Presus 2 Adam

38
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. W Usia : 24 Tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Beringin Status : Menikah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Masuk RS : 10 Maret 2015 Keluar RS : 13 Maret 2015 II. ANAMNESA (AUTOANAMNESA) Keluhan Utama Demam Riwayat Perjalanan Penyakit Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. demam tinggi pada saat menjelang malam hari dan turun menjelang Demam Berdarah Dengue| 1

description

jndmsamnasadkdnska ka knksankasdaadkdnkansdnsadsakdsadasdnsdnaksndkasndkadadasdnaskndkasndsadsaasdasajdnakda

Transcript of Presus 2 Adam

BAB ILAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIENNama: Ny. WUsia: 24 TahunJenis kelamin: PerempuanAlamat : BeringinStatus: MenikahPekerjaan: Ibu Rumah TanggaMasuk RS : 10 Maret 2015Keluar RS: 13 Maret 2015II. ANAMNESA (AUTOANAMNESA)

Keluhan UtamaDemam Riwayat Perjalanan PenyakitPasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. demam tinggi pada saat menjelang malam hari dan turun menjelang pagi hari. Pasien merasa lemah sejak demam. Pasien juga mengeluh sakit kepala, mual tetapi tidak ada muntah. Pasien juga mulai merasakan nyeri pada ulu hati, tidak menjalar, dan seperti ditusuk. Pasien juga mengeluh terdapat bintik-bintik merah pada lengan kanan dan kiri serta kaki kanan dan kiri. Pasien juga mengeluh bila menggosok gigi, gusinya berdarah. BAK dab BAB normal tidak ada keluhan. BAK + 4x/hari, berwarna kuning jernih, tidak ada busa, tidak ada darah, tidak ada pasir, volume + 1/2 gelas aqua/sekali BAK. BAB sekali sehari dengan konsistensi padat, berwarna kuning kecoklatan, tidak disertai darah dan lendir. Pasien mengaku tidak ada mimisan maupun terjadi perdarahan. Pasien mengaku tidak ada riwayat berpergian ke luar kota atau luar pulau dan mengatakan tidak suka jajan sembarangan.

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat tekanan darah tinggi (-) Riwayat kencing manis (-) Riwayat sakit maag (-)

Riwayat Penyakit dalam keluarga Terdapat riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status generalisKeadaan sakit: Tampak sakit sedangKesadaran: Kompos mentisTekanan Darah : 110/70 mmHgNadi: 84 x/ menitRR: 24 x/ menitSuhu: 38,3 oCBerat Badan / Tinggi Badan: 45 Kg / 155 cmStatus Gizi / BMI: normoweight / 18,7

Keadaan SpesifikKepala Normocephal, rambut hitam distribusi merata dan tidak rontok.MataEksopthalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (-), conjunctiva palpebra anemis (-/-) pada kedua mata, injeksi siliar +/+, sklera ikterik (-) pada kedua mata, pupil isokhor, reflek cahaya langsung dan tidak langsung (+/+) normal, pergerakan bola mata ke segala arah baik, lapang pandang luas.Hidung Normoseptal, mukosa hidung lembab (+/+), hiperemis (-/-), epistaksis (-/-)TelingaNormotia, meatus akustikus normal (+/+), lubang telinga cukup bersih, debris (-/-), serumen (-/-) , nyeri tekan proc. Mastoideus (-/-), membran timpani intake.Mulut Mukosa bibir lembab, lidah deviasi (-), caries dentis (-), pembesaran tonsil (-/-), gusi berdarah (+),stomatitis (-), atropi papil (-), sianosis (-).

LeherPembesaran KGB (-)DadaParu-paruInspeksi: statis & dinamis simetris kanan sama dengan kiriPalpasi: fremitus taktil dan vocal kanan sama dengan kiriPerkusi : sonor di kedua lapang paruAuskultasi : vesikuler (+) kanan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)JantungInspeksi: iktus kordis tidak terlihatPalpasi: iktus kordis teraba di ICS 5 LMCSPerkusi : batas atas jantung atas ICS 2, batas kanan LS Dextra, atas kiri LMC sinistraAuskultasi: HR 80 x/menit, Bunyi Jantung reguler, Murmur (-), Gallop (-)AbdomenInspeksi: tampak datarPalpasi: Nyeri tekan (+) ulu hati, massa (-)Perkusi : Tympani pada seluruh kuadran abdomenAuskultasi: Bising Usus (+)Genital: tidak diperiksaEkstremitasEkstremitas atas: akral hangat, Petechie (+), nyeri sendi (-),edema(-), jaringan parut (-), turgor kembali lambat (-).Ekstremitas bawah: akral hangat, Petechie (+), nyeri sendi (-),edema(-), jaringan parut (-), turgor kembali lambat (-).Tes rumple leede (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah Lengkap 10 Maret 2015

V. RESUMEPasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. demam tinggi pada saat menjelang malam hari dan turun menjelang pagi hari. Pasien merasa lemah sejak demam. Pasien juga mengeluh sakit kepala, mual. Pasien juga mulai merasakan nyeri pada ulu hati, tidak menjalar, dan seperti ditusuk. Pasien juga mengeluh terdapat bintik-bintik merah pada lengan kanan dan kiri serta kaki kanan dan kiri. Pasien juga mengeluh bila menggosok gigi, gusinya berdarah. Pada pemeriksaan fisik, Status generalis didapatkan Keadaan sakit Tampak sakit sedang, Kesadaran Kompos mentis, Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 84 x/ menit, RR 24 x/ menit, Suhu 38,3 oC, Berat Badan 45 Kg, Tinggi Badan 155 cm, Status Gizi normoweight, BMI 18,7. Keadaan spesifik didapatkan mata injeksi siliar (+/+), mulut terdapat gusi berdarah, abdomen terdapat nyeri tekan pada ulu hati, Ekstremitas atas dan bawah terdapat petechie. Tes rumple leede (+). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan WBC 2.200/uL, PLT 66.000/ul. VI. DIAGNOSISDIAGNOSIS KERJA Demam Berdarah Dengue Grade IIDIAGNOSIS BANDING Demam Dengue

VII. PENATALAKSAAN Non Medikamentosa:- Bed rest Medikamentosa- IVFD RL Rumus pemberian cairan: 1500 + {20 x ( 45 20 ) }= 1500 + {20 x 25}= 1500 + 500= 2000 ml/hariTetes permenit = jumlah cairan x20 / lama infus x 60= 2000x20 / 24x60=27,78 / 30 - antrain 3 x 1 amp - ranitidin 2 x 1 amp- antasida syr 3 x 1 sendok makan

VIII. RENCANA PEMERIKSAANDarah lengkap/12 jam

IX. PROGNOSIS Quo ad vitam : dubia ad bonam Quo ad functionam: dubia ad bonam Quo ad sanationam: dubia ad bonam

X. DAFTAR MASALAH Trombositopenia Leukopenia Perdarahan spontan

XI. FOLLOW UP PASIEN SELAMA DIRAWATTanggal 11 Maret 2015, pukul 07.00 WIBS: demam (+), mual (+), nyeri pada ulu hati (+), bintik-bintik merah pada lengan kanan dan kiri serta kaki kanan dan kiri, gusi berdarah (+). O: Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Kompos mentisTekanan Darah: 110/70mmhgNadi: 84x/menitPernapasan: 24 x/menitSuhu: 37,7 oCKepala: Sklera ikterik -/- Konjunctiva anemis -/-Injeksi siliar +/+Leher:: tidak teraba KGBCor : BJ 1 & 2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: Suara nafas vesikuler +/+, Ronki basah halus -/-, wheezing -/-Abdomen:: datar, supel, nyeri tekan (+), bising usus (+)Extremitas : Edema extr. superior -/-, petechie +/+ Edema extr. Inferior -/-, petechie +/+ A: Demam Berdarah Dengue Grade IIP : Bed Rest IVFD RL 2000 ml/hari antrain 3 x 1 amp ranitidin 2 x 1 amp antasida syr 3 x 1 sendok makan

Tanggal 12 Maret 2014, pukul 07.00 WIBS: demam (-), mual (+), nyeri pada ulu hati (-), bintik-bintik merah pada lengan kanan dan kiri serta kaki kanan dan kiri, gusi berdarah (-). O: Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Kompos mentisTekanan Darah: 120/80mmhgNadi: 84x/menitPernapasan: 24 x/menitSuhu: 36,7 oCKepala: Sklera ikterik -/- Konjunctiva anemis -/-Injeksi siliar -/-Leher:: tidak teraba KGBCor : BJ 1 & 2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: Suara nafas vesikuler +/+, Ronki basah halus -/-, wheezing -/-Abdomen:: datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+)Extremitas : Edema extr. superior -/-, petechie +/+ Edema extr. Inferior -/-, petechie +/+ A: Demam Berdarah Dengue Grade IIP : Bed Rest IVFD RL 2000 ml/hari antasida syr 3 x 1 sendok makan

Tanggal 13 Maret 2015, pukul 07.00 WIBS: mual (-),bintik-bintik merah pada lengan kanan dan kiri serta kaki kanan dan kiri (-)O: Kadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Kompos mentisTekanan Darah: 110/70mmhgNadi: 84x/menitPernapasan: 24 x/menitSuhu: 36,5 oCKepala: Sklera ikterik -/- Konjunctiva anemis -/-Injeksi siliar -/-Leher:: tidak teraba KGBCor : BJ 1 & 2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: Suara nafas vesikuler +/+, Ronki basah halus -/-, wheezing -/-Abdomen: datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+)Extremitas : Edema extr. superior -/-, petechie -/- Edema extr. Inferior -/-, petechie -/- A: Demam Berdarah Dengue Grade IIP : Bed Rest IVFD RL 2000 ml/hari antasida syr 3 x 1 sendok makan

PEMERIKSAAN LABORATORIUMTanggal : 11 Maret 2015LABRESULTFLAGSUNITNORMAL

Darah Rutin

WBC1,83103/uL5.2-12.4

RBC5,00106/uL4,2-6,1

HGB14,4g/dL12-18

HCT43,8%37-52

MCV87,5Fl80-99

MCH28,8Pg27-31

MCHC33,9g/dL33-37

RDW13,1%11,5-14,5

PLT27103/ul150-450

Neutrophil60,0%40-74

Limfosit26,5%19-48

Monosit6,5%3,4-9

Eosinophil0,9%0-7

Basophil1,1%0-1,5

Luc5,0%0-4

Tanggal : 12 Maret 2015LABRESULTFLAGSUNITNORMAL

Darah Rutin

WBC3,59103/uL5.2-12.4

RBC4,51106/uL4,2-6,1

HGB14,3g/dL12-18

HCT44,8%37-52

MCV87,4Fl80-99

MCH27,7Pg27-31

MCHC35,7g/dL33-37

RDW14,3%11,5-14,5

PLT35103/ul150-450

Neutrophil67,1%40-74

Limfosit20,0%19-48

Monosit8,5%3,4-9

Eosinophil3,0%0-7

Basophil0,4%0-1,5

Luc2,0%0-4

Tanggal : 13 Maret 2015LABRESULTFLAGSUNITNORMAL

Darah Rutin

WBC4,59103/uL5.2-12.4

RBC4,51106/uL4,2-6,1

HGB15,2g/dL12-18

HCT46,8%37-52

MCV87,4Fl80-99

MCH27,7Pg27-31

MCHC34,7g/dL33-37

RDW14,3%11,5-14,5

PLT56103/ul150-450

Neutrophil67,1%40-74

Limfosit26,0%19-48

Monosit8,5%3,4-9

Eosinophil4,0%0-7

Basophil0,4%0-1,5

Luc2,0%0-4

BAB IITINJAUAN PUSTAKADEMAM BERDARAH DENGUE

I. DEFINISIDemam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Manifestasi klinis berupa demam, nyeri otot, dan/ atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemorragik. Pada demam berdarah (DBD) terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock sindrom) adalah demam berdarah yang ditandai oleh renjatan/shock.II. EPIDEMIOLOGI

Indonesia dimasukkan dalam kategori A dalam stratifikasi DBD oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak.1-3 Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan case fatality rate sebesar 1,01% (2007).Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995) dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2 % pada tahun 1999.Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu: 1. Vektor : perkembang biakan vector, kebiasaan mengigit, kepadatan vector di lingkungan, transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain. 2. Pejamu : terdapat penderita di lingkungan/ keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia, jenis kelamin.3. Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

III. ETIOLOGIPenyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue, yang termasuk dalam genus Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.1 Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow Fever, Japanese Encephalitis, dan West Nile virus.

IV. PATOGENESISWalaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang menyebabkan perbedaan klinis. Perbedaan yang utama adalah pada peristiwa renjatan yang khas pada DBD. Renjatan itu disebabkan karenakebocoran plasma yang diduga karena proses imunologi. Pada demam dengue hal ini tidak terjadi.Manifestasi klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Virus akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan ditangkap oleh makrofag. Segera terjadi viremia selama 2hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segerabereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC(AntigenPresenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarikmakrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yangakan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemagglutinasi, antibodi fiksasi komplemen.Proses diatas menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya. Dapat terjadi manifetasi perdarahankarena terjadi aggregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia, tetapi trombositopenia ini bersifat ringan.Dua teori yang banyak dianut dalam menjelaskan patogenesis infeksi dengue adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infectio theory) dan hipotesis immune enhancementMenurut hipotesis infeksi sekunder yang diajukan oleh Suvatte,1997, sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu, menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit, proliferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa. Hipotesis immune enhancement menjelaskan menyatakan secara tidak langsung bahwa mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD berat. Antibodi herterolog yang telah ada akan mengenali virus lain kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi yang berikatan dengan Fc reseptor dari membran leukosit terutama makrofag. Sebagai tanggapan dari proses ini, akan terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.

Gambar 1 : secondary heterologous dengue infectionV. MANIFESTASI KLINISDemam berdarah umumnya ditandai oleh demam tinggi mendadak selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat. Pasien juga mengeluh sakit kepala hebat, rasa sakit di belakang mata, otot dan sendi, hilangnya napsu makan, mual-mual dan ruam. Demam berdarah yang lebih parah ditandai dengan demam tinggi yang bisa mencapai suhu 40-41C selama dua sampai tujuh hari, wajah kemerahan, dan gelaja lainnya yang menyertai demam berdarah ringan. Berikutnya dapat muncul kecenderungan pendarahan, seperti memar, hidung dan gusi berdarah, dan juga pendarahan dalam tubuh. Pada kasus yang sangat parah, mungkin berlanjut pada kegagalan saluran pernapasan, shock dan kematian.

VI. DIAGNOSAMasa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala prodromal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang belakang, dan perasaan lelah.Demam dengue merupakan demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :1. Nyeri kepala2. Nyeri retro orbital3. Mialgia/ artralgia4. Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bending positif)5. Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama. Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi : 1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut : Uji bendung positif Ptekie, ekimosis, atau purpura Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat lain. Hematemesis atau melena.3. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut : Peningkatan hematokrit > 20 % setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya. Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.Dari keterangan diatas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan DBD adalah pada DBD ditemukan kebocoran plasma.Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu :Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet.Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANGParameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :1. Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui limfasitosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15 % dari jumlah total leukosit yang pada fase syok meningkat.2. Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.3. Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit 20 % dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke 3 demam. 4. Hemostasis : Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.5. Protein/albumin : Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.6. SGOT/SGPT : dapat meningkat7. Ureum, Kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal8. Elektrolit : Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan9. Golongan darah : bila akan dilakukan transfuse10. Imunoserologi dilakukan untuk pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.

VIII. PENATALAKSANAANPada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris. Proses kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4 hingga 6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi cairan pada kondisi tersebut secara bertahap dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah pemberian cairan sudah cukup atau kurang, pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi pleura ataupun asites yang masif perlu selalu diwaspadai.Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandung-an gizi yang cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna. Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagian atas (lambung/duodenum).

Jenis Cairan (rekomendasi WHO) :Kristaloid. Larutan ringer laktat (RL) Larutan ringer asetat (RA) Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL) Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA) (Catatan:Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang mengandung dekstran)Koloid : Dekstran 40 Plasma HES ( Hydroxyethyl Starch)

Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada protokol WHO. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori, sebagai berikut:1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok 2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat 3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20% 4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa

Penanganan tersangka DBD tanpa syok4

Protokol 1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok

Protokol 2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat

Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit > 20%

Epitaksis tak terkendaliHematemesis MelenaPerdarahan otakPerdarahan spontan dan masif

Cek Darah Lengkap, Hemostasis, analisis gas darah, RL 20 ml/kgBB/ jam

DIC (+)Heparin 5. 000 -10.000/ 24 jamTransfusi Komponen DarahPRC ( Hb 1,5x)TC (Trombosit