print pap

28
Persiapan Sidang Upaya Banding: Surat Uraian Banding Serta Surat Bantahan Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh WP atau Penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Wajib Pajak dapat mengajukan Banding hanya kepada Badan Peradilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Hal ini diatur pula dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP Pasal 27 Ayat 1. Adapun syarat-syarat dalam mengajukan banding yang diatur dalam UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak pasal 35 yaitu banding yang diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada Badan Peradilan Pajak. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima keputusan yang dibanding. Kecuali waktu 3 bulan tidak dapat dipenuhi karena alasan force majure. Dimana banding diajukan dengan disertai alasan-alasan jelas, dan mencantumkan tanggal terima surat keputusan yang dibanding serta pada Surat Banding

description

print pap

Transcript of print pap

Persiapan Sidang Upaya Banding: Surat Uraian Banding Serta Surat Bantahan

Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh WP atau Penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wajib Pajak dapat mengajukan Banding hanya kepada Badan Peradilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Hal ini diatur pula dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP Pasal 27 Ayat 1. Adapun syarat-syarat dalam mengajukan banding yang diatur dalam UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak pasal 35 yaitu banding yang diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada Badan Peradilan Pajak. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima keputusan yang dibanding. Kecuali waktu 3 bulan tidak dapat dipenuhi karena alasan force majure. Dimana banding diajukan dengan disertai alasan-alasan jelas, dan mencantumkan tanggal terima surat keputusan yang dibanding serta pada Surat Banding dilampirkan surat keputusan yang dibanding. Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% dari besarnya pajak terutang. Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar dan pelaksanaan penagihan.Serta diatur pula syarat pemohon banding dalam UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak pasal 37 yaitu banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa hukumnya. Jika selama proses banding, pemohon banding meninggal dunia, banding dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya dalam hal pemohon banding pailit. Jika selama proses banding, pemohon banding melakukan penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak yang menerima pertanggung jawaban karena penggabungan, peleburan, pemecahan /pemekaran, atau likuidasi. Pemohon banding dapat melengkapi Surat Bandingnya untuk memenuhi ketentuan sepanjang masih dalam jangka waktu.Setelah itu, persiapan untuk banding dapat dilakukan. Apabila permohonan Banding memenuhi seluruh persyaratan yang sudah ditentukan sesuai Ketentuan Umum Banding, selanjutnya Pengadilan Pajak akan mempersiapkan proses persidangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap sengketa yang diajukan oleh Pemohon Banding.Sebelum menggelar sidang terhadap sengketa Banding, Pengadilan Pajak terlebih dahulu akan melakukan korespondensi baik kepada Dirjen Pajak (disebut sebagai Terbanding) maupun kepada Wajib Pajak (WP, disebut sebagai Pemohon Banding). Rangkaian proses korespondensi ini tercantum pada UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak Pasal 44 dan Pasal 45 bahwa pengadilan apajak akan meminta surat uraian banding atau tanggapan atas surat banding atau surat gugatan kepada terbanding.Setelah pengadilan pajak menerima surat Banding dari WP (selanjutnya disebut Pemohon Banding), Pengadilan Pajak pertama kali akan melakukan penelitian terhadap surat Banding tersebut apakah sudah memenuhi persyaratan formal pengajuan Banding atau belum. Jika surat Banding dari Pemohon Banding belum lengkap, Pengadilan Pajak akan menyampaikan surat pemberitahuan agar Pemohon Banding melengkapi persyaratan yang telah ditentukan sebagaimana diatur dalam UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak pasal 44.Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak pasal 45 Surat pemberitahuan ini biasanya hanya dilakukan jika jangka waktu penyampaian permohonan Banding masih ada. Jika jangka waktu permohonan Banding sudah lewat dari 3 (tiga) bulan sesuai persyaratan, biasanya surat pemberitahuan tersebut tidak disampaikan lagi kepada Pemohon Banding.Saat surat Banding telah lengkap sesuai ketentuan, Pengadilan Pajak selanjutnya akan mengirimkan Surat Permintaan Surat Uraian Banding kepada Terbanding. Ini dilakukan dalam jangka waktu paling lama 14 hari sejak surat Banding dari Pemohon Banding diterima secara lengkap. Dalam hal ini, Terbanding diberi waktu hingga 3 (tiga) bulan, terhitung sejak tanggal dikirimnya Surat Permintaan Uraian Banding, untuk memberikan Surat Uraian Banding (SUB) kepada Pengadilan Pajak. Jika Terbanding tidak memenuhi ketentuan ini, proses pemerikaan terhadap Banding tetap dilanjutkan oleh Pengadilan Pajak.Adapun surat bantahan pemohon banding, dimana berdasarkan SUB yang dikirim oleh Terbanding, Pengadilan Pajak selanjutnya akan mengirimkan surat permintaan Surat Bantahan dan fotokopi SUB kepada Pemohon Banding sebagaimana yang diatur dalam UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak paslal 45 dimana dilakukan dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal diterimanya SUB oleh Pengadilan Pajak. Dalam hal ini Pemohon Banding diberi waktu hingga 30 hariterhitung sejak tanggal diterimanya surat permintaan dan fotokopi SUBuntuk melayangkan Surat Bantahan kepada Pengadilan Pajak. Dan sekali lagi, jika Pemohon Banding tidak menyampaikan Surat Bantahan, Pengadilan Pajak tetap akan memproses pemeriksaan terhadap permohonan Banding yang diajukan.Meskipun tidak ada sanksi perpajakan yang akan diberikan jika permintaan Pengadilan Pajak itu tidak dipenuhi, tetapi kepada Pemohon Banding disarankan untuk menjawab permintaan dan mengirimkan Surat Bantahan terhadap SUB kepada Pengadilan Pajak. Surat Bantahan atas SUB ini berguna sebagai penyimbang dan pembanding atas opini yang dibentuk oleh Terbanding dalam SUB-nya.Surat Bantahan pada intinya berisi hal-hal yang menyanggah pernyataan Terbanding yang tertuang dalam SUB. Sedapat mungkin, sanggahan atau bantahan ini disertai dengan alasan dan dasar hukum yang jelas. Setelah proses korespondensi tersebut dilakukan, selanjutnya tinggal menunggu surat panggilan atau surat undangan untuk menghadiri sidang di Pengadilan Pajak.Proses dan prosedur korespondensi di atas hanya dilakukan jika pengajuan Banding yang disampaikan WP sebagai Pemohon Banding, telah memenuhi persyaratan formal yang ditentukan. Jika permohonan Banding tidak memenuhi persyaratan formal, prosedur dan proses korespondensi sebagaimana dijelaskan di atas tidak dilakukan dan pemeriksaan terhadap sengketa tersebut akan dilakukan melalui pemeriksaan dengan acara cepat.Terdapat dua jenis pemeriksaan, yaitu pemeriksaan dengan acara biasa dan pemeriksaan dengan acara cepat. Pemerikasaan dengan acara biasa dilakukan terhadap Surat Permohonan Banding yang memenuhi ketentuan formal. Pemeriksaan dengan Acara Biasa dilakukan oleh Majelis yang terdiri dari Hakim Ketua, Anggota dan Panitera dan dihadiri oleh terbanding dan apabila dipandang perlu, pemohon Banding atau penggugat atau Kuasa Hukumnya. Sedangkan pemeriksaan dengan acara cepat adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap sengketa pajak tertentu saja. Pemeriksaan dengan Acara Cepat dilakukan oleh Hakim Tunggal, dan dihadiri oleh terbanding dan apabila dipandang perlu pemohon Banding atau penggugat atau Kuasa Hukumnya.Apabila adanya sidang, putusan terakhir adalah Putusan Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud UU No. 14 Tahun 2002 tentang pengadilan pajak pasal 77 merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, sehingga tidak dapat diajukan lagi Gugatan, Banding atau Kasasi. Pengadilan Pajak mengeluarkan Putusan Sela atas Gugatan agar tindakan penagihan pajak ditunda sampai ada putusan Pengadilan Pajak, dimana dalam hal ini jangka waktu putusan diatur dalam pasal 81 UU Pengadilan Pajak. Selain itu pihak-pihak sengketa dapat mengajukan Peninjauan Kembali atas putusan Pengadilan Pajak ke Mahkamah Agung sebagimana diatur dalam pasal 89 UU pengadilan Pajak.

Kekuasaan Kehakiman

Kekuasaan kehakiman diartikan sebagai kekuasaan negara hukum merdeka yang berwenang untuk melaksanakan mekanisme peradilan. Sebagaimana diatur dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) bahwa Indonesia adalah negara hukum. Berdasarkan amandemen Undang-Undang yang telah dilakukan beberapa kali, kekuasaan kehakiman tetap menjadi kekuasaan yang sangat fundamental dan sebagai bagian dari poros kekuasaan yang memiliki fungsi menegakkan keadilan. Menurut UUD 1945, kekuasaan kehakiman dalam susunan kekuasaan negara ditempatkan sebagai kekuasaan yang mandiri, bebas dari campur tangan kekuasaan lain. Pengertian kekuasaan kehakiman tercantum dalam UUD 1945 Pasal 24 ayat (1) bahwa Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.Prinsip dari negara hukum salah satunya adalah terciptanya jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman dijalankan oleh lembaga Yudikatif, diantaranya Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi yang membawahi beberapa jenis peradilan. Hal ini diatur dalam UUD 1945 Pasal 24 ayat (2) bahwa Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.Peradilan Pajak merupakan implementasi dari Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Hal ini sebagaimana tertuang dalam Pasal 27 ayat (1) UU KUP, yang mengatakan bahwa Wajib Pajak dapat mengajukan pemohonan Banding hanya kepada Badan Peradilan Pajak terhadap Surat Keputusan Keberatan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak maka penyelesaian sengketa pajak dapat dilakukan melalui Pengadilan Pajak. Pengadilan ini didirikan untuk menggantikan peran Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP). Menurut UU, pengadilan pajak memiliki kewenangan untuk memeriksa dan memutus sengketa pajak yang terjadi antara wajib pajak dan Direktorat Jenderal Pajak.Di bawah ini adalah merupakan struktur Kekuasaan Kehakiman sampai ke Pengadilan Pajak.

Berdasarkan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pengadilan pajak merupakan peradilan khusus di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara.Pengadilan Pajak dapat diartikan sebagai badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi Wajib Pajak atau penanggung Pajak yang mencari keadilan terhadap Sengketa Pajak dan bertugas memberikan pelayanan di bidang tata usaha, kepegawaian, keuangan, rumah tangga, administrai persiapan berkas banding dan/atau gugatan, administrasi persiapan persidangan, administrai persidangan, administrasi penyelesaian putusan, dokumentasi, administrasi peninjauan kembali, administrai yurisprudensi, pengolahan data, dan pelayanan informasi.Susunan pengadilan pajak terdiri dari :1. PimpinanPimpinan pengadilan pajak terdiri dari :a. Ketuab. 1-5 orang Wakil KetuaKetua dan Wakil Ketua diangkat oleh Presiden dari para Hakim yang diusulkan Menteri setelah mendapat persetujuan Ketua Mahkamah Agung, dan diangkat untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali masa jabatan.2. HakimUntuk dapat diangkat menjadi Hakim, setiap calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :a. WNIb. Berumur minimal 45 tahunc. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esad. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945e. Tidak pernah terlibat dalam kegiatan yang mengkhianati NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 atau terlibat organisasi terlarangf. Mempunyai keahlian di bidang perpajakan dan berijazah sarjana hukum atau sarjana laing. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercelah. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatani. Sehat jasmani dan rohaniKetua dan Wakil Ketua diangkat oleh Presiden dari daftar nama calon yang diusulkan Menteri setelah mendapat persetujuan Ketua Mahkamah Agung, dan diangkat untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali masa jabatan.3. SekretarisSekretariat rnernpunyai tugas memberikan pelayanan di bidang tata usaha, kepegawaian, keuangan, rumah tangga, administrasi persiapan berkas banding dan/atau gugatan, dan pelayanan informasi.4. PaniteraKekuasaan kehakiman yang merdeka adalah untuk menjamin sikap tidak memihak, adil, jujur, dan netral.Dalam penjelasan Pasal 1 ditegaskan bahwa Kekuasaan kehakiman yang merdeka dalam ketentuan ini mengandung pengertian bahwa kekuasaan kehakiman bebas dari segala campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial, kecuali dalam hal sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kekuasaan Kehakiman, seperti dalam pasal 27 ditegaskan bahwa Pengadilan Pajak merupakan bagian dari Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), dan sebagai pengadilan yang bersifat khusus sudah selayaknya memiliki hukum acara tersendiri. Tetapi jika dicermati beberapa pasal yang termuat di dalam UU Pengadilan Pajak tersebut, maka nampaknya Pengadilan Pajak memiliki sifat kemandirian yang berdiri sendiri terpisah dari Mahkamah Agung, hal ini dapat terlihat dari sifat dan jenis putusan serta rekrutmen para Hakim Pengadilan Pajak.

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM DAN KAITANNYA DENGAN PERPAJAKANsengketa pajak adalah sengketa yang timbul dibidang perpajakan antara wajib pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan pajak. Pengadilan pajak juga merupakan perwujudan dari negara Indonesia yang merupakan negara hukum, yaitu sesuai dengan UUD Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 (Negara Indonesia adalah Negara Hukum) yang bisa menyerap substansi rechtsstaat dan the rule of law sekaligus. Di negara-negara yang menganut paham hukum, segala sesuatunya harus ditetapkan dalam Undang-Undang, termasuk di dalamnya pengaturan keuangan negara. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 perubahan ketiga dicantumkan Pasal 23 ayat (1) yang menyatakan bahwa:Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Berkaitan dengan hal tersebut, maka fungsi pajak sebagai bagian dari sumber penerimaan negara juga diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A, sebagai dasar hukum pemungutan pajak oleh negara. Dalam Pasal tersebut ditegaskan bahwa: Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang.Berdasarkan Pasal 23 A di atas, maka pengenaan dan pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai) untuk keperluan negara hanya boleh terjadi berdasarkan undang-udang. Sebelum adanya amandemen, ketentuan pemungutan pajak diatur dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi : Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang. Penjelasan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menyatakan bahwa:Betapa caranya rakyat sebagai bangsa akan hidup dan dari mana didapatnya belanja buat hidup, harus ditetapkan oleh rakyat itu sendiri, dengan perantaraan Dewan Perwakilannya. Rakyat menentukan nasibnya sendiri, karena itu juga cara hidupnyaOleh karena penetapan belanja mengenai hak Rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang menempatkan beban kepada Rakyat, sebagai pajak dan lain-lainnya, harus ditetapkan dengan undang-undang, yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.Penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak harus ditetapkan dengan undang-undang dengan persetujuan wakil-wakil mereka yang duduk di lembaga legislatif.pemungutan pajak dilakukan berdasarkan Pasal 23 ayat (2) UUD 1945, kebijakan pajak terus menerus dikembangkan. Kemudian, dalam upaya mendorong penerimaan negara dari sektor pajak, pemerintah menerapkan kebijakan pemungutan pajak dengan sistem self assessment sejak reformasi perpajakan yang pertama yaitu pada tahun 1984. Sistem ini memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menetapkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Dalam hal ini fiskus hanya berperan mengawasi jalannya administrasi perpajakan.

Banding, Gugatan: Pengertian, Syarat-syarat dan Perbedaan Banding dan Gugatan dalam perpajakanPengertian Banding dan Gugatan1. Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No.14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak definisi gugatan adalah sebagai berikut Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang dapat diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlakuPerbedaan Banding dan Gugatan:BandingGugatan

- Dasar hukum Pasal 27 UU KUP;- Dasar hukum pasal 23 UU KUP;

- Yang disengketakan adalah adalah Surat Keputusan Keberatan;- Yang disengketakan prosedur pelaksanaan dan penerbitan surat-surat keputusan;

- Surat balasan dari permohonan Banding adalah Surat Uraian Banding;- Surat balasan dari pengajuan Gugatan adalah Surat Tanggapan;

- Jangka waktu menyelesaikan Surat Uraian Banding adalah 3 (tiga) bulan);- Jangka waktu menyelesaikan Surat Tanggapan adalah 1 (satu) bulan;

- Ada sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding apapun keputusannya;-Tidak ada sanksi;

Syarat-syarat permohonan Banding & Gugatan:Banding:Syarat-syarat pengajuan Gugatan:

- Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.-Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak

- Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.- Jangka Waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak adalah 14 empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan.- Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima Keputusan yang digugat.

Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Gugatan.

Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima surat keputusan yang dibanding.

Pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding.

Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50%

Kedudukan Pengadilan PajakPeradilan adalah suatu proses penegakan hukum maupun memberi perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang bersengketa.Sedangkan sengketa pajak timbul dari dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk Gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.Tugas dan Kewenangan Pengadilan Pajak Kewenangan Pengadilan Pajak diatur dalam Pasal 31 dan Pasal 32 UU No. 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak, yaitu :1.Dalam hal banding Pengadilan Pajak hanya berwenang memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatan yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, Pengadilan Pajak dapat pula memeriksa dan memutus permohonan banding atas keputusan/ketetapan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang sepanjang peraturan perundang-undangan yang terkait mengatur demikian, sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 31 Ayat (2) UU No. 14 Tahun 2002;2.Dalam hal gugatan, Pengadilan Pajak berwenang memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak, atau keputusan pembetulan, atau keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (2) UU No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 Tentang perubahan Ketiga Atas UU No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; dan3.Pengadilan Pajak berwenang mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang Pengadilan Pajak.Berdasarkan ketentuan Pasal 31 dan Pasal 32 UU No. 14 Tahun 2002 di atas dapat disimpulkan bahwa, kewenangan Pengadilan Pajak meliputi kewenangan dalam penyelesaian sengketa pajak (yaitu berwenang untuk memeriksa dan memutus sengketa pajak dalam hal banding dan gugatan) dan kewenangan dalam mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa pada Pengadilan Pajak. Selanjutnya dala hal hal gugatan, menurut Pasal 31 Ayat (3) UU No. 14 Tahun 2002, Pengadilan Pajak berwenang untuk memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (2) UU No. 16 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 28 Tahun 2007 dan keputusan lainnya menurut peraturan perpajakan yang berlaku. Keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (2) UU No. 28 Tahun 2007 yang dapat menjadi obyek sengketa dalam hal gugatan, yaitu ;1.Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang;2.Keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;3.Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 Ayat (1) dan Pasal 26; dan4.Penerbitan surat ketetapan pajak atau surat keputusan keberatan yang dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan.Kedudukan Pengadilan Pajak1.Pengadilan pajak berkedudukan di ibukota Negara.

2.Sidang Pengadilan Pajak dilakukan di tempat kedudukannya

3.Apabila dipandang perlu dapat dilakukan di tempat lain yang ditetapkan oleh Ketua.

Kekuasaan Pengadilan Pajak 1.Pengadilan Pajak merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam memeriksa dan memutus Sengketa Pajak oleh karenanya putusan Pengadilan Pajak tidak dapat diajukan Gugatan ke Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara atau Badan Peradilan lain, kecuali putusan berupa "tidak dapat diterima" yang menyangkut kewenangan/kompetensi

2.Pengadilan pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus Sengketa Pajak

3.Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatan kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau, Keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

5.Pengadilan Pajak mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang Pengadilan Pajak.

6.Pengadilan Pajak dapat memanggil atau meminta data atau keterangan yang berkaitan dengan Sengketa Pajak dari pihak ketiga sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kewenangan :Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang untuk memeriksa dan memutus sengketa pajak (Pasal 31 ayat (1)) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Selain tugas tersebut Pengadilan Pajak juga berwenang mengawasi Kuasa Hukum yang memberi bantuan hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang di Pengadilan Pajak. (Pasal 32 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.Kewenangan pengadilan pajak Kekuasaan Pengadilan Pajak. Pasal 31 menjelaskan sebagai berikut.1. Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus Sengketa Pajak.2. Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.3. Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.Selain yang tercantum dalam Pasal 31, Pengadilan Pajak juga mempunyai kewenangan lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 32 yang berbunyi sebagai berikut :1. Selain tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasalv31, Pengadilan Pajak mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam sidangsidang Pengadilan Pajak.2. Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Ketua.

1