Presus UVEITIS Amal New

download Presus UVEITIS Amal New

of 22

Transcript of Presus UVEITIS Amal New

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    1/22

    1

    BAB I

    STATUS PASIEN ILMU PENYAKIT MATA

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ny. P

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Umur : 46 tahun

    Agama : Islam

    Pekerjaan : ibu rumah tangga

    Alamat : Jakarta

    II. ANAMNESIS

    Autoanamnesis pada tanggal 29 Januari 2013

    Keluhan utama : mata kanan merah, penglihatan buram, sejak 5 hari yang

    lalu

    Keluhan tambahan : mata sakit, mata berair

    Riwayat Perjalanan Penyakit :

    Pasien datang ke dengan keluhan mata kanan merah disertai buram

    terutama bila melihat jarak dekat sejak 2 minggu yang lalu, namun keluhan

    tersebut dirasakan hilang timbul disertai rasa sakit. Pasien mengatakan

    bahwa matanya juga sering berair. Dan sekitar 5 hari ini dirasakan pasien

    keluhan keluhan tersebut semakin parah.

    Pasien mengaku tidak merasakan gatal, tidak belekan, tidak silau jika

    melihat cahaya, tidak sakit kepala, tidak mengalami benturan terhadapmatanya, tidak pernah terkena ranting pohon, jalan tidak menabrak

    nabrak. Pasien juga mengatakan bahwa belum pernah pergi ke dokter mata

    sebelumnya untuk memeriksakan keluhan keluhan tersebut.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Pasien belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Penyakit

    DM, hipertensi, alergi disangkal. Tidak ada riwayat operasi dan trauma pada

    mata.

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    2/22

    2

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama. Pasien

    menyangkal terdapat penyakit lain pada keluarganya.

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    A. Status Generalis

    Keadaan umum : Baik

    Kesadaran : Compos mentis

    Tanda-tanda vital

    - Tekanan darah : tidak diperiksa

    - Nadi : tidak diperiksa- Suhu : tidak diperiksa

    - Pernafasan : tidak diperiksa

    Kepala : normocephal

    THT & Leher : tidak diperiksa

    Jantung & Paru : tidak diperiksa

    Abdomen : tidak diperiksa

    B. Status Oftalmologis

    1. Visus

    Keterangan OD OS

    Tajam Penglihatan 6/7.5, PH (-) 6/6

    Koreksi Tidak dikoreksi -

    Addisi +1.50 +1.50

    Distantia Pupil 62/60 62/60Kacamata Lama - -

    2. Kedudukan Bola Mata

    Keterangan OD OS

    Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada

    Endoftalmos Tidak ada Tidak ada

    Deviasi Tidak ada Tidak ada

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    3/22

    3

    Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah

    3. Supra Silia

    Keterangan OD OS

    Warna Hitam Hitam

    Letak Simetris Simetris

    4. Palpebra Superior dan Inferior

    Keterangan OD OS

    Edema Tidak ada Tidak ada

    Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

    Ektropion Tidak ada Tidak ada

    Entropion Tidak ada Tidak ada

    Blefarospasme Tidak ada Tidak ada

    Trikiasis Tidak ada Tidak ada

    Sikatriks Tidak ada Tidak ada

    Fissura Palpebra 12 mm 12 mm

    Ptosis Tidak ada Tidak ada

    Hordeolum Tidak ada Tidak ada

    Kalazion Tidak ada Tidak ada

    Pseudoptosis Tidak ada Tidak ada

    5. Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior

    Keterangan OD OS

    Hiperemis Ada Tidak ada

    Folikel Tidak ada Tidak ada

    Papil Tidak ada Tidak ada

    Sikatriks Tidak ada Tidak ada

    Anemia Tidak ada Tidak ada

    Kemosis Tidak ada Tidak ada

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    4/22

    4

    6. Konjungtiva Bulbi

    Keterangan OD OS

    Injeksi Konjungtiva Tidak ada Tidak ada

    Injeksi Siliar Ada Tidak ada

    Perdarahan

    Subkonjungtiva

    Tidak ada Tidak ada

    Pterigium Tidak ada Tidak ada

    Pinguekula Tidak ada Tidak ada

    Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada

    Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

    7. Sistem Lakrimalis

    Keterangan OD OS

    Punctum Lakrimalis Terbuka Terbuka

    Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    8. Sklera

    Keterangan OD OS

    Warna Putih Putih

    Ikterik Tidak ada Tidak ada

    9. Kornea

    Keterangan OD OS

    Kejernihan Jernih Jernih

    Permukaan Licin Licin

    Ukuran 12 mm 12 mm

    Sensibilitas Baik Baik

    Infiltrat Tidak ada Tidak ada

    Ulkus Tidak ada Tidak ada

    Perforasi Tidak ada Tidak ada

    Arcus Senilis Tidak ada Tidak ada

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    5/22

    5

    Edema Tidak ada Tidak ada

    Tes Placido Konsentris Konsentris

    10. Bilik Mata Depan

    Keterangan OD OS

    Kedalaman Dalam Dalam

    Kejernihan Keruh Jernih

    Hifema Tidak ada Tidak ada

    Hipopion Tidak ada Tidak ada

    Efek Tyndal Positif Negatif

    11. Iris

    Keterangan OD OS

    Warna Coklat Coklat

    Kriptae Jelas Jelas

    Bentuk Bulat Bulat

    Sinekia Tidak ada Tidak ada

    Koloboma Tidak ada Tidak ada

    12. Pupil

    Keterangan OD OS

    Letak Di tengah Di tengah

    Bentuk Bulat, miosis Bulat

    Ukuran 3 mm 3 mm

    Refleks cahaya

    langsung

    Positif Positif

    Refleks cahaya tdk lgs Positif Positif

    13. Lensa

    Keterangan OD OS

    Kejernihan Jernih Jernih

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    6/22

    6

    Letak Di tengah Di tengah

    Shadow test Negatif Negatif

    14. Badan Kaca

    Keterangan OD OS

    Kejernihan Jernih Jernih

    15. Fundus Okuli

    Keterangan OD OS

    a. Papil

    Bentuk Bulat Bulat

    Batas Tegas Tegas

    Warna Kuning kemerahan Kuning kemerahan

    b. Makula lutea

    Refleks Positif Positif

    Edema Tidak ada Tidak ada

    c. Retina

    Perdarahan Tidak ada Tidak ada

    C/D Ratio 0.4 0.4

    Rasio A/V 2 : 3 2 : 3

    Sikatriks Tidak ada Tidak ada

    16. Palpasi

    Keterangan OD OS

    Nyeri tekan Ada Tidak ada

    Massa Tumor Tidak ada Tidak ada

    Tensi okuli N N

    Tonometri schiotz 8.5/7.5 =

    14.3 mmHg

    Tidak dilakukan

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    7/22

    7

    17. Kampus Visi

    Keterangan OD OS

    Tes Konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

    IV. RESUME

    Pasien seorang perempuan, usia 46 tahun, datang dengan keluhan

    mata kanan merah dengan penglihatan buram sejak 5 hari yang lalu.

    Keluhan mata buram sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, namun 5

    hari ini semakin parah. Penglihatan buram saat melihat dekat, nyeri pada

    mata, dan mata berair.

    Pasien mengaku tidak merasakan gatal, tidak silau jika melihat

    cahaya, tidak sakit kepala, tidak adanya riwayat benturan pada matanya, dan

    jalan juga tidak menabrak - nabrak.

    Pemeriksaan status generalis dalam batas normal.

    Status oftalmologis :

    Keterangan OD OS

    Tajam Penglihatan 6/7.5, PH tidak maju 6/6

    Koreksi Tidak dikoreksi -

    Addisi +1.50 +1.50

    Konjungtiva Tarsalis

    Superior dan

    Inferior

    Hiperemis Ada Tidak ada

    Konjungtiva Bulbi

    Injeksi Siliar Ada Tidak adaBilik Mata Depan

    Kejernihan Keruh Jernih

    Efek Tyndal Positif Negatif

    Pupil

    Bentuk Bulat, miosis Bulat

    Ukuran 3 mm 6 mm

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    8/22

    8

    Palpasi

    Nyeri tekan Ada Tidak ada

    Tonometri schiotz 8.5/7.5 =

    14.3 mmHg

    Tidak dilakukan

    V. DIAGNOSIS KERJA

    Uveitis anterior OD

    Presbiopia ODS

    VI. DIAGNOSIS BANDING

    Keratitis

    Glaukoma akut

    VII. PEMERIKSAAN ANJURAN

    1. Laboratorium, serologi darah, Mantoux test

    2. Foto thorax

    VIII. PENATALAKSANAANOkuli dextra :

    1. Penggunaan kaca mata pelindung bila keluar rumah

    2. Kortikosteroid : Prednisone tetes mata : Cendo Xitrol S I dd gtt 4 OD

    (pada siang hari) dan malam di berikan salep kortikosteroid

    3. Midriatikum/sikloplegik : Sulfas atropin S I dd gtt 3 OD

    Okuli dextra dan sinistra : penggunaan kaca mata baca

    IX. PROGNOSIS

    Ad Vitam : dubia ad bonam

    Ad Fungsionam : dubia ad bonam

    Ad Sanactionam : dubia ad bonam

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    9/22

    9

    BAB II

    ANALISIS KASUS

    Diagnosis pada pasien ini adalah uveitis anterior, berdasarkan :

    Anamnesiso Mata kiri merah dengan penglihatan buram (menunjukkan pasien

    masuk golongan mata merah visus turun bersamaan dengan kelainan

    kornea, optalmika simpatika, endoftalmitis, panoftalmitis, glaukoma

    akut, dan hifema)

    o Mata nyeri, berair, buram saat melihat dekat (mengarah pada uveitis)

    o Tidak terdapat gatal, tidak silau jika melihat cahaya, tidak sakit kepala,

    riwayat benturan pada matanya, dan jalan juga tidak menabrak nabrak

    (menyingkirkan glaukoma akut dan penyakit pasien bukan karena

    trauma)

    Pemeriksaan fisiko Visus turun dengan pinhole tidak maju (bukan karena kelainan refraksi,

    tetapi kelainan organik mata)

    o Terdapat kemerahan pada konjungtiva tarsalo Pada konjungtiva bulbi terlihat injeksi siliar (mengarah kepada

    diagnosis uveitis)

    o Efek Tyndal positif (mengarah kepada diagnosis uveitis anterior. Tidak

    terdapat inflitrat pada kornea menyingkirkan keratitis)

    o Miosis pupil (karena peradangan pada otot sfingter pupil dan edema

    iris) Pemeriksaan anjuran

    o Pemeriksaan laboratorium, serologi darah, foto thorax, dan pemeriksaan

    Mantoux : untuk mengetahui penyebab uveitis anterior

    Penatalaksanaan

    Non medikamentosa

    - Memakai kacamata pelindung bila keluar rumah

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    10/22

    10

    Untuk melindungi dari pajanan debu dan bahan iritan

    - Menggunakan kacamata untuk presbiopia ODS

    Medikamentosa

    - Kortikosteroid

    Cendo Xitrol S I dd gtt 4 OD (pada siang hari) dan malam di berikan

    salep kortikosteroid antiinflamasi

    - Sikloplegik

    Sulfas atropin S I dd gtt 3 OD untuk mengurangi rasa nyeri,

    midriatika, dan paralisis muskulus sfingter pupil agar mata dalam

    keadaan istirahat.

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    11/22

    11

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. ANATOMI UVEA

    Gambar 1. Anatomi Uvea

    Uvea merupakan lapisan vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas

    iris, badan siliar, dan koroid. Bagian ini dilindungi oleh kornea dan sklera.

    Uvea ikut memasok darah ke retina. Uvea dibagi menjadi 2 bagian yaitu uvea

    anterior yang terdiri dari iris dan badan siliar dan uvea posterior yaitu

    koroid. 1,2

    Perdarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahai

    oleh dua buah arteri siliaris posterior longus yang masuk menembus sklera ditemporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan tujuh buah arteri

    siliaris anterior, yang terdapat pada setiap otot superior, medial inferior, dan

    otot rektus lateral. Arteri siliaris anterior dan posterior ini bergabung menjadi

    satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posterior

    mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliaris posterior brevis yang

    menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik. 3

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    12/22

    12

    A. Iris

    Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris berupa

    permukaan pipih dengan apertura bulat di tengahnya yang disebut dengan

    pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang

    memisahkan kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior, yang

    masing-masing berisi humor aqueus. Di dalam stroma iris terdapat

    sfingter dan otot-otot dilator. 1,2

    Secara histologis terdiri dari stroma yang jarang dan diantaranya

    terdapat lekukan-lekukan di permukaan anterior yang berjalan radier yang

    dinamakan kripta. Di dalam stroma terdapat sel pigmen yang bercabang,

    banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Di permukaan anterior ditutupi

    oleh endotel, terkecuali pada kripta, di mana pembuluh darah pada stroma

    dapat berhubungan langsung dengan kamera okuli anterior. Di bagian

    posterior dilapisi oleh dua lapisan epitel, yang merupakan lanjutan epitel

    pigmen retina. Warna dari iris tergantung dari sel-sel pigmen yang

    bercabang yang terdapat di dalam stroma yang jumlahnya dapat berubah-

    ubah dan juga epitel pigmen yang jumlahnya tetap. 1

    Terdapat dua otot di dalam iris antara lain otot sfingter pupil (M.sphincter pupillae) yang berjalan sirkuler, yang terletak di dalam dekat

    pupil dan dipersarafi oleh saraf parasimpatis (N. III), dan otot dilatator

    pupil (M. dilatator pupillae) yang berjalan radier dari akar iris ke pupil,

    terletak di bagian posterior stroma dan disarafi oleh saraf simpatis. 1

    Vaskularisasi iris diurus oleh a.siliaris posterior longus yang

    membentuk jaringan pembuluh darah di basis berupa sirkulus arteriosus

    mayoris dan sirkulus arteriosus minoris yang beranastomosis membentuk pembuluh darah spiral. Pembuluh darah baliknya mengikuti arteri dan

    kemudian masuk ke dalam vena vortikosa.

    Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata.

    Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara

    konstriksi akibat aktivitas parasimpatik yang dihantarkan melalui nervus

    kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktifitas simpatik. 2

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    13/22

    13

    Cahaya yang mengenai mata diterima oleh sel-sel batang dan kerucut

    di retina, diteruskan oleh N. II ke kiasma optikum, radiasio optika,

    setinggi korpus genikulatum lateral, serat pupilomotor melepaskan diri ke

    brachium kolikulus superior, ke midbrain, komisura posterior di daerah

    pretektalis, kemudian mengadakan semidikusasi dan keduanya menuju ke

    nucleus Edinger Westphal di kedua sisi. Dari sini keluar saraf eferen

    (saraf parasimpatis) yang memasuki N. III, ke ganglion siliaris, serat saraf

    postganglioner melalui Nn. siliaris brevis. Bila seseorang melihat suatu

    objek pada jarak dekat, maka terjadi trias akomodasi yaitu 1:

    - Kontraksi dari otot siliaris yang berguna agar zonula Zinii

    mengendor, lensa dapat mencembung, sehingga cahaya yang datang

    dapat difokuskan ke retina.

    - Konstraksi dari otot rektus internus, sehingga timbul konvergensi

    dan mata tertuju pada benda itu.

    - Konstriksi otot konstriksi pupil dan timbulah miosis, supaya cahaya

    yang masuk tak berlebih, dan terlihat dengan jelas.

    B. Badan Siliar

    Berbentuk segitiga dan terdiri atas dua bagian1

    :- Pars korona

    Diliputi dua lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel iris. Di

    dalam badan siliar terdapat tiga macam otot yang berjalan radier,

    sirkuler, dan longitudinal. Dari prosesus siliar keluar serat-serat

    zonula Zinii yang merupakan penggantung lensa.

    - Pars plana

    Terdiri dari satu lapis jaringan otot dengan pembuluh darah dandiliputi epitel

    Prosesus siliar mengeluarkan cairan bilik mata (humor akueus) dan

    makanan untuk kornea dan lensa. Prosesus siliaris mengandung terutama

    pembuluh kapiler dan venanya yang menumpahkan darahnya ke luar

    melalui vena vorticosa. Pembuluh darah dibadan siliar berasal dari

    sirkulus iridis mayor, sedang saraf sensoris berasal dari saraf siliaris. 1,2

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    14/22

    14

    C. Koroid

    Koroid melekat pada pinggir n.II dan berakhir di ora serata. Terdiri dari

    enam lapisan 1:

    1. Lapisan epitel pigmen

    2. Membrana Bruch

    3. Koriokapiler

    4. Pembuluh darah sedang

    5. Pembuluh darah besar

    6. Suprakoroid

    II. UVEITIS ANTERIORRadang uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau

    selaput pelangi (iris) dan keadaan ini disebut iritis. Bila mengenai bagian

    tengah uvea maka keadaan ini disebut siklitis. Biasanya iritis akan disertai

    dengan siklitis yang disebut sebagai uveitis anterior. Uveitis anterior atau

    iridosiklitis merupakan penyakit yang mendadak yang biasanya berjalan

    selama 6 8 minggu, dan pada stadium dini biasanya dapat sembuh dengan

    tetes mata saja. Bila mengenai selaput hitam bagian belakang mata disebutkoroiditis. 3

    Secara umum uveitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu

    berdasarkan 4:

    Lokasi utama dari bercak peradangan

    o Uveitis anterior : iritis, iridosiklitis, dan uveitis intermediateo Uveitis posterior : koroiditis, korioretinitis, retinitis, dan uveitis

    diseminatao Panuveitis

    Berat dan perjalanan pernyakito Akuto Subakuto Kronik

    o Rekuren

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    15/22

    15

    Patologio Non granulomatosa

    o Granulomatosa

    Penyebab

    o Idiopatiko Bakteri : tuberkulosis, sifiliso Virus : herpes simpleks, herpes zoster, CMV, penyakit Vogt-

    Koyanagi-Harada, sindrom Bechet

    o Jamur : kandidao Parasit : toksoplasma, toksokarao Imunologik : oftalmia simpatikao Penyakit sistemik : penyakit kolagen, artritis reumatoid, multiple

    sclerosis, sarkoidosis, penyakit vaskuler

    o Neoplastik : limfoma, reticulum cell sarcoma

    a. Definisi dan Etiologi

    Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagian depan korpus

    siliare (pars plikata), kadang-kadang menyertai peradangan bagian belakang

    bola mata, kornea dan sklera. Penyebabnya adalah gangguan sistemik padatempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul reaksi

    alergi di mata 1:

    1) Lues, merupakan penyebab yang banyak di Indonesia.

    2) TBC

    3) Gout, gonore, rematoid artritis; iridosiklitisnya timbul bersamaan

    dengan artritis

    4)

    Infeksi fokal, seperti gigi, telinga, hidung, tenggorokkan, traktusurogenitalis, traktus digestiva, kulit

    5) Infeksi virus, cacing, jamur

    6) Diabetes melitus

    7) Trauma perforata

    8) Oftalmia simpatika

    9) Idiopatis

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    16/22

    16

    Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran

    klinisnya saja. Iritis dan iridisiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik

    reaksi imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan uvea

    anterior. Uveitis anterior dapat disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat

    lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul reaksi alergi

    mata. 3

    b. Klasifikasi

    Uveitis anterior dibedakan dalam bentuk granulomatosa akut-kronis dan

    non-granulomatosa akut-kronis. Pada jenis non granulomatosa umumnya

    tidak dapat ditemukan organisme patogen dan karena berespon baik terhadap

    terapi kortokosteroid diduga peradangan ini semacam fenomena

    hipersensitivitas. Uveitis ini timbul terutama dibagian anterior traktus yakni

    iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang dengan terlihatnya infiltrasi

    sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel

    mononuclear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau

    hipopion didalam kamera okuli anterior.

    Sedangkan pada uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi

    mikroba aktif ke jaringan oleh organisme penyebab (misal Mycobacteriumtuberculosis atau Toxoplasma gondii). Meskipun begitu patogen ini jarang

    ditemukan dan diagnosis etiologi pasti jarang ditegakkan. Uveitis

    granulomatosa dapat mengenai sembarang traktus uvealis namun lebih sering

    pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel epithelial dan sel-sel

    raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit radang pada

    permukaan posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid.

    Diagnosis etiologi spesifik dapat ditegakkan secara histologik pada mata yangdikeluarkan dengan menemukan kista toxoplasma, basil tahan asam

    tuberculosis, spirocheta pada sifilis, tampilan granuloma khas pada

    sarcoidosis atau oftalmia simpatika dan beberapa penyebab spesifik lainnya.

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    17/22

    17

    Tabel 1. Perbedaan Uveitis Granulomatosa dan Non Granulomatosa 2

    Non granulomatosa Granulomatosa

    Onset Akut Tersembunyi

    Sakit Nyata Tak ada atau ringan

    Fotofobia Nyata Ringan

    Penglihatan kabur Sedang Nyata

    Merahsirkumkorneal

    Nyata Ringan

    Presipitat keratik Putih halus Kelabu besar

    Pupil Kecil dan tak tratur Kecil dan tak teratur

    (bervariasi)

    Sinekia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang

    Nodul iris Kadang-kadang Kadang-kadang

    Tempat Uvea anterior Uvea anterior dan

    posterior

    Perjalanan Akut Menahun

    Rekurensi Sering Kadang-kadang

    Sedangkan berdasarkan waktu uveitis anterior dikatakan akut jika

    terjadi kurang dari 6 minggu, jika inflamasi kambuh diikuti dengan serangan

    inisial disebut rekuren akut dan dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6

    minggu.

    c. Tanda dan Gejala Klinis 1

    Keluhan Subyektif :

    - Rasa sakit, terutama di bulbus okuli, sakitnya spontan atau pada

    penekanan di daerah badan siliar

    - Sakit kepala yang menjalar ke temporal

    - Fotofobia dan lakrimasi

    - Gangguan visus

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    18/22

    18

    Gejala obyektif :

    - Palpebra bengkak

    - Injeksi konjungtiva dan siliar

    - Kornea keruh karena edema dan keratik presipitat

    - COA : dalamnya dapat normal atau dangkal bila terdapat iris bombe.

    Bila terdapat sinekia posterior COA menjadi dalam. Efek Tyndal

    (flare) positif, sehingga berkas sinar di COA menjadi tampak karena

    dipantulkan oleh sel-sel radang yang ada di COA. Mungkin terdapat

    hifema atau hipopion

    - Iris : suram, gambaran radier tidak nyata, karena pembuluh darah di

    iris melebar sehingga gambaran kripta tidak nyata

    - Pupil : miosis, ireguler, karena adanya sinekia posterior atau seklusio

    pupil

    - Lensa dan badan kaca dapat keruh

    Gambar 2. Injeksi Siliar

    Gambar 3. Pupil Ireguler pada Sinekia Posterior

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    19/22

    19

    Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut mata sakit, merah,

    fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair, dan mata merah.

    Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis akibat ikut meradangnya

    otot-otot akomodasi. Pupil kecil akibat rangsangan proses peradangan pada

    otot sfingter pupil dan terdapatnya edem iris. Pada proses radang akut dapat

    terjadi miopisasi akibat rangsangan badan siliar dan edema lensa. 3

    Terdapatnya fler atau efek Tyndal didalam bilik mata depan dan bila

    peradangan sangat akut maka akan terlihat hifema atau hipopion. Pada

    nongranulomatosa terdapat presipitat halus pada dataran belakang kornea.

    Pada iridosiklitis granulomatosa terdapat presipitat besar mutton fat defosit,

    benjolan Koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil) atau benjolan Busacca

    (penimbunan sel pada perukaan iris). Terbentuknya sinekia posterior, miosis

    pupil, tekanan bola mata yang turun akibat hipofungsi badan siliar, tekanan

    bola mata dapat meningkat, melebarnya pembuluh siliar dan perilimbus. 3

    Pada yang akut dapat terbentuk hipopion dibilik depan, sedang pada

    yang kronis terlihat edema makula dan kadang-kadang katarak. Tekanan bola

    mata dapat rendah akibat gangguan fungsi pembentukan cairan mata oleh

    badan siliar. Bila tekanan bola mata tinggi hal ini menunjukkan terjadinyagangguan pengaliran keluar cairan mata oleh sel radang atau perlengketan

    yang terjadi pada sudut bilik mata. 3

    Perjalanan penyakit iritis adalah sangat khas yaitu penyakit berlangsung

    hanya antara 2-4 minggu. Kadang-kadang penyakit ini memperlihatkan

    gejala-gejala kekambuhan atau menjadi menahun. Diperlukan pengobatan

    segera untuk mencegah kebutaan. 3

    d.

    PenyulitPada uveitis anterior dapat terjadi penyulit berupa katarak, retinitis

    proliferans, ablasi retina, dan glaukoma sekunder. 1

    e. Penatalaksanaan

    1) Sikloplegik. Untuk mengurangi kongesti pada tempat peradangan,

    menyebabkan midriasis sehingga melepaskan sinekia posterior, dan

    melumpuhkan otot sfingter pupil dan otot siliar sehingga mata tidak dapat

    berakomodasi. Sulfas atropin diberikan setiap 2 jam satu tetes sampai

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    20/22

    20

    pupil lebar, kemudian cukup 3 kali sehari. Akibat pemberian sulfas

    atropin, sudut COA menjadi sempit, sehingga dapat menimbulkan

    glaukoma. Oleh karena itu pemberiannya perlu pengukuran tekanan intra

    okuler secara teratur. 1

    2) Kortikosteroid topikal adalah terapi awal dan secepatnya diberikan.

    Tujuan penggunaan kortikosteroid untuk pengobatan uveitis anterior

    adalah mengurangi peradangan, yaitu mengurangi produksi eksudat,

    menstabilkan membran sel, menghambat penglepasan lysozym oleh

    granulosit, dan menekan sirkulasi limposit. Efek terapeutik kortikosteroid

    topikal pada mata dipengaruhi oleh sifat kornea sebagai sawar terhadap

    penetrasi obat topikal ke dalam mata, sehingga daya tembus obat topikal

    akan tergantung pada konsentrasi dan frekuensi pemberian, jenis

    kortikosteroid, jenis pelarut yang dipakai, bentuk larutan. Konsentrasi dan

    frekuensi pemberian, makin tinggi konsentrasi obat dan makin sering

    frekuensi pemakaiannya, maka makin tinggi pula efek antiinflamasinya.

    Peradangan pada kornea bagian dalam dan uveitis diberikan preparat

    dexametason, betametason dan prednisolon karena penetrasi intra okular

    baik.3) Kortikosteroid sistemik. Pada uveitis posterior, uveitis bilateral, edema

    makula, uveitis anterior kronik (JRA, Reiter).

    4) Injeksi kortikosteroid periokular. Indikasi injeksi periokular adalah

    apabila pasien tidak responsif terhadap pengobatan tetes mata, maka

    injeksi periokular dapat dianjurkan, uveitis unilateral, pre operasi pada

    pasien yang akan dilakukan operasi mata, anak-anak, dan komplikasi

    edema sistoid makula pada pars planitis. Penyuntikan steroid peri-okularmerupakan kontra indikasi pada uveitis infeksi (toxoplasmosis) dan

    skleritis.

    f. Prognosis

    Dengan pengobatan, serangan uveitis non-granulomatosa umumnya

    berlangsung beberapa hari sampai minggu dan sering kambuh. Uveitis

    granulomatosa berlangsung berbulan-bulan sampai tahunan, kadang-kadang

    dengan remisi dan eksaserbasi, dan dapat menimbulkan kerusakan permanen

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    21/22

    21

    dengan penurunan penglihatan yang nyata. Prognosis bagi lesi korioretinal

    perifer lokal jauh lebih baik, sering sembuh tanpa gangguan penglihatan yang

    berarti. 2

  • 8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New

    22/22

    22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keenam. Abadi Tegal. Jakarta. 1993

    2. Vaughan DG, Taylor A, dan Paul RE. Oftalmologi Umum. Widya

    Medika. Jakarta, 2000

    3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia. Jakarta. 2008

    4. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter

    Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi Kedua. Sagung Seto. Jakarta.

    2010