PRODUKSI CALON INDUK UDANGWINDU, Penaeus mododon … · rangkaian proses domestikasi dan pemuliaan...

8
47 Produksi calon induk udang windu asal tambak ... (Syarifuddin Tonnek) PRODUKSI CALON INDUK UDANGWINDU, Penaeus mododon ASAL TAMBAK MENGGUNAKAN BAK RESIRKULASI BERDASAR PASIR Syarifuddin Tonnek, Samuel Lante, dan Andi Parenrengi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Pengamatan produksi calon induk udang yang dipelihara pada bak sistem resirkulasi berdasar pasir telah dilakukan dari bulan Agustus sampai November selama 4 bulan di Instalasi Hatcheri Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros di Barru. Perlakuan yang diujicoba adalah desain bak yang ditutup para-net (A) dan bak tanpa penutup; (B) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertambahan bobot induk jantan dan betina masing-masing pada perlakuan A hanya 11,84 g dan 18,87 g; sedangkan pada perlakuan B individu betina mencapai 12,95 g dan jantan hanya 14,8 g selama 4 bulan pemeliharaan. Sintasan induk betina sangat rendah pada kedua perlakuan yaitu 28% pada perlakuan A dan 20% pada perlakuan B, sedangkan induk jantan menunjukkan sintasan cukup tinggi masing-masing 64% dan 84%. Individu betina yang diablasi pada masing-masing perlakuan adalah 5 ekor dan dipelihara pada bak pematangan gonad dengan rasio betina dan jantan adalah 1:1. Selama 2 minggu proses pematangan gonad, individu betina yang mengalami perkembangan gonad sampai TKG-3 hanya 1 ekor pada perlakuan B, sedangkan perkembangan gonad sampai TKG-2 terjadi masing-masing 1 ekor pada kedua perlakuan. Induk yang dapat melepaskan telur hanya 1 ekor yaitu yang mencapai TKG-3 dengan jumlah telur mencapai 300.000 butir, tetapi larvanya lemah. Kualitas air (oksigen terlarut, pH, suhu, dan salinitas) tetap optimum sampai bulan keempat, kecuali nitrit dan amonia yang pada bulan terakhir sudah mulai meningkat sampai kisaran 1-3 mg/L. KATA KUNCI: calon induk, udang windu Penaeus monodon, resirkulasi, bak berdasar pasir PENDAHULUAN Riset pemeliharaan induk udang windu secara terkontrol, sudah sejak lama menjadi perhatian para ahli dan praktisi perbenihan (Halder, 1978; Primavera 1978; Tonnek, 1989; Ismail, 1991), tetapi sampai saat ini belum menampakkan hasil yang memuaskan, padahal induk udang windu asal tambak dan alam dilihat dari aspek jumlah telur, diameter telur, dan kualitas larvanya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, kecuali daya tetas telur dan frekuensi penelurannya (Nurdjana, 1985; Tonnek, 1989; Ismail, 1991). Selain itu, pasokan induk udang alam saat ini sudah tidak bisa lagi dijamin untuk menghasilkan benur bermutu dan aman untuk dibudidayakan, karena di samping suplai induk alam sudah sangat terbatas, juga uji laboratorium menunjukkan bahwa induk alampun sudah terinfeksi virus (Yano, 2000; Arce, 2005; Coman et al., 2005; Supriyadi et al., 2005). Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, penyediaan calon induk udang terseleksi di tambak menjadi suatu pilihan yang tepat. Menurut Anonimous (2010), kegiatan produksi calon induk merupakan rangkaian proses domestikasi dan pemuliaan untuk menghasilkan induk unggul. Sementara domestikasi itu sendiri adalah langkah atraktif yang harus ditempuh untuk menghasilkan benih unggul yang berasal dari induk unggul hasil domestikasi. Pemeliharaan calon induk udang dengan benur alam selama 3 tahun terakhir di areal tambak yang lokasinya terpisah dengan tambak masyarakat, menunjukkan respons perkembangan gonad, serta pemijahan yang positif setelah diablasi namun belum konsisten, karena telur yang dihasilkan terkadang tidak menetas (Tonnek et al., 2011a; Tonnek et al., 2011b). Ada beberapa faktor yang menyebabkan daya tetas telur rendah atau tidak menetas sama sekali di hatcheri antara lain: 1) telur tidak terbuahi, 2) ada parasit, dan 3) rendahnya kualitas telur itu sendiri (Primavera & Borlongan, 1978; Alava & Primavera, 1979; Primavera et al., 1979; Beard &

Transcript of PRODUKSI CALON INDUK UDANGWINDU, Penaeus mododon … · rangkaian proses domestikasi dan pemuliaan...

Page 1: PRODUKSI CALON INDUK UDANGWINDU, Penaeus mododon … · rangkaian proses domestikasi dan pemuliaan untuk menghasilkan induk unggul. ... Hewan uji yang digunakan adalah calon induk

47 Produksi calon induk udang windu asal tambak ... (Syarifuddin Tonnek)

PRODUKSI CALON INDUK UDANGWINDU, Penaeus mododon ASAL TAMBAKMENGGUNAKAN BAK RESIRKULASI BERDASAR PASIR

Syarifuddin Tonnek, Samuel Lante, dan Andi ParenrengiBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pengamatan produksi calon induk udang yang dipelihara pada bak sistem resirkulasi berdasar pasir telahdilakukan dari bulan Agustus sampai November selama 4 bulan di Instalasi Hatcheri Balai Penelitian danPengembangan Budidaya Air Payau Maros di Barru. Perlakuan yang diujicoba adalah desain bak yangditutup para-net (A) dan bak tanpa penutup; (B) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertambahan bobotinduk jantan dan betina masing-masing pada perlakuan A hanya 11,84 g dan 18,87 g; sedangkan padaperlakuan B individu betina mencapai 12,95 g dan jantan hanya 14,8 g selama 4 bulan pemeliharaan.Sintasan induk betina sangat rendah pada kedua perlakuan yaitu 28% pada perlakuan A dan 20% padaperlakuan B, sedangkan induk jantan menunjukkan sintasan cukup tinggi masing-masing 64% dan 84%.Individu betina yang diablasi pada masing-masing perlakuan adalah 5 ekor dan dipelihara pada bakpematangan gonad dengan rasio betina dan jantan adalah 1:1. Selama 2 minggu proses pematangangonad, individu betina yang mengalami perkembangan gonad sampai TKG-3 hanya 1 ekor pada perlakuanB, sedangkan perkembangan gonad sampai TKG-2 terjadi masing-masing 1 ekor pada kedua perlakuan.Induk yang dapat melepaskan telur hanya 1 ekor yaitu yang mencapai TKG-3 dengan jumlah telur mencapai300.000 butir, tetapi larvanya lemah. Kualitas air (oksigen terlarut, pH, suhu, dan salinitas) tetap optimumsampai bulan keempat, kecuali nitrit dan amonia yang pada bulan terakhir sudah mulai meningkat sampaikisaran 1-3 mg/L.

KATA KUNCI: calon induk, udang windu Penaeus monodon, resirkulasi, bak berdasar pasir

PENDAHULUAN

Riset pemeliharaan induk udang windu secara terkontrol, sudah sejak lama menjadi perhatianpara ahli dan praktisi perbenihan (Halder, 1978; Primavera 1978; Tonnek, 1989; Ismail, 1991), tetapisampai saat ini belum menampakkan hasil yang memuaskan, padahal induk udang windu asal tambakdan alam dilihat dari aspek jumlah telur, diameter telur, dan kualitas larvanya tidak menunjukkanperbedaan yang nyata, kecuali daya tetas telur dan frekuensi penelurannya (Nurdjana, 1985; Tonnek,1989; Ismail, 1991). Selain itu, pasokan induk udang alam saat ini sudah tidak bisa lagi dijaminuntuk menghasilkan benur bermutu dan aman untuk dibudidayakan, karena di samping suplai indukalam sudah sangat terbatas, juga uji laboratorium menunjukkan bahwa induk alampun sudahterinfeksi virus (Yano, 2000; Arce, 2005; Coman et al., 2005; Supriyadi et al., 2005).

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, penyediaan calon induk udang terseleksi di tambak menjadisuatu pilihan yang tepat. Menurut Anonimous (2010), kegiatan produksi calon induk merupakanrangkaian proses domestikasi dan pemuliaan untuk menghasilkan induk unggul. Sementaradomestikasi itu sendiri adalah langkah atraktif yang harus ditempuh untuk menghasilkan benihunggul yang berasal dari induk unggul hasil domestikasi. Pemeliharaan calon induk udang denganbenur alam selama 3 tahun terakhir di areal tambak yang lokasinya terpisah dengan tambakmasyarakat, menunjukkan respons perkembangan gonad, serta pemijahan yang positif setelah diablasinamun belum konsisten, karena telur yang dihasilkan terkadang tidak menetas (Tonnek et al., 2011a;Tonnek et al., 2011b).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan daya tetas telur rendah atau tidak menetas sama sekalidi hatcheri antara lain: 1) telur tidak terbuahi, 2) ada parasit, dan 3) rendahnya kualitas telur itusendiri (Primavera & Borlongan, 1978; Alava & Primavera, 1979; Primavera et al., 1979; Beard &

Page 2: PRODUKSI CALON INDUK UDANGWINDU, Penaeus mododon … · rangkaian proses domestikasi dan pemuliaan untuk menghasilkan induk unggul. ... Hewan uji yang digunakan adalah calon induk

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 48

Wicklins, 1980; Poernomo & Yunus, 1980; Primavera & Posadas, 1981). Sedangkan Primavera (1984)mengemukakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pematangan gonad di bakterkontrol adalah manipulasi endokrin, pemberian pakan yang baik, dan kontrol lingkungan. MenurutNurdjana (1985), perkembangan telur pada udang windu terjadi secara terus-menerus sejak individubetina mencapai umur dewasa. Oleh karena itu, pendekatan yang masih memerlukan pertimbanganadalah perbaikan kualitas lingkungan dan pemenuhan nutrisi yang dapat mendukung terjadinyakopulasi (perkawinan) induk secara optimal seperti di alam. Di alam, induk yang memiliki kualitasbaik adalah induk-induk yang tertangkap pada kedalahan > 10 m dan wilayah pergerakan arus. Padadaerah kedalaman dan pergerakan arus yang cukup, ketersediaan unsur hara dan nutrisi relatif cukupmelimpah. Dijelaskan oleh Primavera (1984) bahwa faktor lingkungan yang sangat berpengaruhadalah nutrisi, intensitas cahaya, suhu, pH, dan kadar garam.

Berdasarkan permasalahan dan uraian tersebut di atas, rangkaian kegiatan penelitian difokuskanpada penyediaan induk asal tambak dengan kajian utama pada aspek manipulasi lingkungan, terutamaaspek intensitas cahaya, dan optimalisasi pemberian pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperformansi calon induk udang pada bak resirkulasi tertutup dan terbuka.

BAHAN DAN METODE

Pemeliharaan Calon Induk

Bak yang digunakan berbentuk bulat dengan volume air 90 ton sebanyak 2 buah, dilengkapisistem resirkulasi menggunakan rangkaian pipa pralon 2 inci, masing-masing 5 buah yang berfungsiuntuk mensuplai air bersih dan 5 buah lagi untuk mengalirkan air kotor yang ditempatkan berhadap-hadapan. Pipa-pipa di dasar bak disusun paralel dengan posisi yang saling menguatkan antara satudengan lainnya. Di antara pipa-pipa dan di bagian atasnya dilapisi dengan ijuk setebal 5 cm, kemudiandilapisi dengan jaring hijau untuk menahan lapisan atas yang terdiri atas pasir setebal 5 cm. Modeldan operasional sistem sirkulasi seperti terlihat pada Gambar 1.

Untuk menggerakkan air dari pipa penyaringan digunakan aerasi. Sebagai perlakuan adalah bakresirkulasi berdasar pasir dengan penutup para-net (perlakuan A) dan bak tanpa penutup (perlakuanB). Hewan uji yang digunakan adalah calon induk udang windu hasil seleksi dari tambak tradisionalukuran 116,59±21,31 g/ekor untuk betina dan 64,7±6,07 g/ekor untuk jantan pada perlakuan Adan ukuran 114,85±19,3 g/ekor untuk betina dan 68,9±9,74 g/ekor untuk jantan pada perlakuan B.Padat penebaran yang diaplikasikan adalah 50 ekor/bak dengan rasio 25 betina dan 25 ekor jantan.Untuk menentukan kelayakan dan kualitas hewan uji dan sintasan diamati setelah penelitianberlangsung selama 4 bulan. Untuk perawatan bak, dilakukan penggantian air sebanyak 50% setiapbulan. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah campuran 50% pakan udang dan 50% pakankerapu, serta setiap 2 minggu diberi pakan segar berupa cumi dan kekerangan sebanyak 10%-15%bobot total udang.

Pematangan Gonad dan Pemijahan

Induk yang sudah diseleksi selanjutnya diadaptasikan di bak karantina selama 3-5 hari untukselanjutnya diablasi dan ditebar di bak pematangan gonad dengan tetap mengaplikasikan rasio

Gambar 1. Bak dengan tutup para-net (A); bak tanpa penutup (B)

A B

Page 3: PRODUKSI CALON INDUK UDANGWINDU, Penaeus mododon … · rangkaian proses domestikasi dan pemuliaan untuk menghasilkan induk unggul. ... Hewan uji yang digunakan adalah calon induk

49 Produksi calon induk udang windu asal tambak ... (Syarifuddin Tonnek)

jantan dan betina 1:1 sesuai rasio yang banyak dipraktekkan di hatcheri (Setiawan, 2004). Di bakpematangan gonad, pakan segar seperti cumi-cumi, kekerangan, dan cacing diberikan 4 kali seharíyaitu pagi (07.00), (12.00), (17.00) dan malam hari (22.00) sebanyak 15% dari biomassa induk setiapbak. Parameter yang diamati adalah tingkat kematangan gonad sesuai prosedur Alava & Primavera(1978) dengan menyurutkan air dalam bak sampai tinggi air tinggal 30 cm. Induk yang mencapaitingkat kematangan gonad III dan IV, selanjutnya dipisahkan dengan induk lainnya untuk dipijahkanlebih lanjut di bak pemijahan.

Pemijahan dan Penetasan Telur

Telur yang sudah dipijahkan, kemudian dipanen dan dihitung dengan cara sampling. Selanjutnyadipindahkan ke bak penetasan dan kualitas telur diamati di bawah mikroskop seperti yang dikerjakanoleh Primavera (1979). Demikian juga daya tetas telur dihitung dengan cara sampling menggunakanbeker bervolume 1 liter dengan membandingkan jumlah nauplius dan jumlah telur.

HASIL DAN BAHASAN

Pemeliharaan Calon Induk

Kondisi udang selama 4 bulan di bak pemeliharaan menunjukkan penampilan udang yang berbedaantara kedua perlakuan. Tampak bahwa ukuran betina dan jantan pada setiap bak menunjukkanperkembangan, meskipun tidak terlalu besar. Sedangkan sintasan udang, terutama populasi betinaterlihat sangat rendah (Tabel 1).

Pada Tabel 1 terlihat bahwa pertambahan bobot individu betina sangat kecil yaitu untuk perlakuanA hanya 11,84 g dan pada perlakuan B mencapai 12,95 g selama 4 bulan pemeliharaan. Jika mencermatipertumbuhan individu betina pada kedua perlakuan, nampak bahwa individu betina pada perlakuanA hanya tumbuh 2,96 g/bulan dan pada bak perlakuan B mencapai 3,23 g/bulan. Hasil inimemperlihatkan pertumbuhan yang sangat lambat, karena pertumbuhan normal udang windumenurut Liao (1977), adalah 8 g/bulan, sedangkan Motoh (1981) mencapai 6,8 g/bulan. Untuk individujantan, pertambahan bobot nampak berbeda pada kedua perlakuan yaitu masing-masing 18,87 g(6,71 g/bulan) pada perlakuan A dan 14,8 g (3,7 g/bulan) pada perlakuan B. Rendahnya pertumbuhanpada penelitian ini, diduga sebagai akibat kualitas air, terutama amonia yang cenderung terusmeningkat mulai bulan kedua. Menurut FAO (2007), kisaran optimal amonia untuk kelayakan hidupudang windu adalah < 0,1 mg/L. Sedangkan Wickins (1976) mengatakan kadar amonia 0,02-0,05mg/L sudah dapat menghambat pertumbuhan hewan akuatik pada umumnya, sedangkan pada kadar0,45 mg/L dapat menghambat pertumbuhan udang 50%. Selanjutnya pada kadar 1,29 mg/L sudahmengakibatkan kematian pada udang.

Untuk sintasan, nampak bahwa populasi udang betina memiliki sintasan sangat rendah hanya(20%-28%) pada kedua perlakuan, sementara populasi jantan cukup tinggi (64%-84%) pada keduaperlakuan. Susanto (2011), menemukan hal yang sama di mana tingkat sintasan sampai mencapaiukuran siap dipijahkan berkisar antara 20%-30%. Kondisi semacam ini perlu mendapat perhatian,karena untuk mendapatkan induk unggul membutuhkan waktu lama dan biaya yang sangat besar.

Tabel 1. Parameter pertambahan ukuran individu udang dan tingkat sintasan selama 4bulan

Betina (g/ekor) N = 25

Jantan (g/ekor) N = 25

Betina (g/ekor) N = 25

Jantan (g/ekor) N = 25

Bobot awal (g) 116,59±21,31 64,7±6,07 114,85±19,3 68,9±9,74Bobot akhir (g) 128,43±19,35 83,57±11,16 127,8±1,93 83,7±6,99Sintasan (%) 28 64 20 84

Bak tertutup Bak tanpa tutup

Parameter

Page 4: PRODUKSI CALON INDUK UDANGWINDU, Penaeus mododon … · rangkaian proses domestikasi dan pemuliaan untuk menghasilkan induk unggul. ... Hewan uji yang digunakan adalah calon induk

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 50

Untuk menghasilkan sintasan yang tinggi pada program domestikasi, faktor kualitas air, dan pakanberkualitas perlu menjadi pertimbangan utama. Hoa (2009) mengemukakan bahwa di Vietnam,keberhasilan domestikasi udang windu sangat ditunjang oleh aplikasi sistem resirkulasi dan pakaninduk berbentuk moist pellet.

Performansi udang hasil pemeliharaan menunjukkan bahwa pada bak tertutup para-net ditemukan4 ekor kulitnya berlumut dan pada bak tanpa tutup ditemukan 2 ekor. sedangkan induk-induk lainnyamemperlihatkan kondisi yang sangat bagus dan tanpa cacat (Gambar 2).

Berdasarkan kenyataan ini, dapat dikemukakan bahwa kedua perlakuan memperlihatkan kualitasinduk yang memadai untuk pembesaran induk udang. Namun demikian, upaya perbaikan tetap perludilakukan yaitu miningkatkan sintasan populasi betina, sehingga dapat menunjang kecukupan suplaiinduk betina di masa datang.

Pematangan Gonad, Pemijahan, dan Penetasan Telur

Pematangan gonad induk betina dilakukan dengan ablasi mata pada masing-masing 5 ekor padasetiap perlakuan. Terlihat bahwa respons ablasi terhadap perkembangan gonad berbeda pada keduaperlakuan (Tabel 2).

Tabel 2 memperlihatkan bahwa 3 ekor induk yang berasal dari perlakuan B mengalamiperkembangan gonad, tetapi hanya 1 ekor mencapai TKG-3 dan memijah dengan jumlah telur sebanyak300.000 butir, namun demikian kualitas telurnya kurang bagus karena daya tetasnya hanya 7% denganlarva yang sangat lemah. Sedangkan pada perlakuan A, tingkat kematangan gonad hanya 1 ekor,tetapi hanya sampai pada TKG-2. Terlihat bahwa selama 20 hari pengamatan, hanya 1 ekor yangmencapai TKG-3 dan 3 ekor mencapai TKG-2 masing-masing 2 ekor pada perlakuan B dan 1 ekorpada perlakuan A. Jika mencermati jumlah induk udang yang mengalami perkembangan gonad,dapat dijelaskan bahwa kondisi bak yang selamanya tertutup tidak berdampak positif padaperkembangan gonad. Sebaliknya pada bak terbuka justru memperlihatkan hasil yang lebih baik.Menurut Primavera (1984), waktu yang dibutuhkan dari proses ablasi, pematangan gonad danpemijahan pada udang windu berkisar antara 3 hari sampai 2 bulan, tergantung pada umur dan

Gambar 2. Penampakan udang pada bak tertutup (A) dan pada bak terbuka (B)

A B

Tabel 2. Pematangan gonad, Jumlah telur, dan daya tetas telur induk udang windu

TKG-1 TKG-2 TKG-3

Bak tertutup (A) 1 1 - - -Bak terbuka (B) 1 2 1 300.000 7

Daya tetas telur (%)

Tingkat kematangan gonadPerlakuan

Jumlah telur (butir)

Page 5: PRODUKSI CALON INDUK UDANGWINDU, Penaeus mododon … · rangkaian proses domestikasi dan pemuliaan untuk menghasilkan induk unggul. ... Hewan uji yang digunakan adalah calon induk

51 Produksi calon induk udang windu asal tambak ... (Syarifuddin Tonnek)

sumber induk, siklus ganti kulit, dan faktor lain saat ablasi. Induk alam yang diperoleh di daerahmangrove membutuhkan waktu 10 hari untuk matang gonad dan 69 hari untuk memijah setelahablasi (Hillier, 1984), dibandingkan dengan induk dari laut dalam yang hanya butuh 3 hari setelahablasi (Primavera & Berlongan, 1978). Pengamatan lain menunjukkan bahwa induk alam dari perairandalam butuh 4-5 hari sampai memijah, sedangkan induk dari perairan dangkal atau payau butuh 20-30 hari (Ruangpanit et al., 1984). Berdasarkan pengalaman, induk udang windu asal tambak setelahablasi, mengalami proses pematangan gonad lebih lama dibandingkan dengan induk alam. Umumnyaberlangsung antara 7-21 hari (Tonnek, 1989; Ismail, 1991).

Parameter kualitas air selama pemeliharaan nampak masih dalam batas kelayakan hidup yaituuntuk salinitas antara 30-36 ppt; suhu berkisar antara 26°C-32°C; pH 7,5-8;), dan oksigen terlarut 5-7 mg/L. Chen (1984) mengemukakan bahwa kualitas air seperti suhu berkisar antara 28-36 ppt; pH7,2-8,5; suhu 26°C-32°C; sedang O2 terlarut tidak boleh di bawah 3,7 mg/L dan amonia maksimal 0,1mg/L. Dampak kualitas air terhadap kelayakan hidup udang windu dalam bak pemeliharaandiungkapkan oleh banyak peneliti. Kandungan oksigen terlarut paling rendah yang dianggapmembahayakan kehidupan udang adalah 1,2 mg/L (Hadisusanto, 1987), sedangkan pH yangmenghambat pertumbuhan udang adalah di bawah 6,4 atau di atas 8,9 (Wickins, 1976). Untuk kadargaram yang menghambat perkembangan ovarium adalah di bawah 20 ppt dan di atas 40 ppt,sedangkan suhu tidak boleh di bawah 20°C. Selain kualitas air seperti yang dikemukakan di atas,aspek penting pada resirkulasi adalah kemampuan sistem resirkulasi yang secara fisik atau biologismemineralisasi amonia dan polutan-polutan lain yang dapat membahayakan udang selamapemeliharaan.

Berdasarkan kualitas air pada kedua bak di pemeliharaan dapat dikemukakan bahwa umumnyakualitas air masih dalam kisaran yang ideal untuk menunjang kelayakan hidup udang windu, kecualiamonia yang pada akhir pemeliharaan mencapai 1-3 mg/L. Menurut FAO (2007), kisaran optimalnitrit dan amonia untuk kelayakan hidup udang windu adalah < 0,1 mg/L. Sedangkan Wickins (1976)mengatakan kadar amonia 0,02-0,05 mg/L sudah dapat menghambat pertumbuhan hewan akuatikpada umumnya, sedangkan pada kadar 0,45 mg/L dapat menghambat pertumbuhan udang 50%.Selanjutnya pada kadar 1,29 mg/L sudah mengakibatkan kematian pada udang.

Pergantian air pada kedua bak menunjukkan bahwa sistem resirkulasi yang diaplikasikan, kurangoptimal karena blower yang digunakan tidak berfungsi normal. Hal ini juga yang menjadi salah satupenyebab rendahnya tingkat sintasan udang betina. Ukuran udang betina yang lebih besar darijantan dan umur udang yang sudah memasuki masa produktif, tentu butuh banyak energi dan padakondisi kedua bak kurang mendukung. Oleh karena itu, penyempurnaan sistem resirkulasi danpemberian pakan sesuai kebutuhan nutrisi induk perlu segera mendapat perhatian untuk dikaji.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pembesaran calon induk udang windu menggunakan bak resirkulasi terbuka menunjukkan hasillebih baik dibandingkan dengan bak resirkulasi tertutup, terutama dari aspek respons perkembangangonad, pemijahan, dan penetasan telur.

Disarankan bahwa untuk penyediaan induk udang windu dalam jumlah dan kualitas yangmemadai, penyempurnaan bak resirkulasi berdasar pasir dan penggunaan pakan berkualitas perludilakukan karena nitrit dan amonia serta mortalitas individu betina masih cukup tinggi.

DAFTAR ACUAN

Alava, R. &. Primavera, J.H. 1979. Effect of different sex ratios of ablated wild-stock Penaeus monodonFabricius on maturation, fecundidy. Quarterly Research, Report. SEAFDEC Aquacu Dept., Philip-pines, 3(2): 15-18.

Arce, S.M. 2005. Production of high-quality postlarvae of the balck tiger prawn, Penaeus monodon, forthe Vietnamese shrimp farming industry-Proposal for A collaborative project between Vietnam’sMinistry of Fisheries (MOFI) and the Oceanic Institute (OI) of Hawaii.

Coman, G.J., Grocos P.J., Arnold, S.J., Key S.J., & Preston, N.P. 2005. Growth, survival and reproductiveperformance of domesticated Australia stock of the giant tiger prawn, P. monodon, reared in tanks

Page 6: PRODUKSI CALON INDUK UDANGWINDU, Penaeus mododon … · rangkaian proses domestikasi dan pemuliaan untuk menghasilkan induk unggul. ... Hewan uji yang digunakan adalah calon induk

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 52

and receways. J. Word Aquacul. Soc., 36: 464-479.Eding, E.H., Kamstra, A., Verreth, J.A.J., Huisman, E.A., & Klapwijk, A. 2005. Design and operation of

nitrifying trickling filters in recirculating aquaculture: A review. Aquaculture Engineering, 34(3):234-260.

Chen, H.C. 1984. Water quality criteria for farming the Grass Shrimp, Penaeus monodon. In Taki, Y.,Primavera, J.H., & Allobrera, J.A. (Eds.). Proceeding of the First International Converence on the cultureof penaeid prawn/shrimps, 165 pp.

Emmerson, W.D. 1983. Maturation and growth of ablated and unablated Penaeus monodon Fabricius.Aquaculture, 32: 235-241.

FAO. 2007. Inproving Penaeus monodon Hatchery Praktices. Manual based on experience in India. FAOFisheries Technical Paper No. 446. www.fao.org/fishery/aquaculture/en

Hadisusanto, S. 1987. Prosentase individu betina udang windu (Penaeus monodon Fab.) setelah pemberianhormon estrogen. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana, UGM Yogyakarta, 59 hlm.

Halder, D.D. 1978. Induced maturation and breeding of Penaeus monodon Fabricius under brackishwaterpond condition by eyestalk ablation. Aquaculture, 15: 171-174.

Hillier, A.G. 1984. Artificial conditions influencing the maturation and spawning of subadult Penaeusmonodon (Fabricius). Aquaculture, 36: 179-184.

Hoa, N.D., 2009. Domestication of black tiger shrimp (Penaeus monodon) in recirculation system in Viet-nam. Ph.D Thesis, Ghent University, Belgium.

Ismail, A. 1991. Pengaruh rangsangan hormon terhadap perkembangan gonad individu betina dan kualitastelur udang windu (Penaeus monodon Fab.). Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 200 hlm.

Liao, I.C. 1977. A. culture stady on grass prawn, Penaeus monodon, in Taiwan. The patterns, the prob-lems and the prospect. J. Fish. Soc. Taiwan, 5(1): 11-29.

Motoh, H. 1981. Studies on the fisheries biology of the giant tiger prawn, Penaeus monodon in Philip-pines. Technical report No. 7. SEAPDEC. Philippines, 128 pp.

Nurdjana, M.L. 1985. Pengaruh ablasi mata terhadap perkembangan telur dan embrio, serta kualitas larvaudang windu (Penaeus monodon). Disertasi. Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 438 hlm.

Primavera, J.H. 1978. Induced maturation and spawning in five-month-old Penaeus monodon Fabriciusbu eyestalk ablation. Aquaculture, 13: 355-359.

Primavera, J.H., Lim, C., & Borlongan, E. 1979. Effet of different feeding regimes of reproduction andsurvival of ablated Penaeus monodon Fabricius. Quarterly Res. Rep. 2nd quarter (April-June). SEAFDEC,Aquaculture Dept. Philippines, 3(2): 12-14.

Primavera, J.H. 1984. A review of maturation and reproduction in closed thelycum penaeid. In Taki, Y.,Primavera, J.H., & Allobrera, J.A. (Eds.). Proceeding of the First International Converence on the cultureof penaeid prawn/shrimps, p. 47-61.

Pudadera, R.A., Primavera, J.A., & Young, A.T.G. 1980. Effect of different sex ratio on maturationfecundity and hatching rates of ablated Penaeus monodon Fab. wild stock. Fish Rep. J. Philip., 5(1): 1-6.

Supriyadi, H., Taukhid, Sunarto, A., & Koesharyani, I. 2005. Prevalensi infeksi White Spot SyndromeVirus (WSSV) pada Induk Udang Windu (Penaeus monodon) hasil tangkapan dari alam. J. Pen. Perik.Indonesia, II(5): 69-74.

Susanto, A. 2011. Kinerja jejaring pemuliaan udang windu, Penaeus monodon. Workshop JaringanPerbenihan dan Produksi Induk Unggul 27-29 November 2011, Hotel Cendana Surabaya.

Tonnek, S. 1989. Perkembangan ovarium dan peneluran udang windu Penaeus monodon Fabricius setelahdisuntik dengan hormon estrogen atau progesteron dan ablasi matan. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana,UGM Yogyakarta, 74 hlm.

Tonnek, S., Tahe, S., & Lante, S. 2011. Performansi calon induk udang windu, Penaeus monodon asaltambak. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2011. Jakarta, 24-25 November 2011. PusatPenelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, hlm. 313-321.

Tonnek, S., Makmur, & Muslimin. 2011. Desain bak untuk produksi induk udang windu, Penaeusmonodon. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2011. Jakarta, 24-25 November 2011. Pusat

Page 7: PRODUKSI CALON INDUK UDANGWINDU, Penaeus mododon … · rangkaian proses domestikasi dan pemuliaan untuk menghasilkan induk unggul. ... Hewan uji yang digunakan adalah calon induk

53 Produksi calon induk udang windu asal tambak ... (Syarifuddin Tonnek)

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, hlm. 322-326.Wickins, J.F. 1976. The tolerance of warm-water prawn to recirculated water. Aquaculture, 9: 19-37.Yano, I. 2000. Cultivation of Broodstock in Closed Recirculation System in specific pathogen free (SPF)

Penaeid Shrimp. Suisanzhoku, 48(2): 249-257.

Page 8: PRODUKSI CALON INDUK UDANGWINDU, Penaeus mododon … · rangkaian proses domestikasi dan pemuliaan untuk menghasilkan induk unggul. ... Hewan uji yang digunakan adalah calon induk

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 54

DISKUSI

1. Nasrul Efendi

Pertanyaan:

Setelah ditangkap diuji PCR, berapa persen yang bebas virus?

Tanggapan:

Meski diambil dari tambak jumlahnya cukup banyak, jadi uju PCR menggunakan sampling. Dayatahan pada induk jantan dan betina

2. Ramones

Pertanyaan:

Fungsi lapisan pasir dan ijuk?

Tanggapan:

Memang pasir fungsinya kurang baik, kedepan tidak memakai sistem ini lagi