print-KEJANG DEMAM.doc

7
A. KEJANG DEMAM 1. Definisi Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4 o C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. – Ismael S. KPPIK-XI, 1983 – Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak.1999. Umur 6 bulan - 5 tahun Pernah kejang tanpa demam tidak termasuk KD KD pada umur < 1 bulan tidak termasuk KD KD pada umur < 6 bln atau > 5 th pikirkan infeksi SSP, Epilepsi disertai demam KD 2 - 4% populasi anak 6 bln -5 thn 2. Klasifikasi Klasifikasi kejang demam umumnya dibagi menjadi 2 golongan. Kriteria di bawah ini dikemukakan oleh berbagai pakar dimana terdapat perbedaan kecil dalam hal penggolongan tersebut. Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu : a. Kejang demam sederhana b. Epilepsi yang dicetuskan oleh demam Ciri kejang demam sederhana menurut Livingston yaitu kejang bersifat sederhana, lama kejang berlangsung singkat ( < 15 menit ), usia waktu kejang demam pertama muncul < 6 tahun, frekuensi serangan 1 – 4 kali dalam satu tahun, EEG normal. Kejang demam yang tidak sesuai dengan ciri-ciri

Transcript of print-KEJANG DEMAM.doc

Page 1: print-KEJANG DEMAM.doc

A. KEJANG DEMAM

1. Definisi

Kejang demam berdasarkan definisi dari The International

League Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and

Prognosis, 1993) adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh

lebih dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau

gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa

riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada

kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38ºC) yang disebabkan

oleh suatu proses ekstrakranium.

– Ismael S. KPPIK-XI, 1983

– Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak.1999.

Umur 6 bulan - 5 tahun

Pernah kejang tanpa demam tidak termasuk KD

KD pada umur < 1 bulan tidak termasuk KD

KD pada umur < 6 bln atau > 5 th pikirkan infeksi SSP, Epilepsi

disertai demam

KD 2 - 4% populasi anak 6 bln -5 thn

2. Klasifikasi

Klasifikasi kejang demam umumnya dibagi menjadi 2

golongan. Kriteria di bawah ini dikemukakan oleh berbagai pakar

dimana terdapat perbedaan kecil dalam hal penggolongan tersebut.

Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :

a. Kejang demam sederhana

b. Epilepsi yang dicetuskan oleh demam

Ciri kejang demam sederhana menurut Livingston yaitu kejang

bersifat sederhana, lama kejang berlangsung singkat ( < 15 menit ),

usia waktu kejang demam pertama muncul < 6 tahun, frekuensi

serangan 1 – 4 kali dalam satu tahun, EEG normal. Kejang demam

yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tersebut oleh Livingston disebut

sebagai epilepsi yang dicetuskan oleh demam.

Sedangkan menurut Fukuyama, kejang demam dibagi menjadi :

a. Kejang demam sederhana

b. Kejang demam kompleks

Kejang demam sederhana menurut Fukuyama harus memenuhi

semua kriteria berikut yaitu :

1. Di keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi

2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun

3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan

– 6 tahun

4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit

5. Kejang tidak bersifat fokal

6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau

abnormalitas perkembangan

8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

Bila tidak memenuhi kriteria di atas, maka digolongkan ke dalam

kejang demam komplek.

Page 2: print-KEJANG DEMAM.doc

3. Insiden

Dari penelitian oleh berbagai pakar didapatkan bahwa sekitar

2,2 – 5 % anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka

mencapai usia 5 tahun.

Insiden kejang demam sering dijumpai pada anak laki-laki

daripada perempuan dengan perbandingan berkisar antara 1,4 : 1 dan

1,2 : 1. Berdasarkan penelitian Lumbantobing pada 297 anak dengan

kejang demam, sebanyak 165 adalah anak laki-laki dan 132 anak

perempuan dengan perbandingan 1,25 : 1.

4. Etiologi demam pada kejang demam

Beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan

kejang demam adalah :

1. Demam itu sendiri

2. Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman atau virus)

terhadap otak

3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi

4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

5. Ensefalitis viral yang ringan yang tidak diketahui

6. Gabungan semua faktor tersebut di atas

5. Patofisiologi kejang demam pada anak Kejang demam

Page 3: print-KEJANG DEMAM.doc

6. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, tapi dapat

dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari

penyebab, seperti darah perifer, elektrolit dan gula darah.

2. Pungsi Lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan

atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya

meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.

Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara

klinis, oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan

b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

c. Bayi >18 bulan tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan

pungsi lumbal.

3. Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi

berulang kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian

epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak

direkomendasikan.

Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang

demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada

anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.

4. Pencitraan

Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti CT atau MRI

jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi, seperti a.

kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) b. parese

nervus VI c. Papiledema

7. Penatalaksanaan

a. Terapi pada fase akut

- Penderita dimiringkan agar jangan terjadi aspirasi ludah atau

lendir dari mulut

- Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka, bila perlu beri oksigen

- Monitor tanda vital, keadaan umum dan kesadaran

- Bila penderita belum sadar dan berlangsung lama, perhatikan

kebutuhan dan keadaan cairan, kalori dan elektrolit

- Suhu yang tinggi harus diturunkan dengan kompres hangat

- Selimut dan pembungkus badan harus dibuka agar

pendinginan badan berlangsung dengan baik

- Berikan obat penurun demam

- Berikan obat antikonvulsan

b. Pengobatan profilaksis terhadap kambuhnya kejang demam

- Profilaksis intermiten, pada waktu demam

- Profilaksis terus menerus dengan obat antikonvulsan tiap hari

- Mengatasi segera bila terjadi serangan kejang

Antikonvulsan pada saat kejang demam

Page 4: print-KEJANG DEMAM.doc

Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif

dalam menghentikan kejang. Diazepam rektal diberikan segera saat

kejang berlangsung, dan dapat diberikan di rumah. Diazepam rektal

yang dianjurkan adalah 0,3-0,5mg/kgBB. Untuk memudahkan dapat

digunakan dosis: 5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg, 10 mg

untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis

5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak

di atas usia 3 tahun.

Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat

diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5

menit. Bila 2 kali dengan diazepam masih kejang, dianjurkan ke

rumah sakit. Dan disini dapat diberikan diazepam intravena dengan

dosis 0,3-05 mg/kgBB.

Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara

intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1

mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti

dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgBB/hari, yaitu 12 jam setelah dosis

awal.

Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus

dirawat di ruang intensif (ICU).

Pemberian obat pada saat demam

Pemberian antipiretik saat demam dianjurkan, walaupun tidak

ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko

terjadinya kejang demam. Antipiretik diberikan setelah kejang

teratasi. Dosis acetaminofen adalah 10-15 mg/kgBB/kali, diberikan 4x

sehari dan max pemberian 5x. Dosis ibuprofen adalah 5-10

mg/kgBB/kali, diberikan 3-4x sehari

Pemberian Anti Konvulsan dengan diazepam oral dosis 0,3

mg/kgBB setiap 8 jam saat demam dapat menurunkan resiko

berulangnya kejang, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5

mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5⁰ C.

Pemberian obat rumatan

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari

efektif dalam menurunkan resiko berulangnya kejang. Obat pilihan

saat ini adalah asam valproat meskipun dapat menimbulkan hepatitis

namun insidennya kecil.

Dosis asam valproat 15-40 mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis,

fenobarbital 3-4 mg/kgbb/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat

hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut

(salah satu) :

- Kejang lama lebih dari 15 menit

- Adanya kelainan neurologist yang nyata sebelum atau sesudah

kejang, misalnya hemiparesis,cerebral palsy, retardasi mental,

hidrosephalus

- Kejang fokal.

- Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :

o Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.

o Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan

o Kejang demam 4x atau lebih per tahun.

Page 5: print-KEJANG DEMAM.doc

Lama pengobatan rumat

Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian

dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

8. Edukasi

- Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya dapat teratasi

-Memberikan cara penanganan kejang

a. Tetap tenang dan tidak panik

b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama sekitar leher

c. Bila tidak sadar à posisikan terlentang dengan kepala miring.

Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Jangan

masukkan sesuatu ke dalam mulut

d. Ukur suhu, catat berapa lama dan bentuk kejang

e. Tetap bersama pasien selama kejang

f. Beri diazepam rektal hanya saat kejang

g. Bawa ke dokter atau pelayanan kesehatan lain bila kejang > 5

menit.

h. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali