinya penurunan mutu ikan

    sehingga dapat menyebabkan penurunan

    efisiensi produksi. Contoh kasus penurunan

    mutu ikan telah dilaporkan Rustisja (1998)

    pada ikan lele dumbo. Dengan ketersediaan

    pasar yang tinggi dan keunggulan komparatif

  • PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE

    (A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas.,

    A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma)

    13

    budidaya lele dibanding dengan jenis ikan

    lainnya, perbaikan mutu genetic lele

    diharapkan dapat memberikan kontribusi

    yang signifikan bagi peningkatan produksi

    akuakultur.

    Secara keseluruhan, produksi akuakultur

    diproyeksikan dapat meningkat hingga 353%

    dari tahun 2009 hingga tahan 2014. Dari

    angka tersebut, produksi ikan lele

    diproyeksikan dapat menjadi 900.000 ton

    atau meningkat hingga 450% sehingga

    diharapkan produksinya dapat menjadi salah

    satu komoditas terbesar di dunia (KKP, 2010).

    Untuk mencapai produksi tersebut, Direktorat

    Perbenihan, Direktorat Jenderal Perikanan

    Budidaya sudah memproyeksikan kebutuhan

    benih ikan lele hingga 7.000.000 ekor dan

    kebutuhan induk hingga 2.330.000 ekor pada

    tahun 2014. meskipun saat ini diyakini bahwa

    teknologi budidaya lele sudah dikuasai oleh

    para pembudidaya, namun dengan target

    peningkatan produksi yang cukup tinggi

    tersebut memerlukan penyelarasan teknologi

    yang lebih inovatif agar usaha budidaya lele

    menjadi lebih efisien. Inovasi budidaya dapat

    dilakukan baik melalui mendekatan genetic,

    lingkungan maupun pakan. Pendekatan

    secara genetic perlu diarahkan pada produksi

    induk dan benih yang memiliki karakter

    unggul. Produksi induk dapat dilakukan baik

    melalui peningkatan mutu genetic maupun

    dengan perbanyakan. Peningkatan mutu

    genetic diarahkan untuk memperbaiki

    karakteristik induk baik pertumbuhan

    maupun daya tahan terhadap penyakit.

    Proses produksi tersebut dapat dilakukan baik

    melalui pendekatan konvensional sehingga

    hibridisasi, introgesi dan seleksi maupun

    pendekatan yang lebih modern seperti

    manipulasi kromosom dan transgenic.

    Sedangkan teknik perbanyakan digunakan

    untuk dapat mempertahankan mutu genetic

    yang sudah unggul atau menekan tejadinya

    penurunan mutu akibat silang dalam.

    Tujuan

    Melakukan produksi perbanyakan calon

    induk lele Sangkuriang yang dapat

    didistribusikan kepada para pembudidaya

    atau stake holder lainnya.

    Target

    Menghasilkan calon induk lele

    Sangkuriang sebanyak 4.500 ekor ukuran 500-

    600 gram/ekor.

    METODOLOGI

    Waktu dan Tempat

    Kegiatan dilakukan di Balai Besar

    pengembangan Budidaya Air Tawar sejak

    Januari Desember 2011.

    Bahan dan Alat

    Bahan

    Bahan yang digunakan meliputi : induk

    lele Sangkuriang F1, induk lele hasil introgesi

    (kelompok SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK),

    pakan induk, cacing, pakan larva, pakan benih,

    pakan pembesaran, obat-obatan, vit C,

    probiotik, hormon ovulasi, pupuk, kapur dan

    bahan analis DNA.

  • Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal

    14

    Alat

    Alat yang digunakan meliputi : peralatan

    packing, peralatan perikanan, hapa

    penetasan, hapa hijau, alat pemijhan, fishing

    wader, instalasi hapa, instalasi aerasi, adapt

    microscope-camera, bak penetasan dan bak

    inkubasi induk.

    Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Perbanyakan Calon Induk Lele Sangkuriang

    Induk yang digunakan merupakan induk

    lele Sangkuriang F1 generasi Tahun 2007.

    Pemijahan dilakukan secara buatan dan

    serentak dengan jumlah induk sebanyak 30

    pasang. Telur yang sudah dibuahi disebar

    dalam hapa penetasan yang dipasang dalam

    bak fiberglass. Larva yang dihasilkan

    dipelihara dalam bak fiberglass bilat (indoor)

    dan bak plastic (outdoor) selama 2

    (pendederan 1). Pakan yang diberikan berupa

    cacing dan pakan larva buatan. Pada akhir

    pemeliharaan dilakukan pemanenan benih

    dan sortasi ukuran.

    Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20

    Alat yang digunakan meliputi : peralatan

    packing, peralatan perikanan, hapa

    penetasan, hapa hijau, alat pemijhan, fishing

    wader, instalasi hapa, instalasi aerasi, adapter

    camera, bak penetasan dan bak

    Prosedur Kerja

    Perbanyakan Calon Induk

    Prosedur perbanyakan calon induk lele

    Sangkuriang mengikuti protocol 01

    Perbanyakan Calon Induk Lele Sangkuriang.

    Protokol tersebut telah disusun oleh Pusat

    Induk Ikan Lele (Gambar 1).

    Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Perbanyakan Calon Induk Lele Sangkuriang

    Induk yang digunakan merupakan induk

    lele Sangkuriang F1 generasi Tahun 2007.

    secara buatan dan

    serentak dengan jumlah induk sebanyak 30

    pasang. Telur yang sudah dibuahi disebar

    dalam hapa penetasan yang dipasang dalam

    bak fiberglass. Larva yang dihasilkan

    dipelihara dalam bak fiberglass bilat (indoor)

    ma 2-3 minggu

    (pendederan 1). Pakan yang diberikan berupa

    cacing dan pakan larva buatan. Pada akhir

    pemeliharaan dilakukan pemanenan benih

    Benih dipelihara lebih lanjut p

    plastic dan kolam tanah selama 4

    (pendederan 2). Pakan yang diberikan berupa

    pellet komersial ukuran diameter 1 mm dan 2

    mm disesuaikan dengan bukaan mulut. Pada

    akhir pemeliharaan dilakukan pemanenan

    benih dan sortasi ukuran.

    Pembesaran dilakukan pada kolam tanah

    selama 2-2,5 bulan (pembesaran 1) dan

    dilanjutkan 3-4 bulan (pembesaran 2).

    Pakanyang diberikan berupa pellet komersial

    ukuran 3 mm. pada kahir masa pembesaran 1

    dilakukan pemisahan kelamin jantan dan

    Prosedur perbanyakan calon induk lele

    Sangkuriang mengikuti protocol 01

    Perbanyakan Calon Induk Lele Sangkuriang.

    Protokol tersebut telah disusun oleh Pusat

    Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Perbanyakan Calon Induk Lele Sangkuriang

    Benih dipelihara lebih lanjut pada bak

    plastic dan kolam tanah selama 4-6 minggu

    Pakan yang diberikan berupa

    pellet komersial ukuran diameter 1 mm dan 2

    mm disesuaikan dengan bukaan mulut. Pada

    akhir pemeliharaan dilakukan pemanenan

    Pembesaran dilakukan pada kolam tanah

    5 bulan (pembesaran 1) dan

    4 bulan (pembesaran 2).

    Pakanyang diberikan berupa pellet komersial

    ukuran 3 mm. pada kahir masa pembesaran 1

    dilakukan pemisahan kelamin jantan dan

  • betinadan masing-masing sortasi sebanyak

    50% populasi atau ukuran minimal 100

    g/ekor. Hasil sortasi dipelihara kembali secara

    komunal dan pada akhir pembesaran

    2dilakuak sortasi ukuran diatas 400 g/ekor.

    Pembesaran akhir dilakukan di kolam

    tanah selama 2-3 bulan untuk mencapai calon

    induk ukuran 500-600 g/ekor yang siap untuk

    didistribusikan. Pakan yang diberikan berupa

    pellet komesial ukuran diameter 3 mm.

    Uji Progeni Hasil Introgesi Lele Sangkuriang

    Uji progeny ikan hasil kegiatan introgesi

    lele Sangkuriang berdasarkan alur kegiatan

    seperti pada Gambar 2a. Prosedur kegiatan

    Gambar 2.

    a) Diagram Alir Kegiatan Introgresi Lele

    Sangkuriang. Kegiatan Tahun 2011 pada

    Proses yang Dicetak Tebal

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Perbanyakan Calon Induk

    Pemijahan

    Pemijahan induk lele dilakukan secara

    buatan dengan menggunakan 30 ekor jantan

    dan 30 ekor betina. Dari kegiatan yang

    PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL

    (A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas.,

    A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma

    masing sortasi sebanyak

    50% populasi atau ukuran minimal 100

    ortasi dipelihara kembali secara

    komunal dan pada akhir pembesaran

    dilakuak sortasi ukuran diatas 400 g/ekor.

    Pembesaran akhir dilakukan di kolam

    3 bulan untuk mencapai calon

    600 g/ekor yang siap untuk

    an yang diberikan berupa

    pellet komesial ukuran diameter 3 mm.

    Uji Progeni Hasil Introgesi Lele Sangkuriang

    Uji progeny ikan hasil kegiatan introgesi

    lele Sangkuriang berdasarkan alur kegiatan

    seperti pada Gambar 2a. Prosedur kegiatan

    dapat dilihat pada g

    dilakukan secara buatan pada tiap kelompok

    induk SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK dan

    SKxSK sebagai kontrol. Penetasan telur dan

    pemeliharaan benih selanjutnya dari tiap

    kelompok dipelihara secara terpisah baik pada

    uji progeni maupun pad

    Pendedera dilakukan pada bak fiberglass dan

    kolam plastik sedangkan pembesaran pada

    kolam plastik/tanah dan hapa yang dipasang

    di kolam. Uji multilokasi dilakukan di UPT

    Pusat/UPTD/UPR yang mewakili kondisi

    temperatur perairan relatif di

    panas.

    Diagram Alir Kegiatan Introgresi Lele

    Sangkuriang. Kegiatan Tahun 2011 pada

    b) Diagram Alir Kegiatan Progeny Test dan Multilocation

    Test pada Introgresi Lele Sangkuriang

    Pemijahan induk lele dilakukan secara

    buatan dengan menggunakan 30 ekor jantan

    dan 30 ekor betina. Dari kegiatan yang

    dilakukan diperoleh

    sebesar 70 %, derajat penetasan telur

    67 %, sintasan 5 hari sebesar 85 %

    Pendederan

    Pendederan pertama dilakukan di

    beberapa kolam terpal, SR yang dihasilkan

    PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE

    A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas.,

    A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma)

    15

    dapat dilihat pada gambar 2b. Pemijahan

    dilakukan secara buatan pada tiap kelompok

    SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK dan

    SKxSK sebagai kontrol. Penetasan telur dan

    pemeliharaan benih selanjutnya dari tiap

    kelompok dipelihara secara terpisah baik pada

    uji progeni maupun pada uji multilokasi.

    Pendedera dilakukan pada bak fiberglass dan

    kolam plastik sedangkan pembesaran pada

    kolam plastik/tanah dan hapa yang dipasang

    di kolam. Uji multilokasi dilakukan di UPT

    Pusat/UPTD/UPR yang mewakili kondisi

    temperatur perairan relatif dingin, hangat dan

    Diagram Alir Kegiatan Progeny Test dan Multilocation

    Sangkuriang

    dilakukan diperoleh derajat pembuahan

    , derajat penetasan telur sebesar

    sebesar 85 %.

    Pendederan pertama dilakukan di

    kolam terpal, SR yang dihasilkan

  • Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20

    16

    rerata sebesar 44,01 %. benih terseleksi

    dengan ukuran rerata panjang 2,09 cm dan

    berat 0,106 gram yang dihasilkan sebanyak

    70.427 ekor, selanjutnya dilakukan

    pemeliharaan pendederan tahap kedua.

    Pendederan kedua dilakukan pada kolam

    tanah selama 1,5 bulan. Dari hasil kegiatan

    didapatkan SR mencapai 53,82 % dengan

    rata-rata pertumbuhan panjang mencapai

    8,38 cm dan bobot 5,63 gram.

    Pembesaran

    Tahap berikutnya adalah kegiatan

    pembesaran benih ukuran 7-9 cm hasil

    seleksi. Pada kegiatan pembesaran pertama

    diperoleh sintasan sebesar 78,82 % dengan

    pertumbuhan seperti terlihat pada gambar 3.

    Pertumbuhan lele Sangkuriang pada

    pembesaran pertama yang dilakukan

    pemeliharaan selama dua bulan, dihasilkan

    calon induk lele dengan berat rerata 129 gram

    dan panjang rerata 32,07 cm.

    Pembesaran kedua selama empat bulan

    menghasilkan calon induk lele dengan berat

    rata-rata 518,437 g/e dan panjang rerata

    40,73 cm. Pada pembesaran kedua diperoleh

    sintasan sebesar 89,92 % (Gambar 4).

    Dari kegiatan produksi calon induk lele

    Sangkuriang ini menghasilkan calon induk lele

    Sangkuriang sebanyak 500 paket (5000 ekor

    betina, 2500 ekor jantan).

    Diseminasi teknologi budidaya dilakukan

    ke daerah pengembangan Diseminasi

    teknologi proses produksi meliputi pembinaan

    dan diarahkan pada penerapan standar

    prosedur operasional pembenihan dan

    pembesaran lele Sangkuriang serta bantuan

    berupa calon induk ke beberapa daerah

    antara lain Kabupaten Cianjur, Bangka

    Tengah, Batam, Banyumas, Purbalingga,

    Indramayu serta Bogor.

    Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Lele Sangkuriang pada Pembesaran Pertama

    8,38 12,82 16,64 19,43

    32,07

    5,64 18,06

    39,93

    66,9

    129

    0 2 4 6 8

    Pertumbuhan Panjang dan Berat pada Pembesaran Pertama

    panjang berat

  • PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE

    (A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas.,

    A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma)

    17

    Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Lele Sangkuriang pada Pembesaran Kedua

    Tabel 1. Distribusi Calon Induk Lele Sangkuriang

    NO BULAN JUMLAH (PAKET) TUJUAN

    Juli 133 Komika - Sukabumi

    Agustus 266 Komika - Sukabumi

    Oktober 34 Komika - Sukabumi

    Nopember 67 Ciparay- Majalaya Kab. Bandung

    J U M L A H 500

    Uji Progeny

    Pemijahan

    Pemijahan induk lele dilakukan secara

    buatan pada tiap kelompok induk yaitu

    SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK

    sebagai kontrol. Pemijahan buatan ini

    menggunakan 4 ekor jantan dan 4 ekor betina

    dari masing-masing kelompok silangan. Dari

    kegiatan yang dilakukan diperoleh derajat

    pembuahan tiap kelompok silangan SkxAF1,

    SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK masing-

    masing sebesar 86%, 74,9%, 72,8%, 88,5%,

    dan 95,4%. Untuk derajat penetasan telur

    pada tiap kelompok silangan SkxAF1, SkxAF2,

    AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK masing-masing

    sebesar 89,8%, 64,4%, 71,9%, 64,8% dan

    69,7%.

    Pendederan

    Pendederan pertama dilakukan di bak

    fiberglass dan kolam plastik. Pendederan

    pertama berlangsung selama 14 hari.

    Pemeliharaan di bak fiberglass dilakukan pada

    indoor hatchery dan setiap bak fiberglass

    diberikan water heater sehingga suhu air

    selama pemeliharaan terkontrol. Pada

    pemeliharaan pendederan 1 yang dilakukan

    32,07 33,25 34,67 40,73

    129,00

    293,70 335,83

    518,43

    1 2 3 4

    Pertumbuhan Panjang dan Berat pada Pembesaran kedua

    panjang (cm) berat (g)

  • Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20

    18

    pada bak fiberglass menghasilkan tingkat

    kelangsungan hidup dari tiap kelompok

    silangan SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan

    SKxSK yang beragam (Gambar 5).

    Pemeliharaan di kolam plastik dilakukan

    pada kolam berukuran 12 m selama 14 hari.

    Pada pemeliharaan pendederan 1 yang

    dilakukan pada kolam plastik menghasilkan

    tingkat kelangsungan hidup dari tiap

    kelompok silangan SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK,

    AF2xSK, dan SKxSK yang beragam (Gambar 6).

    Tahap selanjutnya dilakukan

    pemeliharaan pendederan kedua.

    Pendederan kedua dilakukan pada kolam

    tanah dan kolam plastik selama 4-6 minggu.

    Dari hasil kegiatan didapatkan distribusi

    ukuran tiap kelompok silangan SkxAF1,

    SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK yang

    beragam (Gambar 7). Setelah proses

    penyortiran, kemudian ukuran 5-7 cm dan

    ukuran 7-9 cm dari tiap kelompok silangan

    dipelihara secara terpisah untuk proses

    selanjutnya yaitu pembesaran.

    Pembesaran pada uji progeny ini

    dilakukan pada hapa yang dipasang di kolam

    tanah. Kepadatan pada tiap kelompok

    silangan berbeda-beda. Selama masa

    pemeliharaan dilakukan sampling

    pertumbuhan untuk mengetahui

    pertumbuhan panjang dan bobot ikan serta

    untuk mengetahui jumlah pakan yang akan

    diberikan pada bulan berikutnya. Sampling ini

    dilakukan sekali dalam sebulan. Hasil sampling

    selama masa pemeliharaan pembesaran

    disajikan dalam bentuk grafik (Gambar 8

    dan 9).

    Gambar 5. Grafik Kelangsungan Hidup Pendederan 1 pada Bak Fiberglass

    6,228

    1,86 1,904 1,8962,3

    1,532

    5,068

    1,86

    5,444

    6,02

    SA1 SA2 A1S A2S SK

    Kelangsungan Hidup Pendederan 1 pada bak fiberglass

    SR (%)

  • PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE

    (A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas.,

    A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma)

    19

    Gambar 6 . Grafik kelangsungan Hidup Pendederan 1 pada Kolam Plastik

    Gambar 7 . Grafik Distribusi Ukuran pada Pendederan 2 di Kolam Plastik

    Gambar 8 . Grafik Pertumbuhan Panjang pada pembesaran

    78,872

    51,484

    88,864

    44,484

    84,796

    63

    37,40 49,38

    74,66

    32,54

    SA1 SA2 A1S A2S SK

    Kelangsungan Hidup Pendederan 1 pada kolam plastik

    SR(%)

    14,47 6,47 9,18

    22,40

    43,21

    29,07 33,90

    55,39

    40,01

    61,37 54,37

    21,84

    2,31 3,09 2,56 0,37

    SA1 SA2 A1S A2S SK

    Distribusi ukuran pada Pendederan 2

    ukuran 4-6 cm (%) ukuran 5-7 cm 9%) ukuran 7-9 cm (%) uk > 9cm (%)

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    1 2 3

    Pertumbuhan panjang pada Pembesaran

    SA1

    SA2

    A1S

    A2S

    SK

  • Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20

    20

    Gambar 9 . Grafik Pertumbuhan Bobot pada Pembesaran

    KESIMPULAN

    Dari kegiatan yang telah dilakukan pada

    tahun 2011 maka diperoleh calon induk

    sebanyak 500 paket (5.000 ekor betina, 2.500

    ekor jantan) melebihi dari target yang

    ditentukan sebanyak 4500 ekor. Adapun yang

    telah didistribusikan sebagai bantuan

    sebanyak 148 paket (1.480 ekor betina dan

    740 ekor jantan).

    DAFTAR PUSTAKA

    Nurhidayat, M. A., A. Sunarma, D. Hidajat, B.

    Rahman, J. Purwanto. 2000. Rekayasa

    peningkatan mutu lele dumbo (Clarias

    gariepinus x c. Fuscus). Dalam Laporan

    Tinjauan Hasil bagian Proyek Pengembangan

    Teknik Budidaya Air Tawar Sukabumi 2000

    (Harmurti Adi, et al., eds). Balai Budidaya Air

    Tawar Sukabumi. Sukabumi. Hal 53-61

    Nurhidayat, M. A., A. Sunarma, J. Trenggana. 2001.

    Rekayasa uji keturunan (progeny test) lele

    dumbo hasil back cross. Dalam Laporan

    Tinjauan Hasil Proyek Pengembangan

    Perekayasa Teknologi BBAT Sukabumi 2001

    (Harmurti Adi, et al., eds). Balai Budidaya Air

    Tawar Sukabumi. Sukabumi. Hal 53-61.

    -20

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    1 2 3

    Bo

    bo

    t (g

    )

    Sampling ke-

    Pertumbuhan Bobot pada Pembesaran

    SA1

    SA2

    A1S

    A2S

    SK