Presus Gagal Jantung Nanda

download Presus Gagal Jantung Nanda

of 37

Transcript of Presus Gagal Jantung Nanda

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    1/37

    1

    Presentasi Kasus Penyakit Jantung

    GAGAL JANTUNG ec CAD CKD OLD ANTERIOR MCI

    HIPOGLIKEMI

    Oleh :

    Nanda Amelia

    1102008172

    Pembimbing :

    dr. Syafruddin Surin, Sp.JP

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO

    PERIODE 4 FEBRUARI 13 APRIL 2013BAB I

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    2/37

    2

    STATUS PASIEN

    ILMU PENYAKIT JANTUNG

    RSUD PASAR REBO

    IDENTITAS PASIENNama Pasien : Tn. EUmur : 34 tahun

    Alamat : Jl. Raya Setu No. 6A RT 05/01 Setu, Cipayung, Jaktim

    Jenis Kelamin : Laki-lakiAgama : Islam

    No. Rekam Medis : 2012-413098

    Ruang Rawat : CVCU, Dahlia

    Tanggal Masuk RS : 04 Agustus 2012

    A. ANAMNESIS1.

    Keluhan utama :Dada terasa panas sejak +- 6 jam SMRS.

    2. Keluhan tambahan:Sesak nafas, muntah, mencret, badan terasa dingin, gelisah.

    3. Riwayat penyakit sekarang :Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan dada terasa panas sejak +- 6jam SMRS. Dada terasa panas di tengah dan agak ke permukaan. Gejala ini tidak

    pernah dialami sebelumnya dan timbul setelah pasien minum kopi. Meskipun sangat

    mengganggu, pasien masih bisa berkendara dengan sepeda motor. Pasien datang ke

    klinik saudaranya, kemudian diberikan oksigen, namun gejala tidak membaik. Pasienjuga mengeluhkan muntah 4x, mencret 1x, sesak nafas, badan terasa dingin, dan

    gelisah.

    Pasien mengaku merokok 3 bungkus/hari sejak umur 17 tahun. Pasien mengaku

    berolahraga cukup teratur. Pasien memiliki kegemaran makan seafood.

    4. Riwayat penyakit dahulu : Riwayat penyakit hipertensi disangkal. Riwayat penyakit asma disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal.

    Riwayat alergi obat disangkal. Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal.

    5. Riwayat penyakit keluarga : Riwayat penyakit keluarga hipertensi diakui (Bapak). Riwayat penyakit keluarga asma disangkal. Riwayat penyakit keluarga jantung diakui (Bapak). Riwayat keluarga alergi obat disangkal.

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    3/37

    3

    Riwayat keluarga penyakit diabetes mellitus disangkal.B. STATUS GENERALIS

    1. Kesadaran : Compos Mentis2. Keadaan umum : Sedang3.

    Tekanan darah : 170/100 mmHg4. Nadi : 96 x/menit

    5. Suhu : 36 C6. Pernapasan : 20 x/menit7. Gizi : Gemuk ; BB = 62 kg, TB = 154 cm, IMT = 26,143

    C. ASPEK KEJIWAAN1. Tingkah laku : Dalam Batas Normal2. Proses pikir : Dalam Batas Normal3. Kecerdasan : Dalam Batas Normal

    D.

    PEMERIKSAAN FISIK

    KULIT1. Warna : Kuning langsat2. Jaringan parut : Tidak ada3. Pertumbuhan rambut : Normal4. Suhu Raba : Hangat5. Keringat : Umum6. Kelembaban : Lembab7. Turgor : Cukup8. Ikterus : Tidak ada9.

    Edema : Tidak ada

    KEPALA1. Bentuk : Normocephal2. Posisi : Simetris3. Penonjolan : Tidak ada

    MATA1. Exophthalmus : Tidak ada2. Enoptashalmus : Tidak ada3. Edema kelopak : Tidak ada4. Konjungtiva anemis : Tidak ada5. Skelera ikterik : Tidak ada

    TELINGA1. Pendengaran : Baik2. Membran timpani : Tidak dilakukan3. Darah : Tidak ada4. Cairan : Tidak ada

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    4/37

    4

    LEHER1. Trakea : Tidak deviasi2. Kelenjer tiroid : Tidak membesar3. Kelenjar Limfe : Tidak membesar

    PARU-PARU1. Inspeksi : Bentuk & ukuran dada normal, pergerakan nafas

    dalam keadaan statis & dinamis simetris kanan dan

    kiri

    2. Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan dan kiri, fremitusvokal simetris kanan dan kiri

    3. Perkusi : Sonor (+) di seluruh lapang paru4. Auskultasi : Vesikuler (+/+); Ronki (-/-), Wheezing(-/-)

    JANTUNG1. Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat2.

    Palpasi : Iktus cordis teraba3. Perkusi : Batas atas : Sela iga II garis parasternal sinistra

    Batas kanan : Sela iga IV garis sternal dekstra

    Batas kiri : Sela iga IV garis midclavicula sinistra

    4. Auskultasi : Bunyi Jantung I Split pada katup pulmonal, BunyiJantung II Normal, Reguler.

    Gallop (-)

    Murmur (-)

    ABDOMEN1. Inspeksi : Agak cembung, gerak peristaltik usus tidak terlihat,

    terdapat hematom di bekas suntikan2. Auskultasi : Bising usus (+) Normal3. Perkusi :Timpani di seluruh kuadran abdomen4. Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba

    EKSTREMITASLengan Kanan Kiri

    Tonus otot Normal Normal

    Massa otot Normal Normal

    Sendi Normal Normal

    Gerakan Normal Normal

    Kekuatan 5 5

    Tungkai dan Kaki Kanan Kiri

    Tonus otot Normal Normal

    Massa otot Normal Normal

    Sendi Normal Normal

    Gerakan Normal Normal

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    5/37

    5

    Kekuatan Normal Normal

    Edema - -

    Luka - -

    Varises - -

    E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Elektrokardiogram

    Tanggal 03/08/12

    Interpretasi : QRSRate 110 x/menit Sinus Takikardia Gelombang PNormal (0,12 ; 0,2 mV) PR IntervalNormal (0,12) Kompleks QRSNormal (0,04) , gelombang Q di V1-V4

    Axis Normal (Lead I 0 & aVF +) Segmen ST elevasi di V1-V6, I & aVL 0,2 mV Segmen ST depresi di III & aVF 0,1 mV T inversi di aVL

    Kesan : Infark miokard dinding anterior luas, iskemia dinding posterior

    Tanggal 04/08/12

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    6/37

    6

    Interpretasi : QRSRate 100 x/menit Sinus Rhythm

    Gelombang PNormal (0,08 ; 0,2 mV) PR IntervalNormal (0,12) Kompleks QRSNormal (0,04), gelombang Q di V1-V4 Axis Normal (Lead I 0 & aVF +) Segmen ST elevasi di V2-V6, I & aVL 0,2 mV Segmen ST depresi di III & aVF 0,1 mV T inversi di aVL V1 flat (?)

    Kesan : Infark miokard dinding anterior luas, iskemia dinding posterior

    Tanggal 08/08/12

    Interpretasi : QRSRate 95 x/menit Sinus Rhythm Gelombang PNormal (0,08 ; 0,2 mV) PR IntervalNormal (0,12)

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    7/37

    7

    Kompleks QRSNormal (0,04), gelombang Q di V1-V4 Axis Normal (Lead I 0 & aVF +) Segmen ST elevasi di V1-V6, I & aVL 0,1-0,3 mV Segmen ST depresi di III & aVF 0,1-0,2 mV T inversi di aVL

    Kesan : Infark miokard dinding anterior luas, iskemia dinding posterior

    Tanggal 10/08/12

    Interpretasi :

    QRSRate 80 x/menit Sinus Rhythm Gelombang PNormal (0,08 ; 0,2 mV) PR IntervalNormal (0,12) Kompleks QRSNormal (0,08), gelombang Q di V1-V4 Axis Normal (Lead I 0 & aVF +) Segmen ST elevasi di V1-V6, I & aVL 0,1-0,4 mV Segmen ST depresi di III & aVF 0,1 mV T inversi di aVL

    Kesan : Infark miokard dinding anterior luas, iskemia dinding posterior

    Pemeriksaan RadiologiJenis Pemeriksaan : Thoraks PADilakukan pada tanggal 03/08/12 dan 10/08/12

    Pemeriksaan LaboratoriumJenis

    Pemeriksaan03/08/12 04/08/12 05/08/12 06/08/12 07/08/12 Satuan Nilai Normal

    LED - 5 - - - mm/jam

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    8/37

    8

    Hemoglobin 14,5 14,9 - - - g/dl 13,2-17,3

    Hematokrit 46 45 - - - % 40-52

    Eritrosit - 5,2 - - - jt/ul 4,4-5,9

    Leukosit 29170 26.630 - - - ul 3800-10600

    Thrombosit 343.000 352.000 - - - ul 150000-440000

    SGPT/ALAT 50 - - - - U/L 0-50

    SGOT/ASAT 140 - - - - U/L 0-50

    Ureum 18,1 - - - - mg/dl 20-40

    Kreatinin 0,9 - - - - mg/dl 0,17-1,5

    CK-NAC 1923 3348 3228 d 1062 462 U/L 24-195

    CK-MB 167 506 170 d 83 37 U/L

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    9/37

    9

    Saturasi O2 98 - - - - %94-98

    MCV - 86 - - - fl 80-100

    MCH - 29 - - - pg 26-34

    MCHC - 33 - - - g/dl 32-36

    Basofil - 0 - - - % 0-1

    Eosinofil - 1 - - - % 1-3

    Batang - 0 - - - % 3-5

    Segmen - 84 - - - % 50-70

    Limfosit - 9 - - - % 25-40

    Monosit - 6 - - - % 2-8

    Protein Total - 6,3 - - - g/dl 6-8

    Albumin - 3,7 - - - g/dl 3,4-4,8

    Globulin - 2,6 - - - g/dl

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    10/37

    10

    * Troponin T h 232 :

    < 50 ng/L = masih mungkin IMA, ulang 3-6 jam 50100 ng/L = mungkin IMA, ulang untuk lihat peningkatan 100-2000 ng/L = mungkin IMA

    > 2000 ng/L = sangat mungkin IMA

    F. RESUMEPasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan dada terasa panas sejak +- 6

    jam SMRS. Dada terasa panas di tengah dan agak ke permukaan. Gejala ini tidak pernahdialami sebelumnya dan timbul setelah pasien minum kopi. Meskipun sangat

    mengganggu, pasien masih bisa berkendara dengan sepeda motor. Pasien datang ke klinik

    saudaranya, kemudian diberikan oksigen, namun gejala tidak membaik. Pasien juga

    mengeluhkan muntah 4x, mencret 1x, sesak nafas, badan terasa dingin, dan gelisah.Pasien mengaku merokok 3 bungkus/hari sejak umur 17 tahun. Pasien mengaku

    berolahraga cukup teratur. Pasien memiliki kegemaran makan seafood. Riwayat

    hipertensi dan penyakit jantung terdapat di keluarga (Bapak).

    Tekanan darah pada awal pemeriksaan 170/100 mmHg, dan IMT 26,143 (gemuk). Hasil

    pemeriksaan fisik sebagian besar dalam batas normal, pada auskultasi terdapat split bunyi

    jantung I di katup pulmonal dan pada inspeksi abdomen terdapat hematom di bekassuntikan. Pada EKG didapatkan ST elevasi, gelombang Q, ST depresi dan T inversi. Pada

    pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan signifikan enzim CK, CK-MB, dan

    Troponin T.

    G. DIAGNOSIS KERJAAcute Extensive Anterior Myocardial Infarction

    H. DIAGNOSIS BANDING-

    I. PENGKAJIAN MASALAHAcute Extensive Anterior Myocardial Infarction

    Atas dasar : Nyeri dada yang khas pada sindrom koroner akut Pada EKG terdapat gelombang Q di V1-V4 dan ST elevasi di V1-V6, I,

    aVL Terdapat peningkatan signifikan enzim CK, CK-MB, Troponin T

    Rencana pemantauan : Tirah baring di CVCU Pasang infus RA/24 jam Pemberian oksigen dimulai 2 L/menit 2-3 jam, dilanjutkan apabila saturasi

    oksigen arteri < 90% Diet : puasa sampai nyeri reda, kemudian beri diet cair dan selanjutnya

    diet jantung

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    11/37

    11

    Pasang monitor EKG secara kontinu Terapi medikamentosa Pemantauan gejala klinis Periksa peningkatan enzim jantung berkala

    J.

    PEMERIKSAAN ANJURANEkokardiografi

    K. TATALAKSANAObat Oral

    Vaclo (Clopidogrel) 2 x 75 mg Ascardia (Acetylsalicylic acid) 2 x 80 mg Xanax (Alprazolam) 3 x 0,25 mg Cedocard (Isosorbide dinitrate) 3 x 5 mg Inpepsa (Sucralfat) 3 x 1 Maintate (Bisoprolol fumarat) 1 x 2,5 mg

    Laxadin (Bisacodyl) 1 x 15 mg Lipitor (Atorvastatin Ca) 1 x 20 mg Lasix (Furosemide) 1 x 1

    Obat Injeksi & Cairan Cedocard (Isosorbide dinitrate) 1 mg/jam Lovenox (Enoxaparin Na) 2 x 0,6 mL Lasix (Furosemide) 2 x 1 amp RA / 24 jam

    L. PROGNOSIS1. Ad vitam : Dubia2. Ad functionam : Dubia3. Ad sanationam : Dubia ad malam

    M.FOLLOW UPTanggal 06/08/12

    S : Nyeri dada bila miring atau mobilisasiO : KU : Sedang

    KES : Compos Mentis

    TD : 107/78 mmHg

    N : 116 x/menitP : 27 x/menit

    Tanggal 07/08/12

    S : Tidak ada keluhanO : KU : Baik

    KES : Compos Mentis

    TD : 104/61 mmHgN : 107 x/menit

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    12/37

    12

    R : 34 x/menit

    Thorax : Vesikuler (+/+); Ronki (-/-), Wheezing(-/-); Bunyi Jantung I split pada

    katup pulmonal, Bunyi Jantung II Normal, Reguler. Gallop (-), Murmur (-)

    Tanggal 08/08/12

    S : Tidak ada keluhanO : KU : Baik

    KES : Compos MentisTD : 100/80 mmHg

    N : 88 x/menit

    R : 24 x/menit

    Thorax : Vesikuler (+/+); Ronki (-/-), Wheezing(-/-); Bunyi Jantung I-II Normal,

    Reguler. Gallop (-), Murmur (-)

    Tanggal 09/08/12

    S : Tidak ada keluhan

    O : KU : BaikKES : Compos Mentis

    TD : 90/70 mmHgN : 100 x/menit

    R : 20 x/menit

    Thorax : Vesikuler (+/+); Ronki (-/-), Wheezing(-/-); Bunyi Jantung I-II Normal,

    Reguler. Gallop (-), Murmur (-)

    Tanggal 10/08/12

    S : Tidak ada keluhan

    O : KU : Baik

    KES : Compos MentisTD : 90/70 mmHg

    N : 92 x/menit

    R : 28 x/menit

    Thorax : Vesikuler (+/+); Ronki (-/-), Wheezing(-/-); Bunyi Jantung I-II Normal,

    Reguler. Gallop (-), Murmur (-)

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    13/37

    13

    PENDAHULUAN

    1.1LATAR BELAKANGGagal jantung merupakan masalah utama kesehatan masyarakat padabeberapa negara

    industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia, yang juga merupakan tahap akhir dari

    seluruh penyakit jantung dan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien

    jantung.1,2,3,4

    Diperkirakan hampir lima persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7%

    wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,33,7 perseribu

    penderita pertahun. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat di masa depan karena

    semakin bertambahnya usia harapan hidup dan berkembangnya terapi penanganan infark

    miokard mengakibatkan perbaikan harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung.4

    Di Amerika, hampir 3 juta orang terdiagnosa dengan gagal jantung, dan sekitar 550.000

    kasus baru terdiagnosa gagal jantung disetiap tahunnya.3

    Diagnosis ini biasanya didapatkan di

    tempat praktik dokter keluarga dan hampir 4 juta pasien rawat jalan berkunjung per tahun. Pada

    tahun 1991, biaya untuk berobat gagal jantung menghabiskan >5% anggaran pelayanan

    kesehatan nasional, dengan pengeluaran melebihi 38 miliar.5

    Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi

    jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke jaringan

    dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.6,7

    Ciri penting dari definisi ini adalah gagal

    didefinisikan relatif terhadapkebutuhan metabolik tubuh dan penekanan arti kata gagal ditujukan

    pada fungsi pompajantung secara keseluruhan. Gagal jantung kongestif adalah keadaan saat

    terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya.8

    Walaupun secara signifikan prevalensi gagal jantung lebih banyak terjadi pada orang

    yang lebih tua, namun seseorang dari segala usia juga bisa menderita penyakit ini. Gagal jantung

    sering menjadi kronik, hal tersebut berdasarkan karakteristik dari ketidakmampuan jantung untuk

    memompa darah ke paru-paru dan mengalirkan ke seluruh tubuh.3

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    14/37

    14

    1.2ANATOMI JANTUNGJantung adalah organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak didalam ruang

    mediastinum rongga dada, yaitu diantara paru dan dibungkus oleh suatu selaput disebut

    perikardium.8,9,10

    Selaput perikardium tersebut terdiri dari lapisan fibrosa luar dengan serabut

    kolagen yang membentuk lapisan jaringan ikat luar untuk melindungi jantung, dan lapisan serosa

    dalam yang terdiri dari membran viseral yang menutup permukaan jantung serta membran

    parietal yang melapisi permukaan bagian dalam fibrosa perikardium.10

    Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis), diantaranya yaitu :10

    1). Bentuk Serta Ukuran Jantung. Jantung merupakan organ utama dalam sistemkardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis,

    atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira

    12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200

    sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Ada 4 ruangan dalam

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    15/37

    15

    jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya adalah ventrikel. Pada orang

    awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan bilik. Kedua atrium

    merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang

    ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal

    terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.

    Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara kedua

    ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum interventrikulorum). Atrium dan

    ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu

    penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau

    tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut

    katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.

    2). Katup-Katup Jantung. Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yangmemisahkan keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel

    kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral/ bikuspid. Kedua katup ini

    berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari

    atrium ke ventrikel.

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    16/37

    16

    1. Katup Trikuspid: Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan.Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel

    kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium

    kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya,

    katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.2. Katup pulmonal: Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam

    ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi

    arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan

    dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    17/37

    17

    3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila

    ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel

    kanan menuju arteri pulmonalis.

    3. Katup Bikuspid: Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atriumkiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat

    kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.

    4. Katup Aorta: Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta.Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan

    mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri

    relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.

    Jantung adalah salah satu organ tubuh yang vital. Jantung kiri berfungsi memompa darah

    bersih (kaya oksigen/zat asam) ke seluruh tubuh, sedangkan jantung kanan menampung darah

    kotor (rendah oksigen, kaya karbon dioksida/zat asam arang), yang kemudian dialirkan ke paru-

    paru untuk dibersihkan. Jantung normal besarnya segenggam tangan kiri pemiliknya. Jantung

    berdenyut 60-80 kali per menit, denyutan bertambah cepat pada saat aktifitas atau emosi, agar

    kebutuhan tubuh akan energi dapat terpenuhi. Andaikan denyutan jantung 70 kali per menit,

    maka dalam 1 jam jantung berdenyut 4200 kali atau 100.800 kali sehari semalam. Tiap kali

    berdenyut dipompakan darah sekitar 70 cc, jadi dalam 24 jam jantung memompakan darah

    sebanyak kira-kira 7000 - 7.571 liter.

    Jantung mempunyai dua fungsi :

    1). Jantung harus menyediakan darah yang cukup mengandung oksigen dan nutrisi untukorgan-organ dari tubuh, darah ini harus mempunyai tekanan yang cocok untuk perfusi

    dan pemberian makanan. Pada saat yang sama jantung juga harus memompakan darah

    yang mengandung bahan-bahan sisa ke organ-organ ekskresi misalnya hati dan ginjal dan

    memompakan darah yang suhunya berlebihan ke sistem pendingin dari tubuh, yaitu

    pembuluh darah di kulit. Semua hal ini dapat dilakukan oleh jantung sebelah kiri.

    2). Fungsi lain dari jantung ialah mengisi darah dengan oksigen yang segar dari udara danpada saat yang bersamaan mengekskresi salah satu hasil akhir metabolisme yaitu

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    18/37

    18

    karbondioksida. Pertukaran kedua gas ini dengan udara dari alveoli paru berlangsung

    melaui membran alveolus yang sangat tipis. Jika tekanan sama tingginya dengan tekanan

    di bilik kiri atau aorta, cairan darah segera akan mengisi alveoli dengan cara filtrasi dan

    penderita akan mati oleh karena edema paru.

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    19/37

    19

    BAB II

    GAGAL JANTUNG

    2.1 DEFINISI

    Gagal jantung merupakan suatu sindrom klinis yang terjadi pada seseorang yang struktur

    dan atau fungsi jantungnya abnormal dikarenakan faktor genetik atau didapat, kemudian

    berkembang menjadi sekumpulan gejala klinis (dispnea dan lelah) dan tanda (edema dan rales/

    ronkhi).1,11

    Gagal jantung adalah suatu keadaan patologis ketika jantung sebagai pompa tidak mampu

    memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.4,8

    Ciri penting dari definisi ini adalah,

    1. Gagal didefinisikan relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh, dan 2. Penekanan arti gagal

    ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan.8Keadaan ini dapattimbul dengan atau

    tanpa penyakit jantung. Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi diastolik atau

    sistolik, gangguan iramajantung, atau ketidaksesuaianpreloaddan afterload.Keadaan ini dapat

    menyebabkan kematian padapasien.4

    2.2 KLASIFIKASI

    Beberapa sistem klasifikasi telah dibuat untuk mempermudah dalam pengenalan dan

    penanganan gagal jantung. Sistem klasifikasi tersebut antara lain pembagian berdasarkan Killip

    yang digunakan pada Infark Miokard Akut, klasifikasi berdasarkan tampilan klinis yaitu

    klasifikasi Forrester, Stevenson dan NYHA.4

    Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada penderita infark miokard akut, dengan

    pembagian:4

    - Derajat I : tanpa gagal jantung- Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di basal paru, S3 galop dan

    peningkatan tekanan vena pulmonalis

    - Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh lapangan paru.- Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan darah sistolik < 90 mmHg) dan

    vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis dan diaforesis)

    Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan klinis dengan melihat tanda kongesti dan

    kecukupan perfusi. Kongesti didasarkan adanya ortopnea, distensi vena juguler, ronki basah,

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    20/37

    20

    refluks hepatojugular, edema perifer, suara jantung pulmonal yang berdeviasi ke kiri, atausquare

    wave blood pressure pada manuver valsava. Status perfusi ditetapkan berdasarkan adanya

    tekanan nadi yang sempit, pulsus alternans, hipotensi simtomatik, ekstremitas dingin dan

    penurunan kesadaran. Pasien yang mengalami kongesti disebut basah (wet) yang tidak disebut

    kering (dry). Pasien dengan gangguan perfusi disebut dingin (cold) dan yang tidak disebut panas

    (warm). Berdasarkan hal tersebut penderita dibagi menjadi empat kelas, yaitu:4

    - Kelas I (A) : kering dan hangat (dry warm)- Kelas II (B) : basah dan hangat (wetwarm)- Kelas III (L) : kering dan dingin (dry cold)- Kelas IV (C) : basah dan dingin (wetcold)

    Sedangkan klasifikasi fungsional berdasarkan NYHA (New York Heart Association)

    adalah : 1,4

    - Kelas I : Pasien masih dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan- Kelas II : Pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari

    tanpa keluhan

    - Kelas III : Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan- Kelas IV : Pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus tirah

    baring

    2.3 ETIOLOGI

    Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi cukup penting

    untuk mengetahui penyebab dari gagal jantung, di negara berkembang penyakit arteri koroner

    dan hipertensi merupakan penyebab terbanyak sedangkan di negara berkembang yang menjadi

    penyebab terbanyak adalah penyakit jantung katup dan penyakit jantung akibat malnutrisi.Pada

    beberapa keadaan sangat sulit untuk menentukan penyebab dari gagal jantung. Terutama pada

    keadaan yang terjadi bersamaan pada penderita. Penyakit jantung koroner pada Framingham

    Study dikatakan sebagai penyebab gagal jantung pada 46% laki-laki dan 27% pada wanita.

    Faktor risiko koroner seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor yang dapat

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    21/37

    21

    berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain itu berat badan serta tingginya rasio

    kolesterol total dengan kolesterol HDL juga dikatakan sebagai faktor risiko independen

    perkembangan gagal jantung. Hipertensi telah dibuktikan meningkatkan risiko terjadinya gagal

    jantung pada beberapa penelitian. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa

    mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan

    disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard,

    serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.

    Ekokardiografi yang menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri berhubungan kuat dengan

    perkembangan gagal jantung.

    4

    Kardiomiopati didefinisikan sebagai penyakit pada otot jantung yang bukan disebabkan

    oleh penyakit koroner, hipertensi, maupun penyakit jantung kongenital, katup ataupun penyakit

    pada perikardial. Kardiomiopati dibedakan menjadi empat kategori fungsional : dilatasi

    (kongestif), hipertrofik, restriktif dan obliterasi. Kardiomiopati dilatasi merupakan penyakit otot

    jantung dimana terjadi dilatasi abnormal pada ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel

    kanan. Penyebabnya antara lain miokarditis virus, penyakit pada jaringan ikat seperti SLE,

    sindrom Churg-Strauss dan poliarteritis nodosa. Kardiomiopati hipertrofik dapat merupakan

    penyakit keturunan (autosomal dominan) meski secara sporadik masih memungkinkan. Ditandai

    dengan adanya kelainan pada serabut miokard dengan gambaran khas hipertrofi septum yang

    asimetris yang berhubungan dengan obstruksi outflow aorta (kardiomiopati hipertrofik

    obstruktif). Kardiomiopati restriktif ditandai dengan kekakuan serta compliance ventrikel yang

    buruk, tidak membesar dan dihubungkan dengan kelainan fungsi diastolik (relaksasi) yang

    menghambat pengisian ventrikel.

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    22/37

    22

    Penyakit katup sering disebabkan oleh penyakit jantung rematik, walaupun saat ini sudah

    mulai berkurang kejadiannya di negara maju. Penyebab utama terjadinya gagal jantung adalah

    regurgitasi mitral dan stenosis aorta. Regusitasi mitral (dan regurgitasi aorta) menyebabkan

    kelebihan beban volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis aorta menimbulkan beban

    tekanan (peningkatan afterload). Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung

    dan dihubungkan dengan kelainan struktural termasuk hipertofi ventrikel kiri pada penderita

    hipertensi. Atrial fibrilasi dan gagal jantung seringkali timbul bersamaan.

    Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal jantung akut

    maupun gagal jantung akibat aritmia (tersering atrial fibrilasi). Konsumsi alkohol yang

    berlebihan dapat menyebabkan kardiomiopati dilatasi (penyakit otot jantung alkoholik). Alkohol

    menyebabkan gagal jantung 2 3% dari kasus. Alkohol juga dapat menyebabkan gangguan

    nutrisi dan defisiensi tiamin. Obat obatan juga dapat menyebabkan gagal jantung. Obat

    kemoterapi seperti doxorubicin dan obat antivirus seperti zidofudin juga dapat menyebabkan

    gagal jantung akibat efek toksik langsung terhadap otot jantung.4

    2.4 PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS

    Gagal jantung merupakan kelainan multisistem dimana terjadi gangguan pada jantung,

    otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta perubahan neurohormonal yang

    kompleks. Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan

    terjadinya penurunan cardiac output. Hal ini menyebabkan aktivasi mekanisme kompensasi

    neurohormonal, sistem Renin AngiotensinAldosteron (sistem RAA) serta kadar vasopresin

    dan natriuretic peptide yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung sehingga aktivitas

    jantung dapat terjaga.

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    23/37

    23

    Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga cardiac output

    dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas serta vasokonstriksi perifer

    (peningkatan katekolamin). Apabila hal ini timbul berkelanjutan dapat menyebabkan gangguan

    pada fungsi jantung. Aktivasi simpatis yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya apoptosis

    miosit, hipertofi dan nekrosis miokard fokal.4

    Stimulasi sistem RAA menyebabkan peningkatan konsentrasi renin, angiotensin II

    plasma dan aldosteron. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor renal yang poten (arteriol

    eferen) dan sirkulasi sistemik yang merangsang pelepasan noradrenalin dari pusat saraf simpatis,

    menghambat tonus vagal dan merangsang pelepasan aldosteron. Aldosteron akan menyebabkan

    retensi natrium dan air serta meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin II juga memiliki efek

    pada miosit serta berperan pada disfungsi endotel pada gagal jantung.12

    Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang berstruktur hampir sama yeng memiliki

    efek yang luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf pusat.Atrial Natriuretic Peptide (ANP)

    dihasilkan di atrium sebagai respon terhadap peregangan menyebabkan natriuresis dan

    vasodilatsi. Pada manusia Brain Natriuretic Peptide (BNO) juga dihasilkan di jantung,

    khususnya pada ventrikel, kerjanya mirip dengan ANP. C-type natriureticpeptide terbatas pada

    endotel pembuluh darah dan susunan saraf pusat, efek terhadap natriuresis dan vasodilatasi

    minimal. Atrial dan brain natriuretic peptide meningkat sebagai respon terhadap ekspansi volume

    dan kelebihan tekanan dan bekerja antagonis terhadap angiotensin II pada tonus vaskuler, sekresi

    ladosteron dan reabsorbsi natrium di tubulus renal. Karena peningkatan natriuretic peptide pada

    gagal jantung, maka banyak penelitian yang menunjukkan perannya sebagai marker diagnostik

    dan prognosis, bahkan telah digunakan sebagai terapi pada penderita gagal jantung.

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    24/37

    24

    Vasopressin merupakan hormon antidiuretik yang meningkat kadarnya pada gagal

    jantung kronik yang berat. Kadar yang tinggi juga didpatkan pada pemberian diuretik yang akan

    menyebabkan hiponatremia. Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan

    merupakan peptide vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek vasokonstriksi pada pembuluh

    darah ginjal, yang bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi endotelin-1 plasma akan

    semakin meningkat sesuai dengan derajat gagal jantung. Selain itu juga berhubungan dengan

    tekanan pulmonary artery capillary wedge pressure, perlu perawatan dan kematian. Telah

    dikembangkan endotelin-1 antagonis sebagai obat kardioprotektor yang bekerja menghambat

    terjadinya remodelling vaskular dan miokardial akibat endotelin.

    Disfungsi diastolik merupakan akibat gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan

    dinding ventrikel dan berkurangnya compliance ventrikel kiri menyebabkan gangguan pada

    pengisian ventrikel saat diastolik. Penyebabtersering adalah penyakit jantung koroner,hipertensi

    dengan hipertrofi ventrikel kiri dan kardiomiopati hipertrofik, selain penyebab lain seperti

    infiltrasi pada penyakit jantung amiloid. Walaupun masih kontroversial, dikatakan 30 40 %

    penderita gagal jantung memiliki kontraksi ventrikelyang masih normal. Pada penderita gagal

    jantung sering ditemukan disfungsi sistolik dan diastolik yang timbul bersamaan meski dapat

    timbul sendiri.4

    2.5 DIAGNOSIS

    Secara klinis pada penderita gagal jantung dapat ditemukan gejala dan tanda seperti sesak

    nafas saat aktivitas, edema paru, peningkatan JVP, hepatomegali, edema tungkai.

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    25/37

    25

    Kriteria Framingham untuk menentukan Gagal Jantung Kronik:13

    Kriteria Major1)Distensi vena leher2)Orthopnea atau paroxysmal nocturnal dyspnea3)Ronkhi4)Kardiomegali pada foto rontgen5)S3 gallop6)Tekanan vena sentral >12 mmHg7)

    Disfungsi ventrikular kiri pada echocardiogram

    8)Berat badan menurun >4.5 kg9)Edema paru akut

    Kriteria Minor1)Edema pada pergelangan kaki2)Batuk pada malam hari3)Dispnea setelah aktivitas4)Hepatomegali5)Efusi pleura6)Takikardi (>120 x/menit)

    *diagnosis gagal jantung kronik terpenuhi bila ada 2 kriteria major, atau 1 kriteria major

    ditambah 2 kriteria minor

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk mendiagnosis adanya gagal jantung

    antara lain foto thorax, EKG 12 lead, ekokardiografi, pemeriksaan darah, pemeriksaan

    radionuklide, angiografi dan tes fungsi paru. Pada pemeriksaan foto dada dapat ditemukan

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    26/37

    26

    adanya pembesaran siluet jantung (cardio thoraxic ratio > 50%), gambaran kongesti vena

    pulmonalis terutama di zona atas pada tahap awal, bila tekanan vena pulmonal lebih dari 20

    mmHg dapat timbul gambaran cairan pada fisura horizontal dan garis Kerley B pada sudut

    kostofrenikus. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg didapatkan gambaran batwingpada lapangan

    paru yang menunjukkan adanya udema paru bermakna. Dapat pula tampak gambaran efusi

    pleura bilateral, tetapi bila unilateral, yang lebih banyak terkena adalah bagian kanan.

    Gambar 1. Pemeriksaan Vena Jugularis(Dikutip dari 14)

    Pada elektrokardiografi 12 lead didapatkan gambaran abnormal pada hampir seluruh

    penderita dengan gagal jantung, meskipun gambaran normal dapat dijumpai pada 10% kasus.

    Gambaran yang sering didapatkan antara lain gelombang Q, abnormalitas ST T, hipertrofi

    ventrikel kiri, bundle branch block dan fibrilasi atrium. Bila gambaran EKG dan foto dada

    keduanya menunjukkan gambaran yang normal, kemungkinan gagal jantung sebagai penyebab

    dispneu pada pasien sangat kecil kemungkinannya.

    Ekokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat berguna pada gagal

    jantung. Ekokardiografi dapat menunjukkan gambaran obyektif mengenai struktur dan fungsi

    jantung. Penderita yang perlu dilakukan ekokardiografi adalah : semua pasien dengan tanda

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    27/37

    27

    gagal jantung, susah bernafas yang berhubungan dengan murmur, sesak yang berhubungan

    dengan fibrilasi atrium, serta penderita dengan risiko disfungsi ventrikel kiri (infark miokard

    anterior, hipertensi tak terkontrol, atau aritmia). Ekokardiografi dapat mengidentifikasi gangguan

    fungsi sistolik, fungsi diastolik, mengetahui adanya gangguan katup, serta mengetahui risiko

    emboli.4,15

    Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia sebagai penyebab

    susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya penyakit dasar serta komplikasi. Pada gagal

    jantung yang berat akibat berkurangnya kemampuan mengeluarkan air sehingga dapat timbul

    hiponatremia dilusional, karena itu adanya hiponatremia menunjukkan adanya gagal jantung

    yang berat. Pemeriksaan serum kreatinin perlu dikerjakan selain untuk mengetahui adanya

    gangguan ginjal, juga mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi peningkatan

    serum kreatinin setelah pemberian angiotensin converting enzyme inhibitor dan diuretik dosis

    tinggi. Pada gagal jantung berat dapat terjadi proteinuria. Hipokalemia dapat terjadi pada

    pemberian diuretik tanpa suplementasi kalium dan obatpotassiumsparring. Hiperkalemia timbul

    pada gagal jantung berat dengan penurunan fungsi ginjal, penggunaan ACE-inhibitor serta obat

    potassium sparring. Pada gagal jantung kongestif tes fungsi hati (bilirubin, AST dan LDH)

    gambarannya abnormal karena kongesti hati. Pemeriksaan profil lipid, albumin serum fungsi

    tiroid dianjurkan sesuai kebutuhan.

    Pemeriksaaan penanda BNP sebagai penanda biologis gagal jantung dengan kadar BNP

    plasma 100pg/ml dan plasma NT-proBNP adalah 300 pg/ml.2,8,12-14 Pemeriksaan radionuklide

    atau multigated ventrikulografi dapat mengetahui ejection fraction, laju pengisian sistolik, laju

    pengosongan diastolik, dan abnormalitas dari pergerakan dinding.

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    28/37

    28

    Angiografi dikerjakan pada nyeri dada berulang akibat gagal jantung. Angiografi

    ventrikel kiri dapat mengetahui gangguan fungsi yang global maupun segmental serta

    mengetahui tekanan diastolik, sedangkan kateterisasi jantung kanan untuk mengetahui tekanan

    sebelah kanan (atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis) serta pulmonary artery

    capillary wedge pressure.4

    2.6 PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi penalaksanaan secara non

    farmakologis dan secara farmakologis, keduanya dibutuhkan karena akan saling melengkapi

    untuk penatalaksaan paripurna penderita gagal jantung. Penatalaksanaan gagal jantung baik itu

    akut dan kronik ditujukan untuk memperbaiki gejala dan progosis, meskipun penatalaksanaan

    secara individual tergantung dari etiologi serta beratnya kondisi. Sehingga semakin cepat kita

    mengetahui penyebab gagal jantung akan semakin baik prognosisnya.

    Penatalaksanaan non farmakologis yang dapat dikerjakan antara lain adalah dengan

    menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya, pengobatan serta pertolongan yang dapat

    dilakukan sendiri. Perubahan gaya hidup seperti pengaturan nutrisi dan penurunan berat badan

    pada penderita dengan kegemukan. Pembatasan asupan garam, konsumsi alkohol, serta

    pembatasan asupan cairan perlu dianjurkan pada penderita terutama pada kasus gagal jantung

    kongestif berat. Penderita juga dianjurkan untuk berolahraga karena mempunyai efek yang

    positif terhadap otot skeletal, fungsi otonom, endotel serta neurohormonal dan juga terhadap

    sensitifitas terhadap insulin meskipun efek terhadap kelengsungan hidup belum dapat dibuktikan.

    Gagal jantung kronis mempermudah dan dapat dicetuskan oleh infeksi paru, sehingga vaksinasi

    terhadap influenza dan pneumococal perlu dipertimbangkan. Profilaksis antibiotik pada operasi

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    29/37

    29

    dan prosedur gigi diperlukan terutama pada penderita dengan penyakit katup primer maupun

    pengguna katup prostesis.4

    Penatalaksanaan gagal jantung kronis meliputi penatalaksaan non farmakologis dan

    farmakologis. Gagal jantung kronis bisa terkompensasi ataupun dekompensasi. Gagal jantung

    terkompensasi biasanya stabil, dengan tanda retensi air dan edema paru tidak dijumpai.

    Dekompensasi berarti terdapat gangguan yang mungkin timbul adalah episode udema paru akut

    maupun malaise, penurunan toleransi latihan dan sesak nafas saat aktifitas. Penatalaksaan

    ditujukan untuk menghilangkan gejala dan memperbaiki kualitas hidup. Tujuan lainnya adalah

    untuk memperbaiki prognosis serta penurunan angka rawat.

    Obatobat yang biasa digunakan untuk gagal jantung kronis antara lain: diuretik (loop

    dan thiazide), angiotensin converting enzyme inhibitors, -blocker (carvedilol, bisoprolol,

    metoprolol), digoxin, spironolakton, vasodilator (hydralazine /nitrat), antikoagulan, antiaritmia,

    serta obat positif inotropik.4,13,16

    Pada penderita yang memerlukan perawatan, restriksi cairan (1,5 2 l/hari) dan

    pembatasan asupan garam dianjurkan pada pasien. Tirah baring jangka pendek dapat membantu

    perbaikan gejala karena mengurangi metabolisme serta meningkatkan perfusi ginjal. Pemberian

    heparin subkutan perlu diberikan pada penderita dengan imobilitas. Pemberian antikoagulan

    diberikan pada pemderita dengan fibrilasi atrium, gangguan fungsi sistolik berat dengan dilatasi

    ventrikel.

    Penderita gagal jantung akut datang dengan gambaran klinis dispneu, takikardia serta

    cemas, pada kasus yang lebih berat penderita tampak pucat dan hipotensi. Adanya trias hipotensi

    (tekanan darah sistolik < 90 mmHg), oliguria serta cardiac output yang rendah menunjukkan

    bahwa penderita dalam kondisi syok kardiogenik. Gagal jantung akut yang berat serta syok

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    30/37

    30

    kardiogenik biasanya timbul pada infark miokard luas, aritmia yang menetap (fibrilasi atrium

    maupun ventrikel) atau adanya problem mekanis seperti ruptur otot papilari akut maupun defek

    septum ventrikel pasca infark.

    Gagal jantung akut yang berat merupakan kondisi emergensi dimana memerlukan

    penatalaksanaan yang tepat termasuk mengetahui penyebab, perbaikan hemodinamik,

    menghilangan kongesti paru, dan perbaikan oksigenasi jaringan. Menempatkan penderita dengan

    posisi duduk dengan pemberian oksigen konsentrasi tinggi dengan masker sebagai tindakan

    pertama yang dapat dilakukan. Monitoring gejala serta produksi kencing yang akurat dengan

    kateterisasi urin serta oksigenasi jaringan dilakukan di ruangan khusus.

    Base excess menunjukkan perfusi jaringan, semakin rendah menunjukkan adanya asidosis

    laktat akibat metabolisme anerob dan merupakan prognosa yang buruk. Koreksi hipoperfusi

    memperbaiki asidosis, pemberian bikarbonat hanya diberikan pada kasus yang refrakter.

    Pemberian loop diuretik intravena seperti furosemid akan menyebabkan venodilatasi

    yang akan memperbaiki gejala walaupun belum ada diuresis. Loop diuretik juga meningkatkan

    produksi prostaglandin vasdilator renal. Efek ini dihambat oleh prostaglandin inhibitor seperti

    obat antiflamasi nonsteroid, sehingga harus dihindari bila memungkinkan.

    Opioid parenteral seperti morfin atau diamorfin penting dalam penatalaksanaan gagal

    jantung akut berat karena dapat menurunkan kecemasan, nyeri dan stress, serta menurunkan

    kebutuhan oksigen. Opiat juga menurunkan preload dan tekanan pengisian ventrikel serta udem

    paru. Dosis pemberian 2 3 mg intravena dan dapat diulang sesuai kebutuhan. Pemberian nitrat

    (sublingual, buccal dan intravenus) mengurangi preload serta tekanan pengisian ventrikel dan

    berguna untuk pasien dengan angina serta gagal jantung. Pada dosis rendah bertindak sebagai

    vasodilator vena dan pada dosis yang lebih tinggi menyebabkan vasodilatasi arteri termasuk

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    31/37

    31

    arteri koroner. Sehingga dosis pemberian harus adekuat sehingga terjadi keseimbangan antara

    dilatasi vena dan arteri tanpa mengganggu perfusi jaringan. Kekurangannya adalah teleransi

    terutama pada pemberian intravena dosis tinggi, sehingga pemberiannya hanya 1624jam.

    Sodium nitropusside dapat digunakan sebagai vasodilator yang diberikan pada gagal

    jantung refrakter, diberikan pada pasien gagal jantung yang disertai krisis hipertensi. Pemberian

    nitropusside dihindari pada gagal ginjal berat dan gangguan fungsi hati. Dosis 0,3 0,5

    g/kg/menit. Nesiritide adalah peptide natriuretik yang merupakan vasodilator. Nesiritide adalah

    BNP rekombinan yang identik dengan yang dihasilkan ventrikel. Pemberiannya akan

    memperbaiki hemodinamik dan neurohormonal, dapat menurunkan aktivitas susunan saraf

    simpatis dan menurunkan kadar epinefrin, aldosteron dan endotelin di plasma. Pemberian

    intravena menurunkan tekanan pengisian ventrikel tanpa meningkatkan laju jantung,

    meningkatkan stroke volume karena berkurangnya afterload. Dosis pemberiannya adalah bolus 2

    g/kg dalam 1 menitdilanjutkan dengan infus 0,01 g/kg/menit.

    Pemberian inotropik dan inodilator ditujukan pada gagal jantung akut yang disertai

    hipotensi dan hipoperfusi perifer. Obat inotropik dan / atau vasodilator digunakan pada penderita

    gagal jantung akut dengan tekanan darah 85 100 mmHg. Jika tekanan sistolik < 85 mmHg

    maka inotropik dan/atau vasopressor merupakan pilihan. Peningkatan tekanan darah yang

    berlebihan akan dapat meningkatkan afterload. Tekanan darah dianggap cukup memenuhi

    perfusi jaringan bila tekanan arteri rata - rata > 65 mmHg.

    Pemberian dopamin < 2 g/kg/mnt menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah splanknik

    dan ginjal. Pada dosis 2 5 g/kg/mnt akan merangsang reseptor adrenergik beta sehingga

    terjadi peningkatan laju dan curah jantung. Pada pemberian 5 15 g/kg/mnt akan merangsang

    reseptor adrenergik alfa dan beta yang akan meningkatkan laju jantung serta vasokonstriksi.4,16

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    32/37

    32

    Pemberian dopamin akan merangsang reseptor adrenergik 1 dan 2, menyebabkan

    berkurangnya tahanan vaskular sistemik (vasodilatasi) dan meningkatnya kontrkatilitas. Dosis

    umumnya 2 3 g/kg/mnt, untuk meningkatkan curah jantung diperlukan dosis 2,5 15

    g/kg/mnt. Pada pasien yang telah mendapat terapi penyekat beta, dosis yang dibutuhkan lebih

    tinggi yaitu 15 20 g/kg/menit. Phospodiesterase inhibitor menghambat penguraian cyclic-

    AMP menjadi AMP sehingga terjadi efek vasodilatasi perifer dan inotropik jantung. Yang sering

    digunakan dalam klinik adalah milrinone dan enoximone. Biasanya digunakan untuk terapi

    penderia gagal jantung akut dengan hipotensi yang telah mendapat terapi penyekat beta yang

    memerlukan inotropik positif. Dosis milrinone intravena 25 g/kg bolus 10 20 menit kemudian

    infus 0,375 075 g/kg/mnt. Dosis enoximone 0,25 0,75 g/kg bolus kemudian 1,25 7,5

    g/kg/mnt.4

    Pemberian vasopressor ditujukan pada penderita gagal jantung akut yang disertai syok

    kardiogenik dengan tekanan darah < 70 mmHg. Penderita dengan syok kardiogenik biasanya

    dengan tekanan darah < 90 mmHg atau terjadi penurunan tekanan darah sistolik 30 mmHg

    selama 30 menit. Obat yang biasa digunakan adalah epinefrin dan norepinefrin. Epinefrin

    diberikan infus kontinyu dengan dosis 0,05 0,5 g/kg/mnt. Norepinefrin diberikan dengan

    dosis 0,21 g/kg/mnt.

    Penanganan yang lain adalah terapi penyakit penyerta yang menyebabkan terjadinya

    gagal jantung akut de novo atau dekompensasi. Yang tersering adalah penyakit jantung koroner

    dan sindrom koroner akut. Bila penderita datang dengan hipertensi emergensi pengobatan

    bertujuan untuk menurunkan preload dan afterload. Tekanan darah diturunkan dengan

    menggunakan obat seperti lood diuretik intravena, nitrat atau nitroprusside intravena maupun

    natagonis kalsium intravena (nicardipine). Loop diuretik diberkan pada penderita dengan tanda

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    33/37

    33

    kelebihan cairan. Terapi nitrat untuk menurunkan preload dan afterload, meningkatkan aliran

    darah koroner. Nicardipine diberikan pada penderita dengan disfungsi diastolik dengan afterload

    tinggi. Penderita dengan gagal ginjal, diterapi sesuai penyakit dasar.

    Aritmia jantung harus diterapi. Penanganan invasif yang dapat dikerjakan adalah Pompa

    balon intra aorta, pemasangan pacu jantung, implantable cardioverter defibrilator, ventricular

    assist device. Pompa balon intra aorta ditujukan pada penderita gagal jantung berat atau syok

    kardiogenik yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan, disertai regurgitasi mitral atau

    ruptur septum interventrikel. Pemasangan pacu jantung bertujuan untuk mempertahankan laju

    jantung dan mempertahankan sinkronisasi atrium dan ventrikel, diindikasikan pada penderita

    dengan bradikardia yang simtomatik dan blok atrioventrikular derajat tinggi. Implantable

    cardioverter device bertujuan untuk mengatasi fibrilasi ventrikel dan takikardia ventrikel.

    Vascular Assist Device merupakan pompa mekanis yang mengantikansebgaian fungsi ventrikel,

    indikasi pada penderita dengan syok kardiogenik yang tidak respon terhadap terapi terutama

    inotropik.4

    Gambar 2. Skema Tatalaksana Gagal Jantung17

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    34/37

    34

    Tabel 1. Dosis terapi yang bisa diberikan17

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    35/37

    35

    BAB III

    KESIMPULAN

    Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan primer otot jantung atau beban jantung

    yang berlebihan ataupun kombinasi keduanya. Secara garis besar, faktor yang menyebabkan

    penyakit gagal jantung adalah orang yang memiliki penyakit hipertenisi, hiperkolesterolemia

    (kolesterol tinggi), perokok, diabetes (kencing manis), obesitas (kegemukan) dan seseorang yang

    memiliki riwayat keluarga penyakit jantung serta tentunya pola hidup yang tidak teratur dan

    kurangberolahraga.

    Gagal jantung merupakan tahap akhir penyakit jantung yang dapat menyebabkan

    meningkatnya mortalitas dan morbiditas penderita penyakit jantung. Sangat penting untuk

    mengetahui gagal jantung secara klinis. Penatalaksanaan meliputi penanganan gagal jantung

    kronik dan gagal jantung akut, dengan penanganan non medikamentosa, dengan obat obatan

    serta dengan menggunakan terapi invasif.

  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    36/37

    36

    DAFTAR PUSTAKA

    1. FauciAS, Braunwald E, Kasper DL, et al.Harrison's Principles of Internal Medicine, 17thEdition. 2008

    2. Lauralee Sherwood, Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem, Edisi 6,Jakarta, 20123. Herry Y.Pengaruh penyekat beta pada perbaikan harapan hidup penderita gagaljantung

    kronik dengan risiko tinggi. Dalam : Tanuwidjojo S, Rifqi S, editor.Atherosclerosis from

    theory to clinical practice. Naskah lengkap SemarangCardiologyUpdate, 2003 : 175

    4. Lab, Evangelia Kranias. http://www.med.uc.edu/kranias/heart_failure.htm.Last modified11-12-08. Copyright University of Cincinnati. Diunduh pada 5 agustus 2012.

    5. Mariyono HH, Santoso A. Gagal Jantung. J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 BulanSeptember. 2007.

    6. Darmojo B. Buku Ajar Geriatri : Penyakit Kardiovaskuler pada Lanjut Usia. Jakarta :Balai Penerbit FKUI, 2004: 262

    7. Mcconaghy JR., Smith SR. Outpatient Treatment of Systolic Heart Failure, volume 70number 11.American Family Physician. 2004

    8. Rich MW.Heart failure. In : Hazzard RW, Blass JP, Ettingen WH, Halter JB,OuslanderJG, editors. Principles of geriatric medicine and gerontology, 4th ed.

    9. Price SA, Wilson LM.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ed 6 volume I.2006.

    10. Sloane, Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakaarta. 200411. Saptawati, W.Bersahabat dengan penyakit jantung. Yogyakarta. 200912. Braunwald, Eugene. Heart Disease : a textbook of cardiovascular medicine, 4th ed.

    volume I. 1992.

    13. McNamara DM. Neurohormonal and cytokine activation in heart failure. In: Dec GW,editors.Heart failure a comprehensive guide todiagnosis and treatment. New York: Marcel

    Dekker; 2005.p.117-36.

    14. Figueroa MS, Peters JI.Congestive Heart Failure: Diagnosis, Pathophysiology, Therapy,and Implications for Respiratory Care. Respiratory Care. April 2006 Vol 51 No 4.

    15. Steimle, Anthony.Evidence-Based Clinical Vignettes from the Care Management Institute:Heart Failure.

    http://www.med.uc.edu/kranias/heart_failure.htmhttp://www.med.uc.edu/kranias/heart_failure.htmhttp://www.med.uc.edu/kranias/heart_failure.htm
  • 7/28/2019 Presus Gagal Jantung Nanda

    37/37

    16. Institute For Clinical System Improvement. Health Care Guideline: Health Failure inAdults, 12th edition. 2011.

    17. Poppas A, Rounds S. Update in Nonpulmonary Critical Care: Congestive Heart Failure.Am J Respir Crit Care Med Vol 165. pp 48. 2002.

    18. Arnold JMO et al. Can J Cardiol; 22 (1) : 23-45. 2006.