Print Pjbl 1 Lina

72
 LAPORAN TUGAS PJBL I Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Bayi Baru Lahir Beserta Kelainannya Untuk Memenuhi Tugas pada Blok Sistem reproduksi dibimbing oleh Ns. Fransiska Imavike F, S.Kep. M.Nurs DISUSUN OLEH : Lina Mafula (0910720050) JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011 

Transcript of Print Pjbl 1 Lina

Page 1: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 1/72

LAPORAN TUGAS PJBL I

Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Bayi Baru Lahir Beserta Kelainannya

Untuk Memenuhi Tugas pada Blok Sistem reproduksi dibimbing oleh Ns. Fransiska Imavike F,

S.Kep. M.Nurs

DISUSUN OLEH :

Lina Mafula (0910720050)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2011 

Page 2: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 2/72

1.  Karakteristik normal dan tanda-tanda vital pada bayi baru lahir

Karakteristik bayi baru lahir menurut Dasar dasar keperawatan Maternitas:

a)  Terminologi : janin 6 minggu sampai lahir, neonatus, lahir sampai usia 1 bulan, bayi 1 bulan

samapi usia berjalan

b)  Karakteristik umum

1.  Bentuk tubuh dan pengukuran : besar kepala dan abdomen

2.  Tingkat kesadaran : enam keadaan : menangis, tidur tenang, REM, terjaga aktif, tenang tidur

dan transisional

3.  Kekenyalan fisiologis : tahanan pasif terhadap stresor

4.  Imunitas : antibodi mengalir dari ibu melalui plasenta, tidak terdapat antibodi untuk pertusis

dan cacar

5. 

Tanda-tanda vital bayi baru lahir:  Suhu : 97,80F (36,50C)

  Nadi : rata-rata 140x/menit dengan variasi berkisar 120-160x/menit,

frekuensi saat bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Pada usia satu minggu

frekuensi 128x/menit saat tidur dan 163x/menit saat bangun. Pada usia 1 bulan, frekuensi

138x/menit saat tidur dan 167x/menit saat bangun.

  Pernapasan : 30-60x/menit dangkal dan ireguler, tidak ada retraksi atau bunyi

mendengkur, disertai apnea singkat (kurang dari15 detik)

  Tekanan darah : 78/42 mmHg, tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar

15mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir, menangis dan bergerakbiasanya

menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik

6.  Kebutuhan dasar : bertahan, aman dan nyaman,memiliki dan dimiliki,penghargaan diri dan

aktualisasi diri

c)  Karakteristik khusus

1.  Kepala: pada presentasi vertex kepala biasanya mendatar pada dahi dengan puncak meninggi

dan membentuk titik pada ujung tulang parietal dan oksiput menurun tajam. tulang saling tindihsaat lahir dikarenakan tulang-tulang kranium tidak menyatu kemudian kembali ke posisi semula

(Wong, 2009)

2.  Mata: cenderung menutup mata dengan kuat, air mata mungkin keluar saat lahir namun cairan

purulen yang keluar dari mata segera setelah lahir adalah abnormal (Wong, 2009)

Page 3: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 3/72

3.  Telinga: puncak pina biasanya terletak pada bidang horizontal segaris dengan kantus mata, pina

sering kali menempel pada sisi kepala akibat tekanan dalam uterus

4.  Hidung : hidung biasanya datar baru lahir dan memar sering terjadi

5.  Mulut dan tenggorokan: defek eksterna mulut seperti celah bibir mudah dilihat, langit-langit

normalnya melengkung tinggi dan agak sempit, temuan yang sering adalah mutiara epstein yang

merupakan suatu kista epitel kecil putihsepanjang kedua sisi garis tengah palatum durum

(menghilang beberapa minggu)

6.  Leher: leher bayi baru lahir pendek dan ditutpi oleh lipatan jaringan

7.  Dada: bentuk dada BBL hampir selalu bulat karena diameter antero poterior dan lateralnya sama,

tulang rusuk sangat lentur dan sedikit retraksi intercostalis. Prosesus xifoideus biasanya terlihat

sebagai tonjolan kecil ujung sternum, sternum biasanya meninggi dan sedikit melengkung

8. 

Abdomen : Kontur abdomen normal adalah silindris dan biasanya menonjol dengan beberapavena yang tampak. Bising usus terdengar dalam 15-20 menit setelah kelahiran.

9.  Kulit:

  Verniks kaseosa : pasta seperti keju

  Milia : bintik-bintik pada wajah

  Lanugo : rambut halus diseluruh tubuh

  Deskuaminasi : pengelupasan kulit

  Eritema toksikum : alergi kemerahan

  Bercak mongolian : area berpigmen

  Tanda lahir: (nevi)

  Ikterik : kekuningan disebabkan oleh hiperhiperbilirubinemia

10.  Rambut dan kuku : bervariasi

11.  Payudara : mungkin mengalami perbesaran karena pengaruh hormon dari ibu

12.  Genetalia:

  Wanita : normalnya labia mayora, minora dan klitoris tampak edema. Hampir seluruh bayi baru

lahir perempuan memiliki himen. Cairan vagina mungkin ditemukan selama minggu pertama

kehidupan

  Laki-laki :prepusium ketat, smegma merupakan suatu zat seperti keju sering ditemukan disekitar

gland penis. Lesi kecil,putih,keras yang dinamakan mutiara epitel dapat ditemukan diujung

preposium. Ereksi sering terjdi pada BBL. Skrotum besar, bengkak, dan menggantung

13.  Sistem urinarius: berkemih pertama biasanya dalam 24jam

Page 4: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 4/72

14.  Sistem pernapasan: atelektasis sampai bernafas berapa kali

15.  Sistem sirkulasi : struktur jalan pintas janin menutup segera setelah lahir

16.  Darah:

  Hemoglobin : tinggi saat lahir, kemudian menurun

  Vitamin K: penting untuk pembekuan, diberikan pada beberapa bayi

2.  Adaptasi fisiologis pada semua system tubuh bayi baru lahir

Risiko bayi baru lahir disebabkan oleh lingkungan yang sangat kecil, gelap, hangat, penuh cairan

tanpa gravitasi dan kedap suara serta tidak adanya berubah setelah lahir, linkungan dengan raung yang

terang, dingin, bergravitasi, berisik, mungkin disertai nyeri, dan ruang terbuka. Perbedaan kondisi ini

membuat bayi baru lahir berupaya menyesuaikan dengan lingkungan yang sangat berbeda,memenuhi

tugas perkembangan memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik.

A.  Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir

  Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, terpajan zat toksik dan sikap orang

tua terhadap kehamilan dan pengasuhan anak).

  Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, lama persalinan, tipe analgesic atau

anesthesia intrapartum)

  Kapasitas fisiologi bayi baru lahir untuk melakukan transisi kehidupan ekstrauterin

  Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespon masalah dengan tepat pada

saat terjadi

B.  Transisi ke kehidupan ekstrauterin

  Konsep-konsep esensial

1.  Memulai segera pernapasan dan perubahan dalam pola sirkulasi merupakan hal yang

esensial dalam kehidupan ektrauterin

2.  Dalam 24 jam setelah lahir, system ginjal, GI, hematologi, metabolic, dan system neurologis

bayi baru lahir harus berfungsi secara memadai untuk maju kea rah, dan mempertahankan

kehidupan ekstrauterin

  Adaptasi pernapasan

Penyesuaian paling kritis yang harus dialami bayi baru lahir ialah penyesuaian system

pernapasan. Paru-paru bayi cukup bulan mengandung sekitar 20ml cairan /kg. udara harus

diganti oleh cairan yang mengisi traktus respiratorius sampai alveoli. Pada kehamilan

pravaginam normal, sejumlah kecil cairan keluar dari trakea dan paru-paru bayi. Dalam 1 jam

Page 5: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 5/72

pertama kehidupan bayi, system limfatik paru secara kontinu mengeluarkan cairan dalam

 jumlah besar. Pengeluaran cairan ini juga diakibatkan perbedaan tekanan dari alveoli sampai

 jaringan interstisial dan sampai kapiler pembuluh darah (Bobak, 2005).

Pola pernapasan tertentu menjadi karakteristik bayi baru lahir normal yang aterm.

1.  Pernapasan awal dipicu oleh factor-faktor fisik, sensorik, dan kimia.

-  Factor-faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk mengembangkan paru-paru dan

mengisi alveolus yang kolaps

-  Faktor-faktor sensorik meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan penurunan suhu

-  Factor-faktor kimia meliputi perubahan dalam darah (misalnya penurunan kadar oksigen,

peningkatan kadar karbondioksida, dan penurunan pH) sebagai akibat asfiksia sementara

selama kelahiran

2. 

Dangkal dan tidak teratur3.  Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar antara 30-60x/menit

4.  Sekresi lender mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah terutama selama 12-18

 jam pertama

5.  Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respon refleks terhadap obstruksi nasal,

membuka mulut untuk mempertahankan jalan napas, tidak ada pada sebagian besar bayi

sampai 3 minggu setelah kelahiran

6.  Disertai apnea singkat paling sering terjadi selama siklus tidur aktif (REM), durasi dan

frekuensi apnea menurun siring dengan pertambahan usia. Apnea > 15 detik harus

dievaluasi

7.  Lingkaran dada berukuran < 30-33 cm saat bayi lahir. Auskultasi dada bayi baru lahir akan

menghasilkan bunyi nafas yang bersih dank eras dan bunyi terdengat sangat dekat karena

 jaringan pada dinding dada masih tipis.

8.  Alveoli paru janin dilapisi surfaktan (Bobak, 2005).

  Adaptasi Kardiovaskularisasi

 janin sebelum janin lahir, darah arteri dari plasenta mengalir ke janin melalui vena umbilicus

dan dengan cepat mengalir ke hati kemudian masuk ke vena kava inferior. Darah mengalir

melalui foramen ovale dan masuk ke atrium kiri, tidak lama kemudian, darah muncul di aorta

dan arteri di daerah kepala. Sebagian darah mengalir melalui jalan pintas di hati dan menuju ke

duktus venosus. Sebagian besar darah vena dari tungkai bawah dan kepala masuk ke atrium

kanan, ventrikel kanan, dan kemudian menuju arteri pulmoner desenden dan duktus

Page 6: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 6/72

arteriosus. Dengan demikian foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran

bypass, yang memungkinkan sejumlah besar darah campuran yang dikeluarkan jantung

kembali ke plasenta tanpa melalui paru-paru. Kira-kira 55% darah campuran, yang keluar dari

ventrikel, mengalir menuju plasenta, 35% darah mengalir ke jaringan tubuh dan 10% sisa

mengalir ke paru-paru. Setelah lahir , foramen ovale menutup dan menjadi sebuah ligamen,

arteri dan vena umbilikalis menutup dan menjadi ligament (Bobak, 2005).

Napas pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru-paru berkembang dan

menurunkan resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah paru mengalir. Tekanan arteri

pulmoner menurun. Rangkaian peristiwa ini merupakan mekanisme besar yang menyebabkan

tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung dan

masuk ke jantung bagian kiri, sehingga tekanan dalam atrium kiri meningkat. Perubahan

tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup, selama beberapa hari pertama kehidupan,tangisan dapat mengembalikan aliran darah melalui foramen ovale untuk sementara dan

mengakibatka sianosis ringan (Bobak, 2005).

Bila tekanan PO2 dalam darah arteri mencapai sekitar 50 mmHg, duktus arteriosus akan

konstriksi (PO2 janin 27 mmHg). Kemudian duktus arteriosus menutup dan menjadi

ligamentum. Tidakan mengklem dan memotong tali pusat membuat arteri umbilikalis, vena

umbilikalis, dan ductus venosus segera menutup dan berubah menjadi ligamentum (Bobak,

2005).

Menurut Stright (2004), adaptasi kardiovaskuler pada bayi baru lahir.

1.  Berbagai perubahan anatomi berlangsung stelah lahir, beberapa perunahan terjadi dengan

cepat, dan sebagian lagi terjadi seiring dengan waktu.tabel

Page 7: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 7/72

 

2.  Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (sianosis pada tangan dan kaki dan

sekitar mulut)

3.  Denyut nadi adalah 120-160x/menit saat bangun dan 100x/menit saat tidur

4.  Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran dan

tingkat aktivitas bayi

5.  Table berikut memberikan daftar nilai hematologi normal bayi baru lahir

Parameter Kisaran normal

Hemoglobin 15-20 g/dL

Page 8: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 8/72

Sel-sel darah merah 5,0-7,5 juta/mm3 

Hematokrit 43%-61%

Sel-sel darah putih 10.000-30.000/mm3 

Netrofil 40%-80%

Eosinofil 2%-3%

Limfosit 3%-10%

Monosit 6%-10%

Sel-sel darah putih yang

imatur

3%-10%

Trombosit 100.000-280.000/mm3 

Retikulosit 3%-6%

Volume darah Pengkleman tali pusat dini : 78 mL/kg

Pengkleman tali pusat lambat : 98,6 mL/kg

Hari ketiga setelah pengkleman tali pusat dini : 82,3 mL/kg

Hari ketiga setelah pengkleman tali pusat lambat 92,6 mL/kg

  Perubahan termoregulasi dan metabolic

1.  Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena lingkunga

eksternal lebih dingin daripada lingkungan di dalam uterus

2.  Suplai subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibanding dengan BB

menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan

3.  Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi,

konveksi, radiasi, dan evaporasi

4.  Trauma dingin/ cold stress (hipotermia) pada bayi baru lahir, dalam hubungannya dengan

asidosis metabolic, dapat bersifat mematikan bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.

  Adaptasi Neurologis

Bayi baru lahir iduga belum matang dan belum terorganisai dan baru dapat menjalankan fungsi

pada tingkat batang otak. Pengkajian perilaku saraf neonates terutama merupakan evaluasi

refleks primitive dan tonus otot. Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan

cepat, yang dapat diprediksi selama periode bayi sampai awal masa kanak-kanak. Pada khir

tahun pertama, pertumbuhan serebelum yang dimulai pada sekitar 30 minggu, berakhir

(Bobak, 2005).

Page 9: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 9/72

Adaptasi fisiologis BBL pada system neurologis

1.  System neurologis bayi secara anatomic atau fisiologis belum berkembang sempurna

2.  Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi (muncul dalam bentuk

tremor sementara di mulut dan di dagu) tremor ini normal (perlu dibedakan antara tremor

normal dengan tremor akibat hipoglikemia dan gangguan SSP), pengaturan suhu yang labil,

control otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas

3.  Perkembangan neonates terjadi cepat sewaktu bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks

(misalnya control kepala, tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang

4.  Apabila bayi baru lahir diletakkan di atas permukaan yang keras dengan wajah menghadap

ke bawah, bayi akan memutar kepalanya ke samping untuk mempertahankan jalan napas.

5.  Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal (table pada

sasaran belajar nomor 4)  Adaptasi Gastrointestinal

Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme, dan

mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak, kecuali amylase

pancreas. Pada bayi baru lahir dengan hidrasi yang adekuat membrane mukosa mulutnya

lembab dan berwarna merah muda. Umumnya, membrane mukosa tidak pucat atau sianosis.

Pengeluaran air liur sering terlihat selama beberapa jam pertama setelh lahir. Kista retensi

yaitu daerah kecil berwarna putih (mutiara Epstein), dapat ditemukan pada tepi gusi dan pada

pertemuan antara palatum durum dan palatum mole. palatum durum dan palatum mole

utuh.pipi terisi penuh dengan organ bakal pengisap yang telah berkembang (Bobak, 2005).

Suatu mekanisme khusus, terdapat pada bayi baru lahir normal yaitu mengoordinasi

refleks pernapasan, refleks mengisap, dan refleks menelan yang diperlukan pada pemberian

makanan. Bayi baru lahir melakukan 3-4 isapan kecil setiap kali mengisap. Aktivitas peristaltic

esophagus belum dikoordinasi selama beberapa hari pertama kehidupan. Saat bayi baru lahir,

tidak terdapat bakteri dalam saluran cerna. Segera setelah lahir, orifisium oral dan anal

memungkinkan bakteri dan udara masuk. Bising usus bayi dapat didengar 1 jam setelah lahir.

Flora normal usus membantu sintesis vit.K, asam folat, dan biotin. Kapasitas lambung

bervariasi dari 30-90 ml, tergantung ukuran bayi. Saat lahir, usus bayi bagian bawah penuh

dengan mekonium. Mekonium yang dibentuk selama janin dalam kandungan berasal dari

cairan amnion dan unsure-unsurnya, dari sekresi usus dari sel-sel mukosa (Bobak, 2005).

Adaptasi fisiologis pada system pencernaan menurut Stright (2004), yaitu

Page 10: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 10/72

1.  Enzim-enzim digestif aktif pada waktu lahir dan dapat menyokong kehidupan ekstrauterin

pada kehamilan 36-38 minggu

2.  Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk menghantarkan makanan sudah

terbentuk waktu lahir

3.  Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan absorbsi lemak kurang

baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim pancreas dan lipase

4.  Kelenjar saliva imatur waktu lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi berusia 3 bulan

5.  Pengeluaran mekonium, yang merupakan tinja berwarna hitam kehijauan, lengket, dan

mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24 jam pada 90% bayi baru lahir yang

normal

6.  Variasi besar terjadi di antara bayi baru lahir tentang minat terhadap makanan, gejala-

gejala lapar, dan jumlah makanan yang ditelan pada setiap kali pemberian makan7.  Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada payudara, sebagian lainnya

memerlukan waktu 48 jam untuk menyusu secara efektif 

8.  Gerakan acak tangan ke mulut dan mengisap jar telah diamati di dalam uterus, tindakan-

tindakan ini berkembang baik pada waktu lahir dan diperkuat dengan rasa lapar.

  Adaptasi Ginjal

Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba di abdomen berasal dari ginjal. Fungsi

ginjal belum terbentuk pada tahun kedua kehidupan (Bobak, 2005).

Adaptasi Ginjal BBL

1.  Laju filtrasi glomerulus secara relative rendah pada waktu lahir disebabkan oleh tidak

adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus

2.  Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi

menghambat kapasitas bayi untuk berespon terhadap stressor

3.  Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan yang

berlebihan mengakibatkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan.

4.  Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 x/hari

pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 x dalam 24 jam.

5.  Urine dapat keruh karena lender dan garam asam urat, noda kemerahan (debu batu bata)

dapat diamati pada popok karena Kristal asam urat

  Adaptasi Hati

Adaptasi fisiologis pada system hepatica menurut Stright (2004) yaitu :

Page 11: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 11/72

1.  Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus membantu

pembentukan darah

2.  Selama periode neonates, hati memproduksi zat yang essensial untuk pembekuan darah

3.  Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan kehidupan ektrauterin,

pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defisiensi zat besi

4.  Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal

dari Hb dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah

5.  Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan system vaskuler dan menembus jaringan

ekstravaskuler lainnya (missal kulit, sclera, dan membrane mukosa oral) mengakibatkan

warna kuning yang istilahnya adalah jaundice atau ikterus

6.  Pada stress dingin yang lama, glikolisis anaerob terjadi, yang mengakibatkan peningkatan

produksi asam. Asidosis metabolic terjadi dan jika terdapat defek fungsi pernapasan,asidosis respiratorik dapat terjadi. Asam lemak yang berlebihan menggeses bilirubin dari

tempat-tempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin tidak berikatan yang

bersirkulasi mengakibatkan peningkatan risiko kernikterus bahkan pada kadar bilirubin

serum 10 mg/dL atau kurang.

  Adaptasi system imun

Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin. Namun, sel-sel

ini tidak aktif selama beberapa bulan. Selama 3 bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh

kekebalan pasif yang diterima ibu. Barier alami seperti keasaman lambung atau produksi

pepsin dan tripsin yang tetap mempertahankan kesterilan usus halus, belum berkembang

dengan baik sampai 3 atau 4 minggu.

Adaptasi fisiologis system imun (Stright, 2004; Bobak, 2005)

1.  Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organism penyerang di pintu masuk

2.  Imaturitas sejumlah system pelindung secara signifikan meningkatkan risiko infeksi pada

periode bayi baru lahir

-  Respon inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif 

-  Fagositosis lambat

-  Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum berkembang sempurna sampai

usia 3-4 minggu

-  IgA hilang dari saluran pernapasan dan perkemihan, kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI,

IgA juga tidak terdapat dalam saluran GI

Page 12: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 12/72

3.  Bayi mulai mensintesis IgG dan mencapai sekitar mencapai sekitar 40% kadar IgG orang

dewasa pada usia 1 tahun, sedangkan kadar orang dewasa dicapai pada usia 9 bulan.

4.  Bayi yang menyusu mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.

5.  Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama periode neonates

  Sistem Integumen

Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis

dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks kaseosa juga berfusi dengan

epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak

dengan mudah. Bayi cukup bulan memiliki kulit kemerahan (merah daging) beberapa jam

setelah lahir, setelah itu warna kulit memucat menjadi warna normal. Kulit sering terlihat

berbercak, terutama di sekitar ekstremitas. Tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik. Warna

kebiruan ini disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor, statis kapiler, dan kadar Hb yangtinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10 hari, terutama bila

terpajan dingin (Bobak, 2005).

  Sistem reproduksi

- Wanita

Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal primitive. Sel-sel ini mengandung

komplemen lengkap ova yang matur karena tidak berbentuk oogonia lagi setelah bayi cukup

bulan lahir. Korteks ovarium (terdiri dari folikel primordial) membentuk bagian ovarium yang

lebih tebal daripada orang dewasa. Jumlah ovum berkurang sekitar 90% sejak bayi lahir

sampai dewasa.Peningkatan kadar estrogen selama hamil mengakibatkan pengeluaran suatu

cairan mukoid atau bercak darah melalui vagina (pseudomenstruasi). Genitalia eksterna

biasanya edematosa disetai pigmentasi lebih banyak (Bobak, 2005).

- Pria

Testis turun ke dalam skrotum pada 90% bayi baru lahir laki-laki. Walaupun presentasi ini

menurun pada kelahiran premature, pada usia 1 tahun insiden testis tidak turun pada semua

anak laki-laki berjumlah < 1%. Spermatogenesis tidak terjadi sampai pubertas. Preposium

yang ketat seringkali dijumpai pada BBL. Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukuran

genitalia eksterna BBL cukup bulan dapat meningkat begitupun dengan pigmentasinya

(Bobak, 2005).

  System skelet

Page 13: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 13/72

Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Kepala

bayi sukup blan berukuran ¼ panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai.

Wajah relative kecil terhadap ukuran tengkorak. Pada BBL, lutut saling berjauhan saat kaki

diluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru

lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki (Bobak, 2005).

3.  Mekanisme kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir

Pengaturan Suhu:

Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir masih belum efisien dan lemah,

sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan

panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat

dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28

0

C, dikeringkan dandibungkusdengan hangat. Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.

Bayi prematur atau berat badan sangat rendah rentan terhadap terjadinya hipotermia (Bobak, 2005).

Perbedaan antomi dan fisiologis antara bayi baru lahir dan orang dewasa ialah:

a.  Insulasi suhu pada bayi baru lahir kurang, jika dibandingkan insulasi pada orang dewasa.

Pembuluh darah lebih dekat ke permukaan kulit. Perubahan temperatur lingkungan akan

mengubah termperatur darah, sehingga mempengaruhi pusat pengaturan suhu di

hipotalamus.

b.  Rasio permukaan tubuh bayi baru lahir lebih besar terhadap berat badan. Posisi fleksii bayu

baru lahir diduga berfungsi sebagai sistem pengaman untuk mencegah pelepasan panas

karena sikap ini mengurangi pemajanan permukaan tubuh pada suhu lingkungan

c.  Kontrol vosomotor bayi baru lahir belum berkembang dengan baik, kemampuan untuk

mengonstriksi pembuluh darah subkutan dan kulit sama baik pada bayi prematur dan pada

orang dewasa

d.  Bayi baru lahir memproduksi panas terutama melalui upaya termogenesis tanpa menggigil

e.  Kelenjar keringat bayi baru lahir hampir tidak berfungsi sampai minggu ke empat setelah bayi

lahir (Bobak, 2005).

Bayi normal mungkin mencoba untuk meningkatkan suhu tubuh dengan menangis atau

meningkatkan aktivitas motorik dalam berespon terhadap ketidaknyamanan karena suhu

lingkungan lebih rendah. Menangis meningkatkan beban kerja, dan penyerapan energi

(kalori) mungkin berlebihan, terutama pada bayi yang mengalami gangguan (Bobak, 2005).

Page 14: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 14/72

Stress Dingin adalah keadaan apabila suhu tubuh lebih rendah dari batas normal,

menyebabkan peningkatan pada aktivitas metabolik dan peningkatan penggunaan oksigen.

Pada keadaan kekurangan suplai oksigen, perubahan metabolisme aerob kepada anaerob

terjadi, menyebabkan efek samping hipoksia pada jaringan dan asidosis metabolik dari

penumpukan asam laktat. Selain itu, kebutuhan energi yang meningkat menyebabkan

penggunaan glukosa bertambah. Oleh itu, stress dingin ini dapat menyebabkan asidosis

metabolik dan hipoglikemia (Bobak, 2005).

Stress dingin (cold stress) menimbulkan masalah fisiologis dan metabolisme pada

semua bayi baru lahir, tanpa memandang usia kehamilan dan kondisi lain. Kecepatan

pernapasan meningkat sebagai respons terhadap kebutuhan oksigen ketika konsumsi

oksigen meningkat secara bermakna pada stress dingin. Konsumsi oksigen dan energii pada

bayi baru lahir yang mengalami stress dingin dialihkan dari fungsi untuk mempertahankanpertumbuhan, fungsi sel otak, dan fungsi jantung normal menjadi fungsi termogenesis agar

bayi tetap dapat hidup (Bobak, 2005).

Apabila bayi baru lahir tidak dapat mempertahankan tegangan oksigen yang adekuat,

terjadi vasokonstriksi yang mengganggu perfusi paru. Akibatnya kadar gas PO2 dalam darah

arteri menurundan pH darah merosot. Perubahan ini dapat menyebabkan distress

pernapasan atau sindrom distress pernapasan (respiratory distress syndrome) yang sudah

ada menjadi semakin berat. Hal ini juga dikenal dengan penyakit membran hialin. Selain itu,

penurunan perfusi paru dan tegangan oksigen dapat mempertahankan atau membuka

kembali pirau kanan ke kiri pada duktus arteriosus yang paten (Bobak, 2005).

Kecepatan metabolisme basal meningkat pada stress dingin . apabila stress dingin ini

memanjang, terjadi glikolisis anaerobik yang menyebabkan peningkatan produksi asam.

Terjadilah metabolik asidosis dan jika terdapat gangguan fungsi pernapasan, dapat terjadi

 juga asidosis respiratorik. Kelebihan asam lemak menggeser bilirubin dari tempat ikatan

albumin. Hal ini menyebabkan kadar bilirubin tidak terikat meningkat dalam darah,keadaan

ini meningkatkan risiko terjadinya kernik-terus, walaupun kadar bilirubin serum sama atau

kurang dari 10 mg/dl (Bobak, 2005).

Tabel Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir

Definisi Implikasi Keperawatan

Konveksi : Aliran panas dari permukaan tubuh ke

udara yang lebih dingin

Pertahankan suhu udara di ruang rawat sekitar 24

C bungkus bayi untuk melindunginya dari dingin

Page 15: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 15/72

Radiasi : kehilangan panas dari permukaan tubuh ke

permukaan padat lain yang lebih dingin tanpa

kontak langsung satu sama lain, tetapi dalam kontak

yang relatif dekat

Letakkan tempat tidur bayi dan meja periksa jauh

dari jendela

Evaporasi : kehilangan panas yang terjadi ketika

cairan berubah menjadi gas (misalnya, evaporasi

dari kulit tubuh ), Penguapan yang tidak terlihat

disebut juga kehilangan air yang tidak dirasakan

(insesible water loss [ IWL]) 

Keringkan bayi setelah lahir, mandi dan keringkan

dengan cepat dalam lingkungan udara yang hangat

Konduksi : kehilangan panas dari permukaan tubuh

ke permukaan yang lebih dingin melalui kontak

langsung satu sama lain

Begitu lahir, bungkus bayi dengan selimut hangat

tempatkan di tempat tidur yang hangat

(Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005)

4.  Macam-macam refleks fisiologis pada bayi baru lahir

Refleks-refleks yang ditimbulkan pada bayi dan anak, sebagian besar menunjukkan tahap perkembangan

susunan somatomotorik sehingga banyak sekali informasi yang dapat diperoleh dengan melakukan

pemeriksaan tersebut.

Table 1.Usia mulai dan menghilangnya refleks pada bayi dan anak normal

Jenis refleks Usia mulai Usia menghilang

Refleks MORO Sejak lahir 6 bulan

Refleks memegang (GRASP)

  PALMAR

  PLANTAR

Sejak lahir

Sejak lahir

6 bulan

9-10 bulan

Refleks SNOUT Sejak lahir 3 bulan

Refleks TONIC NECK Sejak lahir 5-6 bulan

Refleks berjalan (STEPPING) Sejak lahir 12 bulan

Reaksi penempatan taktil

(PLACING RESPONSE)

5 bulan -

Refleks Terjun (PARACHUTE) 8-9 bulan Seterusnya ada

Refleks LANDAU 3 bulan 21 bulan

a.  Refleks MORO

Page 16: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 16/72

Releks moro timbul akibat dari rangsangan yang mendadak.

Caranya : Bayi dibaringkan terlentang, kemudian diposisikan setengah duduk dan disanggah oleh

kedua telapak tangan pemeriksa, secara tiba-tiba tapi hati-hati kepala bayi dijatuhkan 30-450

(merubah posisi badan anak secara mendadak). Refleks moro juga dapat ditimbulkan dengan

menimbulkan suara keras secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi secara

mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi secara mendadak.

Refleks moro dikatakan positif bila terjadi abduksi-ekstensi keempat ekstremitas dan

pengembangan jari-jari, kecuali pada falangs distal jari telunjuk dan ibu jari yang dalam keadaan

fleksi. Gerakan itu segera diikuti oleh adduksi-fleksi keempat ekstremitas. Refleks moro asimetri

menunjukkan adanya gangguan system neuromuscular antara lain pleksus brakhialis. Apabila

asimetri terjadi pada tangan dan kaki kita harus mencurigai adanya hemiparesis. Nyeri yang

hebat akibat fraktur klavikula atau humerus juga dapat memberikan hasil refleks MORO asimetri.Sedangkan refleks MORO menurun dapat ditemukan pada bayi dengan fungsi SSP yang tertekan

misalnya pada bayi yang mengalami hipoksia, perdarahan intracranial dan laserasi jaringan otak

akibat trauma persalinan, juga pada bayi hipotoni, hipertoni dan premature. Refleks moro

menghilang setelah bayi berusia > 6 bulan

b.  Refleks PALMAR GRASP

Caranya: Bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi, kepala menghadap ke depan dan

tangan dalam keadaan setengah fleksi. Dengan memakai jari telunjuk pemeriksa menyentuh sisi

luar tangan menuju bagian tengah telapak tangan secara cepat dan hati-hati sambil menekan

permukaan telapak tangan.

Refleks palmar Grasp dikatakan positif apabila didapatkan fleksi seluruh jari (memegang

tangan pemeriksa). Refleks palmar grasp asimetris menunjukkan adanya kelemahan otot-otot

fleksor jari tangan yang dapat disebabkan akibat adanya palsi pleksus brakhialis inferior atau

yang disebut klumke’s paralyse. Refleks Palmar Grasp ini dijumpai sejak lahir dan menghilang

setelah usia 6 bulan. Refleks palmar grasp yang menetap setelah usia 6 bulan khas dijumpai

pada penderita cerebral palsy.

c.  Refleks PLANTAR GRASP

Caranya : bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi kemudian ibu jari tangan pemeriksa

menekan pangkal ibu jari bayi atau anak di daerah plantar. Refleks plantar grasp dikatakan

positif apabila didapatkan fleksi plantar seluruh jari kaki. Refleks refleks plantar grasp negative

dijumpai pada bayi atau anak dengan kelainan pada medulla spinalis bagian bawah. Refleks ini

Page 17: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 17/72

dijumpai sejak lahir, mulai menghilang usia 9 bulan dan pada usia 10 bulan sudah menghilang

sama sekali.

d.  Refleks SNOUT

Caranya : dilakukan perkusi pada daerah bibir atas. Refleks SNOUT dikatakan positif apabila

didapatkan respon berupa bibir atas dan bawah menyengir atau kontraksi otot-otot di sekitar

bibir dan di bawah hidung. Refleks SNOUT ini dijumpai sejak lahir dan menghilang setelah usia 3

bulan. Refleks SNOUT yang menetap pada anak besar menunjukkan adanya regresi SSP.

e.  Refleks TONIC NECK

Caranya : bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi, kemudian kepalanya diarahkan

menoleh ke salah satu sis. Refleks ini dikatakan positif apabila lengan dan tungkai yang

dihadapi/ sesisi menjadi hipertoni dan ekstensi, sedangkan lengan dan tungkai sisi

lainnya/dibelakangi menjadi hipertoni dan fleksi. Refleks ini menghilang setelah usia 5-6 bulan.Refleks tonic neck yang masih mantap pada bayi berusia 4 bulan harus dicurigai abnormal. Dan

apabila masih bisa dibangkitkan setelah berusia 6 bulan atau lebih harus sudah dianggap

patologik. Gangguan yang terjadi biasanya pada ganglion basalis.

f.  Refleks Berjalan (STEPPING)

Caranya; bayi dipegang pada daerah torax dengan kedua tangan pemeriksa. Kemudian

pemeriksa mendaratkan bayi dalam posisi berdiri di atas tempat periksa. Pada bayi berusia < 3

bulan, salah satu kaki yang menyentuh alas tempat periksa akan berjingkat sedangkan pada

yang berusia >3 bulan akan menapakkan kakinya. Kemudian diikuti oleh kaki lainnya dan kaki

yang sudah menyentuh alas periksa akan berekstensi seolah-olah melangkah untuk melakukan

gerakan berjalan otomatis. Refleks berjalan tidak dijumpai atau negative pada penderita

cerebral palsy, mental retardasi, hipotoni, hipertoni, dan keadaan dimana fungsi SSP tertekan.

g.  Reaksi Penempatan Taktil (PLACING RESPONSE)

Caranya : seperti pada refleks berjalan, kemudian bagian dorsal kaki bayi disentuhkan pada tepi

meja periksa. Respon dikatakan positif bila bayi meletakkan kakinya pada meja periksa. Respon

negative dijumpai pada bayi dengan paralise ekstremitas bawah.

h.  Refleks Terjun (PARACHUTE)

Caranya: Bayi dipegang pada daerah thorax dengan kedua tangan pemeriksa dan kemudian

diposisikan seolah-olah akan terjun menuju meja periksa dengan posisi kepala lebih rendah dari

kaki. Refleks terjun dikatakan positif apabila kedua lengan bayi diluruskan dan jari-jari kedua

tangan dikembangkan seolah-olah hendak mendarat di atas meja periksa dengan kedua

Page 18: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 18/72

tangannya. Refleks ini tidak dipengaruhi oleh kemampuan visual, karena pada bayi buta denga

fungsi motorik normal akan memberikan hasil yang positif. Refleks terjun mulai tampak pada

usia 8-9 bulan dan menetap. Refleks negative dijumpai pada bayi tetraplegi atau SSP yang

tertekan

(Suharso, dkk, 2005).

5.  Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

DEFINISI

Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk menilai

status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu

pulang dari Rumah Sakit.Dalam melakukan pemeriksaan fisik ini, sebaiknya bayi dalam keadaan

telanjang dibawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas.

TUJUANSecara umum, tujuan dilakukannya pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir adalah untuk menilai

status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta

mencari kelainan pada bayi.

RIWAYAT BAYI BARU LAHIR

1.  Identifikasi data : Nama, nomor pasien sakit, tanggal lahir, jenis kelamin, jenis pemberian

makanan. 

2.  Riwayat keluarga : Diabetes, kelainan kongenital, penyakit infeksi, kelaianan kardiopulmonal,

kesehatan ayah, saudara kandung dan anggota keluarga lain : kondisi medis atau sifat yang

“diturunkan dari generasi ke generasi dalam keluarga”, nenek moyang atau orang tua. 

3.  Data demografik orang tua : Usia, pendidikan, pekerjaan, latar belakang etnik dan ras. 

4.  Riwayat ibu 

Graviditas, paritas, hari pertama haid hari terakhir haid (HPHT), taksiran partus (TP), komplikasi

kehamilan sebelumnya, riwayat ginekologi dan riwayatmedis/bedah, riwayat antepartum

(khususnya penyalahgunaan zat, diabetes gestasional, preeklamsia, perdarahan selama

kehamilan, polihidramnion atau oligohidramnion, infeksi atau penyakit lain, obat-obatan yang

dikonsumsi), lama dan lokasi perawatan prenatal, pengkajian kesejahteraan janin. 

5.  Hasil tes laboratorium ibu 

Golongan darah dan faktor Rh, penapisan antibody, titer rubella, serologi, panel hepatitis, nilai

Hb dan Ht, pemeriksaan Tuberculosis (TB).

6.  Persalinan dan pelahiran 

Page 19: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 19/72

Tanggal dan waktu melahirkan ; usia gestasi saat melahirkan dengan menggunakan penanggalan

dan pemeriksaan USG, lama kala satu dan dua persalinan ; gawat janin atau asidosis ; demam

pada ibu ; ada meconium ; lama ketuban pecah ; presentasi ; komplikasi ; cara melahirkan ;

penggunaan alat bantu ; analgesia dan waktu ; anastesi dan komplikasinya ; ukuran plasenta,

warna dan bau ; inersi tali pusat ; dan penampilan tali pusat termasuk jumlah pembuluh darah

dan ukurannya (Kotor? Berbau?Kelainan?) 

7.  Periode segera setelah lahir 

Nilai Apgar, resusitasi, tanda-tanda vital, suhu, status vitamin K ; kemampuan mengisap,

menyusu ; keterjagaan ; apakah sudah mengeluarkan air kemih atau mekonium ; apakah bayi

melonjak-lonjak ; mengeluarkan tangisan yang tidak lazim. 

8.  Hasil tes laboratorium 

Kadar glukosa, golongan darah, factor Rh, tes Coomb, HctPEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

1.  Hitung frekuensi nafas

Pemeriksaan frekuensi nafas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam 1

menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60

x/menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi dalam

keadaan lahir kurang dari 2500 gram atau usia kehamilan 37 minggu, kemungkinan terdapat

adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti beberapa detik secara periodik, maka

masih dikatakan dalam batas normal.

2.  Lakukan inspeksi pada warna bayi

Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna pucat, ikterus, sianosis sentral

atau tanda lainnya.Bayi dalam keadaan aterm umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam

keadaan praterm, mengingat kondisi kulitnya lebih tebal.

3.  Hitung denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop

Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang

menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal,

perdarahan, atau gangguan nafas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila

frekuensinya antara 100-160x/menit.

4.  Ukur suhu aksila

Lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan apakah bayi dalam keadaan hipo

atau hipertermi. Dalam kondisi normal, suhu bayi antara 36,5 – , . 

Page 20: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 20/72

5.  Kaji postur dan gerakan

  Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/ hiperekstensi tubuh yang

berlebihan dengan kepala dan tumit belakang, tubuh melengkung kedepan, adanya kejang /

spasme, serta tremor.

  Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan

longgar dengan lengan panggul dan lutut semifleksi. Selanjutnya pada bayi dengan berat  

2500 gram atau usia kehamilan 37 minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi.

Apabila bayi tidak sungsang, di dalam kandungan bayi akan mengalami fleksi penuh pada

sendi panggul atau lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai mulut.

Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi harusnya terjadi secara spontan dan simetris disertai

dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar.

6.  Periksa tonus atau kesadaran bayi

Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan kesadaran dimana bayi

dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang lemah, mudah

terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar.

7.  Pemeriksaan kulit

  berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada kulit atau pembengkakan,

postula (kulit melepuh), luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas

kulit, serta ada tidaknya ruam popok

  Pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum ( titik merah dan pusat putih

kecil pada muka, tubuh, dan punggung) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit tubuh yang

terkelupas pada hari pertama.

  Kondisi kulit dapat mengindikasikan beberapa kondisi. Bayi postmatur memiliki kulit yang

lebih pusat, lebih tebal, yang tebal, yang dapat mengelupas. Bayi prematur memiliki kulit

tipis, rapuh, yang cenderung berwarna merah gelap yang mudah berdarah serta mudah

memar.

-  Akrosianosis (sianosis pada ekstremitas) adalah kondisi yang normal selama satu hari.

Bintik-bintik seperti lobster dapat merupakan kondisi normal, terjadi akibat system

organ yang tidak matur.

-  Sianosis. Kadang-kadang sulit dievaluasi karena polistemia pada bayi baru lahir; dapat

dimunculkan dengan menekan-nekan kulit bayi seperti saat memeriksa adanya ikterik.

Page 21: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 21/72

-  Ikterik. Dikaji dengan cara menekan-nekan kulit sesaat. Dimulai dari kepala kemudian

kebawah -- catat kadarnya.

-  Palor. Dapat mengindikasikan edema, asfiksia, atau shock. Kepala bayi, lengan kanan,

dan dada kanan berwarna merah muda, bagian tubuh lainnya pucat atau sianosis, jika

duktus belum menutup. Garis demarkasi menghilang jika duktus membuka dan tahanan

pembuluh darah perifer menurun.

-  Pletora. Area merah terlihat pada membran mukosa, memudar pada telapak kaki dan

telapak tangan, dapat menunjukkan polisitemia.

-  Bintik-bintik. Diakibatkan perubahan suhu kulit sementara, tetapi bisa juga karena

penyakit yang serius dan bayi yang memiliki kulit berbintik-bintik harus diobservasi

dengan cermat.

Terkena meconium. Verniks yang terkena meconium terjadi dalam 15 jam setelahterpajan meconium kuku-kuku jari terkena dalam 6 jam.

-  Terkstur dan edema. Edema dapat dibedakan dari status nutrisi cukup dengan

keberadaan keriput halus dipergelangan tangan dan pergelangan kaki.

-  Lesi, kelembapan, lanugo merupakan bukti trauma lahir, pigmentasi.

Page 22: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 22/72

 

Page 23: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 23/72

 

8.  Pemeriksaan kepala dan leher

Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain :

  Kepala

Selama pemeriksaan kepala, periksa hal-hal berikut:

1)  Bentuk dan kesimetrisan

2)  Proporsi terhadap tubuh dan wajah

3)  Lingkar kepala (diukur di titik di atas telinga). Lingkar ini akan berubah jika molase

hilang. Lingkar kepala normal adalah 32-38 cm pada rata-rata bayi cukup bulan.

Page 24: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 24/72

Lingkar kepala melebihi lingkar abdomen sampai usia kehamilan 32-36 minggu,

kemudian akan menjadi lebih kecil. Kepala yang berukuran sangat besar dapat

mengindikasikan hidrosefalus.

4)  Sutura sagitalis, lambdoidalis, dan koronalis. Penutupan garis sutura prematur

disebut sinostosis kranial: sutura tidak menyatu jika sisi lain tertekan. Area-area

lunak pada tulang parietal di sepanjang sutura sagitalis disebut kraniotabes dan

terlihat pada bayi premature dan mereka yang mengalami kompresi uterus.

Kraniotabes biasanya tidak bermakna, tetapi harus diselidiki jika menetap. Area-area

lunak pada oksiput signifikan dan, jika ada, osteogenesis imperfekta, sindrom Down,

kretinisme, dan kondisi-kondisi lain harus disingkirkan.

5)  Fontanel anterior berbentuk wajik memiliki ukuran 20 ±10 mm, tetapi ada banyak

variasi dan ukuran fontanel tidak signifikan. Fontanel menutup pada usia 9-16 bulan.Fontanel posterior, yang berbentuk segi tiga, dapat menutup pada saat bayi lahir

atau pada sekitar usia 4 bulan. Ukuran rata-ratanya adalah 1x1 cm. Fontanel harus

datar: penonjolan mengindikasikan peningkatan tekanan intrakranial dan depresi

mengindikasikan dehidrasi.

6)  Terdapat molase (tumpang tindih tulang oksipital dan pelahiran, perdarahan

subperiosteum ini terbatas pada satu tulang, biasanya tulang parietal, dan tidak

menindih sutura. Sefalohematoma ini berlangsung sekitar 8 minggu.

7)  Kaput suksedaneum adalah pembengkakan kulit kepala, yang terlihat melalui serviks.

Memar dapat terlihat. Kaput dapat menindih garis sutura.

  Rambut

1)  Tekstur, arah pertumbuhan.

2)  Distribusi. Rambut di bawah lipatan leher mengesankan sindrom-sindrom yang

berhubungan dengan leher pendek dan/atau webbed neck. 

3)  Lesi kulit kepala. Aplasia kutis kongenita merupakan suatu kelainan kulit kepala.

4)  Warna. Perhatikan keserasian dengan ras. Rambut merah pada bayi kulit hitam,

misalnya dapat menunjukkan albinisme. Perhatikan keseragaman. Sejumput rambut

putih tepat di atas kening, misalnya, dapat dihubungkan dengan ketulian dan

retardasi mental.

  Wajah

Page 25: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 25/72

1)  Bentuk dan ekspresi 

2)  Bulu mata dan alis mata 

3)  Simetris pada saat istirahat dan selama menangis dan mengisap. Ketidaksimetrisan dapat

terjadi akibat hypoplasia atau palsi pada saraf ketujuh.

  Mata

Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi gerakan

mata yang belum sempurna.Mata paling mudah diperiksa dengan mengangkat bayi dan

perlahan menggerakkannya ke depan dan ke belakang. Pada saat ini, bayi akan secara

spontas dan reflex membuka matanya.

1)  Letak dan kesimetrisan. Mata yang terpisah jauh dapat dihubungkan dengan sindrom

kongenital.

2) 

Ukuran. Ukuran yang normal adalah 2,5 cm. mata berukuran besar disebuthipertelorisme; sedangkan mata berukuran kecil disebut hipotelorisme. Keduanya

dihubungkan dengan sindrom kengenital.

3)  Posisi. Lipatan ke atas atau ke bawah mengindikasikan sindrom kengenital.

4)  Ukuran dan kejernihan kornea.

5)  Warna iris. Pigmentasi penuh terjadi pada usia 10-12 bulan.

6)  Sklera. Pada kondisi normal jernih, tetapi bisa berwarna kuning disertai ikterik,

hemoragik akibat trauma lahir, atau berwarna biru diserta osteogenesis imperfekta.

7)  Konjungtiva. Perdarahan kecil sering terjadi. Peradangan bisa muncul akibat profilaksis

eritromisin.

8)  Pupil. Sama dan reaktif setelah usia 2-3 minggu. Pupil berukuran 1,8-5,4 mm.

9)  Refleks mengedipoptikal yang simetris. Cahaya terang menyebabkan kedua mata

mengedip dan kepala dorsifleksi. Tes refleks ini lebih sering dilakukan disbanding tes

ketajaman penglihatan. Penglihatan bayi baru lahir diperkirakan sekitar 20/600.

10) Mata boneka. Ketika kepala berpaling, mata bergerak dari garis tengah lalu melihat ke

atas; dinyatakan normal selama 10 hari.

11) Refleks merah. Tidak ada pada katarak.

12) Korneamenunjukkan reaksi terhadap cahaya dan mengikuti jejak cahaya.

13) Strabismus sementara (mata juling).

14) Ada lipatan epikantus. Dapat dihubungkan dengan defek kongenital.

15) Retina. Harus jernih pada pemeriksaan oftalmoskopik.

Page 26: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 26/72

16) Duktus lakrimalis. Harus paten.

17) Kelopak mata. Perhatikan edema atau ptosis (jatuh).

18) Glaucoma kongenital. Dibuktikan oleh fotofobia, air mata berlebihan, kornea buram,

atau mata terlihat lebar.

  Telinga

Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran.

Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi refleks terkejut, apabila tidak

terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

1)  Simetris dan sejajar 

2)  Lipatan kulit atau lubang berlebih. Lipatan kulit pedunkulat dapat diikat kuat pada

bagian dasar dengan jahitan.

3) 

Bentuk. Pembentukan kartilago mengindikasikan maturitas.4)  Pendengaran. Bayi menengok kea rah bisikan; terlihat terkejut sebagai respons terhadap

suara keras. Khususnya pada kasus kelainan kepala dan leher, riwayat tuli pada keluarga,

berat lahir sangat rendah, asfiksia berat, infeksi janin, dan sindrom lain yang terkait

dengan tuli.

5)  Otoskopi dilakukan dengan menarik daun telinga ke bawah. Verniks kaseosa terlihat di

dalam saluran luar atau cairan amnion terlihat di belakang membrane timpani berwarna

abu-abu kusam.

  Hidung

1)  Posisi dan bentuk. Posisi menyimpang dari garis tengah atau tulang hidung yang

mendatar atau bengkok dapat mengindikasikan sindrom kongenital.

2)  Lubang hidung. Dikaji untuk melihat bentuk, kesimetrisan, dan kepatenan. Satu lubang

hidung tersumbat pada satu waktu dan pernapasan terlihat melalui lubang hidung yang

terbuka sehingga menyingkirkan kemungkinan atresia koanal --- penyumbatan nares

posterior --- yang menyebabkan gawat napas berat pada bayi. Lubang hidung yang besar,

menonjol, atau ketiadaan lubang hidung dapat terjadi pada kelainan kongenital.

Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apakah bayi

bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas

karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang

menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menunjukkan

Page 27: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 27/72

gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa. Apabila secret

makropurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan

kemungkinan lain.

  Mulut

1)  Ukuran dan bentuk. Mulut seperti burung terlihat pada sindrom alcohol; mulut kecil,

mikrostomia, terlihat pada sindrom down; dan mulut yang lebar, makrostomia, terlihat

pada gangguan metabolik.

2)  Menyeringai simetris.

3)  Palatum melengkung utuh.

4)  Ukuran dan fungsi uvula. Uvula yang bifid (terbelah dua) dapat dihubungkan dengan

sumbing palatum submukosa. Pada fungsi neurologis yang normal, uvula akan naik ketika

bayi menangis.5)  Refleks. Refleks mengisap terlihat sejak usia kehamilan 32 minggu hingga 3-4 bulan.

Refleks rooting terlihat sejak usia kehamilan 34 minggu hingga 3-4 bulan. Refleks gag

harus ada.

6)  Bibir. Harus terbentuk penuh. Filtrum yang memanjang (alur dari hidung hingga bibir

atas) dapat mengindikasikan sindrom kongenital.

7)  Ukuran lidah. Makroglosia dihubungkan dengan hipotiroidisme.

8)  Gusi. Gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi

penumpukan pigmenyang tidak sempurna. Gusi yang tumbuh sebelum waktunya jarang

ditemui pada mulut bayi baru lahir normal dan akan tanggal sebelum gigi susu muncul;

gigi juga dapat muncul pada beberapa sindrom kengenital.

9)  Membrane mukosa. Perhatikan kelembapan. Pengeluaran saliva yang berlebihan

mengindikasikan fistula trakeoesofagus atau atresia esophagus. Sariawan diidentifikasi

dengan adanya bercak putih dan abu-abu.

10) Dagu. Proporsinya harus tepat. Mikrognatia mengesankan sindrom Pierre-Robin.

Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada mukosa

mulut.Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan refleks

mengisap.Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya kemumgkinan

kecacatan kongenital.Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi biasanya disebut

sebagai monilia albicans. 

  Lidah

Page 28: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 28/72

1)  Perhatikan ukuran, proporsi warna, lapisan pelindung, gerakan, tonus, panjang frenulum. 

  Leher

1)  Bentuk, nodus limfoideus, keberadaan massa 

2)  Gerakan. Rentang pergerakan harus memungkinkan bayi memutar dagu ke tiap-tiap

bahu. Tortikolis kongenital (kepala menekuk ke salah satu bahu sementara dagu

mengarah ke bahu lain) ditemukan jika ada hematoma pada otot sternokleidomastoideus

akibat cedera lahir.

3)  Lipatan atau penyelaputan kulit. Penyelaputan terjadi pada sindrom turner dan sindrom

kongenital lain.

4)  Tiroid. Biasanya ditemukan di garis tengah tanpa nodul

5)  Klavikula. Fraktur klavikula terjadi pada 1,7  – 2,9% bayi cukup bulan, walaupun banyak

fraktur tidak terdeteksi sampai kalus terbentuk di atas fraktur pada usia 2-3 minggu.Fraktur biasanya terjadi pada 2/3 bagian luar tulang dan dapat dipalpasi dengan bunyi

krepitasi, pembengkakan, nyeri tekan di sepanjang badan tulang. Penurunan gerakan

pada tangan yang terkena atau menolak disusui ketika bayi berbaring di sisi yang terkena

dapat mengindikasikan ketidaknyamanan.

Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi keterbatasan

dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya

kelainan tiroid, hemangioma, dll.

9.  Pemeriksaan ekstremitas

Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal, asimetris,

posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan), serta

menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.

10. Pemeriksaan dada

  Bentuk dan kesimetrisan

  Lingkar dada pada putting susu. Letak putting susu. Letak putting yang berjauhan terlihat

pada sindrom Turner. Pada bayi keturunan Kaukasia biasanya berhubungan dengan kelainan

ginjal.

  Keberadaan jaringan payudara. Dipengaruhi oleh status nutrisi, simpanan lemak, dan

maturitas. Produksi susu (“witches milk ”) yang disebabkan oleh estrogen ibu berhenti setelah

1-2 minggu.

Page 29: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 29/72

  Kesimetrisan pengembangan. Dada yang tidak mengembang simetris, menandakan hernia

diafragmatik, pneumotoraks, atau kerusakan nervus frenikus.

  Pernapasan. Biasaya pernapasan abdomen pada bayi baru lahir ; frekuensi normalnya adalah

30-60 x/menit, dihitung selama 1 menit penuh. Frekuensi napas 60 x/menit

mengindikasikan adanya penyakit.

  Bunyi jantung. Nada terdengar lebih tinggi daripada yang terdengar pada orang dewasa.

Sinus aritmia (varian teratur yang menyertai pernapasan) adalah temuan normal. Denyut

 jantung rata-rata adalah 110-160 x/menit pada bayi cukup bulan yang sehat. Pada bayi

premature, denyut jantung rata-rata 140-150 x/menit pada saat istirahat.

  Murmur. 60 % bayi baru lahir mengalami murmur. Sebagian besar murmur yang terdengar

pada hari-hari pertama kehidupan mencerminkan perubahan neonatal. Murmur yang

terdengar pada saat lahir memiliki resiko 1 : 12 karena penyakit jantung kongenital.

  Titik impuls maksimum (PMI). Dalam kondisi normal terdapat di garis midklavikula kiri pada

ruang interkosta keempat, variasi dapat mengesankan kelainan jantung. Getaran yang

terpalpasi pada lengkung suprasternal menunjukkan stenosis aorta, stenosis paru valvular,

PDA, atau koarktasio aorta.

  Nadi. Nadi sempit dan halus mengindikasikan gagal jantung kongenital atau stenosis aorta

berat ; denyut yang melonjak dapat mengindikasikan PDA.

  Tekanan darah. Bagi bayi baru lahir sampai usia 7 hari, TD sistolik 96 mmHg merupakan

hipertensi signifikan dan TD 106 mmHg merupakan hipertensi berat. Untuk bayi usia 8-30

hari, TD sistolik 104 mmHg merupakan hipertensi signifikan dan TD 110 mmHg

merupakan hipertensi berat.

  Perkusi. Dikaji dengan menggunakan 1 jari, paru bayi baru lahir pada kondisi normal

hiperresonan di seluruh bidang paru suara redup dapat mengindikasikan ada efusi atau

konsolidasi. 

11. Pemeriksaan tali pusat

Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah, berbau, atau lainnya

pada tali pusat.Pemeriksaan ini normal apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari

pertama dan mulai mongering atau mengecil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke-10.

12. Pemeriksaan abdomen dan punggung

Page 30: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 30/72

  Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat

bentuk dari abdomen, apabila didapatkan abdomen membuncit, dapat diduga

kemungkinan disebabkan karena hepatosplenomegali atau cairan dalam rongga perut.

  Pada perabaan, hati biasanya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan, limfa teraba 1

cm dibawah arkus kosta kiri.

  Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi telentang dan tungkai bayi

dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat

diraba setinggi umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal

dapat diraba sekitar 2-3 cm. adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh

neoplasma, kelainan bawaan, atau thrombosis vena renalis.

  Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah

dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk

mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal (defek

tulang punggung, sehingga medulla spinalis dan selaput otak menonjol).

13. Pengukuran antopometri

  Pada bayi baru lahir perlu dilakukan pengukuran antopometri seperti berat badan, dimana

berat badan yang normal adalah sekitar 2500-3500 gram, apabila ditemukan berat badan  

2500 gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Akan

tetapi, apabila ditemukan bayi dengan berat badan lahir 3500 gram, maka bayi

dimasukkan dalam kelompok makrosomia.

  Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran panjang badan secara normal :

-  panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm

-  pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm

-  pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm.

  Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi

mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada,

maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus. 

14. Pemeriksaan genitalia

  Pemeriksaan genitalia ini berfungsi untuk mengetahui keadaan labium minor yang tertutup

oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun apabila

Page 31: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 31/72

ditemukan satu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada

lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon.

  Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah

3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya

hipospadiayang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang

penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada dorsum penis.

15. Pemeriksaan urine dan tinja

Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atua tidaknya diare serta kelainan

pada daerah anus.Pemeriksaan ini normal apabila bayi mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali

per menit, dapat dicurigai apabila frekuensi meningkat serta adanya lendir atau darah.Adanya

perdarahan pervaginam pada bayi baru lahir dapat terjadi selama beberapa hari pada minggupertama kehidupan (MNH-JHPEGO, 2002).

(sumber : Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol.1)

6.  Cara menilai APGAR Score

Pertumbuhan dan perkembangan bayi di luar kandungan dapat dinilai dengan apgar. Sesaat

setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan penilaian terhadap bayi tresebut.

Perangkat yang digunakan untuk menilai dinamakan skor apgar. Kata apgar diambil dari nama belakang

penemunya yaitu Dr. Virginia Apgar, skor ini dipublikasikan pada tahun 1952. Pada tahun 1962, seorang

ahli anak bernama Dr Joseph Butterfield membuat akronim dari APGAR yaitu Appearance (Warna kulit),

Pulse (denyut jantung), Grimace (Respon Refleks), Activity (tonus otot) and Respiration (Pernapasan).

A.  DEFINISI

 Suatu alat bantu yang berguna untuk mengevaluasi perlu tidaknya bayi mendapat resusitasi, yang

diterapkan pada 1 menit dan pada 5 menit setelah lahir yang terdiri dari 5 komponen yaitu

pernafasan, frek. jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek.

 Pada masing-masing komponen diberi skor 0, 1 atau 2

B. 

DILAKUKAN PADA•  1 menit kelahiran

Skor Apgar 1 menit yaitu digunakan untuk mengidentifikasi perlu tidaknya resusitasi

segera.Sebagian besar bayi saat lahir berada dalam kondisi sempurna.

•  Menit ke-5

Page 32: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 32/72

Skor Apgar 5 menit, dan terutama perubahan pada skor 1 dan 5 menit merupakan indeks yang

bermanfaat untuk menilai efektifitas upaya resusitasi.Usia gestasi merupakan faktor penting yang

mempengaruhi skor Apgar.

System Penentuan Skor Apgar yang Diterapkan pada 1 menit dan 5 menit Setelah Lahir 

Sumber : Williams Manual of Obstetrics, edisi 23

C.  PROSEDUR PENILAIAN APGAR

  Pastikan pencahayaan baik

  Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dengan cepat & simultan. Jumlahkan

hasilnya

  Lakukan tindakan dengan cepat & tepat sesuai dengan hasilnya

  Ulangi pada menit kelima

  Ulangi pada menit kesepuluh

  Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yang sesuai

D.  PENILAIANSetiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2

Nilai tertinggi adalah 10

  Nilai 7 –10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik

  Nilai 4 –6 pada 1 menit memperlhatkan depresi pernapasan, fleksiditas, dan warna

pucat hingga biru. Namun denyut jantung dan iritabilitas refles baik.

Page 33: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 33/72

  Nilai 0 – 3 biasanya memperlihatkan denyut jantung yang lambat dan lemah serta

depresi atau tidak adanya respon refleks. Bayi ini sering mudah diidentifikasi dan resusitasi,

termasuk ventilasi buatan, harus segera dimulai.

Perhatian : SKOR APGAR TIDAK DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMPERKIRAKAN PROGNOSIS

NEUROLOGIS JANGKA PANJANG.

(Sumber :Williams Manual of Obstetrics, edisi 21)

7.  Kelainan-kelainan pada bayi baru lahir (meliputi definisi, epidemiologi, patofisiologi, factor risiko,

manifestasi klinis, pemeriksaan dignostik, dan penatalaksanaan medis)

1. LABIOSKIZIS & LABIOPALATOSKIZI

a. DEFINISI

Merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang

kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuhbersatu. Beratnya belahan dapat sangat bervariasi, mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari

dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum serta molle. Suatu klasifikasi berguna membagi

struktur-struktur yang terkena menjadi :

1.  Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum dibelahan foramen

incisivum.

2.  Palatum sekunder meliputi palatum durum dan molle posterior terhadap foramen.

Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum

sekunder dan dapat unilateral atau bilateral. Kadang-kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam

kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.

Page 34: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 34/72

b. EPIDEMIOLOGI

Labioskizis & labiopalatoskizis sering dijumpai dengan insiden 1 dalam 700 kelahiran. Sebagian

besar merupakan kelianan sendiri tetapi kelainan ini merupakan bagian kelainan kromosom/ sindrom

malformasi yang lain. (David Hull&Derek. 2008) 

c. ETIOLOGI

Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti melaporkan bahwa 40% orang yang

mempunyai riwayat keluarga labioskizis akan mengalami labioskizis. Kemungkinan seorang bayi

dilahirkan dengan labioskizis meningkat bila keturunan garis pertama (ibu, ayah, saudara kandung)

mempunyai riwayat labioskizis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin

(terutama asam folat) selama trimester pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih

cenderung melahirkan bayi/ anak dengan labioskizis.

1. 

Faktor genetik / keturunanDimana material genetik dalam kromosom yang mempengaruhi. Dimana dapat terjadi karena

mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom

yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromsom 1 s/d 22) dan 1 pasang kromosom sex

(kromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi

trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita,

sehingga jumlah total kromosom pada setiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain

menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak,

 jantung, dan ginjal. Namun kelianan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000

bayi yang lahir. 

2.  Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia. 

3.  Kurang nutrisi

Contohnya defisiensi Zn dan B6. Vitamin C pada waktu hamil, kekurangan asam folat.

4.  Radiasi

5.  Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.

6.  Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella dan sifilis,

toxoplasmosis dan klamidia.

7.  Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama

kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.

8.  Multifaktoral dan mutasi genetik

9.  Diplasia ektodermal

Page 35: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 35/72

 

d. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan organ yang terlibat

  Celah di bibir (labioskizis)   Celah di langit (palatoskizis)

  Celah di gusi (gnatoskizis)   Celah dapat terjadi lebih dari satu organ

misal : terjadi di bibir dan langit-langit

(labiopalatoskizis)

2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk

  Unilateral Incomplete. 

Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.

  Unilateral Complete. 

Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.

  Bilateral Complete. 

Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.

e. PATOFISIOLOGI

Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem

medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi

sekitar minggu keenam pasca konsepsi. Palastokizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi.

Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi sekitar kehamilan minggu ke 7 sampai minggu ke

12.

f. FAKTOR RESIKO

Faktor risiko adalah sesuatu yang meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan penyakit.

Angka kejadian kelainan congenital sekitar 1/700 kelahiran dan merupakan salah satu kelainan

congenital yang serimg di temukan, kelainan ini berwujud sebagai labioskizis di sertai palatokizis 50%,

labioskizis saja 25%. Pada 25% dari kelompok ini di temukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam

keturunan. Kejadian ini mungkin di sebabkan adanya factor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi

gen.

g. MANIFESTASI KLINIS

Tanda gejala dari bibir sumbing yaitu:

  Terjadi pemisahan langit – langit    Infeksi telinga berulang

Page 36: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 36/72

  Terjadi pemisahan bibir   Berat badan tidak bertambah

  Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit   Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika

menyusui yaitu keluarnya air susu dari

hidung

h. Komplikasi 

1) Di perkirakan sekitar 10% penderita labiopalastokizis akan menderita masalah

bicara, misalnya suara sengau.

2) Karena palastokizis dapat mengganggu pertumbuhan anatomi nasofarig dan sering

mengakibatkan pula terjadinya otitis media, serta gangguan pendengaran maka

kerjasama dengan pihak THT sangat di perlukan.

3) Komplikasi yang sering terjadi pada penderiata labiopalatoskizis adalah Ototis media, Faringitis dan

Kekurangan gizi

i. PENATALAKSANAAN 

Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi

berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas

dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan

hukum Sepuluh (rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya

minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui.

1. PERAWATAN 

a. Menyusu ibu Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir

sumbing tidak menghambat pengahisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan payudara

untuk mengeluarkan susu. Dapat juga mnggunakan pompa payudara untuk mengeluarkan susu dan

memberikannya kepada bayi dengan menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak menyusu

sampai 6 minggu.

b. Menggunakan alat khusus

1) Dot domba

Karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan melalui hidung, bayi tersebut

lebih baik diberi makan dengan dot yang diberi pegangan yang menutupi sumbing, suatu dot domba

(dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar), atau hanya dot biasa dengan lubang besar.

2) Botol peras

Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut hingga dapat

dihisap bayi.

Page 37: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 37/72

3) Ortodonsi

Pemberian plat/ dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar memudahkan

pemberian minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan

bedah definitive.

c. Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau belakang lidah bayi.

d. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk menelan banyak udara

e. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada bagian pemisah

lobang hidung

f. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini terjadi arahkan

dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit yang lembut tersebut untuk sembuh

g. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung kapas yang

dicelupkan dala hydrogen peroksida setengah kuat atau air.2. PENGOBATAN

a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Bayi

akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi tersebut

bervariasi.

b. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule often yaitu umur >

10 mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui

c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini mungkin (15-24

bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap sehingga pusat bicara otak belum membentuk cara bicara.

Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla

untuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.

d. Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang muka

mendeteksi selesai.

e. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki “kerusakan horseshoe” yang lebar. Dalam

hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempl pada bagian belakang gigi geligi menutupi nasofaring

dan membantu anak bicara yang lebih baik.

f. Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting untuk

pembentukan bicara, perubahan struktur, juga pada sumbing yang telah diperbaiki, dapat

mempengaruhi pola bicara secara permanen.

2. ATRESIA ESOFAGUS

a. DEFINISI

Page 38: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 38/72

Atresia esofagus adalah sekelompok kelainan kongenital yang mencakup gangguan kontinuitas

esofagus disertai atau tanpa adanya hubungan dengan trakea (Dr. Rovels Agber Maywell Iroth,2010).

Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu),

pada esofagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada ¼

-1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai

atresia esophagus dengan fistula). Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula

trakeoesofagus. Atresia esofagus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan

gastrointestinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).

b. EPIDEMIOLOGI

Insidensi atresia esofagus terjadi pada sekitar 1 dari 2500-3000 kelahiran. Kelainan ini tidak

diturunkan, walaupun terdapat kaitan dengan abnormalitas kromosomal. Tidak lebih dari 1% kasus

dimana terdapat riwayat orang tua dengan kelainan yang sama. . (Dr. Rovels Agber Maywell Iroth, 2010).Di Amerika Utara insiden dari Atresia Esofagus berkisar 1:3000-4500 dari kelahiran hidup, angka ini

makin lama makin menurun dengan sebab yang belum diketahui. Secara Internasional angka kejadian

paling tinggi terdapat di Finlandia yaitu 1:2500 kelahiran hidup. Atresia Esofagus 2-3 kali lebih sering

pada janin yang kembar. sektar 1/3 anak yang terkena lahir premature. Pada lebih 85 % kasus, fistula

antar trakea antara trakea dan esophagus distal menyertai atresia. Lebih jarang, atresia esophagus atau

fistula trakeoesophagus menjadi sendiri-sendiri dengan kombinasi yang aneh.

c. ETIOLOGI

Pemicu kelahiraan bawaan seperti atresia esophagus dapat di curigai :

1. Pada kasus polihidramnion ibu.

2. Bayi dalam keadaan premature

. 3. sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik.

4. Kelainan pasase akibat gangguan pemisahan septum antara trachea dan esophagus

pada perkembangan intra uterin

d. KLASIFIKASI

Atresia esofagus disertai dengan fistula trakeoesofageal distal adalah tipe yang paling sering

terjadi. Variasi anatomi dari atresia esofagus menggunakan sistem klasifikasi Gross of Boston yang sudah

populer digunakan. Sistem ini berisi antara lain:

1. Tipe A – Atresia esofagus tanpa fistula; Atresia esofagus murni (10%).

Didapati proximal dan distal esofagus berakhir tanpa adanya hubungan dengan trakea. Segmen

proximal esofagus dilatasi dan dindingnya menebal, biasanya ujungnya terletak di posterior

Page 39: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 39/72

mediastinum setinggi vertebra thorakal 2. Esofagus distal pendek dan berakhir pada jarak yang berbeda-

beda diatas diafragma.

2. Tipe B – Atresia esofagus dengan TEF proximal (<1%)

Didapati adanya fistel trakeoesofagus, bukan pada ujung kantong esofagus yang dilatasi, tetapi kira-

kira 1-2 cm diatas dinding anterior esofagus

3. Tipe C – Atresia esofagus dengan TEF distal (85%)

Merupakan tipe yang paling umum dan sering ditemukan, dimana proximal dari esophagus

berdilatasi dan dinding muskularnya menebal, ujungnya terletak di superior mediastinum kira-kira

setinggi vertebra thorakal 3 atau 4. Esofagus bagian distal yang lebih tipis dan sempit masuk ke dinding

posterior dari trakea pada carina atau lebih sering 1 cm atau 2 cm lebih proximal.

4. Tipe D – Atresia esofagus dengan TEF proximal dan distal (<1%)

didapati adanya fistel pada kedua ujung proximal dan distal esofagus.5. Tipe E – TEF tanpa atresia esofagus; Fistula tipe H (4%)

disebut juga fistel H atau N sesuai dengan gambarannya, didapati adanya fistula antara esofagus

dengan trakea. Fistula biasanya sangat sempit sekitar 3-5 mm lebarnya dan biasanya terletak setinggi

daerah servikal bawah. Biasanya hanya ada satu fistula, tetapi dua atau lebih fistula bisa dijumpai.

6. Tipe F  – Stenosis esofagus kongenital tanpa atresia (<1%)

Kelainan-kelainan dalam atresia esophagus

1. Kalasia

Adalah kelainan yang terjadi dibagian bawah esophagus (pada persambungan dengan lambung)

yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering regurgitasi bila di baringkan.

Penatalaksanaan :

Bayi harus dalam posisi duduk pada waktu di beri minum, dan jangan di baringkan segera setelah minum.

Biarkan ia dalam sikap duduk agak lama, baru kemudian dibaringkan miring ke kanan dengan kepala

lebih tinggi.

2. Akalasia

Page 40: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 40/72

Merupakan kebalikan dari kalasia; pada akalasia bagian distal esophagus tidak dapat membuka

dengan baik sehingga terjadi keadaan seperti stenosis atau atresia. Di sebut pula sebagai spasme kardio-

esophagus. Penyebaba akalasia adalah adanya kartilago traken yang tumbuh ektopik pada esophagus

bagian bawah. Pada pemeriksaan mikroskopis di temukan jaringan tulang rawan dalam lapisan otot

esophagus.

e. PATOFISIOLOGI

Pada perkembangan jaringan, terjadi gangguan pemisahan antara trakhea dan esopagus pada

minggu ke 4 sampai minggu ke 6 kehidupan embryonal. Resiko tinggi dapat terjadi pada ibu hamil

dengan hidramnion yaitu amniosentesis harus dicurigai. Beberapa teori menjelaskan bahwa masalah

pada kelainan ini terletak pada proses perkembangan esofagus. Trakea dan esofagus berasal dari embrio

yang sama. Selama minggu keempat kehamilan, bagian mesodermal lateral pada esofagus proksimal

berkembang. Pembelahan galur ini pada bagian tengah memisahkan esofagus dari trakea pada hari ke-26 masa gestasi

Motilitas dari esofagus selalu dipengaruhi pada atresia esofagus. Gangguan peristaltik esofagus

biasanya paling sering dialami pada bagian esofagus distal. Janin dengan atresia tidak dapat dengan

efektif menelan cairan amnion. Sedangkan pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal distal,

cairan amnion masuk melalui trakea ke dalam usus. Polihidramnion bisa terjadi akibat perubahan dari

sirkulasi amnion pada janin.

Neonatus dengan atresia tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan banyak sekali air liur

atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat menyebabkan aspirasi pneumonia. Pada atresia

dengan distal TEF, sekresi dari gaster dapat masuk ke paru-paru dan sebaliknya, udara juga dapat bebas

masuk ke dalam saluran pencernaan saat bayi menangis ataupun mendapat ventilasi bantuan. Keadaan-

keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster yang fatal. Diketahui bahwa bagian esofagus distal

tidak menghasilkan peristaltik dan ini menyebabkan disfagia setelah perbaikan esofagus dan dapat

menimbukan reflux gastroesofageal.

Trakea abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan trakea dan bertambahnya ukuran otot

transversal pada posterior trakea. Dinding trakea lemah sehingga mengganggu kemampuan bayi untuk

batuk yang akan mengarah pada munculnya pneumonia yang bisa berulang-ulang. Trakea juga dapat

kolaps bila diberikan makanan ataupun air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan yang tidak

efektif, hipoksia atau bahkan bisa menjadi apnea.

f.  GAMBARAN KLINIK

Page 41: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 41/72

Kelainan ini bisanya baru di ketahui setelah bayi berumur 2-3 minggu dengan gejala muntah

yang beberapa saat setelah minum.

TANDA DAN GEJALA :

1.  Liur yang menetes terus menerus

2.  Liur berbuih

3.  Adanya aspirasi ketika bayi diberi minum

4.  Bayi tampak sianosis akibat aspirasi yang dialami

5.  Saat bayi diberi minum bayi akan mengalami batuk seperti tercekik

6.  Muntah yang proyektil

7.  Gejala pneumonia akibat regurgitasi air ludah dari esofagus yang buntu dan regurgitasi cairan

lambung melalui fistel ke jalan napas

8. 

Perut kembung atau membuncit, karena udara melalui fistel masuk kedalam lambung dan usus9.  Oliguria, karena tidak ada cairan yang masuk

10. Biasanya juga disertai dengan kelainan bawaan yang lain, seperti kelainan jantung, atresia

rectum atau anus

g.  Komplikasi

Komplikasi dini, mencakup :

1. Kebocoran anastomosis

Terjadi 15-20% dari kasus. Penanganan dengan cara dilakukan thoracostomy sambil suction terus-

menerus dan menunggu penyembuhan dan penutupan anastomosis secara spontan, atau dengan

melakukan tindakan bedah darurat untuk menutup kebocoran.

2. Striktur anastomosis

Terjadi pada 30-40% kasus. Penanganannya ialah dengan melebarkan striktur yang ada secara

endoskopi.

3. Fistula rekuren

Komplikasi lanjut, mencakup :

1. Reflux Gastroesofageal

Terjadi pada 40% kasus. Penanganan mencakup medikamentosa dan fundoplication, yaitu tindakan

bedah dimana bagian atas lambung dibungkus ke sekitar bagian bawah esofagus.

2. Trakeomalasia

Terjadi pada 10% kasus. Penanganannya ialah dengan melakukan manipulasi terhadap aorta untuk

memberikan ruangan bagi trakea agar dapat mengembang.

Page 42: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 42/72

3. Dismotility Esofagus.

terjadi akibat kontraksi esofagus yang terganggu. Pasien disarankan untuk makan diselingin dengan

minum. (Dr. Rovels Agber Maywell Iroth, 2010)

h.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Laboratorium

1.Darah Rutin : Terutama untuk mengetahui apabila terjadi suatu infeksi pada saluran pernapasan

akibat aspirasi makanan ataupun cairan.

2. Elektrolit : Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.

3. Analisa Gas Darah Arteri : Untuk mengetahui apabila ada gangguan respiratorik terutama pada bayi.

4. BUM dan Serum Creatinin : Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.

5. Kadar Gula Darah : Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.Pemeriksaan lainnya

  USG : Prenatal, ginjal   X-Ray : Thorax, extremitas   Echocardiography

I.  PENATALAKSANAAN

Tindakan Sebelum Operasi

Atresia esofagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk bayi baru lahir

mulai umur satu hari antara lain:

1. Cairan intravena mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.

2. Pemberian antibiotik broad-spectrum secara intravena.

3. Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan inkubator, supine dengan posisi fowler,

kepala diangkat sekitar 45°.

4. NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction rutin.

5. Monitor vital signs.

Tindakan Selama Operasi

Pada umumnya, operasi perbaikan atresia esofagus tidak dianggap sebagai hal yang darurat.

Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi prematur dengan gangguan respiratorik yang memerlukan

dukungan ventilatorik. Udara pernapasan yang keluar melalui distal fistula akan menimbulkan distensi

lambung yang akan mengganggu fungsi pernapasan. Distensi lambung yang terus menerus kemudian

bisa menyebabkan ruptur dari lambung sehingga mengakibatkan tension pneumoperitoneum yang akan

lebih lagi memperberat fungsi pernapasan.

Page 43: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 43/72

Pada keadaaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan melakukan ligasi

terhadap fistula trakeoesofageal dan menunda tindakan thoracotomy sampai masalah gangguan

respiratorik pada bayi benar-benar teratasi. Targetnya ialah operasi dilakukan 8-10 hari kemudian untuk

memisahkan fistula dan memperbaiki esofagus. Pada prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk

memperbaiki abnormalitas anatomi. Tindakan operasi dari atresia esofagus mencakup:

  Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan akses vaskular yang baik

dan menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga tidak menyebabkan distensi

lambung.

  Bronkoskopi pre-operatif berguna untuk mengidentifikasi dan mengetahui lokasi fistula.

  Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada untuk

dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada H-Fistula, operasi dilakukan melalui leher

karena hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiki esofagus.

  Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan dijahit

kemudian dibuat anastomosis esofageal antara kedua ujung proximal dan distal dari esofagus.

  Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hampir selalu jarak antara esofagus

proximal dan distal dapat disambung langsung. Ini disebut dengan primary repair, yaitu apabila jarak

kedua ujung esofagus dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3-6 ruas vertebra, dilakukan delayed

primary repair. Operasi ditunda selama paling lama 12 minggu, sambil dilakukan suction rutin dan

pemberian makanan melalui gastrostomy, maka jarak kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian

dilakukan primary repair. Apabila jarak kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas vertebra, maka dicoba

dilakukan tindakan diatas, apabila tidak bisa juga maka esofagus disambung dengan menggunakan

sebagian kolon.

Tindakan Setelah Operasi

Pasca operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara rutin. Selang kateter untuk

suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan mengenai bekas operasi tempat anastomosis

agar tidak menimbulkan kerusakan. Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.

Penatalaksanaan KeperawatanSebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya regurgitasi

cairan lambung kedalam paru. Cairan lambung harus sering diisap untuk mencegah aspirasi. Untuk

mencegah terjadinya hipotermia, bayi hendaknya dirawat dalam incubator agar mendapatkan

lingkungan yang cukup hangat. Posisinya sering di ubah-ubah, pengisapan lender harus sering dilakukan.

Bayi hendaknya dirangsang untuk menangis agar paru berkembang.

Page 44: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 44/72

 

3.  ATRESIA REKTI & ANUS

A.  DEFINISI

Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan

bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata

atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung

dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM). Malformasi anorektal (anus imperforata) adalah

malformasikongenital di mana rectum tidak mempunyai lubang keluar. Anus tidak ada, abnormal

atau ektopik. Kelainan anorektal umum pada laki-laki dan perempuan memperlihatkan hubungan

kelainan anorektal rendah dan tinggi diantara usus, muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina.

(Wong, 2003) 

B. 

EPIDEMIOLOGIInsiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai sindroma VACTRERL (Vertebra, Anal, Cardial,

Esofageal, Renal, Limb). 

C.  ETIOLOGI

Penyebab dari penyakit ini adalah: 

1. Malformasi Anus

Gangguan pertumbuhan dan fusi serta pembentukan anus dari tonjolan embrionik.

2. Malformasi Rektum

Gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital serta gangguan perkembangan

septum anorektal yang memisahkannya (terjadi fistel). (Mansjoer, 2000)

Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur

2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan

3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal

serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

D. KLASIFIKASI

Secara fungsional, pasien atresia rekti dan anus dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :

1. Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai melalui

saluran fistula eksterna. Kelompok ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina

atau rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa

didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.

Page 45: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 45/72

2. Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalam keluar tinja. Pada

kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan

beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub

kelompok anatomi yaitu :

a) Anomali rendah

Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sfingter internal dan

eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran

genitourinarius

b) Anomali intermediet

Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter eksternal berada

pada posisi yang normal.

c) Anomali tinggiUjung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhungan

dengan fistuls genitourinarius  – retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung

buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm.

Klasifikasi pada anorektal menurut insidennya, antara lain:

a.Yang sering pada laki-laki 

1. Fistula pirenium (kutaneus) : cacat paling sederhana pada kedua jenis kelamin. Penderita mempunyai

lubang kecil terletak di perineum, sebelah anterior dari titik pusat, sfingter eksterna didekat skrotum

pada pria / vulva pada perempuan.

2. Fistula rektrovesika : pada penderita dengan fistula rektrovesika, rektum berhubungan dengan

saluran kencing pada setinggi leher vesika urinaria.

3. Fistula rektrouretra : pada kasus fistula rektrouretra, rektum berhubungan dengan bagian bawah

uretra (uretra bulbar) atau bagian atas uretra (uretra prostat).

4. Anus imperforate tanpa vistula : mempunyai karakteristik sama pada kedua jenis kelamin Rectum

tertutup sama sekali dan biasanya ditemukan kira-kira 2 cm di atas kulit perineum

5. Atresium rektum : jarang terjadi, hanya 1% dari anomaly anorektum. Cacat ini mempunyai kesamaan

karakteristik padakedua jenis kelamin. Tanda yang unik pada cacat ini adalah bahwa penderita

mempunyai kanal anul & anus yang normal. Ada obstruksi sekitar 2 cm di atas batas kulit.

b. Yang sering pada permpuan 

1. Kloaka persisten

Page 46: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 46/72

2. Pada kasus kloaka persisten ini , rectum, vagina dan saluran kencing bertemu dalam satu saluran

bersama. Perineum mempunyai satu lubang yang terletak sedikit di belakang klitoris.

3. Fistula vestibular

4. Adalah cacat yang sering ditemukan pada perempuan. Rectum bermuara ke dalam vestibula kelamin

perempuan sedikit diluar salaput dara.

Klasifikasi malformasi anorektal berdasarkan atas hubungan rektum dengan otot puborektal :

a. Kelainan letak rendah (low anomalies)

Pada letak ini rektum menyambung pada otot puborektal,spinter interna dan eksterna fungsi

berkembang normal, tidak ada hubungan dengan traktus genitourinaria.

b. Kelainan letak sedang (intermedieat anomalies)

Rektum terletak dibawah otot puborektal, terdapat cekungan anus, dan posisi spinter eksterna normal.

c. Kelainan letak tinggi (high anomalies)Akhir rektum terletak diatas otot puborektal, tidak terdapat spinter interna dan terdapat hubungan

dengan genitourinaria pada laki-laki fistula rektouretra, pada perempuan rektovaginal.

E.PATOFISIOLOGI 

Patofisiologi Menurut (Betz,2002)

Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang

berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitoury dan struktur anorektal. Terjadi stenosis

anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada

kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan

fetal.

Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada

uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat

dikeluarkan sehungga intestinal mengalami obstruksi.

G.TANDA & GEJALA

Malformasi anorektal mempunyai manifestasi klinis sebagai berikut:

1. Perut kembung, sedang muntah timbul kemudian.

2. Cairan muntah mula-mula hijau kemudian bercampur tinja.

3. Kejang usus.

4. Bising usus meningkat.

5. Distensi abdomen.

6. Keluar mekonium baik dari vagina atau bersama urine (tergantung letak fistel).

Page 47: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 47/72

7. Mekonium keluar pada anus seperti pasta gigi. (Betz, 2002)

Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia rekti dan anus adalah kegagalan lewatnya mekonium

setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya membran anal dan fistula eksternal pada

perineum (Suriadi,2001). Gejala lain yang nampak diketahui adalah jika bayi tidak dapat buang air besar

sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir

abdomen akan terlihat menonjol (Adele,1996)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

  Pemeriksaan radiologis : Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal. 

  Sinar X terhadap abdomen : Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan

untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya. 

  Ultrasound terhadap abdomen :Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama

dalam system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh

karena massa tumor. 

  CT Scan :Digunakan untuk menentukan lesi. 

  Pyelografi intra vena : Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter. 

  Pemeriksaan fisik rectum : Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan

menggunakan selang atau jari. 

  Rontgenogram abdomen dan pelvis juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula

yang berhubungan dengan traktus urinarius. 

  Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, misalnya suatu sistouretrogram

mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektourinarius dan kelainan urinarius. 

  Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium. 

I. PENATALAKSANAAN

Pembedahan

a. Untuk kelainan dilakukan kolostomi, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen

(prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan.

b. Aksisi membran anal (membuat anus buatan)

Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus

(pembuat anus permanen)

Manajemen keperawatan

1. Tindakan perawatan sebelum operasi

a. Bantu dalam mempertahankan kondisi untuk klien sebelum operasi :

Page 48: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 48/72

  Makan biasanya diberikan, catatan setiap ada muntah, warna jumlah

  NGT dipasangkan, ukuran dedistensi abdomen

  Monitor cairan parenteral

2. Tindakan perawatan post operasi

a. Beri perawatan post operasi dengan baik, observasi kemungkinan adanya komplikasi

b. Memberikan perawatan anoplasty perineal yang baik, mencegah infeksi dari suture linu, yang

tercepat penyembuhan:

  Jangan meletakkan apapun pada rectum

  Biarkan perineum terbuka

  Rubah posisi kiri kanan

  Posisi panggul ditegalkan jika akan melakukan pembersihan atau perawatan

c. Melakukan perawatan colostomy dengan baik

  Cegah exoriasi dan iritasi

  observasi dan catat ukuran, frekwensi, karekteristik feces

d. Mempertahankan nutrisi yang adekuat untuk mencegah dehidrasi ketidakseimbangan elektrolit

  Oral fediny biasanya diberikan beberapa jam post anoplasti

  diberikan setelah peristaltik usus

  NGT pada awal post operasi digunakan

  Monitor cairan parenteral

e. Health Education

  Orang tua diberi penjelasan bagaimana melakukan perawatan colostomy

  Bantu orang tua klien untuk dapat mengerti situasi anaknya bila tambah usia / besar

f. Ketidakmampuan mengontrol feces

g. Perlu toilet training

4.  HIRSCHPRUNG

A.  DEFINISI

Hirschprung adalah merupakan suatu anomali kongenital dengan karakteristik tidak adanya syaraf-

syaraf pada satu bagian intestin. Hal ini menyebabkan adanya obstruksi intestin mekanis akibat dari

motilitas segmen yang tidak adekuat. (Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik, Mary E Muscarl).

B. EPIDEMIOLOGI 

Penyakit hirschprung terjadi 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Insidens penyakit ini tiga atau empat

kali lebih sering pada laki-laki daripada perempuan.  Insidens meningkat pada saudara kandung dan

Page 49: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 49/72

turunan dari anak yang terkena. Hirschprung paling sering terjadi pada anak dengan sindrom down. 

Penyakit ini menyebabkan 15% sampai 20% obtruksi pada neonates (cecily lynn betz dan Linda A.

2009) 

B.  ETIOLOGI

  Faktor genetik

Penyakit Hirschsprung disebabkan karena kegagalan migrasi sel-sel saraf parasimpatis

myentericus dari cephalo ke caudal. Sehingga sel ganglion selalu tidak ditemukan dimulai dari

anus dan panjangnya bervariasi keproksimal. 

  Anatomi dan fisiologi kolon 

Sistem saraf otonomik intrinsik pada usus terdiri dari 3 pleksus :

1. Pleksus Auerbach : terletak diantara lapisan otot sirkuler dan longitudinal

2. Pleksus Henle : terletak disepanjang batas dalam otot sirkuler

3. Pleksus Meissner : terletak di sub-mukosa

Pada penderita penyakit Hirschsprung, tidak dijumpai ganglion pada ketiga pleksus tersebut 

C.  PATOFISIOLOGI

Dasar patofisiologi dari Hirschprung adalah tidak adanya gelombang propulsive dan

abnormalitas atau hilangnya relaksasi dari sphincter anus internus yang disebabkan aganglionosis,

hipoganglionosis atau disganglionosis pada usus besar.

1.  Hipoganglionosis 

Pada proximal segmen dari bagian aganglion terdapat area hipoganglionosis. Area tersebut

dapat terisolasi. Hipoganglionosis adalah keadaan dimana jumlah sel ganglion kurang dari 10 kali

dari jumlah normal dan kerapatan sel berkurang 5 kali dari jumlah normal.

2.  Imaturitas dari sel ganglion 

Sel ganglion yang imatur dengan dendrite yang kecil dikenali dengan pemeriksaan LDH (laktat

dehidrogenase). Sel saraf imatur tidak memiliki sitoplasma yang dapat menghasilkan

dehidrogenase. Sehingga tidak terjadi diferensiasi menjadi sel Schwann’s dan sel saraf lainnya.

3.  Kerusakan sel ganglion 

Aganglionosis dan hipoganglionosis yang didapatkan dapat berasal dari vaskular atau

nonvascular. Yang termasuk penyebab nonvascular adalah infeksi Trypanosoma cruzi  (penyakit

Chagas), defisiensi vitamin B1, infeksi kronis seperti Tuberculosis. Kerusakan iskemik pada sel

ganglion karena aliran darah yang inadekuat, aliran darah pada segmen tersebut, akibat

tindakan pull through secara Swenson, Duhamel, atau Soave.

Page 50: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 50/72

D. KLASIFIKASI

Hirschsprung dikategorikan berdasarkan seberapa banyak colon yang terkena. Tipe Hirschsprun disease

meliputi:

  Ultra short segment: Ganglion tidak ada pada bagian yang sangat kecil dari rectum.

  Short segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian kecil dari colon.

  Long segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian besar colon.

  Very long segment: Ganglion tidak ada pada seluruh colon dan rectum dan kadang sebagian

usus kecil.

E.  DIAGNOSA

Diagnosis penyakit ini dapat dibuat berdasarkan adanya konstipasi pada neonatus. Gejala

konstipasi yang sering ditemukan adalah terlambatnya mekonium untuk dikeluarkan dalam waktu 48

 jam setelah lahir. Gejala lain yang biasanya terdapat adalah: distensi abdomen, gangguan pasaseusus, poor feeding, vomiting. Apabila penyakit ini terjdi pada neonatus yang berusia lebih tua maka

akan didapatkan kegagalan pertumbuhan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah jika didapatkan

periode konstipasi pada neonatus yang diikuti periode diare yang massif kita harus mencurigai

adanya enterokolitis. Pada bayi yang lebih tua penyakit hirschsprung akan sulit dibedakan dengan

kronik konstipasi dan enkoperesis. Faktor genetik adalah faktor yang harus diperhatikan pada semua

kasus.

F.  MANIFESTASI KLINIS

1. Pada bayi yang baru lahir, kebanyakan gejala muncul 24 jam pertama kehidupan. Dengan gejala

yang timbul: distensi abdomen dan bilious emesis. Tidak keluarnya mekonium pada 24 jam

pertama kehidupan.

2. Muntah berisi empedu, karena makanan terlalu banyak dicolon sehingga makanan naik

3. Distensi abdomen, karena makanan tertahan di sigmoid colon.

4. Enggan menyusu

5. Demam.

6. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah

timbul enterokolitis nikrotiskans, terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang

dapat berdarah.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnostik utama pada penyakit hirschprung adalah dengan pemeriksaan :

1.  Barium edema

Page 51: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 51/72

Ada beberapa tanda dari penyakit Hirschsprung yang dapat ditemukan pada pemeriksaan barium

enema, yang paling penting adalah zona transisi. Posisi pemeriksaan dari lateral sangat penting

untuk melihat dilatasi dari rektum secara lebih optimal. Retensi dari barium pada 24 jam dan

disertai distensi dari kolon ada tanda yang penting tapi tidak spesifik.

2.  Anorectal manometry

untuk mendiagnosis penyakit hirschsprung, gejala yang ditemukan adalah kegagalan relaksasi

sphincter ani interna ketika rectum dilebarkan dengan balon. Keuntungan metode ini adalah

dapat segera dilakukan dan pasien bisa langsung pulang karena tidak dilakukan anestesi umum.

Metode ini lebih sering dilakukan pada pasien yang lebih besar dibandingkan pada neonatus.

3.  Biopsi rectal

Merupakan “gold standard ” untuk mendiagnosis penyakit hirschprung. Pada bayi baru lahir

metode ini dapat dilakukan dengan morbiditas minimal karena menggunakan suction khususuntuk biopsy rectum. Untuk pengambilan sample biasanya diambil 2 cm diatas linea dentate dan

 juga mengambil sample yang normal jadi dari yang normal ganglion hingga yang aganglionik.

Metode ini biasanya harus menggunakan anestesi umum karena contoh yang diambil pada

mukosa rectal lebih tebal.

H. PENATALAKSANAAN

Terapi terbaik pada bayi dan anak dengan Hirschsprung tergantung dari diagnosis yang tepat

dan penanganan yang cepat. Keputusan untuk melakukan Pulltrough ketika diagnosis ditegakkan

tergantung dari kondisi anak dan respon dari terapi awal. Decompresi kolon dengan pipa besar, diikuti

dengan washout serial, dan meninggalkan kateter pada rektum harus dilakukan. Antibiotik spektrum

luas diberikan, dan mengkoreksi hemodinamik dengan cairan intravena. Pada anak dengan keadaan

yang buruk, perlu dilakukan colostomy.

Dewasa ini ditunjukkan bahwa prosedur  pull-through primer dapat dilakukan secara aman

bahkan pada periode neonatus. Pendekatan ini mengikuti prinsip terapi yang sama seperti pada

prosedur bertingkat melindungi pasien dari prosedur pembedahan tambahan. Banyak dokter bedah

melakukan diseksi intra abdominal menggunakan laparoskop. Cara ini terutama banyak pada periode

neonatus yang dapat menyediakan visualisasi pelvis yang baik. Pada anak-anak dengan distensi usus

yang signifikan adalah penting untuk dilakukannya periode dekompresi menggunakan rectal tube jika

akan dilakukan single stage pull-through. Pada anak-anak yang lebih tua dengan kolon hipertrofi,

distensi ekstrim, kolostomi dilakukan dengan hati-hati sehingga usus dapat dekompresi sebelum

Page 52: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 52/72

dilakukan prosedur  pull-through. Namun, harus ditekankan, tidak ada batas umur pada prosedur  pull-

through.

5.  OBSTRUKSIBILIARIS

A.  DESKRIPSI

Antara hati dan usus halus terdapat saluran yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya empedu

yang di produksi hati menuju usus. Jika saluran ini tersumbat, maka hal ini disebut sebagai obstruksi

biliaris (Sarjadi, 2000). Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga

empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses

(Ngastiyah, 2005). 

B.  ETIOLOGI

  Batu empedu    Radang duktus biliaris komunis yang menyebabkan

striktura

  Karsinoma duktus biliaris    Ligasi yang tidak sengaja pada duktus biliaris komunis 

  Karsinoma kaput panksreas

(Sarijadi,2000).

C.  PATOFISIOLOGI

Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding misalnya ada tumor,

atau penyempitan karena trauma(iatrogenik). Batu empedu dan cacing askariasis sering dijumpai

sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran. Pankreatitis, tumor caput pankreas, tumor

kandung empedu atau anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat

menekan saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprodjo, 1995)

Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain kista

koledokus, abses amuba pada lokasi tertentu, di ventrikel duodenum dan striktur sfingter papila

vater. (Reskoprojo,1995). Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja

pucat biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan

dengan obstruksi empedu tidak jelas. Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi

asam empedu di kulit. Lain menyarankan mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen(Judarwanto,2009).

Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat

mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses. (Ngastiyah, 2005)

Kemungkinan penyebab saluran empedu tersumbat meliputi:

1. Kista dari saluran empedu

Page 53: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 53/72

2. Lymp node Diperbesar dalam porta hepatis

3. Batu empedu

4. Peradangan dari saluran-saluran empedu

5. Trauma cedera termasuk dari operasi kandung empedu

6. Tumor dari saluran-saluran empedu atau pankreas

7. tumor yang telah menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009)

D. MANIFESTASI KLINIS

1.  Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus

2.  Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul

3. Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen

4. Perut sakit di sisi kanan atas

5. Demam6. Mual dan muntah (Zieve David,2009)

E.  DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, adanya tanda ikterus atau

kuning pada kulit, pada mata dan di bawah lidah. Pada pemeriksaan perut, hati teraba membesar

kadang juga disertai limfa yang membesar. 

Pemeriksaan Laboratorium dan Imaging

1. Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)

Pemeriksaan darah dilakukan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar

bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase,

GGT. Dan faktor pembekuan darah.

2. Rontgen perut (tampak hati membesar)

3. Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif 

Yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi

saluran empedu. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif dilakukan dengan visualisasi

langsung untuk mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan operasi Kasai.

4. Breath test

Dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat. Obat-obat

tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan  per-oral  (ditelan) maupun intravena 

(melalui pembuluh darah). Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita

menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.

Page 54: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 54/72

5. USG

Menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran

empedu. Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti tumor. USG

merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk memberikan

gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu.

6. Imaging radionuklida (radioisotop)

Menggunakan bahan yang mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh

dan diikat oleh organ tertentu.

7. Scanning hati

8. Koleskintigrafi

Menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu.

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu(kolesistitis).

9. CT scan

10. MRI

11. Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd

Merupakan suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut,

melewati lambung dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat radiopak

kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil foto rontgen dari saluran

empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas ( pankreatitis) pada 3-

5% penderita.

12. Kolangiografi transhepatik perkutaneus

Menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian

disuntikkan zat radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan USG

untuk menuntun masuknya jarum. Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu,

terutama penyumbatan di dalam hati.

13. Kolangiografi operatif 

Menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen. Selama suatu pembedahan, zat

tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu. Foto rontgen akan

menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu.

14. Foto rontgen sederhana

sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.

Page 55: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 55/72

15. Pemeriksaan Biopsi hati

Untuk melihat struktu organ hati apakah terdapat sirosis hati atau kompilkasi lainnya.

Laparotomi biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.

16. Laparotomi  (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan). (Indonesia, USA &

internasional berkumpul, 2000)

F.  PENCEGAHAN

Dapat mengetahui setiap faktor risiko yang dimiliki, sehingga bisa mendapatkan prompt

diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat

dicegah. (Attasaranya S, Fogel EL,2008). Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan

kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris

(penyumbatan saluran empedu), dengan keadaan fisik yang menunjukan anak tampak ikterik, feses

pucat dan urine berwarna gelap (pekat). (Sarjadi,2000) G. PENATALAKSANAAN

Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk

menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan tersebut dapat

berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor. Dapat pula

upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopi baik melalui papila vater

atau dengan laparoskopi. (Reksoprodjo, 1995)

Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab

sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat

dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso bilier ,

pipa T pada duktus koledokus, atau kolesistostomi. Drenase interna dapat dilakukan dengan

membuat pintasan bilio digestif. Drenase interna ini dapat berupa kelesisto-jejunostomi,

koledoko-duodenostomi, koledoko-jejunustomi atau hepatiko-jejunustomi. (Reksoprodjo, 1995)

Penatalaksanaan Keperawatan

Pertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta

menghindarkan kontak infeksi). Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning

pada bayinya berbeda dengan bayi lain yang kuning karena hiperbilirubinemia biasa yang dapat

hanya dengan terapi sinar atau terapi lain. Pada bayi ini perlu tindakan bedah karena

terdapatnya penyumbatan ( Ngastiyah, 2005).

Penatalaksanaan Medisnya ialah dengan operasi ( Ngastiyah, 2005).

6.  Omphalokel

Page 56: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 56/72

A. DEFINISI

Omphalokel secara bahasa berasal dari bahasa yunani omphalos yang berarti umbilicus tali pusat

dan cele yang berarti bentuk hernia. Omphalokel diartikan sebagai suatu defek sentral dinding abdomen

pada daerah cincin umbilikus (umbilical ring) atau cincin tali pusar sehingga terdapat herniasi organ-

¬organ abdomen dari cavum abdomen namun masih dilapiasi oleh suatu kantong atau selaput. Selaput

terdiri atas lapisan amnion dan peritoneum. Diantara lapisan tersebut kadang-kadang terdapat lapisan

wharton's jelly. 

B. ETIOLOGI

Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa faktor resiko atau

faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalokel diantaranya adalah infeksi,

penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, pengunaan salisilat, kelainan

genetik serta polihidramnion. Walaupun omphalokel pernah dilaporkan terjadi secara herediter, namun

sekitar 50-70 % penderita berhubungan dengan sindrom kelainan kongenital yang lain Sindrom kelainan

kongenital yang sering berhubungan dengan omphalokel diantaranya:

1.  Syndrome of upper midline development atau thorako abdominal syndrome (pentalogy of 

Cantrell) berupa upper midline omphalocele, anterior diaphragmatic hernia, sternal cleft,

cardiac anomaly berupa ektopic cordis dan vsd.

2.  Syndrome of lower midline development benzpa bladder (hipogastric omphalocele) a.tau

cloacal extrophv, inferforate anus, colonie atresia, vesicointestinal fistula, sacrovenebral

anomaly dan menin.wmyelocele dan sindrom-sindrom vang lain seperti Beckwith-Wiedemann

syndrome, Reiger syndrome, Prune-belly syndrome dan sindrom-sindrome kelainan kromosom

seperti yang telah disebutkan.

C. PATOFISIOLOGI

Pada janin usia 5  – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10

minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akanmasuk

ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang

berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisanamnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut

omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga

perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis 

D.DIAGNOSIS

Page 57: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 57/72

Diagnosis omphalokel adalah sederhana, namun perlu waktu khusus sebelum operasi dikerjakan,

pemeriksaan fisik secara iengkap dan perlu suatu rontgen dada serta ekokardiogram pada saat lahir,

ornphalokel diketahui sebagai defek dinding abdomen pada dasar cincin urnbilikus. Defek tersebut lebih

dari 4 cm (bila defek kurang dari 4 cm secara umum dikenal sebagai hernia umbilikalis ) dan dibungkus

oleh suatu kantong membran atau amnion. Pada 10°,o sampai 18°,10, kantong mungkin ruptur dalam

rahim atau sekitar 4° o saat proses kelahiran. Omphalokel raksasa (gnant omphalocele) mempunyai

suatu kantong vani), menempati harnpir seluruh dinding, abdomen, berisi hampir semua organ

intraabdomen dan berhubungan dengan tidak berkembangnya r ongga peritoneum serta hipoplasi

pulrnoner.

Diagnosis omphalokel ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan dapat ditegakkan pada

waktu prenatal dan pada waktu postnatal

a. 

Diagnosis prenatalDiagnosis prenatal terhadap omphalokel sering ditegakkan dengan bantuan USG. Defek dinding

abdomen janin biasanya dapat dideteksi pada saat minggu ke 13 kehamilan, dimana pada saat tersebut

secara normal seharusnya usus telah masuk seluruhnya kedalam kavum abdomen janin.

b.  Diagnosis postnatal (setelah kelahiran)

Gambaran klinis bayi baru lahir dengan omphalokel ialah terdapatnya defek sentral dinding

abdomen pada daerah tali pusat. Defek bervarasi ukurannya, dengan diameter mulai 4 cm sampai

dengan 12 cm, mengandung herniasi organ¬-organ abdomen baik solid maupaun berongga dan

masih dilapisi oleh selaput atau kantong serta tampak tali pusat berinsersi pada puncak kantong.

Kantong atau ,elaput tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan luar berupa selaput amnion dan lapisan

dalam berupa peritoneum. Diantara lapisan tersebut kadang-kadang terdapat lapisan Warton's

 jelly. Warton's jelly adalah jaringan mukosa yang merupakan hasil deferensiasi dari jaringan

mesenkimal (mesodermal).

E. KLASIFIKASI

Klasifikasi Omphalokel menurut Moore ada 3,yaitu:

1. Tipe 1 : diameter defek < 2,5 cm

2. Tipe 2 : diameter defek 2,5 - 5 cm

3. Tipe 3) : diameter defek > 5 cm

Suatu defek yang sempit dengan kantong yang kecil mungkin tak terdiagnosis saat lahir. Dalam

kasus ini timbul bahaya tersendiri bila kantong terpit klem dan sebagian isinya berupa usus,

bagiannya teriris saat ligasi tali pusat. Bila omphalokel dibiarkarn tampa penanganan,

Page 58: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 58/72

bungkusnya akan mengering dalam beberapa hari dan akan tampak retak-retak. Pada saat

tersebut akan menjalar infeksi dibawah lapisan yang mengering dan berkrusta. Kadang dijumpai

lapisan tersebut akan terpecah dan usus akan prolap.

F. KOMPLIKASI

Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang

telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang

memperburuk prognosis. 

G.PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan prenatal

Apabila terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan informed

consent pada orang tua tentan; keadaa.n janin, resiko tehadap ibu, dan prognosis. Informed consent

sebaiknya melibatkan All kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak. Keputusan akhir dibutuhkan guna

perencanaan dan penatalaksanaan berikutnya bempa melanjutkan kehamilan atau mengakhiri

kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan abservasi melaui pemeriksaan USG berkala

 juga ditentukan tempat dan cara melahirkan. Selama kehamilan omphalokel mungkin berkurang

ukurannya atau bahkan nzptur sehingga mempengaruhi prognosis.

2.Penatalaksanan postnatal (setelah kelahiran)

Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir (immediate postnatal),

kelanjutan penatalakasanaan awal apakah berupa operasi atau nonoperasi (konservatif) dan

penatalaksanaan postoperasi. Secara umum penatalaksanaan bayi dengan omphalokele dan gastroskisis

adalah hampir sama.

Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas perawatan

intensif neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi dengan omphalokel biasanya mengalami lebih sedikit

kehilangan panas tubuh sehingga lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih membutuhkan

resusitasi awal cariran dibanding bayi dengan gastrokisis.

Penatalaksanaan segera bayi dengan omphalokel adalah sbb:

1. 

Tempatkan bayi pada ruangan vang asaeptik dan hangat untuk mencegah kehilangan cairan,hipotermi dan infeksi.

2.  Posisikan bayi senyaman mungkin dan lembut untuk menghindari bayi menagis dan air

swallowing. Posisi kepala sebaiknya lebih tinggi untuk memperlancar drainase.

3.  Lakukan penilaian ada/tidaknva distress respirasi yang mungkin membutuhkan alai bantu

verltilasi seperti intubasi endotrakeal. Beberapa macam alat bantu ventilasi seperti mask

Page 59: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 59/72

tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan masuknya udara kedalam traktus

gastrointestinal

4.  Pasang pipa nasogastrik atau pipa orogastrik untuk mengeluarkan udara dan cairan dari

sistem usus sellinop dapat mencegah muntah, mencegah aspirasi, mengurangi distensi dan

tekanan (dekompresi) dalam sistem usus sekaligus mengurangi tekanan intra abdomen,

demikian pula perlu dipasang rectal tube untuk irigasi dan untuk dekompresi sistem usus.

5.  Pasang kateter uretra untuk mengurangi distensi kandung kencing dan mengurangi tekanan

intra abdomen.

6.  Pasang jalur intra vena (sebaiknva pada ektremitas atas) untuk pemberian cairan dan nutrisi

parenteral sehingga dapat menjaga tekanan intravaskuler dan menjaga kehilangan protein

vang mun(jkin terjadi karena ganggLlan sistem usus, dan untuk pemberian antibitika broad

spektrum.7.  Lakukan monitoring dan stabilisiasi suhu, status asam basa, cairan dan elektrolit.

8.  Pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginal, glukosa dan hematokrit perlu dilakukan guna

persiapan operasi bila diperlukan

9.  Evaluasi adanya kelainan kongenital lain yang ditunjang oleh pemeriksaan rongent thoraks

dan ekhokardiogram.

10. Bila bayi akan dirujuk sebaiknya bayi ditempatkan dalam suatu inkubator hangat dan

ditambah oksigen

3. Penatalaksanaan nonnoperasi (konservatif)

Penatalaksanaan omphalokel secara konservatif dilakukan pada kasus omphalokel besar atau

terdapat perbedaan yang besar antara volume organ-organ intraabdomen yang mengalami herniasi

atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele atau terdapat status klinis bayi

yang buruk sehingga ada kontra indikasi terhadap operasi atau pembiusan seperti pada bayi¬bayi

prematur yang memiliki hyaline membran disease atau bayi yang memiliki kelainan kongenital berat

yang lain seperti gagal jantung. Pada giant ornphalocele bisa terjadi hernias] dari seluruh organ-organ

intraabdomen dan dinding abdomen berkernbang sangat buruk, sehingga sulit dilakukan penutupan

(operasi/repair) secara primer dan dapat mernbahayakan bayi. Beberapa All, walaupun demikian,

perllah mencoba rnelakukan operasi pada giant otnphalocele secara primer dengan moditikasi dan

berhasil. Tindakan nonaperatif secara sederhana dilakukan dengan dasar merangsang epitelisasi dari

kanton- atau selaput. Suatu saat setelah -ranulasi terbentuk maka dapat dilakukan skin graft yang

Page 60: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 60/72

nantinya akan terbentuk hernia ventralis yang akan dinepair pada waktu kemudian dan setelah status

kardiorespirasi membaik.

Beberapa obat yang biasa digunakan untuk merangsang epitelisasi adalah 0.25% merbromin

(mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver sulvadiazine dan povidone iodine (betadine). Obat-obat

tersebut merupakan agen antiseptik yang pada awalnya memacu pembentukan eskar bakteriostatik dan

perlahan-lahan akan 'terangsang epitelisasi. Obat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan

selaput atau kantumg dengan elastik dressing yang sekaligus secara perlahan dapat menekan dari

mengurangi isi kantong.

Tindakan nonoperatif lain dapat berupa penekanan secara eksternal pada kanong. Beberapa

material yang biasa digunakan ialah Ace wraps, Velcro binder, in poliamid mesh yang dilekatkan pada

kulit. Glasser (2003) menyatakan bahwa tinakan nonoperatif pada omphalokel memerlukan waktu yang

lama, membutuhkan nutrisi yang banyak dan angka metabolik yang tinggi serta omphalokel dapatruptur sehingga dapat menimbulkan infeksi organ-organ abdomen.

Indikasi terapi non bedah adalah:

1. Bayi dengan ompalokel raksasa (giant ornphalocele) dan kelainan penyerta yang mengancam jiwa

dimana penanganannva harus didahulukan daripada umphalokelnya.

2. Neonatus dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi bila dilakukan pembedahan.

3. Bayi dengan kelainan lain vang berat yang sangat mempengaruhi daya tahan hidup.

4. Penatalaksanaan dengan operasi

Tujuan mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga abdomen dan menutup defek.

Dengan adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi emergensi, sehingga seluruh pemeriksaan

fisik dan pelacakan kelainan lain yang mungkin ada dapat dikerjakan. Operasi dilakukan setelah tercapai

resusitasi dan status hemodinamik stabil. Operasi dapat bersifat darurat bila terdapat ruptur kantong

dan obstruksi usus.

8.  Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir

FORMAT PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR

Nama Mahasiswa: Rumah Sakit:

Nama Ayah-Ibu: Tanggal Pengkajian:

Alamat: Jam Pengkajian:

Riwayat Persalinan

  BB/TB Ibu:...........kg/ ............cm, Persalinan di:...........

Page 61: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 61/72

Keadaan Bayi Saat Lahir

Lahir tanggal:................. Jam:............. Jenis kelamin:.............

Kelahiran: tunggal/ gemelli

Nilai APGAR

TANDA NILAI JUMLAH

0 1 2

Denyut

 jantung

○□ Tidak ada ○□ <100  ○□ >100 

Usaha napas ○□ Tidak ada  ○□ Lambat  ○□ Menangis

kuat

Tonus otot ○□ Lumpuh  ○□

Ekstremitas

fleksi sedikit

○□ Gerakan

aktif 

Iritabilitas

refleks

○□Tidak

bereaksi

○□ Gerakan

sedikit

○□ Reaksi

melawan

Warna ○□ Biru/

pucat

○□ Tubuh

kemerahan

tangan dan

kaki biru

○□

Kemerahan

Keterangan: ○ penilaian menit ke-3, □ penilaian menit ke-5

Tindakan resusitasi.................

Plasenta: Berat............... Talipusat: Panjang............

Ukuran................... Jumlah pembuluh darah...............

Kelainan.....................................

Pengkajian Fisik

  Umur........hari.........jam

Berat Badan:..............gr

Panjang Badan:..........cm

Suhu:........°C

Lingkar kepala:..........cm

Lingkar dada:............cm

Mulut □ Simetris

□ Palatum mole

□ Palatum curum

□ Gigi

Hidung □ Lubang hidung

Page 62: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 62/72

Lingkar perut:...........cm

KEPALA

Bentuk kepala □ Bulat

□ Lain-lain

□ Molding

□ Kaput

□ Cephalhematom

Ubun-ubun Besar

Kecil

Sutura

Mata Posisi................

□ Kotoran□ Perdarahan

Teinga Posisi.................

Bentuk................

□ Lubang telinga

□ Keluaran

Jantung & paru-paru □ Normal

Bunyi napas □ Ngorok

□ Lain-lain

Bunyi napas .................x/menit

Denyut jantung .................x/menit

Perut □ Lembek

□ Kembung

□ Benjolan

Bising usus.......x/menit

Lanugo...........................

Vernix..............................

Mekonium............................

PUNGGUNG

Keadaan punggung □ Simetris

□ Asimetris

□ Keluaran

□ Pernapasan cuping radung

Leher □ Pergerakan leher

TUBUH

Warna □ Pink

□ Pucat

□ Sianosis

□ Kuning

Pergerakan □ Aktif 

□ Kurang

Dada □ Simetris

□ Asimetris□ Retraksi

□ Seesaw

STATUS NEUROLOGI

Refleks □ Tendon

(dinilai semua) □ Moro

□ Rooting

□ Menghisap

□ Babinski

□ Menggenggam

□ Menangis

□ Berjalan

□ Tonus leher

NUTRISI

Jenis makanan □ ASI

□ PASI

□ Lian-lain

ELIMINASI

BAB Pertama: tgl........... jam......

BAK pertama: tgl........... jam.......

DATA LAIN YANG MENUNJANG

Page 63: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 63/72

  □ Pilonidal dimple

Fleksibilitas tulang punggung

□ Kelainan.............

GENITALIA

Laki-laki □ Normal

□ Hypospadius

□ Epispadius

Testis..................

Perempuan

Labia minora □ Menonjol

□ Tertutup labia

mayorKeluaran................

Anus Kelainan.................

EKSTREMITAS

Jari tangan □ Kelainan..............

□ Kelainan...............

Pergerakan □ Tidak efektif 

□ Asimetris

□ Tremor

□ Rotasi paha

Nadi Brachial...............

Femoral...............

Posisi Kaki.....................

Tangan.................

(Lab, psikososial, dll)

KESIMPULAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.  Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus yang berlebih

2.  Hipotermia berhubungan dengan evaporasi kulit pada lingkungan dingin

3.  Resiko infeksi berhubungan dengan imun yang diperoleh tidak adekuat

1.  Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus yang berlebih

Dibuktikan dengan:

Page 64: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 64/72

  Adanya suara tambahan

  Perubahan pada kecepatan pernapasan

  Perubahan pada irama pernapasan

  Sianosis

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan bersihan jalan

napas kembali efektif dan pasien dapat mempertahankan patensi jalan napas

Kriteria hasil:

  Pasien dapat mempertahankan kepatenan jalan napas.

  RR bayi 30-60 kali/menit

INTERVENSI RASIONAL

Pantau TTV secara ketat, laporkan

setiap tanda distres pernapasan

Tanda distres pernapasan meliputi

takipnea, grunting, lubang hidung

megar, retraksi interkostal, stridor,

suara napas abnormal, sianosis atau

palor

Perhatikan pada pemberian posisi

bayi yang benar untuk memudahkan

drainase sekresi, terutama setelah

menyusu

Untuk mempertahankan patensi jalan

napas. American Academy of 

Pediatrics (1996b)

merekomendasikan posisi telentang

selama tidur untuk bayi baru lahir

sehat. Rekomendasi ini didasarkan

pada kemungkinan tidur tengkurap

dan kejadian sindrom kematian bayi

mendadak

Sediakan selalu spuit penghisap di

dekat bayi.

Digunakan jika sewaktu-waktu

diperlukan pengisapan. Spuit

pengisap yang telah dipakai harus

diganti setiap 24 jam di RS dan

dididihkan selama 10 menit sebelum

digunakan lagi dirumah untuk

Page 65: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 65/72

menghilangkan kontaminasi bakteri.

Untuk menghindari aspirasi cairan

amnion atau mukus, bersihkan

dahulu faring, kemudian salurang

hidung untuk mencegah

terdorongnya sekresi ke dalam bronki

Sediakan penghisap mekanis jika

dibutuhkan

Apabila diperlukan pengambilan

sekresi yang lebih kuat dapat

digunakan pengisap mekanis

Perhatikan alat dan penggunaannya

secara benar dan tepat

Penggunaan kateter berukuran tepat

dan teknik pengisapan yang benar

sangat penting untuk menghindari

kerusakan dan edema mukosa.

Pengisapan yang lembut diperlukan

untuk menghindari bradikardia

reflektoris, laringospasmus, dan

aritmia jantung akibat rangsang vagal.

Pengisapan orofaringeal dilakukan

selama 5 detik, dengan waktu yang

cukup di antara pengisapan untuk

memungkinkan bayi teroksigensi

kembali.

Kosongkan lambung secara rutin

dengan selang makan

Pada beberapa ruang perawatan bayi,

lambung secara rutin dikosongkan

dengan selang makan untuk

membuang cairan amnion, darah dan

mukus, yang dapat menyebabkandistensi abdomen dan mengganggu

pernapasan. Memasukkan kateter ke

dalam lambung juga akan

menyingkirkan atresia esofagus.

2.  Hipotermia berhubungan dengan evaporasi kulit pada lingkungan dingin

Page 66: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 66/72

Dibuktikan dengan:

  Suhu tubuh di bawah rentang normal

  Kulit dingin

  Sianosis pada bantalan kuku

  Pallor/pucat

  Menggigil

  Capillary refill lambat

  Takikardia

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan hipotermia bisa teratasi

Kriteria hasil:

  Pasien dapat mempertahankan kestabilan suhu tubuh.

  Terbebas dari komplikasi mis., gagal jantung, infeksi/gagal napas, fenomena tromboembolik.

  Suhu tubuh dalam rentang normal antara Aksilar-36,5°-37°C (97,9°-98° F) pada pengukuran

aksilar

INTERVENSI RASIONAL

Keringkan kulit dan rambut dengan

handuk hangat dan tempatkan bayi

di ruangan yang dihangatkan,

berikan penutup kepala, dan

selimuti bayi.

Menjaga panas tubuh bayi baru lahir.

Penyebab utama kehilangan panas

pada bayi baru lahir adalah konduksi,

konveksi, evaporasi dan radiasi.

Cairan amnion yang membasahi kulit

akan memudahkan evaporasi,

terutama jika disertai dengan

ruangan persalinan yang dingin.

Letakkan bayi sangat dekat dengan

ibu, seprti dalam dekapannya atau di

atas perutnya segera setelah

kelahiran.

Bermanfaat secara fisik baik untuk

mempertahankan panas maupun

menumbuhkan keterikatan maternal.

Jika bayi ditempatkan di dalam

inkubator, tempatkan inkubator jauh

Untuk menghindarkan kehilangan

panas melalui radiasi. Penempatan

Page 67: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 67/72

dari dinding, jendela, dan unit

ventilasi.

inkubator dekat dengan jendela yang

dingin, lorong yang kering, atau unit

dengan pendingin udara akan

mendinginkan dinding inkubator yang

akhirnya merembet ke tubuh bayi.

Tempatkan bayi pada permukaan

tertutup dan terlapisi yang mampu

memberikan isolasi dengan kain dan

selimut bukan meletakkan bayi

langsung ke meja keras.

Untuk mencegah kehilangan panas

secara konduksi. Konduksi adalah

kehilangan panas dari tubuh akibat

kontak langsung kulit dengan benda

padat yang lebih dingin

3.  Risiko infeksi berhubungan dengan imunitas yang diperoleh tidak adekuat

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan risiko infeksi tidak muncul

Kriteria hasil:

  Pasien terlindungi dari infeksi dan cedera

  Pasien terbebas dari tanda-tanda infeksi

INTERVENSI RASIONAL

Cuci tangan secara seksama oleh

semua individu yang terlibat dalam

asuhan bayi

Untuk mencegah infeksi silang

Lakukan perawatan mata dengan

larutan perak nitrat (1%), salep atau

tetes mata eritromisin (0,5%), salep

atau tetes mata tetrasiklin (1%)

(lebih disukai dalam bentuk ampul

atau tabung dosis tunggal).

Penanganan profilaksis mata

terhadap oftalmia neonatorum,

konjungtivitas infeksiosa. Chlamydia

trachomatis merupakan penyebab

utama oftalmia neonatorum di AS.

Perak nitrat efektif terhadap

konjungtivitis gonokokus.

Antibiotika topikal seperti tetrasiklin

dan eritomisin, perak nitrat dan

larutan providone-iodine 2,5% tidak

Page 68: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 68/72

terbukti efektif untuk mengatasi

konjungtivitis chlamydia. Kir oral

eritomisin 14 hari atau sulfonamida

oral dapat diberikan untuk

konjungtivitis chlamydia (American

Academy of Pediatrics and American

College of Obstetrician and

Gynecologists, 1997). Dianjurkan juga

bahwa profilaksis mata diberikan

pada BBL melalui sesar jika terjadi

infeksi intrauterin asending.

PEDOMAN PROFILAKSIS OFTALMIANEONATORUM

  Bersihkan kelopak mata

dengan kapas steril dan air

steril jika perlu.

  Buka kelopak mata dan

berikan 2 tetes atau 1 sampai

2 cm ( ½ inci) salep pada

setiap kantong konjungtiva.

  Lakukan pemijatan pada

kelopak mata untuk

meyakinkan obat telah rata.

  Usap kelebihan obat dari

mata dengan kapas steril 1

menit setelah pemberian.

  Jangan membilas matadengan salin normal steril.

Berikan vitamin K dalam dosis

intramuskular tunggal 0,5 sampai 1

mg segera setelah lahir.

Untuk mencegah penyakit

perdarahan BBL. Normalnya vitamin

K disintesis oleh flora usus. Akan

Page 69: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 69/72

tetapi, karena usus bayi masih steril

pada saat lahir dan kandungan

vitamin K dalam ASI rendah, maka

 jelas ketersediaannya tidak

mencukupi selama 3 sampai 4 hari

pertama. Fungsi vitamin K adalah

sebagai katalis pada sintesis

protrombin dalam hati, yang

diperlukan untuk pembekuan darah

dan koagulasi. Otot vastus lateralis

direkomendasikan sebagai tempat

penyuntikan, tetapi dapat jugadigunakan otot ventrogluteal (bukan

dorsogluteal) (Beecroft &

Kongelbeck, 1994)

Berikan vaksin Hepatitis B (HBV) Untuk mengurangi insidensi HBV

pada anak-anak dan konsekuensi

seriusnya, sirosis dan kanker hati di

usia dewasa, amak pemberian dosis

pertama dari tiga dosis vaksin HBV

dianjurkan sejak kelahiran dan usia 2

hari pada semua BBL. Injeksi

diberikan di otot vastus lateralis. Otot

ini digunakan karena berhubungan

dengan respons imun yang lebih baik

dibandingkan otot di daerah

dorsogluteal (American Academy of 

Pediatrics, 2000). Pemberian sukrosa

oral pada bayi dapat mengurangi

nyeri injeksi (Allen, White, dan

Walburn, 1996).

Bayi prematur yang lahir dari wanita

Page 70: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 70/72

HbsAG-negatif harus divaksinasi tepat

sebelum dipulangkan, diberikan jika

BB 2000 gr atau lebih; vaksinasi harus

ditunda sampai usia 2 bulan jika

Bblahir kurang dari 2000 gr. Bayi yang

lahir dari ibu HbsAG-positif harus

diiumunisasi dalam 12 jam setelah

kelahiran dengan vaksin HBV dan

imunoglobulin hepatitis B (HBIG)

pada tempat yang berbeda, tanpa

mempertimbangkan usia gestasional

atau BB lahir (American Academy of Pediatrics, 2000)

Lakukan penapisan/skrining penyakit

pada bayi baru lahir

Sejumlah kelainan genetik dapat

terdeteksi dalam peride setelah lahir.

Lakukan penapisan pendengaran

bayi baru lahir universal

American Aacademy of Pediatrics

(1999b) merekomendasikan bahwa

semua RS bersalin menetapkan

progrma untuk menapis semua bayi

bayu lahir sebelum pemulangan

untuk mendeteksi adanya ketulian

dengan memeriksa respons batang

otak auditori atau evoked otoacoustic

ernissions. Diperkirakan bahwa

penapisan terhadap faktor risiko

tinggi saja gagal mengidentfikasi

hampir 50% dari semua bayi barulahir dengan ketulian bawaan. Bayi

baru lahir yang gagal pada penapisan

awal harus didokumentasikan dan

dirujuk untuk uji lanjutan sebelum

usia 3 bulan.

Page 71: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 71/72

Mandikan bayi. Saat memandikan bayi, perawat

dapat menyelesaikan lebih dari

sekedar higiene umum. Ketika itu,

sangat tepat bagi kita untuk

mengobservasi tingkah laku bayi,

keadaan bangun, kesiagaan, dan

aktivitas muskularnya. Memandikan

biasanya dilakukan setelah TTV stabil,

terutama suhu.

Page 72: Print Pjbl 1 Lina

5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 72/72

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas E/4.Alih bahasa: Maria A.

Wijayarini,S.Kp & dr.Peter I.Anugerah. Jakarta : EGC

Hamilton, persis mary, 1995. Dasar Dasar Keperawatan Maternitas Ed 6. Alih bahasa :Ni Luh Gede

Yasmin Asih, SKp. Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta :

Salemba Medika.

Leveno, Kenneth J., Cunningham, F Garry., Gant, Norman F, et al. 2009. Obstetri William : Panduan

Ringkas, Edisi 21. Jakarta : EGC.

May, K.A dan Mahlmeister L.R. 1994. Maternal and Neonatal Nursing : Family-centered Care (3rd ed).

Philadelphia : J.B. Lippincott

Saifudin, Abdul Bahri.2000.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta:Yayasan Bina PustakaSarwono

Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC.

Stright, Barbara R Alih bahasa Maria A. Wijayarini. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir  Edisi 3.

Jakarta:EGC

Suharso, Darto. Achmad Y Herjana.Erny. 2005. Pemeriksaan Neurologis Pada Bayi dan Anak .

Disampaikan pada lokakarya Tumbuh Kembang Anak Divisi Neuropediatri FK Unair.

Wong, Dona L et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong alih bahasa Agus Suratna dkk.

Jakarta : EGC