print-KEJANG DEMAM.doc
-
Upload
iemanaililkhilmah -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of print-KEJANG DEMAM.doc
A. KEJANG DEMAM
1. Definisi
Kejang demam berdasarkan definisi dari The International
League Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and
Prognosis, 1993) adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh
lebih dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau
gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38ºC) yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium.
– Ismael S. KPPIK-XI, 1983
– Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak.1999.
Umur 6 bulan - 5 tahun
Pernah kejang tanpa demam tidak termasuk KD
KD pada umur < 1 bulan tidak termasuk KD
KD pada umur < 6 bln atau > 5 th pikirkan infeksi SSP, Epilepsi
disertai demam
KD 2 - 4% populasi anak 6 bln -5 thn
2. Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam umumnya dibagi menjadi 2
golongan. Kriteria di bawah ini dikemukakan oleh berbagai pakar
dimana terdapat perbedaan kecil dalam hal penggolongan tersebut.
Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :
a. Kejang demam sederhana
b. Epilepsi yang dicetuskan oleh demam
Ciri kejang demam sederhana menurut Livingston yaitu kejang
bersifat sederhana, lama kejang berlangsung singkat ( < 15 menit ),
usia waktu kejang demam pertama muncul < 6 tahun, frekuensi
serangan 1 – 4 kali dalam satu tahun, EEG normal. Kejang demam
yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tersebut oleh Livingston disebut
sebagai epilepsi yang dicetuskan oleh demam.
Sedangkan menurut Fukuyama, kejang demam dibagi menjadi :
a. Kejang demam sederhana
b. Kejang demam kompleks
Kejang demam sederhana menurut Fukuyama harus memenuhi
semua kriteria berikut yaitu :
1. Di keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun
3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan
– 6 tahun
4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit
5. Kejang tidak bersifat fokal
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau
abnormalitas perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
Bila tidak memenuhi kriteria di atas, maka digolongkan ke dalam
kejang demam komplek.
3. Insiden
Dari penelitian oleh berbagai pakar didapatkan bahwa sekitar
2,2 – 5 % anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka
mencapai usia 5 tahun.
Insiden kejang demam sering dijumpai pada anak laki-laki
daripada perempuan dengan perbandingan berkisar antara 1,4 : 1 dan
1,2 : 1. Berdasarkan penelitian Lumbantobing pada 297 anak dengan
kejang demam, sebanyak 165 adalah anak laki-laki dan 132 anak
perempuan dengan perbandingan 1,25 : 1.
4. Etiologi demam pada kejang demam
Beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan
kejang demam adalah :
1. Demam itu sendiri
2. Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman atau virus)
terhadap otak
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5. Ensefalitis viral yang ringan yang tidak diketahui
6. Gabungan semua faktor tersebut di atas
5. Patofisiologi kejang demam pada anak Kejang demam
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, tapi dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari
penyebab, seperti darah perifer, elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya
meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.
Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara
klinis, oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi >18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal.
3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulang kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian
epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak
direkomendasikan.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang
demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada
anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti CT atau MRI
jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi, seperti a.
kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) b. parese
nervus VI c. Papiledema
7. Penatalaksanaan
a. Terapi pada fase akut
- Penderita dimiringkan agar jangan terjadi aspirasi ludah atau
lendir dari mulut
- Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka, bila perlu beri oksigen
- Monitor tanda vital, keadaan umum dan kesadaran
- Bila penderita belum sadar dan berlangsung lama, perhatikan
kebutuhan dan keadaan cairan, kalori dan elektrolit
- Suhu yang tinggi harus diturunkan dengan kompres hangat
- Selimut dan pembungkus badan harus dibuka agar
pendinginan badan berlangsung dengan baik
- Berikan obat penurun demam
- Berikan obat antikonvulsan
b. Pengobatan profilaksis terhadap kambuhnya kejang demam
- Profilaksis intermiten, pada waktu demam
- Profilaksis terus menerus dengan obat antikonvulsan tiap hari
- Mengatasi segera bila terjadi serangan kejang
Antikonvulsan pada saat kejang demam
Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif
dalam menghentikan kejang. Diazepam rektal diberikan segera saat
kejang berlangsung, dan dapat diberikan di rumah. Diazepam rektal
yang dianjurkan adalah 0,3-0,5mg/kgBB. Untuk memudahkan dapat
digunakan dosis: 5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg, 10 mg
untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis
5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak
di atas usia 3 tahun.
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit. Bila 2 kali dengan diazepam masih kejang, dianjurkan ke
rumah sakit. Dan disini dapat diberikan diazepam intravena dengan
dosis 0,3-05 mg/kgBB.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara
intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1
mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti
dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgBB/hari, yaitu 12 jam setelah dosis
awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus
dirawat di ruang intensif (ICU).
Pemberian obat pada saat demam
Pemberian antipiretik saat demam dianjurkan, walaupun tidak
ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko
terjadinya kejang demam. Antipiretik diberikan setelah kejang
teratasi. Dosis acetaminofen adalah 10-15 mg/kgBB/kali, diberikan 4x
sehari dan max pemberian 5x. Dosis ibuprofen adalah 5-10
mg/kgBB/kali, diberikan 3-4x sehari
Pemberian Anti Konvulsan dengan diazepam oral dosis 0,3
mg/kgBB setiap 8 jam saat demam dapat menurunkan resiko
berulangnya kejang, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5
mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5⁰ C.
Pemberian obat rumatan
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari
efektif dalam menurunkan resiko berulangnya kejang. Obat pilihan
saat ini adalah asam valproat meskipun dapat menimbulkan hepatitis
namun insidennya kecil.
Dosis asam valproat 15-40 mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis,
fenobarbital 3-4 mg/kgbb/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat
hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut
(salah satu) :
- Kejang lama lebih dari 15 menit
- Adanya kelainan neurologist yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya hemiparesis,cerebral palsy, retardasi mental,
hidrosephalus
- Kejang fokal.
- Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :
o Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
o Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
o Kejang demam 4x atau lebih per tahun.
Lama pengobatan rumat
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian
dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
8. Edukasi
- Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya dapat teratasi
-Memberikan cara penanganan kejang
a. Tetap tenang dan tidak panik
b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama sekitar leher
c. Bila tidak sadar à posisikan terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Jangan
masukkan sesuatu ke dalam mulut
d. Ukur suhu, catat berapa lama dan bentuk kejang
e. Tetap bersama pasien selama kejang
f. Beri diazepam rektal hanya saat kejang
g. Bawa ke dokter atau pelayanan kesehatan lain bila kejang > 5
menit.
h. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali