Presus Huseinfdsfasdas
-
Upload
mochamad-husein -
Category
Documents
-
view
17 -
download
0
description
Transcript of Presus Huseinfdsfasdas
PRESENTASI KASUS
SIROSIS HEPATIS
DIPRESENTASIKAN OLEH :
MOCHAMAD ZULFAR AUFIN 110.2009.174
PEMBIMBING :
Dr. HAMI ZULKIFLI ABBAS, Sp.PD, MH.Kes
Dr. SIBLI, Sp.PD
Dr. SUNHADI
KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD ARJAWINANGUN
PERIODE 1 APRIL- 9 JUNI 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat-Nya dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyusun tugas kasus yang berjudul “Sirosis Hepatis”. Penyusunan tugas ini
masih jauh dari sempurna baik isi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pihak Rumah Sakit Arjawinangun agar
dikesempatan yang akan datang penulis dapat membuat karya tulis yang lebih baik
lagi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hami
Zulkifli Abbas, Sp.PD, MH.Kes; Dr. Sibli Sp.PD dan Dr. Sunhadi serta berbagai
pihak Rumah Sakit Arjawinangun yang telah membantu menyelesaikan tugas pretest
ini.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Arjawinangun, 03 April 2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...3
Identitas Pasien………………………………………………………………………4
Anamnesis……………………………………………………………………………4
Pemeriksaan Fisik……………………………………………………………………6
Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………………9
Resume………………………………………………………………………………12
Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………….18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..31
3
KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki- Laki
Umur : 48
Alamat : Palimanan
Pekerjaan : Sopir angkutan umum
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Tgl masuk : 09-04-2013
Tgl keluar : …..
No.CM : 713209
II. Anamnesis (autoanamnesis)
Keluhan Utama :
Perut membesar sejak 3 Hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datan ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan perut yang membesar sejak 3
hari SMRS, semakin lama semakin membesar, rata dan dirasakan tidak ada benjolan.
Bengkak juga menjalar ke kedua kakinya. Pasien merasa sesak nafas hilang timbul.
4
Sesak nafas tidak dipengaruhi aktifitas dan perubahan posisi. Pasien merasakan mual
terutama pada saat makan, sehingga nafsu makan menurun. nyeri ulu hati. Buang air
kecil tidak lancer sementara buang air besar normal.
Sejak 2 bulan SMRS juga mengalami sesak dan perut yang membesar dan pasien,
pasien merasakan perut membesar setelah minum obat paru selama 6 bulan.
Sejak 1 tahun yang lalu pasien pernah menderita penyakit paru dan meminum obat
paru selama 6 bulan. Riwayat minum alcohol pada umur 25 tahun, dan sudah berenti
sejak 7 tahun yang lalu. Pasien mempunyai riwayat merokok 2 batang sehari. Pasien
juga sering minum obat anti pegal linu setiap minggu 2 kali dan minum extra joss 2
kali sehari pada saat pertama kali muncul di pasaran.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengaku mempunyai riwayat kencing manis dan tidak rutin minum
obat
Pasien mempunyai riwayat penyakit paru
Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat darah tinggi.
Riwayat penyakit keluarga :
Pasien mengaku adik kandung pasien dan ibu pasien pernah menderita penyakit paru
seperti pasien. Sementara untuk kencing manis tidak ada yang menderita penyakit
serupa.
5
III. Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran: composmentis
- Tekanan darah : 160/100
- Nadi : 88x/menit
- Pernapasan : 24x/menit
- Suhu : 36 C
- BB : 50 kg
- TB : 175 cm
Kepala
Bentuk : Normal simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik +/+, edema palpebral
- , pupil isokor kanan dan kiri. Reflek cahaya +.
Telinga : Bentuk normal, simetris, membrane timpani intak.
Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi.
Mulut : Mulut tidak ada kelainan, Tonsil T1/T1.
Leher
Bentuk Normal, deviasi trakea (-), Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB,
JVP tidak meningkat.
Thoraks
6
Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris, pergerakan nafas kanan sama
dengan kiri , tidak ada penonjolan masa. Spider navi (+)
Palpasi : fremitus taktil kanan sama dengan kiri
Perkusi : redup pada bagian basal kedua paru.
Auskultasi : vbs +/+, ronki +/+, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pulsasi tidak ada vibrasi
Perkusi Batas jantung :
o Batas atas : sela iga III garis sternalis kanan
o Batas kanan : sela iga IV garis sternalis kiri
o Batas kiri : Sela Iga V garis midclavicula kiri
Auskultasi :BJ S1 dan S2 murni regular, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Perut membuncit , konsistensi keras, venektasi (+), caput
medusa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : suara redup pada lapang abdomen, shifting dullness (+),
undulasi (+)
7
Palpasi : perut sedikit mengeras,tidak teraba massa, terdapat nyeri
tekan ulu hati dan hepar dan lien sulit dinilai.
Genitalia
Scortum edema
Ekstremitas
Palmar eritema, Akral hangat, CTR<2”, Edema pretibial.
8
IV. .Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (9 april 2013)
LAB RESULT FLAGS UNIT NORMAL
WBC 6,5 10^3/ 4.0-12.0
LYM 1,2 10^3/ 1.0-5.0
MON 0,6 10^3/ 0.1-1.0
GRANUL 4,7 10^3/ 2.0-8.0
LYM % 18,6 L % 25.0-50.0
MON% 9,0 % 2.0-10.0
GRANUL% 72,4 % 50.0-80.0
RBC 3,74 L 10^6/ 4.0-6.20
HGB 11,2 g/dl 11.0-17.0
HCT 33,2 L % 35.0-55.0
MCV 88,8 80.0-100.0
9
MCH 29,9 pg 26.0-34.0
MCHC 33,7 g/dl 31.0-35.0
ROW 15,1 % 10.0-16.0
PLT 159 10^3/ 150.0-400.0
MPV 9,8 7.0-11.0
PCT 0.156 L % 0.200-0.50
POW 13.7 % 10.0-18.0
Tgl 9 April 2013
GDS : 319 mg/dL.
Golongan Darah : O
Tgl 14 April 2013
GDS : 228 mg/dL
Kimia Klinik
Fungsi Hati (Tgl 9 Aprl 2013)
Albumin 1,79 3,5-5,0 gr/dL
Sgot 177 0-36,0 U/l
SGPT 231 0-41 U/l
Tgl 12 April 2013
Albumin 2,09 3,5-5,0 gr/dL
10
USG ABDOMEN
11
EXPERTISE
V. Resume :
Pasien datang ke RSUD arjawinangun dengan keluhan perut yang membesar.
Keluhan ini dirasakan sejak 3 hari SMRS. Pasien merasa makin lama perutnya makin
bertambah besar bengkak juga menjalar ke kedua kakinya. Pasien juga merasakan
mual dan muntah tiap kali makan. Pasien merasakan sesak dan nyeri ulu hati. Buang
air kecil tidak lancer sementara buang air besar normal.
Sejak 2 bulan SMRS juga mengalami sesak dan perut yang membesar dan pasien,
pasien merasakan perut membesar setelah minum obat paru selama 6 bulan. Pasien
mengaku pernah menderita penyakit paru dan kencing manis.
12
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, ditemukan asites yang
tegang, spider nevi pada dada, palmar eritem, venektasi pada perut, dan edema di
kedua kaki. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan eritrosit dan
hemoglobin. Pada pemeriksaan fungsi hati SGOT dan SGPT meningkat, albumin
yang turun, dan pada pemeriksaan Gula darah sewaktu 319 mg/dL.
VI. Diagnosa :
Sirosis Hepatis dekompensata dengan Diabetes Melitus
VII. Diagnosis Banding :
Sindroma nefrotik
HCC
Icterus obstruktif
Kaheksia
VIII. Pemeriksaan Anjuran :
Albumin-Globulin
Fungsi ginjal (ureum-kreatinin)
radiologis barium meal
Radiologi Thorax AP
IX. Terapi
Rencana Pengobatan dari IGD :
13
- Infus NS 20 gtt/menit
- Furosemid tab 40mg 2x1
- KSR tab 2x1 PO
- Ranitidin 50mg 3x1 ampul bolus iv
- Metformin tab 3x500 mg
- Spinorolakton tab 1x50mg
- Pasang DC
Rencana pengobatan di ruangan :
Medikamentosa:
- IV RL 10gtt/menit
- Cefotaxim 3x 1 gr bollus iv
- Furosemid 2x 40 mg tab
- Spironolakton 1x100 mg tab
- Propanolol hidroklorida 1x10 mg tab
- Curcuma PlusTab 3x1 sdt
- Omeprazol tab 1x20mg
- Infus albumin 20 % (bila akan dilakukan pungsi asites sesuai indikasi)
- Asam treksanemat tab 250mg 3x1
- KSR tab 2x1 PO
- Captopril
14
Non Farmakologi :
- Tirah baring
- Diet kalori 2250 kalori perhari (Karbohidrat 375gr)
- Diet tinggi protein (Putih telor 10-15 butir)
- Pasang NGT bila terjadi perdarahan esophagus atau gastrika.
X. Follow Up
Tgl Pemeriksaan Terapi
9 April 2013 T : 160/100 mmHg
P : 88x/menit
R : 24x/menit
S : 36 C
KGDS : 319 mg/dl
Eks inf ki=ka : edema +
Abdomen : Asites
- IVFD RL
10gtt/menit
- Cefotaxim 3x 1 gr iv
- Furosemid 2x 40 mg
iv
- Spironolakton 1x100
mg iv
- Propanolol 1x10 mg
- Curcuma Tab 3x1
- Omeprazol 2x1gr iv
-
10 April 2013 T : 140/100 mmHg
P : 80x/menit
-Terapi lanjutkan
15
R : 24x/menit
S : 37 C
K : CM
KU : sesak +, asites +,
Venektasi +, Palmar
eritem +, BAB hitam -,
BAK +, mual +.
Kepala : Ka +/+, SI +/+
Leher : KGB tak, JVP tdk
meningkat
Tho : B dan G simetris.
VBS +/+ Rk +/+ wh -/-,
BJ 1 dan 2 sama murni
regular. Murmur -, gallop -
Abdomen : cembung
tegang. H/L sulit dinilai
Genitalia : scortum
membesar
Akral hangat +/+ edema
+/+
16
Tgl 11 april 2013 T : 130/90 mmHg
P : 96x/menit
R : 24x/menit
S : 36 C
Ku : sesak +
-Terapi lanjutkan
- Asupan 2250 kalori
Tgl 12 april 2013 T : 130/90 mmHg
P : 80x/menit
R : 24x/menit
S : 36 C
KU : sesak +, batuk +,
nafsu makan baik, edem
pretibial mulai berkurang.
-Terapi lanjutkan
XI. Prognosis :
Dubia ad malam
17
TINJAUAN PUSTAKA
1.SIROSIS HEPATIS
1. Definisi
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatic yang berlangsung progesif yang ditandai dengan distorsi dari struktur hepar
dan pembentukan nodul regenerative. Gambaran ini terjadi akibat nekrosis
hepatoseluler (Nurdjanah,S, 2009).
2. Etiologi
Penyakit infeksi Bruselosis
Skistosomiasis
Ekinokokkus
Toksoplasmosis
Virus hepatitis (sering di Indonesia adalah Hep. B
(40-50%) dan Hep. C (30-40%)
Sitomegelovirus
Penyakit keturunan
dan metabolik
Defisiensi Α-1 Antitripsin
Penyakit Gaucher
Intoleransi Fruktosa Herediter
18
Sindrom Fanconi
Penyakit Simpanan Glikogen
Tirosinemia Herediter
Galaktosemia
Hemokromatosis
Penyakit Wilson’s
Obat dan toksin Alkohol
Obstruksi Bilier
Kolangitis Sklerosis Primer
Amiodaron
Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik
Arsenik
Sirosis Bilier Primer
Penyebab lain / tidak
terbukti
Penyakit Usus Inflamasi Kronik
Pintas Jejunoileal
Fibrosis Kistik
Sarkoidosis
(Nurdjanah,S, 2009)
3. Epidemiologi
Lebih dari 40% pasien sirosis adalah asimptomatis. Amerika – 360 per 100,000 orang
di mana etiologinya adalah dari Penyakit hati alkoholik, Infeksi virus kronik dan
Perlemakan hati – steatohepatitis non-alkoholik (NASH 4%) (Nurdjanah,S, 2009).
19
4. Patogenesis
Mekanisme terjadinya proses yang berlangsung terus mulai dari hepatitis virus
menjadi Sirosis Hepatis belum jelas. Patogenesis yang mungkin terjadi yaitu :
1. Mekanis
2. Immunologis
3. Kombinasi keduanya
Namun yang utama adalah terjadinya peningkatan aktivitas fibroblast dan
pembentukan jaringan ikat.
Mekanis
Pada daerah hati yang mengalami nekrosis dan membentuk jaringan ikat. Dalam
jaringan ikat ini, bagian parenkim hati yang masih sehat berkembang menjadi nodul
regenerasi.
Teori Imunologis
Sirosis Hepatis dikatakan dapat berkembang dari hepatitis akut jika melalui proses
hepatitis kronik aktif terlebih dahulu. Mekanisme imunologis mempunyai peranan
penting dalam hepatitis kronis. Ada 2 bentuk hepatitis kronis :
- Hepatitis kronik tipe B
- Hepatitis kronik autoimun atau tipe NANB
Proses respon imunologis pada sejumlah kasus tidak cukup untuk menyingkirkan
virus atau hepatosit yang terinfeksi, dan sel yang mengandung virus ini merupakan
20
rangsangan untuk terjadinya proses imunologis yang berlangsung terus sampai terjadi
kerusakan sel hati.
PATOFISIOLOGI
Ada 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites pada penderita Sirosis Hepatis,
yaitu :
- tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam serum.
Pada keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati terganggu fungsinya,
maka pembentukan albumin juga terganggu, dan kadarnya menurun, sehingga
tekanan koloid osmotic juga berkurang. Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr
% sudah dapat merupakan tanda kritis untuk timbulnya asites.
- Tekanan vena porta. Bila terjadi perdarahan akibat pecahnya varises esophagus,
maka kadar plasma protein dapat menurun, sehingga tekanan koloid osmotic menurun
pula, kemudian terjadilah asites. Sebaliknya bila kadar plasma protein kembali
normal, maka asitesnya akan menghilang walaupun hipertensi portal tetap ada.
Hipertensi portal mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi
ginjal pun menurun. Hal ini meningkatkan aktifitas plasma rennin sehingga
aldosteron juga meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan
elektrolit terutama natrium . dengan peningkatan aldosteron maka terjadi terjadi
retensi natrium yang pada akhirnya menyebabkan retensi cairan (Kumar Vinay,
Crawford M James and Clare J Michael, 2004).
21
5. Gejala Klinik
Temuan klinis meliputi :
Gejala Awal Kompensata :
mudah lelah, lemas dan turun berat badan
mual, perasaan perut kembung dan penurunan selera makan
pada laki-laki, impotensi, penurunan dorongan seksual, testis atrofi dan
ginekomastia.
Gejala Dekompensata :
- Spider telengiektasis, yaitu suatu lesi vascular yang dikelilingi vena vena
kecil. Tanda ini sering ditemukan di bahu, muka, dan lengan atas.
- Eritema palmaris, warna merah segar pada thenar dan hipothenar telapak
tangan
- Perubahan kuku muchrche, berupa garis putih horizontal yang dipisahkan
dengan warna normal kuku. Diperkirakan akibat hipoalbuminemia, kondisi ini
juga sering detemukan pada sindrom nefrotik.
- Kontraktur dupuytren, akibat fibrosis fasia palmaris menimbulkan kontraktur
fleksi jari-jari berkaitan dengan alkoholisme tetapi tidak secara spesifik
berkaitan dengan sirosis, ditemukan pada diabetes mellitus, perokok yang
mengkonsumsi alcohol.
22
- Ginekomastia secara histologi berupa proliferasi benigna jaringan glandula
mamae laki laki. Kemungkinan akibat peningkatan estrogen,
- Atrofi testis hipogonadisme menyebabkan impotensi dan infertile, menonjol
pada alkoholik sirosis, Rambut pada pubis jarang atau tidak ada sama sekali.
- Ukuran hati bisa membesar, normal, atau mengecil. Bila teraba hati sirosis
teraba keras.
- Asites, penimbunan cairan dalam rongga peritoneum akibat hipertensi portal
dan hipoalbuminemia
- Caput medusa
- Fetor hepatikum, bau nafas yang khas pada pasien sirosis, akibat peningkatan
konsentrasi dimetil sulfide.
- Icterus pada kulit dan membrane mukosa akibat bilirubinemia.
- Warna urin gelap seperti air teh
- Splenomegali pada pasien non-alkoholik. Akibat dari hipertensi portal
menyebabkan kongesti pada pulpa merah lien menyebabkan pembesaran lien.
- Venektasi akibat hipertensi portal
- Varises esophagus dan gastrika akibat hipertensi portal, bila pecah terjadi
hematemesis dan melena.
- Trombositopenia, akibat menurunya trombopoietin untuk pembentukan
trombosit (Longo, Fauci, and Kasper, 2012).
23
6. Diagnosis
Pada stadium kompensasi sempurna kadang-kadang sangat sulit menegakkan
diagnosis sirosis hati. Pada proses lanjutan dari kompensasi sempurna mungkin bisa
ditegakakn diagnosis dengan bantuan pemeriksaan klinis, laboratorium dan USG.
Pada stadium dekompensasi sering ditemukan gejala-gejala khas yang membantu
diagnosis klinis.
Pemeriksaan fungsi hepar:
AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat di mana nilai AST lebih tinggi dari
ALT.
Alkalin fosfatase meningkat 2-3 kali lipat.
GGT (Gamma-glutamil transpeptidase) meningkat terutamanya pada
alkoholik kronik.
Bilirubin akan normal pada stadium kompensata dan meningkat pada sirosis
lanjut.
Albumin menurun
Globulin meningkat.
PTT memanjang.
Elektrolit:
Na akan menurun karena ketidakmampuan ekskresi air secara bebas
Hematologi:
24
Terjadinya anemia, trombositopenia, leukopenia dan neutropenia karena
terjadinya splenomegali akibat dari splenomegali kongestif karena hipertensi
portal.
Pemeriksaan radiologi:
a. Pemberian asupan Barium:
Untuk melihat kejadian varises dan mengkonfirmasi akan adanya gejala
hipertensi portal.
b. Pemeriksaan USG untuk melihat kondisi:
Sudut hati
Permukaan hati
Ukuran hati
Homogenitas
Massa
Asites
Splenomegali
Trombosis vena porta
Pelebaran vena porta
Skrining kanker hepar
c. Pada sirosis lanjut, akan ditemukan:
Hati mengecil, nodular, permukaan irregular dan peningkatan ekogenitas
parenkim hati (Nurdjanah,S, 2009).
25
7. Komplikasi
Peritonitis bakterial spontan, karena cairan asites merupakan media baik
perkembangan bakteri.
Sindrom hepatorenal dengan gejala mayor : adanya penyakit hati kronis, laju
LFG <40ml/menit dan kreatinin serum >1,5mg/dL, tidak ada syok, sepsis
kehilangan cairan maupun pemakaian obat nefrotoksik, tidak ada perbaikan
fungsi ginjal setelah pemberian cairan isotonic, dan proteinuria <500mg
perhari tanpa ada obstruksi saluran kemih atqau penyakit ginjal.
Hipertensi Porta yang akan menyebabkan varises esophagus.
Ensefalopati hepatic, karena tingginya kadar ammonia dalam darah akibat
pecahnya pembuluh darah esophagus dan gastrika. (Nurdjanah,S, 2009).
8. Pengobatan
Tujuan terapi:
o Untuk menurunkan progresi penyakit
o Menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati
o Pencegahan dan penanganan komplikasi
a. Pengobatan sirosis kompensata:
o Jika tidak ada koma hepatik, diberikan diet dengan protein 1g/berat badan,
kalori 2000-3000 kkal/hari.
o Asetaminofen untuk menghambat kolagenik.
26
o Pada pasien non-alkoholik, dilakukan penurunan berat badan untuk tujuan
pencegahan.
Pasien Hepatitis B
o Interferon-α dan lamivudin 100mg per oral/hari selama 1 tahun.
o Suntikan subkutan 3MIV, 3x/minggu selama 4-6 bulan.
Pasien Hepatitis C
o Interferon α secara subkutan 5 MIV 3x/minggu dan Ribavirin
800-1000mg/hari selama 6 bulan.
o Pada kasus fibrosis hati, diberikan agen antifibrotik seperti MTX dan Vitamin
A (Nurdjanah,S, 2009).
b. Pengobatan sirosis dekompensata:
Asites:
o Diet rendah garam, 5.2gram atau 9mmol/hari
o Diuretik – spironolakton 100-200mg/hari, harus dimonitor dengan
dilihat sekiranya pasien mengalami penurunan berat badan 0.5kg/hari.
o diberikan furosemid 20-40 mg/hari. Jika tiada respon, dosis furosemid
dinaikkan maksimal 160mg/hari.
o Paracentesis untuk asites yang sangat besar (4-6 liter) dan ditambah
dengan pemberian albumin sebelum pungsi asites. untuk menghindari
rebound phenomenon.
27
Ensefalopati hepatik:
o Laktulosa untuk mengeluarkan amonia tubuh.
o Neomisin untuk mengurangkan bakteri usus penghasil ammonia.
o Diet protein 0.5gr/kgBB/hari yang kaya dengan asam amino rantai
cabang.
Varises esophagus (hipertensi portal)
o Propanolol (β-blocker)
Hipoglikemia
o Diet tinggi kalori
Trombositopenia
o Transfusi bila kadar trombosit <25.00
Hematemesis dan Melena
o Pemberian vitamin K
o Asam treksanemat
spontaneous bacterial peritonitis
o pemberian antibiotic spectrum luas, sefalosporin generasi III
(ciprofloxacin).
Pengobatan Sirosis dengan DM
Biguanid, menurunkan resistensi terhadap insulin mungkin berguna, tetapi
kontraindikasi pada pasien dengan gagal hati berat dan pada pasien yang terus minum
alcohol, karena akan terjadi asidosis asam laktat. Sekretorius insulin, obat yang aman
28
untuk pasien dengan penyakit hati, tetapi mungkin tidak berguna, karena golongan
obat ini tidak memodifikasi insulin resistensi dengan sirosis alkoholik yang sering
dengan kerusakan sel Beta pancreas, Alpha glucosidase inhibitor berguna pada
pasien dengan sirosis hepatis, dengan mekanisme mengurangi arbsorbsi karbohidrat
di pencernaan, untuk mengurangi resiko postprandial hiperglikemia. Rosiglitazone
dan pioglitazone berguna pada pasien sirosis dengan DM merupakan golongan obat
yang aman, namun tidak direkomendasikan pada pasien dengan penyakit hati aktir
atau bila kadar ALT meningkat 2,5 kali dari nilai normal (Compean, DG, Omar, J,
Albreto, and J, Maldonado, H , 2009)
9. Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah fator, meliputi etiologi,
beratnya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain yang menyertainya.
Berdasarkan klasifikasi CHILD.
Klasifikasi Child-Turcotte-Pugh (CTP) Score:
Points 1 2 3
Ensefalopati - Stadium I-II Stadium III-IV
Asites - Berkurang dengan
perawatan
Sedang-parah
Bilirubin (mg/dL) <2 2-3 >3
Albumin (g/dL) >3.5 2.8-3.5 <2.8
29
PT < 15 detik 15-17 detik >17 detik
Klasifikasi Kelangsungan hidup selama 1 tahun
A: ≤ 7
B: 7-9
C: ≥ 10
100%
80%
45%
MELD (Model for End Stage Liver Disease) Score:
Untuk pasien yang akan menjalani transplantasi hati
3.78 x loge bilirubin (mg/dL) + 11.2 loge INR + 9.57 x loge kreatinin (mg/dL)
+
6.43 (x 0 untuk hepar alkoholik, x1 untuk semua jenis penyakit hepar)
Skor = 6-40. Organ donor jarang dapat didermakan unless skor MELD > 20-30
(Nurdjanah,S, 2009).
30
DAFTAR PUSTAKA
Compean, DG, Omar, J, Albreto, J, Maldonado, H . ‘Liver cirrochis and diabetes risk
factor pathophysiology, clinical implication and management’, world journal
gastroenterology, 2009,15(3): 280-288.
Departemen Farmakologi dan terapeutik FK UI. Farmakologi dan Terapi. Edisi V.
Jakarta:Balai penerbit FKUI. 2009.
Kumar Vinay, Crawford M James, Clare J Michael. Bab 16: Hati dan Saluran
Empedu, dalam Buku Ajar Patologi Robbins edisi 7, editor Hartanto Huriawati,
Darmaniah Nurwany, Wulandari Nanda, 2004, p.671-672, EGC, Jakarta.
Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson, Loscalzo, Part 14: Cirrhosis and its
complication, in Harrison’s principles of internal medicine 18th edition, 2012,
p.2592-2594, McGraw-Hill, America.
Nurdjanah, S., Bab 104: Sirosis Hati, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5,
editor Sudoyo A.W dkk , 2009, p.668-673, Interna Publishing, Jakarta.
31