Print 1

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi, industri berkembang dengan cepat dan memiliki peran yang sangat penting. Bidang industri khususnya industri di Indonesia, mengalami pertumbuhan yang pesat terkait dengan semakin bertambahnya populasi manusia. Persaingan industri adalah kondisi yang harus dihadapi oleh setiap industri di Indonesia. Konsekuensinya ialah setiap industri harus mampu menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tanpa merugikan pihak industri. Penggunaan teknologi adalah cara yang tepat untuk meningkatkan kualitas produk dan mampu memenuhi permintaan konsumen. Teknologi sangat berkaitan dengan peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Produktivitas ialah suatu usaha manusia untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupannya dengan 1

Transcript of Print 1

Page 1: Print 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi, industri berkembang dengan cepat dan memiliki

peran yang sangat penting. Bidang industri khususnya industri di Indonesia,

mengalami pertumbuhan yang pesat terkait dengan semakin bertambahnya

populasi manusia. Persaingan industri adalah kondisi yang harus dihadapi oleh

setiap industri di Indonesia. Konsekuensinya ialah setiap industri harus mampu

menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tanpa merugikan pihak industri.

Penggunaan teknologi adalah cara yang tepat untuk meningkatkan kualitas

produk dan mampu memenuhi permintaan konsumen. Teknologi sangat

berkaitan dengan peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Produktivitas

ialah suatu usaha manusia untuk meningkatkan mutu kehidupan dan

penghidupannya dengan selalu mencari perbaikan dan peningkatan (Vincent

Gaspersz, 2000).

Perkembangan teknologi sudah digunakan dalam sebagian besar kegiatan

kerja, namun penggunaan tenaga manusia masih tetap digunakan pada setiap

departemen kerja. Setiap karyawan pada tiap departemen memiliki pekerjaan

masing – masing baik kerja fisik maupun kerja mental. Kerja fisik adalah kerja

yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya (power).

Sedangkan kerja mental merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir dari

1

Page 2: Print 1

otak manusia. Setiap pekerjaan mempunyai beban kerja masing-masing baik

kerja fisik maupun mental (UII, 2010).

Berat atau ringannya suatu pekerjan tidak hanya dipengaruhi oleh jenis

pekerjaan saja namun ada faktor fisik seperti temperatur udara, kelembaban

relatif udara, radiasi permukaan, laju udara, ketebalan pakaian dan tingkat

metabolik tubuh. Faktor fisik tersebut akan menimbulkan tingkat kenyamanan

karyawan. Derajat ketidaknyamanan tersebut antara lain dapat diketahui dengan

mengukur suhu permukaan kulit, laju pengeluaran keringat dan detak jantung.

Tingkat beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi,

akan tetapi juga tergantung pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot

statis. Konsumsi energi yang berbeda dapat menghasilkan denyut jantung yang

berbeda-beda. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa meningkatnya denyut

jantung adalah dikarenakan oleh temperatur dan kelembaban udara sekeliling,

tingginya pembebanan otot statis dan semakin sedikitnya otot yang terlibat

dalam suatu kondisi kerja. Untuk berbagai alasan tersebut, maka denyut jantung

dapat dipakai sebagai indeks beban kerja (Tarwaka, 2010).

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh

seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik,

kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban

tersebut. Menurut Suma’mur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga

kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkatan

keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran

2

Page 3: Print 1

tubuh dari pekerjaan yang bersangkutan. Hal tersebut seharusnya menjadi bahan

pertimbangan bagi perusahaan dalam pembagian tugas dan pekerjaan bagi

karyawannya.

Coca–Cola Amatil Indonesia merupakan perusahaan produsen sekaligus

distributor minuman ringan terbesar di Indonesia. Jumlah produksi setiap tahun

mencapai lebih dari 10.000 produk yaitu berupa minuman berkarbonasi dan tidak

berkarbonasi. Pencapaian target tersebut tidak lepas dari kinerja seluruh jajaran

karyawan dari mulai departemen produksi hingga distribusi. Coca Cola Amati

Indonesia memiliki karyawan sebanyak 164 pada tahun 2010 yang terbagi

menjadi 5 departemen yaitu General Administration, Finance Accounting,

Human Resources, Sales Marketing dan Production. Karyawan di setiap

departemen memiliki tugas masing-masing yang harus diselesaikan sesuai waktu

yang telah ditetapkan perusahaan. Tugas-tugas tersebut harus diselesaikan setiap

pekerja dengan konsekuensi memiliki beban kerja masing-masing. Sesuai

dengan penjelasan diatas, setiap beban kerja dipengaruhi berbagai faktor agar

seorang pekerja dapat menyelesaikan tugasnya (Deewar, 2011).

Berdasarkan masalah tersebut penelitian ini akan menganalisis beban

kerja pada setiap departemen agar dapat diketahui tingkat beban kerja disetiap

unit Coca Cola Amatil Indonesia.

3

Page 4: Print 1

B. Perumusan masalah

Berdasarkan gambaran di atas, maka rumusan masalahnya ialah

“Bagaimana beban kerja di Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui beban kerja di Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat beban kerja karyawan di Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java dengan menggunakan pengukuran denyut jantung.

b. Mengetahui klasifikasi beban kerja karyawan berdasarkan metode

Cardiovascular Load.

D. Manfaat

1. Bagi Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java

a. Institusi dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa magang sesuai dengan

kebutuhan.

b. Menerima masukan kepada institusi mengenai tingkat beban kerja

karyawan berdasarkan laporan dari kegiatan magang.

2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat

a. Membina hubungan kerja sama antara pihak penyelenggara pendidikan

dengan perusahaan tempat magang.

4

Page 5: Print 1

b. Sebagai masukan (feed back) terhadap kesesuaian kurikulum dengan

kualitas mahasiswa khususnya di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3).

3. Bagi Mahasiswa

a. Mendapatkan pengalaman nyata tentang beban kerja pada karyawan di

Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.

b. Mendapatkan kesempatan mengaplikasikan teori yang diperoleh selama

kuliah dengan kenyataan di lapangan khusunya pada bidang keselamatan

dan kesehatan kerja tentang beban kerja karyawan.

c. Menemukan permasalahan yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian

dalam rangka penulisan tugas akhir.

5

Page 6: Print 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Beban Kerja

Beban kerja dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas

atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi

(Tarwaka, 2010). Sedangkan menurut Heart & Staveland (1988), bahwa beban

kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas,

lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan, perilaku

dan persepsi pekerja.beban kerja juga dapat didefinisikan secara operasional pada

berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya-upayayang dilakukan untuk

melakukan pekerjaan.

Dari sudut pandang eronomi, setiap beban kerja yang diterima oleh

seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik dan

kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima baban kerja

tersebut (Tarwaka, 2010).

B. Tujuan Pengukuran Beban Kerja

Menurut Husni (2001) tujuan Pengukuran Beban Kerja dalam Keselamatan

dan Kesehatan Kerja adalah :

a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-

tingginya baik fisik, mental maupun sosial.

6

Page 7: Print 1

b. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

c. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga

kerja.

d. Meningkatkan produktivitas kerja.

C. Manfaat Pengukuran Beban Kerja

Menurut Wicken (2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa manfaat

pengukuran beban kerja bagi suatu instansi/ perusahan, manfaat tersebut antara

lain ialah:

a. Menentukan Jumlah Kebutuhan Pegawai/Karyawan (SDM): sebagai dasar

untuk menambah atau mengurangi jumlah pegawai/karyawan pada suatu

jabatan atau unit kerja.

b. Menyempurnakan (Redesign) Tugas Jabatan: menambah atau mengurangi

tugas atau aktivitas-aktivitas dari suatu jabatan sehingga mencapai rentang

beban kerja standar (optimum).

c. Menyempurnakan (Redesign) Struktur Organisasi: menggabung 2 jabatan atau

lebih menjadi 1 jabatan; memisahkan (spliting) 1 jabatan menjadi 2 atau lebih

jabatan; atau menciptakan suatu jabatan baru.

d. Menyempurnakan (Redesign) Standard Operating Procedure (SOP):

menyempurnakan SOP karena adanya redesign tugas/aktivitas jabatan

dan/atau penyempurnaan struktur organisasi.

7

Page 8: Print 1

e. Menentukan Standar Waktu (Standard Time) Tugas dan Aktivitas: diperoleh

standar waktu dari setiap tugas dan aktivitas sesuai standar normal di

organisasi/perusahaan kita sendiri.

f. Menentukan Kebutuhan Pelatihan (Training Needs) Pegawai/Karyawan: yang

diidentifikasi dari Waktu Normal (Normal Time) individu pegawai/karyawan

yang lebih besar (lama) dibandingkan Waktu Standar (Standard Time) pada

suatu tugas/aktivitas tertentu.

D. Metode Pengukuran Beban Kerja

Pengukuran beban kerja dapat dilakukan melalui berbagai metode,

menurut Tarwaka (2010) metode pengukuran beban kerja fisik dapat dilakukan

dengan bebarapa metode yaitu:

a. Penilaian Beban Kerja berdasarkan Sistem Kardiovaskular.

b. Penilaian Beban Kerja berdasarkan Jumlah Kebutuhan Kalori.

E. Cara Pengukuran Beban Kerja

a. Penilaian Beban Kerja berdasarkan Sistem Kardiovaskular.

1) Penilaian Beban kerja melalui Pengukuran Denyut Jantung

Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu metode

untuk menilai untuk menilai cardivascular strain. Salah satu peralatan yang

dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan

menggunakan rangsangan ElectroCardio Graph (EGG). Apabila peralatan

8

Page 9: Print 1

tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai

stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon (1992) dalam Tarwaka

(2010)). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai

berikut :

Selain metode 10 denyut nadi tersebut, dapat juga dilakukan

penghitungan denyut nadi dengan metode 15 detik atau 30 detik.

Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja

mempunyai beberapa keuntungan. Selain mudah; cepat; sangkil dan murah

juga tidak diperlukan perlatan yang mahal serta hasilnya cukup reliabel. Di

samping itu tidak terlalu mengganggu proses kerja dan tidak menyakiti

orang yang diperiksa. Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan

pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera

berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik berasal dari

pembebanan mekanik, fisika, maupun kimiawi (Tarwaka, 2010).

Grandjean (1993) dalam Tarwaka (2010) juga menjelaskan bahwa

konsumsi energi sendiri tidak cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik.

Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kj yang dikonsumsi,

tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan ebban statis yang

diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat

meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi

9

Denyut Nadi (Denyut/menit) = 10 Denyut x 60

Waktu Perhitungan

Page 10: Print 1

lebih mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indek beban kerja.

Astrand & Rodahl (1977); Rodahl (1989) dalam Tarwaka (2010)

menyatakan bahwa denyut nadi mempunyai hubungal linier yang tinggi

dengan asupan oksigen pada waktu kerja. Dan salah satu cara yang

sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan

denyutan pada arteri radialis di pergelangan tangan.

Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari

beberapa jenis yang didefinisikan oleh Grandjean (1993) dalam Tarwaka

(2010).

a) Denyut Nadi Istirahat: adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan

dimulai.

b) Denyut Nadi Kerja: adalah rerata denyut nadi selama bekerja.

c) Nadi Kerja: adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi

kerja.

Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting di

dalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum.

Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja

maksimum tersebut oleh Rodahl (1989) dalam Tarwaka (2010)

didefinisikan sebagai heart rate reserve (HR reserve). HR reserve tersebut

diekspreksikan dalam presentase yang dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

10

Page 11: Print 1

Klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja

dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler

(cardiovasculair load = %CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Di mana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki

dan (200-umur) untuk wanita. Dari hasil penghitungan %CVL tersebut

kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi %CVL

<30% = Tidak terjadi kelelahan

30% s.d <60% = Diperlukan perbaikan

60% s.d <80% = Kerja dalam waktu singkat

80% s.d <100% = Diperlukan tindakan segera

>100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas

Selain cara-cara tersebut di atas, Kilbon (1992) dalam Tarwaka

(2010) mengusulkan bahwa cardiovascular strain dapat diestimasi dengan

11

% HR reserve = Denyut nadi kerja – Denyut nadi istirahat x 100

Denyut nadi maksimum – denyut nadi istirahat

% CVL = 100x (Denyut nadi kerja – Denyut nadi istirahat)

Denyut nadi maksimum – denyut nadi istirahat

Page 12: Print 1

menggunakan denyut nadi pemulihan (heart rate discovery) atau dikenal

dengan metode ‘Brouha’. Keuntungan dari metode ini adalah sama sekali

tidak mengganggu atau menhentikan pekerjaan, karena pengukuran dapat

dilakukan tepat setelah subjek berhenti bekerja. Denyu nadi pemuliah (P)

dihitung pada akhir 30 detik pada menit pertama, ke dua dan ke tiga, P1,2,3

adalah rerata dari ketiga nilai tersebut dan dihubungkan dengan total

cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Jika P1 – P3 ≥ 10 atau P1,P2, dan P 3 seluruhnya <90, nadi pemulihan

normal.

b) Jika rerata P1 yang tercatat ≤ 110, dan P1 – P3≥ 10, maka beban kerja

tidak berlebihan (not excessive).

c) Jika P1 – P3 < 10, dan jika P3 > 90, perlu redesain pekerjaan.

Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut denyut

nadi pada ketergangguan pekerjaan (the interruption of work), tingkat

kebugaran (individual fitness), dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi

pemulihan tidak segera tercapai, maka diperlukan redesain pekerjaan untuk

mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal

maupun variabel keseluruhan dari variabel bebas (tugas, organisasi kerja

dan lingkungan kerja) yang menyebabkan beban kerja tambahan.

Beban kerja dapat dilakukan pengkategorian dengan dilihat dari

jumlah nadi kerja dalam satu menit, yang tersaji dalam tabel (Tarwaka,

2004):

12

Page 13: Print 1

Tabel 2.2 Klasifikasi Denyut Nadi

Beban Kerja Denyut Nadi Permenit

Ringan 75 - 100

Sedang 100 - 125

Berat 125 - 125

b. Penilaian Beban Kerja berdasarkan Jumlah Kebutuhan Kalori.

1) Pengukuran Konsumsi energi berdasarkan denyut jantung

Parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung

dapat digunakan dalam Penentuan konsumsi energi. Indeks ini

merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja

tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat. Untuk

merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan

heart rate (denyut jantung), dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan

antara energy expediture dengan kecepatan denyut jantung dengan

menggunakan analisa regresi. Bentuk regresi hubungan energi dengan

kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi kuadratis dengan

persamaan sebagai berikut :

Y : Energi (kilokalori per menit)

X : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

13

Y= 1,80441-0,0229038 X + 4,7173310-4 X2

Page 14: Print 1

Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam

bentuk energi, maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu bisa

dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut :

KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu

Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu

Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori/menit)

2) Pengukuran Konsumsi energi berdasarkan konsumsi oksigen

Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan

mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh

tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4,8 kcal energi.

R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)

T : Total waktu kerja dalam menit

B : Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)

S : Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)

Konsumsi oksigen adalah merupakan faktor dari proses

metabolisme yang dapat dianggap berhubungan langsung dengan

konsumsi energi. Oleh karenanya faktor tersebut dapat dianggap sebagai

faktor pengukuran dan akurat, meskipun alat pengukurnya sendiri akan

sedikit mengganggu subyek atau orang yang sedang diamati, seperti

misalnya masker yang harus dipakai dapat mengganggu proses

14

KE = Et – Ei

R = T(B-S)

B-0.3

Page 15: Print 1

pernafasan, jika tidak dipasang dengan sempurna, dan peralatan ukur

dipasang di punggung bisa dianggap terlalu berat sehingga dapat

mempengaruhi kebebasan geraknya (Nurmianto, 2003).

Konsumsi oksigen dapat ditentukan dengan mengukur udara yang

dikeluarkan per satuan waktu dan perbedaan antara fraksi oksigen yang

dikeluarkan dan yang dihirup. Pengukuran konsumsi oksigen selama

kerja hanya dapat menentukan metabolisme aerobik. Untuk

memperkirakan metabolisme anaerobik dalam kerja diperlukan

pengukuran konsumsi oksigen selama periode pemulihan (recovery).

Selain itu, konsumsi oksigen hanya dapat digunakan untuk

memperkirakan kebutuhan energi untuk kerja dinamis, seperti: berjalan

dan berlari (Wickens et al, 2004).

15

Page 16: Print 1

BAB III

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Rencana Kegiatan

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang

No

Kegiatan Minggu I

Minggu II

Minggu III

Minggu IV

1. Orientasi, mengetahui proses produksi

2. Mengukur beban kerja karyawan

3. Menyusun laporan

B. Lokasi Kegiatan

Lokasi magang ini dilaksanakan di Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI)

Central Java-Plant, di Jalan Soekarno-Hatta KM 30 Bawen Kabupaten Semarang.

C. Waktu Kegiatan

Kegiatan magang ini akan dilaksanakan dari tanggal 01 Agustus sampai 31

Agustus 2012.

16

Page 17: Print 1

DAFTAR PUSTAKA

Deewar, M. 2011, Analisis Pengaruh Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Lama Kerja Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Pt. Coca Cola Amatil Indonesia (Central Java) ). Program Sarjana kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang. (Tidak dipublikasikan).

Hart, S., Staveland, L. 1988, Development of NASA-TLX (Task Load Index). San Jose State University, California.

Nurmianto, 2003, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Guna Widya, Surabaya.

Suma’mur, 1984, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Gunung Agung, Jakarta

Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas, Uniba Press, Surakarta.

UII, 2010. Konsep Produktivitas dan Penilaian Produktivitas, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Vincent Gaspersz, 2000, Manajemen Produktivitas Total, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Wicken, C. 2004, An Introduction To Human Factors Engineering, Prentice Hall, New Jersey.

17