8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
1/22
1
BAB I
STATUS PASIEN ILMU PENYAKIT MATA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : Jakarta
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 29 Januari 2013
Keluhan utama : mata kanan merah, penglihatan buram, sejak 5 hari yang
lalu
Keluhan tambahan : mata sakit, mata berair
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke dengan keluhan mata kanan merah disertai buram
terutama bila melihat jarak dekat sejak 2 minggu yang lalu, namun keluhan
tersebut dirasakan hilang timbul disertai rasa sakit. Pasien mengatakan
bahwa matanya juga sering berair. Dan sekitar 5 hari ini dirasakan pasien
keluhan keluhan tersebut semakin parah.
Pasien mengaku tidak merasakan gatal, tidak belekan, tidak silau jika
melihat cahaya, tidak sakit kepala, tidak mengalami benturan terhadapmatanya, tidak pernah terkena ranting pohon, jalan tidak menabrak
nabrak. Pasien juga mengatakan bahwa belum pernah pergi ke dokter mata
sebelumnya untuk memeriksakan keluhan keluhan tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Penyakit
DM, hipertensi, alergi disangkal. Tidak ada riwayat operasi dan trauma pada
mata.
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
2/22
2
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama. Pasien
menyangkal terdapat penyakit lain pada keluarganya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : tidak diperiksa
- Nadi : tidak diperiksa- Suhu : tidak diperiksa
- Pernafasan : tidak diperiksa
Kepala : normocephal
THT & Leher : tidak diperiksa
Jantung & Paru : tidak diperiksa
Abdomen : tidak diperiksa
B. Status Oftalmologis
1. Visus
Keterangan OD OS
Tajam Penglihatan 6/7.5, PH (-) 6/6
Koreksi Tidak dikoreksi -
Addisi +1.50 +1.50
Distantia Pupil 62/60 62/60Kacamata Lama - -
2. Kedudukan Bola Mata
Keterangan OD OS
Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada
Endoftalmos Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
3/22
3
Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah
3. Supra Silia
Keterangan OD OS
Warna Hitam Hitam
Letak Simetris Simetris
4. Palpebra Superior dan Inferior
Keterangan OD OS
Edema Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fissura Palpebra 12 mm 12 mm
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
Pseudoptosis Tidak ada Tidak ada
5. Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior
Keterangan OD OS
Hiperemis Ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemia Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
4/22
4
6. Konjungtiva Bulbi
Keterangan OD OS
Injeksi Konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi Siliar Ada Tidak ada
Perdarahan
Subkonjungtiva
Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada
7. Sistem Lakrimalis
Keterangan OD OS
Punctum Lakrimalis Terbuka Terbuka
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8. Sklera
Keterangan OD OS
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
9. Kornea
Keterangan OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arcus Senilis Tidak ada Tidak ada
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
5/22
5
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Placido Konsentris Konsentris
10. Bilik Mata Depan
Keterangan OD OS
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Keruh Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndal Positif Negatif
11. Iris
Keterangan OD OS
Warna Coklat Coklat
Kriptae Jelas Jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
12. Pupil
Keterangan OD OS
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat, miosis Bulat
Ukuran 3 mm 3 mm
Refleks cahaya
langsung
Positif Positif
Refleks cahaya tdk lgs Positif Positif
13. Lensa
Keterangan OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
6/22
6
Letak Di tengah Di tengah
Shadow test Negatif Negatif
14. Badan Kaca
Keterangan OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
15. Fundus Okuli
Keterangan OD OS
a. Papil
Bentuk Bulat Bulat
Batas Tegas Tegas
Warna Kuning kemerahan Kuning kemerahan
b. Makula lutea
Refleks Positif Positif
Edema Tidak ada Tidak ada
c. Retina
Perdarahan Tidak ada Tidak ada
C/D Ratio 0.4 0.4
Rasio A/V 2 : 3 2 : 3
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
16. Palpasi
Keterangan OD OS
Nyeri tekan Ada Tidak ada
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi okuli N N
Tonometri schiotz 8.5/7.5 =
14.3 mmHg
Tidak dilakukan
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
7/22
7
17. Kampus Visi
Keterangan OD OS
Tes Konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
IV. RESUME
Pasien seorang perempuan, usia 46 tahun, datang dengan keluhan
mata kanan merah dengan penglihatan buram sejak 5 hari yang lalu.
Keluhan mata buram sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, namun 5
hari ini semakin parah. Penglihatan buram saat melihat dekat, nyeri pada
mata, dan mata berair.
Pasien mengaku tidak merasakan gatal, tidak silau jika melihat
cahaya, tidak sakit kepala, tidak adanya riwayat benturan pada matanya, dan
jalan juga tidak menabrak - nabrak.
Pemeriksaan status generalis dalam batas normal.
Status oftalmologis :
Keterangan OD OS
Tajam Penglihatan 6/7.5, PH tidak maju 6/6
Koreksi Tidak dikoreksi -
Addisi +1.50 +1.50
Konjungtiva Tarsalis
Superior dan
Inferior
Hiperemis Ada Tidak ada
Konjungtiva Bulbi
Injeksi Siliar Ada Tidak adaBilik Mata Depan
Kejernihan Keruh Jernih
Efek Tyndal Positif Negatif
Pupil
Bentuk Bulat, miosis Bulat
Ukuran 3 mm 6 mm
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
8/22
8
Palpasi
Nyeri tekan Ada Tidak ada
Tonometri schiotz 8.5/7.5 =
14.3 mmHg
Tidak dilakukan
V. DIAGNOSIS KERJA
Uveitis anterior OD
Presbiopia ODS
VI. DIAGNOSIS BANDING
Keratitis
Glaukoma akut
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Laboratorium, serologi darah, Mantoux test
2. Foto thorax
VIII. PENATALAKSANAANOkuli dextra :
1. Penggunaan kaca mata pelindung bila keluar rumah
2. Kortikosteroid : Prednisone tetes mata : Cendo Xitrol S I dd gtt 4 OD
(pada siang hari) dan malam di berikan salep kortikosteroid
3. Midriatikum/sikloplegik : Sulfas atropin S I dd gtt 3 OD
Okuli dextra dan sinistra : penggunaan kaca mata baca
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanactionam : dubia ad bonam
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
9/22
9
BAB II
ANALISIS KASUS
Diagnosis pada pasien ini adalah uveitis anterior, berdasarkan :
Anamnesiso Mata kiri merah dengan penglihatan buram (menunjukkan pasien
masuk golongan mata merah visus turun bersamaan dengan kelainan
kornea, optalmika simpatika, endoftalmitis, panoftalmitis, glaukoma
akut, dan hifema)
o Mata nyeri, berair, buram saat melihat dekat (mengarah pada uveitis)
o Tidak terdapat gatal, tidak silau jika melihat cahaya, tidak sakit kepala,
riwayat benturan pada matanya, dan jalan juga tidak menabrak nabrak
(menyingkirkan glaukoma akut dan penyakit pasien bukan karena
trauma)
Pemeriksaan fisiko Visus turun dengan pinhole tidak maju (bukan karena kelainan refraksi,
tetapi kelainan organik mata)
o Terdapat kemerahan pada konjungtiva tarsalo Pada konjungtiva bulbi terlihat injeksi siliar (mengarah kepada
diagnosis uveitis)
o Efek Tyndal positif (mengarah kepada diagnosis uveitis anterior. Tidak
terdapat inflitrat pada kornea menyingkirkan keratitis)
o Miosis pupil (karena peradangan pada otot sfingter pupil dan edema
iris) Pemeriksaan anjuran
o Pemeriksaan laboratorium, serologi darah, foto thorax, dan pemeriksaan
Mantoux : untuk mengetahui penyebab uveitis anterior
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
- Memakai kacamata pelindung bila keluar rumah
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
10/22
10
Untuk melindungi dari pajanan debu dan bahan iritan
- Menggunakan kacamata untuk presbiopia ODS
Medikamentosa
- Kortikosteroid
Cendo Xitrol S I dd gtt 4 OD (pada siang hari) dan malam di berikan
salep kortikosteroid antiinflamasi
- Sikloplegik
Sulfas atropin S I dd gtt 3 OD untuk mengurangi rasa nyeri,
midriatika, dan paralisis muskulus sfingter pupil agar mata dalam
keadaan istirahat.
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
11/22
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI UVEA
Gambar 1. Anatomi Uvea
Uvea merupakan lapisan vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas
iris, badan siliar, dan koroid. Bagian ini dilindungi oleh kornea dan sklera.
Uvea ikut memasok darah ke retina. Uvea dibagi menjadi 2 bagian yaitu uvea
anterior yang terdiri dari iris dan badan siliar dan uvea posterior yaitu
koroid. 1,2
Perdarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahai
oleh dua buah arteri siliaris posterior longus yang masuk menembus sklera ditemporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan tujuh buah arteri
siliaris anterior, yang terdapat pada setiap otot superior, medial inferior, dan
otot rektus lateral. Arteri siliaris anterior dan posterior ini bergabung menjadi
satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posterior
mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliaris posterior brevis yang
menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik. 3
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
12/22
12
A. Iris
Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris berupa
permukaan pipih dengan apertura bulat di tengahnya yang disebut dengan
pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang
memisahkan kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior, yang
masing-masing berisi humor aqueus. Di dalam stroma iris terdapat
sfingter dan otot-otot dilator. 1,2
Secara histologis terdiri dari stroma yang jarang dan diantaranya
terdapat lekukan-lekukan di permukaan anterior yang berjalan radier yang
dinamakan kripta. Di dalam stroma terdapat sel pigmen yang bercabang,
banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Di permukaan anterior ditutupi
oleh endotel, terkecuali pada kripta, di mana pembuluh darah pada stroma
dapat berhubungan langsung dengan kamera okuli anterior. Di bagian
posterior dilapisi oleh dua lapisan epitel, yang merupakan lanjutan epitel
pigmen retina. Warna dari iris tergantung dari sel-sel pigmen yang
bercabang yang terdapat di dalam stroma yang jumlahnya dapat berubah-
ubah dan juga epitel pigmen yang jumlahnya tetap. 1
Terdapat dua otot di dalam iris antara lain otot sfingter pupil (M.sphincter pupillae) yang berjalan sirkuler, yang terletak di dalam dekat
pupil dan dipersarafi oleh saraf parasimpatis (N. III), dan otot dilatator
pupil (M. dilatator pupillae) yang berjalan radier dari akar iris ke pupil,
terletak di bagian posterior stroma dan disarafi oleh saraf simpatis. 1
Vaskularisasi iris diurus oleh a.siliaris posterior longus yang
membentuk jaringan pembuluh darah di basis berupa sirkulus arteriosus
mayoris dan sirkulus arteriosus minoris yang beranastomosis membentuk pembuluh darah spiral. Pembuluh darah baliknya mengikuti arteri dan
kemudian masuk ke dalam vena vortikosa.
Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata.
Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara
konstriksi akibat aktivitas parasimpatik yang dihantarkan melalui nervus
kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktifitas simpatik. 2
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
13/22
13
Cahaya yang mengenai mata diterima oleh sel-sel batang dan kerucut
di retina, diteruskan oleh N. II ke kiasma optikum, radiasio optika,
setinggi korpus genikulatum lateral, serat pupilomotor melepaskan diri ke
brachium kolikulus superior, ke midbrain, komisura posterior di daerah
pretektalis, kemudian mengadakan semidikusasi dan keduanya menuju ke
nucleus Edinger Westphal di kedua sisi. Dari sini keluar saraf eferen
(saraf parasimpatis) yang memasuki N. III, ke ganglion siliaris, serat saraf
postganglioner melalui Nn. siliaris brevis. Bila seseorang melihat suatu
objek pada jarak dekat, maka terjadi trias akomodasi yaitu 1:
- Kontraksi dari otot siliaris yang berguna agar zonula Zinii
mengendor, lensa dapat mencembung, sehingga cahaya yang datang
dapat difokuskan ke retina.
- Konstraksi dari otot rektus internus, sehingga timbul konvergensi
dan mata tertuju pada benda itu.
- Konstriksi otot konstriksi pupil dan timbulah miosis, supaya cahaya
yang masuk tak berlebih, dan terlihat dengan jelas.
B. Badan Siliar
Berbentuk segitiga dan terdiri atas dua bagian1
:- Pars korona
Diliputi dua lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel iris. Di
dalam badan siliar terdapat tiga macam otot yang berjalan radier,
sirkuler, dan longitudinal. Dari prosesus siliar keluar serat-serat
zonula Zinii yang merupakan penggantung lensa.
- Pars plana
Terdiri dari satu lapis jaringan otot dengan pembuluh darah dandiliputi epitel
Prosesus siliar mengeluarkan cairan bilik mata (humor akueus) dan
makanan untuk kornea dan lensa. Prosesus siliaris mengandung terutama
pembuluh kapiler dan venanya yang menumpahkan darahnya ke luar
melalui vena vorticosa. Pembuluh darah dibadan siliar berasal dari
sirkulus iridis mayor, sedang saraf sensoris berasal dari saraf siliaris. 1,2
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
14/22
14
C. Koroid
Koroid melekat pada pinggir n.II dan berakhir di ora serata. Terdiri dari
enam lapisan 1:
1. Lapisan epitel pigmen
2. Membrana Bruch
3. Koriokapiler
4. Pembuluh darah sedang
5. Pembuluh darah besar
6. Suprakoroid
II. UVEITIS ANTERIORRadang uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau
selaput pelangi (iris) dan keadaan ini disebut iritis. Bila mengenai bagian
tengah uvea maka keadaan ini disebut siklitis. Biasanya iritis akan disertai
dengan siklitis yang disebut sebagai uveitis anterior. Uveitis anterior atau
iridosiklitis merupakan penyakit yang mendadak yang biasanya berjalan
selama 6 8 minggu, dan pada stadium dini biasanya dapat sembuh dengan
tetes mata saja. Bila mengenai selaput hitam bagian belakang mata disebutkoroiditis. 3
Secara umum uveitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu
berdasarkan 4:
Lokasi utama dari bercak peradangan
o Uveitis anterior : iritis, iridosiklitis, dan uveitis intermediateo Uveitis posterior : koroiditis, korioretinitis, retinitis, dan uveitis
diseminatao Panuveitis
Berat dan perjalanan pernyakito Akuto Subakuto Kronik
o Rekuren
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
15/22
15
Patologio Non granulomatosa
o Granulomatosa
Penyebab
o Idiopatiko Bakteri : tuberkulosis, sifiliso Virus : herpes simpleks, herpes zoster, CMV, penyakit Vogt-
Koyanagi-Harada, sindrom Bechet
o Jamur : kandidao Parasit : toksoplasma, toksokarao Imunologik : oftalmia simpatikao Penyakit sistemik : penyakit kolagen, artritis reumatoid, multiple
sclerosis, sarkoidosis, penyakit vaskuler
o Neoplastik : limfoma, reticulum cell sarcoma
a. Definisi dan Etiologi
Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagian depan korpus
siliare (pars plikata), kadang-kadang menyertai peradangan bagian belakang
bola mata, kornea dan sklera. Penyebabnya adalah gangguan sistemik padatempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul reaksi
alergi di mata 1:
1) Lues, merupakan penyebab yang banyak di Indonesia.
2) TBC
3) Gout, gonore, rematoid artritis; iridosiklitisnya timbul bersamaan
dengan artritis
4)
Infeksi fokal, seperti gigi, telinga, hidung, tenggorokkan, traktusurogenitalis, traktus digestiva, kulit
5) Infeksi virus, cacing, jamur
6) Diabetes melitus
7) Trauma perforata
8) Oftalmia simpatika
9) Idiopatis
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
16/22
16
Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran
klinisnya saja. Iritis dan iridisiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik
reaksi imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan uvea
anterior. Uveitis anterior dapat disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat
lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul reaksi alergi
mata. 3
b. Klasifikasi
Uveitis anterior dibedakan dalam bentuk granulomatosa akut-kronis dan
non-granulomatosa akut-kronis. Pada jenis non granulomatosa umumnya
tidak dapat ditemukan organisme patogen dan karena berespon baik terhadap
terapi kortokosteroid diduga peradangan ini semacam fenomena
hipersensitivitas. Uveitis ini timbul terutama dibagian anterior traktus yakni
iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang dengan terlihatnya infiltrasi
sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel
mononuclear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau
hipopion didalam kamera okuli anterior.
Sedangkan pada uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi
mikroba aktif ke jaringan oleh organisme penyebab (misal Mycobacteriumtuberculosis atau Toxoplasma gondii). Meskipun begitu patogen ini jarang
ditemukan dan diagnosis etiologi pasti jarang ditegakkan. Uveitis
granulomatosa dapat mengenai sembarang traktus uvealis namun lebih sering
pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel epithelial dan sel-sel
raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit radang pada
permukaan posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid.
Diagnosis etiologi spesifik dapat ditegakkan secara histologik pada mata yangdikeluarkan dengan menemukan kista toxoplasma, basil tahan asam
tuberculosis, spirocheta pada sifilis, tampilan granuloma khas pada
sarcoidosis atau oftalmia simpatika dan beberapa penyebab spesifik lainnya.
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
17/22
17
Tabel 1. Perbedaan Uveitis Granulomatosa dan Non Granulomatosa 2
Non granulomatosa Granulomatosa
Onset Akut Tersembunyi
Sakit Nyata Tak ada atau ringan
Fotofobia Nyata Ringan
Penglihatan kabur Sedang Nyata
Merahsirkumkorneal
Nyata Ringan
Presipitat keratik Putih halus Kelabu besar
Pupil Kecil dan tak tratur Kecil dan tak teratur
(bervariasi)
Sinekia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang
Nodul iris Kadang-kadang Kadang-kadang
Tempat Uvea anterior Uvea anterior dan
posterior
Perjalanan Akut Menahun
Rekurensi Sering Kadang-kadang
Sedangkan berdasarkan waktu uveitis anterior dikatakan akut jika
terjadi kurang dari 6 minggu, jika inflamasi kambuh diikuti dengan serangan
inisial disebut rekuren akut dan dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6
minggu.
c. Tanda dan Gejala Klinis 1
Keluhan Subyektif :
- Rasa sakit, terutama di bulbus okuli, sakitnya spontan atau pada
penekanan di daerah badan siliar
- Sakit kepala yang menjalar ke temporal
- Fotofobia dan lakrimasi
- Gangguan visus
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
18/22
18
Gejala obyektif :
- Palpebra bengkak
- Injeksi konjungtiva dan siliar
- Kornea keruh karena edema dan keratik presipitat
- COA : dalamnya dapat normal atau dangkal bila terdapat iris bombe.
Bila terdapat sinekia posterior COA menjadi dalam. Efek Tyndal
(flare) positif, sehingga berkas sinar di COA menjadi tampak karena
dipantulkan oleh sel-sel radang yang ada di COA. Mungkin terdapat
hifema atau hipopion
- Iris : suram, gambaran radier tidak nyata, karena pembuluh darah di
iris melebar sehingga gambaran kripta tidak nyata
- Pupil : miosis, ireguler, karena adanya sinekia posterior atau seklusio
pupil
- Lensa dan badan kaca dapat keruh
Gambar 2. Injeksi Siliar
Gambar 3. Pupil Ireguler pada Sinekia Posterior
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
19/22
19
Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut mata sakit, merah,
fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair, dan mata merah.
Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis akibat ikut meradangnya
otot-otot akomodasi. Pupil kecil akibat rangsangan proses peradangan pada
otot sfingter pupil dan terdapatnya edem iris. Pada proses radang akut dapat
terjadi miopisasi akibat rangsangan badan siliar dan edema lensa. 3
Terdapatnya fler atau efek Tyndal didalam bilik mata depan dan bila
peradangan sangat akut maka akan terlihat hifema atau hipopion. Pada
nongranulomatosa terdapat presipitat halus pada dataran belakang kornea.
Pada iridosiklitis granulomatosa terdapat presipitat besar mutton fat defosit,
benjolan Koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil) atau benjolan Busacca
(penimbunan sel pada perukaan iris). Terbentuknya sinekia posterior, miosis
pupil, tekanan bola mata yang turun akibat hipofungsi badan siliar, tekanan
bola mata dapat meningkat, melebarnya pembuluh siliar dan perilimbus. 3
Pada yang akut dapat terbentuk hipopion dibilik depan, sedang pada
yang kronis terlihat edema makula dan kadang-kadang katarak. Tekanan bola
mata dapat rendah akibat gangguan fungsi pembentukan cairan mata oleh
badan siliar. Bila tekanan bola mata tinggi hal ini menunjukkan terjadinyagangguan pengaliran keluar cairan mata oleh sel radang atau perlengketan
yang terjadi pada sudut bilik mata. 3
Perjalanan penyakit iritis adalah sangat khas yaitu penyakit berlangsung
hanya antara 2-4 minggu. Kadang-kadang penyakit ini memperlihatkan
gejala-gejala kekambuhan atau menjadi menahun. Diperlukan pengobatan
segera untuk mencegah kebutaan. 3
d.
PenyulitPada uveitis anterior dapat terjadi penyulit berupa katarak, retinitis
proliferans, ablasi retina, dan glaukoma sekunder. 1
e. Penatalaksanaan
1) Sikloplegik. Untuk mengurangi kongesti pada tempat peradangan,
menyebabkan midriasis sehingga melepaskan sinekia posterior, dan
melumpuhkan otot sfingter pupil dan otot siliar sehingga mata tidak dapat
berakomodasi. Sulfas atropin diberikan setiap 2 jam satu tetes sampai
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
20/22
20
pupil lebar, kemudian cukup 3 kali sehari. Akibat pemberian sulfas
atropin, sudut COA menjadi sempit, sehingga dapat menimbulkan
glaukoma. Oleh karena itu pemberiannya perlu pengukuran tekanan intra
okuler secara teratur. 1
2) Kortikosteroid topikal adalah terapi awal dan secepatnya diberikan.
Tujuan penggunaan kortikosteroid untuk pengobatan uveitis anterior
adalah mengurangi peradangan, yaitu mengurangi produksi eksudat,
menstabilkan membran sel, menghambat penglepasan lysozym oleh
granulosit, dan menekan sirkulasi limposit. Efek terapeutik kortikosteroid
topikal pada mata dipengaruhi oleh sifat kornea sebagai sawar terhadap
penetrasi obat topikal ke dalam mata, sehingga daya tembus obat topikal
akan tergantung pada konsentrasi dan frekuensi pemberian, jenis
kortikosteroid, jenis pelarut yang dipakai, bentuk larutan. Konsentrasi dan
frekuensi pemberian, makin tinggi konsentrasi obat dan makin sering
frekuensi pemakaiannya, maka makin tinggi pula efek antiinflamasinya.
Peradangan pada kornea bagian dalam dan uveitis diberikan preparat
dexametason, betametason dan prednisolon karena penetrasi intra okular
baik.3) Kortikosteroid sistemik. Pada uveitis posterior, uveitis bilateral, edema
makula, uveitis anterior kronik (JRA, Reiter).
4) Injeksi kortikosteroid periokular. Indikasi injeksi periokular adalah
apabila pasien tidak responsif terhadap pengobatan tetes mata, maka
injeksi periokular dapat dianjurkan, uveitis unilateral, pre operasi pada
pasien yang akan dilakukan operasi mata, anak-anak, dan komplikasi
edema sistoid makula pada pars planitis. Penyuntikan steroid peri-okularmerupakan kontra indikasi pada uveitis infeksi (toxoplasmosis) dan
skleritis.
f. Prognosis
Dengan pengobatan, serangan uveitis non-granulomatosa umumnya
berlangsung beberapa hari sampai minggu dan sering kambuh. Uveitis
granulomatosa berlangsung berbulan-bulan sampai tahunan, kadang-kadang
dengan remisi dan eksaserbasi, dan dapat menimbulkan kerusakan permanen
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
21/22
21
dengan penurunan penglihatan yang nyata. Prognosis bagi lesi korioretinal
perifer lokal jauh lebih baik, sering sembuh tanpa gangguan penglihatan yang
berarti. 2
8/13/2019 Presus UVEITIS Amal New
22/22
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keenam. Abadi Tegal. Jakarta. 1993
2. Vaughan DG, Taylor A, dan Paul RE. Oftalmologi Umum. Widya
Medika. Jakarta, 2000
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2008
4. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter
Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi Kedua. Sagung Seto. Jakarta.
2010