print aja

13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN A. DEFINISI Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450). Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418). ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung sampai dengan 14 hari (Depkes RI, 2000). ISPA adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu dan atau lebih bagian dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran pernapasan atas) hingga alveoli (saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura yang disebabkan oleh masuknya kuman (bakteri, virus atau riketsia) ke dalam organ saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut dari suatu penyakit, meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu ISPA ringan, ISPA sedang, dan ISPA berat. Pembagian menurut deajat

Transcript of print aja

Page 1: print aja

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

A. DEFINISI

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan

(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya

obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat

melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).

Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas

dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala batuk,

pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung

sampai dengan 14 hari (Depkes RI, 2000).

ISPA adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu dan atau lebih bagian

dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran pernapasan atas) hingga alveoli

(saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga

telinga tengah dan pleura yang disebabkan oleh masuknya kuman (bakteri, virus

atau riketsia) ke dalam organ saluran pernapasan yang berlangsung selama 14

hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut dari suatu penyakit,

meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses

ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Menurut derajat keparahannya, ISPA

dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu ISPA ringan, ISPA sedang, dan ISPA

berat. Pembagian menurut deajat keparahan tersebut didasarkan pada gejala-

gejala dan tanda-tandanya . ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA

sedang atau ISPA berat jika keadaan memungkinkan, misalnya penderita kurang

mendapat perawatan atau saat penderita dalam keadaan lemah hingga daya tahan

tubuhnya rendah. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui oleh orang

awam, sedangkan gejala ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa

pengamatan sederhan

B. ETIOLOGI

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka

kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/

kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu;

usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak

tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).

Page 2: print aja

Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya

infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab

utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus

influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.

Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka

kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air

susu ibu.

Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam

derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka

dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan

nafas.

Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi

antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung

mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.

Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim,

tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

Etiologi Etiologi ISPA terdiri dari : Bakteri :Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, dan lain-lain.

Virus :Influenza, adenovirus, sitomegalovirus Jamur :Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-lain. Aspira :Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain). Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yang mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA. Secara umum ada 3 faktor yaitu: a) Keadaan social ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak. b) Keadaan gizi dan cara pemberian makan. c) Kebiasaan merokok dan pencemaran udara Faktor yang meningkatkan morbiditas adalah anak usia 2 bulan, gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak memadai, polusi udara, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap dan menyelimuti anak berlebihan. Faktor yang meningkatkan mortalitas adalah umur kurang dari 2 bulan, tingkat

social ekonomi rendah, gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), tingkat

pengetahuan ibu rendah, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap dan

menderita penyakit kronis.

Penyebaran PenyakitPada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu:

1.       Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk

2.       Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin3.       Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah

Page 3: print aja

dicemari oleh jasad renik.

Tingkat Penyakit ISPA1.       Ringan

Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung tersumbat atau berair, tenggorokan merah, telinga berair.

2.       SedangBatuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan (adentis servikal).

3.       BeratBatuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di faring, kejang, apnea, dehidrasi berat atau tidur terus, tidak ada sianosis.

4.       Sangat BeratBatuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.

F.       Faktor RisikoFaktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA:

1.       UsiaAnak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.

2.       Status ImunisasiAnnak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.

3.       LingkunganLingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.

PencegahanHal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit

ISPA pada anak antara lain:1.       Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan

cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.2.       Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh

terhadap penyakit baik.3.       Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.4.       Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah

memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA

C. MANIFESTASI KLINIS

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya

obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran

pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau

minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).

Tanda dan gejala yang muncul :

1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul

jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali

Page 4: print aja

demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa

mencapai 39,5OC-40,5OC.

2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,

biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah

nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda

kernig dan brudzinski.

3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan

menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum.

4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama

bayi tersebut mengalami sakit.

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran

pernafasan akibat infeksi virus.

6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya

lymphadenitis mesenteric.

7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan

lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,

mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran

pernafasan.

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak

terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :

- Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah

biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,

- Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat

disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya

thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor

dan Hans; 1997; 224).

Diagnosis dari penyakit ini adalah melakukan kultur (biakan kuman) dengan

swab sebagai mediator untuk menunjukkan adanya kuman di dalam saluran

pernafasan. Pada hitung jenis (leukosit) kurang membantu sebab pada hitung

jenis ini tidak dapat membedakan penyebab dari infeksi yakni yang berasal dari

virus atau streptokokus karena keduanya dapat menyebabkan terjadinya

leukositosis polimorfonuklear (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 453).

Page 5: print aja

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan

adanya kongesti hidung, pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan

lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut.

Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada

lubang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik

tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.

Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi

telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga

drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990;

452).

F. KOMPLIKASI

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

2. Bronkhitis

3. Kematian

G. ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha

serta irama dari pernafasan.

- Pola, cepat (tachynea) atau normal.

- Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat

kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

- Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan

adanya bersin.

- Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman

pernafasan.

Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan

peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati

adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum

(Whaley and Wong; 1991; 1420).

H. PERENCANAAN PULANG

1. Informasikan penyebab ISPA

- Tertular penderita lain

- Belum imunisasi lengkap

- Kurang gizi

Page 6: print aja

- Lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat

2. Informasikan pada orang tua mengenai cara pencegahan ISPA

- Jauhkan anak dari penderita batuk

- Imunisasi lengkap

- Berikan makanan yang bergizi setiap hari

- Berikan ASI sampai usia 2 tahun

- Jagalah kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan

3. Informasikan cara perawatan ISPA di rumah

- Jika hidung tersumbat karena pilek, bersihkan lubang hidung dengan

sapu tangan bersih

- Berikan jeruk nipis ditambah kecap/madu (1 sdk : 1 sdk) untuk

meringankan batuk

- Selama anak dirawat di rumah:

a. Tetap berikan ASI dan makanan, bila muntah usahakan beri

makanan lebih sering tetapi dalam porsi kecil

b. Berikan minum lebih banyak dari biasanya

c. Jangan pakai selimut atau pakaian tebal selama badan anak

masih panas

d. Awasi tanda penyakit bertambah parah : anak tidak mau minum,

nafas sesak dan nafas cepat

Penularan ISPA

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.

Tanda dan Gejala

Sebagian besar oang dengan infeksi saluran nafas bagian atas memberikan

gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah

memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retraksi dada.

Selain batuk gejala ISPA juga dapat dikenali yaitu flu, demam dan suhu tubuh

meningkat lebih dari 38,5 0 Celcius dan disertai sesak nafas (PD PERSI, 2002).

Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan

yaitu (Suyudi, 2002):

1). Gejala ISPA ringan

Seorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai

Page 7: print aja

berikut :

a. Batuk.

b. Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada

waktu berbicara atau menangis).

c. Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.

d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C.

Jika menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah tidak perlu

dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat penurun panas yang

dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum

hilang, harus segera di bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat.

2). Gejala ISPA sedang

Seorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan

dengan disertai gejala sebagai berikut :

a. Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun

atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.

b. Suhu lebih dari 390C.

c. Tenggorokan berwarna merah.

d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak

e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

f. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.

g. Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.

3. Gejala ISPA berat

Seorang dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau

sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:

a. Bibir atau kulit membiru

a. Lubang hidung kembang kempis pada waktu bernapas

b. Tidak sadar atau kesadarannya menurun

c. Pernafasan berbunyi mengorok dan tampak gelisah

d. Pernafasan menciut

e. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas

f. Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba

g. Tenggorokan berwarna merah

Page 8: print aja

Pasien ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas karena

perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan infus.

Pencegahan ISPA

Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi

pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA

adalah:

1. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik

a. Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang

paling baik untuk bayi

b. Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya

c. Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu

mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan

mineral

d. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya

dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari

kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-buahan

e. Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah

beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang

menghambat pertumbuhan (Dinkes DKI, 2005).

2. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi

Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan

imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT salah satunya

dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah

infeksi saluran nafas (Gloria Cyber Ministries, 2001).

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit

ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan

menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya

memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Suyudi, 2002).

4. Menghindari faktor pemungkin yaitu menjaga kondisi udara dalam rumah

tetap sehat melalui kebiasaan tidak merokok di dalam rumah

5. Pengobatan segera

Apabila sudah positif terserang ISPA, sebaiknya tidak memberikan makanan yang

dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman dingin,

makanan yang mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan

Page 9: print aja

makanan yang terlalu manis. Orang yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke

dokter (PD PERSI, 2002).

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi

oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot

kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang

terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.

Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian

dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura

visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan

tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh

bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak

mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian

ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus

terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi

duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-

gelembung yang disebut alveolus.