-
Upload
irdian-devi-saputri -
Category
Documents
-
view
254 -
download
12
description
Transcript of Print
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bu Rukmini 45 tahun mengeluh gigi tiruannya telah pecah dan ingin
menggantinya dengan yang baru. Pasien tidak mengingat penyebab pecahnya
gigi tiruan. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis pada retainer gigi 25
menunjukkan lapisan porcelain bagian oklusalnya telah hilang. Pada gigi
abutment 27 menunjukkan resesi gingiva dan karies pada akar palatal. Secara
klinis gigi 25 dan 27 merupakan retainer dengan desain extracoronal retainer
berupa porcelain fused to metal dan pontic pada gigi 26 dengan tipe ridge lap
pontic. Retainer dan pontic dihubungkan dengan connector tipe fixed-fixed
bridge. Pasien juga ingin mengganti gig tiruan mahkota (crown) pada gigi 11
dengan konstruksi mahkota akrilik yang sudah berubah warna. Dokter gigi
akan membongkar gigi tiruan tetap dan mahkota akrilik dengan menggunakn
crown remover.
Crown remover merupakan alat yang digunakan untuk melepaskan gigi
tiruan cekat baik sementara maupun permanen. Bentuknya dapat berupa tang,
handpiece, dan wire. Penggunaanya dengan cara mengukit dan merusak
bagian mahkota. Selain itu, juga dapat dengan cara merusak ikatan semen.
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa saja macam-macam kegagalan GTC serta penyebabnya?
2 Bagaimana penatalaksanaan dari kegagalan perawatan GTC, meliputi :
a. Perawatan bahan
b. Perawatan pendahuluan
c. Pemilihan desain
1.3 Tujuan
1 Mengetahui macam-macam kegagalan GTC serta penyebabnya.
2 Mengetahui penatalaksanaan dari kegagalan perawatan GTC, meliputi :
a. Perawatan bahan
b. Perawatan pendahuluan
c. Pemilihan desain.
1.4 Mapping
Kegagalan perawatan Gigi tiruan Cekat
Pemeriksaan Klinis dan Penunjang
Evaluasi Kegagalan
Diagnosa dan Rencana
Perawatan
Penatalaksanaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gigi Tiruan Cekat
Gigi tiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada
gigi yang masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi.Jenis
restorasi ini telah lama disebut dengan gigitiruan jembatan.
2.1.1 Komponen-komponen Gigitiruan Cekat
Gigitiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik,
retainer, konektor, abutment, dan sadel, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pontik, adalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang hilang.
Dapat dibuat dari porselen, akrilik atau logam, atau gabungan dari bahan-
bahan ini.
2. Retainer, adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer dapat dibuat
intrakoronal atau ekstrakoronal.
3. Konektor, adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor
dapat berupa sambungan yang disolder, struktur cor (alumina derajat tinggi,
jika terbuat dari porselen seluruhnya).
4. Abutment, adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk
menahan gigitiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah
membran periodontal, panjang serta jumlah akar.
5. Sadel, adalah daerah diantara gigi-gigi penyangga, yang terutama adalah
tulang alveolar yang ditutupi oleh jaringan lunak. Tulang alveolar akan
berubah kontur selama beberapa bulan setelah hilangnya gigi. Kontur dan
tekstur sadel akan mempengaruhi desain pontik.
2.1.2 Macam-macam Desain GTC.
Adapun 5 macam desain dari GTC yang perbedaannya terletak pada
dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:
a. Fixed-fixed bridge
Suatu gigitiruan yang pontiknya didukung secara kaku pada kedua sisi oleh
satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang hilang yang terhubung
dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung fungsional dari gigi yang
hilang.GTC merupakan restorasi yang kuat dan retentif untuk menggantikan gigi
yang hilang dan dapat digunakan untuk satu atau beberapa gigi yang
hilang.Indikasi dari perawatan dengan menggunakan fixed-fixed bridge yaitu jika
gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga yang mampu
mendukung fungsional dari gigi yang hilang.Seperti pada gambar 1, Fixed-fixed
bridge dengan menggunakan bahan porselen pada gigi insisivus sentralis.
Gambar 1. Gambaran fixed-fixed bridge pada gigi Insisivus sentralis
(Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable
prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115)
b. Semi fixed bridge
Suatu gigitiruan yang didukung secara kaku pada satu sisi, biasanya pada
akhir distal dengan satu atau lebih gigi penyangga. Satu gigi penyangga akan
menahan perlekatan intracoronal yang memungkinkan derajat kecil pergerakan
antara komponen rigid dan penyangga gigi lainnya atau gigi
Gambar 2. Gambaran semi-fixed bridge (Sumber :
Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable
prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill
livingstone;2001.p.118)
c. Cantilever bridge
Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih
abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban
oklusal dari gigitiruan
Gambar 3. Gambaran cantilever bridge (Sumber : Barclay
CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics.
2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 120)
d. Spring cantilever bridge
Suatu gigitiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke
gigi atau penyangga gigi. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai
penghubung ini dapat dari berbagai panjang, tergantung pada posisi dari
lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan
dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan adaptasi
pasien. Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi
anterior dengan satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar
anterior gigi yang hilang.
Gambar 4. Gambaran spring cantilever bridge (Sumber :
Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable
prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill
livingstone;2001.p. 122)
e. Compound bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat
dan bersatu menjadi suatu kesatuan.
2.1.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pemakaian GTC.
Adapun indikasi dan kontraindikasi dari GTC, yaitu :
1. Kehilangan satu atau lebih gigi
2. Kurangnya celah karena pergeseran gigi tetangga ke daerah edentulus
3. Gigi di sebelah daerah edentulus miring
4. Splint bagi gigi yang memiliki ketebalan email yang cukup untuk dietsa.
Kontraindikasi pemakaian GTC :
1. Pasien yang tidak kooperatif
2. Kondisi kejiwaan pasien kurang menunjang
3. Kelainan jaringan periodonsium
4. Prognosis yang jelek dari gigi penyangga
5. Diastema yang panjang
6. Kemungkinan kehilangan gigi pada lengkung gigi yang sama
7. Resorbsi lingir alveolus yang besar pada daerah anodonsia.
2.2 Jaringan Periodontal
Normalnya, jaringan periodontal yang memberikan dukungan yang
diperlukan untuk mempertahankan fungsi gigi terdiri dari empat komponen
utama, yaitu gingiva, ligamentum periodontal, sementum, dan tulang alveolar.
Masing-masing komponen dari jaringan periodontal berbeda lokasi, tekstur
jaringan, komposisi biokimia, dan komposisi kimianya.
Gambar 5. Diagram anatomi gingiva
(Sumber: Itoiz ME, Carranza FA. The
gingival. In: Newman MG, takei HH,
Carranza FA, editors. Clinical
periodontology. 9th ed. Philadelphia : WB
Saunder Co; 2002. p.17)
2.2.1. Gingiva.
Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang melapisi tulang alveolar
dari rahang atas dan rahang bawah serta di sekeliling leher gigi.Gingiva secara
anatomi dibagi menjadi marginal gingiva (tepi gusi), sulkus gingiva, attached
gingiva (bagian dari yang melekat), serta interdental gingiva atau interdental
papilla.
1. Marginal gingiva
Marginal gingiva atau unattched gingiva adalah sambungan tepi atau
pinggiran dari gingiva yang mengelilingi gigi berbentuk seperti lingkaran.
Dalam 50% kasus, marginal gingiva dibatasi dengan attached gingiva oleh
depresi linear yang dangkal disebut free gingiva groove. Biasa lebarnya sekitar
1 mm dari dinding jaringan lunak sulkus gingiva.Marginal gingiva dapat
dipisahkan dari permukaan gigi dengan probe periodontal.
2. Sulkus gingiva
Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang di sekitar gigi yang dibatasi
oleh permukaan gigi pada satu sisi dan lapisan epitel margin bebas dari sisi
lain gingiva. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja yang dapat
dimasuki oleh probe periodontal.Determinasi klinik dari kedalaman sulkus
gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.Dalam kondisi benar-
benar normal atau ideal, maka kedalaman sulkus gingiva dapat mencapai 0.
3. Attached gingiva.
Attached gingiva merupakan suatu lanjutan dari marginal gingiva.Attached
gingiva berbatas tegas, elastik dan melekat erat pada periosteum dari tulang
alveolar. Aspek permukaan dari attached gingiva meluas ke mukosa alveolar
dibatasi oleh mucogingiva junction. Lebar dari attached gingiva merupakan
parameter klinik penting lainnya. Yang dapat diukur sesuai jarak antara
mucogingivajunction dan proyeksi dari permukaan dasar luar dari sulkus
dengan menggunakan probe periodontal.
Lebar dari attached gingiva dari aspek fasial berbeda pada tiap daerah dalam
rongga mulut. Attached gingiva pada daerah insisivus rahang atas 3,5-4,5 mm
dan pada insisivus rahang bawah sebesar 3,3-3,9 mm dan lebih sempit pada
daerah posterior ( 1,9 mm pada rahang atas dan 1,8 pada rahang bawah).
Mucogingiva junction tetap tidak bergerak hingga dewasa, perubahan lebar
attached gingiva disebabkan oleh perubahan posisi coronal end. Lebar dari
attached gingiva meningkat sesuai umur dan pada gigi yang supraerupsi. Dari
aspek lingual alveolar, akhir dari attached gingiva dihubungkan oleh mukosa
membran dasar mulut.
4. Papila Interdental
Gingiva interdental menempati embrasure gingiva yang terletak pada daerah
interproksimal di bawah daerah kontak gigi.Interdental gigi dapat berbertuk
piramida atau berbentuk kol.Bentuk ruang interdental gingiva tergantung dari
titik kontak antara gigi dan ada tidaknya resesi gingiva.
Permukaan fasial dan lingual lonjong ke daerah kontak proksimal dan
berbentuk cembung pada daerah mesial dan distal. Ujung lateral dari
interdental gingiva dibentuk oleh kontibuitas marginal gingiva ke gigi
sebelahnya. Jika terjadi diastem, gingiva berbentuk datar membulat di atas
tulang interdental dan halus tanpa papila interdental.
2.2.2. Ligamentum Periodontal
Ligamentum periodontal adalah jaringan ikat yang mengelilingi akar dan
terhubung ke tulang. Ligamentum periodontal akan terus berlanjut dengan
jaringan ikat pada gingiva dan kemudian berhubungan dengan ruang sumsum
melalui pembuluh darah dalam tulang. Fungsi dari ligamentum periodontal adalah
sebagai fisik formatif dan perubahan bentuk, nutrisi dan sensoris.
2.2.3. Sementum.
Jaringan mesensim yang membentuk dan melapisi bagian luar akar anatomi
gigi. Terdapat dua macam sementum, yaitu sementum aselular atau primer dan
sementum selular atau sementum sekunder.Kedua sementum tersebut terdiri dari
kalsifikasi matriks interfibril dan fibril kolagen.
2.2.4. Tulang alveolar.
Tulang alveolar dibentuk selama pertumbuhan janin oleh proses ossifikasi
intramembranous dan terdiri dari kalsifikasi matriks dengan osteosit tertutup
dalam suatu ruang atau celah yang disebut lacuna.
2.3 Dampak Desain GTC yang Buruk
Desain gigitiruan yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan
pengaruh buruk pada beberapa jaringan di rongga mulut, terutama pada jaringan
gingiva, misalnya :
a. Tidak adanya rest, dan rest yang jelek atau patah karena preparasi yang tidak
cukup, umumnya dapat mengakibatkan migrasi dari komponen-komponen
logam ke apikal sehingga terjadi gingivitis hiperplasia. Jika migrasi dibiarkan
berlanjut, maka dapat terjadi dehiscence dan penetrasi akar..
b. Celah antara lengan cengkram dan tepi gingiva menyebabkan makanan
terperangkap dan meningkatkan kemungkinan besar pembusukan makanan
dan gingivitis.
c. Penempatan cengkram atau konektor yang terlalu cepat ke tepi gingiva.
d. Adanya penimbunan sisa makanan diantara pinggiran basis gigitiruan dan
gigi alami. Timbunan sisa makanan akan mendorong tepi gingiva keluar dari
perlekatannya terhadap inflamasi jaringan akibat toksin yang dibentuk oleh
mikroorganisme yang berinkubasi.
e. Penekanan atau penutupan basis yang terlalu menekan pada tepi gingiva
dapat mengakibatkan trauma mekanik, respon inflamasi dan jika dalam
keadaan kronik, dapat mempercepat terbentuknya poket.
f. Kontrol plak yang kurang dari pasien
g. Kurangnya perawatan di rumah, baik pada kebersihan gigitiruan cekat
maupun kebersihan mulut yang menyebabkan respon tidak menguntungkan
karena makanan terperangkap. Dengan berkurangnya perawatan di rumah,
maka masalah jaringan periodontal sering mengikuti gingivitis dan karies
gigi.
h. Konstruksi GTC yang tidak benar mempengaruhi kondisi kesehatan rongga
mulut, menghambat kemampuan saliva sebagai self-cleaning, trauma mekanis
pada gingiva, mengalami kesulitan dalam membersihkan rongga mulut yang
dapat menimbulkan bau mulut.
2.4 Gingivitis
Gingivitis adalah penyakit yang paling sering terjadi, baik dalam bentuk
akut maupun kronis, dan biasanya disebabkan oleh plak bakteri.Peradangan
jaringan periodontal yang disebut periodontitis dapat disebabkan karena
masuknya kuman melalui tepi gingiva langsung atau merupakan kelanjutan dari
peradangan gusi yang tidak dirawat.Selain dari peradangan gingiva, trauma
oklusi, atropi periodontal dan manifestasi penyakit sistemik juga dapat
terjadi.Trauma oklusi hampir selalu terjadi bersamaan dengan peradangan
gusi.Trauma oklusi menghasilkan 2 macam gejala klinis, yaitu meningkatnya
pergerakan gigi dan melebarnya ruang periodontal.Poket periodontal merupakan
suatu penyakit unit perlekatan periodontal yang disebabkan oleh pembesaran
jaringan gingiva dan pergerakan perlekatan epitel ke arah apikal sampai
kehilangan perlekatan jaringan ikat dan kadang-kadang sampai kehilangan
dukungan tulang alveolar.
2.4.1. Tahap-tahap Gingivitis
Urutan perkembangan gingivitis terjadi dalam tiga tahap yang berbeda.
Tentu, dari satu tahap akan berkembang ke tahap selanjutnya.
a. Tahap 1. Initial Lesion
Manifestasi pertama dari inflamasi gingiva adalah perubahan konsistensi
vaskular, terutama dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah.Perubahan
inflamasi awal ini terjadi sebagai respon dari leukosit terhadap aktivitas
mikrobial dan stimulasi subquent sel endotel.Secara klinis, respon awal
gingiva terhadap plak bakteri tidak terlihat.
b. Tahap II. Early Lesion
Dengan berjalannya waktu, tanda klinis eritema mungkin akan muncul,
terutama karena proliferasi kapiler dan peningkatan pembentukan loop
kapiler antara rete pegs atau ridge. Perdarahan saat probing mungkin akan
terlihat jelas.
c. Tahap III. Established Lesion
Pada gingivitis kronik (tahap III), pembuluh darah membesar dan padat, vena
terganggu, dan aliran darah menjadi lamban.Hasilnya adalah anoksemia lokal
gingiva yang superimposif berwarna kebiruan pada gingiva.
Kesehatan gigi dan gingiva serta pencegahan seperti kerusakan gigi dan
penyakit periodontal memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan umum dan
kesejahteraan penduduk. Meskipun telah terjadi penurunan yang signifikan dalam
peningkatan kerusakan gigi di 30 tahun terakhir, namun terus terjadi peningkatan
kerusakan gigi antara rentan populasi, karena terdapat perbedaan akses terhadap
perawatan gigi dikalangan penduduk. Di Australia, ketersediaan dokter gigi sangat
rendah di luar kota besar. Pada saat yang sama, mereka yang tinggal di daerah
terpencil dan masyarakat adat, sering memiliki tingkat kerusakan gigi dan
edentulous yang lebih tinggi daripada populasi metropolitan. Kurangnya
kesadaran kesehatan gigi menjadi faktor utama dalam tingginya kerusakan gigi
yang terjadi.
Pulau Kodingareng merupakan salah satu pulau di Kota Makassar dengan
jumlah penduduk sekitar 4170 jiwa, dengan mata pencaharian 90% sebagai
nelayan, dan sisanya usaha lainnya. Warga menggunakan listrik dengan generator
yang beroperasi selama 12 jam, dengan fasilitas kesehatan berupa 1 buah
Puskesmas pembantu, pos obat desa (POD) melalui program NGO Plan
Internasional. Namun demikian, pelayanan kesehatan di Pulau Kodingareng masih
belum maksimal, karena faktor dari Puskesmas pembantu yang belum naik
statusnya menjadi Puskesmas, selain itu fasilitas seperti pembangunan asrama
untuk staf kesehatan masih dalam perencanaan.
Pelayanan kesehatan yang ada di Pulau Kodingareng dapat berpengaruh
terhadap kesehatan gigi dan mulut masyarakat serta perawatan-perawatan yang
dilakukan berhubungan dengan pelaksanaan perawatan gigi dan mulut.Dengan
demikian, maka pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang menggunakan
gigitiruan tidak dapat dilaksanakan dengan baik jika tingkat pelayanan
kesehatannya pun masih kurang. Sehingga salah satunya berdampak pada
pelaksanaan perawatan gigitiruan terutama GTC. Peradangan yang dapat terjadi
pada jaringan periodontal akibat pemakaian GTC dikarenakan syarat-syarat dari
suatu restorasi tidak terpenuhi.Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam suatu
restorasi cekat yaitu syarat biologis, syarat mekanis, dan syarat estetis.Di antara
ketiga syarat tersebut yang sangat berhubungan dengan jaringan penyangga gigi
adalah faktor biologis. Banyak faktor yang harus diperhatikan pada pembuatan
restorasi cekat dalam hal ini adalah restorasi mahkota tiruan dan gigitiruan
jembatan , antara lain yaitu faktor adaptasi tepi restorasi sangat berhubungan
dengan jaringan gingiva, karena itu tepi tersebut tidak boleh menekan atau
mengiritasi jaringan gingiva. Hal penting lainnya yaitu tepi restorasi yang tidak
berlebihan (over hanging), karena akan menyebabkan mudahnya terjadi retensi
plak penyebab utama timbulnya peradangan. Sehingga faktor yang paling penting
untuk mengendalikan dampak dari restorasi terhadap kesehatan gigi adalah
lokalisasi dari tepi mahkota relatif terhadap tepi gingiva.
Preparasi tepi servikal merupakan tahap preparasi yang paling penting
yang menentukan keberhasilan perawatan GTC, karena pada tahap preparasi ini
ditempatkan pada daerah pertemuan antara jaringan gigi penyangga dengan tepi
restorasi.Letak akhiran servikal di sekitar leher gigi yang berbatasan dengan
gingiva, sehingga plak mudah terakumulasi dan hal ini merupakan tahap awal
terjadinya penyakit periodontal.
Preparasi tepi servikal dapat diletakkan di supragingiva, subgingiva, atau
setinggi puncak gingiva. Namun dari beberapa ahli bidang prostodonsia dan
periodonsia menganjurkan penempatan tepi preparasi di supragingiva, karena
batas preparasinya cukup jelas terlihat, lebih mudah dibersihkan dan dikontrol
serta tidak mengiritasi gingiva.
Selain itu, pemeliharaan dari pengguna GTC sangat berperan dalam
kesehatan jaringan periodontal. Agar pemeliharaan gigitiruan cekat dilakukan
pada pasien, maka pertama dokter gigi harus memberikan dental health education
(DHE) kepada pasien bagaimana cara menjaga kebersihan mulut pada umumnya
dan GTC pada khususnya dengan cara menggosok gigi yang benar dan melakukan
kontrol plak secara teratur.
Keterbatasan sarana pelayanan kesehatan terutama pada pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Pulau Kodingareng, berdampak pada masyarakat
yang mengandalkan jasa tukang gigi. Menurut peraturan Menteri Kesehatan No.
339/Menkes/Per/V/1989 tentang pekerjaan Tukang Gigi, tukang gigi adalah
mereka yang melakukan pekerjaan di bidang penyembuhan dan pemeliharaan
kesehatan gigi dan tidak mempunyai izin untuk melakukan pekerjaannya.
Berdasarkan keputusan Dirjen Yanmed Depkes RI No. 234/ Yanmed/
KG/5/1991, wewenang tukang gigi antara lain :
1) Membuat gigitiruan lepasan dari akrilik, sebagian atau penuh.
2) Memasang gigitiruan lepasan, tidak menutupi sisa akar
3) Merujuk ke saran kesehatan yang terdekat
Sedangkan larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan dalam
pelaksanaan praktek tukang gigi yaitu :
1) Melakukan penambalan gigi dengan bahan tambalan apapun.
2) Melakukan pembuatan dan pemasangan GTC/mahkota/tumpatan tuang dan
sejenisnya.
3) Menggunakan obat-obatan yang berhubungan dengan bahan tambahan gigi,
baik sementara ataupun tetap.
4) Melakukan pencabutan gigi, baik dengan suntikan maupun tanpa suntikan.
5) Melakukan tindakan-tindakan secara medik termasuk pemberian obat-obatan
6) Mewakili pekerjaannya kepada siapapun.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Macam-Macam Kegagalan Serta Penyebabnya.
Adapun beberapa bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan jembatan
yang dapat ditemukan antara lain :
1. Intrusi gigi pendukung, perubahan yang terjadi dimana posisi gigi
pendukung menjauhi bidang oklusal.
2. Karies gigi pendukung, umumnya disebabkan karena pinggiran
restorasirtetainer yang terlampau panjan,kurang panjang atau tidak
lengkap sertaterbuka. Sebab lain, yaitu terjadi kerusakan pada bahna
mahkota retainer yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe
retainer yang salah,serta mahkota sementara yang merusajk
atau ,mendorong gingival terlalulama.
3. Periodontitis jaringan pendukung
4. Konektor patah.
5. Penderita mengeluh akan adanya perasaan yang tidak enak. Hal yang
dapatmenyebabkan gangguan ini adalah kontak prematur atau oklusi yang
tidak sesuai, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan sisa
makananantara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva.
Daerahservikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa.
6. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu
jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah
penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan.
Jikatidak semua retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara
dirusak dan dibuatkan kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan
kondisimemungkinkan
7. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena
jembatan,luas permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer,
kurang gigi penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan
8. Terjadi perubahan pada pulpa, dapat disebabkan oleh cara preparasi,
preparasi yan g tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies
yangtersembunyi, rangsangan dari semen serta terjadinya perforasi.
9. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau
bahuyang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.
10. Kehilangan lapisan estetik
11. Sebab-sebab lain yang menyebabkan jembatan tidak berfungsi
Usaha Pencegahan Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan
Usaha pencegahan yang dilakukan terhadap kegagalan gigi tiruan jembatan adalah :1. Mengetahui pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung
Pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung yang baik dapat mengurangi resiko terjadinya kegagalan gigi tiruan jembatan. Hukum Ante tetap merupakan acuan utama untuk menentukan distribusi jumlah gigi yang tepat pada gigi tiruan jembatan, idealnya dua pendukung digunakan untuk satu pontik yang terletak pada ujung-ujungnya.
2. Dokter gigi mengetahui dengan baik prosedur perawatannya3. Pasien menjaga oral hygiene dengan baik agar tidak ada akumulasi plak4. Aplikasi bahan pelapis lunak5. Pemakaian stres absorbing elemen 6. Pemakaian konektor non rigid. Perbedaan gerakan gigi dan implan dapat
menyebabkan berbagai bentuk kegagalan pemakaian gigi tiruan jembatan dukungan gigi dan implant. Usaha yang paling penting untuk diperhatikan dalam mencegah berbagai bentuk kegagalan tersebut adalah dengan mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada pendukung gigi tiruan jembatan yang timbul akibat perbedaan pergerakan tersebut.
3.1.1 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan
Gingiva
Menurut Drg Esti Prasetyo dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta
Utara, penyebab gingivitis yang paling sering terjadi yaitu menumpuknya karang
pada gigi yang berasal dari sisa makanan yang tidak dibersihkan. Karang gigi itu
berasal dari sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan, sehingga terjadi
penumpukkan dan menjadi karang. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih
dari 72 jam, maka akan mengeras dan membentuk karang gigi. Gingivitis banyak
juga ditemukan pada orang yang menggunakan gigitiruan yang tidak pernah
memperhatikan faktor kebersihan gigitiruan dan rongga mulutnya. Apalagi jika
gigitiruan itu terbuat dari bahan yang kasar sehingga ada kemungkinan bisa
melukai gusi sehingga menyebabkan radang.
Penyakit periodontal harus dikenali dan dirawat sebelum pembuatan gigi
tiruan terutama gigi tiruan cekat yang sepenuhnya didukung oleh jaringan
penyangga gigi, sedang letak tepi gusi dapat dipakai sebagai pedoman letak tepi
gigi tiruan cekat yang sempurna berkaitan dengan faktor estetis.
Faktor yang juga memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan
jaringan penyangga gigi adalah kontur mahkota. Kontur mahkota ini dapat
dibahas dari 4 sudut pandang yaitu :
1. Hubungan kontur mahkota dengan perlindungan jaringan gusi. Wheeler
(1961), Bessett dkk (1964), -Glickman (1972) dan Kornfeld (1974)
mendukung pemikiran bahwa kontur dengan kecembungan sedikit saja akan
melindungi jaringan gusi dan mudah dibersihkan dari sisa-sisa makanan (self
cleansing).
2. Hubungan kontur mahkota dengan aktivitas otot. Morris (1962) dan Herlands
dick (1962) menganjurkan kontak restorasi dengan pipi, bibir dan lidah dapat
mempunyai efek pembersihan mahkota gigi dan jaringan gusi. Kontur
mahkota yang berlebihan (overcontured) akan menghalangi efek pembersihan
ini.
3. Hubungan kontur mahkota dengan dimensi anatomi. Kraus (1969), Burch
(1971) dan Beaudreau (1973) menganjurkan bahwa pembuatan mahkota tiruan
harus meniru kontur gigi aslinya, tapi anjuran ini tidak didukung oleh
penelitian.
4. Hubungan kontur mahkota dengan kontrol plak. Berdasarkan pengertian
bahwa terdapatnya plak adalah penyebab utama penyakit periodontal, maka
Haren dan Osbone (1967), Barkley (1971) dan Yuodelis dkk (1973)
menyarankan kontur mahkota yang memungkinkan kontrol plak secara
optimum. Sackett dan Gildenhuys (1976) menunjukkan secara eksperimen
bahwa kontur mahkota yang berlebihan menghilangkan kesempatan untuk
pembersihan plak serta menyebabkan peradangan jaringan gusi, sedangkan
kontur mahkota yang kurang (undercontoured) tidak menyebabkan kerusakan
yang berarti.
Ketahanan struktur restorasi pada gigitiruan cekat, harus cukup kuat untuk
mencegah lapisan semen dibawahnya agar tidak patah.Oleh karena itu jaringan
gigi yang dihilangkan harus cukup, sehingga terdapat jarak untuk membentuk
kontur restorasi yang normal. Jika restorasi dibuat dengan kontur normal pada
preparasi dengan pengurangan aksial yang tidak adekuat, maka dinding restorasi
akan tipis dan mudah terjadi distorsi. Kurangnya celah pada daerah aksial
menyebabkan tekniker sulit membuat pola malam, memendam dan menuang
tanpa terjadi distorsi. Biasanya sebagai kompensasi, tekniker akan membuat
dinding overcontour. Cara ini akan menimbulkan masalah pada jaringan
periodontium. Prinsip berikutnya adalah integritas marginal.
Ada tiga syarat untuk mendapatkan tepi restorasi yang baik, yakni harus
serapat mungkin dengan tepi akhir preparasi, cukup kuat menahan tekanan
kunyah, dan jika memungkinkan harus ditempatkan pada daerah yang mudah
diperiksa oleh dokter gigi dan mudah dibersihkan oleh penderita.Restorasi cekat
dapat bertahan lama dalam rongga mulut jika tepinya beradaptasi baik dengan
cavosurvace finish line. Konfigurasi dari garis akhir preparasi menentukan bentuk
dan ketebalan dari logam serta kecekatan tepi restorasi.
Preparasi gigi untuk mahkota metal porselen seringkali tidak adekuat
sehingga ruang yang optimal yang dibutuhkan untuk mahkota tidak diperoleh,
sehingga akan menyebabkan warna mahkota tiruan menjadi buram karena
ketebalan porselen yang menutupi coping metal tidak optimal. Dibutuhkan
ruangan preparasi minimal tebal 1,5 mm untuk mendapatkan warna mahkota
tiruan yang estetis. Akan tetapi pada beberapa kasus tidak semua gigi dapat
direduksi teba1 1,5 mm. Kadang-kadang pada saat dilakukan preparasi yang
adekuat malah terjadi trauma pada pulpa.
Hal lain yang sering mengganggu tampilan pengguna mahkota tiruan
metal porselen adalah adanya grey area pada tepi mahkota, biasanya disebabkan
gingiva yang resesi setelah pemakaian dalam jangka waktu lama, sehingga bagian
metal pada tepi sedikit terlihat dan terjadinya diskolorisasi gingiva akibat korosi
metal.
3.1.2 Dampak desain tepi restorasi yang buruk terhadap jaringan gingiva
a. Knife-edge/feather edge atau shoulderless
Bentuk preparasi ini dapat digunakan untuk restorasi yang terbuat dari
logam. Keuntungan dari bentuk akhiran preparasi ini adalah pengambilan jaringan
yang lebih sedikit, namun preparasi tidak dapat dievaluasi secara tepat
pengurangan di bagian tepi servikal sehingga dapat mengakibatkan akhiran tepi
servikal terlalu dalam di sulkus gingiva dan mengiritasi jaringan periodontal.
Kekurangan dari akhiran tepi servikal knife-edge ini adalah batasnya sulit
dilihat secara jelas pada gigi yang dipreparasi maupun pada model.Bentuk akhiran
ini memerlukan pengamatan secara lebih teliti oleh laboran terutama pada saat
membuat pola malamnya. Bentuk knife-edge merupakan akhiran tepi servikal
yang digunakan pula pada restorasi yang terbuat dari bahan emas karena
preparasinya dapat dibuat secara lebih mudah dan pengambilan jaringan gigi tidak
terlalu banyak, sehingga tidak membahayakan jaringan pulpa gigi.
b. Preparasi shoulder (bentuk hahu penuh)
Preparasi shoulder ini adalah preparasi yang mempunyai bahu
mengelilingi seluruh servikal sehingga disebut full shoulder atau partial shoulder
jika hanya bagian labial/bukal. Preparasi ini lebih menjamin adanya ruangan yang
cukup di daerah servikal terutama untuk kelompok restorasi metal porselen atau
metal akrilik. Teknik preparasi ini lebih sulit dan tidak mungkin dikerjakan pada
gigi yang mempunyai ruang pulpa yang besar.Bur yang digunakan dalam
pembuatan akhiran tepi servikal ini adalah bur bentuk fisur runcing yang
ujungnya rata. Bur ini digunakan apabila diperlukan ruangan untuk penempatan
restorasi yang terbuat dari porselen.
c. Preparasi bevel shoulder (bentuk setengah bahu)
Bentuk akhiran tepi servikal ini merupakan kombinasi dari bentuk bahu
penuh yang disertai dengan bevel.Preparasi bevel shoulder ternyata dapat
menghasilkan kontur yang baik untuk penempatan tepi restorasi karena jika bahu
ditempatkan pada lokasi yang tepat maka tepi bevel dapat berada dalam sulkus
gingival tanpa mengganggu dasar sulkus gingiva.Preparasi ini memenuhi dua
syarat penting pada daerah servikal yaitu, memberikan ruangan yang cukup untuk
bahan restorasi yang diperoleh dari bahu dan memungkinkan adaptasi tepi yang
adekuat dari bevel.untuk membuat bahu dan bevel di sub gingiva, bahu perlu
dipreparasi setinggi tepi gusi yang sehat dan kemudian ditambahkan bevel 0,3-0,5
mm. Cara preparasi ini memungkinkan kontrol penempatan tepi restorasi dengan
baik. Bentuk bevel shoulder ini digunakan sebagai akhiran tepi servikal pada
restorasi metal porselen, namun porselen tidak ditempatkan pada bagian bevelnya.
Bagian bevel biasanya ditempati oleh metal collar atau restorasi yang bagian
leher/tepi servikalnya terbuat dari logam.
d. Akhiran preparasi bentuk chamfer
Beberapa peneliti menganggap sebuah akhiran servikal yang bersudut
tumpul atau bentuk dengan potongan melintang yang melengkung disebut dengan
chamfer. Bell dkk yang dikutip oleh Reitemeier menyatakan bahwa preparasi
dilakukan dengan pengurangan setebal 1,5 mm, sudut garis internal yang
membulat dari sudut cavosurface sebesar 135°. Desain preparasi tepi ini sangat
menguntungkan jika dipakai untuk lahkota logam porselin, karena tepi logamnya
dapat dibuat relatif tipis. Bentuk chamfer seringkali digunakan sebagai akhiran
tepi servikal dari restorasi yang terbuat dari logam, namun bukan berarti bahwa
bentuk chamfer lebih istimewa jika dibandingkan dengan bentuk akhiran preparasi
servikal lainnya.
3.2 Penatalaksanaan dari kegagalan perawatan GTC
a. Perawatan bahan
Syarat-syarat bahan secara umum adalah memiliki aspek
1. Biologis
Non iritan
Non toksik
Kariostatik
2. Kelarutan
Bahan tersebut harus tahan terhadap saliva ( tidak larut dalam
saliva)
3. Mekanis
Memiliki daya tahan abrasi yang baik
Modulus elasticitysama dengan enamel dan dentin
4. Sifat termis
Koefisien muai panas sama dengan enamel dan dentin.
Macam – macam bahan gigi tiruan
Gigi tiruan berdasarkan bahan yang digunakan
1. All porcelain bridge
Bahan porselen adalah bahan yang sangat populer saat ini.Kelebihannya
adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan permukaannya
mengkilat.Bahan porselen sulit dibedakan dengan gigi yang asli.Kekuatannya
lebih besar daripada akrilik tetapi tidak sekuat logam.Kekurangan dari bahan
porselen ini bersifat rapuh dan sehingga tidak dapat diasah dan tidak dapat
diletakkan pada permukaan kunyah gigi belakang.Biasaya juga digunakan untuk
gigi yang memerlukan estetik tinggi. Bahan porselen ini tidak cocok digunakan
pada pasien dengan kebiasaan buruk bruxism karena gesekan yang terus menerus
dengan gigi antagonisnya akan menyebabkan porcelain cepat pecah.
2. All acrylic bridge
Bahan akrilik biasanya digunakan untuk pembuatan mahkota jaket sementara
(menunggu mahkota jaket permanen).Bahan akrilik biasanya dikombinasikan
dengan logam karena sifat bahan akrilik tidak kuat menahan beban
kunyah.Kelebihan dari bahan akrilik warnanya dapat disesuaikan dengan gigi asli,
namun mudah berubah warnanya.Harganya pun murah tetapi tampilan
menarik.Kontraindikasi dari bahn ini adalah tidak digunakan pada gigi yang
memiliki beban kunyah yang besar karena kekerasan akrilik hanya 1/16 kekerasan
dentin.Gigi tiruan yang menggunakan bahan ini juga tidak cocok digunakan pada
penderita dengan bruxism.
3. All metal bridge
Gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas mempunyai kekuatan
yang sangat bagus bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun, keuntungan
yang lain adalah logam dan emas tidak korosif dan tidak berkarat. Tetapi gigi
tiruan dari bahan logam dan emas tampilan warnanya sangat berbeda dengan gigi
asli.Biasanya diindikasikan pada gigi posterior dan kontraindikasinya adalah gigi
abutmen yang digunakan mempunyai ketebalan dentin yang kecil.
Gold Crowns
Keuntungan:
-metode simple karena struktur gigi yang dkurangin lebih minimal.
- Lebih tahan lama pada saat tekanan berat seperti menggigit dan mengunyah.
- Mudah menyesuaikan sesuai daerah di mana gigi dan mahkota memenuhi
- Sehat lingkungan untuk jaringan gusi
Kerugian:
- estetik kurang karena warna gigi tidak seperti gigi asli.
4. Kombinasi (porselen dan metal)
Porcelain fuse to metal adalah jenis hibrida antara mahkota logam dan
mahkota porselen. Mereka terutama dipilih untuk gigi depan tetapi tidak menutup
kemungkinan juga digunakan pada gigi posterior. Porcelen fuse to metal ini lebih
kuat daripada all porselen bridge. Meskipun porcelen fuse to metal dipilih untuk
penampilan yang sangat baik karena keestetikannya, ada beberapa kelemahan
utama yang terkait dengan logam menyatu di dalamnya. Berikut adalah beberapa
kelemahan dicatat oleh pengguna dan dokter gigi mahkota ini:
Ketidaknyamanan-gigi mungkin sensitif setelah prosedur. Jika gigi
dimahkotai masih mengandung beberapa saraf, saraf yang akan sensitif
terhadap panas dan dingin.
Ada beberapa kasus di mana permukaan mahkota menciptakan keausan pada
gigi antagonisnya. Hal ini kadang-kadang menjadi begitu menonjol sehingga
tidak dapat diawasi.Bagian porselen bisa terkelupas mati dan logam yang
mendasari dapat terlihat sebagai garis gelap.
5. In Ceram (keramik bridge)
Terbuat dari porselen alumina yang sangat tangguh. Memiliki estetika yang sangat
baik dan cukup kuat untuk dapat disemen dengan semen gigi tradisional.
SPINELL - untuk kasus anterior unit tunggal yang memerlukan estetika unggul
dan tembus. ALUMINA - untuk posterior unit tunggal dan kasus anterior, dan
sampai restorasi 3-unit jembatan. Zirkonia - untuk posterior unit tunggal dan
kasus anterior, dan sampai restorasi 5-unit jembatan.
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan :
1. Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari
alloy yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan
dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah atau
berubah bentuk(deformasi) akiba tekanan pengunyanhan. Pontik logam
biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan factor
estetis, namun lbih mementingkan factor fungsi dan kekuatan seperti pada
jembatan posterior.
2. Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan
seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen.Pontik ini biasanya
diiindikasikan untuk jembatan anterior dimana factor estetis menjadi hal
yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi dengan gingival dan
memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang lama.
3. Pontik akrilik
Pontik akrilik ini adalah pontik yang dibuat dengan pemakaian bahan resin
akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak
dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya
agar mampu menahan daya kunyah/gigit.Pontik ini biasanya diindikasikan
untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan pelapis estetis
saja.
4. Koimbinasi logam dan porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan
memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini
memberikan estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat
dikombinasikan dengan logam yang bertitik leburtinggi (lebih tinggi dari
temperature porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan dengan
logam, sangat keras, kuat, kaku dan memiliki pemuaian yang sama dengan
porselen. Porselen ditempatkan pada bagian bukal/labial dan daerah yang
menghadap linggir, sedangkan logam ditempatkan pada oklusal dan
lingual.Pontik ini dapat digunakan pada jembatan anterior maupun
posterior.
5. Kombinasi logam dan akrilik
Pada kombinasi logam dan akrilikini, akrilik hanya berfungsi sebagai
bahan estetik sedangkan logam yang member kekuatan dan dianggap lebih
dapat diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal dan
daerah yang menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah
labial/bukal dilapisi dengan akrilik.
b. Perawatan pendahuluan
Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi,
jaringan lunak maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk
menerima gigi tiruan. Keberhasilan atau gagalnya gigi tiruan cekat tergantung
pada beberapa factor diantarnya meliputi:
1. Kondisi mulut pasien
2. Keadaan periodontal gigi abutment
Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut,
juga untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan
jaringan pendukungnya.
Perawatan ini meliputi:
1. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan
pendukung gigi abutment.
Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang
ada sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigi tiruan.
Antara lain :
Menghilangkan kalkulus
Menghilangkan pocket periodontal
Memperbaiki tambalan yang tidakbaik, seperti tambalan menggantung.
Menghilangkan gangguan oklusal
Mengevaluasi keadaan jaringan periodontal gigi abutment secara radiografi juga
perlu dilakukan untuk menilai apakah gigi tersebut masih dapat digunakan
sebagai penyangga atau tidak.
2. Tindakan Konservasi
Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat
terhadap gigi-gigi yang ada.
Antara lain :
Penambalan gigi yang karies
Pembuatan inlay, dsb
3. Tindakan Prostetik
Setelah semua gigi penyangga dan jaringan pendukungnya dievaluasi
tahap berikutnya adalah pembuatan gigi tiruan cekat yang baru.
Keuntungan dari perencanaan, pembuatan dan pelaksanaan persiapan
didalam mulut yang teliti adalah sangat mendasar. Preparasi yang tepat akan
mengarahkan gaya pengunyahan, sehingga desain gigi tiruan akan mendukung
satu sama lain. Gaya yang seimbang dan didistribusikan dengan sesuai dapat
membantu mempertahankan struktur rongga mulut yang masih ada dan restorasi.
Akhirnya keadaan ini dapat menghasilkan ramalan, prognosa yang baik untuk
suatu restorasi. Setelah dilakukan perawatan pendahuluan yang baik, barulah
dapat dilakukan pengambilan cetakan pada pasien untuk pembuatan gigitiruan,
karena gigi tiruan dapat bertindak sebagai pengganti fungsi gigi yang hilang dan
mengembalikan kesehatan jaringan mulut.
c. Pemilihan desain
Pertimbangan Pemilihan Desain Dasar Gigi Tiruan Cekat
1. Desain Retainer
2. Desain Pontik